• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)SISWA KELAS IV SDN 1 MARGODADI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)SISWA KELAS IV SDN 1 MARGODADI TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER(NHT)SISWA KELAS IV SDN 1 MARGODADI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh YULIATI

Pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 1 Margodadi belum berjalan dengan maksimal. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh aktivitas siswa pasif dan ketuntasan hasil belajar siswa masih rendah yaitu 31%. Tujuan peneliti adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA melalui Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pengumpulan data dengan lembar observasi untuk aktivitas belajar siswa dan tes untuk hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas belajar siswa, pada siklus I mencapai 65,4% berkategori cukup aktif dan pada siklus II meningkat menjadi 73,1% berkategori aktif. Ketuntasan hasil belajar pada siklus I mencapai 57,7%, dengan rata-rata nilai adalah 64 berkategori cukup, meningkat menjadi80,8%pada akhir siklus II dengan rata-rata nilai adalah 73 berkategori baik.

(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER(NHT)SISWA KELAS IV SDN 1 MARGODADI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh YULIATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Yuliati lahir diSukaraja, pada tanggal 6 Juni 1981. Penulis

adalah anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Mulyono dengan

Ibu Sudariyah.

Riwayat Pendidikan :

1. Pendidikan Penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 1 Sukaraja, tamat

dan berijazah tahun 1994.

2. Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Gading Rejo, tamat dan

berijazah tahun 1997.

3. Sekolah Menengah Umum SMU Negeri 1 Gedung Tataan, tamat dan

berijazah tahun 2000.

4. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan S1 PGSD SKGJ FKIP Universitas

(7)

“Allah senantiasa akan memberikan nikmat yang luar biasa

apabila kita senantiasa selalu bersyukur atas sekecil apapun

nikmat yang Allah berikan setiap saat

.”

(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku Bapak Mulyono dengan Ibu Sudariyah yang selalu

mendo’akanku dan memberikan dukungan untuk keberhasilanku.

2. Ayah mertuaku dan Ibunda Mertuaku yang selalu memberikan perhatian

untuk keberhasilanku.

3. Untuk suamiku Pamungkas dan anakku Hafiz Fadlil Azim yang selalu

menjadi motivasiku dan memberikan semangat dalam menyelesaikan

studiku

4. Untuk Kakak-kakaku dan adikku yang selalu memberikan dorongan serta

do’a serta teman-teman seperjuanganku yang tidak dapat kusebutkan satu-persatu

5. Almamaterku Universitas lampung yang telah mendewasakanku dalam

(9)

Halaman

Daftar Tabel... i

Daftar Gambar... ii

Daftar Lampiran ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Ruang Lingkup ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Pengertian Belajar ... 8

B. Aktivitas Belajar ... 9

C. Hasil Belajar... 10

D. Pengertian Model ... 11

E. Pengertian Model Pembelajaran ... 12

F. Pengertian Pembelajaran... 12

G. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

H. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ... 14

I. Kelebihan dan kelemahan NHT... 16

J. Langkah-Langkah NHT ... 17

K. Pengertian IPA ... 20

L. Penelitian yang Relevan... 21

M. Kerangka Pikir ... 22

N. Hipotesis Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Pendekatan Penelitian ... 23

B. Setting Penelitian ... 23

C. Prosedur Penelitian ... 23

D. Instrument Penelitian ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 31

F. Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data ... 32

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Profil SD Negeri 1 Margodadi ... 35

B. Deskripsi Persiklus ... 36

1. Siklus I ... 36

2. Perencanaan ... 36

3. Pelaksanaan ... 37

4. Hasil Observasi Siklus I... 40

1) Aktivitas Belajar Siswa ... 40

2) Kinerja Guru... 40

3) Hasil Belajar Siswa ... 42

5. Siklus II ... 44

6. Perencanaan ... 44

7. Pelaksanaan ... 45

8. Hasil Observasi Siklus ... 47

1) Aktivitas Belajar Siswa ... 47

2) Kinerja Guru... 48

3) Hasil Belajar Siswa ... 49

B. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

(11)

Tabel Halaman

Hasil Belajar Siswa Semester Ganjil Mata Pelajaran IPA ... 3

Jadwal Pelaksanaan kegiatan siklus I... 36

Hasil Aktivitas Belajar Siklus I... 40

Hasil Obsevasi Kinerja Guru Siklus I ... 40

Hasil Perolehan Nilai Siklus I ... 42

Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Tes IPA Siklus I ... 42

Jadwal Pelaksanaan kegiatan siklus II ... 44

Hasil Aktivitas Belajar Siklus II ... 47

Hasil Obsevasi Kinerja Guru Siklus II... 48

Hasil Perolehan Nilai Siklus II... 49

Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Tes IPA Siklus II ... 49

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 22

4.1 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar siklus I... 44

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu belajar-mengajar. Belajar mengajar

di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana.

Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan

pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik

memiliki kemampuan maksimal dan meningkatkan motifasi, tantangan dan

kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai

pembawa materi maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan.

Dalam konteks pembaharuan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu

disoroti yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan

efektifitas metode pembelajaran menurut Nurhadi dan Senduk (2003 : 1).

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan

guru sebagai pengajar, proses pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan paedagogi yang mencakup strategi maupun metode mengajar.

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha

pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin

mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini

pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat

(14)

2

tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan

metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi

semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan

dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada.

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana

yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi

kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini,

karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus

dibentuk.

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau

hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru

sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan

pemegang peran yang sangat penting. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam

proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar

mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu

pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang

disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk

mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Sagala (2010:4),menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat.

(15)

dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan ,kesehatan jasmani dan rohani , kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Hamalik,2001:82).

Pada materi pembelajaran IPA di Pendidikan dasar khususnya pendidikan

dasar di SDN 1 Margodadi semakin lama semakin mengalami penurunan,

dibandingkan dengan mata pelajaran lainya. Kesenjangan nilai secara umum

pada mata pelajaran IPA juga dapat diihat dari hasil observasi peneliti

terhadap nilai hasil ulangan siswa, dalam rekapitulasi nilai ulangan tersebut

nilai mata pelajaran IPA terlihat masih rendah.

Hal ini juga dapat dilihat pada :

Tabel 1.1 Hasil belajar siswa pada semester Ganjil Mata pelajaran IPA

NO NILAI JUMLAH SISWA PERSENTASE KETERANGAN

1 0-64 18 orang 69% Belum Tuntas

2 65-74 5 orang 19% Tuntas

3 75-100 3 orang 12% Tuntas

Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran

IPA ini, karena jika dibiarkan tanpa adanya kegiatan yang mendorong kearah

yang lebih baik dalam pembelajaran, kemungkinan besar nilai pada mata

pelajaran ini akan berangsur-angsur terus menurun, maka itu peneliti

mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together ( NHT) dengan harapan nilai mata pelajaran IPA dapat mengalami

peningkatan. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil

(16)

4

Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan

kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir

dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas

pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta

berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim

(2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup

dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk mengadakan

penelitian yang dirumuskan dengan judul : “Peningkatan aktivitas dan hasil

belajar IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ada

siswa kelas IV SDN 1 Margodadi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil belajar siswa IV SDN 1 Margodadi menunjukan minimnya

penguasaan terhadap materi pelajaran IPA. Nilai rata-rata untuk mata pelajaran

IPA di kelas IV masih rendah. Terdapat beberapa masalah yang penulis

identifikasikan yaitu sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA pada siswa IV SDN 1

Margodadi

(17)

3. Penggunaan metode pembelajaran masih kurang bervariatif

4. Sistem pembelajaran di kelas masih cenderung berpusat pada guru.

5. Siswa di kelas tersebut pasif.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut, maka

rumusan permasalahan yang diteliti dalam PTK ini adalah :

1. "Bagaimanakah Peningkatan aktivitas belajar IPA dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 1

Margodadi?”

2. "Bagaimanakah Peningkatan hasil belajar IPA dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 1

Margodadi?”

3. “Bagaimanakah NHT dapat meningkatkan kinerja guru?”

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan aktivitas belajar IPA dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 1

Margodadi

2. Meningkatkan hasil belajar IPA dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 1 Margodadi

3. Meningkatkan kinerja guru

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari pelaksnaan penelitian tindakan kelas ini dapat diharapkan

(18)

6

1. Siswa

a) Siswa lebih tertarik dan lebih termotivasi untuk belajar IPA dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pembelajaran yang disajikan

khususnya kelas IV

b) Siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT

2. Guru

a) Dapat berkembang secara profesional.

b) Mendapatkan motivasi serta inovasi dalam pembelajaran untuk lebih

meningkatkan kompetensi dalam profesinya sebagai guru dalam

pembelajaran anak.

c) Dapat mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT pada pembelajaran IPA sebagai alat untuk meningkatkan aktivitas

dan hasi belajar siswa.

3. Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan

proses pembelajaran, kualitas lulusan, dan eksitensi sekolah sehingga dapat

meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman pada saat melaksanakan kegiatan

pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki serta dapat menciptakan

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, serta mampu

menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan untuk peserta

(19)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa SDN 1

Margodadi Kec. Jatiagung Kab. Lampung Selatan khususnya pada siswa

kelas IV, dengan jumlah siswa 26 orang yaitu 14 orang perempuan dan 12

orang laki-laki.

2. Pembelajaran dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

3. Metode pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

model pembelajaran kooperatif tipe model pembelajaran kooperatif tipe

(20)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari

tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi

bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar adalah sebuah proses

perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan

dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Menurut Oemar Hamalik (2001:28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Sardiman A.M. (2003: 22) belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri

manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta,

konsep ataupun teori. Menurut Budi Sanjaya (2009: 57), belajar adalah proses

perubahan tingkah laku. Sedangkan menurut Skinner (dalam Dimiyati dan

Mudjiono 2006:9), belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka

responya lebih baik sebaliknya jika tidak sedang belajar maka responya

menurun. Dari berbagai pengertian belajar dari para ahli dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih

(21)

B. Aktivitas Belajar

Adanya perubahan paradigma pendidikan saat ini menuntut dilakukannya

perubahan proses pembelajaran di dalam kelas. Peran guru saat ini diarahkan

untuk menjadi fasilitator yang dapat membantu siswa dalam belajar, bukan

sekedar menyampaikan materi saja. Guru harus mampu melibatkan siswa

dalam kegiatan pembelajara secara optimal.

Menurut Rusman (2011: 323) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi

(guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang

dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi

belajar aktif.

Menurut Gie (dalam Wawan, 2010: 1), aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahirannyang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.

Menurut Susilo (2010: 29) berpendapat bahwa aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar, aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tnggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa aktivitas belajar adalah

segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini

(22)

0

proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif. Aktivitas

siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya mengenai aktivitas fisik

siswa tetapi berkaitan dengan aktivitas mental siswa.

C. Hasil Belajar

Djamarah dan Zain (2006: 45) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa

setelah dilakukan aktifitas belajar.

Mulyasa (2008: 25) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.

Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2010: 6)

belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

melakukan aktivitas tertentu. Sementara itu, menurut Syah (2010: 90) belajar

adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif

Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa hasil belajar merupakan

prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi

dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Hasil yang dimaksudkan di

sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya hasil siswa dalam

(23)

D. Pengertian Model

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu

objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau

idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe),

model citra (gambar rancangan, citra komputer),dll.

Menurut KBBI (2010: 154) model pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dr sesuatu

yg akan dibuat atau dihasilkan dasar pola utama ciptaannya.

Warsita (2008: 42) Model adalah dimana penyerdahanaan objek, yang terdiri dari berbagai jenis model beserta kegunaan model itu sendiri yang mempengaruhi suatu kegiatan agar mempermudah pengertian, komunikasi, dan memperkirakan masa depan.

Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa model adalah rencana,

atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek yang menjadi suatu acuan dalam

pelaksanaan kegiatan.

E. Pengertian Model Pembelajaran

Kurniawan (2007: 42 Model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat

juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan Nur (2000: 62) ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi, dan learning strategi.

(24)

✂✄

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa model-model pembelajaran

merupakan kerangka konseptual yang lebih menekankan pada penerapannya di

kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada

kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi

pelajaran kepada siswa.

F. Pengertian Pembelajaran

Warsita (2008: 85) Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta

didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.

Sudjana (2004: 28) Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi

edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Trianto (2010: 17) Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran dalam makna

kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya

(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan.

G. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan

(25)

pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan

diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan

dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan

kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam

kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran

berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk

memecahkan masalah.

Mohd. Arif (2008: 150) pembelajaran kooperatif disebut dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugasan-tugasan yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu kelompok yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-5 orang.

Artz dan Newman (Trianto, 2011: 56) mengemukakan bahwa dalam belajar

kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan

tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Rusman (2011: 202) menyebutkan pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerjadalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanyaterdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yangbersifat heterogen.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, disimpulkan pengertian

model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa

dapat belajar dan bekerja dalam kelompok kecil (4-6 siswa) serta dapat

berinteraksi satu sama lain demi mencapai tujuan belajar bersama.

Keberhasilan model pembelajaran kooperatif bukan terletak pada kemampuan

satu siswa, tetapi keberhasilan terletak pada kerja sama dalam kelompok.

(26)

✝✞

mencapai ketuntasan belajar dan berkewajiban membantu siswa lain dalam

mempelajari suatu bahan materi pelajaran.

H. Model Pembelajaran Kooperatif tipeNumbered Heads Together(NHT)

Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (2001: 75). Tehnik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Tehnik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di

sekolah-sekolah adalah Numbered Head Together atau disingkat NHT, tidak

hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunakan sebagai bahan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran

kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan

menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada

kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai

bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan

terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab

pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan

kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan

kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti

Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

(27)

yang lebih baik pada seluruh siswa, oleh karena rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri, Muhammad Ali (1992: 89).

Menurut Suhermi (2004: 43) menyatakan bahwa Numbered Head Together

adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

NHT adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota

kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada

pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok

untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya.

I. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Head Together (NHT) :

Krismanto (2003: 63) bahwa Model pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang

lain

2. Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor Sebaya

3. Memupuk rasa kebersamaan

4. Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan

5. Meningkatkan hasil belajar siswa

6. Mampu memperdalam pamahaman siswa

(28)

✡ ☛

8. Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa

9. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa

10. Mengembangkan rasa saling memiliki antara teman sebaya

Krismanto (2003: 63) bahwa Model pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) memiliki beberapa kelemahan yaitu:

1. Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit

kewalahan

2. Guru harus bisa memfasilitasi siswa

3. Tidak semua mendapat giliran

Tryana (2000: 46) bahwa model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa,

menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa,

mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu

siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling

memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Kelemahanya

kemungkinan nomor yang telah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

J. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) :

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)

menjadi enam langkah sebagai berikut :

(29)

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok

yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap

siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang

dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,

suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan

kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan

masing-masing kelompok

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket

atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau

masalah yang diberikan oleh guru.

4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir

bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang

(30)

✌8

pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari

yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Selanjutnya Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010: 176) menyatakan dimana

terdapat lima langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu :

1. Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang

dan diberi nomor untuk setiap siswa. Kelompok Kooperatif merupakan

pecampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku jenis

kelamin dan kemampuan belajar.

2. Guru mengajukan pertanyaan secara langsung atau melalui LKS.

3. Siswa mendiskusikan jawaban bersama-sama dan memastikan semua

anggota kelompok mengetahui jawabannya. Jika perlu, ada anggota yang

berfungsi untuk mengecek jawaban dari masing-masing anggota.

4. Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor secara acak dan siswa

dengan nomor tersebut mengangkat tangan dan memberikan jawaban

(31)

5. Pada akhir sesi, guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari

semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan.

Krismanto (2003:56) mengemukakan bahwa langkah-langkah model

pembelajaranNumbered Head Together (NHT)adalah:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat

nomor

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya dan mengetahui jawabannya

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain

6. Kesimpulan

K. Pengertian IPA

Pengertian IPA menurut Fowler (dalam Usman, 2006: 29) menyatakan IPA

adalah Ilmu yang sistematis dan di rumuskan, ilmu ini berhubungan dengan

gejala-gejala kebendaan dan terutama di dasarkan atas pengarnatan dan induksi.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

Depdiknas (2010: 105) bahwa IPA berhubungan dengan mencari cara,

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip

(32)

✎0

ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta dan gejala

alam.

Menurut Carin yang dikutip dalam Hakikat (2009: 4) menyatakan sains adalah

suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan

penemuan rahasia alam. Menurut Carin yang dikutip dari Kapita selekta

(2007: 35) sains adalah suatu sistemuntuk memahami alam semesta melalui

observasi dan eksperimen terkontrol.

Dari pendapat diatas dapat di artikan IPA adalah teoritis diperoleh dengan

metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi

dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin

tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan

lingkungan.

L. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang mengacu pada penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh :

1) Rica Sri Astuti (2012) “ Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran Kooperatif IPA Melalui Metode NHT Pada Siswa Kelas IV SDN 5 Jatimulyo Kec. Jatiagung Kab. Lampung Selatan”. Penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan pada aktivitas dan hasil belajarnya dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 72,4% dan hasil belajar siswa mencapai 76,8%.

(33)

peningkatan pada aktivitas dan hasil belajarnya dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 84,5% dan hasil belajar siswa mencapai 85,5%.

3) Larasati (2011) “ Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif tipe NHT Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Way Kandis Kec. Tanjung Senang Bandar Lampung”. Penelitian yang dilakukan

mengalami peningkatan pada aktivitas dan hasil belajarnya dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu aktivitas dalam belajar IPA mencapai 83,2% dan hasil belajar siswa mencapai 83,8%.

M. Kerangka Berpikir

Dari diagram kerangka pikir diatas dapat diketahui secara ringkas kegiatan yang

akan dilakukan oleh peneliti. Dimulai dari observasi awal, kondisi awal sebelum

penelitian berlangsung belum ada kegiatan pembelajaran yang menggunakan Kondisi

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN 1 MARGODADI

Siklus 2:

Memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pembelajaran

(34)

✒✒

metode sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Tindakan

penelitian dimulai dengan penggunaan Numbered Heads Together (NHT),

kegiatan terdiri dari siklus I dan siklus II. Setelah siklus II dapat kita lihat bahwa

terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1

Margodadi.

N. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, di rumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut "Apabila pembelajaran IPA menggunakan model

cooperative learning tipe NHT dengan memperhatikan langkah-langkah

secara tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam

kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja

sebagai guru,sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Penelitian ini menggunakan Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang dipusatkan pada situasi dan kondisi kelas. Pendekatan ini dipilih di

dasarkan atas pertimbangan bahwa:

1. Analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi

dan tindak lanjut berdasarkan"siklus"

2. Kajian dan tindakan secara kolaboratif, dan partipatif berdasarkan situasi

alamiyah yang terjadi dalam pembelajaran Hopkins (1993).

Prosedur penelitian yang digunakan adalah siklus. Siklus ini tidak hanya

berlangsung satu kali, tetapi berlangsung dalam beberapa siklus sehingga

tercapai tujuan. Dalam Penilitian ini dilaksanakan 2 Siklus. Dalam sebuah

siklus terdapat 4 tahap yang terangkai yang harus berlangsung sesuai

dengan aturanya yaitu :

1. Perencanan (planning),

2. pelaksanaan (action),

3. pengamatan (observation), dan

(36)

22

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek tindakan dalam penelitian ini adalah 26 orang, terdiri dari 14 orang

putri dan 12 orang putra kelas IV SD Negeri 1 Margodadi

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Margodadi , Kecamatan Jatiagung

Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

3. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret s/d Mei Tahun

Pelajaran 2013/2014. Sebelum pelaksanaan penelitian peneliti harus

membuat (silabus dan pemetaan, penyususnan RRP, LKS) sampai tahap

pelaksanaan (pelaksanaan dikelas) dan tahap pelaporan.

C. Prosedur Penelitian

(37)

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini adalah menyusun Silabus, dan pemetaan, Rencana Perbaikan

Pembelajaran (RRP), mempersiapkan materi untuk siklus I yaitu Gaya

2. Pelaksanaan

Proses tindakan dalam siklus I adalah :

Kegiatan Awal

1. Mengucapkan salam dan Berdo'a

2. Guru mengecek kesiapan peserta didik, dan perlengkapan belajar

kelas

3. Guru juga mempersiapkan materi pembelajaran yang dapat diajarkan

menggunakan Numbered Heads Together (NHT).

4. Guru mempersiapkan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

melalui kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi:

1. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 3-5 orang siswa.

2. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk adalah kelompok

heterogen.

3. Setelah itu guru menjelaskan materi tentang gaya. Dalam pembentukan

(38)

24

agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru.

4. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk

menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban

dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah

diberikan oleh guru.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru

menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor

yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di

kelas.

6. Siswa yang memiliki nomer sama membacakan hasil jawabanya di depan

teman sekelasnya.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi :

1. Guru meminta siswa mempresentasikan hasil pembelajaran sesuai dengan

nomer yang dimilikinya

2. Siswa kelompok lain memberikan pendapat dan komentar

3. Guru dan siswa menyimpulkan hasil presentasi dari setiap kelompok

Konfirmasi

1. Guru bersama siswa bertanyajawab meluruskan kesalahan pemahaman,

memberikan penguatan dan penyimpulan

2. Guru mengevaluasi hasil akhir siswa dengan cara memberikan tes tertulis

(39)

Penutup

1. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan

3. Pengamatan atau Observasi

Tahapan ini dilakukan bersamaan pada saat pelaksanaan. Pengamatan

dilakukan pada saat tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini, peneliti

melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi

selama tindakan sedang berlangsung. Pengumpulan data dilakukan

menggunakan format obsevasi penilaian yang telah disusun.

4. Refleksi

Dalam akhir Siklus I, guru dan siswa mengadakan refleksi. Refleksi bertujuan

untuk mengetahui aktivitas siswa pada proses pembelajaran dan mengetahui,

hasil belajar Siklus I.

Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap ini sama yang dilakukan pada Siklus I adalah menyusun Silabus, dan

pemetaan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP), mempersiapkan materi

untuk siklus II yaitu materi tentang mempersiapkan lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Proses tindakan dalam siklus II adalah :

Kegiatan Awal

1. Mengucapkan salam dan Berdo'a

2. Guru mengecek kehadiran peserta didiknya

3. Apersepsi memberikan umpan balik terhadap pelajaran yang telah

dipelajari dipertemuan sebelumnya

(40)

26

Kegiatan Inti Eksplorasi

1. Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

2. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk adalah kelompok

heterogen.

3. Guru memberikan lembar kerja siswa

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi :

1. Guru meminta siswa mempresentasikan hasil pembelajaran sesuai dengan

nomer yang dimilikinya

2. Siswa kelompok lain memberikan pendapat dan komentar

3. Guru dan siswa menyimpulkan hasil presentasi dari setiap kelompok yang

memiliki nomer sama

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Guru mengevaluasi hasil akhir siswa dengan cara memberikan tes

presentasi kedepan kelas kepada setiap kelompok yang mencakup

semua materi kelompok tersebut .

2. Guru juga menilai cara siswa dalam menyampaikan materi yang

diterimanya dari setiap kelompok dan merangkumnya menjadi satu, serta

(41)

Penutup

1. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan

3. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan dilakukan pada saat tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini,

peneliti melakukan pengamatan tentang aktivitas siswa serta kegiatan siswa

ketika melaksanakan pembelajaran. Pengumpulan data diambil dari kegiatan

penutup yang dilakukan di akhir siklus.

4. Refleksi

Berdasarkan proses kajian pembelajaran dan hasil belajar dari silklus II. Guru

dan siswa mengadakan refleksi bersama untuk membahas hasil evaluasi.

Refleksi terhadap rencana dan tindakan yang dilakukan dalam proses

pembelajaran disimpulkan dan diharapkan memperoleh hasil yang maksimal

D. Instrumen Penelitian

a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Beberapa kegiatan siswa dapat dinilai melalui tabel aktivitas dibawah ini :

3.1 Tabel Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran :

No. Aspek yang diamati Jumlah

siswa

% 1. Memperhatikan penjelasan guru berdasarkan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

2. Merespon aktif pertanyaan lisan yang diajukan guru 3. Kesungguhan dalam mengerjakan tugas dan dalam

menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan

4. Aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam mengerjakan tugas

5. Menampakan sikap penuh semangat selama proses pembelajaran

Rata-rata

(42)

28

NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR

0 1

I PRA PEMBELAJARAN

1 Menyiapkan ruang, alat pembelajaran, dan media 2 Memeriksa kesiapan siswa

II MEMBUKA PEMBELAJARAN 1 Melakukan kegiatan apersepsi

2 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A Penguasaan Materi Pelajaran

1 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 3 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

2 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3 Menguasai kelas

4 Melaksanakan pembelajaran bersifat konstektual

5 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

6 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan

7 Melatih keterampilan berbahasa/bersastra secara terpadu 8 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bernalar 9 Menguasai model Numbered Heads Together (NHT).

C. Pembelajaran Yang Memicu Dan Memelihara Keterlibatan Siswa 1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa dan

sumber belajar

2 Merespon positif partisipasi siswa

3 Memfasilitasi terjadinya interaksi guru-siswa dan siswa-siswa 4 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa

5 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif

6 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar D Penilaian Proses Dan Hasil Belajar

1 Memantau kemajuan belajar

2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi E Penggunaan Bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar 2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 3 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai IV PENUTUP

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa 2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan,

atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan Skor Total IPKG

Sumber : dimodifikasi dari Sunyono (2009:18)

Menentukan tingkat aktivitas siswa, pada setiap siklus menggunakan rumus :

∑ X

NAS =

n

(43)

NAS = nilai aktivitas siswa

Sikma x kuadrat = jumlah skala nilai yang didapat siswa

n = nilai skala tertinggi

Menentukan persentase siswa yang aktif

P = x 100%

Keterangan:

P = persentase siswa yang aktif

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya (jumlah siswa yang aktif)

n = number of class (banyaknya siswa)

Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar siswa

NO Rentang Nilai Kategori

1. >80 Aktif

2. 60-79 Cukup aktif

3. 40-59 Kurang aktif

Sumber : modifikasi dari Poerwanti (2008:27)

Keterangan Cara penilaian Aktivitas guru :

1. Diberikan skor 1 jika melaksanakan kegiatan, yang ada pada lembar

observasi aktivitas guru

2. Diberikan skor 0 jika tidak melaksanakan kegiatan, yang ada pada lembar

observasi aktivitas guru

3. Skor maksimal yang diperoleh adalah 29 dikarenakan ada 29 aspek

penilaian

Cara penghitungan aktivitas kinerja guru dapat menggunakan rumus dibawah ini : Rumus:

= x100%

Tabel 3.4 Kategori Kinerja Guru

NO Rentang Nilai Kategori

(44)

30

3. 20 s/d 11 Cukup baik

4. 10 s/d 0 Kurang baik

c. Lembar Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

Tabel 3.5 Distribusi frekuensi perolehan nilai

NO NILAI FREKUENSI ∑ % KRITERIA

KETUNTASAN

JUMLAH

Data ini diperoleh dari hasil tes , data yang berbentuk nilai yang digunakan untuk

mengetahui tingkat pernahaman siswa dengan menggunakan rumus :

Nilai siswa = Skor perolehan Skor maksimal x100

Cara penghitungan ketuntasan klasikal :

Ketuntasan (%) = Siswa tuntas siswa

Nilai rata-rata kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

X =∑ Jumlah nilai

n

(Suharsimi Arikunto, 2001: 244)

Keterangan :

X = rata-rata

∑ Jumlah nilai = Jumlah Nilai

N = banyak siswa

Tabel 3.6 Daftar Penskoran Penilaian Hasil Belajar

No Nomor soal Besar Skor Persentase

1 1

2 2

3 3

(45)

5 5 Jumlah

E. Teknik Analisis Data

Hasil penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif

dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis

data yaitu data tentang kinerja guru, dan aktivitas siswa. Sedangkan analisis

kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan hasil belajar

siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Analis data dengan Numbered

Heads Together (NHT) data kuantitatif digunakan untuk mendreskripsikan

hasil belajar siswa.

1. Kualitatif

Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yaitu data tentang

kinerja guru, dan aktivitas siswa. Penilaian data kualitatif ini beracuan pada

instrumen penilaian aktivitas belajar dan aktivitas kinerja guru.

2. Kuantitatif

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran Data

ini diperoleh dari hasil tes yang dilakukan dan telah direkapitulasi menggunakan

intrumen penelitian terhadap hasil yang berupa nilai siswa , data yang berbentuk

nilai yang digunakan untuk mengetahui tingkat pernahaman siswa .

F. Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Sumber data yang akan diambil merupakan data kuantitatif yang berupa hasil

(46)

32

makanan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Margodadi, dan data kualitatif

yang berupa hasil penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru pada setiap

siklus.

2. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar panduan Observasi, instrumen dirancang oleh peneliti yang

berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar IPKG ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa selama

Penelitian Tindakan Kelas dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT).

2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data hasil

belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT).

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan siswa meliputi keberhasilan aktivitas siswa dan hasil

belajar siswa. Jika terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV dari

yang kurang aktif menjadi lebih aktif dan juga dapat kita lihat dari peningkatan

hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA jika nilai rata-rata siswa

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Data hasil pelaksanaan tindakan, Analisis dan refleksi atas penerapan model

NHT dalam pelajaran IPA dikelas IV SD Negeri 1 Margodadi Kec. Jatiagung

Kab. Lampung Selatan, dapat disimpulkan beberapa temuan sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan

Alam) pada siklus 1 secara keseluruhan mencapai 65,4% berkategori

cukup aktif, pada siklus 2 meningkat sehingga mencapai 73,1%

berkategori aktif.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA dari tes hasil

formatif pada siklus 1 dan siklus 2 ditemukan bahwa hasil belajar siswa

mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Rata-rata hasil belajar

siswa pada siklus 1 adalah 64 meningkat pada siklus 2 menjadi 73.

3. Pada siklus 1, kinerja guru cukup baik dengan jumlah persentase 69%.

Pada siklus 2 terjadi peningkatan kinerja guru menjadi lebih baik dengan

jumlah persentase 86%.

4. Penggunaan model NHT dapat memperbaiki kinerja guru.

(48)

✕✖

B. Saran

Berdasarkan beberapa kemajuan yang dicapai dan hasil kesimpulan penelitian

ini, maka perlu disampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan

pemanfaatan hasil penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran

menggunakan. model pembelajaran kooperatif tipe NHT Beberapa saran yang

perlu disampaikan adalah :

1. Bagi siswa, hendaknya belajar dengan model pembelajaran ini perlu

dilakukan secara berkesinambungan dengan mengajak guru dan teman

tidak hanya pada saat penelitian dan dapat diterapkan pada mata pelajaran

yang lain

2. Bagi guru, untuk menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada penelitian ini diperlukan

persiapan yang matang, terutama pada saat penulisan, kekompakan

menjawab diperlukan bantuan dari siswa yang pandai untuk membantu

mengerjakan soal-soal yang dibuat oleh temannya.

3. Bagi sekolah, untuk mengatasi permasalahan pada pembelajaran IPA yang

cenderung tidak disukai oleh siswa maka sebagai alternative

penyelesaiannya adalah menerapkan model pembelajaran ini.

4. Bagi peneliti, yang ingin melakukan penelitian lanjutan siswa dengan

penelitian ini juga disarankan agar membuat persiapan yang lebih

sempurna dalam mempersiapkan instrument pengamatan beserta

(49)

Aqib, Zainal. 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung :Yrama Widya

Arif, Muhammad. 2008.Kurikulum 1994. Jakarta : Depdiknas.

Arikunto, Suharsmi. 2001.Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta

Budi, Sanjaya. 2009.Penelitian Tindakan Kelas

http//:www.yahoo.com.penelitiantindakankelas/dzaki.blogspot.html (diakses april 2010)

Fathurrohman, Sutikno. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Sebagai Pengembangan Profesi Guru.Jakarta : Raja Grafindo Persada

Depdiknas. 2010.Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP)Pendidikan di Sekolah Dasar.Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. 2003.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.Jakarta: Rineka Cipta

Hakikat. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan Jakarta: PPPPTKIPA

Hamalik, O. 2001.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta :Bumi Aksara

Hopkins. 1993.Principle Of Intructional Design.Jakarta : PT. Rineka Cipta

Ibrahim, M dkk. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Unesa.

Kapita Selekta. 2007.Penilaian Buku Nonteks.Jakarta :PT. Nimas Multima

(50)

Kardi dan Nur. 2000. http//Jurnal. Kepdiknas. Go.id

Krismanto. 2003 .Strategi belajar mengajar matematika .Mataram: Media grafindo

Kurniawan. 2007.Model-model Pembelajaran. PT. Refika Pratama

Mulyasa, E. 2008. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung

Nurhadi, Senduk. 2003. Pengembangan Pendidikan SD,Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Poerwanti. 2008. “Pemantapan Kemampuan Profesional” Jakarta .Universitas Terbuka.

Rusman. 2011.Materi dan Pembelajaran SD, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta

Sagala. 2010.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : CV.Alfabeta

Sardiman. 2003.Interaksi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo : Jakarta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta

Spencer. 1992 . http//:www.yahoo.com.Cooperative learning (teori dan aplikasi paikem)

Sudjana, N. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suhemi, E. 2004.Model belajar dan pembelajaran berorientasi kompetensi siswa. Jurnal pendidikan dan budaya edisi I, hlm. Jakarta : Departemen Pendidikan. Tersedia http://jurnal.garuda.kepdiknas.go.id// (07/01/2012)

Sunyono. 2009.Model PembelajaranKooperatif. Bandung : PT. Indeks

(51)

:Gramedia

Toeti Soekamto dan Winata. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Usman samatowo. 2006,.Bagaimana Membelajarkan IPA Di SD.Jakarta: Universitas Terbuka

Warsita. 2008. “Penelitian Tindakan Kelas” Jakarta. UniversitasTerbuka

Gambar

Tabel 1.1 Hasil belajar siswa pada semester Ganjil Mata pelajaran IPA
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto 2006:16)
Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar siswa
Tabel 3.5 Distribusi frekuensi perolehan nilai

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan media video dapat meningkatkan

Kapasitas Terpasang Sewa Pembangkit Tenaga Listrik PLN Menurut Jenis Pembangkit Per Wilayah 2014 PLN’s Installed Capacity Rented By Type Of Power Plant And By Region 2014 6

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Scanned by CamScanner... Scanned

Menurut Miller, Balanter dan Primbam dalam Dan Nimmo (2006) mengatakan bahwa citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan

Pertama , periode diskursus kenabian ( Prophetic Discourse ), di mana al-Qur’an lebih suci, lebih autentik, dan lebih dapat dipercaya dibanding ketika dalam bentuk