ABSTRAK
PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE
Oleh Vera Darmiyanti
Siswa menganggap mata pelajaran IPA fisika merupakan salah satu bidang studi IPA yang tergolong sulit. Anggapan ini menyebabkan siswa kurang menyukai mata pelajaran IPA fisika, sehingga penguasaan konsep IPA fisika siswa masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Ada tidaknya pengaruh
keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep fisika SMP melalui model kooperatif tipe think pair share; (2) Ada tidaknya pengaruh keterampilan
metakognisi terhadap berpikir kritis siswa SMP melalui model kooperatif tipe think pair share. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VIII di
SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada semester genap sedangkan sampel yang diambil, yaitu kelas VIIIG. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive
Vera Darmiyanti regresi. Rata-rata nilai keterampilan metakognisi melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share memiliki nilai, yaitu 21% sangat baik, 41% baik, 15% cukup baik, dan 23% kurang baik. Sedangkan, rata-rata nilai penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share memiliki nilai, yaitu 72% dan 59% tuntas, serta 28% dan 41% tidak tuntas. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif linier yang signifikan keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep fisika melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share; (2) terdapat pengaruh positif linier yang signifikan keterampilan
metakognisi terhadap berpikir kritis siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE
Oleh Vera Darmiyanti
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP
PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE
Nama Mahasiswa : Vera Darmiyanti Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022070 Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Viyanti, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19800330 200501 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.
Sekretaris : Viyanti, S.Pd., M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Vera Darmiyanti NPM : 0913022070 Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Jalan Lada Kebun V Nomor 23 Kecamatan Kotabumi Selatan Lampung Utara
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam acuan naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, April 2013
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 19 Desember 1990 anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak M.Yusuf. RG, B.Sc dan Ibu Siti Aisyah.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1997 di TK Widya Bakti Bandar Lampung. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 4 Way Kandis Bandar Lampung sampai tahun 2000, kemudian melanjutkan di SD Negeri 5 Kelapa Tujuh Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara diselesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 7 Kotabumi hingga tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan
pendidikannya di SMA Negeri 3 Kotabumi, diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui Ujian SNMPTN.
MOTTO
Jika kita hidup setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, kita akan menciptakan sesuatu yang benar-benar besar akhirnya
(Steve Jobs)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah
(Thomas Alfa Edison)
Jalan Tuhan belum tentu yang tercepat bukan juga yang termudah tapi sudah pasti yang terbaik
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:
1. Bapak M.Yusuf, RG., B.Sc dan Ibu Siti Aisyah tersayang, yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan keberhasilan penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu
membahagiakan kalian.
2. Kakak–kakak penulis “Rahmat Setiawan, Krisdianto, dan Asef Fran Kurniawan” yang selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis.
3. Adik–adik tersayang „„Yunita Kristina Ria, Yuswanda, Yuswandi, dan M.Raihan Thahir’’ yang selalu memberikan dukungan dan doa bagi penulis. 4. Keluarga besar penulis yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu
keberhasilan penulis.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.
4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.
6. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
9. Ibu Sri Mulyani, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIIIG SMP
22 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.
10.Teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Fisika’09 A dan Fisika 09 B atas bantuan dan kebersamaannya.
11.Teman–teman seperjuang Desma Viana Sari, Dita F Karlinda, Dewi Setiawati, Afip Firmansyah, Azfin Gustria, dan Rio Sanjaya yang telah banyak
membantu dan memberikan semangat, mendengarkan segala keluh kesah penulis, memberikan nasehat, dan perhatian kepada penulis. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.
12.Teman–teman KKN dan PPL
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar lampung, April 2013 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ... 7
2. Berpikir Kritis ... 10
3. Penguasaan Konsep ... 13
4. Keterampilan Metakognisi ... 16
5. Materi Getaran dan Gelombang ... 18
B.Kerangka Pemikiran ... 21
C.Hipotesis ... 23
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian………... 24
B. Populasi dan Sampel... ... 24
xiii
D. Instrumen Penelitian ... 25
E. Jenis dan Sumber Data ... 25
F. Teknik Pengumpulan Data ... 26
G. Analisis Instrumen ... 26
H. Pengujian Hipotesis ... 29
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
1. Uji Instrumen Penelitian ... 32
2. Hasil Uji Analisis data ... 36
B. Pembahasan ... 42
1. Keterampilan Metakognisi terhadap Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Menggunakan Model Kooperatif tipe Think Pair Share ... 42
2. Pengaruh antar Variabel ... 46
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A. Perangkat Pembelajaran 1. Pemetaan Standar Isi ... 57
2. Silabus ... 61
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Getaran ... 64
xiv
5. Lembar Kerja Siswa Getaran ... 80
6. Lembar Kerja Siswa Gelombang ... 86
7. Kisi – Kisi Soal Penguasaan Konsep ... 91
8. Kisi – Kisi Soal Berpikir Kritis ... 95
9. Kisi – Kisi Soal Keterampilan Metakognisi ... 98
10. Soal Penguasaan Konsep... 105
11. Soal Berpikir Kritis... 107
12. Soal Metakognisi ... 108
13. Kunci Jawaban Soal Penguasaan Konsep ... 121
14. Kunci Jawaban Soal Berpikir Kritis ... 122
15. Kunci Jawaban Keterampilan Metakognisi ... 123
16. Rubrik Penilaian Soal Penguasaan Konsep ... 125
17. Rubrik Penilaian Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 126
18. Skor Deskripsi Rubrik untuk Mengukur Keterampilan Metakognitif Skor Terpadu untuk Uji Esai ... 127
B.Data Hasil Penelitian ... 128
C.Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 137
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 12
3.1 Nilai Koefisien Alpha ... 28
4.1 Hasil Uji Validitas Keterampilan Metakognisi... 33
4.2 Hasil Uji Validitas Penguasaan Konsep ... 33
4.3 Hasil Uji Validitas Berpikir Kritis ... 34
4.4 Hasil Uji Reliabilitas Keterampilan Metakognisi ... 34
4.5 Hasil Uji Reliabilitas Penguasaan Konsep ... 35
4.6 Hasil Uji Reliabilitas Berpikir Kritis ... 35
4.7 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ... 36
4.8 Hasil Uji Linieritas Data ... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Teoretis Hubungan antara Peubah Bebas dan Peubah Terikat ... 22 3.1 Desain One Shot Case Study ... 25 4.1 Grafik Keterampilan Metakognisi dengan Model Kooperatif tipe
Think Pair Share ... 42
4.2 Grafik Penguasaan Konsep dengan Model Kooperatif tipe
Think Pair Share ... 43
4.3 Grafik Berpikir Kritis dengan Model Kooperatif tipe Think Pair
Share……….. ... 45
4.4 Grafik Keterampilan Metakognisi terhadap Penguasaan Konsep Fisika melalui Model Kooperatif tipe Think Pair Share... 46 4.5 Grafik Keterampilan Metakognisi terhadap Berpikir Kritis Siswa
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran sains terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan alam, yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Dalam dunia pendidikan, fisika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, dan tingkat menengah secara khusus dalam mata pelajaran fisika. IPA Fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya, IPA fisika merupakan kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. IPA fisika sebagai kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model.
2 yang mampu memunculkan penguasaan konsep siswa. Berdasarkan hasil
wawancara guru mata pelajaran IPA fisika SMP Negeri 22 Bandar Lampung, di peroleh informasi bahwa penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA fisika belum memberikan hasil yang memuaskan. Agar siswa dapat memahami konsep-konsep dalam pembelajaran IPA fisika dan memberikan hasil yang memuaskan, maka siswa sebaiknya diajarkan bagaimana berpikir kritis dalam menerima informasi.
Berpikir kritis merupakan sebuah metode berpikir yang tidak hanya menerima sesuatu informasi tanpa ada bukti-bukti yang jelas. Informasi yang diberikan tidak hanya diterima begitu saja, melainkan mencari sebab dan bukti-bukti yang
mendukung dari informasi yang diterima. Keterampilan berpikir kritis mengetahui cara memanfaatkan informasi dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran dan bukan hanya masalah dalam pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis juga dapat memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu,
keterampilan berpikir kritis seharusnya dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah serta dikembangkan di dunia pendidikan. Selain mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan-keterampilan intelektual seperti keterampilan
metakognisi dapat dikembangkan dan ditingkatkan untuk membangun pendidikan.
Keterampilan metakognisi memiliki peran yang sangat penting karena siswa akan lebih banyak berpikir dan dapat membuat suatu kesimpulan dari informasi yang diperoleh. Dalam keterampilan metakognisi siswa dituntut untuk dapat
3 kembali hasil berpikir dengan memprediksi hasil yang akan diperoleh. Adanya keterampilan metakognisi diharapkan dapat berpengaruh terhadap penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa. Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut dapat dikembangkan dengan model pembelajaran kooperatif yang dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan berpikir dan konsep siswa salah satunya, model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan pembelajaran yang dapat mengarahkan peserta didik untuk terlibat langsung dalam
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan salah satu metode dimana siswa berinteraksi dengan seorang mitra dan kemudian berdiskusi dan berbagi pendapat. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab
dan berdiskusi dengan pasangannya. Sehingga model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa.
4 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Adakah pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share?
2. Adakah pengaruh keterampilan metakognisi terhadap berpikir kritis siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
5 D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat baik siswa dan guru. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan guru SMPN 22 Bandar Lampung untuk memilih model pembelajaran dalam mengajar fisika.
b. Diharapkan siswa dapat mengerti materi secara jelas dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan penyusunan materi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
6 2. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi
kognitif. Indikator pada keterampilan metakognitif, yaitu mengidentifikasi tugas yang sedang dikerjakan, mengawasi kemajuan pekerjaan, mengevaluasi kemajuan pekerjaan, dan melaporkan kembali hasil berpikir dengan
memprediksi hasil yang akan diperoleh.
3. Berpikir kritis yang dimaksud merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan
kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat keputusan. 4. Penguasaan konsep, yaitu kesanggupan atau kecakapan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal tes yang memuat indikator penguasaan konsep dengan soal tes dalam bentuk essay.
5. Materi pokok yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi getaran dan gelombang.
6. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIG SMP Negeri 22 Bandar
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara
kelompok, menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran, dimana siswa bekerja lebih aktif dalam pembelajaran. Menurut Slavin (2005: 33) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Pendapat tersebut sesuai dengan definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Johnson dan johnson. Selanjutnya menurut Lie (2002: 24) bahwa.
Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menolong satu sama lainnya dalam memahami suatu pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban temannya, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar yang tinggi.
8 siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2006) menyatakan bahwa
keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran diantarannya adalah sebagai berikut:
(1) melalui model pembelajaran kooperatif peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain, (2) model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain, (3) model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, (4) melalui model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Peserta didik dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya, (5) model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata, (6) interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.
Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran kooperatif membuat siswa bekerja lebih aktif dalam proses pembelajaran, dimana siswa bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Namun para siswa dari tiap anggota kelompok secara individual mampu menguasai materi pembelajaran,
menyelesaikan tugas dimana masing–masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan guru bertindak sebagai fasilitator yang baik.
9 pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat
meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Model pembelajaran think pair share adalah salah satu model dari pembelajaran kooperatif dimana siswa berinteraksi dengan seorang mitra dan kemudian
berdiskusi untuk berbagi pendapat. Model pembelajaran think pair share memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, berdiskusi dengan pasangannya dan memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Menurut pendapat Lie (2002: 56).
Model think pair share memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan mengoptimalkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, metode ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain. Model pembelajaran think pair share membuat siswa dapat berpikir sendiri,dan berpikir dengan pasangan atau teman mitranya. Sehingga kesempatan siswa untuk berpikir sedikitnya lebih banyak. Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2006). Ada 3 tahap dalam model pembelajaran think pair share menurut Ibrahim (2000: 26).
Thinking (berpikir), siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pairing (berpasangan), siswa berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya secara individual. Share (berbagi), pasangan diminta mempresentasikan atau berbagi dengan seluruh kelas dari apa yang telah dibicarakan dalam kelompok.
10 bahwa dua kepala adalah lebih baik dibandingkan satu. Dengan demikian berarti dalam pembelajaran dengan think pair share siswa diberikan waktu untuk berpikir secara sendiri, saling membantu satu dengan yang lain dan saling merespon. Menurut Green, Mc Donald, O'Donnell dan Dansereau dalam Chikmiyah (2012: 57):
keterampilan metakognitif dan strategi metakognitif dapat dikembangkan melalui pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan keterampilan metakognitif karena komunikasi antara anggota kelompok. Komunikasi antar anggota kelompok terjadi dengan baik karena keterampilan sosial, aturan kelompok, upaya untuk belajar setiap anggota kelompok, dan tujuan yang harus dicapai. Pembelajaran kooperatif
memberikan kontribusi pada hasil belajar dan membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, dan dapat menerima prestasi luar biasa dalam tugas-tugas belajar akademik.
Adapun tahapan model pembelajaran think pair share dalam penelitian ini yaitu, guru membagi siswa dalam pasangan-pasangan, guru menyampaikan secara garis besar materi yang akan dipelajari, guru memberikan LKK pada setiap siswa dan setiap siswa diminta untuk mengerjakan LKK secara individu (Think), siswa berpasangan dengan temannya dan berdiskusi tentang pemecahan masalah atau jawaban dari soal-soal yang terdapat pada LKK yang telah dipikirkan sebelumnya (Pair), beberapa pasangan diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Hal ini dilakukan sampai pertanyaan yang ada telah terjawab semua dengan benar (Share).
2. Berpikir Kritis
Berpikir kritis dapat terjadi bila mendapatkan rangsangan dari luar sehingga dapat memberikan arahan dalam berpikir dan bekerja. Maksudnya tidak hanya
11 menggunakan bukti dan logika. Johnson (2009: 48) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Spliter dalam Komalasari (2010: 267) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan.
Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Selain itu keterampilan berpikir kritis, mengarah pada suatu tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan. Menurut pendapat Halpen dalam Achmad (2007: 1):
berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran sehingga merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan
kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dan konteks dan tipe yang tepat.
12 siswa sehingga dalam pembelajaran fisika siswa mampu memecahkan
permasalahan dalam materi fisika.
Keterampilan berpikir kritis yang harus dimiliki siswa mencakup dalam dua belas indikator. Seperti yang dikemukakan Ennis dalam Suprapto (2007: 2) terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok
keterampilan berpikir, yaitu:
(1) memberikan penjelasan sederhana, meliputi: a) memfokuskan pertanyaan, b) menganalisis pertanyaan, c) bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan, (2) membangun keterampilan dasar, meliputi: a) mempertimbangkan kriteria dan
keabsahan informasi, b) mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi, (3) menyimpulkan, meliputi: a) mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi, b) menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi, c) membuat dan menentukan nilai pertimbangan, (4) memberikan penjelasan lanjut, meliputi: a)
mendefinisikan istilah dan definisi pertimbangan dalam tiga dimensi, b) menidentifikasi asumsi, (5) mengatur strategi dan taktik, yang meliputi: a) menentukan tindakan, b) berinteraksi dengan orang lain.
Uraian di atas dapat dianalisis bahwa untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa meliputi: keterampilan mendefinisikan masalah, keterampilan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, keterampilan mengenali asumsi-asumsi, keterampilan merumuskan hipotesis, dan keterampilan menarik kesimpulan. Indikator–indikator keterampilan berpikir kritis ini dimodifikasi oleh Arnyana dalam Suprapto (2007: 2) menjadi:
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) Indikator
Merumuskan masalah Memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi
13 2) menunjukkan persamaan dan
perbedaan
Melakukan deduksi 1) mendeduksi secara logis 2) menginterpretasi secara tepat Melakukan induksi
1) menganalisis data 2) membuat generalisasi 3) menarik kesimpulan
Melakukan evaluasi 1) mengevaluasi berdasarkan fakta 2) memberikan alternatif lain Mengambil keputusan dan tindakan
1)menentukan jalur keluar
2)memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan
Selain indikator berpikir kritis, siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada pula ciri-ciri dari berpikir kritis yang
dikemukakan Zeidler, et al dalam Suprapto (2007: 1) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:
(1) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, (2) bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.
Uraian di atas dapat dianalisis bahwa untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa meliputi: keterampilan mendefinisikan masalah, keterampilan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, keterampilan merumuskan hipotesis, dan keterampilan menarik kesimpulan.
3. Penguasaan Konsep
14 konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.
Konsep merupakan pemahaman dasar dari sebuah materi, dengan konsep yang dimiliki siswa mampu menyelesaikan persoalaan-persoalaan fisika. Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Jika seorang siswa telah memahami konsep secara keseluruhan maka akan mampu menguasai konsep.
Dalam proses pembelajaran, konsep juga memiliki kegunaan - kegunaan. Hamalik (2002: 164) menyatakan bahwa ada beberapa kegunaan konsep dalam suatu pembelajaran yaitu sebagai berikut:
(1) konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka, (2) konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, (3) konsep mengarahkan kegiatan instrumental, (4) konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.
IPA fisika merupakan mata pelajaran yang tergolong sulit, sehingga diperlukan penguasaan konsep agar lebih mudah untuk mempelajari konsep-konsep berikutnya. Dalam belajar menguasai konsep mempermudah kita memahami bentuk-bentuk soal fisika, karena antara konsep yang satu dengan yang lain saling berkaitan.
15 pengertian lainnya tentang konsep menurut para ahli diantaranya Rosser dalam Sagala (2012: 73) menyatakan bahwa:
konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Konsep merupakan merupakan suatu pemetaan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkanproduk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori.
Siswa dituntut untuk dapat menguasai konsep atau pemahaman dasar dalam pembelajaran fisika, karena dengan menguasai konsep tersebut siswa mampu menguasai konsep lain dalam pembelajaran. Menggunakan konsep-konsep tersebut dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran fisika. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto dalam Yusuf (2010: 16):
jika sebuah konsep telah dikuasai siswa, maka ada dua kemungkinan untuk menggunakannya, yaitu (1) siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah, (2) penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep–konsep yang lain.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa, digunakan pedoman menurut Arikunto (2008: 245).
Bila nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan baik.
Bila 55 ≤ nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dianalisis penguasaan konsep digunakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA fisika dan memudahkan siswa untuk mempelajari konsep-konsep lain. Kategori yang digunakan untuk
16 siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup baik, dan nilai siswa < 55, maka
dikategorikan kurang baik.
4. Keterampilan Metakognisi
Keterampilan kognitif dan metakognitif, sekalipun berhubungan tetapi berbeda; keterampilan kognitif dibutuhkan untuk melaksanakan tugas, sedangkan
keterampilan metakognitif diperlukan untuk memahami bagaimana tugas itu dilaksanakan Rivers dalam Corebima (2011: 1). Istilah metakognisi sering kali merujuk pada berpikir tentang berpikir atau belajar tentang belajar, dan merujuk pada mengetahui strategi kognisi masing-masing sebagaimana menerapkan pengetahuan ini pada tugas yang harus dikerjakan Ostroff (2013: 134)
Slavin dalam Ramli (2012: 1) mengatakan bahwa:
metakognisi adalah pengetahuan seseorang mengenai cara belajar atau memahami dengan cara bagaimana dapat belajar dan mampu mengontrol terhadap perilaku belajarnya agar mampu menetapkan tahap perkembangan dan strategi yang mendukung dalam meraih tujuan pembelajaran.
Keterampilan metakognisi mengontrol metakognitif dan pengaturan diri yang digunkan untuk mengontrol aktivitas kognitif. Metakognisi adalah suatu
kesadaran mengenai proses berpikir dan bilamana proses itu terjadi. Keterampilan metakognisi mampu mengontrol cara belajar terhadap diri sendiri, sehingga mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran. Vacca (2004: 144) mengemukakan bahwa:
17 strategi atau pengaturan metakognisi. Strategi metakognisi merupakan proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses ini terdiri dari: (1) perencanaan yang meliputi penentuan tujuan dan analisis tugas.
Aktivitas perencanaan akan mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran, (2) pemantauan yang meliputi perhatian seseorang ketika ia membaca dan membuat pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas pemantauan akan membantu siswa dalam memahami materi dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan awal, dan (3) evaluasi atau pengaturan yang berupa perbaikan aktivitas kognitif siswa. Aktivitas ini akan membantu peningkatan prestasi dengan cara mengawasi dan mengoreksi perilakunya pada saat menyelesaikan tugas.
Pendapat-pendapat tersebut, dapat disintesiskan bahwa keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang stategi-strategi kognitif yang meliputi strategi-strategi belajar, mengintregrasikan pengetahuan, memahami konsep sampai pemecahan permasalahan dalam pembelajaran. Metakognisi erat kaitannya dengan pemahaman membaca materi pembelajaran dan sikap siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga metakognisi juga sering disebut “berpikir untuk berpikir”.
Indikator–indikator keterampilan metakognitif yang akan dikembangkan yaitu: (1) mengidentifikasi tugas yang sedang dikerjakan, (2) mengawasi kemajuan
18 Menurut Blakey dalam Ibrahim (2005: 6), strategi untuk mengembangkan
keterampilan metakognitif adalah sebagai berikut:
(1) mengidentifikasi “apa yang kamu ketahui” dan “apa yang tidak kamu ketahui”, (2) membahas tentang berpikir, (3) membuat jurnal merencanakan dan pengaturan diri, (4) menjelaskan tentang proses berpikir dan evaluasi. Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Blakey & Spence dalam Romli (2010: 11) mengemukakan strategi-strategi atau langkah-langkah untuk meningkatkan keterampilan metakognisi, yakni;
1) Mengidentifikasi “apa yang kau ketahui” dan “apa yang kau tidak
ketahui”, 2) Berbicara tentang berpikir (talking about thinking), 3) Membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal), 4) Membuat perencanaan dan regulasi diri, 5) Melaporkan kembali proses berpikir (Debriefing thinking process), 6) Evaluasi diri (Self-evaluation)
Uraian diatas dapat dianalisis keterampilan metakognisi merupakan pengetahuan seseorang mengenai cara belajar atau bagaimana dapat belajar. Keterampilan yang dapat mengontrol proses-proses kognitif seperti belajar dengan belajar serta berpikir dengan berpikir. Keterampilan metakognisi merupakan salah satu keterampilan intelektual yang dapat mencapai tujuan kognitif dalam pembelajaran. Strategi–strategi ini yang akan digunakan dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan metakognisi sehingga indikator metakognisi dapat tercapai.
5. Materi Getaran dan Gelombang
19 getaran dan gelombang. Tahapan-tahapan dalam mempelajari materi getaran dan gelombang, yaitu:
1) Mengidentifikasi “apa yang kau ketahui” dan “apa yang kau tidak ketahui”. Memulai aktivitas pengamatan, siswa perlu membuat keputusan yang disadari tentang pengetahuan mereka. Pertama-tama siswa menulis “apa yang sudah diketahui tentang getaran dan gelombang” dan “apa yang ingin saya pelajari tentang getaran dan gelombang”.
2) Berbicara tentang berpikir (talking about thinking)
Selama membuat perencanaan dan memecahkan masalah, guru boleh
“mengemukakan pikiran”, sehingga siswa dapat ikut mendemonstrasikan proses berpikir mengenai materi getaran dan gelombang.
Contohnya: Bagaimana pengaruh panjang tali, simpangan, dan massa terhadap periode bandul?
Guru mengemukakan pikiran untuk memecahkan masalah tersebut bersama siswa dengan mendemonstrasikan, sehingga siswa dapat memahami materi secara jelas.
3) Membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal)
20 4) Membuat perencanaan dan regulasi diri
Siswa harus mulai bekerja meningkatkan responsibilitas untuk merencanakan dan meregulasi belajar mereka.
a) Perencanaan
Perhatikan gambar di bawah ini!
Siswa diminta untuk dapat merencanakan penyelesaian materi yang akan diketahui dari gambar tersebut.
b) Regulasi diri (pemantauan)
Selama menyelesaikan masalah siswa mampu mengatur diri sendiri ketika belajar yang dimonitori oleh guru.
5) Melaporkan kembali proses berpikir (Debriefing thinking process)
Aktivitas terakhir adalah menfokuskan diskusi siswa pada proses berpikir untuk mengembangkan kesadaran tentang strategi-strategi yang dapat digunakan pada materi pembelajaran selanjutnya. Guru mengarahkan siswa untuk mengulang aktivitas, mengumpulkan data tentang proses berpikir dengan cara berpasangan dengan kelompok dan melakukan presentasi dari hasil yang mereka diskusikan.
6) Evaluasi diri (Self-evaluation)
21 pendekatan alternatif yang menjanjikan. Siswa menentukan cara belajar yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari dan yang akan dipelajari.
B. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan belajar fisika sangat ditentukan oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Model pembelajaran tersebut tentu saja harus ada interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Interaksi yang baik juga menghendaki suasana pembelajaran yang tidak membosankan dan memicu semangat siswa sehingga tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan intelektual dengan model pembelajaran kooperatif.
22 yang baik pula. Sikap yang terbentuk selama pembelajaran akan memudahkan siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Kegiatan think pair share yang akan dilakukan, memiliki potensi untuk memberi peluang pada siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
penguasaan konsep siswa. Pengalaman belajar yang mereka peroleh merupakan sarana belajar siswa dalam mencari sendiri ide atau informasi yang baru sehingga akan mudah diingat dan bertahan lama.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterampilan metakognisi (X), sedangkan variable terikatnya adalah penguasaan konsep (Y1) dan berpikir kritis
(Y2). Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh dan signifikan
variable bebas terhadap masing-masing variable terikat. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka di bawah ini digambarkan model teoretisnya:
Gambar 2.1 Model teoretis hubungan antara peubah bebas terhadap peubah terikat.
Keterangan :
X : Keterampilan metakognisi
R1 : Model kooperatif tipe think pair share terhadap berpikir kritis siswa.
R2 : Model kooperatif tipe think pair share terhadap penguasaan konsep siswa
R2
R1
X
Y
123 Y1 : Penguasaan konsep siswa
Y2 : Berpikir Kritis Siswa
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoretis yang telah diungkapkan, maka pasangan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama
Ho = Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep fisika SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
H1 = Ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep fisika SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
2. Hipotesis kedua
Ho = Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan metakognisi terhadap berpikir kritis siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
H1 = Ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan metakognisi
III. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/ 2013 di SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 yang terdiri dari delapan kelas, yaitu VIIIA sampai dengan VIIIH berjumlah 314 siswa. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini ditentukan berdasarkan hasil belajar sebelumnya. Sampel yang diperoleh adalah kelas VIIIG berjumlah 39 siswa yang dipakai dalam
penelitian eksperimen.
C.Desain Penelitian
25 dapat mengetahui pengaruh dari perlakuan tersebut. Secara bagan desain
penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain one-shot case study
Keterangan:
X = Keterampilan metakognisi melalui kooperatif tipe think pair share O = Posttest penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
Sugiyono (2010: 110)
D.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes
berbentuk essay yang meliputi keterampilan metakognisi, penguasaan konsep dan berpikir kritis. Instrumen dibuat berdasarkan indikator masing-masing instrumen, untuk keterampilan metakognisi menggunakan indikator keterampilan
metakognisi, sedangkan penguasaan konsep dan berpikir kritis menggunakan indikator penguasaan konsep dan berpikir kritis.
E.Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang terdiri dari data kognitif yang berupa data penguasaan konsep fisika dan data keterampilan berpikir kritis.
26 2. Sumber Data
Data mengenai keterampilan metakognisi diperoleh dari tes soal berbentuk essay pada saat pembelajaran berlangsung, sedangkan penguasaan konsep fisika dan keterampilan berpikir kritis diperoleh dari posttest yang berupa soal-soal yang berindikatorkan penguasaan konsep fisika dan keterampilan berpikir kritis.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data keterampilan metakognisi diambil pada saat guru membelajarkan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Kemudian guru menggunakan soal uraian yang memiliki indikator keterampilan metakognisi. Sedangkan data penguasaan konsep dan berpikir kritis diambil setelah
pembelajaran dengan mengadakan posttest. Posttest yang diberikan berupa tes subjektif (uraian) berjumlah 5 soal yang berindikatorkan keterampilan berpikir kritis, dan setiap nomor memiliki skor 4. Sedangkan untuk penguasaan konsep fisika, posttest yang diberikan berjumlah 5 soal yang berindikatorkan penguasaan konsep dan setiap nomor memiliki skor 4. Dengan tes bentuk uraian ini maka akan menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir,
menginterprestasikan, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki, sehingga sangat cocok untuk menguji keterampilan berpikir kritisnya.
G.Analisis instrumen
27 1) Validitas
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
� = � −
� 2− 2 � 2− 2
Arikunto (2008: 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung >rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut
signifikan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 Masrun dalam Sugiyono (2010: 188). Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).
2) Reliabilitas
28
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 = varians total
Arikunto (2008: 109)
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk
mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha
Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1. Menurut
Sayuti dikutip oleh Sujianto (2009: 97), instrumen dinyatakan reliabel jika
mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterpretasikan pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha
Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan 0,00 - 0,20 Kurang reliabel
0,21- 0,40 Agak reliabel 0,41- 0,60 Cukup reliabel.
0,61- 0,80 Reliabel
0,81- 1,00 Sangat reliabel
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel
29 H. Pengujian Hipotesis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Kolmogorov –Smirnov. Dengan ketentuan jika signifikansi lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b)Uji Linieritas
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05 Priyatno (2010: 73).
c) Uji Regresi linear sederhana
Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.
′ = +
Dengan:
=
2 −
30
= � −
� 2 − 2
Priyatno (2010: 55) Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear.
Adapun hipotesis penelitian yang telah diuji adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis pertama
Ho = Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan metakognisi
terhadap penguasaan konsep fisika SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
H1 = Ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan metakognisi
terhadap penguasaan konsep fisika SMP melalui model kooperatif tipe think pair share.
2) Hipotesis kedua
Ho = Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan metakognisi
terhadap berpikir kritis siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
H1 = Ada pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan metakognisi terhadap
berpikir kritis siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Kriteria pengujian:
31 Berdasarkan tingkat signifikansi:
H0 diterima jika signifikansi > 0.05.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan data yang telah dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh positif linier yang signifikan antara keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep fisika SMP kelas VIII melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada materi getaran dan gelombang.
2. Terdapat pengaruh positif linier yang signifikan antara keterampilan metakognisi terhadap berpikir kritis siswa SMP kelas VIII melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada materi getaran dan gelombang
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
53 2. Dalam menerapkan keterampilan metakognisi dalam proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: http://re-searchengines.com/1007arief3.html. [10 Oktober 2012]
Anatahime. 2007. Keterampilan Metakognitif.[Online]. Tersedia:
http://biologyeducationresearch.blogspot.com. [5 Oktober 2012]
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Corebima, A. D. dan Idrus, A. A. 2011. Pemberdayaan Dan Pengukuran Kemam-puan Berpikir Pada Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan dalam International Conference On Measurement And Evaluation In Education, School of Educational Studies University Sains Malaysia Penang, Malaysia, 13-15 February
Chikmiyah, Choirotul dan Bambang Sugiarto. 2012. Hubungan antara Pengetahuan Metakognitif dengan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Materi Larutan Penyangga. [Online]. Unesa Journal of Chemical Education. No 1. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id /article/202/36/article.pdf. [12 April 2013]
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Fisika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
Ibrahim, Muslim. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Rineka Cipta Ibrahim, M. 2005. Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Pembelajaran Fisika.
Makalah. Disampaikan pada Symposium Fisika Regional Kalimantan. Surabaya: University Press. .
[Terjemahan].
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grafindo. [Terjemahan]. Maulana. 2008. Pendekatan Metakognitif sebagai Alternatif Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD. [Online]. Jurnal Pendidikan Dasar. No 10. Tersedia:
http://file.upi.edu. [14 Februari 2013]
Nurhadi. 2004. Numbered Head Together. [Online]. Tersedia: http://nurhadi.wordpress.com. [18 Februari 2012]
Nuyana, Eka dan Bambang Sugiarto. 2012. Hubungan Keterampilan Metakognisi dengan Hasil Belajar Siswa pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X1
SMA Negeri 3 Sidoarjo. [Online]. UNESA Journal Of Chemical Education. No 1. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id. [14 Februari 2013]
Ostroff, Wendy L. 2013. Memahami Cara Anak-Anak Belajar. Jakarta: PT. Indeks.
Panggayuh, Vertika. 2012. Penerapan Metode Think Pair Share (TPS) untuk Memperpaiki Metakognitif Siswa pada Mata Pelajaran KKPI Kelas XI1 di
SMK Kartika IV1 Malang. [Online]. Skripsi. Malang: Universitas Malang.
Tersedia: http://karya-ilmiah.um.ac.id. [14 Februari 2013]
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom.
Ramli. 2012. Metakognisi dalam Belajar. [Online]. Tersedia: http://metakognisi-dalam-belajar.htm. [20 0ktober 2012]
Romli, Muhammad. 2010. Strategi Membangun Metakognisi Siswa SMA dalam
Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id. [15 Desember 2012]
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Silberman. 2004. Active Learning. Yogyakarta: Bumimedia. [Terjemahan].
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetha.
Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 17.0. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Suprapto. 2007. Menggunakan Ketrampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://supraptojielwongsolo.wordpress.com. [01 November 2012]
Vacca, Richard T. dan Jo Anne L. 2004. Content Area Reading. London: Allyn and Bacon.