• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelapisan Akrilik Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari Limbah Batang Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pelapisan Akrilik Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari Limbah Batang Kelapa Sawit"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELAPISAN AKRILIK TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT

SKRIPSI

Oleh:

Merry Cristin Natalia Simaremare 101201080

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Pelapisan Akrilik terhadap Kualitas Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit

Nama : Merry Cristin Natalia Simaremare

NIM : 101201080

Program Studi : Kehutanan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing Tito Sucipto, S. Hut., M. Si

Ketua Anggota

Luthfi Hakim, S. Hut., M. Si

Mengetahui,

(3)

ABSTRACT

MERRY CRISTIN NATALIA SIMAREMARE: The Effect of Acrylic Coating on Oil Palm Trunk Waste Particle Board. Under academic supervision by TITO SUCIPTO andLUTHFI HAKIM.

To reduce the waste of oil palm trunks can be done by changing oil palm trunks into particle board. One way to improve the quality of particle board is by doing coating treatment of acrylic. This study evaluated the best acrylic level in improving the quality of oil palm trunk particle board with isocyanate as the adhesive. Boards were made with size 25 cm x 25 cm x 1 cm with a target density of 0.7 g/cm3, felts temperature 160º and pressure 25 kg/cm2 for 3 minutes. Physical and mechanical properties were compared with SNI 03-2105-2006. The treatment variations were acrylic levels (0%, 5%, 10%, and 15%) with 3 repetitions. Results showed that the values of the density, moisture content, water absorption, thickness swelling, modulus of rupture, modulus of elasticity and internal bond were respectively 0,46-0,60 g/cm3, 10,52-11,01%, 5,32-55.35%, 2,37-6,40%, 26,45-60,87 kg/cm2, 2619,15-5092,82 kg/cm2 and 2,28-4,61 kg/cm2. All result values of physical properties testing except value of the moisture content achieved the standards of SNI 03-2105-2006. Instead, all result values of mechanical properties testing did not achieve the standards of SNI 03-2105-2006. The results showed that the particle boards with acrylic coating treatment has better quality than the particle boards without the acrylic coating treatment for the entire physical properties testing in addition to moisture content. Best acrylic level for the coating treatment of oil palm trunk particle board is 15%.

(4)

ABSTRAK

MERRY CRISTIN NATALIA SIMAREMARE: Pengaruh Pelapisan Akrilik terhadap Kualitas Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit. Di bawah bimbingan TITO SUCIPTO dan LUTHFI HAKIM.

Untuk mengurangi limbah batang kelapa sawit (BKS) dapat dilakukan dengan mengubah BKS menjadi papan partikel. Salah satu cara meningkatkan kualitas papan partikel adalah dengan perlakuan pelapisan akrilik. Penelitian ini mengevaluasi kadar akrilik terbaik dalam peningkatan kualitas papan partikel limbah batang kelapa sawit dengan isosianat sebagai perekat. Papan dibuat berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm dengan kerapatan target 0,7 g/cm3, suhu kempa 160º dan tekanan 25 kgf/cm2 selama 3 menit. Sifat fisis dan mekanis dibandingkan dengan SNI 03-2105-2006. Variasi perlakuan adalah kadar akrilik (0%, 5%, 10%, dan 15%) dengan 3 kali ulangan. Hasil menunjukkan bahwa nilai kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, keteguhan patah, keteguhan elastisitas, dan keteguhan rekat internal ialah berturut-turut 0,46-0,60 g/cm3, 10,52-11,01%, 5,32-55,35%, 2,37-6,40%, 26,45-60,87 kg/cm2, 2619,15-5092,82 kg/cm2 dan 2,28-4,61 kg/cm2. Seluruh nilai hasil pengujian sifat fisis selain nilai kadar air telah memenuhi standar SNI 03-2105-2006. Sebaliknya seluruh nilai hasil pengujian sifat mekanis tidak ada yang memenuhi standar SNI 03-2105-2006. Hasil pengujian menunjukkan papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik memiliki kualitas lebih baik dibanding dengan papan partikel tanpa perlakuan pelapisan akrilik untuk seluruh pengujian sifat fisis selain kadar air. Kadar akrilik terbaik untuk pelapisan papan partikel BKS adalah 15%.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas

Sumatera Utara.

Judul skripsi ini adalah Pengaruh Pelapisan Akrilik terhadap Kualitas Papan

Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit. Skripsi ini berisi prosedur eksperimen secara

ilmiah serta pembahasan dari hasil penelitian peningkatan kualitas papan partikel

dengan proses pelapisan akrilik. Pelapisan akrilik dilakukan dengan menggunakan kadar

akrilik yang berbeda untuk mendapatkan kadar terbaik dan mengevaluasi pengaruh

kadar akrilik terhadap peningkatan kualitas papan partikel.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada orang tua penulis yang tidak berhenti memberikan doa, dukungan, dan kasih

sayang. Kepada Bapak Tito Sucipto, S.Hut., M.Si dan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si

selaku dosen pembimbing yang telah membantu penyusunan dan membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga ingin berterimakasih kepada semua rekan-rekan mahasiswa di

Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan USU yang tak dapat disebutkan

satu-persatu disini. Para sahabat yang selalu memberikan doa, semangat, dorongan, dan

pelajaran hidup kepada penulis.

Semoga hasil penelitian ini member manfaat dan kemajuan bagi ilmu

pengetahuan khususnya bidang kehutanan. Terima kasih.

Penulis

(6)

Hal.

Pengujian Sifat Fisis Papan Partikel. ... 20

Kerapatan ... 20

Kadar air ... 21

Daya serap air ... 21

Pengembangan tebal ... 22

Pengujian Sifat Mekanis Papan Partikel ... 22

Modulus of rupture (MOR) ... 23

Sifat Mekanis Papan Partikel ... 44

Modulus of rupture (MOR) ... 44

(7)

Internal bond (IB) ... 48 Rekapitulasi Data Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel ... 51

KESIMPULAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Hal.

(8)

2. Kebutuhan akrilik pada setiap variasi kadar ... 17

3. Sifat fisis dan mekanis papan partikel berdasarkan SNI 03-2105-2006 ... 25

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Pola pemotongan permukaan contoh uji untuk pengujian ... 18

2. Bagan alir penelitian ... 19

3. Pengukuran dimensi contoh uji papan partikel menggunakan kaliper ... 20

4. Pengujian MOR dan MOE ... 23

5. Pengujian MOR dan MOE menggunakan universal testing machine ... 24

6. Pengujian keteguhan rekat internal (internal bond) ... 25

7. Kerapatan papan partikel BKS ... 29

8. Kadar air papan partikel BKS ... 33

9. Daya serap air papan partikel BKS ... 35

10. Pengembangan tebal papan partikel BKS ... 40

11. Contoh uji pengembangan tebal setelah dilakukan perendaman ... 43

12. Keteguhan patah papan partikel BKS ... 44

13. Keteguhan lentur papan partikel BKS... 46

14. Pengujian MOR dan MOE menggunakan universal testing machine ... 48

15. Keteguhan rekat internal papan partikel BKS ... 49

(10)

ABSTRACT

MERRY CRISTIN NATALIA SIMAREMARE: The Effect of Acrylic Coating on Oil Palm Trunk Waste Particle Board. Under academic supervision by TITO SUCIPTO andLUTHFI HAKIM.

To reduce the waste of oil palm trunks can be done by changing oil palm trunks into particle board. One way to improve the quality of particle board is by doing coating treatment of acrylic. This study evaluated the best acrylic level in improving the quality of oil palm trunk particle board with isocyanate as the adhesive. Boards were made with size 25 cm x 25 cm x 1 cm with a target density of 0.7 g/cm3, felts temperature 160º and pressure 25 kg/cm2 for 3 minutes. Physical and mechanical properties were compared with SNI 03-2105-2006. The treatment variations were acrylic levels (0%, 5%, 10%, and 15%) with 3 repetitions. Results showed that the values of the density, moisture content, water absorption, thickness swelling, modulus of rupture, modulus of elasticity and internal bond were respectively 0,46-0,60 g/cm3, 10,52-11,01%, 5,32-55.35%, 2,37-6,40%, 26,45-60,87 kg/cm2, 2619,15-5092,82 kg/cm2 and 2,28-4,61 kg/cm2. All result values of physical properties testing except value of the moisture content achieved the standards of SNI 03-2105-2006. Instead, all result values of mechanical properties testing did not achieve the standards of SNI 03-2105-2006. The results showed that the particle boards with acrylic coating treatment has better quality than the particle boards without the acrylic coating treatment for the entire physical properties testing in addition to moisture content. Best acrylic level for the coating treatment of oil palm trunk particle board is 15%.

(11)

ABSTRAK

MERRY CRISTIN NATALIA SIMAREMARE: Pengaruh Pelapisan Akrilik terhadap Kualitas Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit. Di bawah bimbingan TITO SUCIPTO dan LUTHFI HAKIM.

Untuk mengurangi limbah batang kelapa sawit (BKS) dapat dilakukan dengan mengubah BKS menjadi papan partikel. Salah satu cara meningkatkan kualitas papan partikel adalah dengan perlakuan pelapisan akrilik. Penelitian ini mengevaluasi kadar akrilik terbaik dalam peningkatan kualitas papan partikel limbah batang kelapa sawit dengan isosianat sebagai perekat. Papan dibuat berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm dengan kerapatan target 0,7 g/cm3, suhu kempa 160º dan tekanan 25 kgf/cm2 selama 3 menit. Sifat fisis dan mekanis dibandingkan dengan SNI 03-2105-2006. Variasi perlakuan adalah kadar akrilik (0%, 5%, 10%, dan 15%) dengan 3 kali ulangan. Hasil menunjukkan bahwa nilai kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, keteguhan patah, keteguhan elastisitas, dan keteguhan rekat internal ialah berturut-turut 0,46-0,60 g/cm3, 10,52-11,01%, 5,32-55,35%, 2,37-6,40%, 26,45-60,87 kg/cm2, 2619,15-5092,82 kg/cm2 dan 2,28-4,61 kg/cm2. Seluruh nilai hasil pengujian sifat fisis selain nilai kadar air telah memenuhi standar SNI 03-2105-2006. Sebaliknya seluruh nilai hasil pengujian sifat mekanis tidak ada yang memenuhi standar SNI 03-2105-2006. Hasil pengujian menunjukkan papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik memiliki kualitas lebih baik dibanding dengan papan partikel tanpa perlakuan pelapisan akrilik untuk seluruh pengujian sifat fisis selain kadar air. Kadar akrilik terbaik untuk pelapisan papan partikel BKS adalah 15%.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panil kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat menggunakan perekat sintetis atau bahan pengikat lain dan dikempa panas (Maloney, 1993). Papan partikel pada penelitian ini dibuat dari partikel batang kelapa sawit, sebab luas areal perkebunan kelapa sawit yang bertumbuh pesat sementara limbah kelapa sawit belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (2012), luas perkebunan kelapa sawit setiap tahun meningkat yaitu tahun 2010 sebesar 8,39 juta ha, tahun 2011 sebesar 8,91 juta ha, dan meningkat pada tahun 2012 dengan luas sebesar 9,72 juta ha.

Seperti dikemukakan oleh Balfas (2003), batang kelapa sawit (BKS) sebagai salah satu limbah padat dari perkebunan kelapa sawit merupakan bahan berlignoselulosa. Seringkali limbah BKS tersebut dibuang atau dibakar tanpa pengolahan lebih lanjut menjadi sesuatu yang dimanfaatkan dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

(13)

Penelitian tentang pembuatan papan partikel dari limbah sawit dengan isosianat sebagai perekat sudah pernah dilakukan, seperti penelitian Sucipto et al., (2010) yang memperoleh hasil pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel menggunakan perekat isosianat 10% sebagai berikut: nilai daya serap air sebesar 9,27%, nilai pengembangan tebal sebesar 18,54%, nilai modulus elastisitas (MOE) sebesar 17.983 kg/cm2, nilai modulus patah (MOR) sebesar 219,28 kg/cm2, nilai keteguhan rekat internal sebesar 5,06 kg/cm2 dan nilai kuat pegang sekrup sebesar 90,25 kg. Sesuai hasil rekapitulasi sifat fisis dan mekanis, nilai-nilai tersebut sebagian besar memenuhi standar JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-1996.

Namun dari penelitian tersebut, daya serap air dan pengembangan tebal yang dimiliki papan partikel lebih tinggi daripada papan komposit lainnya. Padahal sifat pengembangan tebal papan partikel merupakan salah satu sifat fisis yang akan menentukan suatu papan komposit yang digunakan untuk keperluan interior dan eksterior. Iswanto (2005) menyatakan apabila pengembangan tebal suatu papan komposit tinggi berarti stabilitas dimensi produk tersebut rendah, sehingga produk tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan sifat mekanisnya akan menurun dalam jangka waktu yang tidak lama.

(14)

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dilakukan penelitian berjudul Pengaruh Pelapisan Akrilik terhadap Kualitas Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit. Penelitian ini akan mengevaluasi pengaruh proses pelapisan (coating) akrilik pada papan terhadap kualitas papan partikel limbah batang kelapa sawit. Pelapisan akrilik diharapkan dapat mengurangi daya serap air dan pengembangan tebal papan partikel sehingga meningkatkan kualitasnya.

Tujuan Penelitian

1. Membandingkan kualitas papan partikel tanpa perlakuan pelapisan akrilik dengan papan partikel yang diberi perlakuan pelapisan akrilik.

2. Mengevaluasi pengaruh pelapisan akrilik terhadap kualitas papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan kadar akrilik yang berbeda.

3. Menentukan kadar akrilik terbaik pada kualitas papan partikel dari limbah batang kelapa sawit.

Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan kualitas produk papan komposit dengan menurunkan daya serap air dan pengembangan tebalnya melalui pengaplikasian akrilik.

2. Sebagai alternatif untuk menjadi subtitusi pengganti bahan baku kayu sehingga membantu menurunkan tingkat kerusakan hutan.

Hipotesis Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Menurut Choon et al., (1991) kelapa sawit adalah tumbuhan jenis monokotil yang tidak memiliki kambium, pertumbuhan sekunder, lingkaran tahun, kayu muda dan kayu dewasa, cabang, dan mata kayu. Pertumbuhan dan pertambahan diameter batang berasal dari pembelahan sel secara keseluruhan dan pembesaran sel pada jaringan dasar parenkim, juga berasal dari pembesaran serat dari berkas pembuluh. Secara taksonomi kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut:

Ordo : Palmales Family : Palmaceae Sub family : Palminae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

(16)

Potensi Batang Kelapa Sawit

Dewasa ini, kawasan hutan banyak dikonversikan menjadi perkebunan kelapa sawit yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan dapat berproduksi dalam waktu yang singkat. Lonjakan pembangunan perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab lain terjadinya deforestasi. Sejak tahun 1967 telah ditanam kelapa sawit seluas 105.808 ha dan hingga tahun 2000 tercatat 3.174.726 ha areal perkebunan kelapa sawit dengan laju pertambahan areal 8,5% per tahun sejak 1998-1999 areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai mengalami penurunan. Namun, permintaan kelapa sawit dunia diramalkan meningkat 40,5 juta ton, sebelum tahun 2020. Jika produksi dunia meningkat 20 juta ton sebelum tahun 2020, maka 300.000 ha perkebunan kelapa sawit baru akan perlu dibangun setiap tahunnya sepanjang 20 tahun mendatang (Santoso, 2005).

Potensi limbah BKS di Indonesia sangatlah besar. Pada umumnya, kelapa sawit akan ditebang pada saat peremajaan (replanting). Peremajaan biasanya dilakukan pada umur 25 tahun. Mengingat luas areal perkebunan kelapa sawit terus meningkat, maka luas areal peremajaan juga akan terus meningkat. Berdasarkan penelitian Febrianto dan Bakar (2004) pada umur peremajaan, tinggi batang sawit dapat mencapai 12 m, sehingga bila 1,5 m batang dari pangkal dan 1 m batang dari ujung dikeluarkan, maka dari setiap batang dihasilkan 9,5 m log sawit dengan diameter rata-rata 40 cm. Dengan demikian dari setiap batang peremajaan akan dihasilkan sebanyak 1,193 m3 log sawit. Bila dalam 1 ha ada 140 batang, maka dari setiap ha peremajaan akan dihasilkan 167 m3 log sawit.

(17)

yang mati, sehingga pada saat peremajaan terdapat sekitar 117 pohon tua/ha (Prayitno dan Darnoko, 1994).

Lubis (2008) menjelaskan BKS yang sudah tua dan tidak produktif lagi dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai tinggi. BKS tersebut dapat dibuat sebagai bahan baku pengganti untuk industri kayu dan serat, seperti industri pulp, furniture dan papan partikel karena tingkat ketersediaannya berlimpah sepanjang tahun. Sifat-sifat yang dimiliki BKS tidak berbeda jauh dengan kayu-kayu yang digunakan untuk perabot rumah sehingga berpeluang dimanfaatkan secara luas.

Sifat Fisis dan Mekanis Batang Kelapa Sawit

Kadar air (KA) batang kelapa sawit bervariasi antara 100-500%. Kenaikan KA yang bertahap ini diindikasikan terhadap ketinggian dan kedalaman posisi batang. Kecenderungan kenaikan KA ini dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan distribusi jaringan parenkim. Ketersediaan jaringan parenkim ini akan semakin berlimpah pada bagian puncak batang, bagian luar batang dan pusat batang. Kerapatan batang kelapa sawit berkisar antara 200-600 kg/m3 dan dengan rata-rata 370 kg/m3 (Choon et al., 1991).

(18)

Tabel 1. Perbandingan sifat Elaeis guineensis dengan beberapa jenis kayu

Sumber: Killmann dan Lim (1985) dalam Choon et al., (1991).

Papan Partikel

Maloney (1993), berpendapat bahwa papan partikel adalah salah satu jenis produk komposit/ panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berligniselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan-bahan pengikat lain kemudian dikempa panas. Dibandingkan dengan kayu asalnya, papan partikel mempunyai beberapa kelebihan yaitu :

1. Papan partikel bebas mata kayu, pecah dan retak

2. Ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan

3. Tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan 4. Mempunyai sifat isotropis

5. Sifat dan kualitasnya dapat diatur

(19)

arah tertentu yang kita kehendaki. Hal ini dinamakan talloring properties dan ini adalah salah satu sifat istimewa komposit dibandingkan dengan material konvensional lainnya (Judawisastra, 2003).

Sifat komposit dipelajari dan dianalisa berdasarkan sifat masing-masing komponen. Pada komposit dikenal dua istilah, yaitu matriks (sebagai media) dan pengisi atau komponen penguat (yang ada dan menyatu dengan matriks). Karena hal tersebut, karateristik dari komposit sangat tergantung dari jenis campuran dan sifat-sifat yang dimunculkan. Kedua bahan setelah digabungkan ternyata menunjukkan hasil yang sangat signifikan dan berbeda dengan sifat awalnya. Yang menjadi perhatian pada komposit adalah media yang memperkuat harus mempunyai modulus yang relatif lebih tinggi daripada bahan dasar yang digunakan (Jayanto dan Simanjuntak, 2011).

Menurut Rowell (1998), penggunaan bahan baku produk komposit tidak harus berasal dari bahan baku yang berkualitas tinggi tetapi bahan baku yang digunakan dapat diperoleh dari limbah seiring dengan timbulnya isu lingkungan, kelangkaan sumber bahan baku, penggunaan teknologi dan berbagai faktor lainnya. Bahan baku dengan kualitas yang tinggi maupun rendah tidak menjadi suatu masalah karena papan partikel dapat dibuat sesuai dengan kerapatan yang diinginkan.

Perekat

(20)

gaya valensi, aksi bersikunci, atau keduanya. Gaya valensi adalah gaya tarik-menarik yang dihasilkan dari interaksi atom, ion-ion, dan molekul-molekul yang ada pada perekat dan sirekat. Aksi bersikunci disebut juga sebagai ikatan mekanik, yang berarti permukaan diikat bersama-sama dengan perekat. Perekat menjangkarkan diri pada sirekat selama proses pematangan (solidification) (Vick, 1999).

Perekat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan papan partikel. Pemilihan jenis dan banyaknya perekat yang dibutuhkan sangat penting untuk diperhatikan. Menurut Dumanaw (1993), jenis perekat tergantung dari jenis papan partikel yang akan dibuat.

(21)

Perekat Isosianat

Isosianat dikenal sebagai diphenylmethane di-isocyanate (MDI) biasanya digunakan dalam pembuatan produk papan komposit. MDI secara utama digunakan dalam pembuatan oriented strands board (OSB). Perekat ini dipilih berdasarkan pada kesesuaiannya untuk produk khusus dengan pertimbangan bahan-bahan yang direkatkan, kadar air saat perekatan, sifat mekanis, dan ketahanannya, serta biayanya (Vick, 1999).

Menurut Taki et al., (1994), perekat isosianat dapat digunakan, baik untuk proses kempa panas maupun kempa dingin. Perekat API (aqueous polymer isocyanate) pada dasarnya terdiri atas polimer larut air dan emulsi, yaitu poli vinil alkohol (PVOH) dan emulsi lateks seperti SBR (styrene butadiene rubber), dan lain-lain, dengan senyawa isosianat sebagai crosslinking agent. Perekat polisosianat ini mempunyai sifat daya rekat yang baik pada suhu ruang dan sangat tahan terhadap air panas atau air mendidih serta bersifat ramah lingkungan.

(22)

Akrilik

Akrilik termasuk salah satu resin atau binder yang menggunakan air sebagai pelarutnya. Wisno (2012) menyatakan bahwa resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat. Resin berfungsi merekatkan komponen-komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan pada permukaan suatu bahan (membentuk film). Resin pada dasarnya adalah polimer yang berbentuk cair, bersifat lengket dan kental pada temperatur ruang (atau temperatur aplikasi). Ada banyak jenis resin, seperti: minyak alami, selulosa nitro, poliester, melamin, akrilik, epoksi, poliuretan, silikon, fluorokarbon, vinil, selulosa, dan lain-lain.

Menurut Wisno (2012), setiap jenis resin mempunyai banyak sekali tipe dan turunannya bahkan kombinasi antara satu resin dengan resin yang lain juga menambah pembendaharaan jenis resin baru. Daya tahan, kekuatan dan karakter cat secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh jenis resin yang dipakai. Pemilihan resin yang dipakai sangat dipengaruhi oleh banyak pertimbangan diantaranya sebagai berikut:

1. Pemakaian

Jika akan digunakan dengan kuas maka sebaiknya dipakai resin yang secara alami encer dan agak lambat keringnya. Resin yang cocok adalah alkyd dengan kadar oil yang cukup banyak (alkyd long oil). Resin dengan kekentalan tinggi dan cepat kering sangat tidak cocok dipakai untuk pemakaian dengan spray pada permukaan vertikal.

2. Kekuatan

(23)

kekuatan tinggi terhadap kimia, gesekan, benturan, dan untuk pemakaian dalam ruangan atau interior, maka resin epoksi adalah jawabannya.

3. Pertimbangan-pertimbangan lain

Seperti ongkos atau harga, substrat atau permukaan bahan yang akan dicat, lingkungan (berair, kering, korosif), dan lain-lain.

Akrilik merupakan salah satu bahan wood filler (pengisi). Menurut Allen (2006), wood filler dibuat dari bahan utama berupa bulking agent, resin, dan pelarut. Bulking agent adalah bahan yang mempunyai penyusutan yang sangat kecil, yang banyak dipakai adalah sejenis ground silica yang digiling sangat halus. Bahan ini berfungsi untuk mengisi pori-pori dan serat kayu. Resin adalah bahan yang berfungsi sebagai binder (pengikat) supaya woodfiller tersebut dapat bersatu dan membentuk padatan yang solid. Jenis resin yang digunakan untuk binder ini akan menentukan sifat-sifat utama dari woodfiller seperti waktu pengeringan, thinner (pelarut) yang bisa digunakan, aplikasi yang bisa dilakukan, dll. Beberapa resin yang banyak dipakai adalah: minyak, pernis, akrilik, dan uretan.

(24)

Karena itu maka produk-produk waterbased saat ini mempunyai performa yang lebih baik.

(25)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Workshop Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Pengujian sifat fisis dan mekanis contoh uji papan partikel dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Agustus 2014 hingga bulan Desember 2014.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chainsaw, oven, timbangan, kertas saring, mesin hot press, mesin serut, mesin penggiling, caliper, saringan partikel ukuran 20 mesh, teflon sheet, kalkulator, wadah plastik, penggaris, spidol, label, plat seng, cutter, plat besi, gergaji, cetakan, rotary blender, sprayer gun, kape, terpal, kamera digital, dan UTM (Universal Testing Machine). Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah partikel batang kelapa sawit (BKS), aquades, perekat isosianat, dan akrilik.

Prosedur Penelitian 1. Persiapan Bahan Baku

(26)

digiling dengan menggunakan mesin penggiling. Setelah itu partikel disaring dengan ukuran 20 mesh. Ukuran tersebut merupakan ukuran partikel terbaik untuk dijadikan sebagai bahan baku papan partikel mengacu kepada penelitian Tarigan (2014) yang menyimpulkan bahwa ukuran partikel 20 mesh memberikan nilai yang lebih baik dalam rekapitulasi kualitas papan partikel BKS dibandingkan dengan ukuran partikel 35 mesh atau 50 mesh. Kemudian partikel dikeringkan dalam oven hingga mencapai KA ±5%. KA dapat diketahui dengan alat pengukur moisture-meter atau gravimetri.

2. Pengadonan (blending)

Partikel dicampurkan dengan perekat isosianat. Kadar perekat isosianat yang digunakan adalah 10% berdasarkan berat kering oven partikel. Penelitian Sucipto et al., (2010) menyimpulkan pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel menggunakan perekat isosianat dengan kadar 10% sebagian besar memenuhi standar JIS A 5908-2003 dan SNI 03-2105-1996 yaitu pengembangan tebal, MOR, keteguhan rekat internal, kuat pegang sekrup. Kebutuhan partikel kayu dan perekat yang digunakan untuk pembuatan sebuah papan partikel tergantung pada perlakuan yang dilakukan dan kerapatan

(27)

3. Pembentukan lembaran (mat forming)

Adonan selanjutnya dimasukkan ke dalam alat pencetak lembaran. Pembentukan lembaran dilakukan dengan menggunakan alat pencetak lembaran 25 cm x 25 cm x 15 cm. Pembentukan lembaran bertujuan untuk memberikan bentuk lembaran yang seragam sehingga dapat diperoleh lembaran yang homogen pada arah melintang luas papan.

4. Pengempaan panas (hot pressing)

Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan Sucipto et al., (2012) yang menyimpulkan bahwa kondisi terbaik dalam pengempaan papan partikel berbasis limbah batang kelapa sawit dengan perekat isosianat dicapai pada suhu 160º C selama 3 menit. Pengempaan dilakukan dengan menggunakan kempa panas (hot press) dengan tekanan 25 kgf/cm2 hingga mencapai ketebalan 1 cm. 5. Pengkondisian (conditioning)

Papan yang baru dibentuk didinginkan terlebih dahulu sebelum ditumpuk. Penumpukan papan partikel dalam keadaan panas akan menghambat proses pendinginannya dan memberikan efek negatif terhadap papan itu sendiri, seperti pewarnaan, terlepasnya partikel-partikel lapisan permukaan pada saat pengamplasan dan menurunkan kekuatan. Pengkondisian dilakukan untuk menyeragamkan kadar air dan menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk selama proses pengempaan panas selama 7 hari pada suhu kamar. Selain itu pengkondisian dimaksudkan agar kadar air mencapai kesetimbangan.

6. Pelapisan akrilik

(28)

divariasikan berdasarkan berat partikel. Perbedaan kadar akrilik yang diberikan adalah 0%, 5%, 10%, dan 15% dari berat partikel. Untuk setiap kadar akrilik, kebutuhan akrilik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan akrilik pada setiap variasi kadar

No. Kadar Akrilik (%) Berat Partikel (g) Kebutuhan Akrilik (g)

1 0 461 0

2 5 461 23,05

3 10 461 46,10

4 15 461 69,15

Pelapisan dilakukan dengan menggunakan kape hingga lapisan akrilik menutupi seluruh bagian dan pori-pori papan partikel. Papan partikel yang telah dilapisi dengan akrilik secara merata kemudian dikondisikan kembali hingga akrilik mongering selama 7 hari.

7. Pemotongan contoh uji

(29)

Gambar 1. Pola pemotongan permukaan contoh uji untuk pengujian Keterangan:

A = Contoh uji untuk pengujian MOR dan MOE (5 cm x 20 cm)

B = Contoh uji untuk pengujian daya serap air dan pengembangan tebal (5 cm x 5 cm)

C = Contoh uji untuk pengujian keteguhan rekat internal (5 cm x 5 cm) D = Contoh uji untuk pengujian kadar air dan kerapatan (10 cm x 10 cm)

D

C

B

(30)

Proses penelitian secara singkat disajikan pada Gambar 2. Batang Kelapa Sawit (BKS)

BKS ditebang dan dibentuk menjadi balok

Balok BKS diserut menjadi ukuran partikel dengan mesin planer

Partikel dihaluskan dengan menggunakan mesin penggiling

Partikel disaring menjadi ukuran 20 mesh

Partikel dikeringkan dalam oven (KA ± 5%)

Partikel dicampur dengan perekat isosianat 10% di dalam rotary blender

Adonan dicetak membentuk papan berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm

(ρ = 0,7 g/cm3 )

Papan dikempa dengan mesin hot press selama 3 menit dengan suhu 160° C dan tekanan 25 kgf/cm2

Papan yang telah jadi dikondisikan selama 7 hari

Papan partikel dilapisi dengan akrilik menggunakan kuas, dengan kadar akrilik masing-masing 0%, 5%, 10% dan 15%

Papan partikel dengan pelapisan akrilik dikondisikan kembali hingga 7 hari

Papan partikel atau contoh uji dipotong dan diuji kualitasnya

Gambar 2. Bagan alir penelitian Pengujian sifat fisis (kerapatan,

kadar air, daya serap air, pengembangan tebal) berdasarkan SNI-03-2105-2006

(31)

Pengujian sifat fisis 1. Kerapatan

Kerapatan papan komposit berdasarkan berat dan volume kering udara dengan ukuran contoh uji 10 cm x 10 cm. Prosedur pengujian kerapatan contoh uji dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur dimensi contoh uji untuk memperoleh nilai volume contoh uji kering udara. Dimensi yang diukur meliputi panjang, lebar dan tebal contoh uji. Contoh uji diukur panjangnya pada kedua sisi lebarnya, 25 mm dari tepi dengan ketelitian 0,1 mm. Kemudian contoh uji diukur lebarnya pada kedua sisi panjangnya, 25 mm dari tepi dengan ketelitian 0,1 mm. Pengukuran tebal dilakukan pada keempat sudutnya, 25 mm dari sudutnya (pada titik persilangan pengukuran panjang dan lebar) dengan ketelitian 0,05 mm.

Gambar 3. Pengukuran dimensi contoh uji papan partikel menggunakan kaliper.

(32)

ρ= M V

Keterangan:

ρ = kerapatan (g/cm3)

M = berat contoh uji kering udara (gram) V = volume contoh uji kering udara (cm3) 2. Kadar air

Kadar air papan komposit dihitung dari berat awal dan berat akhir setelah mengalami pengeringan oven. Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm. Prosedur pengujian kadar air dilakukan dengan terlebih dahulu menimbang contoh uji untuk mengetahui berat awal dengan ketelitian hingga 0,1 gram. Lalu contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2°C selama 24 jam. Kemudian dimasukkan contoh uji ke dalam desikator, lalu ditimbang kembali untuk mengetahui berat akhir contoh uji setelah pengeringan. Kegiatan ini diulang dengan selang 6 jam sampai beratnya tetap (berat kering mutlak), yaitu bila perbedaan beratnya maksimum 0,1%. Selanjutnya kadar air papan dihitung dengan menggunakan rumus:

KA (%) =BA−BB

BB × 100%

Keterangan:

KA = kadar air (%)

BA = berat awal contoh uji (gram)

BB = berat tetap contoh uji setelah pengeringan (gram) 3. Daya serap air

(33)

contoh uji ditiriskan untuk menghitung daya serap airnya, lalu dilakukan perendaman untuk 24 jam dengan menggunakan contoh uji yang sama selama selama 22 jam. Besarnya daya serap air papan dihitung berdasarkan rumus:

DSA (%) =B2−B1

B1 × 100%

Keterangan:

DSA = daya serap air (%)

B1 = berat contoh uji sebelum perendaman (gram)

B2 = berat contoh uji setelah perendaman 2 jam / 24 jam (gram) 4. Pengembangan Tebal

Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm. Perhitungan pengembangan tebal didasarkan pada selisih tebal sebelum (T1) dan setelah perendaman (T2) dengan air dingin selama 2 jam kemudian diukur pengembangan tebal contoh uji, dan selama 24 jam kemudian diukur pengembangan tebal contoh uji. Nilai pengembangan tebal dihitung dengan rumus:

PT (%) = T1 = berat sebelum perendaman (g) T2 = berat setelah perendaman (g)

Pengujian sifat mekanis 1. Modulus patah (MOR)

(34)

dibentangkan dengan pembebanan dilakukan di tengah-tengah jarak sangga. Kecepatan pembebanan sebesar 10 mm/menit yang selanjutnya diukur besarnya beban yang dapat ditahan oleh contoh uji tersebut sampai batas proporsi. Pola pembebanan dalam pengujian disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengujian MOR dan MOE Keterangan :

P = posisi dan arah pembebanan L = panjang bentangan contoh uji (cm)

Nilai MOR papan komposit dihitung dengan rumus:

MOR = 3PL 2bh2

Keterangan:

MOR = modulus patah (kgf/cm2) P = beban maksimum (kgf) L = jarak sangga (15 cm) b = lebar contoh uji (cm) h = tebal contoh uji (cm) 2. Modulus lentur (MOE)

(35)

Gambar 5. Pengujian MOR dan MOE menggunakan universal testing machine (UTM)

Nilai modulus lentur (MOE) dihitung dengan menggunakan rumus:

MOE = PL 3

4Y�ℎ3

Keterangan:

MOE = modulus lentur (kgf/cm2)

P = beban sebelum batas proporsi (kgf) L = jarak sangga (cm)

Y = lenturan pada beban P (cm) b = lebar contoh uji (cm) h = tebal contoh uji (cm)

3. Keteguhan rekat internal

(36)

Gambar 6. Pengujian keteguhan rekat internal (internal bond)

Keteguhan rekat internal tersebut dihitung dengan menggunakan rumus :

IB = ���� A

A = P x L Keterangan:

IB = keteguhan rekat internal (kg/cm2) Pmax = beban maksimum yang bekerja (kg) A = luas permukaan contoh uji (cm2) P = panjang contoh uji (cm)

L = lebar contoh uji (cm)

Hasil penelitian sifat fisis dan mekanis papan partikel dibandingkan dengan standar SNI 03-2105-2006 dengan persyaratan yang ditetapkan. Adapun persyaratan yang ditetapkan oleh SNI 03-2105-2006 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Sifat fisis dan mekanis papan partikel berdasarkan SNI 03-2105-2006

No Sifat fisis dan mekanis SNI 03-2105-2006

1 Kerapatan (g/cm3) 0,4-0,9

2 Kadar air (%) ≤ 14

3 Daya serap air (%) -

4 Pengembangan tebal (%) ≤ 12

5 MOR (kg/cm2) ≥82

6 MOE (kg/cm2) ≥20.400

(37)

Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh pelapisan (coating) menggunakan akrilik dengan beberapa kadar akrilik terhadap kualitas papan partikel, maka dilakukan analisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal. Kadar akrilik yang diaplikasikan dalam proses pelapisan papan partikel menggunakan 4 taraf perlakuan yaitu kadar 0%, 5%, 10%, dan 15%. Jumlah ulangan pada penelitian ini adalah 3 ulangan dan jumlah papan yang dibuat yaitu 12 papan contoh uji.

Model statistik dari rancangan percobaan ini adalah:

Yij = μ + τi + εij

Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan pada kadar akrilik ke-i dan ulangan ke-j

μ = rataan umum

τi = pengaruh kadar akrilik ke-i

εij = pengaruh acak (galat) pada perlakuan kadar akrilik ke-i dan ulangan ke-j Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 = tingkat kadar akrilik tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.

H1 = tingkat kadar akrilik memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.

(38)
(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisis Papan Partikel

Sifat fisis papan komposit adalah sifat yang tidak berhubungan dengan pengaruh gaya dari luar. Sifat fisis pada dasarnya sangat penting untuk diketahui karena memiliki pengaruh besar terhadap kekuatan dan tampilan papan yang digunakan. Ada 4 sifat yang termasuk sifat fisis, yaitu kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal.

Kerapatan

Kerapatan papan didefinisikan sebagai massa atau berat per satuan volume (Haygreen dan Bowyer, 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,46 – 0,60 g/cm3. Hasil kerapatan rata-rata papan partikel disajikan pada Gambar 7 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

SNI 03-

SNI-03-2015-2006

ρ 0,4 – 0,9 g/cm3

Gambar 7. Kerapatan papan partikel BKS

(40)

Berdasarkan Gambar 7 nilai kerapatan papan partikel BKS yang dihasilkan cukup bervariasi. Nilai rata-rata kerapatan papan partikel yang didapat paling tinggi adalah 0,60 g/cm3 diperoleh dari perlakuan kadar akrilik 15% dan nilai kerapatan yang paling rendah adalah 0,46 g/cm3 yang diperoleh pada perlakuan kadar akrilik 0%.

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa nilai kerapatan papan partikel BKS meningkat seiring dengan bertambahnya kadar akrilik yang diaplikasikan pada permukaan contoh uji. Kemampuan akrilik memasuki dan mengisi pori-pori atau celah kosong antar partikel pada papan partikel BKS meningkatkan nilai kerapatan papan partikel BKS seiring dengan peningkatan kadar akrilik yang diaplikasikan. Akrilik merupakan salah satu bahan wood filler. Menurut Allen (2006), wood filler dibuat dari bahan utama berupa bulking agent, resin, dan pelarut. Bulking agent adalah bahan yang mempunyai penyusutan yang sangat kecil, yang banyak dipakai adalah sejenis ground silica yang digiling sangat halus. Bahan ini berfungsi untuk mengisi pori-pori dan serat kayu.

Penambahan akrilik akan menambah berat papan partikel BKS, sementara volumenya relatif tetap. Berat berbanding lurus dengan kerapatan, sehingga meningkatnya berat papan sementara volumenya relatif tetap akan meningkatkan kerapatannya.

(41)

dalam berkisar antara 0,28-0,35 g/cm3. Sifat batang kelapa sawit bagian dalam ini mempengaruhi kerapatan partikel yang digunakan sebagai bahan baku. Hal ini menyebabkan kerapatan papan akhir yang dihasilkan sulit mencapai kerapatan target.

Secara keseluruhan tidak satupun kerapatan papan yang dihasilkan mencapai kerapatan target. Target awal kerapatan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah 0,7 g/cm3, namun hasil yang didapat lebih rendah dari kerapatan target yaitu antara 0,46 g/cm3 sampai dengan 0,60 g/cm3. Tidak sesuainya kerapatan yang didapat dengan kerapatan target diduga disebabkan oleh kondisi spring back, yaitu aksi partikel dalam komposit untuk kembali ke keadaan semula setelah tekanan kempa dihilangkan selama masa pengkondisian. Adanya gejala spring back akan menyebabkan peningkatan tebal papan partikel. Spring back yang terjadi pada papan partikel BKS yang dihasilkan cukup besar. Besarnya spring back yang terjadi menyebabkan dimensi papan partikel menjadi tidak stabil, volume papan partikel yang semakin besar sementara beratnya tetap.

(42)

tidak meratanya pendistribusian partikel dan perekat pada pembentukan lembaran dalam cetakan.

Penelitian Muslim et al., (2013) membahas peningkatan kualitas papan komposit limbah batang kelapa sawit (Elaeis guieneensis Jacq.) dengan berbagai water repellent berbahan dasar akrilik memperoleh nilai kerapatan berkisar antara 0,78-0,82 g/cm3. Bila dibandingkan, penelitian papan partikel BKS memperoleh nilai kerapatan yang lebih rendah yaitu berkisar antara 0,46-0,59 g/cm3. Hal ini diduga akibat faktor perbedaan nilai kerapatan dari bahan baku yang digunakan. Penelitian Muslim et al., (2013) menggunakan vascular bundle dari kelapa sawit sebagai bahan baku papan partikel yang memiliki nilai kerapatan lebih tinggi. Sedangkan penelitian ini menggunakan bagian dalam batang kelapa sawit. Erwinsyah (2004) mengemukakan bahwa pada bagian inti dari struktur dan anatomi kelapa sawit yang paling dominan adalah jaringan dasar parenkim sehingga memiliki kerapatan yang rendah. Pada daerah pinggir dekat kulit penyusun utamanya adalah berkas pengangkut yang terselimuti oleh serabut berdinding tebal atau vascular bundle sehingga nilai rapat massanya lebih tinggi. Kerapatan bahan baku juga menentukan kerapatan akhir papan partikel.

Berdasarkan Gambar 7 semua papan yang dihasilkan memiliki nilai kerapatan yang sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan SNI 03-2015-2006 nilai kerapatan yang disyaratkan adalah 0,4-0,9 g/cm3, sedangkan nilai kerapatan papan yang dihasilkan berkisar antara 0,46-0,59 g/cm3. Hal ini berarti seluruh papan yang dihasilkan sudah memenuhi standar SNI.

(43)

1. Papan partikel berkerapatan rendah (low density particleboard), yaitu papan yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4 g/cm3.

2. Papan partikel berkerapatan sedang (medium density particleboard), yaitu papan yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4-0,9 g/cm3.

3. Papan partikel berkerapatan tinggi (high density particleboard), yaitu papan yang mempunyai kerapatan lebih 0,8 g/cm3.

Berdasarkan data ini maka secara keseluruhan papan partikel yang dihasilkan merupakan papan partikel berkerapatan sedang yaitu 0,46-0,59 g/cm3.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar akrilik pada pelapisan papan partikel berpengaruh nyata terhadap kerapatan papan partikel BKS (Lampiran 6). Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa nilai rata-rata kerapatan papan partikel perlakuan kadar akrilik 0% tidak berbeda nyata dengan perlakuan kadar akrilik 5%. Namun nilai rata-rata kerapatan papan partikel perlakuan pelapisan akrilik berkadar 5% berbeda nyata dengan perlakuan kadar akrilik 10%. Sedangkan nilai rata-rata kerapatan papan partikel perlakuan kadar akrilik 10% tidak berbeda nyata dengan perlakuan kadar akrilik 15%. Dengan demikian pada pengujian kerapatan papan partikel BKS terbaik adalah papan partikel dengan kadar akrilik 10% (Lampiran 6).

Kadar Air

(44)

Gambar 8. Kadar air papan partikel BKS

Berdasarkan Gambar 8 nilai kadar air papan partikel BKS yang dihasilkan cukup bervariasi. Nilai rata-rata kerapatan papan partikel yang didapat paling tinggi adalah 11,01% diperoleh dari perlakuan kadar akrilik 15% dan nilai kerapatan yang paling rendah adalah 10,52% yang diperoleh pada perlakuan kadar akrilik 5%.

Kadar air papan partikel BKS mengalami penurunan dan peningkatan selama proses pengempaan hingga pengkondisiannya. Pada awalnya, partikel BKS dikeringkan dalam oven hingga mencapai kadar air target yaitu sebesar 5%. Kemudian partikel BKS dikempa hingga membentuk papan partikel. Selama proses pengempaan, kadar air mengalami penurunan akibat panas yang dihasilkan oleh mesin kempa menguapkan sebagian kandungan air dalam papan. Setelah itu papan dikondisikan selama 1 minggu. Selama proses pengkondisian papan beradaptasi dengan suhu lingkungan dengan cara menyerap sebagian uap air dari

(45)

lingkungan sekitar sehingga meningkatkan kadar air hingga menuju kadar air kesetimbangan yaitu 12-15%.

Papan partikel diuji kadar airnya dari hasil perhitungan berat awal dan berat akhir setelah mengalami pengeringan oven selama 24 jam. Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa dibandingkan dengan kadar air bahan baku BKS (±5%) nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan cukup tinggi. Hal ini diduga disebabkan oleh BKS yang bersifat higroskopis yang berarti BKS dapat menyerap dan melepaskan air, sehingga kadar air pada papan partikel akan dipengaruhi oleh kondisi kadar air lingkungan. Adanya penyerapan air tersebut dikarenakan papan partikel mengandung bahan lignoselulosa yang bersifat higroskopis yang akan menyerap air dari lingkungannya. Muin et al., (2010) menyatakan pada lingkungan yang mengandung uap air, kayu akan menyerap uap air sampai kadar air kesetimbangan dengan lingkungannya. Lebih lanjut Widarman (1977) dalam Putra (2011) menyatakan bahwa kadar air papan komposit sangat tergantung pada kondisi udara di sekitarnya, karena bahan baku komposit adalah bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa yang bersifat higroskopis.

Pelapisan akrilik pada permukaan papan partikel akan menutup papan sehingga air yang terdapat di dalam papan stabil, artinya tidak ada air dari papan yang keluar dan tidak ada uap air yang masuk ke dalam air. Akrilik akan mengisi ruang di pori-pori pada permukaan papan sehingga tidak memungkinkan air memasuki celah atau pori-pori kayu.

(46)

berkisar antara 10,52%-11,01%. Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai kadar air papan partikel BKS yang dihasilkan sudah memenuhi standar.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pelapisan akrilik pada papan partikel BKS tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air yang dihasilkan (Lampiran 6). Peningkatan kadar akrilik yang diaplikasikan tidak diikuti dengan peningkatan ataupun penurunan secara signifikan nilai kadar air yang diperoleh.

Daya Serap Air

Pengukuran daya serap air (DSA) setiap 2 jam dan 24 jam dilakukan untuk mengetahui pertambahan nilai DSA papan partikel BKS yang dihasilkan. Hasil rekapitulasi rata-rata nilai daya serap air papan partikel BKS selama 2 jam dan 24 jam disajikan pada Gambar 9 serta data selengkapnya pada Lampiran 3.

Gambar 9. Daya serap air papan partikel BKS

Nilai daya serap air tertinggi pada perendaman 2 jam adalah 19,32% yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 0% sedangkan nilai daya serap air yang terendah adalah 1,14% yaitu pada papan partikel dengan

(47)

perlakuan pelapisan akrilik berkadar 15%. Nilai daya serap air tertinggi pada perendaman 24 jam adalah 55,35% yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 0% sedangkan nilai daya serap airnya yang paling rendah adalah 5,32% yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 15%.

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat nilai DSA pada contoh uji yang tidak diberi perlakuan pelapisan akrilik cenderung lebih tinggi, sedangkan pada contoh uji yang dilapisi dengan akrilik cenderung lebih rendah. Peningkatan kadar akrilik yang diberikan menghasilkan nilai DSA yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pelapisan akrilik memberikan pengaruh terhadap nilai DSA yang lebih kecil, baik pada perendaman selama 2 jam maupun pada perendaman selama 24 jam. Pelapisan akrilik yang merupakan penambahan bahan aditif pada lapisan luar atau permukaan papan partikel dapat berfungsi sebagai penahan air. Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) ada beberapa bahan aditif yang dapat ditambahkan pada papan komposit dan yang paling banyak digunakan adalah wax. Penambahan bahan aditif dapat meningkatkan tingkat resistensi papan partikel terhadap serangan air.

(48)

Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan bahwa selulosa yang terdapat pada filler papan partikel itu mampu menyerap air saat proses perendaman papan partikel dalam air dikarenakan adanya gaya adsorbsi yang merupakan gaya tarik molekul air pada ikatan hidrogen yang terdapat dalam selulosa tersebut. Sehingga semakin tinggi kerapatan papan partikel, maka ikatan antar partikel akan semakin kompak dan menyebabkan rongga udara dalam lembaran papan akan semakin kecil. Keadaan tersebut akan meyebabkan air menjadi sulit untuk mengisi rongga pada papan partikel tersebut sehingga semakin kecil daya serap air papan partikel, maka stabilitas papan tersebut semakin baik, demikian pula sebaliknya.

(49)

Faktor lain yang mempengaruhi nilai DSA adalah ukuran partikel. Seperti diungkapkan Daulay (2014) bahwa semakin kecil ukuran partikel, maka daya serap air semakin tinggi. Hal ini terjadi karena semakin kecil karena semakin kecil ukuran partikel maka papan yang dihasilkan menjadi kurang padat. Penelitian ini menggunakan bahan baku partikel batang kelapa sawit berukuran 20 mesh. Ukuran partikel yang kecil menyebabkan ikatan antar partikel satu sama lain menjadi berkurang, sehingga menghasilkan papan partikel yang kurang padat dan lebih renggang. Kerenggangan antar partikel ini menghasilkan rongga di antara pori-pori yang memungkinkan diisi oleh air.

Selain itu, lembaran papan yang tidak padat akan membuat air yang masuk ke dalam papan menjadi lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roza (2009) bahwa papan partikel sangat mudah menyerap air pada arah tebal terutama pada keadaan basah dan suhu udara yang lembab.

Standar SNI 03-2105-2006 tidak mensyaratkan nilai daya serap air, akan tetapi pengujian ini dilakukan sebagai dasar pertimbangan penggunaan dari papan partikel dari BKS ini, apakah layak digunakan untuk penggunaan eksterior (luar ruangan) atau interior (dalam ruangan). Berdasarkan hasil pengujian, dapat dilihat bahwa nilai daya serap air yang dihasilkan pada papan yang dilapisi dengan akrilik berkadar 15% adalah cenderung rendah, sehingga papan partikel ini dapat direkomendasikan untuk keperluan eksterior maupun interior.

(50)

partikel perlakuan kadar akrilik 5%, 10%, dan 15% berbeda nyata dengan perlakuan kadar akrilik 0%. Nilai rata-rata DSA perendaman 2 jam papan partikel perlakuan pelapisan akrilik berkadar 5% tidak berbeda nyata dengan perlakuan kadar akrilik 10%, namun berbeda nyata dengan perlakuan kadar akrilik 15%. Dengan demikian pada perendaman 2 jam papan partikel terbaik adalah papan partikel dengan kadar akrilik 15% (Lampiran 6).

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar akrilik pada pelapisan papan partikel berpengaruh nyata terhadap daya serap air dengan perendaman selama 2 jam (Lampiran 6). Berdasarkan hasil uji Duncan nilai rata-rata DSA perendaman 24 jam papan partikel perlakuan kadar akrilik 5%, 10% dan 15% berbeda nyata dengan papan partikel perlakuan kadar akrilik 0%. Nilai rata-rata DSA perendaman 24 jam papan partikel perlakuan kadar akrilik 5% berbeda nyata dengan papan partikel perlakuan kadar akrilik 10%. Demikian juga dengan perlakuan kadar akrilik 10% berbeda nyata dengan papan partikel perlakuan kadar akrilik 15%. Dengan demikian pada perendaman 24 jam papan partikel terbaik adalah papan partikel dengan perlakuan kadar akrilik 15% (Lampiran 6).

Pengembangan Tebal

(51)

Gambar 10 dan data nilai pengukuran pengembangan tebal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 10. Pengembangan tebal papan partikel BKS

Nilai pengembangan tebal tertinggi pada perendaman 2 jam adalah 3,79% yaitu papan dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 0%, sedangkan nilai pengembangan tebal terendah 0,79% yaitu pada papan dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 15%. Nilai pengembangan tebal tertinggi pada perendaman 24 jam adalah 6,40% yaitu papan dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 0%, sementara nilai pengembangan tebal terendah adalah 2,37% yaitu pada papan dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 12%.

Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa pengembangan tebal papan partikel pada perendaman 24 jam secara umum lebih tinggi dibanding dengan pengembangan tebal pada perendaman 2 jam. Nilai pengembangan tebal ini berkaitan dengan adanya penyerapan air oleh papan partikel. Pada perendaman 2 jam air akan terlebih dahulu merusak ikatan-ikatan antar perekat dan partikel sehingga semakin lama maka ikatan perekat dan partikel akan semakin rusak.

(52)

Papan partikel yang menyerap air akan mengalami perubahan dimensi. Semakin banyak air yang diserap maka semakin besar perubahan dimensi yang terjadi. Hal ini menyebabkan pengembangan tebal pada perendaman 24 jam lebih tinggi. Riyadi (2004) dalam Iswanto et al., (2007) mengemukakan bahwa pengembangan tebal diduga ada hubungannya dengan absorbsi air, karena semakin banyak air yang diserap dan memasuki struktur serat maka semakin besar perubahan dimensi yang dihasilkan.

Gambar 10 menunjukkan bahwa secara umum semakin tinggi kadar akrilik yang digunakan maka nilai pengembangan tebal papan partikel akan semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pelapisan akrilik dapat menurunkan nilai pengembangan tebal pada papan partikel BKS. Akrilik yang diaplikasikan dapat menurunkan nilai pengembangan tebal pada papan partikel BKS karena sifat akrilik yang dapat mengisi ruang atau pori-pori antar partikel dan dapat melapisi permukaan papan partikel BKS secara sempurna, sehingga jumlah molekul air yang dapat memasuki pori-pori papan dan mempengaruhi dimensi papan terhitung rendah. Sesuai dengan pendapat Allen (2006) yang mengklasifikasikan akrilik sebagai salah wood filler. Wood filler dibuat dari bahan utama berupa bulking agent, resin, dan pelarut. Bulking agent adalah bahan yang mempunyai penyusutan yang sangat kecil, yang banyak dipakai adalah sejenis ground silica yang digiling sangat halus. Bahan ini berfungsi untuk mengisi pori-pori dan serat kayu.

(53)

perendaman 24 jam berkisar antara 2,37%-6,40%. Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai kadar air papan partikel BKS yang dihasilkan sudah memenuhi standar.

Tujuan dari pengukuran pengembangan tebal ini adalah untuk mengetahui penggunaan papan yang dihasilkan diperuntukkan pada penggunaan interior atau eksterior. Faktor cuaca dan lingkungan yang ekstrim akan sangat mempengaruhi papan selama penggunaan. Penggunaan produk tanpa memperhatikan ketahanan papan terhadap air akan sangat merugikan. Iswanto (2002) juga menjelaskan sifat pengembangan tebal papan partikel merupakan salah satu sifat fisis yang akan menentukan suatu papan partikel dapat digunakan untuk keperluan interior atau eksterior. Penggunaan eksterior membutuhkan stabilitas dimensi yang tinggi yaitu nilai pengembangan tebal yang rendah, sedangkan penggunaan interior tidak mutlak membutuhkan stabilitas dimensi yang tinggi dengan kata lain nilai pengembangan tebal tidak harus rendah. Bila dilihat dari hasil pengujian pengembangan tebal, papan partikel yang dilapisi akrilik terutama dengan taraf tertinggi yaitu 15%, dapat digunakan untuk keperluan eksterior mengingat stabilitas dimensinya yang cukup tinggi.

(54)

nilai PT yang dihasilkan dari perbedaan kadar akrilik yang diberikan tidak signifikan. Perlakuan kadar akrilik 5%, 10% tidak berbeda nyata dengan perlakuan kadar akrilik 15%.

Hasil analisis keragaman papan partikel menunjukkan bahwa pada perendaman 24 jam perlakuan pelapisan akrilik dengan kadar berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai pengembangan tebal papan partikel (Lampiran 6). Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perbedaan nilai pengembangan tebal papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik dengan papan partikel BKS yang tidak diberi perlakuan pelapisan akrilik adalah signifikan. Perlakuan kadar akrilik 5%, 10% dan 15% berbeda nyata dengan tidak diberi perlakuan pelapisan akrilik. Nilai PT yang dihasilkan dari perbedaan kadar akrilik yang diberikan juga signifikan. Perlakuan kadar akrilik 5% berbeda nyata dengan perlakuan kadar akrilik 10% dan berbeda nyata juga dengan perlakuan kadar akrilik 15%. Sehingga dapat disimpulkan perlakuan pelapisan akrilik yang direkomendasikan adalah perlakuan kadar akrilik 15%.

(55)

Sifat Mekanis Papan Partikel

Sifat mekanis papan komposit adalah sifat yang berhubungan dengan pengaruh gaya luar. Sifat mekanis papan partikel meliputi keteguhan patah, keteguhan lentur dan keteguhan rekat internal.

Keteguhan Patah (Modulus of Rupture)

Hasil rata-rata keteguhan patah (MOR) papan partikel berkisar antara 26,45-60,87 kg/cm2. Rekapitulasi rata-rata nilai MOR papan partikel BKS disajikan pada Gambar 12. dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 12. Keteguhan patah papan partikel BKS

Nilai MOR tertinggi adalah sebesar 60,87 kg/cm2 yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 5%. Nilai MOR terendah adalah sebesar 26,45 kg/cm2 yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 15%.

Nilai kerapatan papan partikel mempengaruhi nilai MOR papan partikel. Nilai rata-rata kerapatan papan partikel yang diperoleh berkisar antara 0,46%-0,60%. Peningkatan kerapatan papan partikel akan diimbangi dengan peningkatan

(56)

MOR papan partikel. Wulandari (2012) menjelaskan bahwa semakin tinggi kerapatan papan partikel yang dihasilkan maka sifat keteguhan patah (MOR) papan partikel juga akan semakin tinggi. Namun pada penelitian ini peningkatan nilai kerapatan tidak sejalan dengan nilai MOR papan partikel. Nilai MOR papan partikel cenderung acak. Diduga hal ini disebabkan tidak meratanya persebaran partikel dan persebaran perekat pada papan sehingga mengurangi nilai kerapatan papan partikel. Perekat terkonsentrasi pada beberapa titik sehingga menyebabkan pada papan yang sama dihasilkan sampel yang berbeda.

Penelitian Muslim et al., (2013) membahas peningkatan kualitas papan komposit limbah batang kelapa sawit (Elaeis guieneensis Jacq.) dengan berbagai water repellent berbahan dasar akrilik memperoleh nilai MOR berkisar antara 279,62-378,36 kg/cm3. Bila dibandingkan, penelitian papan partikel BKS memperoleh nilai MOR yang lebih rendah yaitu berkisar antara 26,45-60,87 kg/cm2. Hal ini diduga faktor dari bahan baku yang digunakan. Penelitian Muslim et al., (2013) menggunakan vascular bundle dari kelapa sawit sebagai bahan baku papan partikel. Sedangkan penelitian ini menggunakan bagian dalam batang kelapa sawit. Maloney (1993) menjelaskan bahwa nilai MOR dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Vascular bundle dengan ukuran yang memanjang memungkinkan banyaknya bagian yang saling menopang dalam papan komposit sehingga lebih kuat.

(57)

standar pengujian. Nilai tertinggi MOR papan partikel yang didapat adalah sebesar 60,87 kg/cm2, nilai ini didapat dari papan partikel dengan perlakuan kadar akrilik 5%.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pelapisan akrilik pada papan partikel BKS tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOR yang dihasilkan (Lampiran 6). Peningkatan kadar akrilik yang diaplikasikan tidak diikuti dengan peningkatan ataupun penurunan secara signifikan nilai MOR yang diperoleh.

Keteguhan Lentur (Modulus of Elasticity)

Hasil rata-rata keteguhan lentur (MOE) papan partikel berkisar antara 2.619,15-5.092,82 kg/cm2. Rekapitulasi rata-rata nilai MOE papan partikel BKS dengan pelapisan kadar akrilik yang berbeda-beda disajikan pada Gambar 13 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

(58)

Nilai MOE tertinggi papan partikel BKS adalah 5.092,82 kg/cm2 yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 0%. Nilai MOE terendah papan partikel BKS adalah 2.619,15 kg/cm2 yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 15%.

Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa peningkatan kadar akrilik yang diaplikasikan tidak diikuti dengan peningkatan nilai rata-rata MOE papan partikel BKS. Hal ini diduga terjadi karena akrilik merupakan bahan aditif yang hanya diaplikasikan pada permukaan papan saja, sehingga tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap sifat mekanis papan secara internal.

Nilai MOE yang terhitung rendah ini juga dipengaruhi oleh faktor bahan baku yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan bagian tengah pada BKS. Hartono et al., (2011) mengemukakan kerapatan BKS berkisar antara 0,23-0,74 g/cm3. Secara vertikal, kerapatan BKS pada bagian pangkal tepi luar sedikit lebih tinggi, kemudian menurun pada bagian tengah hingga pada bagian atas BKS. Rendahnya nilai kerapatan dari bahan baku yang digunakan menyebabkan kerapatan papan yang dihasilkan juga menjadi rendah. Kerapatan yang rendah tersebut akan menurunkan kekuatan kayu salah satunya nilai MOE.

(59)

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pelapisan akrilik pada papan partikel BKS tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOE yang dihasilkan (Lampiran 6). Peningkatan kadar akrilik yang diaplikasikan tidak diikuti dengan peningkatan ataupun penurunan secara signifikan nilai MOE yang diperoleh.

Gambar 14. Pengujian MOR dan MOE menggunakan universal testing machine (UTM).

Keteguhan Rekat Internal (Internal Bond)

(60)

Gambar 15. Keteguhan rekat internal papan partikel BKS

Nilai rata-rata IB tertinggi pada papan partikel BKS adalah sebesar 4,61 kg/cm2 yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 5%. Nilai rata-rata IB terendah adalah sebesar 2,28 kg/cm2 yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 15%.

Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa peningkatan kadar akrilik yang diaplikasikan tidak diikuti dengan peningkatan nilai rata-rata IB papan partikel BKS. Hal ini diduga terjadi karena akrilik merupakan bahan aditif yang hanya diaplikasikan pada permukaan papan saja, sehingga tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap sifat mekanis papan secara internal.

Nilai IB papan partikel BKS yang diperoleh terbilang tinggi. Ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan keteguhan rekat internal adalah suatu pengendalian kualitas yang penting karena menunjukkan kesempurnaan pencampuran partikel dan perekatnya, pembentukan papan partikel dan proses pengempaan papan partikel tersebut. Kecenderungan nilai IB yang dihasilkan tinggi dengan ukuran partikel yang besar, yaitu 20 mesh.

(61)

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumardi et al., (2004) bahwa kerapatan yang tinggi dengan ukuran partikel yang lebuh besar akan menghasilkan keteguhan rekat internal yang lebih baik. Hal ini terjadi karena kekompakan partikel penyusun lebih baik selain itu pelaburan lebih merata pada partikel besar dibandingkan partikel yang lebih kecil.

Nilai IB juga dipengaruhi oleh jenis perekat. Isosianat memiliki kualitas yang lebih unggul dibandingkan beberapa perekat lainnya. Penelitian Sucipto (2010) membandingkan kualitas tiga jenis perekat yang diaplikasikan pada pada partikel BKS. Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa penggunaan perekat isosianat dengan kadar yang lebih kecil dibanding dengan phenol formaldehida (PF) dan urea formaldehida (UF) mampu menghasilkan papan yang memiliki sifat fisis dan mekanis relatif lebih baik, khususnya nilai IB yang relatif tinggi yaitu sebesar 3,42 kg/cm2 pada kadar 7% dan 5,06 kg/cm2 pada kadar 10%. Tingginya nilai IB dipengaruhi karena perekat isosianat memiliki ikatan kimia yang lebih kuat sehingga tidak mudah terhidrolisis, dan hal ini mengurangi terjadinya kerusakan pada ikatan hidrogennya oleh kelembababan basa atau asam kuat, khususnya pada suhu sedang sampai tinggi. Hal ini didukung oleh TECO (2005) yang menyatakan bahwa tidak seperti PF, isosianat tidak membentuk ikatan mekanis dengan kayu, namun ikatan yang terjadi adalah ikatan kimia. Ikatan kimia ini lebih kuat dan lebih stabil dibandingkan dengan ikatan mekanis, sehingga membuat kinerja isosianat lebih baik dibandingkan PF dan UF.

(62)

pengujian. Nilai rata-rata IB tertinggi pada papan partikel BKS adalah sebesar 4,61 kg/cm2 yaitu pada papan partikel dengan perlakuan pelapisan akrilik berkadar 5%.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pelapisan akrilik pada papan partikel BKS tidak berpengaruh nyata terhadap nilai IB yang dihasilkan (Lampiran 6). Peningkatan kadar akrilik yang diaplikasikan tidak diikuti dengan peningkatan ataupun penurunan secara signifikan nilai IB yang diperoleh.

Gambar 16. Pengujian IBmenggunakan universal testing machine (UTM).

Rekapitulasi Data Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel

Berdasarkan penelitian didapatkan nilai sifat fisis dan sifat mekanis papan partikel BKS. Data sifat fisis dan mekanis terdapat seperti pada Tabel 4.

(63)

Ket :

* = memenuhi standar KA = kadar air

PT = pengembangan tebal DSA = daya serap air

MOR = modulus of rupture

MOE = modulus of elasticity

IB = internal bond

Tabel 4 menunjukkan data hasil pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel BKS dan menggunakan standar SNI 03-2105-2006 sebagai pembanding terhadap kualitas papan partikel. Berdasarkan perbandingan standar dengan data hasil pengujian, tidak semua data hasil pengujian memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Nilai kerapatan papan partikel BKS memenuhi standar pada seluruh perlakuan. Nilai KA memenuhi standar pada semua perlakuan. Nilai PT memenuhi standar pada semua perlakuan. Nilai MOE dan MOR tidak memenuhi standar pada semua perlakuan, tetapi nilai IB pada keseluruhan perlakuan memenuhi standar.

(64)
(65)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pelapisan akrilik pada papan partikel BKS menghasilkan kualitas papan yang lebih baik dibanding dengan papan partikel tanpa perlakuan pelapisan akrilik untuk pengujian sifat fisis yang meliputi pengujian kerapatan, daya serap air, dan pengembangan tebal papan partikel BKS.

2. Perlakuan pelapisan akrilik memberikan pengaruh terhadap kualitas papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan kadar akrilik yang berbeda. Kadar akrilik paling tinggi (15%) berpengaruh terhadap tingginya kualitas papan partikel BKS pada pengujian sifat fisis, namun tidak memberikan pengaruh pada nilai dari penggujian sifat mekanis papan partikel BKS yang dihasilkan.

3. Kadar akrilik terbaik untuk pelapisan papan partikel BKS dengan suhu kempa 160oC, waktu kempa 3 menit dan tekanan 25 kgf/cm2 adalah 15% pada selang perlakuan 0%-15%.

Saran

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N.S., K. Bintani, dan A. Haris. 2008. Papan Partikel dari Pelepah Kelapa Sawit. Universitas Wijaya Mukti. Bandung.

Allen, M. 2006. The Complete Guide to Wood Finishes 2nd ed. Quarto Publishing. New York (USA).

Alghiffari, A.F. 2008. Pengaruh Kadar Resin Perekat Urea Formaldehida terhadap Sifat-sifat Papan Partikel dari Ampas Tebu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bakar, E.S. 2003. Kayu Sawit sebagai Substitusi Kayu dari Hutan Alam. Forum Komunikasi dan Teknologi dan Industri Kayu vol. 2 : 5-6.

Balfas, J. 2003. Potensi Kayu Sawit sebagai Alternatif Bahan Baku Industri Perkayuan. Seminar Nasional Himpunan Alumni IPB dan Hapka Fakultas Kehutanan IPB Wilayah Regional Sumatera. Medan.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1996. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu terhadap Organisme Perusak Kayu. BSN. Jakarta.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 2105-2006 (Revisi SNI 03-2105-1996) Mutu Papan Partikel. BSN. Jakarta.

Charron, A. 1998. Water-Based Finishes. The Taunton Press, Inc. Connecticut (USA).

Choon, K.K., W. Killman, L.S Choon dan H. Mansor. 1991. Oil Palm Utilisation: Review Research. Forest Research Institute Malaysia. Kepong.

Daulay, H.T. 2014. Variasi Ukuran Partikel dan Komposisi Perekat Phenol Formaldehida – Styrofoam terhadap Kualitas Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Dumanaw, J.F. 1993. Mengenal Kayu. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta. Erwinsyah. 2004. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Perekat terhadap Sifat Fisik

dan Mekanik Papan Partikel dari Tandan Kosong Sawit. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Kayu Tropis, 12(1).

(67)

Febrianto, F dan E.S. Bakar. 2004. Kajian Potensi, Sifat-Sifat Dasar dan Kemungkinan Pemanfaatan Kayu Karet dan Biomassa Sawit di Kabupaten Musi Bayuansi. Lembaga Manajemen Agribisnis dan Agroindustri. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicipta Karyanusa. Yogyakarta.

Hartono, R., I. Wahyudi, F. Fabrianto, dan W. Dwiyanto. 2011. Pengukuran Tingkat Pemadatan Maksimum Batang Kelapa Sawit. Prosiding. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI). 5 Juli 2011. Bogor. Vol.9 no.2 hal.73-83.

Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar. Terjemahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Iswanto, A.H. 2005. Upaya Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan Limbah Plastik Polyprophylena sebagai Langkah Alternatif untuk Mengatasi Kekurangan Kayu sebagai Bahan Bangunan. Jurnal Komunikasi Penelitian 17(3): 24-27.

Iswanto, A.H., Z. Coto dan K. Effendi. 2007. Pengaruh Perendaman Partikel terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Ampas Tebu (Saccarum officinarum). Jurnal Perennial. Vol.4 no.1 hal 6-9.

Iswanto, A.H, 2002. Peningkatan Mutu Papan Partikel dengan Penggunaan Dicumyl Peroxide (DCP) sebagai Inisiator. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Tidak dipublikasikan].

Jayanto, E.R. dan H. Simanjuntak. 2011. Potensi Serat Buah Pinang sebagai Pengisi Penguat Komposit Poliester dengan Menggunakan Katalis Metil Etil Keton Peroksida (MEKP). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. [JIS] Japanese Industrial Standar. 2003. JIS A 5908. Japanese Standar

Association Particleboard. JIS. Japan.

Judawisastra, H. 2003. Komposit, Material yang Menjanjikan. PPI Leuven.

[KPPU] Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor A20112. 2012. Pengambilalihan Saham Perusahaan PT. Indo Sukses Lestari Makmur oleh PT. Minamasa Gemilang. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan sifat Elaeis guineensis dengan beberapa jenis kayu
Tabel 2. Kebutuhan akrilik pada setiap variasi kadar
Gambar 1. Pola pemotongan permukaan contoh uji untuk pengujian
Gambar 2. Bagan alir penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bagian integral dari Rencana Strategis Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk mendorong perkembangan kapasitas perguruan tinggi Indonesia

bahwa dalam melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut, Penetapan Baku Mutu Air

[r]

OpHrs = jumlah jam operasional per tahun, jam/tahun 1 000 000 = faktor konversi, mg/kg.. pengambilan sampel dan pengukuran kuantitas air limbah. Sedangkan hasil perkiraan

Sebagai peserta pada “ Workshop Peningkatan Mutu Dosen dalam Penyusunan Proposal” Program Riset Terapan yang akan diselenggarakan pada tanggal 1 s.d. Untuk memperlancar

[r]

Pada bab ini diuraikan beberapa kesimpulan yang dapat diambil setelah dilakukan penelitian dan analisis data serta saran yang diberikan pada penelitian ini. 1) Hasil

Pada level butir dilakukan uji t sampel berpasangan ( paired-sample t–test ) untuk melihat apakah ada perbedaan dari hasil data yang didapat antara kedua metode