• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asas Asas Hukum Adat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asas Asas Hukum Adat"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Adat

(2)

PENGERTIAN HUKUM ADAT

Ditinjau dari sudut terminology dan etimologi:

Hukum Adat berasal dari dua

kata, Huk’

dan

Adah ya g

berasal dari Bahasa arab.

Huk’

: aturan

dan Adah: kebiasaan = HUKUM KEBIASAAN.

Kebiasaan sendiri bila digabung dengan kata Hukum

berubah menjadi suatu aturan yang memiliki sanksi

yang dapat dipaksakan.

Dari sudut istilah, Hukum adat ialah

(3)

PENGERTIAN HUKUM ADAT

Ditinjau dari segi Doktrin (Pendapat para Ahli):

Hazairin: Norma hukum adat adalah norma kesusilaan secara keseluruhan yang akan berubah menjadi norma hukum apabila ditambahkan sanksi yang dapat

dipaksakan.

Van Vollenhoven: Jika ingin menemukan hukum adat, hukum adat terdapat didalam masyarakat dimana

terdapat norma yang dipertahankan dan bila ada yang melanggar maka mendapat sanksi yang dipaksakan.

(4)

PENGERTIAN HUKUM ADAT

Ter Haar BZN.:

Hukum adat adalah semua aturan

yang menjelma dalam keputusan warga masyarakat

dan para pejabat. (Teori Keputusan/

Beslisingenleer)

Syarat-syarat adanya keputusan:

- Keputusan itu berlaku secara spontan. Supaya

dapat berlaku secara spontan. Maka keputusan

harus sesuai dengan kehendak masyarakat.

- Keputusan itu harus didasarkan pada Nilai yang

hidup dan berkembang dalam masyarakat dimana

keputusan itu diambil. Baik didalam sengketa

(5)

Perbedaan pendapat antara Para Ahli

Ter Haar: Semua aturan yang belum ditentukan

oleh penguasa masih belum dianggap sebagai

hukum.

Kusumadi: Aturan adat sebelum ditetapkan oleh

penguasa sudah memiliki sifat hukum

(6)

Istilah Hukum adat berdasarkan UU

• Menurut UUD 45, hukum adat dikenal dengan istilah Hukum tidak tertulis, sedangkan menurut UU Pokok Agraria,

menyebutnya dengan istilah Hukum Adat.

PASAL 32 DAN 104 UUD SEMENTARA 1950:

- Hukum tidak tertulis yang terdapat pada peraturan legislative

- Hukum yang hidup sebagai konvensi dalam badan Negara - Hukum yang lahir dari keputusan hakim yang didasarkan

pada nilai yang hidup dalam masyarakat

- Hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan dalam pergaulan hidup desa dan kota

(7)

Proses terbentuknya Hukum Adat

SOSIOLOGIS

1. Manusia berinteraksi dengan

orang/lingkungannya untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Timbul pengalaman (baik/buruk) yang melahirkan system nilai.

3. Orang lalu dapat menilai baik/buruknya sesuatu yang kemudian melahirkan pola berpikir untuk berinteraksi selanjutnya. 4. Dari pola berpikir timbul suatu sikap. Yang

akan menjadi perilaku. Bila perilaku tersebut dianggap baik, maka akan

dilakukan berulang ulang dan menghasilkan

KEBIASAAN. Kebiasan terbagi menjadi kebiasaan pribadi dan umum.

5. Kebiasaan yang berulang-ulang

diabstraksikan dalam bentuk norma. Norma terbagi menjadi norma pribadi (kesusilaan dan agama) dan antar pribadi (kesopanan dan hukum)

(8)

Proses terbentuknya Hukum Adat

YURIDIS

1. Cara adalah perbuatan yang bersifat individual, kekuatan mengikatnya

tergantung oleh org yang melaksanakannya dan sanksinya lemah karena di tentukan oleh pribadi yang berbuat.

2. Bila diikuti oleh banyak orang maka akan berubah menjadi kebiasaan yang kekuatan mengikatnya bertamba menjadi agak kuat karena sanksinya ditentukan pula oleh org lain.

3. Bila integritas kebiasaannya semakin kuat dalam masyarakat maka dinamakan sbg

tata kelakuan yang kekuatan sanksinya menjadi kuat.

4. Bila tata kelakuan dipertahankan dari satu generasi ke generasi selanjutnya maka dinamakan dengan adat istiadat yang sanksinya kuat sekali.

(9)

Terbentuknya Hukum Adat secara yuridis

menurut Hazairin

1. Pada mulainya norma dimulai dengan norma kesusilaan yang bersifat jaiz yg merupakan kesusilaan perorangan. Penentuan sanksinya dilakukan oleh diri sendiri (orang yg berbuat).

2. Timbul suatu penilaian terhadap suatu perbuatan. Bila

perbuatan itu baik, maka orang akan banyak menganjurkan untuk dilakukan (Sunnah), bila tidak, maka makruh. Sanksinya ditentukan masyarakat karena perbuatan tersebut sudah

meningkat dari kesusilaan perorangan menjadi kesusilaan

kemasyarakatan. Karena masih berupa anjuran, maka sanksinya tidak memaksa.

3. Pandangan Masyarakat bisa berubah thp perbuatan tadi. Bila perbuatan itu baik dan menguntungkan, maka perbuatan tsb berubah menjadi suatu keharusan dimana semua orang harus melakukan hal yang sama thp persoalan yang serupa (wajib) dan bila tidak, maka haram.

4. Apabila perbuatan tsb sudah merupakan suatu

(10)

Ciri dan Sifat Hukum Adat

Hukum yang Tidak tertulis

Hukum yang tidak statis

1. Hukum yang tidak tertulis:

Hukum timbul dalam

masyarakat yg tidak dibuat oleh lembaga yang

berwenang menurut UU.

(11)

Unsur-Unsur Pembentuk Hukum Adat

• Kebiasaan

• Agama

Menurut para ahli hukum:

1. Soepomo: Lebih besar unsur kebiasaan drpd agama.

2. Van den Berg: Hukum adat itu ialah hukum agama.

Artinya, keseluruhan hukum adat itu berasal dari agama karena hukum adat identik dengan hukum agama.

3. Van Vollenhoven: Tidak seluruh hukum adat berasal dari agama. Sepanjang menyangkut hal2 yang bersifat umum itu adalah asli Indonesia, sedangkan yang menyangkut hal2 yang bersifat pribadi adalah agama.

(12)

Teori-teori asal kedua unsur tsb

• Teori Receptio in Complexu (Van den Berg): Hukum suatu golongan masyarakat merupakan penerimaan secara bulat dari agama yang dianut oleh golongan tersebut.

• Teori Receptio (Snouck Hurgronye dan Ter Haar):

Hukum Agama adalah bagian dari hukum adat. Apabila antara hukum adat dengan hukum agama

bertentangan, maka tergantung pada agama yg dipeluk masyarakat tersebut.

(13)

Sifat-Sifat Hukum Adat

Magis religious: Masyarakat Indonesia memiliki pola pikir yang tidak lepas dari hal-hal yang berbau magis yang selalu dipengaruhi oleh alam yg tidak terlihat.

Tunai/Kontan: Suatu perbuatan hukum dianggap telah

selesai pada saat perbuatan tersebut dilakukan. Sehingga, apabila dikemudian hari timnul masalah sebagai akibat

perbuatan hukum tsb, maka hal tsb tdk dapat diganggu gugat lagi krn bersifat kontan/tunai.

Kebersamaan: Priibadi merupakan makhluk kemasyarakatan yang erat dan meliputi seluruh aspek kehidupan. Dalam

kebersamaan ini antara hak kewajiban tidak dipisahkan dan kepentingan masyarakat merupakan kewajiban tiap2

individu.

Konkrit/Visual: Setiap tindakan selalu dicoba dengan suatu perbuatan yang kelihatan atau nyata. Spt dalam

(14)

Sistem Hukum Adat

Sistem

Keseluruhan suatu objek yang

terangkai menjadi suatu kegiatan yang teratur.

Jadi system hukum adat adalah bagian yang

integral dari system social secara menyeluruh.

Dasarnya: Sistem social menjadi wadah secara

tradisional akan dapat dikembalikan kpd

(15)

Perbedaan antara Sistem Hukum

Adat dengan Hukum Barat

Pembedanya Hukum Adat Hukum Barat Zakelijk rechten vs

Persoonlijke rechten (Hak kebendaan dan

perseorangan)

Tidak mengenal

perbedaan antara hak kebendaan dengan hak perorangan.

Falsafahnya komunalistik

Mengenal perbedaan antara hak kebendaan dan hak perorangan

Falsafahnya individualistik

Publiekrecht vs

Privaatrecht (Pembedaan Hukum Publik dengan Hukum Privat)

Tidak dikenal, sehingga batas antara keduanya tidak jelas

Dikenal

Formele publiek recht vs Privaatrecht (Pelanggaran Hukum Pidana dan

Perdata)

Tidak mengenal

pengadilan u/perkara spt itu karena sengketa

diselesaikan o/ kpl. adat

(16)

Pebedaan disebabkan karena corak serta sifat yang

berbeda antara hukum adat dan hukum barat serta

pandangan hidup yang mnedukung kedua system

hukum tersebut jauh berlainan. Aliran dunia barat

bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis

(17)

Ciri-ciri Hukum Adat menurut

Soerjono Soekanto

1. Adanya pengaruh yang menentukan dari system kemasyarakatan yang dapat dikembalikan pd factor genealogis dan fktr tempat tinggal.

2. Fungsi utama hukum adat: menyelaraskan hak dan

kewajiban pribadi dengan hak dan kewajiban masyarakat. 3. Sistem hukum adat merupakan refleksi yg konkrit dr

harapan masyarakat didsrkn pd nilai yg berlaku

4. Terbentuk scr tidak tertulis sesudah terbentuk scr tertulis 5. Adanya harmoni yg internal dan eksterna;

6. Berorientasi kpd kedudukan seseorang 7. Pola pemikiran induktif

(18)

Masyarakat Hukum Adat

Sekumpulan orang yang hidup dalam suatu tempat

bersama pada waktu tertentu yang tunduk pada suatu aturan hukum yang sama yaitu hukum adat.

1. Persekutuan Hukum Adat

2. Masyarakat pendukung Hukum Adat Perbedaan dengan masyarakat lain:

- Ter Haar: dapat dikatakan sbgi MHA, yaitu: 1. Harus Hidup teratur, 2. Ada wilayah, 3. Ada Penguasa, 4. Memiliki harta kekayaan yang terlihat/tdk terlihat. - Hazairin: dapat dikatan sbgi MHA, bila: 1. Adanya

kesatuan hukum, 2. Adanya kesatuan penguasa, 3. Adanya satu kesatuan lingkungan hidup yang

(19)

Masyarakat Hukum adat

Tradisional

Sistem masyarakat mempenngaruhi MHA.

1. Sudut susunan (dilihat dr dlm masyarakatnya)

2. Sudut bentuk (dilihat dari luar masyarakatnya)

Faktor-factor yg mempengaruhi dari

sudut susunan

MHA:

1. Faktor territorial (wilayah)

(20)

Sudut Susunan

• Apa yang menyebabkan anggota masyarakat itu bersatu sbg satu kesatuan, apa factor mengikatnya, didasarkan pada apa?

1. Masyarakat territorial: faktornya karena mereka bertempat tinggal di wilayah yang sama atau sama sama berasal dari wilayah yang sama.

2. Masyarakat geneologis: Didasarkan pada hubungan dara. Merasa terkat dengan yang lain akibat berasal dari hubungan darah/keturunan yang sama.

(21)

Geneologis ( Hubungan Darah)

1. Melalui ayah-ibu (bilateral/parental): menarik garis

keturunan baik dari pihak ayah maupun ibu. Cth: Jawa. Org jawa tdk memiliki klan karena semua 1 clan

2. Melalui pihak ayah (Patrilineal). Menarik garis keturunan dari pihak ayah. Cirinya: eksogami dan patrilokal. Contoh: Batak. Bentuk perkawinannya adalah kawin Jujur

3. Melalui pihak ibu (Matrilineal). Menarik garis keturunan dari pihak ibu. Cirinya: endogami dan matrilokal. Contoh: Minangkabau. Bentuk perkawinannya adalah kawin

semendo

(22)

Sistem Masyarakat Hukum Adat

1. Masyarakat Tunggal: bila keluar tidak menjadi bagian masyarakat yang kedudukannya lebih tinggi, bila

kedalam pun tidak terbagi menjadi masyarakat yg lebih rendah. Dikaitkan dengan Wilayah dan

penguasa dimana masing2 hanya 1 dalam system masyarakat hukum adat. Cth: Desa di Jawa

2. Masyarakat bertingkat: terdiri dari masyarakat atasan dan bawahan dimana masy. Bawahan tunduk pada masy. Atasan. Dikaitkan dengan penguasan atasan dan bawahan. Cth: Minang, Batak, Lampung, Sumsel 3. Masyarakat Berangkai: bentuk ekerjasama dr bbrp

(23)

Aspek dalam MHA

1. Masyarakat Hukum adat sebagai suatu totalitas: perhitungan seluruh anggota tanpa

membeda-bedakan kedudukannya dari segala aspek. Seluruh anggota memiliki hak yang sama. Dilakukan o/

individu2.

2. Masyarakat hukum adat sebagai kesatuan penguasa (public): Masyarakjat hukum adat berhak/bewenang untuk melakukan tindakan2 di bidang hukum public. Dilakukan oleh kepala adat sbg penguasa.

3. Masyarakat hukum adat sebagai badan hukum: MHA dapat melakukan tindakan hukum sbgmn yg

(24)

Dasar berlakunya Hukum Adat

• Sosiologis system hukum itu berlaku apabila diketahui, dikenal, dihargai dan ditaat oleh sebagian besar warga masyarakat sehingga aturan tsb berjalan dengan

sendirinya

• Filosofis: Sistem hukum itu harus dampai dikembalikan kepada falsafah dasar yg dianut oleh suatu bangsa

dimana falsafah Negara kita ialah Pancasila

• Yuridis: mempermasalahkan dasar hukum berlakunya Hukum adat tersebut. Dalam pasal II aturan peralihan UUD 45 dan UU Pokok Kekuasaan kehakiman

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bahwa hukum adat sebagai hukum yang hidup dalam masyarakat dapat7. mengisi

Sedangkan, menurut Soejono Soekanto hukum adat pada hakikatnya merupakan hukum kebiasaan,namun kebiasaan yang mempunyai akibat hukum (das sein das sollen).Berbrda dengan

Adat meugoe blang (adat bertani/sawah), merupakan salah satu hukum adat atau adat kebiasaan masyarakat Aceh yang telah hidup, tumbuh dan berkembang

Selain itu, hukum adat merupakan hukum yang sudah ada, dan merupakan aturan asli yang berasal dari komunitas masyarakat hukum adat Indonesia, jadi hukum adat adalah hukum

Dengan demikian maka di dalam hukum Adat, suatu perbuatan yang tadinya tidak merupakan delik adat, pada suatu waktu dapat dianggap oleh hakim atau oleh kepala adat sebagai

tidak semua bagian hukum agama diterima, diresepsi dalam hukum adat.Hanya beberapa bagian tertentu saja dari hukum adat dipengaruhi oleh hukum agama yang

72 Muhammad Arifin, “Penyelesaian Tindak Pidana Penganiayaan Melalui Hukum Adat Di Kecamatan Pujud”, JOM Fakultas Hukum Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 Ahmad Tahali, “Hukum Adat Di

Van Dijk tidak menyetujui istilah hukum kebiasaan sebagai terjemahan dari adatreecht dikarenakan: “Tidaklah tepat menerjemahkan adatreecht menjadi hukum kebiasaan untuk menggantikan