ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh
RIA FITRIANI
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SDN 2 Bogorejo. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di kelas IV SDN 2 Bogorejo.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes menggunakan soal tes dan nontes menggunakan lembar observasi yang kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model PBL pada pembelajaran IPS kelas IV SDN 2 Bogorejo dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (63,00%) dan siklus II (89,00%). Sementara itu nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (68,67) dan siklus II (77,67).
Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, PBL
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN
TAHUN AJARAN 2013/2014
(Skripsi)
Oleh
Ria Fitriani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Siklus PTK …...……….……… 22
4.1. Grafik rekapitulasi kinerja guru per siklus ... 51
4.2. Grafik rekapitulasi aktivitas belajar siswa per siklus ... 52
4.3. Grafik rekapitulasi hasil belajar per siklus ... 54
DAFTAR ISI
a. Pengertian IPS SD ... 16
b. Tujuan Pembelajaran IPS SD ... 17
2.3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) …... 17
2.3.1. Pengertian Problem Based Learning ... 17
2.3.2. Tujuan Model Problem Based Learning ... 19
2.3.3. Kelebihan Model Problem Based Learning ... 19
2.3.4. Kelemahan Model Problem Based Learning ... 19
2.3.5. Langkah-langkah Problem Based Learning ... 20
2.4. Hipotesis Tindakan ………...… 21
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Setting Penelitian …...…...………. 31
4.2. Penetapan Kelas dan Waktu Penelitian ... 31
4.3. Hasil Penelitian …...…………...…..……….. 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……….……...……….. 57
5.2. Saran ………..………...……… 58
DAFTAR PUSTAKA ……….………….. 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat izin penelitian ………. 61
2. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ……… 62
3. Surat kesediaan sebagai teman sejawat ……….. 63
4. Surat pernyataan teman sejawat ……….. 64
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 65
6. LKS Siklus I ... 69
7. Soal- post test Siklus I ……..………. 74
8. Rencana Pelaksanaa Pembelajaran Siklus II ……….. 77
9. LKS Siklus II ... 81
10. Soal post test Siklus II …………..……..………..……… 86
11. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ……..……….. 89
12. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ……..……….. 90
13. Hasil Belajar Siswa Siklus I ……… 91
14. Hasil Belajar Siswa Siklus II ……… 92
15. Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I ………. 99
16. Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II ……….101
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Tahap-tahap Pembelajaran PBL …...……..……….…. 20
3.1. Kriteria aktivitas belajar siswa …...….……….….. 29
4.1. Jadwal pertemuan (pembelajaran) IPS kelas IV SDN 2 Bogorejo ... 32
4.2. Data aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I ... 38
4.3. Kinerja guru pada pembelajaran siklus I ... 39
4.4. Nilai Hasil belajar siswa pada siklus I ... 39
4.5. Data aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II ... 47
4.6. Kinerja guru pada pembelajaran siklus II ... 48
4.7. Nilai Hasil belajar siswa pada siklus II ... 48
4.8. Rekapitulasi kinerja guru per siklus ... 50
4.9. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa per siklus ... 51
4.10. Rekapitulasi hasil belajar siswa per siklus ... 54
MOTO
“uthlubul „ilmi minal mahdi ilal lahdi”
Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat
PERSEMBAHAN
Skripsi sederhana ini kupersembahkan kepada:
Suami dan anak-anak tersayang, kedua orang tua serta
keluarga besarku
Terimakasih atas do’a, semangat, dan dukungan moral spiritual,
materiil maupun immateriil sehingga saya bisa menyelesaikan
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ria Fitriani dilahirkan di Negeri Sakti pada
tanggal 11 Agustus 1979, sebagai anak keempat dari enam
bersaudara dari pasangan Bapak Nurdin AR (Alm) dan Ibu Suyah.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 1 Negeri Sakti pada tahun 1992,
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP Nurul Iman Gedong Tataan
lulus pada tahun 1995, dan Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Andini Bhakti
Gedong Tataan lulus pada tahun 1998. Sedangkan pada tahun 2010 Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Program S1 PGSD Dalam
Jabatan di Universitas Lampung. Sejak tahun 2006 Penulis menjadi guru di SDN
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil„aalamiin atas Rakhmat dan Hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA
KELAS IV SDN 2 BOGOREJO GEDONGTATAAN PESAWARAN TAHUN
PELAJARAN 2013/2014”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
FKIP Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD FKIP
Universitas Lampung sekaligus sebagai Dosen Pembimbing, terimakasih atas
bimbingan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., sebagai Pembahas terimakasih atas masukan
5. Kepala Sekolah dan dewan guru SDN 2 Bogorejo yang telah memberikan ijin
dan dukungan kepada penulis untuk melakukan penelitian
6. Rekan-rekan mahasiswa S-1 Dalam Jabatan, dan
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amiin
Bandar lampung, Juni 2014
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang
akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin
ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut
dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Pendidikan
bagi umat manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang
hayat. Tanpa adanya pendidikan, suatu kelompok manusia tidak akan dapat
hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera,
dan bahagia menurut konsep pandangan hidup. Undang-undang RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Maju mundurnya bangsa tergantung pada kemajuan pendidikannnya dan
guru sebagai ujung tombak kemajuan pendidikan tersebut. Sebagai guru
2
antara guru dan siswa harus lebih baik agar pembelajarannya tercapai serta
mutu pendidikan lebih meningkat.
Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa sampai
setinggi yang dia bisa. Sejalan dengan Johnson dan Smith (Lie, 2010: 5)
yang menyatakan bahwa kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial
yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Interaksi yang
terjadi antar pribadi tersebut sangat erat kaitannya dengan pembelajaran di
sekolah yang berkaitan dengan masalah sosial dan masalah-masalah
tersebut merupakan bahan kajian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Guru adalah orang yang berperan penting dalam memberi motivasi kepada
siswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran khususnya di sekolah.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi dari diri siswa yaitu
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan
demikian guru sebagai pemberi motivasi kepada siswa harus dapat memilih
model pembelajaran yang tepat, yang mampu meningkatkan aktivitas
belajar siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di SDN 2 Bogorejo
dalam mata pelajaran IPS, diperoleh data dan informasi bahwa
pembelajaran IPS yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher
centered). Pembelajaran berlangsung monoton karena guru kurang tepat
dalam menggunakan model pembelajaran. Pembelajaran kurang bervariasi
karena guru hanya menyampaikan materi melalui ceramah, mencatat dan
3
juga penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS
yang rata-rata berbentuk naratif memakan waktu yang cukup lama sehingga
membuat siswa jenuh dan bosan. Hal ini menyebabkan aktivitas belajar
siswa rendah. Siswa terlihat pasif dalam mengikuti pembelajaran dan
cenderung melakukan kegiatan-kegiatan diluar pelajaran seperti mengobrol
dengan teman sebangkunya sehingga kurang memperhatikan materi yang
sedang disampaikan oleh guru. Rendahnya aktivitas belajar siswa
menyebabkan belum maksimalnya nilai siswa atau hasil belajar masih
dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 61. Dari
20 siswa yang terdapat di kelas IV SDN 2 Bogorejo, 15 siswa atau 75%
dengan nilai rata-rata 54,0 masih dibawah KKM dan sisanya 5 siswa atau
25% dengan nilai rata-rata 66,2 sudah mencapai KKM.
Mencermati adanya permasalah di atas, perlu adanya perbaikan model
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dan berada dalam
suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model Problem Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Masalah). PBL menurut Kamdi (2007: 1) adalah
suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
4
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan tersebut perlu
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Penyampaian materi IPS dalam praktiknya selalu monoton dan masih
berpusat pada guru (teacher centered)
b. Rendahnya aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS.
c. Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo, yaitu dari
20 siswa yang terdapat di kelas IV SDN 2 Bogorejo, 15 siswa atau 75%
dengan nilai rata-rata 54,0 masih dibawah KKM dan sisanya 5 siswa
atau 25% dengan nilai rata-rata 66,2 sudah mencapai KKM.
d. Kurangnya penggunaan model pembelajaran pada proses belajar
mengajar.
e. Pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan membosankan bagi
siswa.
f. Penggunaan waktu penyajian materi IPS yang kurang efisien.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimanakah penerapan model PBL pada pembelajaran IPS, sehingga
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo
tahun pelajaran 2013/2014?
b. Apakah penerapan model PBL pada pembelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo tahun
5
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukaan di atas maka
tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan:
a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada
pembelajaran IPS melalui model PBL.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada
pembelajaran IPS melalui model PBL.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi Siswa
Dapat membangkitkan minat siswa dan menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan menggunakan model PBL, sehingga
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN
2 Bogorejo tahun pelajaran 2013/2014.
2. Bagi Guru
Diharapkan dapat mengetahui strategi pembelajaran yang tepat demi
peningkatan pembelajaran di kelas, sehingga masalah yang dihadapi
guru yang berhubungan dengan materi pembelajaran IPS dapat
ditanggulangi melalui penggunaan model PBL.
3. Bagi Sekolah
Memberi sumbangan dan masukan dalam usaha perbaikan proses
pembelajaran bagi siswa maupun guru sehingga mutu pendidikan di
6
4. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman saat penulis melaksanakan
kegiatan pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki dan menciptakan
pembelajaran yang menarik, tidak membosankan dan sesuai dengan
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Belajar
2.1.1. Pengertian Belajar
Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun
sering disalahartikan atau diartikan secara pendapat umum saja.
Untuk memahami konsep belajar secara utuh perlu digali lebih dulu
bagaimana para pakar pendidikan mengartikan konsep belajar.
Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler
(dalam Winataputra, 2008: 1.5) yang menyatakan bahwa belajar
adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan
aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Seseorang
dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu
aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat
diamati relatif lama. Perubahan tingkah laku itu tidak muncul begitu
saja, tetapi sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Oleh karena itu,
proses terjadinya perubahan tingkah laku dengan tanpa adanya
usaha tidak disebut belajar.
2.1.2. Aktivitas Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah
8
adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru
dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas
yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab
dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan
berdampak terciptanya situasi belajar aktif.
Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para
ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman
(2004: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan
siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok :
1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti: membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)
2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.
4. Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman. 5. Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6. Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, strategi, mereparasi, bermain dan berternak.
7. Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8. Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Aktivitas yang akan diamati atau diteliti dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah aktivitas bertanya, aktivitas menjawab pertanyaan,
aktivitas mempelajari bahan ajar, aktivitas dalam diskusi kelompok
9
Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, maka yang dimaksud
dengan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa untuk
memperoleh pengalaman dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan indikator
pelibatan fisik, mental, dan emosi siswa.
2.1.3. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.
Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep
belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam
satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru.
Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja
harus bisa mendapatkan hasil, bisa juga melalui kreatifitas
seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun
kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak
melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan
perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan
keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa
optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya. Menurut
10
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator
adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan menurut
Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang
ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Hasil belajar
dalam penelitian ini diperoleh melalui tes yang diberikan pada
setiap akhir siklus.
Menurut Hamalik (2001: 30), berdasarkan Teori Taksonomi Bloom
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah,
yaitu:
1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab
atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi
benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,
11
2.2. Pembelajaran
2.2.1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Corey dalam Ruminiati (2007: 14) adalah
suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu,
sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu juga. Sedangkan pembelajaran menurut
Gagne, Briggs, dan Wager dalam Winataputra (2008:1.19),
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sementara
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 20
berbunyi tentang Sisdiknas dirumuskan bahwa, “Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam konsep tersebut
terkandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik,
sumber belajar, dan lingkungan belajar. Pembelajaran dalam arti
luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan
kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Proses pembelajaran dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap
aliran atau teori belajar. Ada beberapa jenis aliran atau paham yang
dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan proses pembelajaran,
12
a. Teori Belajar Behaviorisme
Keberhasilan belajar menurut teori ini ditentukan oleh adanya
interaksi antara stimulus dan respon yang diterima oleh manusia.
Mengajar atau mendidik dilakukan dengan cara memperbanyak
stimulus dan respon yang diberikan kepada siswa. Salah satu
indikasi keberhasilan belajar menurut teori ini adalah adanya
perubahan tingkah laku yang nyata dalam kehidupan masyarakat
(Muchith, 2008:56).
Sugiyanto (2010: 14) menjelaskan bahwa dalam persepsi guru,
pembelajaran biasanya dimaknai sebagai berbagai pengetahuan
bidang studi dengan siswa lain secara efektif dan efisien,
mencipta dan memelihara relasi antara pribadi, guru dan siswa
serta menerapkan kecakapan teknis dalam mengelola sekaligus
sejumlah siswa yang belajar. Implikasi dan aplikasi dalam
pembelajaran teori ini adalah merancang kondisi belajar yang
efektif dengan merumuskan tujuan belajar dan langkah-langkah
pembelajaran yang jelas, menggunakan ganjaran dan hukuman
sebagai penguat perilaku yang dihasilkan.
b. Teori Belajar Kognitivisme
Sugiyanto (2010: 22), pada hakekatnya teori kognitif mengacu
pada wacana psikologi kognitif, yang didasarkan pada kegiatan
kognitif dalam belajar. Tekanan utama psikologi kognitif adalah
13
individu yang mencakup ingatan jangka panjang (long term
memory).
Secara umum proses pembelajaran harus didasarkan atas asumsi
umum (Muchith, 2008: 69).
a). Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu aspek/faktor saja, tetapi lebih ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang ada.
b). Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Artinya dalam proses pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan dengan dalil membentuk kedisiplinan.
c). Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik.
d). Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton, metode yang bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.
e). Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, sehingga proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. f). Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada menghafal. g). Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual
siswa, karena sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
David Ausubel yang merupakan salah satu tokoh ahli psikologi
berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan
oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. (Ruminiati, 2007:
10).
Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah membantu
siswa memproses informasi dengan efektif, dengan cara
menyusun materi pembelajaran dengan sistematis dan akurat
membuat hubungan antara pengetahuan baru dengan struktur
14
c. Teori Belajar Humanisme
Pada hakekatnya teori humanistik lebih menekankan pada proses
untuk memanusiakan manusia atau peserta didik, yaitu suatu
pemahaman atau kesadaran untuk memahami potensi, perbedaan,
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh setiap peserta didik
(Muchith, 2008: 94).
Sedangkan Sugiyanto (2010: 43) menjelaskan bahwa teori ini
didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan
yang dilakukan seseorang dalam upayanya memenuhi kebutuhan
hdupnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar akan
kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta
dari orang lain. Dalam proses pembelajaran,
kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu diperhatikan agar siswa tidak merasa
dikecewakan. Apabila siswa merasa upaya pemenuhan
kebutuhannya terabaikan maka besar kemungkinan di dalam
dirinya tidak akan tumbuh motivasi berprestasi dalam belajarnya.
Winataputra (2008:4.1), para pendukung teori ini yakin bahwa
perilaku harus dipahami bukan sekadar dikendalikan atau
direkayasa. Teori ini mementingkan pilihan pribadi, kreativitas
dan aktualisasi diri setiap individu yang belajar. Belajar
merupakan suatu proses di mana siswa mengembangkan
15
lingkungan sekitar. Dengan kata lain, siswa tersebut
mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.
d. Teori Belajar Konstruktivisme
Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme
adalah pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik
secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya (Sugiyanto, 2010: 25). Pembelajaran harus mampu
memberikan pengalaman nyata bagi siswa, sehingga model
pembelajarannya dilakukan secara natural. Penekanan teori
konstruktivisme bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi
lebih pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari
realitas lapangan.
Muchith (2008: 95) juga mengatakan belajar bukanlah proses
teknologi (robot) bagi siswa, melainkan proses untuk
membangun penghayatan terhadap suatu materi yang
disampaikan. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya
menyampaikan materi yang bersifat normatif (tekstual) tetapi
juga menyampaikan materi yang bersifat kontekstual.
Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah mendorong
siswa bersikap lebih otonom dalam menterjemahkan
pengetahuan yang diperoleh, melalui memecahkan masalah yang
16
belajar bersama, bimbingan dalam proses pembentukan
pemahaman.
2.2.2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS SD
IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia
sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya.
Dalam kehidupannya manusia harus menghadapi
tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai
hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut
pandang (Hidayati, 2007: 19).
Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai (BSNP, 2006: 174).
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran
IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat
17
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan.
b. Tujuan Pembelajaran IPS SD
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut (BSNP, 2006:175):
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global
2.3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 2.3.1 Pengertian Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
18
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat
diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi
pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti
kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman
belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti
membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan,
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan
tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan
PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka
pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam
kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.
Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah
yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa.
Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin juga
diberikan oleh guru. Masalah yang diberikan kepada siswa bisa
berupa soal atau pertanyaan yang mengarah pada materi yang akan
dipelajari. Siswa akan memusatkan perhatiannya di sekitar masalah
tersebut. Dengan begitu siswa belajar teori dan metode ilmiah agar
dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.
Model pembelajaran PBL adalah cara penyajian bahan pembelajaran
19
kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas dilaporkan
kepada guru (Abimanyu, 2008: 6.26).
2.3.2 Tujuan Model Problem Based Learning
Tujuan penggunaan model pembelajaran ini adalah:
a. memperdalam bahan ajar yang ada;
b. untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah
dipelajari;
c. untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3.3 Kelebihan Model Problem Based Learning Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah:
a. pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih
otentik.
b. melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung
jawab, dan berdiri sendiri.
c. tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya
atau memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari.
d. siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri.
e. model ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan
siswa belajar.
2.3.4 Kelemahan Model Problem Based Learning Kelemahan model pembelajaran ini adalah:
a. bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau
20
b. ada kalanya tugas itu dikerjakan orang lain sehingga siswa tidak
memperoleh hasil belajar apa-apa.
c. jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan
stress pada siswa.
d. ada kalanya guru memberikan tugas tanpa menyebutkan
sumbernya, akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.
2.3.5 Langkah-langkah/Tahap-tahap Problem Based Learning :
Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama yang
dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi
masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa
(Kamdi: 2007: 2).
Tabel 2.1. Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Learning
Tahapan Kegiatan Guru dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informsi yang sesuai, melaksanakan
Guru membantu siwa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. Tahap 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
21
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah bahwa pembelajaran IPS menggunakan metode PBL dengan
langkah-langkah atau cara yang tepat maka dapat meningkatkan:
a. aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada Mata Pelajaran
IPS tahun pelajaran 2013/2014.
b. hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada Mata Pelajaran IPS
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu Action
Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas (Wardhani,
2007:1.3). dalam setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok yang dirangkai
menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dipilih dan
berkolaborasi dengan rekan sejawat.
Siklus penelitian ini dapat dilihat dalam diagram berikut:
23
3.2. Setting Penelitian a Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Bogorejo, Kecamatan Gedong
Tataan, Kabupaten Pesawaran.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2013/2014.
3.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo tahun
pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang terdiri atas 9 orang laki-laki
dan 11 orang perempuan.
3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Hopkins dalam
Aqib (2009:30), yang berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi rencana (planning), tindakan (action)
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Siklus ini akan
dihentikan jika hasil penelitian ini sudah memenuhi indikator kinerja yang
telah ditetapkan. Pelaksanaan penelitian direncanakan akan berlangsung
24
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan perencanaan meliputi :
a. Menyiapkan bahan pembelajaran
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran termasuk membuat
skenario pembelajaran materi permasalahan sosial.
c. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi
untuk aktivitas belajar siswa dan kinerja guru.
d. Menyiapkan lembar kerja siswa.
e. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal-soal tes.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat pada mata pelajaran IPS yang dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan. Alokasi waktu untuk satu kali pertemuan adalah 2 x 35
menit menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning) dengan topik permasalahan sosial. Adapun secara garis
besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1. Mengkondisikan kelas.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui
25
3. Memotivasi siswa dengan cara menginformasikan cara belajar yang
ditempuh dengan model PBL
4. Melaksanakan apersepsi sebelum memulai pembelajaran untuk
mengecek kemampuan awal siswa
Kegiatan Inti
1. Siswa dibagi dalam empat kelompok
2. Guru mengajukan permasalahan menggunakan LKS yang harus
dikerjakan secara berkelompok.
3. Siswa berdiskusi dan mengerjakan LKS
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan
kelompok lain menanggapinya
5. Guru menjelaskan materi untuk meluruskan jawaban siswa pada saat
diskusi kelompok
6. Siswa mengerjakan soal tes formatif
Kegiatan Akhir
1. Guru bersama semua siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Guru meminta siswa merefleksikan hal-hal yang telah dilaksanakan
3. Guru memberi tindak lanjut dalam bentuk tugas (PR).
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran.
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat yang diminta menjadi
26
pelaksanaan pembelajaran oleh guru sebagai peneliti yang
masing-masing dicatat melalui lembar observasi (pengamatan) yang telah
disediakan dengan memberi skor pada lembar observasi aktivitas belajar
siswa dan kinerja guru.
d. Refleksi
Refleksi meliputi kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat
kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran.
Dengan melihat hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan
hasil belajar siswa ditarik kesimpulan tentang perkembangan, kemajuan,
dan kelemahan serta kekurangan yang terjadi. Kegiatan yang dilakukan
dalam refleksi meliputi analisis data yang telah diperoleh untuk
menentukan langkah tindakan yang lebih baik pada pembelajaran
selanjutnya, mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa, mengevaluasi
aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Refleksi pada setiap siklus akan dijadikan acuan untuk perbaikan pada
siklus berikutnya.
Siklus II
Pelaksanaan penelitian siklus II bergantung pada hasil refleksi pada siklus I.
Jika hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi indikator
keberhasilan yang ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II,
27
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yaitu:
1. Observasi
Observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengumpulan data
aktivitas siswa dan kinerja guru digunakan lembar observasi yang
dilakukan dengan cara memberikan tanda cecklist ( ) jika aktivitas yang
diamati dilakukan oleh guru dan siswa.
Aspek penilaian aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian
ini adalah:
1. Aktivitas bertanya
2. Aktivitas menjawab pertanyaan
3. Mempelajari bahan ajar
4. Aktif dalam diskusi kelompok
5. Mengerjakan tugas
Untuk kinerja guru yang diamati diadopsi dari Lembar Penilaian IPKG
Pelaksanaan Program PKM S-1 Dalam Jabatam Universitas Lampung
yang terdiri dari 4 aspek yang diamati, yaitu:
(1) Pra pembelajaran
(2) Membuka pelajaran
(3) Kegiatan inti pembelajaran
28
2. Tes
Tes dalam penelitian ini merupakan alat ukur untuk mengetahui hasil
belajar dan keberhasilan siswa pada setiap kompetensi dasar yang harus
tertuntaskan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal
yang harus dijawab secara tertulis.
3.6. Teknik Analisis Data 1. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari aktivitas siswa dan kinerja guru. Setiap
siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan.
Pengamatan dilakukan dengan cara memberikan tanda cecklist ( ) pada
lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang
telah ditentukan.
Proses analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas belajar siswa
sebagai berikut:
a. Setiap siswa memperoleh skor dari aktivitas yang dilakukan sesuai
dengan aspek yang diamati. Jika aspek yang diamati dilakukan
oleh siswa maka diberi tanda cecklist ( ).
b. Skor perolehan per siswa adalah penjumlahan dari tanda cecklist
( ) yang diperoleh siswa dari setiap aspek yang diamati.
c. Nilai aktivitas setiap siswa diperoleh dengan rumus:
(Skor perolehan per siswa : 5) x 100
d. Untuk menentukan persentase aktivitas siswa secara klasikal
29
Rata-rata aktivitas belajar siswa = Nilai aktivitas Siswa
Tabel 3.1. Kriteria aktivitas belajar siswa
No Tingkat Keberhasilan Kriteria aktivitas 1. > 80% Sangat aktif
Analisis data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan
kemampuan belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi
yang diajarkan guru. Data kuantitatif siswa diperoleh dari nilai tes
formatif pada setiap akhir siklus yang harus dikerjakan secara tertulis oleh
siswa. Soal tes formatif berjumlah 15 butir soal. Skor tiap butir adalah 1.
Sehingga skor maksimal keseluruhan adalah 15.
Proses analisis yang dilakukan terhadap data hasil belajar siswa sebagai
berikut:
a. Nilai yang diperoleh siswa berupa nilai tes formatif yang dikerjakan
secara tertulis pada setiap akhir siklus.
b. Skor perolehan diperoleh dari penjumlahan seluruh skor yang
diperoleh siswa dalam mengerjakan soal.
c. Nilai akhir diperoleh dengan rumus:
30
d. Keterangan diisi dengan ketentuan sesuai dengan KKM yang
ditetapkan yaitu 61. Jika nilai akhir ≥61 maka dinyatakan tuntas, jika
nilai akhir <61 maka dinyatakan belum tuntas.
e. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dihitung menggunakan rumus:
Nilai rata-rata= nilai siswa siswa
f. Ketuntasan belajar dihitung menggunakan rumus:
% ketuntasan belajar= siswa yang tuntas belajar x 100% siswa
3.7. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang diharapkan pada penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. adanya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo
pada mata pelajaran IPS dari siklus ke siklus.
2. adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Bogorejo pada
mata pelajaran IPS di setiap siklusnya. Peneliti mentargetkan penelitian
ini dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL pada pelajaran IPS
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2
Bogorejo Pesawaran. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang
dilakukan observer terhadap aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan
mulai siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap
siklusnya, yaitu nilai aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai
63,00, meningkat pada siklus II menjadi 89,00, terjadi peningkatan
sebesar 26,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa model PBL berhasil
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS.
2. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL pada pelajaran IPS
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Bogorejo
Pesawaran. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang diperoleh
siswa pada siklus I dan II. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar
mencapai 68,67 dan meningkat pada siklus II menjadi 77,67. Apabila
dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dari
20 siswa sebanyak 13 siswa (65,00%), meningkat pada siklus II menjadi
16 siswa (80,00%).
58
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitan dan kesimpulan, bahwa pembelajaran
menggunakan model PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
pada pelajaran IPS, siswa kelas IV SD Negeri 2 Bogorejo Pesawaran, maka
penulis menyarankan:
1. Guru harus mampu memotivasi siswa dengan memberi penguatan yang
tepat sehingga siswa lebih bergairah dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2. Permasalahan yang diajukan hendaknya berhubungan dengan dunia
nyata siswa, sehingga pesan yang disampaikan kepada siswa lebih
menarik dan menyenangkan bagi siswa.
3. Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan fasilitas pembelajaran
yang memadai serta memotivasi guru-guru untuk berinovasi dalam
melaksanakan pembelajaran, antara lain seperti penggunaan model PBL
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli., dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta
Aqip, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung.
Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara. Jakarta
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar. Usaha Nasional. Surabaya.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.
Hidayati. 2007. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pendidikan IPS SD. Depdiknas. Jakarta
Junaidi. 2014. Aktivitas Belajar. http://www.bukuhalus.com/2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html. Diakses tanggal 6 Maret 2014.
Kamdi. 2007. Model Pembelajaran Problem Based Learning. http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-based.html. Diakses tanggal 11 Desember 2012.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta
Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. RaSAIL Media Group. Semarang.
Ruminiati. 2007. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.
60
Sunyono. 2011. Modul 34 Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2011 Rayon 07 Universitas Lampung. FKIP Unila. Lampung.
Wardhani, I.G.A.K., dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.