• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Atas Pembatalan Perjanjian Kerjasama Event Organizer Dengan Pengguna Jasa ( Studi Pada CV. Bintang Mandiri IN7 Wedding Organizer & Decoration Di Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Yuridis Atas Pembatalan Perjanjian Kerjasama Event Organizer Dengan Pengguna Jasa ( Studi Pada CV. Bintang Mandiri IN7 Wedding Organizer & Decoration Di Medan )"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANIZER & DECORATION

DI MEDAN )

TESIS

Oleh

SITI AYU REVANI 107011075/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI AYU REVANI 107011075/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

NAMA MAHASISWA : SITI AYU REVANI NOMOR POKOK : 107011075

PROGRAM STUDI : MAGISTER KENOTARIATAN

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Prof.Sanwani Nasution,SH

Prof. Dr. Budiman Ginting,SH,M.Hum

Anggota Anggota

Dr.Dedi Harianto,SH,M.Hum

Ketua Program Studi Dekan

Magister Kenotariatan

Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CNProf. Dr. Runtung,SH,M.Hum

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Sanwani Nasution,SH

Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting,SH,M.Hum 2. Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum

(5)

Nim : 107011075

Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS ATAS PEMBATALAN KERJASAMA

EVENT ORGANIZER DENGAN PENGGUNA JASA ( STUDI

PADA CV. BINTANG MANDIRI IN7 WEDDING

ORGANIZER& DECORATION DI MEDAN )

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiribukan Plagiat, apabila dikemudian hari Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahansaya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi MagisterKenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatansaya tersebut.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 25 Januari 2013 Yang membuat Pernyataan

(6)

ABSTRAK

Pesatnya perkembangan hukum perjanjian menyebabkan semakin banyak masyarakat mengikatkan diri dengan masyarakat lain kedalam suatu perjanjian. Namun yang sering dijumpai adalah ketika para pihak tidak mematuhi dan melaksanakan apa yang telah diperjanjikan dengan baik atau lebih disebut dengan wanprestasi sehingga mengakibatkan pembatalan. Didalam perjanjian didapati hal mengenai force majeureyang berguna untuk membuktikan apakah telah terjadi force majeure atau tidak dalam sebuah perjanjian, karena ruang lingkup force majeure yang sangat luas sehingga pencantuman force majeure dalam sebuah kontrak sangat berguna untuk menghindari para pihak dari sengketa. Didalam perjanjian kerjasama juga membahas mengenai ganti rugi yang berguna mengetahui dan menjelaskan batasan ganti rugi yang terjadi apabila didalam perjanjian ini terdapat wanprestasi dan kelalaian yang dilakukan oleh salah satu pihak. Serta bagaimana ketentuan ganti rugi tersebut apabila terjadi force majeure. Berdasarkan latar belakang yang disebutkan diatas dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut, 1. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dari pembatalan kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration dengan pengguna jasa jika terjadi wanprestasi yang dikarenakan oleh salah satu pihak. 2. Bagaimanakah pentingnya pencantuman klausula force majeure dalam sebuah perjanjian yang dilakukan oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration dengan pengguna jasa. 3. Bagaimana ketentuan biaya ganti rugi akibat tidak terpenuhinya perjanjian dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama yang terjadi antara CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration dengan pengguna jasa.

Penelitian yang digunakan adalah jenis yuridis normatif yaitu dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder. Dengan memakai metode pengumpulan data kepustakaan ( library research ) dan studi lapangan ( field research ) serta memakai metode pendekatan deskriptif analisis sementara analisis data penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif.

Perjanjian kerjasama yang dipakai oleh pihak wedding organizer memakai perjanjian sepihak dan berlandaskan perjanjian standar ( baku ). Pentingnya pencantuman klausula force majeure guna memberikan batasan- batasan apa saja yang termasuk kedalam force majeure itu sendiri seperti yang telah dicantumkan dalam Pasal 5 dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration dengan pengguna jasa.Sementara bentuk ganti rugi yang dijadikan acuan dari beberapa bentuk ganti rugi dalam kontrak yang dijelaskan adalah ganti rugi dalam bentuk out of pocket.

Diharapkan klausula force majeure yang terdapat dalam perjanjian

kerjasama sebaiknya memberikan keadilan kepada kedua belah pihak dalam

membuatnya bukan saja melindungi pihak wedding organizer namun sebaiknya

juga dapat memasukkan poin-poin klausula perjanjian khususnya mengenai force

majeure untuk pengguna jasa sehingga timbul rasa adil bagi kedua belah pihak bukan hanya satu pihak saja.

(7)

ABSTRACT

The fast development of contract law has caused more and more people to commit themselves to other people into a contract. But, the problems arise when the parties concerned do not obey and carry out what has been agreed, which is called default, and brings about the cancellation. A force majeure in a contract is useful to give evidence whether there is a force majeure in it or not. Since the scope of force majeure is very wide, attaching it in a contract is very useful to avoid dispute among the parties concerned. In a cooperative agreement, indemnity is also discussed in order to know and to explain the definition of indemnity when there is a default or negligence done by one of the parties and to what extent is the indemnity when there is a force majeure. Based on the explanation above, some problems in the research were formulated as follows: 1. How abut the legal consequence of the cancellation of cooperation between CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration and employer if there is the default was done by one of them; 2. how important was the attachment of force majeure clause in the contract between CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration and the employer; and 3. how about the provision of the indemnity as the result of the default in the contract between CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration and the employer.

The research used judicial normative approach in which literature materials and secondary data were analyzed. The data were gathered by conducting library research and field research, using descriptive analytic method and analyzed qualitatively.

The wedding organizer uses unilateral agreement which is based on standard agreement. The importance of attaching force majeure clause is to give what definitions belong to the force majeure as it is stipulated in Article 5 of the contract between CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration and the employer, while the form of the indemnity which becomes the reference from some forms of the contract is in the ‘out of pocket’ form.

It is recommended that force majeure clause in the contract should be fair to both parties. This will not only protect the wedding organizer but also will be able to attach some points of clause, specifically force majeure clause for the employer, so that both parties will get fairness.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan kesempatan yang telah diberikan oleh-Nya mulai dari masa perkuliahan sampai dengan tahapan penyelesaian tesis seperti sekarang ini di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini diberi judul “ANALISIS YURIDIS ATAS

PEMBATALAN PERJANJIAN KERJASAMA EVENT ORGANIZER

DENGAN PENGGUNA JASA (STUDI PADA CV. BINTANG MANDIRI

IN7 WEDDING ORGANIZER & DECORATION DI MEDAN )”.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, Penulis tidak lupa ingin mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa dari nama-nama yang disebut di bawah ini. Beliau-beliau tersebut merupakan panutan dan juga motivasi yang mendukung Penulis dari awal masa perkuliahan hingga sekarang sampai selesainya tesis ini. Penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan berharga yang telah diberikan untuk dapat menyelesaikan studi Strata-II Program Magister Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

(9)

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen penguji penulis dalam penulisan tesis ini yang telah banyak memberikan masukan dan arahan yang berarti serta dengan sabar memberikan petunjuk dalam penulisan ini.

4. Ibu Dr. T.Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen penguji penulis dalam penulisan tesis ini yang telah banyak ikut membantu memberikan arahan dan masukan bagi penulis.

5. Bapak Prof. Sanwani Nasution, SH, selaku Dosen Pembimbing Utama penulis dalam penulisan tesis ini, atas ilmu dan pengajaran serta bimbingan dan arahan yang telah diberikan dalam proses penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Prof.Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum,selaku Dosen Pembimbing II penulis yang banyak memberikan masukan masukan yang berarti untuk penulisan ini, serta informasi dan tata cara penulisan tesis yang benar.

7. Bapak Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum,selaku Dosen Pembimbing III penulis yang telah dengan sabar memberikan masukan yang berarti untuk penulisan ini, serta informasi dan tata cara penulisan tesis yang benar.

(10)

9. Pada Pegawai pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu kelancaran dalam manajemen administrasi yang diperlukan.

10.Kedua Orang Tua yang sangat saya cintai dan sayangi, H. Irfan M, BAc, SE, MBA dan Revie Elvira Sumantri atas segala rasa sayang dan cinta juga doa yang tidak terbatas serta atas dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

11. Kepada abang saya tercinta Muhammad Rio Revando, ST, MT dan ketiga saudara perempuan saya Siti Sally Revani, SE,dr.Siti Ossy Revani, Siti Shindy Revani, yang selalu memberikan semangat dan dukungannya bagi penulis.

12.dr. H. Muhammad Fauzi Ganih atas segala dukungan dan kesabarannya serta rasa cintanya yang tanpa batas sehingga menjadi semangat tersendiri bagi penulis dalam berbagai hal termasuk juga dalam penyelesaian tesis ini “ I love u “.

13.Sahabat tercinta Ilva Dian, Fauzi Rahman, Dwinasari Athyka, Kartika Janicia Yanti Siahaan dan semua sahabat- sahabat yang telah memberikan dukungan dan semangat yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini “ i love u all “

(11)

15.Kepada narasumber saya yaitu CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration di Medan atas segala informasi yang telah diberikan untuk melengkapi isi penulisan tesis ini.

16. Dan tidak lupa juga seluruh staf dan pegawai di Fakultas Hukum, Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum, perpustakaan pusat USU, dan juga staf di pusat dokumen dan informasi hukum atas segala bantuannya.

Tesis yang telah diselesaikan dengan segenap hati dan pemikiran tentunya masih perlu untuk diperbaiki karena di dalamnya masih terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, dengan tangan terbuka akan menerima segala kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi kemajuan kita bersama.

Akhir kata, atas segala perhatian yang telah diberikan untuk tesis ini, sekali lagi mengucapkan terima kasih. Semoga tesis ini sedikit banyak juga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 25 Januari 2013 Hormat Penulis,

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Siti Ayu Revani

2. Tempat/Tanggal lahir : Padang, 24 November 1987 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Status : Belum menikah

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jalan Gelora no.3 Medan 7. No. Handphone : 081370773006

II. KELUARGA

1. Nama Ayah : H. Irfan M, BAc, SE, MBA 2. Nama Ibu : Revie Elvira Sumantri

3. Nama Saudara Laki- Laki : Muhammad Rio Revando, ST, MT 4. Nama Saudara Perempuan : Siti Sally Revani, SE

(13)

III. PENDIDIKAN

1. SD : SD HARAPAN 2, Medan (1994-2000) 2. SMP : SMP NEGERI 2 , Padang (2000-2003) 3. SMA : SMA ADABIAH, Padang (2003-2006)

(14)

DAFTAR ISI

5. Metode Penarikan Kesimpulan ... 22

BAB II AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI PEMBATALAN KERJASAMA CV. BINTANG MANDIRI IN7 WEDDING ORGANIZER& DECORATION DENGAN PENGGUNA JASA BILA TERJADI WANPRESTASI YANG DIKARENAKAN OLEH SALAH SATU PIHAK A. Sejarah Wedding Organizer………... .. 24

(15)

C. Syarat Sahya Suatu Perjanjian dan Asas Suatu Perjanjian….. .. 39

1. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian………. 39

2. Asas Suatu Perjanjian………... 46

D. Berlakunya Perjanjian……… 49

E. Pembatalan dan Hapusnya Suatu Perjanjian……….. 51

1. Pembatalan Suatu Perjanjian………. 51

2. Hapusnya Suatu Perjanjian……… 54

F. Akibat Hukum yang Ditimbulkan Dari Pembatalan Kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration Dengan Pengguna Jasa Jika Terjadi Wanprestasi yang DilakukanOleh Salah Satu Pihak……… ... 57

BAB III PENTINGNYA PENCANTUMAN KLAUSULAFORCE MAJEURE DALAM SEBUAH PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH CV. BINTANG MANDIRIIN7 WEDDING ORGANIZER &DECORATIONDENGAN PENGGUNA JASA A.Pengertian Force Majeure……… 75

B. Unsur- Unsur Force Majeure……… 79

C. Jenis Force Majeure……….. 81

D.Ruang Lingkup Force Majeure………. 87

E. Akibat Force Majeure……… 89

F. Sistem Pengaturan Force Majeure Dalam KUHPerdata………... 91

(16)

BAB IV KETENTUAN BIAYA GANTI RUGI AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA PERJANJIAN DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA YANG TERJADI ANTARA CV. BINTANG MANDIRI IN7 WEDDING ORGANIZER DENGAN PENGGUNA JASA

A.Pengertian Ganti Rugi……… 103 B. Unsur- Unsur Ganti Rugi………... 106 C. Ganti Rugi Yang Ditetapkan Dalam Kontrak……….... 108 D.Bentuk- Bentuk Ganti Rugi yang Ditetapkan Dalam Kontrak…... 115 E. Ketentuan Biaya Ganti Rugi Akibat Tidak Terpenuhinya

Perjanjian Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Yang Terjadi Antara CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer

Dengan Pengguna Jasa ... 120

BAB V ... KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

ABSTRAK

Pesatnya perkembangan hukum perjanjian menyebabkan semakin banyak masyarakat mengikatkan diri dengan masyarakat lain kedalam suatu perjanjian. Namun yang sering dijumpai adalah ketika para pihak tidak mematuhi dan melaksanakan apa yang telah diperjanjikan dengan baik atau lebih disebut dengan wanprestasi sehingga mengakibatkan pembatalan. Didalam perjanjian didapati hal mengenai force majeureyang berguna untuk membuktikan apakah telah terjadi force majeure atau tidak dalam sebuah perjanjian, karena ruang lingkup force majeure yang sangat luas sehingga pencantuman force majeure dalam sebuah kontrak sangat berguna untuk menghindari para pihak dari sengketa. Didalam perjanjian kerjasama juga membahas mengenai ganti rugi yang berguna mengetahui dan menjelaskan batasan ganti rugi yang terjadi apabila didalam perjanjian ini terdapat wanprestasi dan kelalaian yang dilakukan oleh salah satu pihak. Serta bagaimana ketentuan ganti rugi tersebut apabila terjadi force majeure. Berdasarkan latar belakang yang disebutkan diatas dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut, 1. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dari pembatalan kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration dengan pengguna jasa jika terjadi wanprestasi yang dikarenakan oleh salah satu pihak. 2. Bagaimanakah pentingnya pencantuman klausula force majeure dalam sebuah perjanjian yang dilakukan oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration dengan pengguna jasa. 3. Bagaimana ketentuan biaya ganti rugi akibat tidak terpenuhinya perjanjian dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama yang terjadi antara CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration dengan pengguna jasa.

Penelitian yang digunakan adalah jenis yuridis normatif yaitu dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder. Dengan memakai metode pengumpulan data kepustakaan ( library research ) dan studi lapangan ( field research ) serta memakai metode pendekatan deskriptif analisis sementara analisis data penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif.

Perjanjian kerjasama yang dipakai oleh pihak wedding organizer memakai perjanjian sepihak dan berlandaskan perjanjian standar ( baku ). Pentingnya pencantuman klausula force majeure guna memberikan batasan- batasan apa saja yang termasuk kedalam force majeure itu sendiri seperti yang telah dicantumkan dalam Pasal 5 dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration dengan pengguna jasa.Sementara bentuk ganti rugi yang dijadikan acuan dari beberapa bentuk ganti rugi dalam kontrak yang dijelaskan adalah ganti rugi dalam bentuk out of pocket.

Diharapkan klausula force majeure yang terdapat dalam perjanjian

kerjasama sebaiknya memberikan keadilan kepada kedua belah pihak dalam

membuatnya bukan saja melindungi pihak wedding organizer namun sebaiknya

juga dapat memasukkan poin-poin klausula perjanjian khususnya mengenai force

majeure untuk pengguna jasa sehingga timbul rasa adil bagi kedua belah pihak bukan hanya satu pihak saja.

(18)

ABSTRACT

The fast development of contract law has caused more and more people to commit themselves to other people into a contract. But, the problems arise when the parties concerned do not obey and carry out what has been agreed, which is called default, and brings about the cancellation. A force majeure in a contract is useful to give evidence whether there is a force majeure in it or not. Since the scope of force majeure is very wide, attaching it in a contract is very useful to avoid dispute among the parties concerned. In a cooperative agreement, indemnity is also discussed in order to know and to explain the definition of indemnity when there is a default or negligence done by one of the parties and to what extent is the indemnity when there is a force majeure. Based on the explanation above, some problems in the research were formulated as follows: 1. How abut the legal consequence of the cancellation of cooperation between CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration and employer if there is the default was done by one of them; 2. how important was the attachment of force majeure clause in the contract between CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration and the employer; and 3. how about the provision of the indemnity as the result of the default in the contract between CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration and the employer.

The research used judicial normative approach in which literature materials and secondary data were analyzed. The data were gathered by conducting library research and field research, using descriptive analytic method and analyzed qualitatively.

The wedding organizer uses unilateral agreement which is based on standard agreement. The importance of attaching force majeure clause is to give what definitions belong to the force majeure as it is stipulated in Article 5 of the contract between CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer & Decoration and the employer, while the form of the indemnity which becomes the reference from some forms of the contract is in the ‘out of pocket’ form.

It is recommended that force majeure clause in the contract should be fair to both parties. This will not only protect the wedding organizer but also will be able to attach some points of clause, specifically force majeure clause for the employer, so that both parties will get fairness.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman modern ini perkembangan arus globalisasi dunia dan kerjasama di segala bidang berkembang sangat pesat.Dampak yang sangat dirasakan adalah akibat dari perkembangan tersebut salah satunya adalah sektor ekonomi. Arah kebijakan bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan dan mewujudkan landasan yang lebih kukuh bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan yang diprioritaskan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan, dilakukan antara lain dengan pembangunan ekonomi.1

Dengan perkembangan di sektor ekonomi yang sangat pesat,hukum perjanjian juga turut berkembang pesat,dimana masyarakat semakin banyak yang mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian dengan masyarakat lainnya, yang kemudian menimbulkan berbagai perjanjian, termasuk salah satunya adalah perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh wedding organizer.

Wedding Organizer adalah salah satu jenis usaha yang sangat dekatdan erat kaitannya dengan konsumen. Sering kali dikatakan demikian karenasebuah Wedding Organizer harus mampu menghadirkan setiap keinginandan impian calon pasangan pengantin pada pesta pernikahan, meskipunharus tetap dalam

1

(20)

perjanjian (kontrak) yang sudah disepakatibersama. Wedding organizer juga harus bisa memberikan pelayanan danrasa aman serta nyaman terhadap calon pasangan pengantin yang sering kalimerasa sangat tertekan, frustasi, dan gelisah dalam menghadapi hari besar disepanjang hidupnya.

Dari penjabaran diatas memberikan penjelasan mengenai bagaimana suatu perusahaan yang melayani jasa untuk berperilaku dan bekerja sehingga hasil yang dirasakonsumen dapat sesuai harapan.

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa itu timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itumenerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.Dari perikatan yang terjadi itu, maka akan menimbulkan adanya suatu hak dan kewajiban yang mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, sebagaimana termasuk dalam Kitab Undang-undangHukum Perdata Pasal 1338 :

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan- alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu,dan perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. 2

Berbicara tentang hukum perjanjian yang memiliki sifat terbuka yang artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak dengan beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan undang-undang, dalam hal

2

(21)

ini mengandung makna bahwa Buku III KUHPerdata dapat diikuti oleh para pihak atau dapat juga para pihak menentukan lain dengan beberapa syarat namun hanya yang bersifat pelengkap saja yang dapat disampinginya, karena di dalam ketentuan umum ada yang bersifat pelengkap dan pemaksa.3

Secara garis besar pengertian perjanjian berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata :

“ Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih “.4

Dalam pelaksanaan suatu perjanjian terkadang terjadi permasalahan dimana salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian.Akibat hukum yang dialami karena tidak dipenuhinya suatu perikatan adalah penggantian biaya, rugi, dan bunga, pada Pasal 1243 BW disebutkan :

“ bahwa barulah mulai diwajibkan apabila debitur, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya hanyadapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaui”.

(22)

3

Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009), hal 39

4

Solahuddin, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, (Jakarta : Visimedia,2007 ), hal 331 membayarkerugian jika tidak dapat membuktikan bahwa terjadinya wanprestasi itu disebabkan oleh keadaan yang tidak terduga atau diluar kemampuan debitur.5

Akan tetapi tidak semua wanprestasi dapat dituntut ganti kerugian, karena apabila tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak bukan karena kelalaian maka pihak tersebut dapat dibebaskan dari pembayaran ganti kerugian.Hal ini diatur pada Pasal 1244 KUHPerdata dan 1255 KUHPerdata.

Dalam Pasal 1244 KUHPerdata menyebutkan :

“ debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga, bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh suatu hal yang tidak terduga, yang tak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya,walaupun tidak ada iktikad buruk padanya“.

Pasal 1245 KUHPerdata menyebutkan :

“ tidak ada penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikannya atau berbuat sesuatu yang diwajibkan atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya”.

(23)

masalah mengenai sejauh mana dan bagaimana suatu keadaan bisa dimasukkan kedalam

5

Ibid,hal 12- 13

keadaan force majeure seperti yang yang dijelaskan pada perjanjian kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration di Medan dengan Pengguna Jasa.

Dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasanya dalam hal ini konsumen jelas disebutkan jika terjadi pembatalan yang dilakukan oleh pihak pertama maka pihak kedua berhak mendapatkan50 % ( lima puluh persen ) dari biaya kegiatan yang telah disepakati, namun apabila pihak kedua yang melakukan pembatalan,maka pihak pertama berhak mendapat ganti rugi 50 % ( lima puluh persen )dari biaya kegiatan yang telah disepakati.

Pada Pasal 1266 KUHPerdata secara khusus memberikan pengaturan tentang syarat batal dalam perjanjian timbal balik. Undang- undang tersebut menentukan bahwa“ syarat yang membatalkan perjanjian timbal balik adalah kalau salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya “.ketentuan undang- undang ini, terutama Pasal 1266 KUHPerdata adalah merupakan suatu yang menarik perhatian, dikarenakan didalamnya banyak mengandung kelemahan- kelemahan yang kadang- kadang satu sama lain mempunyai sifat yang bertentangan.

Ayat 1 dari Pasal itu mengatakan :

(24)

Ayat 2 mengatakan bahwa :

“ Syarat batal itu tidak membatalkan perjanjian dengan sendirinya, tetapi harus dimintakan kepada hakim”.

Ayat 3 mengatakan bahwa :

“ Permintaan itu juga dilakukan walaupun syarat batal itu dinyatakan di dalam perjanjian”.

Ayat 4 mengatakan bahwa :

“ Dalam hal syarat batal tidak dinyatakan dalam perjanjian, hakim leluasa untuk menurut keadaan, atas permintaan tergugat memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya”.

Apabila undang- undang di atas diteliti ayat demi ayat, maka sifat yang bertentanganitu akan terlihat yaitu : 6

1. Materi yang diatur dalam ayat 1 dan 2, ayat pertama menyatakan bahwa syarat batal itu dianggap selalu ada di dalam perjanjian timbal balik,tetapi ayat kedua menyatakan, bahwa kalau syarat batal terjadi, perjanjian itu tidak batal dengan sendirinya melainkan harus diucap oleh hakim.

2. Pembentuk undang- undang memandang atau meletakkan syarat dan kewajiban memenuhi prestasi itu dalam kedudukan yang sederajat.

(25)

asaltidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum serta

6

Mariam Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal 43

tidak menyimpang dari syarat umum sahnya perjanjian. Karena orang leluasa membuat perjanjian, asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum atau kesusilaan sebagaimana tertuang dalam Pasal 1337 KUH Perdata,maka banyak sekali perjanjian yang muncul dalam praktek sehari-hari, salah satunya ialah perjanjian kerjasama yang dilaksanakan oleh CV. Bintang MandiriIn7 Wedding Event Organizer& Decoration di Medan dengan para pengguna jasaevent organizer tersebut yang berkaitan dengan pelayanan akad dan resepsi .

(26)

In7 Wedding Organizer& Decoration sebagai pelaku usaha ( produsen ) mengenai pentingnya perlindungan konsumen sebagai perwujudan kepedulian wedding organizer terhadap pengguna jasa.

Namun dengan demikian, sering kali terjadi hambatan- hambatan yang mengakibatkan proses pelaksanaan perjanjian menjadi terkendala, diantaranya adalah ketidaksesuaian harapan pengguna jasa dengan apa yang dikerjakan oleh pihak wedding organizer dalam hal yang telah diperjanjikan, contohnya adalah ketika dalam hal yang diperjanjikan pengguna jasa meminta segala hal sesuai dengan keinginannya dalam hal apapun itu termasuk dalam penyewaan gedung yang diinginkan oleh pengguna jasa, akan tetapi pihak wedding organizer tidak dapat memenuhi hal yang diperjanjikan tersebut karena terdapat hambatan yang dialami oleh pihak wedding organizer.Ketidaksesuaian antara kesepakatan yang sudah disetujui bersama dengan kenyataan pada pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik.Ketidaksesuaian itu diluar perencanaan yang telah disetujui oleh pihak pengguna jasa, sehingga terjadi kegelisahan terhadap pengguna jasa.

(27)

tersebut, pembatalan terjadi bukanlah atas kemauan kedua belah pihak akan tetapi karena telah terjadi sesuatu diluar kemauan kedua belah pihak.

Dalam beberapa hal terdapat pula yang disebut dengan force majeure yaitu adalah ketika segala hal yang diperjanjikan telah dapat dipenuhi akan tetapi terdapat halangan diluar kemampuan masing- masing pihak misalnya kebakaran, banjir, dan bencana alam lainnya yang dapat membuat segala yang direncanakan batal karena keadaan terpaksa, selain itu juga keadaan memaksa atau force majeure tidak hanya meliputi hal- hal secara alam tersebut, akan tetapi juga dapat dilihat dari keadaan memaksa dari segi subjektif yaitu contohnya adalah ketika segala hal yang dipersiapkan telah selesai dikerjakan maka terdapat suatu musibah pada pihak pengguna jasa yang tidak bisa dihindari sehingga terjadi pembatalan secara terpaksa yaitu meninggalnya salah satu orang tua si pengguna jasa sehingga tidak memungkinkan oleh pihak pengguna jasa untuk tetap membuat acara pernikahan yang dimaksud walaupun segala persiapan telah selesai dikerjakan.

Oleh karena itu membahas dan meneliti perjanjian kerjasama yang dibuat oleh wedding organizer dan pengguna jasa dalam hal ini konsumen menjadi sangat menarik untuk diteliti karena menjadi suatu pertanyaan bagaimana sebenarnya ketentuan dan batasan dari ruang lingkup suatu perjanjian kerjasama tersebut.

(28)

B. Perumusan Masalah

permasalahan dalam tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dari pembatalan kerjasama CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa jika terjadi wanprestasi yang dikarenakan oleh salah satu pihak, baik dari pihak wedding organizer maupun pihak pengguna jasa?

2. Bagaimanakah pentingnya pencantuman klausula force majeure dalam sebuah perjanjian yang dilakukan oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa?

3. Bagaimana ketentuan biaya ganti rugi akibat tidak terpenuhinya perjanjian dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama yang terjadi antara CV. Bintang Mandiri In7Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa ?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan sebagaimana dikemukakan di atas, adapun yang menjadi tujuan penulis yang dikemukakan dalam penelitian tesis ini adalah untuk :

(29)

salah satu pihak baik, dari pihak wedding organizer maupun pihak pengguna jasa

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pentingnya pencantuman klausula force Majeure dalam suatu Perjanjian Kerjasama yang dilakukan oleh Cv. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa

c. Untuk mengetahui ketentuan biaya ganti rugi akibat tidak terpenuhinya perjanjian oleh CV. Bintang Mandiri In7 Wedding Organizer& Decoration dengan pengguna jasa dalam hal ini disebut konsumen.

2. Manfaat penelitian 1.Teoretis

a. Sebagai bahan informasi yang berguna bagi masyarakat mengenai perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh pihak- pihak tertentu dengan pengguna jasa mereka yang dalam hal ini disebut konsumen.

b. Sebagai bahan untuk menambah khasanah keilmuan bagi para akademisi dan dunia pendidikan pada umumnya, khususnya bagi pengembangan ilmu hukum.

2. Praktis

(30)

penelitian ini dapat dijadikan sumbang saran dalam ilmu pengetahuan hukum, khususnya tentang bagaimana cara melaksanakan serta ketentuan- ketentuan perjanjian serta kedudukan perjanjian sebagai badan hukum yang memiliki kekuatan yang sama dengan badan hukum lainnya. b. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam pengambilan

dalam mengembangkan kajian ilmu di bidang Ilmu Hukum Kenotariatan serta dapat menjadi kebijakan dalam melaksanakan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh pihak- pihak tertentu dengan pengguna jasa yang melakukan kerjasama.

D.Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik terhadap hasil- hasil penelitian yang sudah ada, maupun yang sedang dilakukan khususnya pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang menyangkut masalah, “ Analisis Yuridis Atas Pembatalan Perjanjian Kerjasama Event Organizerdengan Pengguna Jasa ( Studi Pada CV. Bintang Mandiri in7 Wedding Organizer& Decoration di Medan) .”

Namun penulis ada menemukan beberapa tesis karya mahasiswa, yang mengangkat permasalahan perjanjian kerjasama, tetapi permasalahan dan bidang kajiannya sangat jauh berbeda, yaitu :

(31)

Dari penelusuran kepustakaan tersebut di atas, dapatlah dipastikan bahwa penelitian yang dilakukan adalah hasil dari pemikiran sendiri. Karena adanya perbedaan materi dan pembahasan yang dilakukan. Dengan demikian penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis berdasarkan nilai- nilai objektifitas dan kejujuran.

E.Kerangka Teori dan Kosepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi,7dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.8

Teori diperlukan bagi mereka yang ingin mengembangkan suatu bidang kajian hukum tertentu.Hal itu dilakukan untuk meningkatkan dan memperkayapengetahuannya dalam penerapan aturan hukum. Dengan melakukan telaah mengenai konsep- konsep hukum, para ahlihukum akan lebih meningkatkan daya interprestasi dan juga mampu menggali teori- teori yang ada di belakang ketentuan hukum tersebut.9

Sebagai tolak ukur menganalisis permasalahan yang akan diteliti karenasuatu teori atau kerangka teori harus mempunyai kegunaan paling sedikitmencangkup hal- hal sebagai berikut : 10

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan konsep- konsep.

7

(32)

8

Ibid, hal 216

9

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005, hal 73

10

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan pada Umumnya, ( Bandung : Alumni, 1993 ), hal 254

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal- hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang telah diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa- masa mendatang. e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan- kekurangan

pada pengetahuan penelitian.

Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak salaharah. Sebelumnya diambil rumusan Landasan Teori seperti yang telah dandikemukakan M. Solly Lubis, yang menyebutkan :11

“ Bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir- butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan ( problem ) yang dijadikan bahan perbandingan pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berfikir dalam penulisan”.

Teori ini sendiri adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang salingberhubungan dalam hal ini mengikuti aliran tertentu yangdapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati dan berfungsi meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu alasan atau penjelasan.Suatu teori harus diuji menghadapkannya pada fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Adapun teori menurut Maria S.W . Sumarjono adalah :12

(33)

11

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian,( Bandung : Mandar Madju, 1994), hal 30

12

Maria S.W Sumarjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, ( Yogyakarta : Gramedia, 1989 ), hal 12

Dalam teori ini sendiri jika dihubungkan dengan upaya mewujudkan keadilan dalam hubungan hukum bagi para pihak yang ada dalam perjanjian ini adalah dengan memberikan aturan- aturan dan batasan-batasan yang dapat memberikan keadilan pada kedua belah pihak.

Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan/ petunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati.Kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya adalah penelitian ini berusaha untuk memahami pelaksanaan perjanjian kerjasama sebagai kaedah hukum atau sebagai isi kaedah hukum yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan, dan pelaksanaan kaedah hukum tersebut di masyarakat.

Berdasarkan pengertian teori dan kegunaannya serta daya kerja teori tersebut di atas dihubungkan dengan Judul “ Analisis Yuridis atas PembatalanPerjanjian Kerjasama Event Organizer dengan Pengguna Jasa” dengan mengambil studi pada CV. Bintang mandiri in7 Wedding Organizer& Decoration di Medan, teori yang digunakan mesti menjurus kepada rasa adil kepada kedua belah pihak sehingga terjadi dampak hukum yang adil apabila terjadi suatu masalah. Maka dalam ilmu hukum dikenal dengan ajaranTeori Keadilan yang dijadikanacuan dalam penelitian ini.

Dalam Teori Keadilanoleh Radbruch yang menyatakan :13

(34)

positif,konstitutif bermakna padakeadilan harus menjadi unsur yang mutlak.”

13

Ibrahim Johnny,Teori & metode penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayumedia,2005,hal 156

Berdasarkan keterangan diatas dapatlah dilihat bahwa hubungan teori keadilan yang diterangkan diatas sangat sesuai dengan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh wedding organizer karena bertujuan demi memberikan rasa adilkepada kedua belah pihak dalam membuat perjanjian sehingga terjadi batasan- batasan yang harus dipatuhi oleh masing- masing pihak serta dampak hukum yang sesuai pula dengan hal yang dilanggar kedua belah pihak.Dalam Pasal 1338 KUHPerdata :

“ Menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang- undang yang berlaku sebagai undang- undang bagi yang membuatnya, bahwa pada prinsipnya perjanjian yang telah disepakati merupakan hukum bagi yang membuatnya dan kepada hukum itulah mereka tunduk “.

Maka berdasarkan definisi diatas bahwa ketentuan- ketentuan umum yang mengikat semua perjanjian ( bernama dan tidak bernama ) adalah Pasal 1319 mengatakan bahwa :

“ semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan- peraturan umum”.

(35)

14

M. Yahya Harahap, Segi- Segi Hukum Perjanjian, ( Bandung : Alumni, 1986 ), hal 85 2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dalam teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan.Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yangdigeneralisasikan dari hal- hal yang khusus yang disebut definisi operasional.15Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini haruslah didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain- lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal- hal yang dirasakan penting dalam hukum.

Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis.16

(36)

15

Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1998 ), hal 3

16

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1995 ), hal 7

17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986), hal 13

Agar terdapat persamaan presepsi dalam dan memahami penulisan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi dan pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana terdapat di bawah ini :

a. Analisis Yuridis

Adalah penyelidikan, penjabaran sekaligus pemecahan secara hukumterhadap suatu peristiwa atau permasalahan yang timbul untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

b. Perjanjian

Pengertian perjanjian menurut Subekti adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain, atau dimana 2 ( dua ) orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.18

c. Event Organizer

Adalah suatu bentuk usaha yang mencangkup penyelenggara suatu acara yang terdiri dari serangkaian mekanisme yang sistematis.Penyelenggaraan acara adalah istilah untuk penyedia jasa professional. 19

d. Wedding Organizer

(37)

18

R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Pembimbing Masa, 1980, hal 1

23 November 2012

20

Brosur In7Wedding Organizer & Decoration Medan e. Prestasi

Prestasi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut juga dengan istilahperformance “ dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal- hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan dirinya untuk itu,pelaksanaan mana sesuai dengan “ term “ dan condition “ sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.21

f. Wanprestasi

Wanprestasi, adalah seseorang yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan.22

g. Kerugian

Pengertian kerugian adalah penurunan nilai benda atau barang, atau biaya tambahan yang perlu dikeluarkan, atau kehilangan peluang melakukan sesuatuhalaktifitas atau kehilangan peluang untuk melakukan suatu aktifitas yang bernilai ekonomis.23

h. Ganti Rugi

Adalah penggantian biaya rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perjanjian, oleh karena itulah baru mulai diwajibkan salah satu pihak yangdinyatakan lalai karena tidakmemenuhi perjanjiannya.24

21

Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999, hal 87

22

(38)

23

Heni Suhaeni, Kerugian Sosial Penduduk Kawasan Pemukiman Pantai, diakses dari

24

Rohma Dijawi, Ketentuan- Ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak, Kontrak Bisnis (

Perjanjian ), diakses dari

November 2012

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Metode pendekatan a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yakni penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Norma yang dimaksud adalah cara meneliti bahan kepustakaan ataubahan data sekunder yang meliputi buku- bukuserta norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan, asas- asas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukumputusan pengadilan, perjanjian dan badan hukum lainnya.25 b. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini diperlukan beberapa metode pendekatan demi tercapainya analisis yang lebih baik yakni deskriptif analisis, suatu analisis data yang tidakkeluar dari ruang lingkup sampel, yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menyelesaikan tentang seperangkat data ataumenunjukkan komposisi data yang ada hubungannya dengan seperangkat data .26

Analisis dimasukkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan secara cermat sebagaimana menjawab permasalahan.27

25

(39)

26

Ibrahim johnny, Teori & metode penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayumedia,2005, hal 336

27

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 20, ( Bandung : Alumni, 1994), hal 101

2. Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung dengan penelitian lapangan. dan Dalam penelitian ini data yang dipergunakanadalah data sekunder. Untuk memperoleh data yang objektif maka penelitian ini terdiri dari :

a) Bahan hukum primer yang terdiri dari : 1) Kitab Undang- Undang Hukum Perdata

b) Bahan hukum sekunder yang terdiri dari pendapat para ahli yang termuat dalam literatur, buku- buku, artikel, media cetak maupun elektronik.

c) Bahan hukum tersier terdiri dari kamus hukum, atau ensiklopedia yang berhubungan dengan materi penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakanmetode pengumpulan data :

(40)

dalam hal ini pihak wedding organizer, yang termuat dalam data ataupun dalam bentuk dokumen dan putusan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

b. Studi Lapangan ( Field research ) yaitu untuk melakukan wawancara dengan pihak wedding organizeryang dalam hal ini sebagai informan,untuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara dengan mempergunakan pedoman wawancara dan daftar pertanyaan yang disusun secara kombinasi antara bentuk tertutup dan bentuk terbuka.Supayawawancara yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.

4. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif,28yaitu metode yang lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas.Metode ini akan menghasilkan data berupa pernyataan- pernyataan atau data yang dihasilkan berupa deskriptif mengenai subjek yang diteliti.Penelitian ini dimulai dengandilakukannya pemeriksaan terhadap data-data yang terkumpul, yang kemudian akan dianalisis dengan metode kualitatif.

5. Metode Penarikan Kesimpulan

(41)

28

Miles Dan Hubberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode- Metode Baru, ( Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1992 ), hal 15-20

dan tujuan penelitian. Sehingga data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannyadalam praktik perjanjian kerjasama.

Dengan metode induktif, data primer yang telah diperoleh di lapangan setelah dihubungkan dengan ketentuan hukum yang berkaitan dengan perjanjian.Proses analisis data yang dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, setelah dibaca, dipelajari, ditelaah, maka langkah selanjutnyaadalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi.29

Langkah selanjutnya adalah menyusun rangkuman dalam abstraksi tersebut ke dalam satuan-satuan, yang mana satuan- satuan ini kemudian di kategorisasikan. Data yang dikategorisasikan, kemudian ditafsirkan dengan cara mengolah hasil sementara menjadi teori substantif. Tahap terakhir, penarikan kesimpulan dengan logika berfikir deduktif- induktif.30

29

(42)

30

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : PT. RajaGrafindo, 1997, hal 10

BAB II

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI PEMBATALAN KERJASAMA CV.BINTANG MANDIRI IN7 WEDDING ORGANIZER&

DECORATION DENGAN PENGGUNA JASA BILA TERJADI

WANPRESTASI YANG DIKARENAKAN OLEH SALAH SATU PIHAK

A.Sejarah Wedding Organizer

Perkembangan sektor ekonomi yang sangat pesat, di segala bidang membuat hukum perjanjian turut berkembang pesat, dimana masyarakat semakin banyak mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian dengan masyarakat lainnya, yang kemudian menimbulkan berbagai perjanjian ( kontrak ) termasuk salah satunya adalah perjanjian kerjasama yang dilakukan event organizer.

Event organizeratau biasa disebut dengan EO, dalam bahasa Inggris disebut dengan “ Phrase “ yang artinya adalah penyelenggaraan acara, di Indonesia pola kerja EO sudah ada lama dimulai dari pesta- pesta adat dimana panitia pesta tersebut mulai membagi tugas masing- masing untuk mendukung suksesnya suatu acara.

(43)

31

tanggal, 23 November 2012

Jasa event organizer sendiri adalah jasa penyelenggaraan sebuah acara atau kegiatan yang terdiri dari serangkaian mekanisme yang sistematis dan memerlukan ketekunan serta kesungguhan dan kekompakan tim.Salah satu perkembangan event organizer adalah dengan hadirnya wedding organizer sebagai salah satu kategori yang dapat memperluas ruang lingkup event organizer tersebut.

Wedding organizer adalah suatu jasa khusus yang secara pribadi membantu calon pengantin dan keluarga dalam perencanaan dan supervisi pelaksanaan rangkaian pernikahan sesuai jadwal yang ditetapkan.32

Wedding organizer membidangi jasa penyelenggaraan acara pesta perkawinan yang dalam hal ini bertanggung jawab atas segala kelancaran serta keperluan dalam suatu pesta perkawinan.

Wedding organizer juga harus bisa memberikan pelayanan danrasa aman serta nyaman terhadap calon pasangan pengantin yang sering kalimerasa sangat tertekan, frustasi, dan gelisah dalam menghadapi hari besar disepanjang hidupnya. Dengan banyaknya permintaan dari masyarakat untuk menangani kegiatan perhelatan mereka saat ini mendorong munculnya beragam lembaga yang bergerak dibidang wedding organizer.

Dengan demikian wedding organizer sangat dekatdan erat kaitannya dengan konsumen. Karenasebuah wedding organizer harus mampu untuk dapat menghadirkan setiap keinginandan impian calon pasangan pengantin pada pesta

(44)

pernikahan, meskipunharus tetap dalam koridor sebuah perjanjian (kontrak) yang sudah disepakatibersama.

Dengan menghadirkan semua itu kedalam suatu perjanjian ( kontrak ) yang akan disepakati bersama yang bertujuan untuk mengatur interaksi tersebut dengan segala akibat hukum yang akan ditimbulkan dalam suatu perjanjian, maka wedding organizer memiliki peranan penting dalam merencanakan dan mengatur acara pernikahan selama proses berlangsung.

Karena wedding organizer secara sah ditunjuk oleh pengguna jasa guna mengorganisasikan seluruh rangkaian acara guna mewujudkan tujuan yang diharapkan oleh pengguna jasa yang semua itu tertuang dalam perjanjian antara pengguna jasa dengan wedding organizer tersebut.

Wedding organizer sebagai pelaku usaha sering mendapati pasang surut, sehingga tidak jarang juga melakukan tindakan yang terkadang dapat merugikan pengguna jasa begitu juga sebaliknya ,dalam keadaan yang sulit itu maka perlu mengadakan tindakan perikatan yang dalam hal ini disebut perjanjian.

Dengan tujuan demi melindungi kepentingan masing- masing pihak, maka perlu adanya suatu kesepakatan yang bertujuan mengatur interaksi tersebut dengan segala akibat hukum yang akan ditimbulkan oleh perjanjian tersebut, karena mungkin saja masalah belumlah timbul dalam waktu dekat, akan tetapi masalah akan timbul seiring berjalannya perjanjian di masa yang akan datang.

(45)

Dengan demikian perjanjian kerjasama yang dilakukan wedding organizer dengan pengguna jasa dalam hal ini konsumen dapat memberikan batasan- batasan hukum yang harus dipenuhi oleh masing- masing pihak.

B.Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah suatu peristiwa seseorang berjanji kepada seseorang lain atau orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa itu timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.

Perikatan adalah suatu keadaan hukum yang mengikat satu atau lebih subjek hukum dengan kewajiban- kewajiban yang berkaitan satu sama lain.33

Dalam hal ini perikatan diartikan sebagai isi dari sebuah perjanjian yang memiliki sifat yang terbuka artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak.

Dengan beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan undang- undang.

Dari perikatan yang terjadi itu, maka akan menimbulkan adanya suatu hak dan kewajiban yang mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, sebagaimana termasuk dalam KitabUndang-undangHukumPerdata Pasal 1338 : 34

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan- alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu, dan perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”.

33

Hasanudin Rahman, Legal Drafting. Seri Keterampilan Mahasiswa Fakultas Hukum Dalam Merancang Kontrak Perorangan/ Bisnis , ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000 ), hal 4

34

(46)

Dari keterangan diatas dapat dilanjutkan bahwa ada beberapa macam perikatan yang bisa dipergunakan dalam sebuah perjanjian : 35

1. Perikatan bersyarat ( voorwaardelijk )

Adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian di kemudian hari, yang masih belum tentu akan terjadi.

2. Perikatan yang digantungkan pada ketetapan waktu ( tijdsbepaling )

Perbedaan antara suatu syarat dengan suatu ketetapan waktu ialah yang pertama berupa suatu kejadian atau peristiwa yang belum tentu terlaksana, sedangkan yang kedua adalah suatu hal yang pasti akan datang, meskipun mungkin belum dapat ditentukan kapan datangnya.

3. Perikatan yang memperbolehkan memilih ( alternatief )

Suatu perikatan dimana terdapat dua atau lebih macam prestasi. 4. Perikatan tanggung- menanggung ( hoofdelijk atau solidair )

Adalah suatu perikatan dimana beberapa orang bersama- sama sebagai pihak yang berhutang berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan. 5. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi

Perikatan yang menentukan apakah sebuah perikatan itu dapat dibagi atau tidak semua tergantung prestasi yang dibagi atau tidak.

6. Perikatan dengan penetapan hukuman ( strafbeding )

Dimana seseorang tidaklah boleh melalaikan kewajibannya, karena dalam prakteknya banyak dipakai perjanjian dimana seseorang dikenakan suatu hukuman akan tetapi tidak memenuhi kewajibannya.

35

(47)

Terkait dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perikatan sedikit berbeda dari perjanjian yang bersifat terbuka dalam mengatur hak- hak dan kewajiban para pihak.

Ketentuan yang mengatur mengenai masalah perjanjian diatur dalam Buku III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata ( KUHPerdata ) tentang Perikatan. Menurut ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdatadijelaskan bahwa :

“ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satuorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih” 36

Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah :37

“ Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melepaskan sesuatu hal.

Jika diperhatikan, rumusan yang diberikan dalam Pasal 1313 KitabUndang-Undang Hukum Perdata tersebut ternyata menegaskan kembali bahwaperjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya kepada orang lain,apabila kita perhatikan perumusan dari perjanjian, dapat kita simpulkan unsur perjanjian sebagai berikut:

a. Adanya pihak-pihak sedikitnya dua orang

Para pihak yang melakukan perjanjian ini disebut sebagai subjek perjanjian, adapun subyek perjanjian tersebut dapat berupa manusiapribadi atau badan hukum. Subyek hukum harus mampu untuk melakukanperbuatan hukum seperti

36

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2003, hal 91

37

(48)

yang ditetapkan dalam Undang-undang,kedudukannya pasif sebagai debitur atau dalam kedudukannya yang aktifatau sebagai kreditur.38

b.Adanya pesetujuan antara pihak-pihak tersebut

Dalam perjanjian itu tentunya ada suatu persetujuan, persetujuan di sinibersifat tetap, dalam arti bukan baru dalam taraf berunding. Perundinganitu sendiri merupakan tidakan- tindakan yang dilakukan untuk menujukepadaadanya persetujuan.Persetujuan itu sendiri dapat dicapai denganadanya penerimaan dari salah satu pihak atas tawaran dari pihak lainnya,dan pada umumnya mengenai syarat yang ada dalam perjanjian mengenaiobyek perjanjian itu, maka timbullah persetujuan dan persetujuan inimerupakan salah satu syarat untuk sahnya perjanjian.

c. Adanya tujuan yang akan dicapai

Guna memenuhi kebutuhan pihak-pihak perlu adanya tujuan di dalammengadakan perjanjian, adapun tujuan dari perjanjian itu sendiri haruslahmemenuhi syarat dari kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1337 KUHPerdata, yaitu tidak boleh dilarang Undang-undang, tidakbertentangan dengan kesusilaan dan tidak bertentangan dengan kepentinganumum.

d. Adanya prestasi yang akan dicapai

(49)

38

Suharnoko, Hukum Perjanjian, ( Jakarta : Kencana, 2004 ), hal 15

melakukan perjanjian, antara lainmeliputi untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, dan untuk tidakberbuat sesuatu.39

e.Adanya bentuk tertentu, baik lisan maupun tulisan

Dalam suatu perjanjian bentuk itu sangat penting , dengan adanya bentuktertentu maka suatu perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat dansebagai bukti, bentuk tertentu biasanya dalam bentuk akta sedangkanperjanjian ada yang secara lisan biasanya dilakukan terhadap perikatanmurni.

f. Adanya Syarat tertentu

Isi dari perjanjian tersebut biasanya mengenai syarat tertentu, karenadengan syarat-syarat itulah dapat diketahui adanya hak dan kewajiban daripihak-pihak, biasanya syarat tersebut dapat kita bedakan ada syarat pokokdan syarat tambahan.

Hubungan kedua orang yang bersangkutan mengakibatkan timbulnya suatu ikatan yang berupa hak dan kewajiban kedua belah pihak atas suatu prestasi atau tindakan yang telah diperbuat kedua belah pihak.

Selanjutnya menurut KRMT Tirtadiningrat, perjanjian adalah :40

“suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara kedua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat- akibat hukum yang diperkenankan undang- undang “.

39

(50)

40

Mulyadi Nur, 2008, Online,

Sementara menurut Mariam Darus Badrulzaman : 41

“ perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu yang dibuat secara lisan dan andai kata dibuat secara tertulis maka ia bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan “

Untuk beberapa perjanjian tertentu undang- undang menentukan suatu bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah. Pada bentuk tertulis itu tidaklah hanya semata- mata merupakan alat pembuktian saja akan tetapi merupakan syarat untuk adanya perjanjian.

Sudikno Mertokusumo juga mengemukakan pendapat bahwa : 42

“ perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum “

Apabila dilihat dari bentuknya perjanjian dibedakan menjadi 2 ( dua ) macam, yaitu :

Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan.

1) Perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan yaitu berupa kesepakatan saja dari para pihak.

(51)

41

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001 ), hal 65

42

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, ( Yogyakarta : Liberty, 1988 ), hal 70

43

Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Perjanjian,( Yogyakarta : Gadjah Mada, 1980 ), hal 59

a) Contracts underseal, yaitu adalah perjanjian ini tertulis dan bercap (seal) yang dibutuhkan yang dibubuhkan diatas kertas.

b) Recognizance adalah perjanjian yang mencakup suatu janji di hadapan pengadilan oleh pemberi janji ( promisor ) untuk pemenuhan suatu pembayaran tertentu tanpa diperlukan ada tindakan khusus.

c) Negotiabe contracts adalah perjanjian yang menembus dan fundamental bagi bisnis.

Hukum perjanjian pada dasarnya memberikan kebebasan yang seluas- luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang bersifat apa saja selama perjanjian itu tidak melanggar ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan.

Dalam membuat suatu perjanjian banyak cara atau jenis yang diperlukan dalam masyarakat, baik hal itu telah diatur dalam undang- undang maupun hanya berupa kebiasaan yang dilakukan sehari- hari.

Salah satunya yang dikemukakan oleh Abdulkadir Muhammad yang menyebutkan beberapa jenis perjanjian yaitu : 44

1. Perjanjian Timbal Balik dan Perjanjian Sepihak

a. Perjanjian Timbal Balik adalah perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak.

b. Perjanjian Sepihak adalah perjanjian yang memberikan kewajiban kepada satu pihak dan hak kepada pihak lainnya.

2. Perjanjian Percuma dan Perjanjian Alas Hak yang Membuatnya

a. Perjanjian Percuma adalah perjanjian yang hanya memberikankeuntungan kepada satu pihak saja

(52)

44

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993, hal 50

didalamnya terdapat prestasi dari pihak satu selalu terdapat kontrak- prestasi dari pihak lainnya, sedangkan antara kedua prestasi itu ada hubungan menurut hukum.

3. Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama

a. Perjanjian Bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, yang dikelompokkan sebagai perjanjian- perjanjian khusus, karena jumlahnya terbatas.

b. Perjanjian Tidak Bernama adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas.

4. Perjanjian Kebendaan dan Perjanjian Obligatoir

a. Perjanjian Kebendaan adalah perjanjian untuk memindahkan hak milik dalam jual- beli sebagai pelaksanaan perjanjian obligatoir. b. Perjanjian Obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan

yang artinya sejak terjadi perjanjian timbullah hak dan kewajiban pihak- pihak.

5. Perjanjian Konsensual dan Perjanjian Real

a. Perjanjian Konsensual adalah perjanjian yang timbul karena adanya persetujuan kehendak antara pihak- pihak

(53)

Berdasarkan jenis perjanjian yang dikemukakan diatas perjanjian kerjasama biasanya memakai perjanjian sepihak karena memberikan kewajiban pada seseorang sekaligus memberikan hak kepada seseorang lain untuk menerima prestasi yang telah dibuat, atau bisa juga memakai perjanjian timbal balik karena dalam perjanjian tersebut memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak.

Dengan demikian tujuan perjanjian adalah untuk memberikan perlindungan hukum terhadap pihak- pihak yang melakukan perjanjian sehingga ketentuan yang diatur didalam sebuah kontrak dapat terlaksana dengan baik dan mempunyai batasan- batasan hak dan kewajiban bagi para pihak yang terlibat didalam perjanjian suatu kontrak tersebut.

Karena setiap kontrak pasti dimulai dengan adanya penawaran ( offer ) dan penerimaan ( acceptance ). Penawaran ( offer ) diartikan sebagai suatu perjanjian untuk melakukan sesuatu secara khusus pada masa yang akan datang. Pada prinsipnya, penawaran tetap terbuka sepanjang belum berakhirnya waktu atau belum dicabut.

Suatu penawaran akan berakhir, apabila : 45

1. Penawaran dicabut, dalam hal ini pihak penawar harus memberitahukan sebelum penawaran tersebut tidak dapat dicabut lagi sebelum waktunya berakhir.

2. Penerima tawaran tidak menerima tawaran, tetapi membuat suatu kontrak penawaran.

(54)

45

Taryana Soenandar, Op.cit. hal 47

Sedangkan dalam Teori Penerimaan terjadi pada saat yang menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan. Penerimaan adalah kesepakatan dari pihak penerima dan penawar tawaran untuk menerima persyaratan yangdiajukan penawar tawaran. Penerimaan yang belum disampaikan kepada pemberi tawaran, belumlah berlaku sebagai penerimaan tawaran bilamana memungkinkan, baik tawaran maupun penerimaan tawaran sebaiknya dinyatakan secara tertulis dan jelas.

Untuk menunjukkan adanya penerimaan, pihak yang ditawari harus menunjukkan adanya persetujuan atas penawaran. Semata- mata pemberitahuan tentang didapatnya penawaran, atau pernyataan tertarik terhadapnya, tidaklah cukup.

Persetujuan harus diberikan tanpa syarat, yakni persetujuan ini tidak boleh digantungkan pada syarat- syarat yang harus dipenuhi baik oleh pihak yang menawarkan atau oleh pihak yang ditawari. Dengan kata lain, isi penerimaan tidak boleh memuat variasi atau jenis dan syarat dari penawaran atau mengubah secara materil syarat tersebut.

(55)

Sehingga berlakulah Teori Pacta Sunt Servanda ( kekuatan mengikat ) 46, yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya.

46

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008 ), hal 33

Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan- alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu.

Sementara itu menurut Rahman Hasaudin, kontrak adalah :47

“ perjanjian yang dibuat secara tertulis.Sebagai perwujudan tertulis dari perjanjian. Kontrak adalah salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain undang- undang ( Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Pasal 1233 ) yang dapat menimbulkan perikatan “.

Perjanjian tertulis yang dimaksud dalam hal ini adalah :

1. Perjanjian Standar yaitu, disebut juga perjanjian baku dimana perjanjian ini berbentuk tertulis berupa formulir yang isinyatelah distandarisasikan ( dibakukan ) terlebih dahulu secara sepihak oleh produsen, serta bersifat masal tanpa mempertimbangkankondisi yang dimiliki oleh konsumen.48

(56)

47

Budiono Kusumohamidjojo, Paduan Untuk Merancang Kontrak, Jakarta : Gramedia Widiasarana, 2001, hal 7

48

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ( Edisi ke- 3, Yogyakarta : Liberty, 1988 ) , hal 116

49

Djaja S.Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan, ( Bandung: Nuansa Aulia, 2008 ), hal 90

Menurut Sultan Remi Sjahdeini perjanjian standar, yaitu :50

“ perjanjian yang hampir seluruh klausula- klausulanya dibakukan oleh pemakainya dan para pihak lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Adapun yang dilakukan hanya beberapa hal, misalnya yang menyangkut jenis harga, jumlah, warna, tempat, waktu, dan beberapa hal yang spesifik dari objek yang dijanjikan “. Oleh sebab itu dalam hal ini perjanjian yang banyak dipergunakan dalam masyarakatadalah perjanjian standar( baku ) karena sifatnya membatasi asas kebebasan berkontrak. Adanya kebebasan ini sangat berkaitan dengan kepentingan umum agar perjanjian baku itu diatur dalam undang- undang dan diawasi oleh pemerintah.

(57)

50

Sultan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank diIndonesia ,(Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1995), hal 66

Karena itu tujuan dibuatnya perjanjian standar ( baku ) untuk memberikan kemudahan ( kepraktisan ) bagi para pihak yang bersangkutan. Bertolak dari tujuan itu, Mariam Darus Badruzzaman lalu mendifinisikan perjanjian standar sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.51 Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapatlah diketahui bahwa perjanjian kerjasama pada umumnya berlandaskan pada perjanjian standar ( baku) karena memberikan kemudahan bagi para pihak. Dalam perjanjian standar biasanya memakai perjanjian sepihak dan timbal balik.

C.Syarat Sahnya Suatu PerjanjiandanAsas Suatu Perjanjian 1. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian

Perjanjian yang sah artinya, perjanjian yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh undang- undang sehingga perjanjian tersebut diakui oleh hukum.Oleh karena tidak semua perjanjian yang dibuat oleh setiap orang sah dalampandangan hukum. Untuk itu ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-UndangHukum Perdata menentukan untuk sahnya perjanjiandiperlukan empat syarat yaitu :

a. Sepakatnya Mereka Mengikatkan Dirinya

Referensi

Dokumen terkait