ii
PEMBELAJARAN MODEL ARIAS DENGAN TIM AHLI PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA DI SMA N 2 KEBUMEN
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Pendidikan Fisika
Oleh Fatchun „Alim
4201410004
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
v
...sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia
(Q. S. Ar ra’d : 11)“Barang siapa menen
mpuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan
memudahkannya jalan menuju surga”
(HR. Muslim)“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S Al Insyirah : 6)“Meski
setiap hari diwarnai cobaan, aku telah buktikan, bahwa kesabaran
membawa kita pada akhir yang menyenangkan”
(Dr.’Aidh al-Qarni)Jayane kangrat, swuh brasto tekabing ulah dharmastuti
(Peribahasa Jawa)
Persembahan:
Skripsi ini saya persembahkan:
1. Untuk Ayah, Ibu, dan Adik,
2. Untuk saudara – saudaraku,
3. Untuk bapak Hadi Wahono
vi
6. Untuk teman-teman Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika 2010,
7. Untuk adik-adik Pendidikan Fisika 2011-2013,
8. Untuk teman – teman mahasiswa bidikmisi Universitas Negeri
Semarang, dan
vii
dan antusias saya dalam melakukan penelitian maupun menyusun skripsi,
akhirnya saya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembelajaran Model
Arias dengan Tim Ahli pada Materi Alat-Alat Optik untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa di SMA N 2 Kebumen”. Semoga skripsi ini menjadi ladang amal
ibadah bagi saya, ayah, ibu, adik, dosen pembimbing, serta semua pihak yang
telah membantu saya dalam menyusun skripsi ini.
Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor UNNES,
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., selaku Dekan FMIPA UNNES,
3. Dr. Khumaedi, M.Si., selaku Kepala Jurusan Fisika FMIPA UNNES sekaligus
sebagai dosen pembimbing yang selalu sabar dan semangat dalam
memberikan saran, masukan, serta kritik selama proses penyusunan skripsi ini,
4. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D., dosen jurusan fisika, FMIPA, UNNES,
5. Dr. Sarwi, M.Si., selaku dosen wali,
6. Drs. Pamungkas T. Wasana, M.Si., selaku Kabid Litbang, S-P, a.n. Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kebumen
yang telah memberikan izin penelitian di SMA Negeri 2 Kebumen,
7. Kepala SMA Negeri 2 Kebumen yang telah memberikan ijin penelitian,
8. Bapak Hadi Wahono selaku guru mata pelajaran Fisika kelas X MIA 2 SMA
Negeri 2 Kebumen yang selalu memberikan saran dan kritik membangun
viii
10.Mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Fisika 2010 yang selalu membantu dan
memberi semangat selama proses penyusunan skripsi,
11.Mahasiswa dan mahasiswi jurusan fisika 2012 yang selalu memberi semangat,
12.Isnaeni Nur Charomah, Isnaeni Anjarwati, Siti Zulaikhah, Ristya Yuliana,
Rini Imroatin Wijayanti, Maya Damayanti, dan Uswatun Khasanah yang telah
membantu penelitian dari awal sampai akhir, dan
13.Semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini.
Semoga amal tenaga, pikiran, dan semangat dari semua pihak yang sudah
membantu saya, mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah S.W.T.
Semarang, 28 Agustus 2014
ix
– Alat Optik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 2 Kebumen. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Khumaedi, M.Si.
Kata Kunci : Diskusi, Alat – Alat Optik, Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) dengan Tim Ahli, PTK.
x
PERSETUJUAN PEMBIMBING...
PERNYATAAN...
HALAMAN PENGESAHAN...
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...
KATA PENGANTAR...
ABSTRAK...
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR LAMPIRAN...
BAB
1. PENDAHULUAN...
1.1 Latar Belakang...
1.2 Masalah...
1.3 Tujuan Penelitian...
1.4 Hipotesis Tindakan...
1.5 Manfaat Penelitian...
1.6 Penegasan Istilah...
1.7 Sistematika Skripsi...
2. TINJAUAN PUSTAKA... ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xiii
xiv
xvi
1
1
10
10
11
12
13
14
xi
2.1.1.2 Relevance (relevansi)...
2.1.1.3 Interest (perhatian)...
2.1.1.4 Assessment (evaluasi)...
2.1.1.5 Satisfaction (kepuasan)...
2.1.2 Tim Ahli...
2.2 Materi Alat – Alat Optik... 2.3 Kerangka Berfikir...
3. METODOLOGI PENELITIAN...
3.1 Desain Penelitian...
3.2 Langkah Penelitian...
3.3 Subjek Penelitian...
3.4 Lokasi Penelitian...
3.5 Waktu Penelitian...
3.6 Variabel Penelitian...
3.7 Metode Pengumpulan Data...
3.8 Metode Analisis Data...
3.9 Indikator Keberhasilan...
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
4.1 Sintaks Pra-penelitian...
4.2 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 21
22
24
25
26
28
40
42
42
49
51
51
51
51
52
58
62
63
63
xii
4.5.1 Hasil Belajar Kognitif...
4.5.2 Hasil Belajar Psikomotor...
4.5.3 Hasil Belajar Afektif...
4.5.4 Hasil Kuesioner/Angket...
4.6 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa...
4.7 Pembahasan...
4.7.1 Pembahasan Hasil Belajar Kognitif...
4.7.2 Pembahasan Hasil Belajar Afektif...
4.7.3 Pembahasan Hasil Belajar Psikomotor...
4.7.4 Pembahasan Minat Diskusi Siswa...
5. PENUTUP...
5.1 Simpulan...
5.2 Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN... 79
80
80
80
81
82
82
87
91
94
98
98
99
100
xiii
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan Kamera dan Lup...
3.1 Kategori Minat...
4.1 Proses Pembelajaran...
4.2 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III...
4.3 Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III...
4.4 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III...
4.5 Peningkatan Minat Diskusi Siswa...
4.6 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa... 33
61
70
79
80
80
81
xiv
2.1 Diagram Mata Manusia...
2.2 Lensa Negatif/Divergen/Cekung Membantu Rabun Jauh...
2.3 Lensa Positif/Konvergen/Cembung Membantu Rabun Dekat...
2.4 Lensa Silindris untuk Mata Astigmatisma...
2.5 Skema Kamera Secara Umum...
2.6 Pengamatan Tanpa Lup dan Menggunakan Lup...
2.7 Pengamatan Menggunakan Lup dengan Mata Tak Berakomodasi..
2.8 Mikroskop dan Diagram Berkas Cahaya pada Mikroskop...
2.9 Pembentukan Bayangan oleh Teropong Bintang...
2.10Pembentukan Bayangan oleh Teropong Bumi...
2.11Pembentukan Bayangan oleh Teropong Panggung...
2.12Skema Pembentukan Cahaya oleh Teropong Spyglass...
2.13Pantulan Cahaya Internal Sempurna oleh Teropong Prisma...
2.14Pembentukan Bayangan pada Teropong Pantul...
2.15Skema Hubungan Permasalahan Siswa dan Hasil Belajar Ketika
Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Konvensional...
2.16Skema Hubungan Permasalahan Siswa dan Target Hasil Belajar
Ketika Pembelajaran Fisika Menggunakan Model ARIAS dengan
Tim Ahli...
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas...
3.2 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas...
4.1 Grafik Hasil Belajar Kognitif Siswa...
4.2 Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa...
4.3 Grafik Hasil Belajar Psikomotor Siswa...
xv
1. ... aftar Nama Kelas Uji Coba...
2. ... aftar Nama Siswa Kelas X MIA 2...
3. ... aftar Pembagian Kelompok...
4. ... embar Angket Masalah Siswa...
5. ... ilabus...
6. ... PP ...
7. ... isi Soal Uji Coba Siklus I...
8. ... oal Uji Coba Siklus I...
9. ... unci Jawaban Soal Uji Coba Siklus I...
10. ... isi Soal Uji Coba Siklus II...
11. ... oal Uji Coba Siklus II...
12. ... unci Jawaban Soal Siklus II...
13. ... isi Soal Uji Coba Siklus III...
xvi
16. ... embar Penilaian Afektif...
17. ... embar Penilaian Psikomotor...
18. ... DS Siklus I...
19. ... DS Siklus II...
20. ... DS Siklus III...
21. ... ata Uji Validitas Soal...
22. ... ata Uji Taraf Kesukaran Soal...
23. ... ata Uji Daya Beda Soal...
24. ... ata Uji Reliabilitas Soal...
25. ... ata Instrumen Soal Yang Dipakai...
26. ... ontoh Perhitungan Reliabilitas...
27. ... ontoh Perhitungan Validitas...
28. ... ontoh Perhitungan Daya Pembeda Soal...
xvii
asil Belajar Afektif...
32. ... asil Belajar Psikomotor...
33. ... isi Uji Coba Angket...
34. ... ngket Uji Coba...
35. ... nalisis Uji Coba Angket...
36. ... ontoh Perhitungan Validitas Angket...
37. ... ontoh Perhitungan Reliabilitas Angket...
38. ... isi Angket Minat...
39. ... ngket Minat Diskusi...
40. ... nalisis Data Awal Minat Diskusi Siswa...
41. ... nalisis Minat Diskusi Siklus I...
42. ... nalisis Minat Diskusi Siklus II...
43. ... nalisis Minat Diskusi Siklus III...
44. ... abel Minat Diskusi Siswa...
xviii
47. ... oto – Foto...
7
2
5
8
2
5
9
2
6
0
2
6
3
2
6
4
2
6
5
2
6
6
2
6
7
2
xix
2
7
2
2
7
3
2
7
4
2
7
5
2
7
6
2
7
1
1.1 Latar Belakang
Pelajaran fisika masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar
siswa. Mereka beranggapan bahwa mempelajari fisika terlalu sulit dikarenakan
harus memahami ilmu matematika dan ilmu fisika itu sendiri. Anggapan siswa
tersebut tidak hanya pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), tetapi juga
siswa SMA. Dampak yang terjadi adalah hasil belajar sebagian besar siswa pada
mata pelajaran fisika kurang maksimal atau dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM).
Masyarakat umum memiliki interpretasi yang sama dengan siswa terhadap
mata pelajaran fisika (Samudra et al., 2014: 1). Wiyanto (2004) menilai, proses
pembelajaran ilmu fisika yang berlangsung di sekolah-sekolah hingga saat ini
cenderung terjebak pada rutinitas. Rutinitas yang dimaksud adalah guru memberi
rumus, contoh soal, dan latihan-latihan yang dikerjakan siswa, sehingga siswa
akan cepat bosan. Berkaitan dengan keluhan bahwa mempelajari fisika sangat
sulit, ia mengatakan, mempelajari fisika memang sulit, karena itu rasa kegemaran
dan kecintaan siswa untuk mempelajari fisika harus ditumbuhkan dengan
menghindari rutinitas yang membosankan. Maharta, sebagaimana yang dikutip
oleh Arista et al. (2012: 2), menyatakan bahwa kondisi buku pelajaran, pola
pembinaan calon guru yang ada sekarang ini, serta kemampuan dan cara mengajar
Junaedi (2012) juga menjelaskan bahwa cara penyampaian mata pelajaran fisika
bersifat langsung ke sasaran atau lebih berorientasi pada inti materi saja, serta
masih terbelenggu dengan model pembelajaran klasik.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika kurang maksimal terjadi di
kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen. Berdasarkan observasi awal, diketahui
bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif sebesar 60,55%. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif belum tercapai dan
termasuk dalam kategori rendah. Menurut Mulyasa (2002: 99) ketuntasan klasikal
aspek kognitif tercapai apabila lebih dari 85% siswa mendapatkan nilai minimal
75. Berdasarkan hal tersebut, perlu diteliti lebih lanjut tentang faktor apa saja yang
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Telah dilaksanakan observasi dengan cara mengikuti pembelajaran di
kelas X MIA 2 sebanyak dua kali, serta diberikan angket observasi kepada seluruh
siswa untuk mengetahui permasalahan – permasalahan siswa yang sangat dimungkinkan sebagai penyebab rendahnya hasil belajar. Berdasarkan observasi
langsung di kelas dan hasil angket, diketahui bahwa penyebab hasil belajar fisika
siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 2 Kebumen yang kurang maksimal bersumber
dari adanya beberapa faktor yang sangat dimungkinkan sebagai penyebab
kesulitan belajar siswa. Menurut Zakir, seperti yang dikutip oleh Samudra et al.
(2014: 1), kesulitan belajar merupakan salah satu gejala dalam proses belajar yang
ditandai dengan berbagai tingkah laku yang berlatarbelakang dalam diri maupun
Faktor pertama yang sangat dimungkinkan menjadi penyebab siswa
mengalami kesulitan belajar adalah kurangnya kegiatan memotivasi. Hal tersebut
didukung oleh Ahmadi dan Supriyono (2004: 83) yang menyatakan bahwa sebab
– sebab kesulitan belajar salah satunya adalah kurangnya motivasi, dikarenakan
motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Kemp
(1994: 143) juga menjelaskan bahwa keinginan untuk belajar mempersyaratkan
adanya motivasi. Purwanto (2004: 102-105) juga menyatakan bahwa berhasil dan
tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor, yaitu:
1. Faktor individual, yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri.
2. Faktor sosial, yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor sosial
mempunyai beberapa jenis, antara lain:
Kematangan/pertumbuhan
Kecerdasan/intelejensi
Latihan dan ulangan
Motivasi
Sifat – sifat pribasi seseorang Keadaan keluarga
Guru dan cara mengajar
Alat – alat pelajaran Motivasi sosial
Sardiman, seperti yang dikutip oleh Mawarsih et al. (2013: 3) menyatakan
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri dan dari luar
diri seseorang. Menurut Dimyati dan Mudjiono, seperti yang dikutip oleh
Mawarsih et al. (2013: 3-4), motivasi seseorang dapat berupa motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari
dalam diri seseorang dan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal
dari luar diri seseorang. Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik pada setiap
kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Peserta didik akan berhasil dalam belajar apabila dalam dirinya ada keinginan
untuk belajar. Peserta didik yang memiliki keinginan belajar atau motivasi belajar
akan berpengaruh pada kegiatan belajar di sekolah sehingga peserta didik lebih
aktif dalam proses belajar di kelas, keinginan tersebut disebut juga motivasi
intrinsik. Pelbagai penjelasan para ahli tersebut semakin menguatkan bahwa
motivasi sangat diperlukan siswa untuk mengurangi kesulitan belajar, sehingga
hasil belajar pun menjadi lebih baik.
Faktor kedua yang sangat dimungkinkan sebagai penyebab kesulitan siswa
dalam mempelajari fisika adalah model pembelajaran yang membosankan dan
pasif. Guru mengajarkan fisika menggunakan model ceramah atau konvensional
yang hanya menjelaskan materi, sehingga siswa cukup mendengarkan saja. Model
pembelajaran seperti itu memungkinkan siswa untuk mengantuk dan merasa
antusias belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Jika antusias siswa menurun,
kemungkinan fokus siswa dalam mengikuti pembelajaran juga menurun.
Menurut aliran pragmatisme, pendidikan adalah suatu proses
eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah metode pemecahan
masalah. Progresivisme menentang pendidikan tradisional serta mengembangkan
teori pendidikan (Sulo & Tirtarahardja, 2005: 87). Amri (2012: 99) menyatakan
bahwa pembelajaran fisika kebanyakan masih didominasi oleh penggunaan
metode caramah yang kegiatannya berpusat pada guru. Sebagian besar guru juga
mengajarkan fisika hanya sebatas produk dan sangat sedikit proses. Berdasarkan
hal tersebut, sudah saatnya model pembelajaran di kelas dirubah dengan model – model yang lebih baik.
Model pembelajaran yang baik, tidak hanya merubah proses pembelajaran
yang berlangsung di kelas, tetapi juga diharapkan dapat merubah perilaku maupun
pemikiran siswa, sehingga permasalahan – permasalahan individu siswa yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar, juga terpecahkan. Permasalahan umum
yang sering terjadi di kelas adalah siswa selalu terbiasa dengan pembelajaran yang
individual dan kompetitif. Guru merancang program supaya siswa belajar sendiri
dalam tempo yang relatif lama dan suasana pembelajaran kelas yang penuh
kompetisi. Situasi pembelajaran tersebut tidak akan menyelesaikan masalah ketika
siswa dihadapkan pada permasalahan kompleks di dalam kehidupan siswa
sehari-hari.
evaluasi. Maka dari itu perlu motivasi dari pendidik untuk membangkitkan rasa
percaya diri siswa sehingga kesan jenuh dan tidak semangat dapat teratasi. Hal
tersebut penting dikarenakan setiap siswa mempunyai harapan masa depan yang
berhasil dan sukses. Harapan tersebut sangat berhubungan dengan adanya sikap
percaya pada kemampuan diri siswa. Sikap percaya, yakin atau harapan akan
berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan
(Petri, 1986: 218).
Menurut Hakim, seperti yang dikutip oleh Rifki (2008: 5), sikap percaya
diri merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar
juga dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan sikap percaya diri akan ada
suatu keyakinan dalam diri individu terhadap segala aspek kelebihan dan
kemampuan yang dimilikinya dan dengan keyakinannya tersebut membuatnya
mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Mereka yang
memiliki perasaan tidak percaya diri akan selalu takut dan ragu untuk melangkah
dan bertindak, berpendapat maupun berinteraksi baik dalam lingkungan sosial
maupun dalam akademiknya. Hasil penelitian Rifki (2008: 78) menyatakan bahwa
ada pengaruh antara percaya diri terhadap prestasi belajar, artinya semakin kuat
atau tinggi rasa percaya diri siswa maka akan semakin ringgi prestasi belajarnya.
Faktor keempat yang sangat dimungkinkan sebagai penyebab rendahnya
hasil belajar adalah sebagian besar siswa masih belum paham tentang
kemanfaatan mempelajari fisika. Siswa selalu berfikiran bahwa mempelajari fisika
mempunyai kegunaan yang minim untuk masa depan mereka. Padahal
pemecahan masalah yang akan berguna untuk siswa di masa mendatang.
Pembelajaran yang aktif, kerjasama belajar antar siswa yang baik, dan
pengembangan keterampilan proses sangat diperlukan supaya siswa memahami
arti penting mempelajari fisika. Menurut Arista (2013: 2), pada tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA), fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata
pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangannya
adalah, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika
juga dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan kelima yang dihadapi siswa adalah kurangnya kegiatan
eveluasi berupa latihan soal – soal fisika. Kegiatan tersebut sangat penting untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa serta melatih peserta didik supaya terampil
dalam mengerjakan soal – soal fisika. Tyler seperti yang dikutip oleh Arikunto (2010a: 3) menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan
data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Cronbach dan Stufflebeam sebagaimana yang dikutip
oleh Arikunto (2010a: 3) juga menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan.
Kebosanan juga merupakan kendala siswa ketika mempelajari fisika.
Siswa merasa bosan dikarenakan tidak tertarik pada kegiatan belajar mengajar
yang sedang berlangsung. Salah satu cara supaya siswa tertarik mempelajari fisika
inspiratif. Selain hal tersebut, kegiatan diskusi dan bertukar pendapat antar siswa
juga harus ditingkatkan, karena sebagian besar siswa beranggapan bahwa akan
lebih paham dijelaskan oleh temannya sendiri daripada oleh gurunya.
Suatu saat seorang anak menjadi anggota kelompok sebaya di
kampungnya, di organisasi pemuda, dan atau sekolah. Seorang anak mempunyai
status tertentu didalam masing – masing kelompok dan dituntut dari kelompok sebaya, serta adanya kecenderungan setiap kelompok untuk memenuhi eksplorasi
itu, maka dirasakan pengaruh kelompok sebaya menjadi semakin penting (Sulo &
Tirtarahardja, 2005: 97). Maka dari itu, pembelajaran kelompok sebaya menjadi
sangat penting dilakukan siswa ketika masih belajar di sekolah.
Pembelajaran kelompok sebaya di sekolah dapat dilakukan dengan
kegiatan diskusi. Berdasarkan data angket awal tentang minat siswa terhadap
kegiatan diskusi, skor rata – rata yang diperoleh sebesar 50,47. Menurut Suyitno (2004: 73), nilai tersebut termasuk kategori kurang berminat, sehingga dapat
disimpulkan bahwa mayoritas siswa kurang berminat terhadap kegiatan diskusi.
Siswa beranggapan bahwa kegiatan diskusi hanya membuang waktu dan tidak
begitu berpengaruh terhadap hasil belajar. Maka dari itu, diperlukan penelitian
yang bertujuan untuk meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi fisika.
Berbagai macam permasalahan seperti yang sudah dijelaskan, sangat
dimungkinkan sebagai penyebab hasil belajar siswa kelas X MIA 2 kurang
maksimal dan cenderung rendah. Permasalahan yang dihadapi siswa harus
diselesaikan terlebih dahulu jika ingin berupaya meningkatkan hasil belajarnya.
yang bernama ARIAS dengan Tim Ahli. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian mengarah pada peningkatan rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan
soal – soal fisika (assurance), pembelajaran yang dilakukan ada hubungan dengan masa depan siswa (relevance), pembelajaran yang menarik (interest), melakukan
evaluasi berupa latihan soal – soal untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa (assessment), perasaan bangga terhadap prestasi belajar siswa (satisfaction),
dan meningkatkan minat diskusi.
Proses peningkatkan minat diskusi siswa pada penelitian ini menggunakan
model diskusi Sundicate Group, yaitu suatu kelompok dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil terdiri dari 3 - 6 siswa (Moedjiono & Hasibuan, 2006: 21). Dalam
penelitian tindakan kelas ini, model diskusi tersebut dinamakan model diskusi
Tim Ahli. Seperti nama modelnya, dalam diskusi ini terdapat kelompok ahli yang
akan melaksanakan diskusi dan presentasi di depan kelas, sehingga diharapkan
minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika dapat meningkat.
Model diskusi Tim Ahli merupakan pembelajaran diskusi yang
menekankan pada kemampuan komunikasi dan pemahaman siswa. Penggunaan
diskusi yang bebas dan terbuka dengan para siswa akan sangat menolong,
sehingga apabila dapat diselenggarakan, diskusi semacam itu dapat memberikan
kesempatan yang baik bagi siswa – siswanya untuk menyampaikan keluhan – keluhan mereka (James & Baker, 2008: 108).
Melalui model pembelajaran yang menarik diharapkan tingkat pemahaman
penelitian tindakan kelas berupa pelaksanaan variasi model pembelajaran sebagai
salah satu solusi untuk memecahkan permalahan pendidikan, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, dan minat diskusi
siswa.
1.2 Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang, secara umum masalah penelitian
tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah pembelajaran model ARIAS dengan Tim Ahli pada materi alat-alat
optik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-MIA 2 SMA Negeri 2
Kebumen?”
Secara khusus permasalahan dalam penelitian tindakan ini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
(1) Apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi alat-alat optik?
(2) Apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat
meningkatkan hasil belajar afektif siswa?
(3) Apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat
meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa?
(4) Apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat
meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian tindakan ini secara umum adalah untuk
pada materi alat-alat optik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-MIA 2
semester II SMA Negeri 2 Kebumen.
Secara khusus tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan ini sebagai
berikut:
(1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan
Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi alat-alat
optik.
(2) Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan
Tim Ahli dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa.
(3) Untuk mengetaui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim
Ahli dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa.
(4) Untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan
Tim Ahli dapat meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata
pelajaran fisika.
1.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang digunakan pada penelitian deskriptif ini adalah hipotesis
tindakan. Menurut Mulyasa (2011: 105-106) hipotesis tindakan merupakan
jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan
yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk
diteliti melalui PTK. Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis
perbandingan atau perbedaan, bukan hipotesis kontribusi atau pengaruh, dan
Secara umum hipotesis tindakan penelitian ini adalah pembelajaran
menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli pada materi alat-alat optik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-MIA 2 semster II di SMA Negeri 2
Kebumen.
Secara khusus hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi alat-alat optik.
(2) Pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat
meningkatkan hasil belajar afektif siswa.
(3) Pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat
meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa.
(4) Pembelajaran menggunakan model ARIAS dengan Tim Ahli dapat
meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran
fisika.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan
diatas, hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a) Bagi Sekolah
Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi
tentang model-model pembelajaran fisika yang atraktif dan komunikatif untuk
b)Bagi Guru
Bagi guru, model pembelajaran dalam penelitian ini dapat digunakan
sebagai alternatif dalam melaksanakan kegiatan mengajar di kelas.
c) Bagi Siswa
Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses
pemahaman materi pelajaran, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.
d) Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa pada pelajaran fisika khususnya materi alat-alat optik melalui
model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli, serta menambah pengalaman
mengajar.
1.6 Penegasan Istilah
ARIAS
ARIAS adalah nama model pembelajaran dan akronim dari Assurance,
Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction. Model pembelajaran ARIAS
merupakan pengembangan dari model pembelajaran ARCS karya John M. Keller.
ARCS merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada konsep dan
karakteristik motivasional (Keller, 2000: 2)
Tim Ahli
Tim Ahli merupakan model diskusi tipe sundicate group yang mewajibkan
siswa melakukan presentasi di depan kelas, sehingga diharapkan mampu
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan pencapaian siswa setelah melakukan proses
pengajaran. Bloom, sebagaimana dikutip oleh Sudjana (2009: 45), membedakan
tipe hasil belajar menjadi tiga bidang, yaitu (a) bidang kognitif, (b) bidang afektif,
dan (c) bidang psikomotor. Hasil belajar lainnya yang diteliti adalah minat diskusi
siswa. Hasil belajar kognitif diukur menggunakan tes, hasil belajar afektif dan
psikomotorik diukur menggunakan lembar observasi, sedangkan minat diskusi
siswa diukur menggunakan angket.
Cara untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yaitu dengan
memaksimalkan model pembelajaran yang berlangsung, sehingga siswa lebih
mudah paham terhadap materi yang diajarkan. Supaya lebih mudah, untuk
meningkatkan hasil belajar afektif, psikomotorik, dan minat diskusi siswa
dilakukan bersamaan dengan aspek kognitif, yaitu dengan memaksimalkan
kegiatan diskusi berkelompok dan presentasi.
Materi Alat – Alat Optik
Materi alat – alat optik merupakan salah satu bab mata pelajaran Fisika tingkat SMA di semester II. Materi alat optik meliputi pembahasan tentang mata,
cacat mata, penyakit mata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong.
1. 7 Sistematika Skripsi
Sistematika dalam skripsi ini disusun dengan tujuan agar pokok – pokok permasalahan dapat dibahas dengan teratur, mendetail, dan terarah. Sistematika
skripsi ini tersusun atas tiga bagian utama, yaitu bagian awal (prawacana), bagian
1.7.1 Prawacana
Prawacana terdiri atas judul, halaman kosong, pernyataan keaslian
penulisan, pengesahan, persembahan, motto, prakata, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
1.7.2 Struktur skripsi
Struktur skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu: pendahuluan, tinjauan
pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan penutup. Penjelasan
masing-masing bab sebagai berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Menyajikan gagasan pokok yang terdiri atas empat bagian: (1)
latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) sistematika
skripsi.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
Berisi kajian teori dan hasil - hasil penelitian terdahulu yang
menjadi kerangka pikir penyelesaian masalah penelitian.
BAB 3 : Metode Penelitian
Menyajikan gagasan pokok yang terdiri atas: desain penelitian,
subjek (sampel dan populasi) dan lokasi penelitian, variabel
penelitian dan indikatornya, pengambilan data (bahan, alat atau
instrumen, teknik pengambilan data penelitian), dan analisis data
BAB 4 : Hasil dan Pembahasan
Berisi hasil analisis data dan pembahasaannya yang disajikan
dalam rangka menjawab permasalahan penelitian.
BAB 5 : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran.
1.7.3 Bagian Akhir
17
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode belajar
yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa
(Sudjana, 2009:76).
Menurut Rifa‟i dan Anni (2009: 82), belajar merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu
yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan
penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian,
dan bahkan persepsi seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar
tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu
memegang peranan penting dalam proses psikologis.
Kegiatan memotivasi siswa didalam proses belajar sangat penting
dilakukan guru untuk meningkatkan semangat siswa. Cara memotivasi siswa
mempunyai banyak variasi. Crookes and Schmidt sebagaimana yang dikutip oleh
Chang dan Lehman (2002: 83) menyatakan bahwa:
2.1 Model Pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli
Model pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli merupakan model
pembelajaran yang diharapkan mampu menemukan solusi dari berbagai
permasalahan yang dihadapi guru seperti yang sudah dijelaskan pada bagian latar
belakang. ARIAS merupakan akronim dari Assurance, Relevance, Interest,
Assessment, dan Satisfaction yang merupakan pengembangan dari ARCS karya
John M. Keller. Model pembelajaran ARCS mempunyai beberapa karakteristik
dan kategori sebagai berikut:
...Attention(A), relevance (R), confidence (C), and satisfaction (S). These four categories represent sets of conditions that are necessary for a person to be fully motivated, and each of these four categories has component parts, or subcategories (Table 1), that represent specific aspects of motivation (Keller, 2000: 2).
Menurut Sopah (2007) modifikasi model ARCS menjadi model
pembelajaran ARIAS memuat lima komponen, yaitu: (1) attention
(minat/perhatian), (2) relevance (relevansi), (3) confidence (percaya/yakin), (4)
satisfaction (kepuasan/bangga), dan (5) assessment (evaluasi). Modifikasi juga
dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention
menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance,
karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence. Walaupun berubah
menjadi ARIAS, tetapi konsep model pembelajarannya masih sama dengan ARCS.
Makna modifikasi ARCS menjadi ARIAS adalah yang pertama untuk
menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran yang
sekarang atau masa depan. Proses pembelajaran juga harus menarik untuk
memelihara minat/perhatian siswa, kemudian diadakan evaluasi untuk
menumbuhkan rasa bangga dan puas dengan memberikan reinforcement
(penguatan).
2.1.1 Karakteristik model ARIAS
Siahaan et al. (2010: 23) menyatakan lima komponen ARIAS adalah :
1. Assurance, (percaya diri), yang berhubungan dengan sikap percaya, yakin
akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil.
2. Relevance, berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman
sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan
kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang.
3. Interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa.
4. Assessment, yaitu yang berhubungan dengan penilaian terhadap siswa.
Penilaian merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang
memberikan keuntungan bagi guru dan murid.
5. Satisfaction adalah reinforcement (penguatan) dapat memberikan rasa bangga
dan puas pada siswa yang penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.
Sopah (2007) juga menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS terdiri dari
lima komponen (assurance, relevance, interest, assesment, dan satisfaction) yang
disusun berdasarkan teori belajar.
Kelima komponen dalam pembelajaran ARIAS merupakan satu kesatuan
yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Lima komponen model ARIAS
2.1.1.1 Assurance (percaya diri/yakin)
Assurance (percaya diri/yakin) yaitu berhubungan dengan sikap percaya,
yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil.
Seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang sangat tinggi cenderung akan
berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap dimana seseorang
merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi
mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Siswa yang
memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian yang positif tentang dirinya.
Sikap percaya diri agar dapat berhasil perlu ditanamkan pada siswa untuk
mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan
yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri, dan merasa mampu dapat
melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu
kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang baik dari
sebelumnya atau dapat melebihi orang lain.
Menurut Sopah (2007), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi sikap percaya diri siswa, antara lain:
(1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan
pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.
(2) Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat
mencapai keberhasilan (misalkan dengan mengatakan kalau kamu tentu dapat
(3) Memberikan tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah sampai tugas yang
sukar. Menyajikan materi bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat
kesukaran.
Keller (1987: 5) menjelaskan tentang strategi untuk meningkatkan
self-confidence sebagai berikut:
a) allow students opportunity to become independent in learning and practicing a skill.
b) have students learn new skills under low risk conditions, but practice performance of well-learned tasks under realistic conditions.
c) help students understand that the pursuit of excellence does not mean that anything short of perfection is failure, leardn to feel good about genuine accomplishment.
Selain hal tersebut, memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk
diselesaikan atau sesuai dengan kemampuan siswa juga mampu menanamkan rasa
percaya diri pada siswa. Misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang
mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar (Keller & Suzuki, 2004: 179).
2.1.1.2 Relevance (Relevansi)
Relevansi berhubungan dengan kehidupan siswa, baik kehidupan sekarang
maupun kehidupan yang akan datang. Konsep-konsep fisika tidak dapat diajarkan
melalui defenisi, tetapi hendaknya melalui contoh-contoh yang relevan. Siswa kan
terdorong mempelajari sesuatu yang akan dipelajari jika ada relevansinya dengan
kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah,
mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kegiatan
pembelajaran, guru perlu memperhatikan unsur relevan ini.
Menurut Keller (1987: 4), ada beberapa strategi untuk meningkatkan
relevansi, yaitu:
a) experience b) present worth c) future usefulness d) need matching e) modeling f) choice
Sedangkan menurut Sopah (2007), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan relevansi dalam pembelajaran, antara lain:
(1) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan
memberikan harapan yang jelas pada siswa dan mendorong mereka untuk
mencapai tujuan tersebut.
(2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
(3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada
hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki
siswa.
2.1.1.3 Interest (Perhatian)
Interest berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Oleh karena itu, guru
harus memperhatikan berbagai bentuk minat/perhatian dalam kegiatan
dengan minat mereka. Membangkitkan dan memelihara minat merupakan usaha
menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Keller (1987: 3) menjelaskan tentang pentingnya perhatian siswa sebagai
berikut:
...attention, is an element of motivation and is also a prerequisite for learning. The motivational concern is for getting and sustaining attention. As an element of learning, the concern is for directing attentio to the appropriatestimuli. Atone level, it is fairly easy to gain attention. A dramatic statement, a sharp noise, a quite pause – all of these and many other devices are used.
Sopah (2007) menjelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, antara lain:
(1) Menggunakan cerita atau analogi.
(2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran, misalnya berdiskusi, mengajukan pertanyaan, atau
mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
(3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya dari variasi
serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang
sedang, dan mengubah gaya mengajar.
Keller seperti yang dikutip oleh Chang dan Lehman (2002: 83),
menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, perhatian siswa tidak hanya
harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara. Oleh karena itu, guru harus
memperhatikan berbagai bentuk cara mengajar dan memfokuskan pada minat dan
2.1.1.4 Assessment (Evaluasi)
Komponen Assessment di dalam model pembelajaran ARIAS disebut
evaluasi. Assesment berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Menurut Tyler,
seperti yang dikutip oleh Arikunto (2010a: 3) menjelaskan bahwa evaluasi adalah
sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa,
bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan menurut Hamalik
(2002: 30) evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur
keefektifan sistem mengajar/belajar sebagai keseluruhan atau proses penilaian
untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seseorang siswa dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
Manfaat evaluasi bagi guru adalah sebagai alat untuk mengetahui apakah
yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa, untuk memonitor kemajuan
siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam apa yang telah
dicapai siswa, dan untuk membantu siswa dalam belajar.
Evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari
sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Evaluasi diri merupakan
evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa
meningkatkan keberhasilannya. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong
siswa untuk meningkatkan apa yang ingin dicapai.
Model pembelajaran ARIAS memasukkan komponen assessment
dikarenakan assessment merupakan salah satu bentuk motivasi. Menurut
Mortimore dan Mortimore, seperti yang dikutip oleh Stobart dan Gipps (1998: 10)
Examinations at secondary level are traditionally seen as having great motivating potential: they provide pupils with a powerfull incentive to work, just at the age when they are becoming resistant to parental and teacher control and more interested in the outside world.
Selain hal tersebut, menurut Pasaribu dan Simanjuntak, seperti yang dikutip oleh
Ahmadi dan Supriyono (2004: 200), menegaskan bahwa tujuan khusus dari
evaluasi diantaranya adalah menemukan sebab – sebab kemajuan atau kegagalan, dan memperbaiki mutu pelajaran/ cara bekerja dan metode belajar.
2.1.1.5 Satisfaction (Kepuasan)
Menurut Francom dan Reeves (2010: 57), salah satu tindakan pada tahap
satisfaction adalah “obtaining student reactions to the new motivational design and determining student satisfaction level.” Sedangkan menurut Siahaan et al.,
(2010: 23) menyatakan bahwa satisfaction adalah reinforcement (penguatan) yang
dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa dan perlu dalam kegiatan
pembelajaran.
Berkaitan dengan rasa puas siswa terhadap hasil belajar siswa, Keller
(1987: 6) menjelaskan sebagai berikut:
Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa
bangga atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi
penguat bagi siswa untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Seseorang merasa
bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat
penghargaan baik bersifat verbal maupun non verbal dari orang lain atau
lingkungan. Dengan demikian, memberikan penguatan merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, rasa
bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa.
Menurut Sopah (2007) beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
(1) Memberi penguatan, penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun
non verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya.
Ucapan guru: bagus kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali,
menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas
jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, merupakan suatu bentuk
penguatan kepada siswa yang telah berhasil melakukan kegiatan.
(2) Memperlihatkan perhatian yang besar pada siswa yang mengalami seperti
membimbingnya sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh guru.
2.1.2 Tim Ahli
Tim ahli merupakan model diskusi jenis sundicate group. Jenis diskusi ini
terdiri dari 3-6 orang yang berasal dari kelompok utama dan mempunyai tugas
membahas tentang materi tertentu (Moedjiono & Hasibuan, 2006: 21). Setelah
melakukan diskusi, siswa wajib mempresentasikan pada anggota kelompok utama
Model diskusi penting dilakukan siswa untuk melatih bekerjasama antar
sesama teman. Diskusi merupakan kegiatan memecahkan sebuah permasalahan
secara bersama-sama untuk mengambil kesimpulan dari permasalahan. Melalui
diskusi, siswa berlatih untuk berkomunikasi dengan orang lain secara
berkelompok. Siswa juga dituntut untuk aktif mengeluarkan ide/gagasan untuk
memberikan pendapat tentang suatu permasalahan melalui kegiatan diskusi. Hal
ini mampu merangsang kreativitas, keberanian, membangun kerjasama kelompok,
dan melatih sikap saat berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut Tarigan (2008: 40), diskusi pada hakikatnya merupakan suatu
metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir kelompok. Oleh
karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif
yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh
seluruh kelompok.
Bulatau, seperti yang dikutip oleh Mulawati (2011: 15), menyatakan
bahwa manfaat diskusi ini adalah tentang pemikiran bersama yang mempunyai
kemampuan kreatif, dalam artian realistis. Jika ada yang sejalan, maka hal ini
dapat memicu seseorang untuk bertindak dengan daya dorong yang lebih kuat,
berkat kerja sama dan keyakinan bersama.
Berdasarkan penjelasan para ahli, model diskusi merupakan hal penting
yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran. Menurut
Dipodjojo (1984: 64), dalam sebuah dikusi kelompok, tiap anggota kelompok
hendaknya menyadari tujuan yang hendak dicapai, adanya hormat - menghormati,
Maka dari itu pembelajaran diskusi diharapkan mampu meningkatkan sikap
positif siswa.
Pada penelitian ini, model diskusi Tim Ahli digunakan untuk mendukung
model utama ARIAS. Berbagai macam permasalahan siswa yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa, seperti sudah dijelaskan oleh peneliti pada latar
belakang, dicoba diselesaikan menggunakan model pembelajaran ini. Model
pembelajaran ARIAS dengan Tim Ahli diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, baik berupa kognitif, afektif, dan psikomotor, serta minat siswa
terhadap kegiatan diskusi pada mata pelajaran fisika.
2.2 Materi Alat-alat Optik
a. Mata
Sistem optik yang paling penting adalah mata. Mata memiliki sebuah lensa cembung yang berfungsi untuk memfokuskan bayangan benda pada lapisan peka cahaya di bagian belakang bola mata yang disebut retina. Retina berisi struktur indra-cahaya yang sangat halus yang disebut batang dan kerucut yang menerima dan memancarkan informasi di sepanjang saraf optik ke otak.
selaput pelangi retina
pupil
lensa mata
kornea saraf optic
[image:49.595.128.487.444.686.2]otot siliari
1. Kornea. Kornea merupakan bagian luar mata yang tipis, lunak, dan transparan. Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya.
2. Pupil. Pupil merupakan celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya dapat masuk ke dalam mata.
3. Iris. Iris adalah selaput berwarna hitam, biru, atau coklat yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya pupil. Warna yang disebabkan oleh iris merupakan warna mata seseorang.
4. Aquaeus Humour. Aquaeus humour merupakan cairan di depan lensa mata untuk membiaskan cahaya ke dalam mata.
5. Otot Akomodasi. Otot akomodasi adalah otot yang menempel pada lensa mata dan berfungsi untuk mengatur tebal dan tipisnya lensa mata.
6. Lensa Mata. Lensa mata berbentuk cembung, berserat, elastis, dan bening. Lensa ini berfungsi untuk membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan pada retina.
7. Retina. Retina adalah bagian belakang mata yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan.
8. Vitreous Humour. Vitreous humour adalah cairan di dalam bola mata yang berfungsi untuk meneruskan cahaya dari lensa ke retina.
9. Bintik Kuning. Bintik kuning adalah bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan yang jelas.
10. Bintik Buta. Bintik buta adalah bagian dari retina yang apabila bayangan jatuh pada bagian ini, maka bayangan tampak tidak jelas atau kabur.
11. Saraf Mata. Saraf mata befungsi untuk meneruskan rangsangan bayangan dari retina menuju ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari.
Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa mata berada pada panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2,5 cm yang merupakam jarak dari lensa ke retina. Apabila benda di dekatkan, otot sililari akan meningkatkan kelengkungan lensa dan mengurangi panjang fokusnya, sehingga bayangan difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi. Bayangan yang jatuh di retina adalah nyata, terbalik, dan diperkecil.
Mata Normal
berhingga. Sebagian populasi manusia memiliki mata yang tidak berakomodasi dalam kisaran normal yaitu ±25 cm sampai tak berhingga, atau memiliki kelainan mata yang dikenal sebagai cacat mata.
Rabun Jauh (Miopi)
Miopi atau rabuh jauh disebut juga mata dekat karena hanya dapat melihat jelas benda-benda yang dekat. Mata ini tidak dapat berakomodasi minimum secara normal. Titik jauh matanya kurang dari jauh tak hingga (PR < ~). Sifat tersebut menyebabkan mata miopi yang digunakan untuk melihat benda jauh tak hingga akan membentuk bayangan di depan retina. Miopi biasanya disebabkan oleh bola mata yang terlalu lonjong atau kelengkungan lensa mata yang terlalu besar. Penderita miopi jika ingin melihat benda yang jauh jauh dapat dibantu
dengan kacamata lensa negatif (lihat Gambar 2.2).Setelah menggunakan
[image:51.595.116.433.345.401.2]kacamata berlensa cekung ini, bayangan benda yang jauh akan jatuh tepat di retina.
Gambar 2.2 Lensa negatif/divergen/cekung membantu rabun jauh (Handayani & Damari, 2009: 129)
Rabun Dekat (Hipermetropi)
Hipermetropi atau rabun dekat disebut juga mata jauh karena hanya dapat melihat jelas benda-benda yang jauh. Mata ini tidak dapat berakomodasi maksimum secara normal berarti titik dekatnya lebih besar dari 25 cm (PP > 25 cm). Karena sifat di atas maka setiap melihat benda pada titik baca normal (25 cm) bayangannya akan berada di belakang retina. Untuk mengatasinya diperlukan lensa positif (lihat Gambar 2.3). Bagaimana lensa kaca mata yang dibutuhkan? Jika ingin membaca normal maka benda harus berada pada jarak baca S = 25 cm dan bayangan lensa harus berada pada titik dekat mata S‟ = - PP.
[image:51.595.113.502.597.718.2]Hubungan posisi benda, bayangan yang terbentuk, dan panjang fokus suatu lensa tipis dapat ditulis dalam rumus matematik:
dengan:
s = jarak benda ke mata (m) s’ = jarak bayangan ke mata (m)
f = panjang fokus lensa (m)
Kemampuan suatu lensa positif untuk mengumpulkan cahaya atau kemampuan lensa negatif untuk menyebarkan cahaya dinyatakan dengan istilah kekuatan lensa (P) dapat dirumuskan sebagai berikut:
dengan:
P = kekuatan lensa (D = dioptri)
f = panjang fokus lensa (m)
Presbiopi
Presbiopi disebut juga mata tua, yaitu mata yang titik dekat dan titik jauhnya telah berubah. Titik dekatnya menjauh dan titik jauhnya mendekat. Berarti mata presbiopi tidak bisa melihat benda dekat maupun jauh dengan jelas. Mata yang memiliki sifat seperti ini mengalami miopi maupun hipermetropi. Cara menanganinya adalah menggunakan kaca mata rangkap. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dituliskan sifat-sifat mata presbiopi sebagai berikut:
(a) PP > 25 cm, (b) PR < ~,
(c) tidak bisa melihat benda jauh maupun dekat, dan
(d) penyelesaiannya merupakan gabungan miopi dan hipermetropi.
Astigmatisma
Gambar 2.4 Lensa silindris untuk mata astigmatisma (Sumarsono: 2009: 114) Katarak
Katarak adalah kondisi lensa mata yang terdapat bercak putih seperti awan. Kondisi ini membuat pandangan mata terganggu. Katarak dapat mempengaruhi jarak pandang mata dan mata silau. Katarak umumnya tidak menyebabkan iritasi atau rasa nyeri. Katarak biasanya tumbuh secara perlahan dan tidak menyebabkan rasa sakit. Pada tahap awal kondisi ini hanya akan mempengaruhi sebagian kecil bagian dari lensa mata anda dan mungkin saja tidak akan mempengaruhi pandangan anda. Saat katarak tumbuh lebih besar maka noda putih akan mulai menutupi lensa mata dan mengganggu masuknya cahaya ke mata. Pada akhirnya pandangan mata anda akan kabur dan mengalami distorsi.
Tanda dan gejala katarak antara lain: (1) pandangan mata yang kabur, suram atau seperti ada bayangan awan atau asap, (2) sulit melihat pada malam hari, (3) sensitif pada cahaya, dan (4) terdapat lingkaran cahaya saat memandang sinar. Pengobatan katarak biasanya dengan melakukan operasi.
Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat. Bola mata akan membesar dan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata. Oleh sebab itu, saraf mata tidak mendapatkan aliran darah dan mati.
b. Kamera
pencari gambar lensa
diafragma
shutter film
[image:53.595.149.488.611.723.2]Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada film negatif. Kamera digunakan untuk mengabadikan kejadian-kejadian penting. Kamera terdiri atas beberapa bagian, antara lain, sebagai berikut:
1. Lensa cembung, berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terbentuk bayangan yang nyata, terbalik, dan diperkecil,
2. Diafragma, adalah lubang kecil yang dapat diatur lebarnya dan berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa,
3. Apertur, berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya diafragma,
4. Pelat film, berfungsi sebagai tempat bayangan dan menghasilkan gambar negatif, yaitu gambar yang berwarna tidak sama dengan aslinya, tembus cahaya.
Pelat film menggunakan pelat seluloid yang dilapisi dengan gelatin dan perak bromida untuk menghasilkan negatifnya. Setelah dicuci, negatif tersebut dipakai untuk menghasilkan gambar positif (gambar asli) pada kertas foto. Kertas foto merupakan kertas yang ditutup dengan lapisan tipis kolodium yang dicampuri dengan perak klorida. Gambar yang ditimbulkan pada bidang transparan disebut gambar diapositif.
Perbedaan mata dengan kamera ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan kamera dan mata
No Pembeda Kamera Mata
1. tempat bayangan film retina
2. pengatur cahaya diafragma iris
3. jarak bayangan berubah, sesuai
dengan jarak benda
tetap
4. jarak fokus tetap berubah, sesuai
dengan jarak benda Sedangkan persamaannya adalah:
Kamera dan mata sama – sama memiliki jenis lensa cembung,
Kamera dan mata sama – sama
mempunyai sifat bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil.
c. Lup
Perbesarannya sering digunakan perbesaran sudut (anguler). Persamaannya memenuhi:
dengan:
M = perbesaran anguler
β = sudut penglihatan setelah ada lup α = sudut penglihatan awal
Pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum
h’
h α β
Sn
S’ = -Sn
Gambar 2.6 Pengamatan tanpa lup dan menggunakan lup (Handayani & Damari, 2009: 131-132)
Pengamatan akomodasi maksimum dengan lup berarti bayangan oleh lensa lup harus berada pada titik dekat mata. Titik dekat normal di sini selalu Sn. Berarti
berlaku:
S’ = - Sn
Benda harus diletakkan dari lup sejauh S. Berdasarkan persamaan pada lensa cembung, nilai S dapat dicari yang menghasilkan rumusan:
Sudah diketahui bahwa perbesaran sudut (anguler) lup adalah:
Berdasarkan gambar 2.6, persamaan tersebut menjadi:
Substitusikan nilai S’ dan S sehingga dapat diperoleh perbesaran anguler lup ketika mata berakomodasi maksimum seperti di bawah ini:
dengan
M = perbesaran anguler Sn = jarak baca normal
f = jarak fokus lup
Pengamatan dengan mata tak berakomodasi
Gambar 2.7 Pengamatan menggunakan lup dengan mata tak berakomodasi (Handayani & Damari, 2009: 132)
Pengamatan dengan mata tak berakomodasi berarti bayangan oleh lup harus di jauh tak hingga. Bayangan ini terjadi jika benda ditempatkan pada fokus lensa (S = f ). Perhatikan pembentukan bayangan tersebut pada Gambar 2.7. Dari gambar terlihat nilai tg β memenuhi:
Menggunakan nilai tg β, maka dapat diperoleh perbesaran anguler lup untuk pengamatan dengan mata tak berakomodasi sebagai berikut:
d. Mikroskop
lensa okuler (fokus lensa objektif lebih pendek daripada fokus lensa okuler). Hal ini dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan mikroskop dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek).
Benda yang akan amati diletakkan pada sebuah kaca preparat di depan lensa objektif dan berada di ruang II lensa objektif (fobj < s < 2 fobj). Hal ini menyebabkan bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.
(a) (b)
Gambar 2.8 (a) Mikroskop dan (b) diagram berkas cahaya pada mikroskop (Sumarsono, 2009: 118-119)
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada mikroskop sebagai berikut. 1. Bayangan yang dibentuk lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan diperbesar, 2. Bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah maya, tegak, dan diperbesar, 3. Bayangan yang dibentuk mikroskop adalah maya, terbalik, dan diperbesar
terhadap bendanya.
Penggunaan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum
Pada mikroskop, lensa okuler berfungsi sebagai lup. Pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum menyebabkan bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif harus terletak di ruang I lensa okuler. Hal ini bertujuan agar bayangan akhir yang dibentuk lensa okuler tepat pada titik dekat mata pengamat. Secara matematis perbesaran bayangan untuk mata berakomodasi maksimum dapat ditulis sebagai berikut:
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum dirumuskan:
sedangkan panjang mikroskop adalah:
Penggunaan mikroskop dengan mata tak berakomodasi
Mata pengamat dalam menggunakan mikroskop menginginkan tidak berakomodasi, maka lensa okuler harus diatur/digeser supaya bayangan yang diambil oleh lensa objektif tepat jatuh pada fokus lensa okuler atau bayangan lensa okuler di jauh tak hingga (Sok’ = ~). Berarti jarak benda memenuhi Sok = fok.
Perbesaran bayangan pada mata tak berakomodasi dapat ditulis sebagai berikut:
Perbesaran lup untuk mata tak berakomodasi dirumuskan:
Lensa okuler pada mikroskop berfungsi sebagai lup, sehingga perbesarannya mengikuti rumus perbesaran lup. Perbesaran total mikroskop untuk mata tak berakomodasi dirumuskan:
sedangkan panjang mikroskop adalah:
atau
e. Teleskop/Teropong
Teropong disebut juga dengan nama teleskop. Teropong merupakan alat optik yang dapat digunakan untuk membantu melihat benda-benda jauh. Teropong tersusun oleh dua lensa utama seperti mikroskop. Lensa yang dekat objek juga diberi nama lensa objektif dan yang dekat mata lensa okuler. Lensa okuler pun punya sifat yang sama yaitu berfungsi sebagai lup.
Teropong bintang
[image:58.595.202.392.721.836.2]Dasar dari semua jenis teropong adalah teropong bintang yaitu teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda di langit. Setiap teropong diharapkan dapat digunakan untuk melihat bayangan dengan cara berakomodasi minimum, sehingga pembentukan bayangan oleh teropong bintang dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini:
Berdasarkan gambar tersebut, sinar dari benda (bintang) di jauh tak hingga akan dibiaskan menuju fokus lensa objektif. Kemudian oleh lensa okuler akan dibentuk bayangan di jauh tak hingga lagi (akomodasi minimum) yang memiliki sifat : maya, terbalik, diperbesar. Gambar 2.9 juga memperlihatkan bahwa panjang teropong atau jarak antara dua lensanya memenuhi:
sedangkan perbesaran teropong ketika mata berakomodasi minimum adalah:
Teropong Bumi
[image:59.595.112.507.378.609.2]Teropong bumi adalah teropong yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh di bumi. Supaya bayangan tegak maka teropong bumi dapat dirancang dari teropong bintang dengan menambahkan lensa pembalik. Perbesaran yang terjadi sama dengan persamaan pada teropong bintang, tetapi panjang teropongnya memenuhi persamaan berikut:
Gambar 2.10 Pembentukan bayangan oleh teropong bumi (Handayani & Damari, 2009: 138)
Teropong Panggung
Teropong panggung memiliki fungsi yang sama dengan teropong bumi. Tetapi untuk membalik bayangannya (supaya tegak) digunakan lensa negatif (cekung) pada lensa okuler.
Spyglass & Teropong Prisma Spyglass dan teropong prisma
Jenis teropong spyglass ini menggunakan lensa ketiga (“lensa medan”) yang berfungsi untuk membuat bayangan tegak seperti digambarkan pada Gambar 2.12. Spyglass harus cukup panjang, sehingga sangat kurang praktis. Rancangan yang paling praktis sekarang ini adalah teropong prisma yang diperlihatkan pada Gambar 2.13. Objektif dan okuler merupakan lensa konvergen. Prisma memantulkan berkas dengan pantulan internal sempurna dan memendekkan ukuran fisik alat tersebut, dan juga berfungsi untuk menghasilkan bayangan tegak. Satu prisma membalikkan kembali bayangan pada bidang vertikal, yang lainnya pada bidang horizontal.
Gambar 2.12 Skema pembentukan cahaya oleh teropong spyglass (Sumarsono, 2009: 125)
Gambar 2.13 Pantulan cahaya internal sempurna oleh teropong prisma (Sumarsono, 2009: 125)
Teropong Pantul
Teropong jenis ini disebut teropong pantul karena jalannya sinar di dalam teropong dengan cara memantul. Pembentukan bayangan pada teropong pantul terlihat seperti pada Gambar 2.14.
Pada teropong pantul, cahaya yang datang dikumpulkan oleh sebuah cermin melengkung yang besar. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan ke mata pengamat oleh satu atau lebih cermin yang lebih kecil.
cahaya datang
cermin datar
cermin objektif cekung
cermin pengamat
datar sekunder pengamat
2.3 Kerangka Berfikir
Berdasarkan data observasi, kami menemukan beberapa permasalahan
yang dihadapi siswa sehingga menyebabkan hasil belajar kurang maksimal.
Permasalahan tersebut adalah:
a) Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan soal fisika,
b) Model yang digunakan dalam pembelajaran fisika kurang menarik,
c) Siswa merasa kurang mendapatkan motivasi supaya selalu semangat dan
antusias ketika menerima pel