• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Sari Buah Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) Sebagai Pelembab Pada Sediaan Krim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Sari Buah Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) Sebagai Pelembab Pada Sediaan Krim"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar sediaan krim

(2)
(3)

Lampiran 3. Gambar hasil freeze dryer sari buah strawberry

(4)

Lampiran 4. Gambar alat freeze dryer

(5)
(6)

Lampiran 6. Gambar hasil uji homogenitas sediaan

(7)

Lampiran 7. Gambar hasil penentuan tipe emulsi

(8)

Lampiran 8. Gambar hasil uji stabilitas

a

b

Keterangan :

a : hasil uji stabilitas setelah penyimpanan 0 minggu

(9)

Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada saat pengujian penguapan air dari kulit

a b

c d

Keterangan :

a : rangkaian alat pada saat pengujian b : tutup pot plastik berlubang

(10)
(11)
(12)

Lampiran 12. Perhitungan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan

1. Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan a. Pertambahan berat

Pertambahan berat = berat akhir – berat awal Berat awal = 10,029 g

Berat akhir = 10,226 g Pertambahan berat = 197 mg b. Persentase pengurangan penguapan

= �����������������������������������������−���������������������������������������������� x 100%

(13)

Lampiran 13. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan

a. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan I

b. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan II

(14)

Lampiran 13. (lanjutan)

d. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan IV

e. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan V

(15)

Lampiran 13. (lanjutan)

g. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan VII

h. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan VIII

(16)

Lampiran 13. (lanjutan)

j. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan X

k. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan XI

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Cantik Menarik dengan Vitamin C dan E.

Anief, M. (1993). Farmasetika. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 179.

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat Penerjemah: Farida Ibrahim. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 162-163, 357-389.

Balsam, M.S., dan Sagarin, E. (1972). Cosmetics: Science and Technology. Volume II. Edisi Kedua. New York: John Willey and Sons, Inc. Hal. 179-219.

Barel, A.O., Marc P., dan Howard, I.M. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi kedua. New York: Informa Healthcare. Hal. 471-473.

Budiman, S., dan Saraswati, P. (2005). Berkebun Stroberi Secara Komersial. Depok: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 16.

DeNavarre, M.G. (1975). The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Edisi Kedua. Florida: Continental Press. Hal. 119.

Depkes. (1994). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.00.06.4.02894 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba Pada Kosmetika. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 7.

Depkes. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik. 25 Mei 2013.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 1197.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.

(18)

Dwikarya, Maria., DSSK (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka. Hal. 2.

Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1117-1118.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V. Hal. 13,19-21.

Rawlins, E.A. (1977). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan. Eastbourne: Bailliere Tindall. Hal. 20-22, 262-264.

Rukmana, R. (1998). Stroberi, Budi Daya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 13.

Saifudin, A. (2011). Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Hal. 77.

Santosa, D., dan Didik, G. (2001). Ramuan Tradisional untuk Penyakit Kulit. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 3, 9-11.

Surtiningsih. (2005). Cantik dengan Bahan Alami. Jakarta: Penerbit Elex Media Kumputindo. Hal. 162.

Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 133.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 4.

Tim Karya Tani Mandiri. (2010). Pedoman Bertanam Stroberi. Bandung: CV. Nuansa Aulia. Hal 108 – 114.

Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Penerjemah: Soendani Noerono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 36.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 57-63, 111-112.

Wirakusumah, E.SS. (2007). Cantik dan Awet Muda dengan Buah, Sayur, dan Herbal. Jakarta: PT. Niaga Swadaya. Hal. 57.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formula sediaan, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji iritasi, penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit, uji angka lempeng total (ALT))

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH meter (Hanna Instrument), juicer (Cosmos), neraca listrik (Boeco Germany), pengering beku (Virtis, “benchtop K”), ampermeter, lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, alat-alat gelas, kain kasa, penangas air, spatel, sudip, pot plastik, selotip transparan.

3.2 Bahan-bahan

(20)

3.3Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.4Prosedur Kerja

3.4.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah strawberry. Strawberry diambil di Desa Tongkoh, Tanah Karo.

3.4.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi (Research Center for Biology), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indonesian

Institue of Sciences), Bogor.

3.4.3 Pembuatan sari buah strawberry

(21)

3.4.4 Formulasi Sediaan Krim

3.4.4.1. Formula dasar krim (Young, 1972)

R/ Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sorbitol sirup 5 g Propilen glikol 3g Trietanolamin 1g

Air suling ad 100ml

Nipagin secukupnya

3.4.4.2. Formula yang telah di modifikasi

R/ Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sari buah strawberry x Trietanolamin 1 g

Nipagin 0,1 %

Na.Metabisulfit 0,2 %

Air suling ad 100 ml

Parfum 3 tetes

Sebagai pembanding digunakan gliserin 2%

(22)

3.4.5 Pembuatan Sediaan Krim

Formula yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 2. Formula Sediaan Krim

Komposisi Formula

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2% (pembanding)

Cara Pembuatan:

(23)

dikeringkan. Ditimbang bahan-bahan yang akan diperlukan untuk membuat dasar krim. Asam stearat dan setil alkohol dilebur di atas penangas air pada suhu ± 70°C (massa I). Kemudian nipagin, natrium metabisulfit dan trietanolamin dilarutkan dalam akuades yang telah dipanaskan hingga suhu ± 70°C (massa II). Kemudian massa I dimasukkan ke dalam lumpang porselin panas, ditambahkan massa II dan di aduk secara konstan hingga diperoleh massa krim cair.

Sari buah strawberry digerus halus dan ditimbang. Lalu ditambahkan dasar krim yang telah ditimbang dan digerus hingga homogen. Ditambahkan parfum sebanyak 3 tetes, diaduk, kemudian dimasukkan ke dalam wadah pot plastik.

3.5.Pemeriksaan Terhadap Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2Penentuan stabilitas sediaan

(24)

3.5.3 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 1977).

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan metode konduktometri menggunakan Amperemeter, pengenceran dengan air, dan pengecatan atau pewarnaan. Metode konduktometri menggunakan Amperemeter dilakukan dengan meletakkan 1 g sediaan kedalam beker 50 ml, kemudian masukkan kedua ujung kabel dari alat yang telah diaktifkan ke dalam sediaan, amati gerakan jarum pada skala (Anief, 1993).

Pengenceran dengan air dilakukan dengan cara mengencerkan 100 mg sediaan krim dengan 10 ml air, bila emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a (Depkes RI, 1985).

(25)

merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Syamsuni, 2006).

3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Open Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis yang bersedia dan mengisi surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007). Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema dan edema.

Menurut Barel dkk (2001) indeks iritasi primer dengan skor Federal Hazardous Subtance Act:

- Eritema - Edema

Tidak eritema 0 Tidak edema 0

Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1

Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2

Eritema sedang 3 Edema sedang 3

Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4

(26)

Kriteria panelis uji iritasi (Ditjen POM, 1985): 1. Wanita

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai.

(27)

mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan selotip transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan, pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin, dan kontrol pengujian tanpa diolesi sediaan (deNavarre, 1975).

3.5.7 Uji angka lempeng total (ALT)

(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sari Buah Strawberry

Sari strawberry yang diperoleh dari 1,5 kg bagian buah strawberry adalah sebanyak 500 ml, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh sari buah strawberry berupa ekstrak kering yang berbentuk karamel berwarna kemerahan, sebanyak 44,204 g. Hasil freeze dryer sari buah strawberry dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 48.

4.2 Pemeriksaan Terhadap Sediaan 4.2.1 Homogenitas sediaan

Dari percobaan yang dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran pada formula blanko dan pembanding dengan gliserin. Hasil yang sama juga diperoleh pada sediaan krim dengan sari buah strawberry, yaitu tidak ada butiran-butiran pada objek gelas. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 51.

4.2.2 Stabilitas sediaan

(29)

jenis fase pendispersi, sebaliknya “down ward creaming” yaitu pembentukan massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar dari pada fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Hasil pengamatan stabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu.

No. Formula

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2% (pembanding) x : Perubahan warna

(30)

Menurut Rawlins (1977), sumber tidak stabilnya suatu emulsi adalah mikroorganisme. Emulsi m/a memiliki kandungan air yang tinggi yang dapat menyebabkan mikroba cepat berkembang, sehingga kebutuhan konsentrasi pengawet pada fase air harus cukup untuk menghambat pertumbuhan mikroba, dan sebagian pengawet juga dimasukkan dalam fase minyak.

Dari data diperoleh hasil pada sediaan krim blanko, pembanding, dan krim sari strawberry konsentrasi 2,5 dan 5% stabil selama 12 minggu, dimana tidak terjadi perubahan warna, bau, sedangkan pada sediaan krim sari buah strawberry konsentrasi 7,5 dan 10% mengalami perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi coklat tua pada penyimpanan 12 minggu, krim sari buah strawberry konsentrasi 7,5% mengalami perubahan bau menjadi bau busuk pada penyimpanan 12 minggu, dan krim sari buah strawberry konsentrasi 10% mengalami perubahan bau pada penyimpanan 8 minggu. Hal ini dikarenakan tinggi konsentrasi kandungan vitamin C dan E dalam sediaan krim 7,5% dan 10% sehingga kandungan senyawa yang mudah teroksidasi juga tinggi sedangkan pengawet yang ditambahkan pada masing-masing sediaan adalah sama. Oleh karena itu, sediaan krim dengan konsentrasi sari buah strawberry yang tinggi tidak stabil.

(31)

4.2.3 pH sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai

No Formula pH

Tabel 5. Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

No Formula pH

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim)

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

Formula F : Sediaan mengandung gliserin 2% (pembanding)

(32)

sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, , didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,13 ; formula B: 6,26 ; formula C: 6,13 ; formula D: 6,06 ; formula E: 6,10; formula F: 6,03.

Hasil pengujian terhadap pH sediaan krim yang diperoleh menunjukkan bahwa sediaan krim yang dihasilkan sesuai dengan pH kulit dan dapat digunakan dengan aman dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit karena menurut Balsam dan Sagarin (1972), pH sediaan krim yang sesuai untuk pH kulit adalah antara 5 dan 8.

4.2.4 Tipe emulsi sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan mengamati kelarutan dalam air, dalam metilen biru, dan daya hantar arus listrik dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data penentuan tipe emulsi sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil pada Sediaan

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim)

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

(33)

Menurut Anief (1993), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan metode konduktometri menggunakan amperemeter, jika jarum pada amperemeter bergerak pada sediaan krim yang telah dialiri arus listrik, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Menurut Depkes RI (1985), metode lain untuk menentukan tipe emulsi yaitu dengan cara krim diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1%, bila emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Menurut Syamsuni (2006), untuk membedakan tipe emulsi dapat dilakukan dengan pengecatan atau pewarnaan. Emulsi tipe m/a memberikan warna biru jika ditambah metilen biru, karena metilen biru larut dalam air.

Dari hasil uji tipe emulsi yang dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 6 diatas, formula krim dengan konsentrasi 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10%, blanko, dan pembanding dengan gliserin menunjukkan bahwa sediaan krim tersebut dapat menghantarkan arus listrik, melarutkan biru metil, dan dapat diencerkan dengan air. Dengan demikian, larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa tipe emulsi sediaan krim yang dibuat adalah m/a.

4.2.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

(34)

Tabel 7. Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Dari Tabel 7, dapat dilihat tidak adanya efek samping berupa eritema dan edema pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

4.2.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan wanita yang berusia 20-30 tahun, diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 8.

(35)

yang mengandung gliserin 2% (pembanding) dapat mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 40,00 sampai 46,83%.

Tabel 8. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

No Sukarelawan

Persentase Pengurangan Penguapan Air Dari Kulit Pada Masing-masing Formula (%)

A B C D E F

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim)

Formula B : Konsentrasi sari buah strawberry 2,5% Formula C : Konsentrasi sari buah strawberry 5% Formula D : Konsentrasi sari buah strawberry 7,5% Formula E : Konsentrasi sari buah strawberry 10%

(36)

perbedaan cuaca dan kondisi lingkungan pada saat pengujian dan tiap individu menghasilkan keringat yang tidak sama banyak.

4.2.7 Uji angka lempeng total (ALT)

Dari data hasil pengujian angka lempeng total (ALT) menyatakan bahwa krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 2,5% memiliki nilai ALT sebesar 184 x 105 koloni/g, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 5% memiliki nilai ALT sebesar 140 x 105 koloni/g, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 7,5% memiliki nilai ALT sebesar 43 x 105 koloni/g, krim sari buah strawberry dengan konsentrasi 10% memiliki nilai ALT sebesar 24 x 105 koloni/g.

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat

diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen dan memiliki tipe emulsi m/a. Sediaan krim memiliki pH 6,03 - 6,26 yang stabil selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim strawberry yang baik adalah sediaan krim dengan konsentrasi 2,5% dan 5%

2. Penambahan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne), dalam sediaan krim tipe emulsi m/a mampu mengurangi penguapan air dari kulit sampai 26,12% yang terlihat dari sediiaan krim dengan konsentrasi 5%. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah strawberry yang ditambahkan pada sediaan, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan tersebut mengurangi penguapan air dari kulit.

(38)

5.2 Saran

(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Buah Strawberry

Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini disebut strawberry modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria x ananassa var duchesne. Strawberry ini adalah hasil persilangan antara Fragaria virginiana L. var duschene dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschene dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis

strawberry tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut menghasilkan jenis strawberry dengan buah berukuran besar, harum, dan manis (Budiman, 2008).

Dari segi ciri khusus lahiriahnya, strawberry adalah tumbuhan keluarga rumput yang memiliki dahan dua jenis, jenis rebah dan tegak. Ketinggian jenis tegak mencapai 8 sampai 15 sentimeter dan ujungnya berakhir dengan bunga. Daunnya terdiri dari tiga daun kecil bergigi dengan ekor panjang dan berwarna hijau cerah. Bunga-bunganya teratur, berwarna putih, dan berkumpul dalam jumlah dua sampai lima atau bahkan lebih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

(40)

ideal antara 1.000-2.000 m di atas permukaan laut (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2.1.1 Sistematika tanaman strawberry

Menurut Rukmana (1998), sistematika tumbuhan buah strawberry diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping satu) Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae Genus : Fragaria

Spesies : Fragaria x ananassa Duchesne, disebut strawberry modern atau strawberry komersial.

Nama lokal,daerah dan asing :

Indonesia : Stroberi, strawberry

Inggris : Garden strawberry

Melayu : Strawberry

Vietnam : Dau tay

Thailand : Satroboery

(41)

2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry

Buah strawberry memiliki kandungan aktivitas antioksidan tinggi karena mengandung quarcetin, ellagic acid, antosianin, dan kaempferol. Kandungan tersebut menjadikan strawberry untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi resiko terjadinya kanker. Buah strawberry juga membantu proses diet bagi penderita diabetes. Buah strawberry juga dimanfaatkan untuk kecantikan, di antaranya obat jerawat, mempercantik kulit, memutihkan gigi, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Daun strawbeery berpreran sebagai diuretik dan antireumatik. Daun strawberry juga mengandung zat astringent yang berguna untuk mencegah pengeriputan kulit wajah.. Kandungan vitamin C dan E berfungsi untuk merawat dan mengencangkan kulit serta sebagai anti-aging. Akar strawberry mengandung zat anti radang untuk memulihkan pembengkakan akibat nyeri sendi dan asam urat. Akar strawberry juga bermanfaat sebagai obat diabetes

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Antosianin merupakan pigmen warna merah pada buah strawberry. Senyawa ini berkhasiat menurunkan tekanan darah, cocok dikonsumsi bagi penderita hipertensi. Antosianin juga mampu menurunkan kolesterol jahat LDL, mencegah penyempitan pembuluh darah, penyebab stroke dan melumpuhkan sel kanker (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

(42)

dan melawan bakteri penyebab jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat yang membantu proses perbaikan kulit. Zinc yang terkandung dalam labu juga bisa sebagai obat bagi mereka yang jerawat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Tabel 1. Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah strawberry

segar

No Kandungan gizi Proporsi (Jumlah)

1

Bagian dapat dimakan (Bdd, %)

37,00 *)

*) Direktorat Gizi Depkes RI, (1981)

(43)

2.2 Kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1 Struktur kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis (subkutan).

1. Lapisan Epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas: - Stratum corneum (lapisan tanduk)

(44)

sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. - Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

- Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,berinti mengkerut.

- Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

- Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (Tranggono, 2007).

2. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

(45)

- Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

3. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan ini yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:

a. Pelindung Tubuh / Proteksi

Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan angin (Wirakusumah, 2004).

Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:

1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.

(46)

3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan .

b. Pengatur Suhu Tubuh ( Termoregulasi )

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).

Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut akan menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar (tetap tertahan) (Wirakusumah, 2004).

c. Sistem Pancaindera

Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut (Wirakusumah, 2004).

d. Menjaga Kelembaban Tubuh

(47)

e. Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3 jenis:

1. Kulit Normal

Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan

kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.

2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit

(48)

penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini, maka kulit menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit

Menurut Wirakusumah (2004), masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar adalah sebagai berikut:

a. Ras (bawaan)

Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya. Misalnya dengan kulit halus, kasar atau berminyak.

b. Hormon

(49)

pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.

c. Alergi

Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang terluka.

d. Iklim

Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.

e. Stres

Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung..

2.3 Emulsi

Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan yang tidak tercampur, di mana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya (Anief, 1993).

(50)

Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil (Anief, 1993).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voigt (1994) , adalah: 1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut

(51)

2.4. Kosmetik Untuk Kulit

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui, 1997).

2.4.1. Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

(52)

perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.2 Syarat kosmetik pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu: a. Enak dan mudah dipakai

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur

(53)

2.4.3 Jenis kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit

banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya

(54)

2.5 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream. b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

(55)

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

(56)

f. Parfum

(57)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap orang mempunyai kecenderungan ingin memiliki kulit yang sehat dan terawat, sehingga produk kosmetik merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya (Wasitaatmadja, 1997).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik, menyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Depkes, 2010).

(58)

karena itu dalam kondisi tertentu dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan

memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Pelembab kulit adalah salah satu sediaan kosmetik yang digunakan untuk menghaluskan dan melembabkan kulit. Pelembab kulit adalah produk yang sangat umum digunakan, karena kulit dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang (Santosa dan Didik, 2001).

Buah strawberry selain baik untuk kesehatan,juga dapat digunakan untuk perawatan kulit. Buah strawberry mengandung fosfor, kalsium, zat besi, asam salisilat, serta vitamin B, C, dan E. Kandungan vitamin C yang terdapat dalam buah strawberry bermanfaat untuk membantu produksi kolagen,yang menyebabkan kulit tetap kencang dan elastis. Selain itu, vitamin C yang terkandung dalam buah strawberry berkhasiat untuk memberi gizi pada kulit dan untuk mengencangkan jaringan tubuh (Surtiningsih, 2005).

(59)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Apakah krim yang mengandung sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

3. Apakah krim dengan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.3 Hipotesa

1. Sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Krim yang mengandung sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

(60)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasikan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dalam sediaan krim tipe emulsi m/a.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan krim yang mengandung sari

buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

3. Untuk mengetahui krim dengan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil

(61)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Adapun kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

b

(62)

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY (Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

ABSTRAK

Krim pelembab digunakan untuk melembabkan kulit yang kering. Bahan pelembab yang biasa digunakan antara lain gliserin. Buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne)adalah bahan alam yang mengandung vitamin C dan E. Vitamin C dapat memicu aktivitas sel kulit, dan membantu pembentukan jaringan kolagen (jaringan yang membuat kulit elastis). Berdasarkan kandungannya, maka dalam penelitian ini digunakan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) sebagai pelembab pada sediaan krim.

Buah strawberry sebanyak 1500 gram dihaluskan dengan menggunakan juicer. Sari buah strawberry yang diperoleh dikeringkan dengan alat freeze drayer pada suhu -55oC dan tekanan 2 atm. Konsentrasi sari buah strawberry yang digunakan adalah 2,5; 5; 7,5; dan 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko (dasar krim). Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, penentuan pH, uji stabilitas sediaan, penentuan tipe emulsi, uji iritasi terhadap kulit, uji kelembaban dan uji angka lempeng total (ALT). Uji kelembaban sediaan dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan lalu melekatkan dua buah pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai. Setelah 3 jam diukur nilai kelembaban sediaan.

Hasil penelitian menunjukkan sedian yang dihasilkan homogen, pH sediaan 6,3 dan sediaan stabil pada penyimpanan 12 minggu untuk konsentrasi 2,5 dan 5%. Tipeemulsi sediaan adalah m/a, sediaan tidak mengiritasi kulit, dan pada konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan uap air hingga 26,12%. Sedian tidak memenuhi syarat uji angka lempeng total (ALT). Dapat disimpulkan bahwa sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat digunakan sebagai pelembab pada sediaan krim, tetapi tidak memenuhi syarat uji angka lempeng total.

(63)

THE USE OF STRAWBERRY EXTRACT (Fragaria x ananassa Duchesne) AS MOISTURIZER IN CREAM PREPARATION

ABSTRACT

Moisturizing cream used to moisturize dry skin. Moisturizing agents which commonly used such as glycerin. Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) is a natural ingredient contains vitamins C and E. Vitamin C can induce the activity of skin cells, and helps build collagen tissue (the tissue that makes skin elastic). Based on its content, so in this research strawberry extract (Fragaria x ananassa Duchesne) use as a moisturizing agents in the cream.

1500 grams strawberries smoothed by using a juicer. Strawberry extract was dried by freeze drayer at a temperature of -55oC and 2 atm. Strawberry extract concentration was used at level 2.5; 5; 7.5; and 10 % and then compared with the preparation containing 2 % glycerin and blank (cream base). Evaluations which used on preparations include: homogenity test, determination of pH, stability preparation test, determining type of emulsion, skin irritation test, moisturizing preparations test and total plate count test (PCT). Moisturizing preparations test done by applied the preparations on the hands skin and then two pieces of plastics pot which assembled and the diameter was 4.5 cm attached to the skin. The moistences of preparations was measured after 3 hours.

The results showed that the preparations was homogeneus, the pH was 6.3 and stable in 12 weeks during the storage for concentrations of 2.5 and 5 %. The emulsion type of preparations was o/ w, the preparations did not irritate the skin, and at concentration of 5 % reduced the evaporation of water up to 26.12%. The preparations was unqualified of plate count test (PCT). It can be concluded that the strawberry extract (Fragaria x ananassa Duchesne) can be used as a moisturizer in cream, but do not qualify plate count test .

(64)

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY

(Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI

PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

SKRIPSI

OLEH:

JULIANTI REHMALEMNA BR SINURAYA

NIM 081501080

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(65)

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY

(Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI

PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada FakultasFarmasi

Universitas SumateraUtara

OLEH:

JULIANTI REHMALEMNA BR SINURAYA

NIM 081501080

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

(66)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY

(Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI

PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

OLEH:

JULIANTI REHMALEMNA BR. SINURAYA

NIM 081501080

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 07 Desember 2013 Disetujui Oleh,

(67)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat, kasih dan karunianNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Penggunaan Sari Buah Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) Sebagai Pelembab Pada Sediaan Krim”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Bapak Drs. David Sinurat, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini, serta kepada Bapak Dr. Ginda Haro, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku penasehat akademis yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen pengujiyang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Serta Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama perkuliahan.

(68)

hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada abang, kakak dan adik Supra Adisyahputra Sinuraya, S.T., Novianta Br.Sinuraya dan Elisanta Desriana Br.Sinuraya yang selalu setia memberi doa, dukungan dan motivasi selama melakukan penelitian. Sari Novalia Barus, Happy Maranatha Munthe, teman-teman Farmasi Klinis dan Komunitas 2008, OSC IPA - 1, Pelayan KAKR, KAKR dan PERMATA GBKP Rg.Kemenangan Tani sebagai sahabat yang selalu mendukung dan mendoakan penulis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaannya. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2013 Penulis

(69)

PENGGUNAAN SARI BUAH STRAWBERRY (Fragaria x ananassa Duchesne) SEBAGAI PELEMBAB PADA SEDIAAN KRIM

ABSTRAK

Krim pelembab digunakan untuk melembabkan kulit yang kering. Bahan pelembab yang biasa digunakan antara lain gliserin. Buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne)adalah bahan alam yang mengandung vitamin C dan E. Vitamin C dapat memicu aktivitas sel kulit, dan membantu pembentukan jaringan kolagen (jaringan yang membuat kulit elastis). Berdasarkan kandungannya, maka dalam penelitian ini digunakan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) sebagai pelembab pada sediaan krim.

Buah strawberry sebanyak 1500 gram dihaluskan dengan menggunakan juicer. Sari buah strawberry yang diperoleh dikeringkan dengan alat freeze drayer pada suhu -55oC dan tekanan 2 atm. Konsentrasi sari buah strawberry yang digunakan adalah 2,5; 5; 7,5; dan 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko (dasar krim). Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, penentuan pH, uji stabilitas sediaan, penentuan tipe emulsi, uji iritasi terhadap kulit, uji kelembaban dan uji angka lempeng total (ALT). Uji kelembaban sediaan dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan lalu melekatkan dua buah pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai. Setelah 3 jam diukur nilai kelembaban sediaan.

Hasil penelitian menunjukkan sedian yang dihasilkan homogen, pH sediaan 6,3 dan sediaan stabil pada penyimpanan 12 minggu untuk konsentrasi 2,5 dan 5%. Tipeemulsi sediaan adalah m/a, sediaan tidak mengiritasi kulit, dan pada konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan uap air hingga 26,12%. Sedian tidak memenuhi syarat uji angka lempeng total (ALT). Dapat disimpulkan bahwa sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat digunakan sebagai pelembab pada sediaan krim, tetapi tidak memenuhi syarat uji angka lempeng total.

(70)

THE USE OF STRAWBERRY EXTRACT (Fragaria x ananassa Duchesne) AS MOISTURIZER IN CREAM PREPARATION

ABSTRACT

Moisturizing cream used to moisturize dry skin. Moisturizing agents which commonly used such as glycerin. Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) is a natural ingredient contains vitamins C and E. Vitamin C can induce the activity of skin cells, and helps build collagen tissue (the tissue that makes skin elastic). Based on its content, so in this research strawberry extract (Fragaria x ananassa Duchesne) use as a moisturizing agents in the cream.

1500 grams strawberries smoothed by using a juicer. Strawberry extract was dried by freeze drayer at a temperature of -55oC and 2 atm. Strawberry extract concentration was used at level 2.5; 5; 7.5; and 10 % and then compared with the preparation containing 2 % glycerin and blank (cream base). Evaluations which used on preparations include: homogenity test, determination of pH, stability preparation test, determining type of emulsion, skin irritation test, moisturizing preparations test and total plate count test (PCT). Moisturizing preparations test done by applied the preparations on the hands skin and then two pieces of plastics pot which assembled and the diameter was 4.5 cm attached to the skin. The moistences of preparations was measured after 3 hours.

The results showed that the preparations was homogeneus, the pH was 6.3 and stable in 12 weeks during the storage for concentrations of 2.5 and 5 %. The emulsion type of preparations was o/ w, the preparations did not irritate the skin, and at concentration of 5 % reduced the evaporation of water up to 26.12%. The preparations was unqualified of plate count test (PCT). It can be concluded that the strawberry extract (Fragaria x ananassa Duchesne) can be used as a moisturizer in cream, but do not qualify plate count test .

(71)

DAFTAR ISI Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Buah Strawberry ... 6

2.1.1 Sistematika tanaman strawberry ... 7

2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry ... 8

(72)

2.2.2 Fungsi kulit ... 12

2.2.3 Jenis kulit ... .. 14

2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit ... 14

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit .... 15

2.3 Emulsi ... 16

2.4 Kosmetik Untuk Kulit ... 18

2.4.1 Kosmetik pelembab ... 18

2.4.2 Syarat kosmetik pelembab ... 19

2.4.3 Jenis kosmetik pelembab ... 20

2.5 Krim ... 21

2.6 Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Alat ... 24

3.2 Bahan ... 24

3.3 Sukarelawan ... 25

3.4 Prosedur Kerja ... 25

3.4.1 Pengumpulan sampel ... 25

3.4.2 Identifikasi tumbuhan ... 25

3.4.3 Pembuatan sari buah strawberry ... 25

3.4.4 Formula sediaan krim ... 26

3.4.4.1 Formula dasar krim ... 26

3.4.4.2 Formula yang telah dimodifikasi ... 26

(73)

3.5 Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 28

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 31

(74)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah

strawberry segar ... 9 Tabel 2 Formula sediaan krim ... 27 Tabel 3 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat

sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12

minggu ... 34 Tabel 4 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 36 Tabel 5 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan 12

minggu ... 36 Tabel 6 Data penentuan tipe emulsi sediaan ... 37 Tabel 7 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan . ... 39 Tabel 8 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air

(75)

DAFTAR GAMBAR

(76)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Gambar sediaan krim ... 46

Lampiran 2. Gambar strawberry ... 47

Lampiran 3. Gambar sari strawberry ... 48

Lampiran 4. Gambar alat freeze dryer ... 49

Lampiran 5. Gambar alat pH meter ... 50

Lampiran 6. Gambar hasil uji homogenitas sediaan ... 51

Lampiran 7. Gambar tipe emulsi sediaan ... 52

Lampiran 8. Gambar hasil uji stabilitas ... 53

Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air dri kulit ... 54

Lampiran 10. Gambar hasil uji angka lempeng total (ALT) ... 55

Lampiran 11. Gambar hasil determinasi ... 56

Lampiran 12. Perhitungan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... . 57

Gambar

Tabel 2. Formula Sediaan Krim
Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai
Tabel 6.  Data penentuan tipe emulsi sediaan
Tabel 7. Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan sari kentang ( Solanum tuberosum L.) dalam sediaan losio tangan dan badan tipe emulsi m/a mampu mengurangi penguapan air dari kulit, dimana semakin tinggi konsentrasi

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari buah pepaya yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin

Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari buah anggur hijau dengan. konsentrasi 2,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit,

Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air

sediaan krim anti- aging dari sari buah stroberi yang dipekatkan yang dihasilkan mampu atau tidak dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan. Saya menyatakan

menggunakan minyak wijen sebagai pelembab, mengetahui kemampuan krim minyak wijen mengurangi penguapan air dari kulit dan mengetahui sediaan krim tidak menyebabkan iritasi.

Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari buah pepaya yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin