• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamatan Terbuka pada Rekonstruksi Malunion Fraktur Batang Femur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengamatan Terbuka pada Rekonstruksi Malunion Fraktur Batang Femur"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007 108

Pengamatan Terbuka pada Rekonstruksi Malunion Fraktur Batang Femur

Hafas Hanafiah

Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Abstrak: Telah dilakukan studi tentang karakterisasi dan uji kepekaan beberapa isolat Staphylococcus aureus dari Sumatera Utara terhadap antibiotik penisilin, metisilin, amoksisilin, kloramfenikol, dan sulfametoksazol trimetoprim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat memiliki sifat yang sama kecuali kemampuan melisis darah. Uji kepekaan antibiotik menunjukkan bahwa isolat S. aureus asal Sumatera Utara masih sensitif terhadap antibiotik yang diujikan. Resistensi terhadap kloramfenikol terjadi pada isolat asal Asahan dan Labuhan Batu, sedang resistensi terhadap amoksisilin terjadi pada isolat asal Asahan dan Deli Serdang.

Kata kunci: fraktur batang femur, malunion, operasi rekonstruksi

Abstract: A study of 28 casesof malunion fractures of femoral shaft was done in Pirngadi Hospital. In all cases deformities such as shortening, angulation and rotation were found. Most of the cases were treated by bone setter prior to hospital admission. Reconstructions in one stage were done in 16 cases while of rest 12 cases reconstructions were done in two stages. Plates and screws or K-nail were used for internal fixation.

Keywords: femoral shaft fracture, malunion, reconstruction operation

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Malunion adalah suatu keadaan tulang patah yang telah mengalami penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal (posisi buruk). Malunion terjadi karena reduksi yang tidak akurat, atau imobilisasi yang tidak efektif dalam masa penyembuhan.

Tiga keadaan malunion batang femur yang memerlukan operasi adalah:

1. Terdapat tumpang tindih (overlap) lebih dari 5 cm

2. Terdapat angulasi antara fragmen fraktur lebih 15derajat.

3. Terdapat rotasi antara kedua fragmen fraktur lebih 45 derajat dengan ada atau tidak ada angulasi 1,3, 4

.

Sampai saat ini belum ada penelitian yang mengamati hasil rekonstruksi pada malunion fraktur batang femur.

Perumusan Masalah

Belum diketahui bagaimana hasil rekonstruksi pada malunion fraktur batang femur di Rumah Sakit Pirngadi Medan.

Pada 28 kasus malunion batang femur yang dijumpai dilakukan operasi reposisi terbuka dan fiksasi interna. Pasca bedah dilakukan evaluasi terhadap hasil rekonstruksi dari 28 kasus malunion fraktur batang femur tersebut.

TUJUAN DAN MANFAAT PENGAMATAN

Tujuan Pengamatan

Tujuan pengamatan ini adalah sebagai usaha pertama untuk mendata hasil rekonstruksi dan mengetahui beberapa faktor yang bersangkut paut dengan rekonstruksi pada malunion fraktur batang femur, sehingga pada tahap selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang lengkap dan akurat.

Manfaat Pengamatan

Dengan mengetahui hasil pengamatan terbuka terhadap rekonstruksi malunion fraktur batang femur dan beberapa faktor yang mempengaruhinya maka pada penelitian tahap selanjutnya dapat dinilai variabel-variabel tertentu yang menentukan hasil rekonstruksi malunion fraktur batang femur.

(2)

Hafas Hanafiah Pengamatan Terbuka pada Rekonstruksi Malunion...

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007 109

Hal di atas sangat berguna baik didalam usaha pencegahan terjadinya malunion maupun usaha sosialisasi pada masyarakat untuk tidak berobat kepada dukun patah bila mengalami fraktur batang femur.

BAHAN DAN CARA PENGAMATAN Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai rekonstruksi pada malunion fraktur batang femur maka pengamatan ini merupakan pengamatan terbuka yang merupakan usaha pendahuluan untuk mencoba dan mengamati hasil serta beberapa faktor yang mempengaruhi rekonstruksi.

Pada 28 kasus penderitra nalunion fraktur batang fenur ditemukan data – data sebagai berikut:

Umur penderita antara 17 – 35 tahun, semuanya laki – laki.

Lama malunion antara 2,5 – 18 bulan. Deformitas yang dijumpai berupa pemendekan, angulasi dan rotasi. Pemendekan antara 1,5 – 6 cm karena tumpang tindih fragmen fraktur.

Dijumpai keterbatasan lingkup gerak sendi antara 5 – 30derajat.

Dua puluh (20) penderita sebelumnya mendapat pengobatan dari tenaga non medis (dukun patah) dan 8 penderita oleh tenaga medis.

Dari 28 penderita semuanya dilakukan operasi, 16 kasus dalam satu tahap operasi refrakturasi dan pemasangan fiksasi interna, 12 kasus dalam 2 tahap operasi. Fiksasi interna yang digunakan adalah inter medulary nail pada 10 kasus dan plate and screws pada 18 kasus.

Setelah operasi, tungkai disanggah menggunakan Thomas splint selama 5 – 7 hari. Penderita diperbolehkan berjalan non weight bearing mulai hari ke 7 – 10, untuk 4 – 6 minggu, kemudian partial weight bearing 6 minggu berikutnya.

Full weight bearing di perbolehkan setelah 12 minggu. Operasi pengangkatan fiksasi interna dilakukan paling cepat setelah 12 bulan bila konsolidasi telah sempurna dan bila diperlukan dapat ditunggu sampai 2 tahun 3,4,5

Pada pengamatan ini dicatat dalam bentuk tabulasi:

1. Distribusi deformitas dari 28 kasus malunion fraktur batang femur

2. Klasifikasi hasil rekonstruksi satu tahap dan dua tahap dari 28 kasus malunion fraktur batang femur

3. Distribusi lingkup gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan rekonstruksi satu tahap dan dua tahap dari 28 kasus malunion fraktur batang femur.

HASIL PENGAMATAN TERBUKA

Penilaian terhadap hasil rekonstruksi dilakukan setelah 12 bulan. Hasil penilaian di klasifikasikan sebagai excellent, fair, dan poor berdasar kriteria Magerl dkk (1979).

1. Excelent berarti keadaan anatomis dan fungsi kembali sempurna tanpa ada rasa sakit.

2. Good berarti kadang – kadang timbul rasa sakit, tenaga normal, gerakan sendi panggul dan lutut terbatas kurang dari 10 derajat, valgus atau varus kurang dari 5 derajat.

3. Fair berati kadang – kadang timbul rasa sakit tetapi tidak menghalangi pekerjaan sehari – hari dan tidak memerlukan pengobatan, penampilan tidak sempurna, gerakan sendi penggul dan sendi lutut terbatas kurang dari 20 derajat, pemendekan femur kurang dari 1,5 cm, terdapat valgus atau varus kurang dari 10 derajat.

4. Poor berarti keadaan diluar dari batas yang didapati pada tingkat fair2

Dalam pengamatan ini tidak didapati hasil excellent. Hasil good ditemukan 12 kasus, fair 10 kasus dan poor pada 6 kasus.

Tabel 1.

Distribusi deformitas dari 28 kasus malunion fraktur

batang femur

Deformitas Jumlah kasus

Angulasi 4

Angulasi dan rotasi 12

Pemendekan 3 Pemendekan dan

angulasi/rotasi

9

Tabel 2.

Klasifikasi hasil rekonstruksi satu tahap dan dua tahap dari 28 kasus malunion fraktur batang femur

Hasil Satu Tahap Dua Tahap

Excellent 0 0

Good 7 5

Fair 6 4

Poor 3 3

(3)

Karangan Asli

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007 110

Tabel 3.

Distribusi lingkup gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan rekonstruksi satu tahap dan dua tahap dari 28 kasus malunion fraktur batang femur

Sebelum Rekonstruksi

Sesudah Rekonstruksi Derajat Lingkup

Gerak Sendi

Lutut Tahap

I

Tahap II

Tahap I

Tahap II

0 - 10 10 6 13 6

10 - 20 6 3 3 5

20 - 30 - 3 - 1

DISKUSI

Malunion terjadi karena reduksi yang tidak akurat atau imobilisasi yang tidak efektif selama penyembuhan. Penanganan tidak adekuat pada penelitian ini dilakukan terbanyak oleh tenaga medis (30%).

16 kasus yang terdiri dari 4 kasus dengan deformitas angulasi dan 12 kasus dengan angulasi dan rotasi (tabel I) dilakukan rekonstuksi dalam satu tahap operasi, 12 kasus dengan deformitas pemendekan dilakukan dalam 2 tahap.

Dari kelompok satu tahap (tabel II) didapati hasil good 7 (44%), fait 6 (37%), poor 3 (19%) dan tidak satupun didapatkan hasil yang excellent.

Sebelum dilakukan rekonstruksi didapati keterbatasan lingkup, gerak sendi lutut dan sesudah dilakukan rekonstruksi sebagian dari kasus derajat keterbatasan lingkup gerak sendi lutut berkurang (tabel III).

Perbaikan derajat lingkup gerak sendi lutut hanya terjadi pada kasus-kasus yang belum lama mengalami malunion.

O’ Beirne dkk 2

, memperoleh dari 11 kasus yang dilakukan rekonstruksi 2 tahap didapatkan 5 kasus (44%) keterbatasan lingkup gerak sendi lutut kurang dari 10 derajat dan 6 kasus (56%) lebih dari 10 derajat 3

.

Dari penelitian ini 12 kasus yang dilakukan rekonstruksi 2 tahap didapatkan 6 kasus (50%) keterbatasan lingkup gerak sendi lutut kurang dari 10 derajat dan 6 kasus (50%) lebih dari 10 derajat 2

.

KESIMPULAN

Pada pengamatan ini kebanyakan penderita telah ditangani terlebih dahulu oleh tenaga non medis (dukun patah tulang).

Setelah rekonstruksi, derajat lingkup gerak sendi lutut tampaknya tidak memberikan perbaikan yang berarti. Tidak dijumpai satupun hasil excellent pada pengamatan ini. Hal-hal di atas menunjukkan adanya variabel-variabel yang berperan dalam hasil rekonstruksi seperti: penanganan pertama oleh dukun patah, lamanya malunion, jarak pemendekan yang terjadi pada femur, besarnya derajat angulasi dan rotasi.

SARAN

Diharap dapat dilakukan penelitian multicenter study di Indonesia sehinga dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya malunion fraktur batang femur dan menurunkan biaya pengobatan dan perawatan pada penderita-penderita fraktur femur pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Graham AA: Injury of the pelvis. In: Solomon L, Warwick DJ, Nayagam S. editors. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 8th

ed. New York: Oxford University Press Inc.; 2001. p. 668.

2. O’ Beirne J. et al: Fracture of the femur trated by femoral plating using the anterolateral approach. Injury 1986; 17: p. 387-90.

3. Mc Rae R: Practical Fracture Treatment 4th

ed. London: Churchill Livingstone; 2002. p. 323.

4. Russel TA: Malunited fractures. In: Crenshaw AH. Ed. Campbell Operative Orthopaedics. 7th

ed. St. Louis: The C.V. Mosby Company; 1987. p. 2029-37. 5. Sisk TD: Fractures of Lower Extremity.

In: Crenshaw AH. Ed. Campbell Operative Orthopaedics. 7th

ed. St. Louis: The C.V. Mosby Company; 1987. p. 1680-71.

Referensi

Dokumen terkait

RIP FMIPA UHO ini bertujuan untuk menjadi pedoman pelaksanaan penelitian di FMIPA UHO secara efektif, terintegrasi, komprehensif dan berkelanjutan untuk menjalankan misi penelitian

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya

Hasil analisis menunjukkan kadar abu mikroenkapsulat pepton ikan hasil tangkapan sampingan (HTS) lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar abu pepton ikan

Tiba di Bangkok Airport, peserta akan dijemput oleh perwakilan kami dan setelah meet & greet, kemudian peserta akan diantar ke Hotel untuk check in beristirahat dan makan malam

Sembilan skripsi yaitu skripsi nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dinilai baik dalam tujuan karena tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan, dapat diperiksa apakah tujuan

- Bahwa, pada pokoknya permohonan Pemohon adalah keberatan terhadap penetapan KPU Nomor : 255/Kpts/KPU/TAHUN 2009 tanggal 09 Mei 2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil

Menurut Santrock (dalam Alfina,2014) santri yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu

Menyerahkan surat pernyataan sebagai Perusahaan Dalam Negeri atau Penyedia Barang/Jasa Afiliasi BUMN Kegiatan Usaha Hulu Migas yang menyatakan bahwa akta atau surat