SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh :
ATIN KURNIATIN 1110018200056
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DI
SMAN 8 KABUPATBN TANGERANGSKzuPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
ATIN KURNIATIN
NIM. 1110018200056
Dra. Nurdelima Waruwu. M.Pd NIP. 1 967 1 020 2001t2 200t
PROGRAM STUDI MANAJEN{EN PENDIDIKAN
FAKT]LTAS
ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUANUNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
Tangerang di susun oleh Atin Kurniatin, Nim 1110018200056, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui proses bimbingan dan dinyatakan sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 10 Desember 2014 Dosen Pembimbing
tu
Dra. Nurdelima Waruwu. M.Pdo9/
Yr
/01
di
SMAN 8 Kabupaten Tangerang" diajukan kepada Fakultas Itmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus Ujian Munaqosah pada tanggal l0,Desenrber 2014 dihadapan Dewan Penguji. oleh karenaitu,
penulis berhak memperoleh gelar S'Pd clalam Prograr-n Studi Manajemen Pendidikan'Jakarta, 16 Desemb er 2014
Panitia Ujian Muaqosah
Ketua Panitia (ketua Prodi) Dr. Hasyirn Asv'ari- M'Pd
Mp.
tqoot009 1993303 1 004Sekretasis (Sekretaris Prodi) Dr. Zalrudin. Lc. M.Pd
NIP. 19730302 200501 1 002
Penguji I
Drs. Mashyuri AM. M' Pd'
Mp.
tqsoos18 197803I
002r/-/r
Penguji II
Dra. Raudhah. MS.. M' Pd'
Np.
tqsi0408 198103 2001Tanda Tangan
XA
\
t/
It
2e
i'11
/tv
/t
Tanggal2n tC
Mengetahui
IN Syarif HidaYat Jakarta
frc
W
il-'D
/-.urieq ^\
,F*" -C(al
(r
i1
ft
Yang bertanda tangan dibawah ini: Atin Kurniatin
1 1 10018200056
Manajemen Pendidikan
Kp. Lukun RT 02101 Ds. Cisoka Kec. Cisoka Nama
NIM
Jurusan Alamat
dosen:
Nama Pembimbing
NIP
Jurusan/Program Studi
: Dra. Nurdelima Waruwu, M. pd : 19671020 200112 2 001
: Manajemen Pendidikan
Kab. Tangerang-Banten
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Gaya Kepemimpinan Demokratis di
Kabupaten Tangerang adalah benar hasil karya sendiri dibawah
SMAN 8
bimbingan
Demikian surat pernyataan
ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.Jakarta, I 7 Desember 2014 Yang Menyatakan
i
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. November 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMAN 8 Kabupaten Tangerang. Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan orang atau kelompok. Gaya kepemimpinan merupakan cara kepala sekolah dalam mempengaruhi, mengarahkan, menggerakkan, dan membimbing anggota atau guru untuk mencapai tujuan atau program yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang di terapkan oleh kepala sekolah SMAN 8 Kabupaten Tangerang adalah demokratis. Hal ini bisa di lihat dari cara kepala sekolah menerapkan indikator gaya kepemimpinan demokratis seperti menerima pendapat, saran, dan kritik dari bawahan, Mengutamakan kerja sama dan kerja tim, melakukan koordinasi pada bawahan, Memberikan stimulasi kepada bawahan agar produktif,
mengikutserakan bawa dalam memecahkan masalah, Memberikan informasi tentang tugas dan tanggung jawab para bawahan.
Jenis metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif, instrumen pengumpulan data penelitian menggunakan instrumen : observasi awal, dokumentasi serta wawancara kepala sekolah, guru-guru dan karyawan SMAN 8 Kabupaten Tangerang. Setelah mendapatkan data yang diperlukan penulis, data dideskripsikan lalu dianalisis.
ii
Education and Teaching, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta.November 2014.
This study aims to determine the Principal Leadership Styles in SMAN 8 Tangerang.Leadership is the ability and readiness of a person to influences, encourages, encourages, guides, moving, directing the person or group.Leadership style is the Principal way in influencing, directing, moving, and guiding members or teachers to achieve the goals or programs that have been set.
Results of research conducted by the authors showed that the leadership style applied by the principal of SMAN 8 Tangerang is democratic.This can be seen from the way the Principal implementing democratic leadership style indicator as receive opinions, suggestions, and criticism from subordinates, Focusing oncollaboration and teamwork, coordination on subordinates, provide stimulation to subordinates to be productive,along with take in solving the problem,provides information about the duties and responsibilities of the subordinate.
The type of method used in this research is qualitative research, using descriptive analysis approach, the research data collection instruments used instruments: initial observation, documentation and interview principals, teachers and employees of SMAN 8 Tangerang.After getting the necessary data the authors, described and analyzed.
iiii
yang maha berilmu di atas mereka yang merasa diri berilmu, serta pencipta Maha Sempurna. Ungkapan sholawat serta salam tertuju kepada Rasulullah SAW Insan termulia yang telah menghabiskan waktu untuk menuntun umat pengikutnya ke arah keselamatan hidup. Adapun benar skripsi sulit dapat terwujud manakala penulis tidak dapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik berupa saran maupun kritik, serta bantuan yang bersifat moril maupun materiil. Karena itulah sepatutnya di ucapkan terima kasih yang tak terhingga, terutama penulis tujukan kepada yang terhormat :
1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph. D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd., Ketua program studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd., Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan bimbingan serta arahan dalam penulisan skripsi ini, dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu yang diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebaikannya dibalas dengan berlipat ganda.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya program studi Manajemen Pendidikan yang dengan ikhlas menyumbangkan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang diberikan dapat menjadi bekal bagi penulis.
5. Bapak Drs. H. Dedi Heryadi, M. Pd., Kepala Sekolah beserta staff guru SMAN 8 Kabupaten Tangerang yang telah bersedia memberikan izin, tempat dan informasi kepada penulis. Semoga SMAN 8 Kabupaten Tangerang tetap menjadi sekolah terbaik sehingga menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas. 6. Keluargaku tercinta, Ayahanda (H. Moch. Fathoni) dan Ibunda (Hj. Suhaemi)
ivi
tiada tara, dengan segenap cinta dan buktiku, kupersembahkan karya kecilku ini untuk kalian orang-orang tercinta.
8. Kakanda Ardhia Nidzar, terima kasih atas dukungan doa dan semangat yang tiada henti diberikan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaikku Kiki Ulfa Lesmana, Dini Halimah, Intan N. Aini, yang senantiasa menemani penulis dalam susah maupun senang. Sukses untuk kita semua. Amiin
10.Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, yang menjadi tempat bernaung penulis selama menuntut ilmu di UIN Jakarta, terima kasih telah memberikan motivasi dan do’anya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
11.Teman-teman seperjuangan program studi Manajemen Pendidikan 2010, khususnya teman-teman terbaikku Anita Greanti, Lia Dahlia, Siti Subaikoh, Djehan Firda Syafitri, Rizka Umami, Ari Istiara, Ayu Nurazizah. Terima kasih telah menemani penulis dalam suka maupun duka, terima kasih telah menjadi sahabat terbaik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga bantuan yang diberikan menjadi amal soleh yang memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Kritik, saran dan ide senantiasa penulis terima dengan suka cita. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.. Sekian dan terima kasih.
vi
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Masalah ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Kepala Sekolah ... 7
1. Pengertian Kepala Sekolah ... 7
2. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sekolah ... 9
3. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan ... 11
B. Kepemimpinan ... 12
1. Pengertian Kepemimpinan ... 12
2. Pengertian Gaya Kepemimpinan ... 13
3. Fungsi Kepemimpinan ... 14
4. Gaya Kepemimpinan ... 16
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 29
vii
C. Metode Penelitian ... 33
D. Data dan Sumber Data ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Teknik Analisa Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMAN 8 Kabupaten Tangerang ... 39
1. Profil SMAN 8 Kabupaten Tangerang ... 39
2. Sejarah Singkat SMAN 8 Kabupaten Tangerang ... 40
3. Visi dan Misi SMAN 8 Kabupaten Tangerang ... 41
4. Keadaan Guru dan Karyawan SMAN 8 Kabupaten Tangerang ... 41
5. Data Siswa SMAN 8 Kabupaten Tangerang ... 43
6. Sarana dan Prasarana SMAN 8 Kabupaten Tangerang ... 44
B. Deskripsi dan Analisa Data ... 45
1. Menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan ... 46
2. Mengutamakan kerja sama dan kerja tim ... 46
3. Melakukan koordinasi pekerjaan pada bawahan ... 47
4. Memberikan stimulasi kepada bawahan agar produktif ... 48
5. Mengikutsertakan bawahan dalam memecakan masalah ... 49
6. Memberikan informasi tentang tugas dan tanggung jawab para bawahan ... 49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53
C. Saran ... 54
viii
[image:12.595.116.519.230.611.2]viiii
2. Pedoman Wawancara Guru
3. Hasil Wawancara Kepala Sekolah dan Guru 4. Daftar Uji Referensi
5. Struktur Organisasi Sekolah 6. Foto Dokumentasi
7. Surat Bimbingan Skripsi
8. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 9. Surat Permohonan Izin Penelitian
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan manusia di dunia ini tidak ada yang luput dari keanggotaan suatu organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa dimana pun manusia berada (berinteraksi) maka timbullah suatu organisasi. sehingga organisasi tidak lagi hanya sebagai suatu wadah dari orang-orang yang berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi seiringnya perkembangan zaman dan tuntutan global, organisasi kini berkembang pada interaksi orang untuk
maksud tertentu.
Dalam suatu organisasi tentunya dibutuhkan seseorang yang bisa mengelola dan mengendalikan organisasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan, seseorang itu disebut sebagai pemimpin. Pemimpin harus memiliki skill, pengalaman berorganisasi, Selain memiliki skill yang baik, tentunya kepribadian dan perilakunya pun menentukan iklim organisasi didalamnya. Pemimpin merupakan orang yang menjadi panutan bagi bawahan-bawahannya, segala yang ada pada diri pemimpin akan menjadi sorotan atau perhatian orang-orang
sekitarnya.
Kepemimpinan adalah hal penting dalam organisasi. Sebagaimana
hendaknya salah seorang mereka itu dijadikan pemimpin (idza kharaja tsalatsatun fi safarin, fal yuamiru ahadahum)” (Al-Hadis). Suatu organisasi memiliki kompleksitas, baik barang/jasa maupun ide, menghadapi berbagai perubahan senantiasa melingkupi setiap saat, menghadapi berbagai karakteristik personel yang dapat mengembangkan maupun melemahkan. Hal ini menjadi alasan
diperlukannya orang yang tampil mengatur, memberi pengaruh, menata, mendamaikan, memberi penyejuk, dan dapat menetapkan tujuan yang tepat saat anggota tersesat atau kebingungan menetapkan arah. Disinilah diperlukan pemimpin yamg melaksanakan kepemimpinan.1
Pada hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin, karena manusia sebagai pemimpin maka setiap tindakannya akan dipertanggungjawabkan. Manusia sebagai pemimpin minimal bisa memimpin dirinya sendiri. Apabila suatu organisasi tidak ada seorang pemimpin, maka organisasi tersebut tidak akan
berjalan dengan baik, karena tidak terarah dan tidak jelas siapa yang mengatur setiap kebijakan atau pekerjaan kelompoknya. Pemimpin di ibaratkan sebagai seorang supir bus yang menentukan kemana bus akan dibawa, sama halnya dengan pemimpin, dalam setiap organisasi yang menentukan kemana visi dan misi akan dibawa adalah pemimpin. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang pemimpin untuk mengatur dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah salah satu kekuatan penting dalam rangka
pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership), kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin, itulah yang menyebabkan seorang menjadi pemimpin.
Berbagai perubahan masyarakat, dan krisis multidimensi yang telah lama melanda indonesia menyebabkan sulitnya menemukan sosok pemimpin ideal yang
1
memiliki komitmen tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Dalam berbagai bidang kehidupan banyak ditemui pemimpin-pemimpin pendidikan karbitan atau amatiran yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas tentang lembaga pendidikan atau sekolah yang dipimpinnya. Kondisi seperti ini telah mengakibatkan buruknya iklim dan budaya sekolah, bahkan telah menimbulkan
banyak konflik negatif dan stres para bawahan yang dipimpinnya. Hal ini tentu saja perlu penanganan yang serius, karena kepemimpinan pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membangun sekolah yang efektif.2
Kepemimpinan merupakan topik menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, sampai saat ini terus dipelajari dan diteliti. Kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari sebuah kekuasaan karena tanpa sebuah kekuasaan, pemimpin tidak memiliki kewenangan dalam mempengaruhi orang lain atau bawahan sebagaimana peran kepala sekolah dalam mengelola sebuah lembaga pendidikan yang ia pimpin. Oleh karena itu, Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sehingga para guru bisa meningkatkan kinerjanya dalam mejalankan tugas, dan merasa memiliki tanggung jawab yang harus mereka laksanakan. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin secara efektif dan lancar, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mendukung kepemimpinan. Faktor-faktor yang mendukung kepemimpinan adalah (1) komunikasi, (2) kepribadian, (3) keteladanan, (4) tindakan, dan (5) memfasilitasi. Kelima faktor inilah yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara baik oleh kepala sekolah jika ingin sukses dalam memimpin.
Begitu pun dalam lembaga pendidikan, kepala sekolah merupakan sosok pemimpin di dalam lembaga pendidikan. Segala kegiatan pendidikan baik kegiatan manajerial dan akademis, kepala sekolah berperan mengawasi dan mengontrol kinerja para guru, memperhatikan tugas-tugas guru dan staf. Gaya kepemimpinannya menjadi suatu stimulus bagi para guru dan staf untuk menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik, apabila tercipta iklim organisasi yang baik didalam sekolah. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas jalannya sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah.3
2
Mulyasa. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. (Jakarta: Bumi aksara, 2011), h. 17.
3
Maka dari itu, gaya dari seorang pimpinan dalam memimpin mempengaruhi kepengikutan anggotanya akan menciptakan suatu iklim organisasi dan mempengaruhi kinerja dari bawahan atau anggotanya. Untuk itu, gaya memimpin seseorang dalam suatu organisasi sangat berpengaruh terhadap suatu organisasi, termasuk dalam organisasi pendidikan yaitu sekolah pemimpin
memiliki berbagai macam tipe kepemimpinan. Sesuai dengan situasi sekarang dimana kita berada di tengah-tengah perjuangan menuju kesuksesan tujuan pendidikan tidak lepas dan sangat membutuhkan tipe-tipe pemimpin.
Di SMAN 8 Kabupaten Tangerang ini, penulis melihat keadaan sekolah yang semakin menunjukkan eksistensinya dalam berbagai bidang, walaupun sempat berkali-kali ganti kepala sekolah. Sekolah ini juga memiliki banyak kelebihan di antara sekolah-sekolah yang ada di sekitarnya. Diantaranya adalah, diraihnya beberapa prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, kepala sekolah memberikan kesempatan kepada para dewan guru untuk memberikan masukan atau saran, namun tidak dipungkiri juga dalam kepemimpinannya masih ada kelemahan karena kurang maksimalnya guru dan staf dalam menjalankan tugas dan dalam memerintahkan bawahannya
Peran Kepala Sekolah sangat menentukan keberhasilan suatu sekolah. Berkembang atau tidaknya suatu sekolah berada di tangan kepala sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu membantu guru atau staf dalam memahami visi
dan misi sekolah yang telah ditetapkan bersama. Kepala Sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru untuk berpendapat atau memberikan saran dan menetapkan tujuan sesuai dengan kesepakatan bersama.
kepemimpinan yang tepat untuk menciptakan iklim organisasi yang baik di dalam sekolah.
Gaya kepemimpinan yang negatif, dampaknya ke depan seperti yang kita lihat dan yang terjadi banyak gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kondisi suatu organisasi. Namun tidak sedikit pula sekolah yang mengalami
kemunduran karena gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah tidak sesuai dengan keadaan atau kondisi sekolah.
Kelemahan dari gaya kepemimpinan demokratis adalah terlalu bebas dan terbuka. Kelemahan dari kepemimpinan yang otokratis ialah terlalu menekan bawahan-bawahannya, kelemahan dari laissez faire ia terlalu apatis terhadap lingkungan, sedangkan yang terakhir gaya kepemimpinan pseudo demokratis adalah terbuka tetapi ada aturan yang harus di patuhi.
Persoalan pemimpin memang sangat menarik untuk dikaji sehingga
berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menelitinya dan diangkat dalam skripsi dengan judul “GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA
SEKOLAH DI SMAN 8 KABUPATEN TANGERANG”.
B. Identifikasi Masalah
Dalam rangka mengkaji Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, maka identifikasi masalah yaitu sebagai berikut :
Identifikasi masalah :
1. Tidak tegasnya pimpinan dalam pengambilan keputusan 2. Kurang adanya perhatian terhadap tugas bawahan 3. Lemahnya kemampuan bersosialisasi dengan guru
4. Tidak meratanya tugas dan tanggung jawab yang diberikan
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kekeliruan tentang masalah yang penulis kemukakan, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada salah satu gaya kepemimpinan kepala sekolah demokratis di SMA N 8 Kabupaten Tangerang.
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: “Bagaimana gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA N 8 Kabupaten Tangerang?”
E. Tujuan Masalah
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gaya
kepemimpinan kepala sekolah SMA N 8 Kabupaten Tangerang.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Hasil dari pnelitian semoga memberikan kontribusi dan memperkaya studi ilmiah terutama dalam bidang menejemen pendidikan.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran khususnya bagi kepala sekolah.
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah terdiri dari dua kata yakni „kepala‟ dan „sekolah‟. kata
kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga.1Sedang sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.2 Dengan demikian kepala sekolah adalah ketua atau pemimpin suatu organisasi yang di dalamnya terapat kegiatan belajar mengajar.
Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas khusus untuk mengelola
sekolah, membuat kebijakan, mengatur tata tertib dan operasionalisasi sekolah sehingga tidak terjadi kesemrawutan atau diberi kepercayaan untuk menjadi pemimpin sekaligus manajer sekolah.3
Menurut Wahjosumidjo kepala sekolah didefinisikan sebagai : seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.4
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gita Media Press, h. 420
2
Ibid., h. 684
3
Aan Komariah, et.al., Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h. 3.
4
Masih menurut Wahjosuidjo kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan integritas. Oleh sebab itu, kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.5
Dalam memimpin, kepala sekolah harus memiliki beberapa persyaratan untuk menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, antara lain:6
a. Memiliki kesehatan jasmani dan ruhani yang baik b. Berpegang teguh pada tujuan yang dicapai
c. Bersemangat
d. Cakap di dalam memberi bimbingan
e. Cepat dan bijaksana di dalam mengambil keputusan f. Jujur
g. Cerdas
h. Cakap di dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan yang baik dan berusaha untuk mencapainya.
Selanjutnya, hal yang harus dimiliki oleh kepala sekolah adalah karakter kepala sekolah yang mendukung ia dalam menjalankan sifat kepemimpinannya, antara lain:
a. Religius b. Terampil
c. Tanggung jawab d. Adil dan bijaksana e. Demokratis
f. Rasa kemanusiaan yang tinggi g. Menghargai pendapat orang lain
5
Ibid., h. 84-85
6
h. Disiplin i. Jujur j. Kreatif k. Mandiri l. Komunikatif m. Cinta damai n. Gemar membaca o. Peduli lingkungan p. Rasa sosial
q. Cinta tanah air.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, pemimpin/leader, inovator, dan motivator.7
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Kepala sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai tugas: a) Menyusun perencanaan
b) Mengorganisasikan kegiatan c) Mengarahkan kegiatan d) Mengkoordinasikan kegiatan e) Melaksanakan pengawasan
f) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan g) Menentukan kebijaksanaan
h) Mengadakan rapat i) Mengambil keputusan
7
j) Mengatur proses belajar mengajar
k) Mengatur administrasi ketatausahaan, siswa, ketenangan, sarana dan prasarana, keuangan/RAPBS.
l) Mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
m) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Bertugas menyelenggarakan Administrasi, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang keterampilan/kesenian, bimbingan konseling, UKS, OSIS.
d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai: a) Proses belajar mengajar
b) Kegiatan bimbingan dan konseling c) Kegiatan ekstrakurikuler
d) Kegiatan ketatausahaan
e) Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait f) Sarana dan prasarana
g) Kegiatan Osis
e. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin/Leader
f. Kepala Sekolah sebagai Inovator
a) Melakukan pembaharuan di bidang KBM, BK, Ekstrakurikuler, dan pengadaan
b) Melaksanan pembinaan guru dan karyawan
c) Melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya di komite sekolah dan masyarakat
g. Kepala Sekolah sebagai Motivator
a) Mengatur ruang kantor yang konduktif untuk bekerja b) Mengatur ruang kantor yang konduktif untuk KBM/BK c) Mengatur ruang laboratorium yang konduktif untuk praktikum d) Mengatur ruang perpustakaan yang konduktif untuk belajar e) Mengatur halaman/lingkungan yang sejuk dan teratur
f) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antar sekolah dan lingkungan
g) Menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman. Dalam menjalankan tugasnya, kepala sekolah dapat mendelegasikan kepada wakil kepala kepala sekolah.
3. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, kepala sekolah memiliki tanggung jawab ganda yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan dalam membimbing petumbuhan murid-muridnya.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan yang
belajar bagaimana mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya pada usaha pembinaan program pengajaran.8
Kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim dan budaya sekolah yang konduktif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif, efisien dan produktif.9
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.10
Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan”.11
Menurut Endin Nasrudin dalam bukunya yang berjudul Psikologi Manajemen mengatakan bahwa : Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau teknik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat.12
8
Tim Dosen Administrasi UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2013), h. 141
9
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan. (Kaukaba Yogyakarta: 2012), h. 106
10
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), h. 38
11
Tim Dosen Administrasi UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2013), h. 125
12
Dari Uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah seni mempengaruhi, mengajak, memotivasi, membina, mengarahkan, dan menggerakkan kelompok atau sumber daya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.
2. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin mempunyai sikap dan perilaku tertentu dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya. Banyak para ahli membicarakan sikap, sikap diperoleh seseorang bukan melalui orang tua atau warisan, melainkan lebih banyak ditentukan dan dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan, dan pergaulan.
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Menurut E. Mulyasa gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.
Dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah karangan Mulyasa, Miftah Thoha mengatakan bahwa
gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menyeleraskan persepsi diantara orang yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.13
Jadi, menurut penulis gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah cara kepala sekolah dalam mempengaruhi, mengarahkan, menggerakkan, dan membimbing anggota atau guru untuk mencapai tujuan atau program yang telah ditetapkan.
Dalam penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah hendaknya mengetahui sikap dan perilaku para anggota atau guru, sehingga kepala sekolah mengetahuai gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan di sekolah tersebut.
13
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi,
3. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi, yaitu: pertama, dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. Kedua, dimensi yang berkenaan dengan tingkat
dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang di pimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi.14
Secara operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok, yaitu:15
a) Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana
perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b) Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertma dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan-bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang di pimpinnya yang di nilai mempunyai berbagai bahan informasiyang
diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkandan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
14
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan. (Kaukaba Yogyakarta: 2012), h, 88
15
c) Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam pelaksanaannya. Partisipasi tidak berarti bebas melakukan semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama
dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d) Fungsi Delegasi
Fungsi delegasi dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki
kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi. e) Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses (efektif) mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas
4. Fungsi Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain: 16
a) Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.
b) Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c) Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
d) Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar
dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
e) Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.
Dari penjelasan di atas, bahwasannya fungsi pemimpin memang kompleks. Seorang pemimpin harus menjalankan fungsinya tersebut secara efektif agar mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan bersama.
5. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Thoha (1995) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.17
16
Tim Dosen Administrasi UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2013), h. 126
17
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Dalam pengertian lain gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang sering disukai dan
sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.18
Terdapat beberapa gaya kepemimpinan sering juga disebut dengan tipe kepemimpinan, yaitu:
a. Tipe Karismatis
Tipe karismatis ini memiliki kekuatan energy, daya-tarik dan perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebab-sebabnya, mengapa seseorang itu mempunyai kekuatan gaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia yang maha kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan, teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar.19
18
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Kaukaba Yogyakarta: 2012), h, 82-83
19
b. Tipe Paternalistis
Yaitu tipe kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut :20
1) Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak-anak sendiri yang perlu dikembangkan.
2) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protectif).
3) Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
4) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.
5) Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri. 6) Selalu bersikap maha-tahu dan maha benar.
c. Tipe Militeristis
Tipe ini bersifat kemiliteran, namun hanya gaya luaran saja yang mencontoh militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Tipe kepemimpinan ini berbeda sekali dengan kepemimpinan organisasi militer. Sifat-sifat pemimpin yang militeristis antara lain ialah :21
1) Lebih banyak menggunakan system perintah/komando terhadap bawahannya keras, sangat otoriter, kaku, dan seringkali kurang bijaksana.
2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upaca ritual dan tanda-tanda kebesaran berlebihan.
4) Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya (disiplin cadaver/mayat).
20
Ibid., h. 81-82
21
5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.
6) Komunikasi hana berlangsung searah saja.
d. Tipe Otokratis
Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang
mutlak dan harus dipenuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal. Pada a one-man-show. Dia berambisi sekali untuk merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Anak buah tidak pernah diberi informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang harus dilakukan. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi pemimpin sendiri.22
Tipe otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian
tugas dan tanggung jawab dipegang oleh pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinannya.
Tipe ini disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan
dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran, mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.23
Bagi kepemimpinan otoriter, partisipasi anggota tidak dikehendaki karena tugas-tugas dan prosedur-prosedur didiktekan oleh pemimpin. Pemimpin akan
22
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 83
23
mengeksploitasi rasa ketergantungan pengikut-pengikutnya dan berusaha untuk membina kendali penuh. Dalam proses membuat keputusan, pemimpin secara individual mengarahkan dan mendominasi anggota kelompok dan ia langsung mengambil keputusan.24
Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam
kepemimpinannya sebagai berikut :25 a. Menganggap organisasi milik pribadi
b. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi c. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat e. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya
f. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).
Seorang pemimpin yang otokratik menurut Sondang P. Siagian
“cenderung menganut nilai organisasi yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya”.26
Kepala sekolah yang otoriter berkeyakinan bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu, menganggap dirinya sebagai orang paling kuasa, dan paling mengetahui berbagai hal. Kepala sekolah yang otoriter biasanya tidak terbuka tidak mau menerima kritik, dan tidak mau membuka jalan untuk berinteraksi dengan tenaga kependidikan. Ia hanya memberikan instruksi tentang
apa yang harus dikerjakan serta dalam menanamkan disiplin cenderung menggunakan paksaan dan hukuman.27
24
Herabudin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), h. 221-222
25
Syamsul Arifin, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), h. 89
26
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), cet.5, h. 31-33
27
Jadi, gaya kepemimpinan otoriter menganggap bahwa dirinyalah yang paling berkuasa, segala keputusan berada ditangannya, dan tidak membuka diri untuk berinteraksi dengan guru. Ia hanya menginformasikan tentang tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru. Dalam menerapkan kedisiplinan pun ia menggunakan paksaan dan hukuman.
e. Tipe Lissez Faire
Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis, sebab duduknya sebagai direktur atau pemimpin, ketua dewan, komandan atau kepala biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan atau nepotisme.28
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya. Dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.
Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dam koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin.29
Hal-hal berikut dapat dikemukakan sebagai karakteristik utama pemimpin yang laissez faire. Seorang yang laissez faire berpandangan, bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang
baru ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
28
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), h. 84
29
Seorang pemimpin yang laissez faire melihat peranannya sebagai “polisi lalu lintas”. Dengan anggapan bahwa para anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku, dan ia cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus
dijalankan dan digerakkan.30
Kepemimpinan laissez faire, juga disebut sebagai kepemimpinan liberal, merupakan suatu pola pengabaian (abrogation) sehingga pemimpin berusaha menghindari tanggung jawab terhadap pengikutnya. Dalam proses pengambilan keputusan pemimpin tidak mengarahkan dan memberikan perintah kepada para pengikutnya menentukan sendiri. Ia bisa jadi hanya mengamati dan memerhatikan tanpa berpartisipasi langsung. Seorang pemimpin yang liberal menyebabkan para pengikutnya menjadi manusia yang penuh kreatif, dan dapat menentukan
pilihannya masing-masing dalam mencapai tujuannya. Interaksi dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin tipe ini tidak ada sama sekali karena ia menganut sikap yang tak acuh terhadap pengikutnya dan menghindari tanggung jawab terhadap mereka.31
Kepala sekolah yang memiliki sifat laissez faire merupakan kebalikan dari yang otoriter, dan sering disebut liberal, karena ia memberikan banyak kebebasan kepada tenaga kependidikan untuk mengambil langkah-langkah sendiri dalam menghadapi sesuatu. Kepala sekolah ini keliru dalam menafsirkan demokrasi, ia
menafsirkan demokrasi sebagai kebebasan untuk mengemukakan, dan mempertahankan pendapat, serta kebijaksanaan masing-masing. Padahal demokrasi bukan kebebasan mutlak, tetapi dibatasi oleh peraturan. Dalam rapat sekolah, kepala sekolah menyerahkan segala sesuatu kepada para tenaga
30
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3, h. 38
31
kependidikan, baik penentuan tujuan, prosedur pelaksanaan, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang akan digunakan.
Kepala sekolah bersifat pasif, kegiatan yang akan dilakukan, tidak ikut terlibat langsung dengan tenaga kependidikan, dan tidak mengambil inisiatif apapun. Kepala sekolah yang memiliki sifat laissez faire biasanya memposisikan diri sebagai penonton, meskipun ia berada ditengah-tengah para tenaga kependidikan dalam rapat sekolah, karena ia menganggap bahwa pemimpin jangan terlalu banyak mengemukakakan pendapat agar tidak mengurangi hak dan kebebasan anggota. 32
Ciri-ciri kepemimpinan Laissez faire :33 a) Tidak yakin pada kemampuan sendiri b) Tidak berani menetapkan tujuan c) Tidak berani menanggung resiko
d) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok.
f. Tipe Populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third World mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat.
Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh kepada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing) kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) nasionalisme.34
g. Tipe Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpin terdiri dari teknorat dan administrator yang mampu menggerakkan dinamika
32
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. Ke-8, 2006), h. 269-271
33
Veithzal Rivai, Kiat Memimpin Dalam Abad Ke-21, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), cet. Pertama, h. 79
34
modernisasi dan pembangunan. Dengan demikian dapat dibangun system administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah yaitu untuk memantapkan integritas bangsa pada khususnya dan usaha pembangunan pada umumnya. Dengan kepemimpinan administratif ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, industry, manajemen modern dan
perkembangan social di tengah masyarakat.35
h. Tipe Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis, pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan
sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.36
Kepemimpinan demokratis merupakan suatu pola yang memandang manusia mampu mengarahkan dirinya sendiri dan berusaha untuk memberikan
kesempatan kepada anggota untuk tumbuh dan berkembang serta bertindak sendiri melalui partisipasinya dalam mengendalikan diri mereka sendiri dalam membuat keputusan. Pemimpin membimbing dan memberi kesempatan kepada kelompok untuk ikut serta mengambil bagian dalam proses pembuatan keputusan.
Pandangan seorang pemimpin yang demokratis terhadap orang lain lebih optimis dan positif dan tidak otoriter. Ia mendukung interaksi di antara para
35
Ibid., h 85
36
anggota kelompok dengan cara memotivasi mereka untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dan kegiatan kelompok.37
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam kepemimpinan
demokratis, pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas dan tanggung jawab para bawahannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima, bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota-anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan.38
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini
bukan terletak pada person “person atau individu pemimpin”, akan tetapi kekuatan
justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu maupun mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Juga tersedia mengakui keahlian
para spesialis dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan demokratis sering disebut sebagai kepemimpinan group developer.39
37
Herabudin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), h. 221
38
Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 63
39
Seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut: 40
a) Dalam proses penggerakkan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia.
b) Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya.
c) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya.
d) Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan.
e) Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi tetap berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
f) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripada dia sendiri.
g) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin.
Pemimpin ini memiliki sifat yang selalu bersedia menolong bawahannya, dengan memberikan arahan, nasihat, serta petunjuk. Gaya kepemimpinan ini ditandai dengan adanya pengambilan keputusan yang kooperatif. Karena kepemimpinan ini selalu megutamakan kerjasama dan kemampuan mengarahkan
diri sendiri dan para bawahannya.
i. Pseudo Demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang bertipe pseudo demokratis hanya tampaknya demokratis, padahal senbenarnya dia bersifat otokratis. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah pada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus,
40
samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
Tipe kepemimpinan pseudo demokratis disebut pula dengan tipe kepemimpinan manipulasi demokratis kalau menurut bahasa arab disebut munafik, karena menampakkan dua wajah yaitu lain di mulut lain dihati. 41
Kepala sekolah yang memiliki sifat pseudo demokratis sebenarnya bersifat otoriter, hanya pandai memberikan kesan seolah-olah demokratis. Dalam rapat sekolah, ia berbuat seakan-akan semua rencana, program, dan kebijakan merupakan keputusan kelompok, padahal atas kehendaknya sendiri. Dalam gaya kepemimpinan ini juga kepala sekolah seakan-akan memperhatikan saran dan pendapat tenaga kependidikan. Walaupun akhirnya hal tersebut tidak digunakan. Mengingat sifat permukaannya yang ramah, para tenaga kependidikan cenderung segan dan enggan untuk menentang keputusannya. Kepala sekolah yang memiliki
sifat pseudo demokratis sering disebut sebagai kepala sekolah yang memanipulasi demokrasi atau demokrasi semu.42
Pada tipe kepemimpinan seperti ini, pemimpin memberikan kesan yang seolah-olah demokratis, padahal maksudnya adalah otokratis, yang mengutamakan keinginannya dengan penyampaian secara halus. Jadi sebenarnya pemimpin yang pseudo demokratis merupakan pemimpin yang otokratis, yang sifatnya di tutupi oleh penampilan yang seolah-olah dia demokratis.
Menurut Mulyasa sebagaimana dikutip oleh Khozin (2006: 49-50) beberapa gaya yang dapat diuraikan antara lain:43
a. Gaya mendikte (telling), gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan daya abstrak, kemauan dan kepercaaan diri (komitmen) rendah, sehingga memerlukan petunjuk dan pengawasan yang jelas. Gaya ini lebih cocok diterapkan pada guru dan staf ang
41
Tim Dosen Administrasi UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 127
42
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. Ke-8, 2006), h. 269-271
43
acuh dan tak acuh, karena itu kepala sekolah/madrasah dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan dimana tugas dilakukan. Dengan demikian, gaya ini menekankan pada tugas, sedangkan hubungan hanya sekedar saja.
b. Gaya menjual (selling), gaya ini diterapkan apabila tingkat kematangan daya abstraknya taraf rendah, tetapi kemauan kerja dan kepercaaan diri (komitmen) sangat memadai (tinggi). Gaya ini lebih cocok diterapkan pada guru maupun staf yang sangat sibuk, karena itu kepala sekolah/madrasah selalu memberikan petunjuk atau pengarahan atau porsinya agak banyak. Dengan demikian gaya ini menekankan pada tugas serta hubungan yang tinggi, agar dapat memelihara dan meningkatkan kemauan yang telah dimiliki.
c. Gaya melibatkan diri (Participating), gaya ini diterapkan jika tingkat kematangan daya abstraknya tinggi, tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan kepercayaan diri (komitmen). Gaya ini lebih cocok diterapkan pada guru maupun staf yang suka kritik, karena itukepala sekolah/madrasah berperan bersama-sama dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, gaya ini tidak menekankan pada tugas, namun upaya hubungan perlu ditingkatkan dengan membuka komunikasi dua arah.
d. Gaya mendelegasikan (delegating), gaya ini diterapkan bila kemampuan, kematangan daya abstrak, kemauan kerja dan pada guru maupun staf yang professional, karena itu kepala sekolah/madrasah membiarkan mereka melaksanakan kegiatan sendiri, tetapi tetap melakukan pengawasan. Dengan demikian, gaya ini terkait dengan upaya tugas maupun hubungan hanya diperlukan sekedarnya saja.
6. Kepemimpinan Kepala Sekolah
unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.44
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa
meningkatkan efektivitas kinerja untuk mewujudkan pedidikan secara efektif dan efisien. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:45
a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
e. Bekerja dengan rim manajemen, serta
f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kepala sekolah yang efektif secara umum dapat diamati dari tiga hal
pokok, yaitu pertama, komitmetn terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya, kedua; menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, dan ketiga; senantiasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran dan kinerja guru.46
44
Wahyosumidjo, Kepemimpinan KepalaSekolah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. 11, h. 81
45
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), cet. Ketiga, h. 126
46
7. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atmini jurusan KI-MP UIN Syarif
Hidayatullah dengan judul “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Disiplin Kerja Guru di SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang” yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap disiplin kerja sudah baik. Karena gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat memberikan kontribusi terhadap disiplin kerja guru. Hal ini bisa di lihat dari keseluruhan
pertanyaan yang diajukan kepada responden melalui kisi-kisi instrumen sebagai berikut:
Kepemimpinan kepala sekolah di SMK Sasmita Jaya I Pamulang sudah baik. Hal ini sesuai hasil perolehan nilai rata-rata 59,43% dengan standar deviasi 7,03 dari 40 sampel, dengan skor tertinggi menyatakan kepala sekolah bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, memberikan teladan yang baik dan membina hubungan baik dengan guru.
Disiplin kerja guru di SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang sudah baik. Hal ini
sesuai hasil perolehan nilai rata-rata 61,53% dengan standar deviasi 7,12 dari 40 sampel, dengan skor tertinggi yang menyatakan guru masuk kelas tepat waktu, menciptakan ketertiban pada saat proses pembelajaran dan memberika teladan kepada seluruh siswa.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yayah Najihiyah KI-MP UIN Syarif Hidayatullah dengan judul Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Gemilang I Pakuhaji-Tangerang, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahawa kepemimpinan Kepala Sekolah SMA Gemilang I Pakuhaji-Tangerang
rutin satu bulan sekali seperti ,omitoring dan evaluasi kegiatan belajar mengajar (KBM), serta memotivasi anggotanya dengan cara memberikan reward.
Jenis metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Instrumen pengumpulan data penelitian dengan menggunakan isntrumen observasi dengan
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian ini menjelaskan tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui dan menguraikan secara faktual dan akurat tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA N 8 Kabupaten Tangerang.
B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian adalah SMA N 8 Kabupaten Tangerang, proses penelitian ini dilaksanakan secara bertahap di mulai dari perencanaan, persiapan dan penentuan alat pengumpulan data penelitian, yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian.
2. Waktu Penelitian
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah melalui metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang mencakup masalah deskripsi murni tentang program dan/atau pengalaman orang di lingkungan penelitian. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar penelitian, dan seperti apa peristiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian serta untuk mengetahui fakta dan informasi di lapangan.
D. Data dan Sumber Data
Sumber data penelitian ini tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah dokumen-dokumen yang ada di SMAN 8 Kabupaten Tangerang, yang berupa print out atau soft copy sebagai format, dokumentasi (foto). Sumber data juga didukung dengan informasi yang didapat dari responden penelitian, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, serta guru.
Data dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Berikut ini akan dijelaskan kedua macam data tersebut:
1. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber data pertama yaitu kepala sekolah dan elemen yang terkait. Dalam hal ini sumber pertama atau data primer dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah, wakil Kepala Sekolah, dan guru SMAN 8 Kabupaten Tangerang.
2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti-peneliti dari bahan kepustakaan sebagai penunjang dari data pertama. Data ini berupa dokumen sekolah, atau referensi yang terkait dengan penulisan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
dibandingkan dengan teknik yang lain. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.1
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung atau tidak langsung terhadap objek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan, dan lainnya.2
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa observasi merupakan pengamatan dan pencatatan masalah-masalah yang diteliti secara langsung dan dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi di SMAN 8 Kabupaten Tangerang.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden. Wawancara dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. 3
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penulis ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.4
Jadi, wawancara adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari jawaban responden dengan menggali informasi kepada nara
1
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. Ke-16, h. 203
2
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta: RajaGrafindo, 2011), cet. 11, h. 51
3
Mahmud, Metode PenelitianPendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 173
4
sumber untuk memperoleh data yang akurat, melengkapi bahan, melihat arsi/dokumen, serta foto dan sebagainya
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pertanyaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.5
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan Pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.6
Penulis mengambil data-data tentang latar belakang berdirinya sekolah, struktur organisasi sekolah, visi misi sekolah, serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini yang dilakukan di SMA N 8 Kabupaten Tangerang.
F. Teknik Analisa Data
Analisa data dimulai dengan pengolahan data mentah. Mengolah data berarti membuat data ringkasan berdasarkan data mentah hasil pengumpulan data.
1. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.
5
Op.cit. h. 183
6
2. Reduksi Data
Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, mentrasformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian dengan cara merangkum dan memilih data.
3. Penyajian Data
Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti mela