• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ridha Amalia

NIM : 120100009

Tempat, Tanggal Lahir : Rantauprapat, 02 Desember 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Padang gg. Langgar No. 13B Kec. Medan Baru 20154

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Email : dhindaia@gmail.com Riwayat Pendidikan :

1. TK Mandiri Cicaheum, Bandung 1999-2000

2. SD Negeri 112143 Rantauprapat Kab. Labuhan Batu 2000-2006

(2)

4. SMAN 03 Kecamatan Rantau Utara Kota Rantauprapat Kab. Labuhan batu 2009-2012

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Kesehatan Reprofuksi SCORA FK USU 2014-2015

(3)

LAMPIRAN 2 : Lembar Penjelasan

LEMBAR PENJELASAN Assalamu’alaikum wr wb.

Saya adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Implementasi Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota, Kota Medan 2015.

Kencing manis (Diabetes melitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal. Meningkatnya kadar guladarah menyebabkan kekentalan darah meningkat sehingga menyebabkan gangguan dari kerja darah yang nantinya akan terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh.. PROLANIS (Pengelolaan Penyakit Kronis) adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis yang dalam hal ini adalah DM tipe 2 untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana penerapan Prolanis di Puskesmas Teladan kecamatan Medan Teladan, kota Medan tahun 2015. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menjadi bahan evaluasi program prolanis yang diharapkan prolanis nantinya dapat menjadi lebih baik untuk mengelola penyakit DM tipe 2 agar peserta dapat mencapai kualitas hidup yang optimal dan menjaga penyakitnya agar tidak terjadi perburukan.

(4)

Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak dimengerti sehubungan dengan keikutsertaan Ibu/Bapak dalam penelitian ini maka Ibu/Bapak dapat menghubungi saya, Ridha Amalia (nomor telepon:082165199928)

Medan, 2015 Peneliti

(5)

LAMPIRAN 3 : Informed Consent

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur :

Setelah mendapat penjelasan dan keterangan mengenai penelitian :

IMPLEMENTASI PROLANIS DI PUSKESMAS TELADAN KECAMATAN MEDAN KOTA, KOTA MEDAN TAHUN 2015

Dengan ini saya dengan sukarela menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian ini, persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun. Jika suatu saat saya berhenti menjadi subjek penelitian maka saya tidak dikenakan sanksi atau biaya apapun.

Medan, 2015

Peneliti Menyetujui

(6)

LAMPIRAN 4 : Kueuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN A. Karakteristik Pasien

No. Responden: Jenis Kelamin :

o Laki-Laki o Perempuan

Umur :

o 35-45 Tahun o 46-55 Tahun o 55-64 Tahun

o 65-74 Tahun o 75+ Tahun

Pekerjaan : o Tidak Bekerja o Pegawai o Wiraswasta

o Petani/Nelayan/Buruh

o Lainnya

Pendidikan : o Tidak Sekolah o Tidak Tamat SD o Tamat SD o Tamat SMP o Tamat SMA

(7)

B. Kepesertaan Prolanis

1. Kapan anda pertama kali dinyatakan terkena DM? o ….. Tahun

2. Apakah anda tahu apa itu PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)?

a. Tahu b. Tidak Tahu

3. Apakah anda mengikuti PROLANIS? a. Iya

b. Tidak

4. Apakah anda memiliki buku PROLANIS? a. Iya

b. Tidak

5. Dari mana anda mengetahui PROLANIS?

a. Dokter, perawat, puskesmas, dan tenaga kesehatan lain. b. Televisi, Koran, radio, atau media social.

c. Tetangga, teman, keluarga, dan lainnya. 6. Sudah berapa lama anda mengikuti PROLANIS?

a. Kurang dari enam bulan b. Lebih dari enam bulan c. Lebih dari satu tahun

*Jika menjawab tidak pada nomor 2, silahkan menjawab pertanyaan berikut 7. Kenapa anda tidak mengikuti program ini?

a. Tidak mau karena dapat melakukan sendiri

b. Tidak merasa bahwa program ini memberikan hasil yang baik 8. Apakah anda mengikuti sosialisasi dari program ini?

(8)

C. Pengetahuan Mengenai Prolanis

9. Untuk siapakah PROLANIS ditujukan? a. Penderita diabetes dan hipertensi b. Penderita malaria

c. Penderita kusta

10.Apa kegunaan dari PROLANIS?

a. Untuk mencegah penyakit diabetes melitus agar tidak terjadi komplikasi

b. Untuk mencegah penyakit diabetes melitus c. Untuk menyembuhkan penyakit diabetes melitus 11.Apa saja pelayanan yang diberikan melalui PROLANIS?

a. Informasi terkini tentang diabetes melitus, pemeriksaan dokter dan laboratorium, pelayanan obat, serta pesan tentang kesehatan dan jadwal control

b. Pemberian obat dan pelayanan dokter

c. Pemeriksaan kadar gula darah dan kolesterol

12.Apa yang diinformasikan dalam buku pemantauan kesehatan DM tipe 2? a. Mengenai diabetes dan apa yang harus dilakukan jika sudah

terkena

b. Mengenai jenis-jenis obat diabetes

c. Mengenai malaria dan apa yang harus dilakukan jika sudah terkena D. Pengetahuan Mengenai Diabetes

13.Apa yang menjadi gejala utama dari diabetes? a. Berat badan bayi lahir besar

b. Hipertensi, kolesterol tinggi, kegemukan

c. Banyak makan dan banyak minum tetapi berat badan turun, sering buang air kecil terutama di malam hari

14.Apakah yang menjadi faktor risiko dari diabetes? a. Olahraga yang baik, sering makan sayur, wanita b. Hipertensi, kolesterol tinggi, kegemukan

(9)

15.Apa yang harus dilakukan bila sudah terkena penyakit ini? a. Tidak melakukan apapun/dibiarkan saja

b. Menjaga pola hidup sehat, menjaga berat badan, rajin olah raga, mengontrol kadar gula darah

c. Tetap menjalani pola hidup yang tidak sehat

16.Aktivitas fisik yang bagaimana yang harus kita terapkan setelah terkena Diabetes Melitus?

a. Perbanyak menonton televise dan main game b. Mengurangi olah raga

c. Melakukan aktivitas harian kebiasaan bergaya hidup sehat E. Rutinitas Berobat

17.Apakah anda rutin kontrol penyakit ini? a. Ya

b. Tidak

(10)

LAMPIRAN 4 :

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(11)

Valid Tidak Tamat SD 2 3.0 3.0 3.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 4 4 6.0 6.0 6.0

5 5 7.5 7.5 13.4

(12)

7 29 43.3 43.3 65.7

8 23 34.3 34.3 100.0

Total 67 100.0 100.0

Rutinitas Berobat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Iya 51 76.1 76.1 76.1

Tidak 16 23.9 23.9 100.0

Total 67 100.0 100.0

Pengetahuan tentang DM * Mengikuti Prolanis Crosstabulation

Mengikuti Prolanis

Continuity Correctionb 15.367 1 .000

Likelihood Ratio 17.513 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 17.615 1 .000

(13)

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.15.

b. Computed only for a 2x2 table

Pengetahuan tentang DM * Mengikuti Prolanis Crosstabulation

Mengikuti Prolanis

% within Mengikuti Prolanis 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Continuity Correctionb 15.367 1 .000

Likelihood Ratio 17.513 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 17.615 1 .000

N of Valid Cases 67

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.15.

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian digambarkan dalam Gambar 3.1, yang mana variable independen terdiri dari pengetahuan responden tentang DM dan pengetahuan responden tentang manfaat Prolanis, dan hubungannnya dengan kepesertaan Prolanis sebagai variable dependen yang akan dianalisis dengan uji statistik, sementara karakteristik reponden tidak dilakukan uji statistik.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Keterangan:

Dilakukan uji statistik ………. Tidak dilakukan uji statistik

3.2. Definisi Operasional A. Karakteristik Pasien

(19)

19

i. Definisi Operasional : Lamanya waktu hidup pasien dihitung sejak tahun dilahirkan

i. Definisi Operasional : Sifat jasmani manusia yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan

(20)

 Petani/Nelayan/Buruh  Lainnya

v. Skala Ukur : nominal

d. Pendidikan

i. Definisi Operasional : Pendidikan terakhir yang dijalani oleh pasien

ii. Cara Ukur : Wawancara iii. Alat Ukur : Kuesioner

iv. Hasil Ukur :

 Tidak Sekolah

 Tidak Tamat SD

 Tamat SD

 Tamat SMP

 Tamat SMA

 Tamat D1 - D3 / Perguruan Tinggi v. Skala Ukur : ordinal

B. Kepesertaan Prolanis

i. Definisi Operasional : Pasien yang mengikuti program pengelolaan penyakit kronis.

ii. Cara Ukur : Wawancara iii. Alat Ukur : Kuesioner iv. Hasil Ukur :

 Iya

(21)

21

C. Pengetahuan Tentang Prolanis

i. Definisi Operasional: Hal-hal yang diketahui pasien mengenai Prolanis termasuk tujuan, manfaat, dan kegiatan Prolanis.

Instrumen yang digunakan adalah skor yang diberikan dalam setiap pertanyaan. Jika jawaban benar diberi nilai 2 dan jika jawaban salah diberikan nilai 1. Dinyatakan baik jika hasil skor diatas 50% dari jumlah jawaban benar. v. Skala Ukur : nominal

D. Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2

Definisi Operasional : Hal-hal yang diketahui pasien mengenai DM tipe 2 meliputi gejala, faktor risiko, tindakan dan pencegahan yang didapatkan dari kuisoner.

i. Cara Ukur : Wawancara ii. Alat Ukur : Kuesioner iii. Hasil Ukur :

 Baik

 Kurang

(22)

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesa penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan positif antara kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan mengenai DM tipe 2.

(23)

23

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional, yang mana penelitian ini akan menganalisis mengenai hubungan kepesertaan Prolanis dengan tingkat pengetahuan tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan pengetahuan tentang manfaat Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Teladan, kota Medan Jalan Sisingamangaraja bulan Juni hingga Desember tahun 2015 terhadap pasien-pasien diabetes Mellitus. Puskesmas ini dipilih karena merupakan salah satu dari enam kecamatan yang mempunyai prevalensi DM tertinggi di Kota Medan yaitu sebesar 18% (Fujiati et al, 2014).

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi target

Seluruh pasien di Puskesmas Puskesmas Teladan, kota Medan.

4.3.2. Populasi terjangkau

Pasien diabetes Mellitus di Puskesmas Teladan, kota Medan.

4.3.3. Sampel

(24)

4.3.3.1.Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Merupakan pasien diabetes Mellitus yang berkunjung ke Puskesmas Teladan, kota Medan.

2. Merupakan pasien rawat jalan

3. Bersedia diikutsertakan dalam penelitian.

4.3.3.2.Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tidak menjawab kuesioner pada saat penelitian

2. Merupakan pasien rawat inap

3. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian.

Cara pemilihan subyek penelitian dilakukan secara total sampling, yang mana seluruh penderita diabetes Mellitus yang telah memenuhi kriteria penelitian telah diikutsertakan dalam penelitian.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpul berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Sedangkan data sekunder berasal dari buku pemantauan kesehatan DM tipe 2 yang diberikan kepada responden ketika mengikuti PROLANIS. Data sekunder digunakan sebagai pendukung data primer. Kuesioner yang telah divalidasi isinya akan diberikan kepada responden. Data sekunder akan ditanyakan kepada pasien yang membawa buku pemantauan kesehatan DM tipe 2. Waktu pengumpulan data diberikan mulai dari Agustus hingga Oktober 2015.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(25)

25

program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sesuai dengan penelitian.

4.6. Analisis Instrumen 4.6.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya item-item

pertanyaan atau soal. Item pertanyaan yang tidak valid tidak digunakan dalam

penelitian. Item yang valid berarti item tersebut dapat mempresentasikan materi

terpilih. Berdasarkan perhitungan uji validitas butir pertanyaan dengan

menggunakan persamaan product moment correlation (pearson correlation).

Hasil analisis perhitungan validitas butir soal dikonsultasikan dengan harga kritik rproduct momen, dengan taraf signifikan 5 %. Bila harga rhitung > rtabel

maka butir soal tersebut dikatakan valid. Sebaliknya bila harga rhitung < rtabel maka

butir soal tersebut dikatakan tidak valid. Soal tes uji coba terdiri dari 8 soal yang dibagi menjadi 2, yaitu 4 pertanyaan untuk pengetahuan prolanis dan 4 pertanyaan untuk pengetahuan DM dalam bentuk pilihan ganda, dengan N = 20 dan diperoleh rtabel = 0,4438.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsisten untuk diujikan kapan saja instrumen tersebut disajikan.

Harga alpha yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga rtabel dengan

taraf signifikan 5 %. Soal dikatakan reliabilitas jika harga alpha > rtabel.

Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien reliabilitas butir soal diperoleh alpha 1 = 0,559 dan alpha 2 = 0,613, sedang rtabel dengan taraf signifikan 5 % diperoleh

rtabel = 0,4438, karena alpha > rtabel artinya koefisien reliabilitas butir soal uji

(26)

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status Pengetahuan

PROLANIS

1 0,557 Valid 0,559 Reliabel

2 0,694 Valid Reliabel

3 0,785 Valid Reliabel

4 0,575 Valid Reliabel

Pengetahuan DM 1 0,626 Valid 0,613 Reliabel

2 0,578 Valid Reliabel

3 0,825 Valid Reliabel

4 0,716 Valid Reliabel

4.7. Etika Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan akan dimintakan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan FK USU. Peneliti kemudian mengajukan ijin untuk mengambil data di Puskesmas Teladan Kota Medan. Setelah disetujui, penelitian dapat dimulai. Responden berhak menolak untuk diikutsertakan dalam penelitian dengan alasan apapun. Responden yang menolak tidak mendapat sanksi apapun. Identitas subyek penelitian dirahasiakan dan tidak dipublikasi tanpa seizin subyek penelitian Seluruh biaya yang berhubungan dengan penelitian ditanggung oleh peneliti.

(27)

27 kecamatan yang mempunyai prevalensi DM tertinggi di Kota Medan yaitu sebesar 18% (Fujiati et al, 2014).

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini didapatkan sampel pasien DM di Puskesmas Teladan Medan Kota yang diambil per harinya mulai dari tanggal 21 Oktober 2015 sampai 5 November 2015 didapati sebanyak 67 orang. Dari keseluruhan sampel tersebut, profil sampel yang diamati yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, kepesertaan dalam prolanis, pengetahuan mengenai prolanis, pengetahuan mengenai DM dan rutinitas berobat pasien. Untuk pengetahuan pasien mengenai prolanis dan DM akan dihubungkan dengan kepesertaan dalam prolanis. Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat distribusi karakteristik subjek penelitian sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan umur

Umur N %

(28)

di Puskesmas Teladan adalah 65-74 tahun yaitu sebanyak 26 orang (38,8%). Lalu diikuti kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 22 orang (32.8%), kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 9 orang (13,4%), kelompok umur ≥ 75 tahun sebanyak 6 orang (9,0%). Sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur 35-45 tahun sebanyak 4 orang (6,0%).

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin n %

Selanjutnya distribusi proporsi sosiodemografi kedua yaitu jenis kelamin, maka dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jenis kelamin pasien DM di Puskesmas Teladan lebih banyak didapati jenis kelamin perempuan yaitu 44 orang (65,7%), sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 23 orang (34,3%).

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan n %

Tidak Bekerja 43 64.2

Pegawai 7 10.4

Wiraswasta 9 13.4

Petani/Nelayan/Buruh 1 1.5

Lainnya 7 10.4

Total 67 100.0

(29)

29

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pendidikan

Pendidikan N %

Tidak Tamat SD 2 3.0

Tamat SD 7 10.4

Tamat SMP 16 23.9

Tamat SMA/Sederajat 28 41.8

Tamat D1-D3/ Perguruan Tinggi 14 20.9

Total 67 100.0

Dari tabel 5.4. dapat dilihat untuk distribusi proporsi sosiodemografi keempat berdasarkan pendidikan, bahwa jenis pendidikan terbanyak menjadi sampel adalah tamat SMA/sedejat sebanyak 27 orang (41,8%). Lalu diikuti tamat SMP sebanyak 16 orang (23,9%), tamat D1-D3/perguruan tinggi sebanyak 14 orang (20,9%), tamat SD sebayak 7 orang (10,4%). Sedangkan yang paling sedikit adalah tidak tamat SD sebanyak 2 orang (3,0%).

Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan kepesertaan Prolanis

Kepesertaan Prolanis N %

Iya 44 65.7

Tidak 23 34.3

Total 67 100.0

(30)

Tabel 5.6. Distribusi berdasarkan kuesioner mengenai Prolanis

Benar Salah

n % n %

Pertanyaan 1

Sasaran Prolani 41 61.2 26 38.8

Pertanyaan 2

Manfaat Prolanis 30 44.8 37 55.2

Pertanyaan 3

Pelayanan Prolanis 29 43.4 38 56.7

Pertanyaan 4

Informasi dalam buku Prolanis 23 34.3 44 65.7

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa kuesioner mengenai Prolanis terbanyak dijawab benar adalah pertanyaan 1 yaitu 41 (61.2%) diikuti dengan pertanyaan 2 sebanyak 30 (44.8%) lalu pertanyaang 3 sebanyak 29 (43.4%) dan pertanyaan yang sedikit dijawab benar adalah pertanyaan 4 sebesar 23 (34.3%).

Tabel 5.7. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai Prolanis

Kategori N %

Baik Kurang

26 38.8

41 61.2

Total 67 100.0

(31)

31

Tabel 5.8. Distribusi berdasarkan kuesioner mengenai Diabetes Mellitus dijawab benar adalah pertanyaan 4 yaitu 51 (85.1%) diikuti dengan pertanyaan 1 sebanyak 49 (73.1%) lalu pertanyaan 3 sebanyak 48 (71.6%) dan pertanyaan yang sedikit dijawab benar adalah pertanyaan 4 sebesar 42 (62.7%).

Tabel 5.9. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus mengenai DM dengan kategori baik sebanyak 52 orang (77,6%) sedangkan yang memiliki kategori kurang sebanyak 15 orang (22,4%).

Tabel 5.10. Distribusi berdasarkan rutinitas berobat

(32)

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa pasien yang rutin berobat ke Puskesmas Teladan sebanyak 51 orang (76,1%) sedangkan yang tidak rutin sebanyak 16 orang (23,9%).

5.1.3. Analisis Bivariat

Tabel 5.11. Hubungan kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan Mengenai Prolanis

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa pasien yang menjadi peserta prolanis di Puskesmas Teladan memiliki pengetahuan prolanis yang baik sebanyak 26 orang (59,1%) sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (40,9%). Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memilki pengetahuan kurang sebanyak 23 orang (100,0%) dan tidak ada yang memiliki pengetahuan baik. Penelitian ini menggunakan uji fisher exact dikarenakan ada nilai observasi nol (0), sehingga uji chi square tidak dapat digunakan dan didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000).

Tabel 5.12. Hubungan kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus

(33)

33

41 orang (93,2%) sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (6,8%). Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memilki pengetahuan mengenai DM kurang sebanyak 12 orang (52,2%) dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 orang (47,8%). Pada penelitian ini didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000).

5.2. Pembahasan

Berdasarkan karakteristik umur pada tabel 5.1. diketahui bahwa pasien DM terbanyak adalah pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu sebanyak 26 orang (38,8%) lalu diikuti kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 22 orang (32.8%), kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 9 orang (13,4%), kelompok umur ≥ 75 tahun sebanyak 6 orang (9,0%). Sedangkan yang paling sedikit adalah kelompok umur 35-45 tahun sebanyak 4 orang (6,0%). Hal ini sesuai dengan hasil riset kesehatan dasar yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013 dengan prevalensi umur terbanyak yaitu pada kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 4,8% dan dikuti oleh kelompok umur 65-74 tahun sebanyak 4,2 %. Hasil penelitian Mihardja (2009) juga menunjukkan kelompok umur 65-74 tahun memiliki prevalensi terbesar yaitu sebanyak 14,0%.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.2. diketahui bahwa pasien DM pada penelitian ini lebih banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 44 orang (65,7%) sedangkan pada jenis kelamin laki-laki berjumlah 23 orang (34,3%). Hasil ini sesuai dengan laporan riset kesehatan dasar pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa pasien DM lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 1,7% sedangkan berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1,4%. Dalam penelitian Mihardja (2009) prevalensi pasien DM yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebesar 6,4% dari pada laki-laki yang berjumlah 4,9%.

(34)

petani/nelayan/buruh sebanyak 1 orang (1,5%). Hasil ini juga sesuai dengan Mihardja (2009) yang menyatakan bahwa pasien DM terbanyak berada dalam kategori tidak bekerja yaitu berjumlah 12,6% dan jumlah terendah adalah kategori petani/nelayan/buruh yaitu berjumlah 6,0%.

Dari tabel 5.4. dapat dilihat untuk karakteristik berdasarkan pendidikan, bahwa jenis pendidikan terbanyak menjadi sampel adalah tamat SMA/sedejat sebanyak 27 orang (41,8%). Lalu diikuti tamat SMP sebanyak 16 orang (23,9%), tamat D1-D3/perguruan tinggi sebanyak 14 orang (20,9%), tamat SD sebayak 7 orang (10,4%). Sedangkan yang paling sedikit adalah tidak tamat SD sebanyak 2 orang (3,0%).

Selanjutnya dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa pasien DM di Puskesmas Teladan didapati lebih banyak pasien yang menjadi peserta prolanis yaitu 44 orang (65,7%), sedangkan yang tidak menjadi peserta prolanis berjumlah 23 orang (34,3%). Puskesmas Teladan mendapat kunjungan sebanyak 160 pasien dan 100 diantaranya terdaftar dalam Prolanis. Namun, selama pelaksanaan hanya 30 pasien terdaftar yang rutin mengikuti program yang diadakan setiap hari Kamis. Menurut Idris (2014) adanya peningkatan pada kepesertaan prolanis dikarenakan strategi program diarahkan pada peningkatan kualitas program, sehingga jumlah peserta cenderung stabil. Meskipun jumlah peserta program yang terdaftar menunjukkan kecenderungan meningkat, jumlah kunjungan peserta justru sebaliknya. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah belum terbentuknya kemandirian peserta untuk hidup sehat, lemahnya sistem dukungan yang seharusnya diberikan melalui klub DM, serta peranan fasilitas kesehatan yang belum optimal.

(35)

35

ketika menjalani program. Buku ini bertujuan untuk mencatat segala tindakan dan juga terapi yang telah didapat oleh pasien untuk melihat apakah ada perubahan atau tidak.

Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa pasien yang memiliki pengetahuan mengenai prolanis dengan kategori baik sebanyak 26 orang (38,8%) sedangkan yang memiliki kategori kurang sebanyak 41 orang (61,2%). Hal ini dapat terjadi walaupun jumlah peserta banyak tetapi kunjungan mereka jarang sehingga walaupun pasien menjadi peserta tetapi pengetahuan pasien mengenai prolanis masih kurang. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah: (1) pemahaman peserta yang rendah tentang manfaat dan tujuan PPDM Tipe 2; (2) masih adapeserta PPDM Tipe 2 yang tidak berdiagnosa DM; (3) sistem pengingat (reminder) tidak berjalan dengan baik; (4) rendahnya kesadaran peserta untuk berkunjung, dan; (5) masih lemahnya pemantauan terhadap kunjungan peserta yang disebabkan terlalu banyaknya jumlah peserta (Idris, 2014).

(36)

Berdasarkan tabel 5.10. diketahui bahwa pasien yang rutin berobat ke Puskesmas Teladan sebanyak 51 orang (76,1%) sedangkan yang tidak rutin sebanyak 16 orang (23,9%). Hal ini menunjukkan sudah mengertinya pasien tentang pentingnya berobat dan mengontrol penyakit ini walaupun seringnya kunjungan untuk berobat ini berbeda-beda pada setiap pasien. Menurut Rahmadiliyani & Muhlisin (2008) jika pengetahuan tentang penyakit diabetes Mellitus baik akan mempengaruhi tindakan penderita dalam mengontrol kadar gula darah. Sehingga rutinitas pasien dalam berobat akan menjadi tinggi.

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa pasien yang menjadi peserta prolanis di Puskesmas Teladan memiliki pengetahuan mengenai Prolanis yang baik sebanyak 26 orang (59,1%) sedangkan pasien yang menjadi peserta prolanis memiliki pengetahuan mengenai Prolanis kurang sebanyak 18 orang (40,9%). Pasien yang tidak menjadi peserta prolanis memilki pengetahuan kurang sebanyak 23 orang (100,0%) dan tidak ada yang memiliki pengetahuan baik. Pada penelitian ini didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan mengenai prolanis. Hal ini dapat terjadi karena angka kunjungan peserta yang sedikit sehingga pengetahuan mengenai prolanis dapat menjadi kurang walaupun termasuk kedalam kepesertaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Idris (2014) terjadi peningkatan jumlah peserta program yang terdaftar tetapi jumlah kunjungan peserta justru sebaliknya mengalami penurunan. Selain rendahnya kunjungan peserta, pencapaian indikator kesehatan juga beragam. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah belum terbentuknya kemandirian peserta untuk hidup sehat, lemahnya sistem dukungan yang seharusnya diberikan melalui klub DM, serta peranan fasilitas kesehatan yang belum optimal.

(37)

37

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pasien DM yang tercatat di Puskesmas Teladan berjumlah 160 orang dan yang menjadi peserta Prolanis tercatat sebanyak 100 orang.

2. Jumlah pasien DM yang menjadi peserta prolanis sebanyak 44 orang (65,7%).

3. Pasien DM yang memiliki pengetahuan mengenai prolanis dengan kategori baik sebanyak 26 orang (38,8%) dan yang memiliki kategori kurang sebanyak 41 orang (61,2%).

4. Pasien DM yang memiliki pengetahuan mengenai DM dengan kategori baik sebanyak 52 orang (77,6%) sedangkan yang memiliki kategori kurang sebanyak 15 orang (22,4%).

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai Prolanis dengan nilai p<0,05 (p=0,000).

6. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus dengan nilai p<0,05 (p=0,000).

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu :

(39)

39

pasien agar setiap tindakan dan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien dapat dicatat dan dapat dilihat perubahannya selama mengikuti Prolanis.

(40)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus 2.1.1. Definisi

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif (Riskesdas, 2013).

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan prevalensi sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan prevalensi 5,7 %. Oleh karena itu antisipasi untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya ledakan pasien DM ini harus sudah dimulai dari sekarang (Bahri dan Hiswani,2005).

2.1.2. Klasifikasi

Diabetes terdiri atas berbagai macam tipe, yaitu tipe 1, tipe 2, tipe lain, diabetes gestasional/diabetes selama masa kehamilan yang diuraikan pada uraian

berikut:

(41)

5

gula dalam darah. Penderita tipe ini akan meninggal bila tidak diberikan suntikan insulin (Martha, 2012).

2. Tipe 2 merupakan tipe paling banyak kasus pada diabetes. Biasanya muncul pada usai dewasa, namun belakangan ini kasus diabetes tipe 2 pada anak-anak dan dewasa muda meningkat. Pada tipe 2 tubuh mampu memproduksi insulin namun antara jumlahnya yang tidak mencukupi atau tubuh tidak memberikan respon sehingga gula dalam darah meningkat. Penderita tipe 2 mungkin tidak menyadari akan penyakit ini, karena gejala bisa dikenali setelah sekian waktu. Selama waktu itu tubuh sudah rusak oleh tingginya gula darah. Kebanyakan penderita didiagnosis diabetes setelah mengalami beberapa kerusakan organ (Martha, 2012).

3. Tipe Gestasional adalah diabetes yang terjadi selama masa kehamilan dimana sebelumnya tidak pernah didiagnosis dengan diabetes Mellitus dan akan hilang setelah enam minggu pasca melahirkan. Wanita yang pernah menderita diabetes gestasional 40-60% dalam 5-10 tahun akan menjadi diabetes Mellitus tipe 2 (Martha, 2012). GDM meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Kasus GDM kira-kira 3-5% dari ibu hamil dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di kehamilan berikutnya (Kardika, Herawati, dan Yasa, 2013).

4. Tipe lainnya yakni individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s, akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin),

(42)

Tabel 2.1. Klasikasi Etiologi DM Tipe

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute

1. Autoimun 2. Idiopatik

Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin

Tipe lain 1. Defek genetik fungsi sel beta 2. Defek genetik kerja insulin 3. Penyakit eksokrin pankreas 4. Endokrinopati

5. Karena obat atau zat kimia 6. Infeksi

7. Sebab imunologi yang jarang

8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM Diabetes Mellitus

gestasional

Sumber: PERKENI, 2011

2.1.3. Faktor Risiko

Faktor risiko diabetes mellitus umumnya di bagi menjadi 2 golongan besar yaitu :

1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi a. Umur

Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun. Diabetes Mellitus sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut. Semakin bertambahnya umur, maka risiko menderita diabetes Mellitus akan meningkat terutama umur 45 tahun (kelompok risiko tinggi). Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM (PERKENI, 2011).

b. Jenis kelamin

(43)

7

berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pria yang menderita diabetes Mellitus lebih tinggi dibandingkan wanita,sementara penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita yang menderita diabetes Mellitus lebih tinggi dibandingkan pria (Chukwu, et al, 2013). c. Bangsa dan Etnik

d. Riwayat keluarga e. Riwayat kelahiran bayi

Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG). Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal (PERKENI, 2011).

2. Faktor yang dapat dimodifikasi a. Obesitas

Obesitas merupakan faktor predisposisi terjadinya resistensi insulin. Pada resistensi insulin, hormone sensitive lipase di jaringan adiposa menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adiposa akan meningkat. Hal tersebut akan mengakibatkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah dan sebagian digunakan sebagai sumber energi dan sebagian lagi dibawa ke hati, dimana di hati digunakan sebagai bahan pembuatan trigliserid. Di hati asam lemak bebas diubah menjadi trigliserid dan juga mejadi bagian dari VLDL. VLDL pada keadaan resistensi insulin ini akan kaya trigliserid. Oleh sebab itu pada keadaan resistensi insulin terjadi kelainan profil lipid serum, dimana terjadi peningkatan trigliserid, penurunan HDL, serta peningkatan small dense LDL (Kartika P dan Suhartono, 2013). b. Aktifitas fisik yang kurang

c. Hipertensi

(44)

gangguan fungsi ginjal, gangguan penglihatan. Namun, hipertensi juga dapat menimbulkan resistensi insulin dan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes mellitus (PERKENI,2011).

d. Stres atau depresi

e. Gaya hidup yang tidak sehat

Gaya hidup sekarang yang lebih cenderung menyukai makanan siap saji atau makanan yang tinggi kalori, karbohidrat, dan lemak serta gaya hidup dengan kegiatan yang sifatnya praktis, cepat, dan menyenangkan untuk diperoleh mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak karena tidak adanya aktivas yang mengurai lemak.

2.1.4. Penegakan Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena, ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer (PERKENI, 2011).

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:

1. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

(45)

9

Tabel 2.2. Kriteria Diagnosis DM Diagnosis Diabetes Mellitus

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Atau

2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L)

TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu

kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah

terstandardisasi dengan baik.

Sumber: PERKENI, 2011

2.2. Program Pengelolaan Diabetes Mellitus

Empat pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik, dan edukasi. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan rendah tentang pengelolaan DM berisiko kadar glukosa darahnya tidak terkendali 2,34 kali dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup. Tujuan utama pengelolaan DM adalah mengatur kadar glukosa dalam batas normal guna mengurangi gejala dan mencegah komplikasi DM. Arifin (2011) mengatakan bahwa hal yang mendasar dalam pengelolaan DM, terutama DM tipe 2 adalah perubahan pola hidup, meliputi pola makan yang baik dan olahraga teratur (Putri, Yudianto, dan Kurniawan, 2013).

2.2.1. Perencanaan Makan

(46)

direkomendasikan bagi penyandang diabetes (diabetesi). Terapi gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasari pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual (Yunir & Soebardi, 2009).

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin (PERKENI,2011).

Adapun tujuan dari terapi gizi medis ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan:

1. Kadar glukosa darah mendekati normal, a. Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl

b. Glukosa darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dl c. Kadar A1c < 7 %

2. Tekanan darah < 130/80 mmHg 3. Profil lipid:

a. Kolesterol LDL < 100 mg/dl b. Kolesterol HDL > 40 mg/dl c. Trigliserida < 150 mg/dl

4. Berat badan senormal mungkin (Yunir & Soebardi, 2009).

(47)

11

kilokalori. Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari total kalori perhari. Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/gram (Yunir & Soebardi, 2009).

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes Mellitus tipe 2 kebutuhan bahan makanan dinyatakan sebagai berikut:

1. Karbohidrat

a. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. b. Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan

c. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi. d. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat

makan sama dengan makanan keluarga yang lain e. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.

f. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake)

g. Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

2. Lemak

a. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

b. Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori

c. Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.

d. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk).

e. Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari. 3. Protein

(48)

b. Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

c. Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

4. Natrium

a. Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.

b. Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam dapur.

c. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

5. Serat

a. Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.

b. Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari. 6. Pemanis alternatif

a. Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa. b. Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan

xylitol.

c. Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

d. Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek samping pada lemak darah.

(49)

13

f. Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Intake / ADI)

Penghitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur, ada tidaknya stres akut, dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat dipakai indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Brocca. Untuk kepentingan praktis dalam praktek di lapangan, digunakan rumus Brocca (IPD, 2009). Penentuan kebutuhan kalori per hari:

i. (duduk-duduk, nonton televise dll)

c. Aktivitas sedang : + 20%

i. (kerja kantoran, ibu rumah tangga, perawat, dokter)

d. Aktivitas berat : + 30%

i. (olahragawan, tukang becak dll)

e. Berat badan gemuk : - 20% 5. Kehamilan trimester III dan menyusui : + 500 kalori

2.2.2. Pelatihan Jasmani

(50)

kegiatan fisik, karena akan membuat seseorang kurang bergiat. Mengingat hal ini, maka harus dibuat suatu kegiatan fisik yang terencana dengan baik dan teratur bagi diabetes (Yunir & Soebardi, 2009).

Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi, persis sama dengan prinsip latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti: frekuensi, intensitas, durasi dan jenis.

1. Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan teratur 3-5 kali 2. Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70% MHR ( Maximun Heart Rate ) 3. Time : 30-60 menit

4. Tipe/Jenis : Olahraga endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Yunir & Soebardi, 2009).

Tabel 2.3. Aktivitas Fisik Sehari-hari Aktivitas Fisik

Kurangi Aktivitas Hidari aktivitas sedenter

Misalnya, menonton televise, menggunakan internet, main game komputer

Persering Aktivitas

Mengikuti olahraga rekreasi dan beraktivitas fisik tinggi pada waktu liburan menggunakan mobil), menggunakan tangga (tidak menggunakan lift), menemui rekan kerja (tidak hanya melalui telepon internal), jalan dari tempat parkir

Sumber: PERKENI, 2011

2.2.3. Edukasi

(51)

15

keluarga dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan. Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus (PERKENI, 2011).

2.2.4. Pengobatan

Resistensi insulin merupakan dasar dari diabetes tipe 2, dan kegagalan sel

β mulai terjadi sebelum berkembangnya diabetes yaitu dengan terjadinya ketidakseimbangan antara resistensi insulin dan sekresi insulin. Fungsi sel β menurun sebesar kira-kira 20% pada saat terjadi intoleransi glukosa. Dengan demikian jelas bahwa pendekatan pengobatan diabetes tipe 2 harus memperbaiki resistensi insulin dan memperbaiki fungsi sel β (Arifin, 2011).

Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan, yaitu: 1. Obat hipoglikemik oral

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:

a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion c. Penghambat glukoneogenesis (metformin)

d. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa. e. DPP-IV inhibitor

2. Suntikan a. Insulin

b. Agonis GLP-1/incretin mimetic

(52)

hiperglikemia pada keadaan puasa dan ada yang bekerja pada hiperglikemia postprandial. Penting juga diperhatikan efek samping dan interaksi masing-masing obat. Keuntungan dari pemakaian obat kombinasi adalah kita memberi obat dengan mekanisme kerja yang berbeda, yang bersifat potensiasi (seperti diketahui patofisiologi DM tipe 2 adalah kompleks; efek samping dari masing-masing obat akan berkurang karena dosis obat yang diberikan lebih kecil. Disamping pengobatan yang bertujuan mengendalikan glukosa darah, pada pasien DM tipe 2 perlu juga diperhatikan koreksi berbagai faktor risiko penyakit pembuluh darah yang sering terjadi pada resistensi insulin, hiperinsulinemia dan diabetes mellitus tipe 2 misalnya pengobatan hipertensi, koreksi dislipidemia dan sebagainya (Arifin, 2011).

2.3. PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (PROLANIS, 2010).

Prolanis adalah sebuah program manajemen penyakit kronis yang merupakan bagian dari Askes. Program dimulai pada 2010 dan berfokus pada manajemen mandiri diabetes. Ini merupakan bagian dari layanan konsultasi dan pemeriksaan bulanan dari rumah sakit ke Pusat Kesehatan yang memberikan manfaat kepada pasien dari segi waktu tunggu yang lebih rendah secara signifikan dan lebih banyak waktu untuk berkonsultasi dan memberikan pendidikan kepada pasien. Ini adalah perubahan positif bagi mereka yang diasuransikan oleh Askes tetapi menimbulkan pertanyaan adanya ketidakadilan akses terhadap informasi dan pendidikan bagi mereka tidak diasuransikan oleh Askes (Soewondo, Ferrario and Tahapary, 2013).

(53)

17

pengambilan obat, memberi informasi dan pengetahuan tentang penyakit diabetes secara teratur dan terstruktur pemantauan status kesehatan secara intensif serta adanya kegiatan kunjungan rumah (home visit)bagi peserta (PROLANIS, 2010).

Kunjungan rumah diberlakukan untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga. Sehingga pengobatan terhadap pasien dapat terus dijalankan jika pasien tidak dapat hadir pada waktu yang telah ditentukan untuk penanganan penyakitnya

Dokter akan memantau kepatuhan pasien terhadap program pengelolaan penyakit kronis ini untuk mengetahui apakah pasien benar-benar melakukan apa yang direncanakan. Komitmen peserta dalam mengikuti Prolanis juga merupakan hal yang sangat penting. Peserta diharapkan mengikuti segala ketentuan pengobatan yang telah direncanakan, karena jika tidak ada komitmen dari pasien maka program ini akan gagal.

(54)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Prevalensi Diabetes Mellits (DM) meningkat di seluruh dunia dan banyak negara sedang mengimbangi kecepatan peningkatan ini. Saat ini, ada 382 juta orang yang hidup dengan diabetes. Lebih dari 316 juta dengan gangguan toleransi glukosa berisiko tinggi untuk terjadinya penyakit ini-jumlah yang dikhawatirkan akan mencapai 592 juta pada tahun 2035. Data-data dari IDF (International Diabetes Foundation) Diabetes Atlas menyebutkan bahwa 80% dari penderita diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah, menengah, dan kurang beruntung secara sosial di negara yang paling rentan terhadap penyakit. Faktor gaya hidup berperan penting dalam peningkatan kejadian DM (IDF, 2013).

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9% yang mana prevalensi DM yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya 2.1% selebihnya adalah DM yang tidak terdiagnosis. Proporsi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi, tetapi berdasarkan tempat hampir sama antara proporsi DM di perkotaan (6,8%) dan pedesaan (7,0%). Penderita terbanyak berada pada umur 55-75 tahun. Prevalensi DM yang terdiagnosis di Sumatera Utara adalah 2,3% lebih tinggi dari rerata nasional, sementara di Kota Medan prevalensi DM sebanyak 1,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM, akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha penatalaksanaan DM (PERKENI,2011).

(55)

2

Program (DPP) di Amerika. Studi DPP terhadap pasien-pasien prediabetes

(Toleransi Glukosa Terganggu) menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup melalui penurunan berat badan sebanyak 7% dan melakukan aktifitas fisik 150 menit per minggu selama 6 bulan, secara signifikan menurunkan prevalensi DM sebesar 58% dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapat obat oral antidiabetes dengan penurunan prevalensi DM sebesar 31% (Kaholokula, et al, 2014).

Program pencegahan diabetes di Asia seperti China Da Qing Diabetes Prevention Study (CDQDPS) meneliti pengaruh diet dan olahraga pada pasien prediabetes yang berusia 45 tahun ke atas. Studi ini menyatakan bahwa dengan diet saja dapat menurunkan risiko terjadinya DM tipe 2 sebesar 31% sedangkan aktifitas fisik saja menurunkan 46%, kombinasi dari keduanya menurunkan prevalensi DM sebesar 42% (PERSADIA, 2009).

Program pencegahan DM di Indonesia disebut Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) khususnya DM dan Hipertensi, yang dikelola oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Prolanis bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi dan mencapai kualitas hidup yang baik dengan pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional. Namun program ini tidak berjalan optimal. Jumlah peserta terdaftar prolanis mengalami peningkatan setiap tahun, namun persentase peserta yang melakukan kunjungan rutin justru mengalami tren penurunan. Studi potong lintang evaluasi Prolanis periode 2010 hingga 2013 dijumpai hanya 7 peserta dari 100.302 peserta (kurang dari 1%) yang memanfaatkan program ini sebagaimana mestinya (Idris, 2014).

(56)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan kepesertaan Prolanis dengan tingkat pengetahuan tentang Diabetes Mellitus tipe 2 dan pengetahuan tentang manfaat Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota, Kota Medan Tahun 2015?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus dan pengetahuan tentang manfaat Prolanis, di Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui prevalensi DM di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota. 2. Mengetahui jumlah peserta Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan

Kota.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang DM di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

4. Mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

5. Mengetahui hubungan kepesertaan Prolanis dengan tingkat pengetahuan tentang DM di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

6. Mengetahui hubungan kepesertaan Prolanis dengan tingkat pengetahuan tentang manfaat Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

1.4. Manfaat Penelitian

(57)

iii

ABSTRAK

Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan dari pengaturan gula darah, yang terjadi karena berkurangnya aktivitas dari hormone insulin. Saat ini, ada 382 juta orang yang hidup dengan diabetes. Lebih dari 316 juta dengan gangguan toleransi glukosa beresiko tinggi untuk terjadinya penyakit ini-jumlah yang dikhawatirkan akan mencapai 592 juta pada tahun 2035. Ada banyak

program untuk mengendalikan masalah ini termasuk Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). Prolanis bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi dan mencapai kualitas hidup tertinggi dengan pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan tes chi square. Populasinya adalah pasien DM di Puskesmas Teladan. Sampel penelitian

diambil dengan metode total sampling.

Hasil. Terdapat 67 pasien diabetes mellitus di Puskesmas Teladan. Persentasi pasien yang menjadi peserta Prolanis sebanyak 44 sampel (65,7%). Berdasarkan 44 peserta prolanis ini didapati 59,1% yang memiliki pengetahuan Prolanis yang baik dan 93,2% memiliki pengetahuan DM yang baik. Tes chi square menunjukkan nilai P=0,000 (p<0,05) untuk hubungan kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai diabetes mellitus dan pengetahuan Prolanis

Kesimpulan. Terdapat hubungan antara kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan mengenai Prolanis dan Diabetes Mellitus.

(58)

ABSTRACT

Background. Diabetes Mellitus (DM) is a disorder of blood glucose regulation, which results from a deficiency in the action of the hormone insulin. Today, there are 382 million people living with diabetes. A further 316 million with impaired glucose tolerance are at high risk from the disease – an alarming number that is set to reach 592 million by 2035. There were many management program to overcome the problem, including Prolanis (Chronic disease management program). Prolanis is approach to decrease complication and achieve highest quality of life with cost effective and rational healthcare. The aim of this study was to determine association of Prolanis participation in Puskesmas Teladan subdistrict Medan City on knowledge about prolanis and diabetes mellitus.

Method. This study used cross sectional design with chi square test. The population of this study were DM patients in Puskesmas Teladan. Samples were taken by total sampling method.

Result. There were 67 diabetes mellitus patient in Puskesmas Teladan. Percentage of patients who participated in Prolanis as much as 44 sample (65,7%). Of the 44 prolanis participant, 59.1 % were good in knowledge about Prolanis and 93,2 % were good in knowledge about DM. Chi sqare test showed P value = 0,000 (p<0,05) for association between prolanis participation on knowledge about diabetes mellitus and Prolanis.

Conclusion. There were association between Prolanis participation on knowledge about Prolanis and Diabetes Mellitus.

(59)

HUBUNGAN KEPESERTAAN PROLANIS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIABETES MELLITUS TIPE 2 DAN PENGETAHUAN TENTANG PROLANIS DI PUSKESMAS TELADAN,

KOTA MEDAN TAHUN 2015

Oleh : RIDHA AMALIA

120100009

F A K U L T A S K E D O K T E R A N

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A

M E D A N

(60)

HUBUNGAN KEPESERTAAN PROLANIS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIABETES MELLITUS TIPE 2 DAN PENGETAHUAN TENTANG PROLANIS DI PUSKESMAS TELADAN,

KOTA MEDAN TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh : RIDHA AMALIA

120100009

F A K U L T A S K E D O K T E R A N

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A

M E D A N

(61)
(62)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang Prolanis di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015” berhasil diselesaikan.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang diberikan kepada penulis. Penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. dr. Isti Ilmiati Fujiati, Msc, CM-FM, MPd. Ked selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

2. Prof. dr. A. Afif Siregar, SpA(K) SpJP(K) dan Prof. Dr. dr. Rozaimah Z. Hamid, MS, SpFK selaku Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini.

3. Pihak Puskesmas Teladan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, terutama untuk kepala Peskesmas Teladan dr. Kus Puji Astuti yang turut membantu dalam penelitian.

4. Responden yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dan menjawab kuesioner penelitian.

5. Kedua Orang tua dan sahabat yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua

(63)

iii

ABSTRAK

Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan dari pengaturan gula darah, yang terjadi karena berkurangnya aktivitas dari hormone insulin. Saat ini, ada 382 juta orang yang hidup dengan diabetes. Lebih dari 316 juta dengan gangguan toleransi glukosa beresiko tinggi untuk terjadinya penyakit ini-jumlah yang dikhawatirkan akan mencapai 592 juta pada tahun 2035. Ada banyak

program untuk mengendalikan masalah ini termasuk Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). Prolanis bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi dan mencapai kualitas hidup tertinggi dengan pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan tes chi square. Populasinya adalah pasien DM di Puskesmas Teladan. Sampel penelitian

diambil dengan metode total sampling.

Hasil. Terdapat 67 pasien diabetes mellitus di Puskesmas Teladan. Persentasi pasien yang menjadi peserta Prolanis sebanyak 44 sampel (65,7%). Berdasarkan 44 peserta prolanis ini didapati 59,1% yang memiliki pengetahuan Prolanis yang baik dan 93,2% memiliki pengetahuan DM yang baik. Tes chi square menunjukkan nilai P=0,000 (p<0,05) untuk hubungan kepesertaan prolanis dengan pengetahuan mengenai diabetes mellitus dan pengetahuan Prolanis

Kesimpulan. Terdapat hubungan antara kepesertaan Prolanis dengan pengetahuan mengenai Prolanis dan Diabetes Mellitus.

(64)

ABSTRACT

Background. Diabetes Mellitus (DM) is a disorder of blood glucose regulation, which results from a deficiency in the action of the hormone insulin. Today, there are 382 million people living with diabetes. A further 316 million with impaired glucose tolerance are at high risk from the disease – an alarming number that is set to reach 592 million by 2035. There were many management program to overcome the problem, including Prolanis (Chronic disease management program). Prolanis is approach to decrease complication and achieve highest quality of life with cost effective and rational healthcare. The aim of this study was to determine association of Prolanis participation in Puskesmas Teladan subdistrict Medan City on knowledge about prolanis and diabetes mellitus.

Method. This study used cross sectional design with chi square test. The population of this study were DM patients in Puskesmas Teladan. Samples were taken by total sampling method.

Result. There were 67 diabetes mellitus patient in Puskesmas Teladan. Percentage of patients who participated in Prolanis as much as 44 sample (65,7%). Of the 44 prolanis participant, 59.1 % were good in knowledge about Prolanis and 93,2 % were good in knowledge about DM. Chi sqare test showed P value = 0,000 (p<0,05) for association between prolanis participation on knowledge about diabetes mellitus and Prolanis.

Conclusion. There were association between Prolanis participation on knowledge about Prolanis and Diabetes Mellitus.

(65)

v

2.2. Program Pengelolaan Diabetes Mellitus.. ... 9

2.2.1. Perencanaan Makan ... 9

2.2.2. Pelatihan Jasmani ... 13

2.2.3. Edukasi ... 14

(66)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).. ... 16

3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPEASIONAL ... 18

3.1. Kerangka Konsep ... 18

3.2. Defenisi Operasional ... 18

3.3. Hipotesis Penelitian ... 22

4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel ... 23

4.3.1. Populasi Target ... 23

4.3.2. Populasi Terjangkau ... 23

4.3.3. Sampel ... 23

4.3.3.1. Kriteria Inklusi ... 24

4.3.3.2. Kriteria Eksklusi ... 24

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.5. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 24

4.6. Analisis Instrumen ... 25

4.6.1. Uji Validasi ... 25

4.6.2. Uji Reabilitas ... 25

4.7. Etika Penelitian ... 26

5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1. Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

(67)

vii

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.3. Analisis Bivariat ... 32

5.2. Pembahasan ... 34

6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1. Kesimpulan ... 38

6.2. Saran…………. ... 38

(68)

DAFTAR TABEL

Tabel HALAMAN

2.1. Klasikasi Etiologi DM ... 7

2.2. Kriteria Diagnosis DM ... 10

2.3. Aktivitas Fisik Sehari-hari ... 15

4.1. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas... 26

5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Umur ... 28

5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan ... Pekerjaan ... 29

5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Pendidikan ... 30

5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Kepesertaan Prolanis ... 30

5.6. Distribusi Berdasarkan Kuesioner Mengenai Prolanis ... 31

5.7. Distribusi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Prolanis ... 31

5.8. Distribusi Berdasarkan Kuesioner Mengenai Diabetes Mellitus ... 32

5.9. Distribusi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Prolanis………. ... 31

5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan RutinitasBerobat………….……… 32

5.11. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepesertaan Prolanis dengan Pengetahuan Mengenai Prolanis……….. 33

(69)

ix

DAFTAR SINGKATAN

ADI = Accepted Daily Intake

BPJS = Badan Penyelenggara Jaminan Sosial DM = Diabetes Mellitus

DPP = Diabetic Prevention Program DPP-LI = DPP Lifestyle intervensi GDM = Gestasional Diabetes Mellitus HDL = High Density Lipoprotein

IDF = International Diabetes Federation IMT = Indeks Massa Tubuh

LDL = Low Density Lipoprotein MHR = Maximun Heart Rate OHO = Obat Hipoglikemik Oral

PERKENI = Perkumpulan Endokrin Indonesia Prolanis = Program Pengelolaan Penyakit Kronis Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Total Pearson
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan umur
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jenis kelamin
+6

Referensi

Dokumen terkait

TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL MENGGUNAKAN KANUL SIZE 10Fr DAN 12 Fr TERHADAP PENURUNAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN YANG TERPASANG DIRUANG ICU RSUD MARGONO.

Adoption of The WHO Child Growth Standards to Classify Indonesian Children Under 2 Years of Age According to Nutrition Status: Stronger Indication for Nutritional Intervention..

Dalam hal ini penelitian terhadap kebisingan pada pesawat tanpa awak dilakukan dengan metode simulasi menggunakan ANSYS Workbench untuk menganalisa kontur kebisingan yang

Buatlah kalimat tanggapan yang sesuai dengan informasi di

diujung kabel,sedang ujung yang lain diikatkan pada tiang atau dipegang salah seorang teman.Ternyata hasilnya berbeda dengan slinki.Bedanya adalah pada kabel

[r]

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan. Pimpinan harus berani bertindak tegas untuk menghukum setiap karyawan yang indisipiiner

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai kompetensi kepribadian guru dalam melakukan pendekatan psikologis, pembentukan perilaku anak, upaya-upaya yang dilakukan,