• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik Di Puskesmas Padang Bulan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik Di Puskesmas Padang Bulan Medan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS PADANG

BULAN MEDAN

Oleh :

Yasotah Thakshina Moorthy

100100300

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS PADANG

BULAN MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

Yasotah Thakshina Moorthy

100100300

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik adalah kurang. Hal ini karena berlakunya penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga menyebabkan resistensi antibiotik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Puskesmas Padang Bulan Medan terhadap penggunaan antibiotik. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik “accidental sampling”. Dalam penelitian, kuesioner tentang penggunaan antibiotik telah diberikan kepada 100 orang masyarakat yang datang ke Puskesmas Padang Bulan.

Sebanyak 100 orang yang diteliti didapatkan, 44 orang (44%) mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan antibiotik. Jumlah responden yang mempunyai pengetahuan sedang adalah 39 orang responden (39%) dan 17 orang responden (17%) mempunyai pengetahuan kurang.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang datang ke Puskesmas Padang Bulan mempunyai pengetahuan yang tinggi. Edukasi dan penyuluhan tetap dilanjutkan serta penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik.

(5)

ABSTRACT

The knowledge of general public about the use of antibiotic is limited. This contribute to the problem of the irrational use of antibiotics use leading to antibiotic resistance.

The purpose of this research is to determine the knowledge of the community of Puskesmas Padang Bulan Medan about antibiotic usage. This is a descriptive research method with a cross sectional approach and the sample withdrawal is done by using accidental sampling technique. In this study, a questionnaire about antibiotic usage was given to 100 public people whom came to the Puskesmas Padang Bulan.

Of the 100 participants, 44% shows high level of knowledge regarding antibiotic usage. The number of respondents who have sufficient knowledge were 39 respondents (39%) and 17 respondents with the percentage of 17% had less knowledge.

From the results mentioned above, we can conclude that people whom came to the Puskesmas Padang Bulan have high level of knowledge. Education and counseling are continued and further research is conducted to determine the factors that influence public knowledge towards antibiotics.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kurniaNya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Gambaran Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan Antibiotik di Puskesmas, Padang Bulan, Medan”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai satu syarat kelulusan menjadi sarjana kedokteran.

Selama saya menyusun Karya Tulis Ilmiah ini telah banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dan untuk itu saya menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Zulkarnain Rangkuti, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan pengarahan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Saya juga berterima kasih kepada Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh staf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini juga saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua saya yang membantu memberikan dukungan moral dan materi. Terima kasih juga kepada semua teman-teman yang turut banyak membantu dengan memberikan ide-ide yang sangat membantu.

Saya mengakui bahwa apa yang ditulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya mengharapkan saran, petunjuk dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat dan pemerintah.

Medan, 4 Juni 2013 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan .………... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vii

Daftar Gambar... viiii

Daftar Singkatan... ix

Daftar Lampiran... x

BAB 1 PENDAHULUAN... .. 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Pengetahuan………. 5

2.1.1. Pengertian……… 5

2.1.2. Tingkat Pengetahuan………. 5

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan……… ……… 6

2.2. Antibiotik……… 7

2.2.1. Definisi Antibiotik……… 7

2.2.2. Aktivitas dan Spektrum……… 7

2.2.3. Golongan Antibiotik……… 8

2.2.4. Resistensi Antibiotik……… 11

(8)

2.2.6. Penggunaaan Antibiotik yang Benar……… 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15

3.2. Defenisi Operasional... 15

3.2.1. Pengetahuan……… 15

3.2.2. Alat Ukur dan Skala Pengukuran……… 16

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 22

5.1 . Hasil penelitian……… 22

5.1.1. Diskripsi Lokasi Penelitian……… 22

5.1.2. Diskripsi Karakteristik Responden……… 22

5.1.3. Tingkat Pengetahuan……… 25

5.2. Pembahasan……… 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 35

6.1. Kesimpulan……… 35

6.2. Saran……….. 37

DAFTAR PUSTAKA... 38

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 4.1

Definisi Operational Variabel Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

16 20 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden 22 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden 23 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden 24 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Penggunaan Antibiotik

Tanpa Resep Dokter

24

5.5 Distribusi Frekuensi Responden Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

25

5.6 Distribusi Frekuensi Responden Tempat Memperoleh Antibiotik Tanpa Resep Dokter

25

5.7 Tingkat Pengetahuan Masyarakat 26

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR SINGKATAN

KHM = Kadar Hambat Minimal

KBM = Kadar Bunuh Minimal

G6PD = Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase Deficiency

WHO = World Health Organization

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent) 3. Lembar Penjelasan

4. Kuesioner

5. Hasil Validitas dan Reabilitas 6. Data Induk

7. Hasil SPSS

8. Surat Izin Penelitian

(13)

ABSTRAK

Pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik adalah kurang. Hal ini karena berlakunya penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga menyebabkan resistensi antibiotik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Puskesmas Padang Bulan Medan terhadap penggunaan antibiotik. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik “accidental sampling”. Dalam penelitian, kuesioner tentang penggunaan antibiotik telah diberikan kepada 100 orang masyarakat yang datang ke Puskesmas Padang Bulan.

Sebanyak 100 orang yang diteliti didapatkan, 44 orang (44%) mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang penggunaan antibiotik. Jumlah responden yang mempunyai pengetahuan sedang adalah 39 orang responden (39%) dan 17 orang responden (17%) mempunyai pengetahuan kurang.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang datang ke Puskesmas Padang Bulan mempunyai pengetahuan yang tinggi. Edukasi dan penyuluhan tetap dilanjutkan serta penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik.

(14)

ABSTRACT

The knowledge of general public about the use of antibiotic is limited. This contribute to the problem of the irrational use of antibiotics use leading to antibiotic resistance.

The purpose of this research is to determine the knowledge of the community of Puskesmas Padang Bulan Medan about antibiotic usage. This is a descriptive research method with a cross sectional approach and the sample withdrawal is done by using accidental sampling technique. In this study, a questionnaire about antibiotic usage was given to 100 public people whom came to the Puskesmas Padang Bulan.

Of the 100 participants, 44% shows high level of knowledge regarding antibiotic usage. The number of respondents who have sufficient knowledge were 39 respondents (39%) and 17 respondents with the percentage of 17% had less knowledge.

From the results mentioned above, we can conclude that people whom came to the Puskesmas Padang Bulan have high level of knowledge. Education and counseling are continued and further research is conducted to determine the factors that influence public knowledge towards antibiotics.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Antibiotik, yang pertama kali ditemukan oleh Paul Eclrich pada tahun 1910, sampai saat ini masih menjadi obat pilihan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi (Utami, 2012). Antibiotik ditemukan sekitar delapan dekade lalu dan sejak itu telah terjadi revolusi dalam manajemen, pengobatan dan hasil penyakit menular. Oleh karena itu, obat antibiotik adalah salah satu yang paling sering diresepkan, dijual dan digunakan di seluruh dunia. Penggunaan antibiotik, yang sesuai atau tidak sesuai, telah dijelaskan sebagai pendorong utama bagi munculnya, peningkatan dan penyebaran resistan antibiotik (Abimbola, 2013).

Menurut International Journal of Infection Control, (2013) dalam banyak negera berkembang, antibiotik tersedia tanpa resep sehingga individu menggunakan antibiotik dengan sewenang-wenang. Antibiotik digunakan dengan dosis yang tidak tepat, tidak tepat indikasi, cara pemberian dengan interval waktu yang tidak tepat, dan lama pemakaian yang tidak tepat. The Center for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat menyebutkan terdapat 50 juta resep antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery prescribing) dari 150 juta resep setiap tahun (Akalin, 2002). Munculnya resistensi antibiotik telah menjadi masalah global kesehatan masyarakat dalam beberapa dekade terakhir. Studi di Eropa menunjukkan bahwa resisten terhadap antibiotik meningkat dengan peningkatan konsumsinya, yang dapat didorong oleh penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan pendidikan yang tidak memadai (Lim dan Teh, 2012). Orang yang terinfeksi dengan organisme resisten antibiotik lebih sering masuk rumah sakit dan membutuhkan pengobatan dengan obat lini kedua atau ketiga yang mungkin kurang efektif , lebih toksik dan biayanya tinggi (Sun et al, 2011).

(16)

atau pilek. Beberapa negara telah melakukan kampanye nasional untuk memodifikasi kesalahpahaman masyarakat mengenai efektivitas antibiotik, untuk mempromosikan penggunaan antibiotik yang tepat dan mencegah perkembangan resistensi antibiotik (McNulty et al, 2007).

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2011), Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan beban tinggi kekebalan obat terhadap kuman Multidrug Resistance (MDR) di dunia berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2009. Menurut data dari European Centre for Disease Prevention and Control tahun 2012, selama beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dalam resistensi antibiotik dan MDR pada bakteri gram negatif seperti Klebsiella pneumonia dan Escherichio coli. Di Indonesia, menurunnya kesadaran akan penggunaan antibiotik secara rasional. Guru Besar Farmakologi dari Universitas Gadjah Mada Iwan Dwiprahasto mengatakan penggunaan antibiotik tidak rasional dalam kasus infeksi saluran pernapasan akut mencapai 94 persen dan diare 87 persen. Sebaliknya untuk penyakit yang membutuhkan antibiotik namun hanya 20 persen yang mendapatkan antibiotik. Hasil penelitian lain yang dilakukan di 56 puskesmas di 3 kawasan di Aceh tahun 2010 menunjukkan, 60 persen anak tidak membutuhkan diresepkan antibiotik.

Salah satu bidang utama dalam pengendalian resistensi antibiotik adalah perubahan dalam perilaku pengguna dan penyedia antibiotik. Strategi pengendalian resistensi utama karena itu merekomendasikan pendidikan masyarakat untuk mempromosikan penggunaan antibiotik yang sesuai (Abimbola, 2013).

(17)

Kekebalan Kuman”. Tema ini dipilih karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat membahayakan kesehatan masyarakat secara global maupun secara individu.

Menurut Saha et al (2010) sejumlah studi menunjukkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang antibiotik adalah salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik.Penggunaan obat antibiotik yang tidak rasional adalah alasan utama untuk peningkatan dan penyebaran resistensi antibiotik (Suaifan, 2012). Berdasarkan uraian dari latar belakang, peneliti tertarik untuk mengetahui pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menentukan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik di Puskesmas Padang Bulan, Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik di Puskesmas Padang Bulan, Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik, pengertian, indikasi, efek samping dan resistensi antibiotik pada masyarakat Puskesmas Padang Bulan, Medan.

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik dengan melihat faktor yang terkait seperti: usia, jenis kelamin, pendidikan di Puskesmas Padang Bulan, Medan.

3. Untuk mengetahui keteraturan penggunaan antibiotik oleh masyarakat di Puskesmas Padang Bulan, Medan.

(18)

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai penggunaan antibiotik dan mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian kesehatan.

1.4.2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik dan mengedukasikan masyarakat tentang kepentingan penggunaan antibiotik sehingga dapat menghindari terjadinya resistensi antibiotik.

1.4.3. Bagi Petugas dan Pemerintah

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGETAHUAN 2.1.1. Pengertian

Pengetahuan adalah proses belajar dan mengetahui apa yang terjadi dalam cara yang dapat diramalkan (Kaplan, 1998). Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Sudigdo, 2006).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Sudigdo, (2006) pegetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajarinya, antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

(20)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merecanakan, meringkaskan, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

(21)

2003) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :

a) Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai–nilai. b) Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c) Faktor–faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan.

2.2. Antibiotik

2.2.1. Definisi Antibiotik

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan diperoleh (Setiabudy dkk, 2009).

2.2.2. Aktivitas dan Spektrum

(22)

Selain dari sifat aktivitasnya, antibiotik dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu antibiotik narrow spectrum, seperti isoniazid karena hanya aktif terhadap mikrobakteri, kedua extended spectrum, misalnya ampisilin karena bertindak terhadap bakteri gram positif dan beberapa bakteri gram negatif dan yang ketiga broad spectrum, seperti tetrasiklin dan kloramfenikol mempengaruhi berbagai spesies mikroba. Di samping itu, antibiotik broad spectrum cenderung menimbulkan superinfeksi oleh kuman seperti Clostridium difficile (Harvey, 2012).

2.2.3. Golongan Antibiotik

Menurut Stephens, (2011) terdapat lebih dari 100 antibiotik, mayoritasnya terdiri dari beberapa jenis.Jenis-jenis tersebut adalah seperti berikut:

I.Penisilin

Penisilin pertama kali diisolasi dari jamur Penicillium pada tahun 1949. Obat ini efektik melawan beragam bakteri termasuk sebagian besar organisme gram positif. Penggunaan penisilin yang berlebihan menyebabkan timbulnya resistensi bakteri (pembentukan penisilinase), membuat obat ini tidak berguna untuk banyak strain bakteri. Meskipun demikian, penisilin tetap merupakan obat terpilih yang tidak mahal dan ditoleransi baik untuk beberapa infeksi (Olson, 1995). Menurut Natinal Health Service, (2012) penisilin merupakan antara antibiotik yang pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun, 1928 dan paling sering digunakan untuk mengobati infeksi tertentu seperti infeksi kulit, infeksi dada dan infeksi saluran kemih. Antara antibiotik, penisilin merupakan antibiotik yang penting karena kurang toksik, perkembangan bakteri terhadap resistensinya sedikit (Mutschler,1999). Menurut Katzung et al, (2012) penisilin dapat diklasifikasikan kepada beberapa kelompok yaitu:

1. Penisilin(misalnya penisilin G)

(23)

dan mempunyai sedikit aktivitas terhadap gram-negatif batang. Kelompok ini rentan terhadap hidrolisis oleh beta-laktamase.

2. Penisilin antistafilokokus (misalnya, nafcilin)

ini resisten terhadap beta-laktamase dari stafilokokus dan aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus, tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob,gram negatif batang dan kokus.

3. Penisilin dengan perluasan spektrum (ampisilin, penisilin antipseudomonas)

mempunyai spektrum antibakteri penisilin dan memiliki aktivitas yang tinggi terhadap organisma gram negatif, tetapi kelompok ini sering rentan terhadap beta- laktamase.

2.Sefalosporin

Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil terhadap banyak bakteria beta-laktamase sehingga mempunyai spektrum aktivitas yang lebih luas. Sefalosporin tidak aktif terhadap enterokokus dan Listeria monocytogenes. Sefalosporin diklasifikasikan ke dalam empat generasi yaitu:

1. Generasi pertama sangat aktif terhadap organisma gram positif, termasuk pneumokokus, stafilokokus, dan streptokokus (Katzung et al, 2012). Kelompok ini efektif melawan infeksi yang ditularkan melalui kulit pada pasien-pasien opearsi. Misalnya sefazolin, sefadrosil, sefaleksin, dan sefalotin (Olson, 1995).

2. Generasi kedua memiliki paparan gram negatif yang lebih luas termasuk sefaklor, sefamandol, sefoksitin, sefotetan. Kelompok ini merupakan golongan heterogeneous yang mempunyai perbedaan-perbedaan individual dalam aktivitas, farmakokinetika, dan toksisitas (Katzung et al, 2012). 3. Generasi ketiga adalah sangat aktif terhadap gram negatif dan obat-obat ini

(24)

4. Generasi keempat adalah cefepime. Obat ini lebih kebal terhadap hidrolisis oleh beta- lactamase kromosomal dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap P aeruginosa, Enterobacteriaceae, S aureus, dan S pneumonia. Obat ini sangat aktif terhadap haemophilus dan Neisseria (Katzung et al, 2012).

3.Makrolida

Makrolida biasanya diberikan secara oral, dan memiliki spektrum antimikroba yang sama dengan benzilpenisilin (yaitu spektrum sempit, terutama aktif melawan organisme gram positif) serta dapat digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang sensitif penisilin, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, dan klosridium. Akan tetapi makrolida tidak efektif pada meningitis karena tidak menembus sistem saraf pusat dengan adekuat (Neal, 2006). Yang termasuk kelompok antibiotik makrolida adalah erythromycin, clarithromycin, azithromycin dan troleandomycin. Yang paling sering diresepkan agen antimikroba makrolida adalah eritromisin (Mosby, 1995).

4.Flurokuinolon

Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Daya antibakteri fluorokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan kelompok kuinolon lama. Selain itu, kelompok obat ini diserap dengan baik pada pemberian oral, dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk parenteral sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan infeksi berat. Golongan ini aktif terhadap kuman gram negatif tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini telah dipasarkan fluorokuinolon baru yang mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram positif. Yang termasuk golongan ini ialah siprofloksasin, pefloksasin, dan lain-lain (Setiabudy dkk, 2009).

5.Tetrasiklin

(25)

memperlihatkan spektrum antibakteri luas yang meliputi kuman gram positif dan negatif, aerobik dan anaerobik. Tetrasiklin merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Chlamydia trachomatis, dan berbagai riketsia (Setiabudy dkk, 2009).

6.Aminoglikosida

Aminoglikosida merupakan salah satu antibiotik yang tertua. Sejak tahun 1944, antibiotik streptomisin merupakan produk dari bakterium Streptomyces griseus. Selain itu, terdapat juga antibiotik seperti neomisin, gentamisin, tobramisin, dan amikasin. Seperti penisilin, golongan ini aktif terhadap kedua bakteri gram negatif dan gram positif. Aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa (Hauser, 2007).

2.2.4.Resistensi Antibiotik

Resistensi adalah ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu yanga dapat berupa resistensi alamiah, resistensi karena adanya mutasi spontan (resistensi kromosomal) dan resistensi karena adanya faktor R pada sitoplasma (resistensi ekstrakromosomal) atau resistensi karena pemindahan gen yang resisten atau faktor R atau plasmid (resistensi silang) (Wattimena, 1991).

Resistensi terhadap obat antimikroba bisa didapat atau bawaan. Jika kasus resistensi bawaan, semua spesies bakteri bisa resisten terhadap suatu obat sebelum bakteri kontak dengan obat tersebut. Misalnya, Pseudomonas aeruginosa selalu resisten terhadap flukloksasilin. Kasus yang paling serius secara klinis adalah resistensi didapat, di mana bakteri yang pernah sensitif terhadap suatu obat menjadi resisten. Mekanisme yang bertanggung jawab untuk resistensi terhadap obat antimikroba adalah sebagai berikut:

1. Menginaktivasi enzim yang merusak obat, misalnya β-laktamase

(26)

3. Perubahan tempatikatan. Misalnya, aminoglikosida dan eritromisin terikat pada ribosom bakteri dan manghambat sintesis protein.

4. Perkembangan jalur metabolik alternatif. Bakteri dapat menjadi resisten terhadap sulfonamide dan trimethoprim karena obat ini masing-masing menghasilkan enzim dihidropteroat sintetase dan dihidrofolat reduktase termodifikasi yang mempunyai sedikit afinitas terhadap obat (Neal, 2006).

2.2.5. Efek Samping Antibiotik

Menurut Setiabudy dkk, (2009) antibiotik dapat dikelompokkan seperti berikut :

1. Reaksi alergi

dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes; terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat. Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi. Orang yang pernah mengalami reaksi alergi, umpamanya oleh penisilin, tidak selalu mengalami reaksi itu kembali ketika diberikan obat yang sama. Sebaliknya orang tanpa riwayat alergi dapat mengalami reaksi alergi pada penggunaan ulang penisilin.

2. Reaksi idiosinkrasi

gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian antibiotik tertentu. Sebagai contoh, 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin. Ini di sebabkan mereka kekurangan enzim G6PD.

3. Reaksi toksik

(27)

dalam mengganggu pertumbuhan jaringan tulang, termasuk gigi, akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium-ortofosfat. Di samping faktor jenis obat, berbagai faktor dalam tubuh dapat turut menentukan terjadinya reaksi toksik ; antara lain fungsi organ/ sistem tertentu sehubungan dengan biotransformasi dan ekskresi obat.

4. Perubahan biologic dan metabolik pada hospes

pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderita infeksi, terdapat populasi mikroflora normal. Dengan keseimbangan ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukkan sifat pathogen. Misalya pada penggunaan antibiotik, terutama yang berspektrum luas, dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi pathogen.

2.2.6. Penggunaan Antibiotik yang benar

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, (2010) antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri dan tidak bermanfaat untuk mengobati penyakit akibat virus seperti flu atau batuk. Antibiotik harus diambil dengan preskripsi dokter. Dosis dan lama penggunaan yang ditetapkan harus dipatuhi walaupun telah merasa sihat. Selain itu, antibiotik tidak boleh disimpan untuk kegunaan penyakit lain pada masa akan datang dan tidak boleh dikongsi bersama orang lain walaupun gejala penyakit adalah sama.

Strategi terapi dengan antibiotik ditentukan oleh karakteristik fenomena infeksi, lokasi infeksi, pengenalan penyebab infeksi, kondisi fisiopatologik penderita, serta pengetahuan yang menyeluruh tentang antibiotik yang tersedia dalam arsenal terapi. Berikut ini akan diungkapkan berbagai faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang tercapainya sasaran penggunaan antibiotik (Wattimena, 1991):

a) Aktivitas antimikroba;

(28)

d) Reaksi karena modifikasi flora alamiah tuan rumah; e) Penggunaan kombinasi antibiotik;

f) Pola penanganan infeksi.

2.2.6.1. Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi Pengguna Obat Antibakteri

1. Jangan sembarangan membeli antibiotik tanpa resep dokter 2. Ikuti petunjuk takarannya, jangan mengurangi atau menambahnya 3. Habiskan obat sesuai jumlah dalam resep dokter (umumnya

minimal 3 sampai 4 hari)

4. Laporkan kepada dokter yang memeriksa apabila sedang hamil, menyusui, atau alergi terhadap antibiotik tertentu (biasanya golongan Penisilin)

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan obat antibiotik yaitu tentang pengertian obat antibiotik, tepat indikasi, cara penggunaan yang tepat, cara memperoleh antibiotik, dan lama penggunaan. Selain itu, untuk mengetahui sumber informasi masyarakat tentang obat antibiotik. Pengetahuan antibiotik yang baik akan menyebabkan masyarakat mampu menggunakan antibiotiknya dengan benar.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel

No  Variabel  Definisi  Operasional 

Alat Ukur  Hasil Ukur  Skala  Ukur  Masyarakat Gambaran pengetahuan tentang obat

antibiotik

- Pengertian 

- Indikasi 

- Efek samping 

- Resistensi antibiotik 

(30)

3.2.2. Alat Ukur dan Skala Pengukuran

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dinilai menggunakan jumlah skor. Penilaian dibagikan kepada 3 kategori yaitu pengetahuan tinggi, sedang dan rendah. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 20 pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban. Total skor adalah sebanyak 40. Responden yang menjawab dengan:

1. Benar diberi skor 2.

2. Salah dan tidak tahu diberi skor 1.

Menurut Pratomo dan Sudarti (1986), dikategorikan atas tinggi, sedang dan rendah dengan definisi sebagai berikut:

1. Tinggi, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai keseluruhan. 75/100 X 32 = 24

2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40-75% dari nilai keseluruhan. 40/100 X 32 = 12

(31)

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu: 1) Skor > 24 : tinggi

2) Skor 12-24 : sedang 3) Skor < 12 : rendah

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang obat antibiotik. Studi penelitian yang akan digunakan adalah desain cross-sectional study yaitu pengukuran masyarakat tentang obat antibiotik dilakukan pada satu saat tertentu.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu dimulai bulan September sampai bulan Oktober 2013.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan, Medan. Pemilihan lokasi ini dilakukan karena belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan masyarakat tentang antibiotik di kawasan tersebut.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang datang ke Puskesmas Padang Bulan, Medan.

4.3.2. Sampel

Perkiraan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling, dimana sampel dari responden yang kebetulan ada atau tersedia. Rumus yang digunakan untuk perhitungan sampel adalah seperti berikut (Sudigdo, 2011) :

(33)

n = besar sampel

Z = tingkat kemaknaan yang telah ditetapkan P = proposi di populasi

Q = 1-P

d = ketepatan (absolut) yang dikehendaki

Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% sehingga untuk Z = 1,96. Nilai P yang ditetapkan adalah 0,5 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya, selain itu karena penggunaan P=0,5 mempunyai nilai Q paling besar sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak. Ketepatan absolut yang diinginkan adalah sebesar 10%.

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

n = Zα². pq d²

n =1,96² . 0,5(1-0,5) 0,10²

= 96.04

Berdasarkan perhitungan tersebut,besar sampel yang diperlukan adalah 96 orang.Maka dibulatkan ke 100 orang.

1. Kriteria Inklusi:

a. Responden yang mampu berkomunikasi dengan baik b. Responden yang mampu membaca dan manulis

c. Responden yang pernah mengkonsumsi obat antibiotik atau yang pernah mempunyai pengalaman membeli obat antibiotik

2. Kriteria Eksklusi:

(34)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data primer, yaitu data yang diambil langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner tersebut sebelumnya, akan diuji validitas dan reliabilitas.

Mengumpulkan data sekunder yaitu studi kepustakaan (literature).

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner akan dilakukan dengan menggunakan program statistik.

Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variable Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.921 Valid 0.971 Reliabel

2 0.899 Valid Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(35)
(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tentang pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan yang beralamat di Jalan Jamin Ginting- Medan- Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada semua masyarakat yang mengunjungi Puskesmas Padang Bulan yang dipilih secara acak.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebanyak 100 orang. Karakteristik responden yang dipilih adalah, responden yang mengunjungi Puskesmas Padang Bulan yang berumur di antara 16 hingga 80 tahun yang dipilih secara acak.

5.1.2.1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari segi jenis kelamin, diketahui bahwa responden wanita sebanyak 57 orang (57%) dan pria sebanyak 43 orang dengan persentase 43%. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persen%

Pria 43 43

Wanita 57 57

Total 100 100

5.1.2.2. Berdasarkan Umur

(37)

71-75 dan 76-80 tahun masing-masing 2 orang (2%). Dengan nilai tengah dari usia responden adalah 48 tahun. Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Umur Responden

Kelompok Umur Frekuensi Persen%

16-20 4 4

5.1.2.3. Berdasarkan Pendidikan

Rata-rata pendidikan responden di Puskesmas Padang Bulan adalah dari Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 35 orang (35%), diikuti dengan SMA sebanyak 30 orang (30%) dan SMP sebanyak 27 orang (27%). Selain itu, para responden dari SD adalah sebanyak 8 orang (8%). Distribusi frekuensi pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

(38)

SD 8 8 SMP 27 27 SMA 30 30

PERGURUAN TIGGI 35 35

Total 100 100

5.1.2.4. Berdasarkan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Dari segi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter, kebanyakan masyakarat yang mengunjungi Puskesmas Padang Bulan tidak pernah membeli antibioitk tanpa resep dokter sebesar 51 orang (51%).Sebesar 49 orang (49%) pernah membeli antibiotik tanpa resep dokter. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Antibiotika Tanpa Resep Dokter

Penggunaan Frekuensi(n) Persen(%)

Tidak 51 51 Ya 49 49

Total 100 100

5.1.2.5. Berdasarkan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa penggunakan antibiotika tanpa resep dokter karena mudah didapat adalah 9 orang (9%). Alasan karena harganya murah adalah 3 orang (3%), alasan sudah tahu jenisnya adalah 29 orang (29%), alasan tidak tahu seharusnya dibeli dengan resep dokter adalah 8 orang (8%), dan yang tidak pernah adalah 51 orang (51%).

(39)

Alasan Frekuensi(n) Persen(%)

Mudah didapat 9 9

Murah

Sudah tahu jenisnya

Tidak tahu seharusnya dengan resep

5.1.2.6. Berdasarkan Tempat Memperoleh Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa apotek adalah tempat memperoleh antibiotik tanpa resep dokter sebanyak 38 orang (38%), tokoh obat adalah 10 orang (10%), warung adalah 1 orang (1%), dan tidak pernah adalah 51 orang (51%).

Tabel 5.6.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Memperoleh Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Tempat Frekuensi(n) Persen(%)

Apotek 38 38

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Padang Bulan.

Pengetahuan masyarakat yang datang ke Puskesmas Padang Bulan tentang antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi(n) Persen(%)

Baik 44 44

(40)

Kurang 17 17

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, didapati tingkat pengetahuan dengan kategori baik mempunyai persentasi yang paling besar yaitu 44% sedangkan tingkat pengetahuan dengan kategori sedang sebesar 39% dan 17% tergolong dalam kategori tingkat pengetahuan kurang.

Pengetahuan masyarakat tentang pengertian antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.8

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pengertian Antibiotik

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 76 76

Salah/Tidak Tahu 24 24

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 76 orang yaitu 76 % menjawab dengan benar yaitu antibiotik adalah obat yang dapat mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri manakala 24 orang yaitu 24% menjawab salah iaitu antibiotik adalah obat yang dapat menyembuhkan demam dan digunakan untuk semua penyakit.

Pengetahuan masyarakat tentang indikasi penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.9

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Indikasi Antibiotik

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 63 63

Salah/Tidak Tahu 37 37

(41)

Berdasarkan tabel di atas, didapati mayoritas masyarakat menjawab dengan benar yaitu sebanyak 63 orang (63%) menjawab antibiotik digunakan pada waktu demam manakala sebanyak 37 orang (37%) responden menjawab dengan salah yaitu antibiotik digunakan pada waktu pilek, batuk dan sakit perut.

Pengetahuan masyarakat tentang kapan penggunaan antibiotik dihentikan dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi PengetahuanTentang kapan Penggunaan Antibiotik Dihentikan

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 46 46

Salah/Tidak Tahu 54 54

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, didapati masyarakat menjawab bahwa penggunaan antibiotik dihentikan bila dianjurkan oleh dokter untuk berhenti yaitu sebanyak 46%, sedangkan sebanyak 54% menjawab salah dan tidak tahu. Ternyata pengetahuan masyarakat Padang Bulan tentang kapan harus penggunaan antibiotik dihentikan adalah kurang.

Pengetahuan masyarakat tentang tindakan yang harus dilakukan terhadapantibiotik yang tidak habis digunakan dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Antibiotik yang Tidak Habis Digunakan

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 57 57

Salah/Tidak Tahu 43 43

Total 100 100

(42)

dibuang manakala 43% menjawab dengan salah atau tidak tahu bahwa antibiotik seharusnya dibuang.

Pengetahuan masyarakat tentang lama penggunaan antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Lama Penggunaan

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 51 51

Salah/Tidak Tahu 49 49

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas masyarakat yaitu sebanyak 51 orang (51%) menjawab dengan benar yaitu antibiotik perlu dihabiskan walaupun sudah merasa sehat manakala 49 orang (49%) menjawab dengan salah dan tidak tahu bahwa antibiotik perlu dihabiskan walaupun setelah merasa sehat.

Pengetahuan masyarakat tentang pemakaian bersama antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.13.

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Kesesuaian Dosis Antibiotik dengan resep Dokter

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 92 92

Salah/Tidak Tahu 8 8

Total 100 100

(43)

Pengetahuan masyarakat tentang cara memperoleh antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.14.

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Cara Memperoleh Antibiotik

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 90 90

Salah/Tidak Tahu 10 10

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, masyarakat dapat menjawab dengan benar yaitu cara memperoleh antibiotik adalah dengan resep dokter sebanyak 90% sedangkan 10% menjawab memperoleh antibiotik tanpa resep dan tidak tahu.

Pengetahuan masyarakat tentang antibiotik adalah obat resep dapat dilihat pada tabel 5.15.

Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Antibiotik adalah Obat Resep

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 77 77

Salah/Tidak Tahu 23 23

Total 100 100

(44)

Pengetahuan masyarakat tentang perkongsian antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.16.

Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Penggunaan Secara Bersama Antibiotik

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 45 45

Salah/Tidak Tahu 55 55

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 45orang (45%) menjawab dengan benar yaitu antibiotik tidak boleh dipakai bersama dengan orang lain dan 55 orang (55% ) menjawab dengan salah dan tidak tahu.

Pengetahuan masyarakat Padang Bulan, Medan tentang cara membeli antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.17.

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Cara Membeli Antibiotik

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 50 50

Salah/Tidak Tahu 50 50

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 50 orang (50%) menjawab dengan benar bahwa antibiotik tidak dapat dibeli di apotik tanpa resep dokter, sedangkan 50 responden (50%) yang lain menjawab dengan salah dan tidak tahu.

Pengetahuan masyarakat Padang Bulan, Medan tentang cara antibiotik diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.18.

(45)

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 50 50

Salah/Tidak Tahu 50 50

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, didapati 50 orang (50%) menjawab dengan benar bahwa pembelian antibiotik di apotik harus dengan resep dokter sedangkan 50 responden yang lain menjawab dengan salah dan tidak tahu.

Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang berlebihan menyebabkan keracunan dapat dilihat pada tabel 5.19.

Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Akibat PenggunaanAntibiotik yang Berlebihan

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 58 58

Salah/Tidak Tahu 42 42

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas masyarakat yaitu sebanyak 58 orang (58%) menjawab dengan benar tentang antibiotik dapat menyebabkan keracunan jika melebihi dosis manakala 42 orang (42%) menjawab dengan tidak dan tidak tahu.

Pengetahuan masyarakat tentang pengertian resistensi antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.20.

Tabel 5.20. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Pengertian Resistensi Antibiotik

(46)

Benar 53 53

Salah/Tidak Tahu 47 47

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 53 orang(53%) menjawab dengan benar yaitu resistensi antibiotik adalah apabila kuman menjadi kebal terhadap antibiotik. Sedangkan sebanyak 47 orang (47%) responden menjawab dengan salah dan tidak tahu erti resistensi antibiotik.

Pengetahuan masyarakat tentang sebab resistensi antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.21.

Tabel 5.21 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Sebab ResistensiAntibiotik

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 50 50

Salah/Tidak Tahu 50 50

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 50 orang (50%) masyarakat menjawab dengan benar bahwa penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat menyebabkan resistensi antibiotik manakala sebanyak 50orang (50%) menyatakan tidak terjadi resistensi antibiotik akibat penggunaan antibiotik yang tidak benar dan tidak tahu.

Pengetahuan masyarakat tentang efek samping antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.22.

Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Efek Samping Antibiotik

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 66 66

(47)

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang

menjawab benar pertanyaan tentang efek samping antibiotik yaitu reaksi alergi dan

toksik adalah 66 orang (66%), 34 orang memilih jawaban salah dan tidak tahu.

Pengetahuan masyarakat tentang langkah pencegahan resistensi antibiotik dapat dilihat pada tabel 5.23.

Tabel 5.23 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pencegahan ResistensiAntibiotik

Jawaban Frekuensi(n) Persen(%)

Benar 50 50

Salah/Tidak Tahu 50 50

Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 50 orang (50%) menjawab dengan benar bahwa antibiotik harus dihabiskan sesuai arahan dokter untuk mencegah terjadi resistensi antibiotik manakala 50 orang (50%) menjawab dengan salah dan tidak tahu.

5.2. Pembahasan

(48)

Sebanyak 76% responden menjawab bahwa antibiotik adalah obat yang dapat mengobati infeksi bakteri. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Bangladesh yang mendapati pengetahuan pasien tentang penggunaan antibiotik untuk melawan infeksi adalah sebanyak 26 % yaitu 91 orang dari 350 orang responden (Saha et al,2010). Seterusnya pertanyaan mengenai indikasi antibiotik, sebanyak 63% responden menjawab bahwa antibiotik digunakan untuk demam. Menurut CDC 2010, antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri dan tidak bermanfaat untuk mengobati penyakit akibat virus seperti flu atau batuk. Bagaimanapun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap masyarakat di Jordan pada tahun 2011 didapati responden menjawab antibiotik lebih banyak digunakan untuk mengobati pilek dan batuk yaitu sebanyak 67,1% (Suaifan et al, 2012). Ternyata pengetahuan masyarakat yang mengunjungi Puskesmas Padang Bulan tentang indikasi antibiotik yang benar adalah lebih baik berbanding masyarakat di Jordan. Untuk pertanyaan lama penggunaan antibiotik, sebanyak 51% menjawab bahwa perlunya menghabiskan antibiotik walaupun telah merasa sehat. Hal ini karena dosis dan lama penggunaan antibiotik yang ditetapkan harus dipatuhi walaupun telah merasa sehat (CDC, 2010). Hasil penelitian lain yaitu di Bangladesh mendapati sebanyak 60,86% pasien mengetahui penggunaan antibiotik tidak harus dihentikan walaupun sudah merasa sehat (Saha et al, 2010).

Sebanyak 58% responden menjawab dengan benar tentang antibiotik dapat menyebabkan keracunan jika melebihi dosis. Antibiotik tidak boleh dimakan berlebihan karena dapat menyebabkan keracunan (Ibrahim, 1996). Hasil penelitian lain pada mahasiswa keperawatan di Master skill University College of Health Sciences, Selangor Darul Ehsan, Malaysia menunjukkan sebanyak 31% mengetahui penggunaan antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan keracunan (Satish et al, 2011).

Sebanyak 66% responden menjawab pertanyaan tentang efek samping

antibiotika yaitu reaksi alergi dan toksik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

(49)

antibiotik menyebabkan efek samping reaksi alergi (Lim dan Teh, 2012). Penelitian lain yang telah dilakukan di Korea Selatan mendapati pengetahuan masyarakat umum tentang efek samping adalah sedang sebanyak 70,5% menjawab antibiotik dapat menyebabkan efek samping (Sun et al, 2011).

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapatdisimpulkan, yaitu:

1) Tingkat pengetahuan masyarakat Padang Bulan terhadap penggunaan antibiotik berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 44 orang (44%), sedangkan pada kategori sedang sebanyak 39 orang (39%) dan pada kategori rendah sebanyak 17 orang (17%).

2) Sebanyak 76 orang (76%) menjawab dengan benar tentang antibiotik merupakan obat yang dapat mengobati infeksi bakteri.

3) Pengetahuan masyarakat tentang demam merupakan indikasi antibiotik adalah baik dengan sebanyak 63 orang (63%) menjawab dengan benar berbanding 37 orang (37%) memberikan jawaban yang salah dan sebanyak 46 orang (46%) mengetahui penggunaan antibiotik dihentikan apabila dianjurkan oleh dokter untuk berhenti.

4) Sebanyak 51 orang (51%) mengetahui antibiotik perlu dihabiskan walaupun sudah merasa sehat namun begitu didapati masih banyak tidak menghabiskannya karena sebanyak 57 orang (57%) menjawab membuang antibiotik yang tidak habis digunakan.

(51)

6) Selain itu, sebanyak 45 orang (45%) mengetahui antibiotik tidak boleh memakai bersama-sama dengan orang lain dan sebanyak 50 orang (50%) mengetahui antibiotik tidak dapat dibeli di apotik tanpa resep dari dokter.

7) Pengetahuan masyakarat tentang cara antibiotik diperoleh didapati sedang dengan 50 masyarakat (50%) menjawab dengan benar bahwa antibiotik tidak boleh dibeli tanpa nasehat dokter.

8) Pengetahuan masyarakat tentang efek samping dari penggunaan antibiotik didapati baik karena 58 orang (58%) mengetahui antibiotik dengan dosis

berlebihan dapat menyebabkan keracunan dan 42 orang (42%) menjawab dengan salah.

(52)

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka peneliti menyerahkan:

1) Edukasi dan penyuluhan tetap dilanjutkan dan ditingkatkan dari semua pihak baik pemerintah, medis, dan non medis untuk mengedukasi masyarakat tentang antibiotik.

2) Pemerintah melakukan intervensi seperti program kesadaran kepada masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang benar terutamanya dari segi efek samping akibat penggunaan antibiotik yang tidak benar dan antibiotik tidak dapat digunakan pada semua penyakit.

3) Diharapkan bagi peneliti dimasa yang akan datang agar dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penggunaan antibiotika selain pengetahuan, seperti: sikap dan tindakan.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abimbola, I. O.2013. Knowledge and practices in the use of antibiotics among a group of Nigerian university students.International Journal of Infection Control. 9 (7), 1-8.

Akalin, E. H. 2002. The evolution of guidelines in an era of cost containment.Surgical prophylaxis. J Hosp infects.

Centers for Disease Control and Prevention, 2010. Get Smart: Know When

Antibiotics Work: CDC Available

from:http://www.cdc.gov/getsmart/antibiotic-use/anitbiotic-resistance-faqs.html[Accessed 28 April 2013].

European Centre for Disease Prevention and Control. 2012. Summary of thelatest data on antibiotic resistance in the European Union. Available:http://www.szu.cz/uploads/EAAD_2012/EARS_Net_Sum

mary_of_the_latest_data_on_antibiotic_resistance_in_the_European_Union_ November_2012.pdf [Accessed 26th may 2013].

Harvey, R. A. 2012. Principles of Antimicrobial Therapy. In: MichelleA. Clark, Richard Finkel, Jose A. Rey, and Karen Whalen. Pharmacology.5th Ed.New Jersey: Lippincott's Williams and Wilkins. 369-380.

Hauser, A. R. 2007. Antibiotics Basic for Clinicians

Ibrahim, M. I., 1996. Kesan Salah Guna Ubat Antibiotik:

Pusat Racun Negara: Available from :

http://www.prn.usm.my/old_website/mainsite/bulletin/racun/1996/antibio.

(54)

Iwan Dwiprahasto. 2011. Antibiotik Tak Rasional, Bisa ada Pandemi. Available: http://health.kompas.com/read/2011/04/08/03054264/Antibiotik.Tak.Rasiona l.Bisa.Ada.Pandemi [Accessed 25th May 2013].

Kaplan, J.S. 1998. Beyond behavior modification. Austin, TX: ProEd.3th Ed.

Katzung, B. G.,Masters, S. B., Trevor A. J. 2012. Basic and Clinical Pharmacology 12th Ed.

Lim, K. K., Teh, C. C. 2012. A Cross Sectional Study of Public Knowledge and Attitude towards Antibiotics in Putrajaya, Malaysia.Southern Med Review. 5 (2), 26-33.

McNulty, C. A. M., Boyle, P., Nichols, T.,Clappison, P., Peter, Davey. 2007. Don’t wear me out-the public's knowledge of an attitude to antibiotic use.Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 59727-738.

Mutschler, E. 1999.Dinamika Obat Edisi ke-5. Buku ajar farmakologi dan toksikologi

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Indonesia Peringat Ke-8 Kebal Obat di Dunia. Available:http://www.suarapembaruan.com/home/indonesia- peringat-ke-8-kebal-obat-di-dunia/5414 [accessed 25th Apr 2013].

Mosby. 1995. Antibiotics. In: Robin Carter. Mosby's Pharmacology Nursing.19th ed. St. Louis: Nancy Coon. 1071-1100.

National Health Service. 2012. Antibiotic Penisilin:

http://www.nhs.uk/Conditions/Antibiotics-penicillins/Pages/Introduction.aspx [accessed 5th may 2013].

(55)

In: Amalia, S. At a Glance Farmakologi Medis. 5th ed. Jakarta: Erlangga.80-85.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

Olson, J., M.D., Ph.D. 1995. Zat Anti-Infeksi. In: dr. Lydia I. Mandera Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). 122-137.

Pratomo, H., dan Sudarti. 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana. Jakarta: Depdikbud.

Saha, M. R., Sarwar, S., Shill, M. C danShahriar, M. 2010. Patients' Knowledge and Awareness towards Use of Antibiotics in Bangladesh. Stamford Journal of Pharmaceutical Sciences. 3 (1), 54-58.

Satish, K., Santhosh, YL.,Gulzar, M., and Naveen, MR., 2011. Survey On

Knowledge Towards Antibiotics Among The !ursing Students: International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science ;3(2) Available

from:http://www.ijppsjournal.com/Vol3Issue2/2078.pdf%20-%20India. [ Accessed 20 september 2013].

Setiabudy, R., Gunawan, S. G., Nafrialdi dan Elysabeth. 2009. Antimikroba. In: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 5thed. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Soanes, C., 2001. Oxford Dictionary of Current English, 3rd ed. Oxford: Oxford University Press, 502

Stephens, E. 2011.WebMD,Inc. Available from

(56)

[accessed 28th Apr 2013].

Suaifan, G. A. R. Y., Shehadeh. M., Darwish, D. A., Al-ljel. H., Yousef, A. M danDarwish, R. M. 2012. A cross-sectional study on knowledge, attitude and behavior related to antibiotic use and resistance among medical and non medical university students in Jordan. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 6 (10), 763-770.

Steven M. Opal, MD., Thierry Calandra, MD, PhD. 2009.

Antibiotics usage and resistance. The Journal of the American Medical Association 2009;302(21):2367-2368

Available:http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=184972&result Click=24[accessed 22th September 2013].

Sudigdo, S. I. S., 2006. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan.

Sudigdo, S., Sp.A (K) dan Sofyan, I.,Sp.A (K), 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi ke-4. Jakarta.

Sun, K. S., Seongmi, M., Jung K. E. 2011.Public Knowledge and Attitude Regarding Antiboitic Use in South Korea. Journal Korean Academy Nursing. 41 (6), 742-749.

Utami, R. E. 2012. Antibiotika, ResistensidanRasionalitasTerapi. 1 (1), 124-138.

Wattimena, J. R., Sugiarso, N. C., Widianto, M. B.,Sukandar, N.E., Soemardji, A. A., Setiadi, A. R. 1991. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik.

(57)

World Heath Organization. 2009. Antimicrobial Resistance .Available:http://www.who.int/bulletin/volumes/89/3/11-030311/en/

[accessed 24th Apr 2013].

(58)

Nama : Yasotah Thakshina Moorthy Tempat/ Tanggal

Lahir

: Muar, Johor. 19 MEI 1991

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Dr. Sumarsono No. 8 Medan Riwayat Pendidikan : 1. SJKT Ladang Nordanal

2. SMK Tengku Temenggong Ahmad 3. SMA Pasundan 8 Bandung

4. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi : 1. AJK Persatuan Pandu Puteri

(59)

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI

PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………

Umur : ………

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Padang Bulan, Medan” oleh Yasotah Thakshina Moorthy. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ……….. 2013 Subjek Penelitian,

(60)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bernama Yasotah Thakshina Moorthy adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan Antibiotik”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak/Ibu bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi subjek penelitian, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ………2013

Peneliti,

(61)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

“Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Padang Bulan”

I. Data peribadi

Jenis kelamin : Pria/Wanita Umur : tahun

Pendidikan : SD / SMP / SMA / Perguruan Tinggi Penghasilan :

II. Pertanyaan

Petunjuk: Untuk soal berupa pilihan berganda dengan pilihan a,b,c dan seterusnya, pilihlah satu ynag paling tepat menurut Anda.

1. Adakah Anda mengetahui tentang antibiotik? A. Ya

B. Tidak

2. Apakah Anda pernah mengkonsumsi obat antibiotik? A. Ya

B. Tidak

3. Antibiotik adalah:

A. obat untuk membunuh kuman B. obat untuk membunuh virus C. obat untuk menurunkan demam

D. obat yang digunakan untuk semua penyakit 4. Apakah alasan Anda untuk mengkonsumsi antibiotik?

A. pilek/flu B. sakit kepala C. demam

(62)

E. sakit perut F. penyakit lain

5. Penggunaan antibiotik dihentikan bila A. Gejala sudah hilang

B. Obatnya sudah habis

C. Dianjurkan oleh dokter untuk berhenti 6. Apakah tindakan Anda setelah merasa sehat

A. Perlu menghabiskan antibiotik B. Tidak perlu menghabiskan antibiotik C. Tidak tahu

7. Apa yang Anda lakukan terhadap antibiotik yang tidak habis digunakan?

A. Simpan dan guna kembali B. Buang

C. Beri pada orang lain D. Tidak tahu

8. Cara memperoleh antibiotik A. Dengan resep dokter B. Tanpa resep dokter C. Tidak tahu

9. Antibiotik adalah obat resep? A. Ya

B. Tidak

10.Apakah Anda mengerti tentang resistensi antibiotik A. Kuman menjadi kebal

B. Semua kuman telah Berjaya dibunuh C. Tidak tahu

11.Apakah antibiotik tidak mempunyai efek samping? A. Setuju

(63)

12.Apakah kita bisa menghenti mengkonsumsi antibiotik apabila gejalanya membaik?

A. Setuju B. Tidak setuju C. Tidak tahu

13.Apakan Anda pernah membeli antibiotik tanpa menggunakan resep dokter?

A. Ya (lanjutkan ke pertanyaan no. 14) B. Tidak (langsung ke pertanyaan no.17)

14.Apakah alasan Anda untuk membeli antibiotik tanpa resep dokter? A. Proses pembelian lebih mudah

B. Ingin menghemat biaya konsultasi dokter sehingga tidak memiliki resep dokter

C. Sudah tahu jenis antibiotik yang diperlukan

D. Tidak tahu bahwa antibiotik seharusnya dibeli dengan resep dokter

15.Di manakah Anda biasanya memperoleh antibiotik tanpa resep dokter?

A. Apotik

B. Toko obat berizin C. Warung

D. Rumah sakit

16.Apakah alasan Anda untuk membeli antibiotik tanpa resep dokter di tempat tersebut?

A. Mudah dijangkau

B. Proses pembelian lebih cepat C. Penjaga toko lebih ramah

D. Harga antibiotik dijual lebih murah di tempat tersebut E. Sudah biasa berlangganan di tempat tersebut

(64)

A. Ya

B. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan ke 18)

18.Bagaimana pendapat Anda mengenai hal tersebut? A. Bagus

B. Merepotkan C. Tidak peduli

19.Apakah sebelum ini mendengar tentang antibiotik A. Ya

(65)

Uji Reliabilitas Pengetahuan

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 16 100.0

Excludeda 0 .0

Total 16 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

(66)

Item Statistics

Mean

Std.

Deviation N

pertanyaan 1 1.40 .516 10

pertanyaan 2 1.50 .527 10

pertanyaan 3 1.40 .516 10

pertanyaan 4 1.50 .527 10

pertanyaan 5 1.70 .483 10

pertanyaan 6 1.50 .527 10

pertanyaan 7 1.70 .483 10

pertanyaan 8 1.50 .527 10

pertanyaan 9 1.50 .527 10

pertanyaan 10 1.50 .527 10

pertanyaan 11 1.50 .527 10

pertanyaan 12 1.50 .527 10

pertanyaan 13 1.50 .527 10

pertanyaan 14 1.50 .527 10

pertanyaan 15 1.40 .516 10

(67)

Item-Total Statistics

pertanyaan 1 22.60 41.600 .921 .967

pertanyaan 2 22.50 41.611 .899 .968

pertanyaan 3 22.60 41.600 .921 .967

pertanyaan 4 22.50 41.611 .899 .968

pertanyaan 5 22.30 43.344 .695 .971

pertanyaan 6 22.50 42.944 .692 .971

pertanyaan 7 22.30 43.344 .695 .971

pertanyaan 8 22.50 43.389 .624 .972

pertanyaan 9 22.50 42.944 .692 .971

pertanyaan 10 22.50 43.389 .624 .972

pertanyaan 11 22.50 41.611 .899 .968

pertanyaan 12 22.50 42.056 .829 .969

pertanyaan 13 22.50 41.611 .899 .968

pertanyaan 14 22.50 42.056 .829 .969

pertanyaan 15 22.60 41.600 .921 .967

pertanyaan 16 22.60 41.600 .921 .967

Scale Statistics

Mean Variance

Std.

Deviation N of Items

(68)

Tabel frekuensi jenis kelamin

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pria 43 43.0 43.0 43.0

wanita 57 57.0 57.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Tabel frekuensi pendidikan

Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 8 8.0 8.0 8.0

SMP 27 27.0 27.0 35.0

SMA 30 30.0 30.0 65.0

PERGURUAN TINGGI

35 35.0 35.0 100.0

(69)

Tabel frekuensi usia

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16-20 4 4.0 4.0 4.0

21-25 14 14.0 14.0 18.0

26-30 12 12.0 12.0 30.0

31-35 13 13.0 13.0 43.0

36-40 8 8.0 8.0 51.0

41-45 8 8.0 8.0 59.0

46-50 6 6.0 6.0 65.0

51-55 11 11.0 11.0 76.0

56-60 10 10.0 10.0 86.0

61-65 6 6.0 6.0 92.0

66-70 4 4.0 4.0 96.0

71-75 2 2.0 2.0 98.0

76-80 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Tabel frekuensi tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 44 44.0 44.0 44.0

sedang 39 39.0 39.0 83.0

kurang 17 17.0 17.0 100.0

(70)

Hasil uji variable tingkat pengetahuan Pertanyaan 1

Pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah, tidaktahu 24 24.0 24.0 24.0

benar 76 76.0 76.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah, tidaktahu 37 37.0 37.0 37.0

benar 63 63.0 63.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah, tidaktahu 54 54.0 54.0 54.0

benar 46 46.0 46.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah, tidaktahu 43 43.0 43.0 43.0

benar 57 57.0 57.0 100.0

(71)

Pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah, tidaktahu 49 49.0 49.0 49.0

benar 51 51.0 51.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah, tidaktahu 8 8.0 8.0 8.0

benar 92 92.0 92.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah, tidaktahu 10 10.0 10.0 10.0

benar 90 90.0 90.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah, tidaktahu 23 23.0 23.0 23.0

benar 77 77.0 77.0 100.0

Gambar

Gambaran pengetahuan tentang obat
Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Umur Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sikap dan tindakan penghuni panti asuhan Bait Allah dalam pencegahan skabiasis berada dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 20 responden (45.5%), sedangkan pada kategori baik

berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 117 responden (58,5%), sedangkan pada kategori sedang sebanyak 83 responden (41,5%), dan tidak didapatkan adanya pelajar SMA pada

Pengetahuan guru sekolah dasar di Kota Medan mengenai penyakit epilepsi berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 74,3%, sedangkan pada kategori baik adalah sebanyak 18,6%, dan

Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan pada ibu tentang tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di Puskesmas Padang Bulan, maka

Perilaku responden terkait penggunaan antibiotik, ditemukan bahwa antibiotik yang paling sering dibeli diapotek adalah amoksisilin (54%), jenis penyakit yang paling

Dengan keseimbangan ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukkan sifat pathogen.Misalnya pada penggunaan antibiotik, terutama yang berspektrum luas,

Tingkat Pengetahuan Mayarakat terhadap Pengetahuan Antibiotik di Kelurahan Sukamaju Kecamatan Medan Johor Kotamadya Medan.. Medan: Fakultas

Gambaran risiko yang berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Padang Bulan adalah kelompok usia, jenis kelamin, pendidikan, Indeks Massa Tubuh, riwayat