Oleh:
BASKORO ADYTIA PUTRA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
Baskoro Adytia Putra
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
By
BASKORO ADYTIA PUTRA
This study was conducted to determine whether the Business Risk, Profitability, Asset structure and size affect the Company's corporate debt policy. Variables used in this study is the Business Risk, Profitability, Asset Structure and size of the company, while the dependent variable is the Debt Policy proxied by debt to asset ratio (DAR).
The sampling technique used purposive sampling techniques on the companies included in the Indonesia Stock Exchange (BEI) during the observation that 2011-2013. During the three years of observation of the sample obtained as many as 34 companies. The hypothesis in this study were tested using multiple regression analysis to examine the effect of independent variables on the dependent variable. The results showed that the risk Bissnis and structure of assets has an influence on debt policy, while profitability and company size has no influence on debt policy.
Oleh
BASKORO ADYTIA PUTRA
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Risiko Bisnis, Profitabilitas, struktur Aset dan ukuran mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan Perseroan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko Usaha, Profitabilitas, Struktur Aktiva dan ukuran
perusahaan, sedangkan variabel dependen adalah Kebijakan Utang ditunjukkan oleh rasio hutang terhadap aset (DAR).
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling pada perusahaan yang termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama pengamatan bahwa 2011-2013. Selama tiga tahun pengamatan dari sampel yang diperoleh sebanyak 34 perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko Bissnis dan struktur aset memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang, sementara profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh pada kebijakan utang.
Wantono Joenada dan ibu bernama Ir. Hafsah Haroen.
Jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu TK Al-Kautsar yang
diselesaikan pada tahun 1996, menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Kautsar
pada tahun 2002, lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP
Al-Kautsar hingga tahun 2005, kemudian menyelesaikan pendidikan menengah atas
di SMA YP Unila jurusan IPS hingga tahun 2008.
Pada tahun 2008, atas rahmat Allah SWT dan doa orangtua, penulis melanjutkan
pendidikan di jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, dan pada bulan Januari-Februari 2014 mengikuti Kuliah Kerja Nyata
cemoohan itu berubah menjadi tepuk tangan”
“Meraih sarjana butuh perjuangan yang tak sederhana”
“Skripsi itu seperti medan perang, mahasiswa adalah
pejuang dan akan merdeka jika sudah lulus"
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan
takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi
orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan
kemajuan selangkah pun” (Bung Karno)
Kupersembahkan skripsi ini, sebagai salah satu tanda bakti kepada
Ayah Eddy Wantono Joenada dan Ibu Hafsah Haroen, dan sebagai
penyemangat bagi seluruh keluargaku.
Terima kasih atas segala doa, kepercayaan yang kalian titipkan dan
dukungan yang tak henti-hentinya tercurahkan sebagai bentuk kasih
sayang yang tiada tara.
Karena tanpa ayah, ibu,kakak, kakak ipar, adik dan keponakanku aku
tak akan pernah sedekat ini dengan mimpi-mimpiku.
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabatnya. Alhamdulillah atas Kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan yangListingdi Bursa Efek Indonesia”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan
berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S. E., M. Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S. E., M. Si., Akt., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran,
masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
6. Ibu Yuztitya Asmaranti,S.E.,M.Si., selaku pembimbing pendamping yang
telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran,
masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
7. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., CA., CPA., selaku selaku Pembahas
yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap
skripsi ini.
8. Seluruh Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.Khususnya untuk staf karyawan di jurusan Akuntansi
Pak Sobari, Mbak Tina, Mpok, Mas Yana, Mas Yogi, Mas Leman, yang telah
banyak membantu selama proses pengerjaan skripsi dan selalu berbagi canda
tawa sehari-hari.
9. Kedua orangtua ku tercinta terkasih tersayang tersegalanya, Ir. Eddy Wantono
Joenada dan Ir. Hafsah Haroen yang telah menjadi orang tua yang luar biasa
bagi anaknya. terima kasih yang tak terhingga atas kasih sayang, doa restu,
telah diberikan kepada kakak dengan sangat tulus.
11. Terima Kasih kepada Tante Nova yang sudah memberikan semangat dan doa
selama saya menjalani skripsi.
12. Sahabat dan saudaraku Genk Koplak tercinta Geri, Arizona, Reza, Izul,
NiRoll, Wawan, Santoso, Bang Rendy, Bang Ucup terimakasih atas
semuamuamuamuanya, kalian Luar biasaaa~ Semoga kita selalu menjadi
sahabat untuk selamanya.
13. Perkumpulan Green Cafe Squad, Rara, Lely, Sadam, Nahar, Samsu, Wanda,
Bangga, Jarwo, Fajar Faizal, Nabila, Buluk, Yara, Eko, Yang sudah
menemani dan mengisi hariku di Green Cafe.
14. Teman- teman Akuntansi 2011, Sherly, Nicho, Panggih, Putri, Aulia, Bainal
dan teman-teman AKT 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terimakasih telah menemani, menjadi penghibur hati, memberi motivasi,
nasehat, dan doa.
15. Teman-teman seperjuangan Akuntansi 2008, Bery, Engga, Fajrul, Neta,
Gerry, Odir dan teman-teman AKT 2008 lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, terimakasih sudah berbagi ilmu, semangat, canda tawa selama
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan masalahan ... 6
1.3 Batasan Masalah Penelitian ... 7
1.4 Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 9 2.1 Landasan Teori ... 9
2.1.1 Kebijakan Hutang ... 9
2.1.2 Resiko Bisnis ... 11
2.1.3 Profitabilitas ... 13
2.1.4 Struktur Aset ... 14
2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 14
2.1.6Pecking Order Theory... 15
2.1.7Singnaling Theory ... 17
2.2 Kerangka Pemikiran ... 19
2.3 Pengembangan Hipotesis ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23
3.1 Populasi dan Sampel ... 23
3.2 Teknik Pengambilan Sampel... 24
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 25
3.6.1.2 Uji Multikolinieritas ... 33
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 34
3.6.1.4 Uji Autokorelasi ... 34
3.7 Pengujian Hipotesis ... 36
3.7.1 Uji t ... 36
3.7.2 Uji Statistik F ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1 Statistik Deskriptif ... 38
4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik... 40
4.2.1 Uji Normalitas... 40
4.2.2 Uji Multikolinieritas ... 42
4.2.3 Uji Autokorelasi ... 44
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 45
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 48
4.3.1 Uji Koefisien Determinasi ... 48
4.3.2 Uji t ... 49
4.3.3 Uji Statistik F ... 57
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN………... 59
5.1 Kesimpulan……... 59
5.2 Keterbatasan Penelitian... 60
5.3 Saran... 60
Lampiran 3 : Data aset perusahaan tahun 2011-2013
Laampirn 4 : Data resiko bisnis perusahaan tahun 2011-2013
Lampiran 5 : Data laba bersih perusahaan tahun 2011-2013
Lampiran 6 : Data aset tetap perusahaan tahun 2011-2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak
menentu dikarenakan kondisi ekonomi global cenderung tidak stabil. Apalagi
dengan adanya krisis ekonomi yang dampaknya sampai saat ini masih belum
berakhir, tentu saja sangat menghambat perkembangan dunia usaha. Perusahaan
menjadi kesulitan untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam upaya
pencapaian kemakmuran pemilik atau para pemegang saham yaitu dengan cara
memaksimumkan nilai perusahaan. Hal ini menggambarkan betapa ketatnya
persaingan dunia bisnis di era globalisasi saat ini dimana menuntut perusahaan
untuk berproduksi secara efesien agar memiliki daya saing dibandingkan
perusahaan lainnya.
Agar bisa bertahan dan terus berkembang, perusahaan harus pandai mengelola
fungsi manajemen keuangan perusahaan. Ini dikarenakan pengelolaan keuangan
perusahaan berpengaruh dalam operasi dan perkembangan perusahaan di masa
yang akan datang. Dalam mengelola fungsi keuangan, unsur yang perlu
diperhatikan adalah penentuan sumber pendanaan yang akan digunakan
dengan berbagai pilihan kebijakanfinancialyang dihadapi perusahaan dalam
menentukan kebijakan struktur modalnya.
Menurut Myers dan Majluf (1984) dalam Aristasari (2006), perusahaan
mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu
denganinternal equitydahulu. Apabilainternal equitydianggap tidak mencukupi
baru menggunakanexternal finance. Penggunaanexternal financesendiri
pertama-tama menggunakan hutang (debt financing), apabila hutang tidak
mencukupi baru kemudian perusahaan menggunakanexternal equity financing
yaitu dengan menerbitkan saham.
Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber
dari eksternal. Sebagian perusahaan menganggap bahwa penggunaan hutang
dirasa lebih aman daripada menerbitkan saham baru. Terdapat beberapa alasan
mengapa perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada saham baru
yaitu adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga, biaya transaksi pengeluaran
hutang lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham baru, lebih mudah
mendapatkan pendanaan hutang daripada pendanaan saham dan kontrol
manajemen lebih besar adanya hutang baru daripada saham baru (Muliyanti,
2010).
Menurut Mogdiliani dan Miller (1963) dalam Muliyanti (2010), semakin tinggi
adanya keuntungan dari pengurangan pajak karena adanya bunga yang dibayarkan
akibat penggunaan hutang tersebut mengurangi penghasilan yang terkena pajak.
Namun menuruttrade off theorysemakin tinggi hutang maka semakin tinggi
beban kebangkrutan yang ditanggung perusahaan. Penambahan hutang akan
meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan perusahaan. Semakin besar
hutang, semakin besar pula kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban tetap berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan
akan semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada
penghematan pajak. Oleh karena itu, perusahaan harus sangat hati-hati dalam
menentukan kebijakan hutangnya karena peningkatan penggunaan hutang akan
menurunkan nilai perusahaannya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Junaidi (2006) dalam Yeniatie dan
Destriana (2010), hubungan antara risiko bisnis dan hutang berlawanan arah.
Risiko bisnis memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung akan menghindari
penggunaan hutang dalam mendanai perusahaan karena dengan menggunakan
hutang, risiko likuiditas perusahaan akan semakin meningkat.
Berdasarkanpecking order theory, pilihan pertama dalam keputusan pendanaan
adalah dengan menggunakan laba ditahan, baru kemudian menggunakan hutang
akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan
perusahaan karena perusahaan dapat menggunakaninternal financingterlebih
dahulu yang diperoleh dari laba ditahan. Hasil penelitian ini juga didukung
Harjanti dan Tandelilin (2007) yang dalam hasil penelitiannya dikatakan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
Struktur aset memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kebijakan hutang
perusahaan. Keadaan ini terjadi terutama bagi perusahaan yang memiliki aset
tetap dalam jumlah yang besar. Aset tetap ini dapat digunakan sebagai jaminan
kepada kreditor sehingga perusahaan dapat dengan mudah memperoleh pinjaman.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Bringham dan Houston (2001) dalam Yeniatie dan Destriana (2010) yang
menyatakan bahwa perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan
kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena kreditor akan selalu
memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan.
Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik
dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan
yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar
ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam mengungkapkan
kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin
karena itu, semakin besar ukuran perusahaan, aset yang didanai dengan hutang
akan semakin besar pula.
Hasil penelitian-penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
hutang yang masih memberikan hasil yang belum konsisten. Penelitian yang
dilakukan Lopez dan Francisco (2008) menunjukkan hasil yang seragam dimana
ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap kebijakan
hutang perusahaan. Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Sujoko dan
Soebiantoro (2007) juga memberikan hasil yang serupa. Sedangkan penelitian
Ramlall (2009) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Lopez dan Francisco (2008) menunjukkan bahwa
risiko bisnis tidak signifikan berpengaruh terhadap kebijakan penggunaan hutang.
Sementara penelitian Mulyanti (2010) menunjukkan hasil bahwa risiko bisnis
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang
dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah risiko bisnis (business risk) mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan?
2. Apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan?
3. Apakah struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan?
4. Apakah ukuran perusahaaan (size) mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan?
1.3. Batasan Masalah Penelitian
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup
dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Jenis industri yang diteliti adalahPerusahaan jasa dengan sektor property
dan realestate.
2. Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang diteliti saja, namun juga sangat dimungkinkan oleh
beberapa faktor-faktor lain.
3. Pengamatan penelitian hanya dilakukan selama empat tahun, dimulai dari
periode 2011 hingga periode 2013.
4. Dalam penelitian ini setiap variabel dependen dan variabel independen,
1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah risiko bisnis (business risk) mempengaruhi
.kebijakan hutang perusahaan.
2. Untuk mengetahui apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan.
3. Untuk mengetahui apakah struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan.
4. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaaan (size) mempengaruhi
kebijakan hutang perusahaan.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam memahami, menambah dan
mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari.
2. Bagi para investor, pemegang saham, dan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan diharapkan informasi yang berhasil
dikumpulkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
3. Bagi perusahaan, untuk memberikan masukan dalam hal perusahaan
melakukan kebijakan hutang,serta gambaran bahwa perubahan kinerja
yang terjadi senantiasa dipantau oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pasar modal Indonesia
(Badan Pengawas Pasar Modal, Bursa Efek Indonesia, calon emiten, dan
profesi terkait). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam meningkatkan perannya dalam memenuhi kebutuhan
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kebijakan Hutang
Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif
pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal dimana kebijakan hutang
termasuk sebagai kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal.
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka
memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk
membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan
juga berfungsi sebagai alat monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam
pengelolaan perusahaan.
Menurut Mamduh (2004) dalam Muliyanti (2010) terdapat beberapa faktor yang
memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang, antara lain:
1. NDT (Non-Debt Tax Shield)
Manfaat dari penggunaan hutang adalah bunga hutang yang dapat digunakan
untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi pajak,
perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan dana pensiun.
Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak perlu menggunakan
hutang. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aset tersebut dapat digunakan
sebagai jaminan pinjaman.
3. Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya akan
menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah
memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
4. Risiko Bisnis
Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan hutang
yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.
5. Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko
kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih mudah dalam
mendapatkan pendanaan eksternal.
6. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang dalam
suatu perusahaan.
Di samping itu, keputusan pendanaan melalui hutang mempunyai batasan sampai
seberapa besar dana yang akan dipinjam perusahaan. Biasanya ada standar rasio tertentu
menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan beban bunga dan
pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan
menghadapidefault, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada
waktunya akibat kewajiban yang semakin besar (Pithaloka, 2009).
2.1.2. Risiko Bisnis (Business Risk)
Dalam menjalankan aktivitasnya, risiko bisnis merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari sebuah perusahaan. Risiko didefinisikan sebagai peluang atau
kemungkinan terjadinya beberapa peristiwa yang tidak menguntungkan. Risiko bisnis
adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
Risiko bisnis tersebut menurut Susetyo (2006) merupakan risiko yang mencakup
intrinsic business risk,financial leverage risk, danoperating leverage risk.
Risiko bisnis antar perusahaan dalam industri yang sama adalah berbeda-beda serta
dapat berubah sewaktu-waktu. Suatu perusahaan dikatakan memiliki risiko bisnis yang
tinggi apabila perusahaan tersebut memiliki volatilitas pendapatan yang tinggi sehingga
mempunyai probabilitas kebangkrutan yang tinggi. Risiko bisnis dalam perusahaan akan
meningkat jika menggunakan hutang yang tinggi. Hal ini juga akan meningkatkan
kemungkinan kebangrutan. Hasil penelitian membuktikan bahwa perusahaan dengan
risiko yang tinggi seharusnya menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk
karakteristik masing-masing industri, namun pada tingkat tertentu perusahaan dapat
mengendalikannya.
Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan. Resiko dasar adalah the mismatching of interest rest
bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum resiko dapat ditangkap
suatu keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis antara lain:
1. Variabilitas permintaan
Risiko bisnis akan semakin kecil apabila permintaan atas produk perusahaan semakin
konstan dimana hal-hal lainnya tetap.
2. Variabilitas harga jual
Perusahaan akan menghadapi risiko bisnis yang lebih tinggi dari perusahaan sejenis
apabila harga jual atas produk perusahaan lebih fluktuatif.
3. Variabilitas harga input
Perusahaan yang memperoleh input dengan harga yang sangat tidak pasti juga
apabila biaya input meningkat. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk
menyesuaikan harga output (produk), semakin kecil risiko bisnisnya. Kemampuan ini
sangat diperlukan perusahaan ketika tingkat inflasi tinggi.
5. Proporsi biaya tetap
Resiko bisnis akan meningkat ketika sebagian besar biaya perusahaan merupakan biaya
tetap. Hal ini terjadi ketika permintaan menurun, namun biaya tetap yang ditanggung
perusahaan tidak menurun.
2.1.3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan
bisnis yang dilakukannya. Dalam penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas
diproksikan denganreturn on asset ratio(ROA) yaitu membandingkan laba setelah
pajak dengan total aset.
Menurut Myers dan Majluf (1984) dalam Soesan (2006), hubungan antara profitabilitas
dengan pemakaian hutang oleh suatu perusahaan diprediksi bernilai negatif karena
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memilih pembiayaan
dengan internalfunddaripada dengan hutang. Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan
2.1.4. Struktur Aset
Perusahaan yang asetnya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit akan lebih banyak
menggunakan hutang karena kreditor akan selalu memberikan pinjaman apabila
mempunyai jaminan. Stuktur aset berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang dapat
dijadikan jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan struktur asetnya
tidak fleksibel.
Pengukuran struktur aset dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan
perbandingan antara total aset tetap (fixed assets) perusahaan dengan total aset yang
dimiliki.
2.1.5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
dapat dinyatakan dengan total aset atau total penjualan bersih. Dengan kata lain,
semakin besar total aset maupun penjualan sebuah perusahaan maka semakin besar pula
ukuran suatu perusahaan tersebut. Hasil dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa
ukuran perusahaan menjadi faktor penting dalam penentu kebijakan utang perusahaan
dan banyak penelitian menemukan bahwa perusahaan yang besar lebih banyak
menggunakan utang daripada perusahaan kecil.
Suatu perusahaan yang besar dan mapan akan lebih mudah untuk ke pasar modal.
Menurut Fidyati (2003) dalam Mulyanti (2010), ukuran perusahaan secara langsung
mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya
semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan
demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan.
Jadi ukuran perusahaan adalah besaran yang dapat dilihat dari besarnya penjualan atau
total aset, yang perhitungannya dapat dilakukan dengan nilai logaritma natural total
penjualan atau total aset. Nilai tersebut dikonversikan ke bentuk logaritma dimaksudkan
agar nilainya sama dengan variabel lainnya. Perusahaan besar yangwell-established
akan lebih mudah memperoleh pendanaan baik oleh kreditur maupun di pasar modal.
Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai
logaritma natural dari total penjualan.
2.1.6. Pecking Order Theory
Pecking Order Theorymengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih
pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana
internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari
eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan adalah
pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir adalah
sebagai pilihan terakhir. Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya yang
dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham.
Menurut Brealey dan Myers (1991) dalam Muliyanti (2010), urutan pendanaan menurut
teoripecking orderadalah sebagai berikut :
1. Perusahaan lebih menyukaiinternal financing(dana internal). Dana internal
tersebut diperoleh dari laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
2. Perusahaan menyesuaikan targetdividen payout ratioterhadap peluang investasi
mereka, sementara mereka menghindari perubahan dividen secara drastis.
3. Kebijakan dividen yangstickyditambah fluktuasi profitabilitas dan peluang
investasi yang tidak dapat diproksi, berarti terkadang aliran kas internal melebihi
kebutuhan investasi namun terkadang kurang dari kebutuhan investasi.
4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, pertama-tama perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu mulai dari penerbitan hutang
convertible bond, dan alternatif paling akhir adalah saham.
Hipotesispecking ordermenggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana
perusahaan dimana perusahaan lebih memilih menggunakaninternal equity untuk
mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Apabila perusahaan
membutuhkan dana eksternal, maka perusahaan akan lebih memilih hutang sebelum
2.1.7. Signaling Theory
Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain
seperti dengan menggunakan hutang.
Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Susetyo (2006), pengumuman emisi
saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa
manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya
akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang
kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
Ross (1977) dalam Muliyanti (2010) mengembangkan model dimana penggunaan
hutang merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Apabila manajer
mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin agar harga saham
meningkat, perusahaan ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer
dapat menggunakan hutang lebih banyak, sebagai sinyal yang lebih dapat dipercaya.
Hal ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai
perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Dasar
kewajibannya. Investor diharapkan akan menangkap sinyal bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau sinyal
(-)
(-)
(+)
(+)
2.3. Hipotesis
Risiko bisnis menggambarkan adanya ketidakpastian atas proyeksi pendapatan di masa
mendatang jika perusahaan menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis, maka
probabilitas terjadinyafinancial distressjuga semakin tinggi. Ini dikarenakanearning
yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang juga tidak menentu. Dan
jika ternyata perusahaan rugi atau arus kas yang masuk tidak mencukupi untuk
membayar beban bunga, maka perusahaan dapat bangkrut.
Menurut teoritrade-off, semakin tinggi kemungkinanfinancial distress, akan semakin
tinggi pula kemungkinanfinancial distress costsyang harus ditanggung oleh
perusahaan. Hal ini akan menyebabkan tingkat penggunaan utang yang optimum
semakin rendah, sehingga perusahaan seharusnya menggunakan lebih sedikit utang.
hutang yang sedikit. Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang
perusahaan. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
Ha1: Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan
Profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Berdasarkanpecking order
theory, pilihan pertama dalam pendanaan adalah dengan menggunakan laba ditahan,
baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Oleh karena itu terdapat hubungan
negatif antara profitabilitas perusahaan dengan hutang (Masdupi, 2005 dalam Yeniatie
dan Destriana, 2010).
Semakin tinggi tingkat profitabilitas sebuah perusahaan maka akan semakin kecil
penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan
cenderung menggunakaninternal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih
dahulu. Namun jika kebutuhan dana belum tercukupi, perusahaan baru menggunakan
hutang.
Hasil penelitian Yeniatie dan Destriana (2010) menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin (2007). Dari
yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada
perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel. Struktur aset memiliki pengaruh
positif dengan kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki
aset tetap dalam jumlah besar.
Menurut Adrianto dan Wibowo (2007), aset tetap yang semakin besar akan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan yang lebih tinggi,
sehingga dengan mengasumsikan semua faktor lain konstan, perusahaan akan
meningkatkan utang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan utang. Dari
penjelasan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
Ha3: Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan
Semakin besarnya ukuran perusahaan maka kebutuhan akan dana juga akan semakin
besar yang salah satunya dapat berasal dari pendanaan eksternal yaitu hutang.
Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik
dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang
besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran
perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam
mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan
semakin mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur
tingkat hutang perusahaan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang ada di
Indonesia yaitu penelitian Muliyanti (2010). Dari penjelasan di atas, maka hipotesis
yang dapat dirumuskan adalah :
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2013. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada
purposive samplingdengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun sampel yang dipilih dalam penelitian ini
dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Seluruh perusahaan jasa yang bergerak pada sektorProperty and Realestate
yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan
lengkap dari tahun 2011-2013.
3. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember.
Alasan pemilihan sampel perusahaan yang bergerak pada sektorProperty and
Realestatekarena pada sektor ini umumnya perusahaan mempunyai rasio hutang yang
tinggi, hal ini menunjukkan bahwa nilai dana yang dikucurkan untuk kelompok industri
ini sangat besar. Oleh karena itu, pihak-pihak pemberi hutang (debtholders) berhak
memperoleh informasi penting terutama yang menyangkut dengan kinerja perusahaan
Keterangan Jumlah Seluruh perusahaan jasa yang bergerak pada sector
Property and Realestate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013
34
Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2011-2013
-Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap
31 Desember
-Jumlah sampel akhir 34
Pada Table 3.1 proses pengambilan sampel, dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 sampai
2013 terdapat 34 perusahaan jasa yang bergerak pada sektorProperty and Realestate
yang terdaftar di BEI. Dari keseluruhan jumlah sampel penelitian, seluruh perusahaan
(100 %) memenuhi kriteria sampel yang telah ditetapkan. Adapun daftar nama
perusahaan sampel dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Nama Perusahaan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
1 PT Agung Podomoro Land Tbk APLN 2 PT Alam Sutera Realty Tbk ASRI 3 PT Bekasi Asri Pemula Tbk BAPA 4 PT Bumi Citra Permai Tbk BCIP 5 PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk BEST
6 PT Sentul City Tbk BKSL
14 PT Duta Pertiwi Tbk DUTI 15 PT Megapolitan Development Tbk EMDE 16 PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk GMTD 17 PT Perdana Gapuraprima Tbk GPRA 18 PT Greenwood Sejahtera Tbk GWSA 19 PT Jaya Real Property Tbk JPRT 20 PT Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA 21 PT Global Land Development Tbk KPIG
22 PT Lippo Cikarang Tbk LPCK
23 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR
24 PT Modernland Realty Tbk MDLN 25 PT Metropolitan Kentjana Tbk MKPI 26 PT Metropolitan Land Tbk MTLA 27 PT Plaza Indonesia Tbk PLIN 28 PT Pudjiadi Prestige Tbk PUDP
29 PT Pakuwon Jati Tbk PWON
30 PT Roda Vivatex Tbk RDTX
31 PT Royal Oak Development Asia Tbk RODA 32 PT Danayasa Arthatama Tbk SCBD 33 PT Suryamas Duta Makmur Tbk SMDM 34 PT Summarecon Agung Tbk SMRA
Dari data perusahaan yang didapat tersebut maka total keseluruhan sampel adalah
sebanyak 102 sampel (34 perusahaan x 3 tahun). Untuk variabel bebas (Risiko Bisnis,
Profitabilitas, Struktur Aset dan Ukuran Perusahaan) dan variabel terikat (Kebijakan
Hutang) menggunakan data tahun 2011-2013.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data sekunder.
Jenis data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
(-)
(-)
(+)
(+)
digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan sampel
yang diperoleh dari:
1. WebsiteBEI (www.idx.co.id) , untuk mendapatkan data laporan keuangan
tahunan perusahaan sampel dari tahun 2011-2013. Data ini diperoleh dari
homepageIDX, untuk mendapatkansoft copylaporan keuangan danannual
reportyang didapat dari menuissuer, financial report.
3.4. Model Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya sebagai
dasar yang digunakan untuk merumuskan hipotesis berikut ini digambarkan model
penelitian yang tersaji dalam gambar dibawah ini
Gambar 1. Model Penelitian Business Risk
Profitabilitas
Struktur Aset
Ukuran Perusahaan
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya
dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel dependen
adalah kebijakan hutang yang diproksikan dengandebt to asset ratio (DAR)
dengan membagi total hutang dengan total aset yang menunjukkan seberapa
besar aset yang dibiayai dengan hutang perusahaan. Pemilihan proksi ini
merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Saumitra, 2002) dan
(Muliyanti, 2010).
Debt to Asset Ratio(DAR) =
Rasioleveragedapat diukur dari total utang (debt to asset ratio) yang dalam hal
ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga (times interest
earned) dan kemampuan melunasi kewajiban (principal). Total utang mencakup,
baik utang lancar maupun utang jangka panjang. Kreditur lebih menyukai rasio
utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar
perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain,
pemegang saham akan menginginkanleverageyang lebih besar karena akan
dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
2
terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Dalam Penelitian ini terdapat
4 variabel independen yang digunakan:
1. Risiko Bisnis (Business Risk)
Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya. Suatu perusahaan dikatakan memiliki risiko
bisnis yang tinggi apabila perusahaan tersebut memiliki volatilitas pendapatan
yang tinggi sehingga mempunyai probabilitas kebangkrutan yang tinggi.
Deviasi standar(σ)merupakan ukuran dispersi (penyebaran) dan merupakan
ukuran secara statistik dari risiko yang dalam hal ini semakin besar nilai
deviasi standar maka semakin besar risikonya (Imam, 2007 dalam Muliyanti,
2010).
Proksi ini diukur selama 3 tahun terakhir mulai periode (t-2) hingga periode
(t). Risiko Bisnis (RISK) diformulasikan sebagai berikut:
BRisk= σ EBIT
Rumus Standar Deviasi (σ) :
S = Standar Deviasi
X1 = Nilai X yang ke-i
N = Ukuran Sampel
Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung akan menghindari
penggunaan hutang dalam mendanai perusahaan karena dengan menggunakan
hutang, risiko likuidasi perusahaan akan semakin meningkat (Junaidi, 2006).
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
dengan kata lain tingkat keuntungan bersih yang mampu dihasilkan
perusahaan dalam menjalankan operasinya. Proksi profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalahReturn On Asset(ROA).
ROA =
Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil pengembalian
(return) atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga
merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola
seluruh asetnya. Hasil pengembalian atas aset (ROA) menunjukkan
produktivitas dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Sebab ROA
memperbandingkan laba yang didapat setelah bunga dan pajak dengan seluruh
aset yang dimiliki perusahaan.
Tangible Assets Ratio(TA) =
menggunakan rasio aset tetap dibagi dengan total aset. Struktur aset adalah
penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aset, baik
dalam aset lancar maupun dalam aset tetap.
Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi aset tetap dalam sebuah
perusahaan dibandingkan dengan total asetnya. Pemakaian rasio ini sebagai
proksi struktur aset mengacu pada penelitian (Susetyo, 2006). Struktur aset
diformulasikan sebagai berikut:
4. Ukuran Perusahaan
Variabel ini menunjukkan berapaassetatau kekayaan. Ukuran perusahaan
menjadi salah satu variabel yang dianggap dapat mempengaruhi keputusan
perusahaan dalam memilih bentuk pendanaan. Ukuran (size) perusahaan bisa
diukur dengan menggunakan total aset, penjualan, atau modal dari
perusahaan tersebut. Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan adalah ukuran total penjualan dari perusahaan tersebut.
Perusahaan dengan ukuran yang besar mempunyai risiko kebangkrutan yang
Fixed Assets
Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan (Firm Size)
mengacu pada penelitian Muliyanti (2010) yaitu diproksikan dengan nilai
logaritma natural dari penjualan (LnSales).
SIZE= LnSales
Menurut Theresia dan Tandelilin (2007) dalam Muliyanti (2010), penggunaan
logaritma natural karena mengingat besarnya total penjualan perusahaan yang
berbeda-beda sehingga agar hasilnya tidak menimbulkan bias. Selain itu
dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih sehingga akan
dapat mengurangiskewness of distributiondan data akan menyebar normal
serta meminimalkan standarerrorkoefisien regresi.
3.6. Alat Analisis Data
Data diolah menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression) dengan
menggunakan SPSS 17. Sebelum dilakukan regresi, variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Analisis regresi dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel
independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model yang
Keterangan:
DAR :Debt to Asset Ratiomerupakan proksi dari Kebijakan
Hutang
α :interceptatau koefisien konstanta
β1; β2; β3 : koefisien regresi variabel RISK, ROA, dan SIZE
RISK :Business Riskmerupakan proksi dari Risiko Bisnis
ROA :Return on Assetmerupakan proksi dari Profitabilitas
TA :Tangible Assetmerupakan proksi dari Struktur Aset
SIZE :Firm Sizemerupakan proksi dari Ukuran Perusahaan
e :error
3.6.1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat
apakah data terbebas dari masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan
autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang
linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator=
BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah.
Dalam menggunakan model peramalan, ada beberapa asumsi yang mendasari model
variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal.Seperti diketahui bahwa uji
t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam hal ini uji grafik yaitu
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Pengujian asumsi ini dilakukan melalui
pengamatan terhadapNormal Probability Plot of Regression Standardize Residual.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan. Oleh sebab itu dianjurkan dengan
uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan
skweness dari residual dan uji statistik non-parametrikKolmogorov-Smirnov (K-S).
Dalam penelitian ini yang digunakan dalam pengujian normalitas residual adalah
menggunakan uji statistik non-parametrikKolmogorov-Smirnov (K-S).
3.6.1.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk melihat apakah ada
kolinearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat darivariance inflation factor
multikolinearitas (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF
dengan variabel bebas lainnya.
3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaanvariancedari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jikavariancedari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas .
Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam
spesifikasi model regresi. Pemeriksaan gejala heteroskedastisitas adalah dengan
melihat pola diagram pencar (scatterplot). Dengan ketentuan jika diagram pencar
yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami
gangguan heteroskedastisitas, jika diagram pencar tidak membentuk pola tertentu
atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. Selain
menggunakan diagram pencar, dilakukan pula Uji Glejser untuk melihat apakah
regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.
3.6.1.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan problem autokorelasi. Untuk
mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat digunakan
Tabel 3.3. Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif atau negative
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tidak ditolak
0 < d <dL
dL≤ d ≤ dU
4-dL < d < 4
4-dU≤ d ≤ 4-dL
masing variabel independen dari setiap perusahaan. Setelah data variabel dependen dan
independen tersedia, dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data layak untuk
regresi. Untuk memutuskan apakah hipotesis diterima atau tidak, maka digunakan uji t
dan uji F.
3.7.1. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabelindependent
terhadap variabeldependent. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t pada tingkat
keyakinan 95% dengan ketentuan sebagai berikut:
• apabila p-value > 0,05, maka Ha ditolak
Artinya secara individual variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
• apabila p-value < 0,05, maka Ha diterima
Artinya secara individual masing- masing variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
3.7.2. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independen (RISK, ROA, TA, dan
SIZE) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (DAR). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat
kurang dari 5% berarti secara bersama-sama variabel dependen mempunyai
pengaruh terhadap variabel independen. Analisis ini juga bisa dilihat dengan
membandingkan antara F tabel dengan F hitung . Jika F tabel > F hitung maka Ho
diterima dan Ha ditolak, dan jika F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data, yang
menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis ini
untuk menjelaskan karaketristik sampel terutama mencakup mean, standarerror mean,
nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum, serta standar deviasi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAR 102 ,0707 ,7402 ,403234 ,1512083
BRISK 102 1,0301 9,0097 3,028660 1,9105510
ROA 102 ,0027 ,3161 ,071916 ,0537281
TA 102 ,0011 ,8464 ,133043 ,1812986
SIZE 102 19,1328 29,5281 25,388672 2,9501487
Valid N (listwise) 102
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.1. tampak bahwa dari 102 sampel pada periode penelitian ini,
variabelDebt to Assets Ratio(DAR) memiliki rata-rata(mean)sebesar 0.4032334 atau
40,32%, yang artinya setiap 1% aset perusahaan, 48% dibiayai dengan utang. Dengan
Nilai Risiko Bisnis (RISK) memiliki rata-rata (mean) sebesar 3,028660 atau 302%, yang
artinya setiap 1% utang perusahaan, 302% resiko yang akan dihadapi perusahaan.
Standar deviasi1,9105510. Selain itu variabel ini memiliki nilai minimum1,0301 yang
berasal dari PT Danayasa Arthatama Tbk, dan nilai maksimum 9,0097 yang berasal dari
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.
Nilai rata-rata(mean)ROA selama periode penelitian yaitu 0,071916 atau 7,19%, yang
artinya setiap 1% aset perusahaan, 7,19% laba yang didapat setelah bunga dan pajak.
Nilai minimum ROA adalah 0,0027 yang berasal dari PT Megapolitan Developments
Tbk, dan nilai maksimumnya mencapai 0,3161yang berasal dari PT Danayasa
Arthatama Tbk. Sedangkan nilai standar deviasinya yaitu sebesar 0,0537281.
Nilai Struktur Aset (TA) memiliki rata-rata (mean) sebesar 0,133043 atau 13,30%, yang
artinya setiap 1% aset, 13,30% aset perusahaan yang dapat dijadikan jaminan. Standar
deviasi 0,1812986. Selain itu variabel ini memiliki nilai minimum 0,0011 yang berasal
dari PT Royal Oak Development Asia Tbk, dan nilai maksimum 0,8464 yang berasal
dari PT Roda Vivatex Tbk.
Nilai Ukuran Perusahaan (SIZE) memiliki rata-rata (mean) sebesar 25,388672 standar
deviasi 2, 9501487. Selain itu variabel ini memiliki nilai minimum 19,1328 yang
berasal dari PT Suryamas Dutamakmur Tbk, dan nilai maksimum 29,5281 yang berasal
beberapa asumsi yang sangat berpengaruh pada perubahan variabel dependen. Uji
asumsi klasik yang telah dilakukan dalam penelitian ini.
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk menguji apakah model regresi
berdistribusi normal yaitu dengan grafik dan uji statistik. Grafik histogram
membandingkan data observasi dengan distribusi normal. Grafiknormal probability
plotdistribusi kumulatif data obervasi terhadap distribusi normal. Sedangkan uji
statistik terhadap normalitas dilakukan dengan uji normalitasKolmogrov-Smirnov(
Sumber: data diolah
Dari grafik di atas maka dapat dilihat bahwa data menyebar sekitar garis normal serta
mengikuti arah diagonal regresi meskipun ada beberapa titik yang menjauh dari garis
diagonal tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa data tersebut telah mengikuti asumsi
Unstandardized
Residual
N 102
Normal Parametersa,,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,15054962
Most Extreme Differences Absolute ,067
Positive ,067
Negative -,062
Kolmogorov-Smirnov Z ,677
Asymp. Sig. (2-tailed) ,749
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data diolah
Hasil Uji Normalitas statistik denganOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Testpada tabel
di atas memperlihatkan nilai probabilitasAsymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,749 lebih
besar dari signifikansi 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai residual data
penelitian telah terdistribusi secara normal.
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah
terjadi problem multikolinearitas dapat melihat nilaitoleranceatau lawannya yaitu
variance inflation factor(VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF
multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) ,422 ,126 3,342 ,001
BRISK ,016 ,008 ,205 2,018 ,046 ,880 1,136
ROA -,019 ,273 -,007 -,071 ,943 ,964 1,037
TA -,302 ,085 -,362 -3,542 ,001 ,869 1,151
SIZE ,001 ,005 ,023 ,233 ,816 ,971 1,029
a. Dependent Variable: DAR
Tabel 4.4. Kesimpulan Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Independen Tolerance VIF Kesimpulan
RISK 0,880 1,136 Tidak terjadi multikolinieritas
ROA 0,964 1,037 Tidak terjadi multikolinieritas
TA 0,869 1,151 Tidak terjadi multikolinieritas
SIZE 0,971 1,029 Tidak terjadi multikolinieritas
Sumber: data diolah
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak
mempunyai masalah multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF lebih kecil
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat
digunakan ujiDurbin Watson(Uji DW).
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,350a ,122 ,086 ,1445579 2,080
a. Predictors: (Constant), SIZE, RISK, ROA, TA
b. Dependent Variable: DAR
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa DW sebesar 2,080 dari jumlah sampel
sebanyak 102 (N = 102) dan jumlah variabel independen sebanyak 4 variabel (k =4),
Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Berdasarkan data tersebut, maka batas dL=
1,6174 dan batas dU=1,7383. Dibawah ini merupakan tabel klasifikasi Durbin Watson
berdasarkan data diatas:
Tabel 4.6. Interpretasi Hasil Autokolerasi Durbin Watson
Nilai d Hipotesis Nol Keputusan
Hal ini berarti hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.
4.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadiketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi heterokedastisitas. Dalam
penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan metodeScatter Plotantara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED, dengan residualnya yaitu SRESID. Apabila diagram pencar yang ada
membentuk diagram tertentu yang teratur atau menumpuk dalam satu tempat, maka
regresi mengalami heterokedastisitas, tetapi apabila diagram pencar tidak membentuk
suatu pola atau menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y maka regresi tidak mengalami heterokedastisitas. Berikut merupakan gambar dari
Sumber: data diolah
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian ini tidak
terjadi heterokedastisitas. Gambar diatas menunjukkan secara jelas bahwa titik- titik
menyebar tanpa membuat suatu pola tertentu, serta berada acak pada bawah dan atas
pada angka 0 sumbu Y.
Selain menggunakan diagram pencar, dilakukan pula Uji Glejser untuk melihat apakah
regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.Uji Glejser dilakukan dengan
= 5%).
Tabel 4.7. Hasil Uji Glejser
Coefficientsa B Std. Error Beta
1 (Constant) ,383 ,065 5,857 ,086
BRISK -,004 ,004 -,086 -,901 ,370
ROA ,381 ,141 ,246 2,694 ,888
TA -,078 ,044 -,169 -1,762 ,181
SIZE -,011 ,003 -,384 -4,225 ,282
a. Dependent Variable: abs_res
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak
mempunyai masalah heterokedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi
masing-masing variabel independen yang menunjukkan nilai yang Sig > 0.05.
Berdasarkan uji-uji asumsi klasik yang telah dilakukan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa model penelitiantelah bebas dari uji asumsi klasik serta tidak ada variabel yang
Koefisien Determinasi (R2)berguna untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel
yang dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2), R2 berguna untuk
mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. R2
memiliki kelemahan mendasar yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukan ke dalam model, banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan
nilai adjusted R2pada saat mengevaluasi model regresi, di mana nilai adjusted R2dapat
naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
Tabel 4.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2))
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,350a ,122 ,086 ,1445579
a. Predictors: (Constant), SIZE, RISK, ROA, TA
b. Dependent Variable: DAR
Hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai R square sebesar 0,086 atau
8,6%. Nilai ini menggambarkan bahwa pengaruh variabel-variabel independen di atas
terhadap variabel dependen DAR sebesar 8,6% dan sisanya sebesar 99,91% dipengaruhi
variabel independen (risiko bisnis, profitabilitas, struktur dan ukuran perusahaan)
terhadap variabel dependennya (kebijakan hutang). Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing koefisien regresi
variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) yang dalam penelitian
ini sebesar 5% atau 0.05.
Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas adalah sebagai berikut:
a. Jika ( p-value) > 0.05 maka Ha ditolak
b. Jika ( p-value) < 0.05 maka Ha diterima
Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,422 ,126 3,342 ,001
BRISK ,016 ,008 ,205 2,018 ,046
ROA -,019 ,273 -,007 -,071 ,943
TA -,302 ,085 -,362 -3,542 ,001
SIZE ,001 ,005 ,023 ,233 ,816
Berdasarkan persamaan regresi di atas maka selanjutnya dapat dianalisis pengaruh dari
masing-masing variabel independen terhadap kebijakan hutang, yaitu:
1. Nilai kofisien Resiko Bisnis (Brisk) berpengaruh positif sebesar 0,016. Hasil ini
berbeda dengan bangunan hipotesis yang mana berpengaruh negatif yang artinya
semakin tinggi risiko yang dihadapi maka perusahaan akan cenderung untuk
menggunakan hutang yang sedikit. Hasil penelitian ini menjelaskan ke arah
positif signifikan yang mana artinya semakin tinggi risiko yang dihadapi maka
perusahaan akan cenderung untuk menggunakan hutang yang besar. Hal ini juga
akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan. Penelitian ini menggunakan
teori“High Risk High Return”yang artinya jika ingin memperoleh hasil yang
lebih besar, akan dihadapkan pada resiko yang lebih besar pula. Volatilitas atau
pergerakan naik-turun nilai hutang secara tajam akan membuka peluang untuk
memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika nilai hutang bergerak
ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Eugene F. Fama dan Kenneth R. French,
1993).
2. Nilai kofisien Profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif sebesar -0,019. Hal ini
menunjukkan bahwa jika perusahaan memiliki tingkat keuntungan yang tinggi
menggunakan laba ditahan, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas.
Oleh karena itu terdapat hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan
dengan hutang (Masdupi, 2005 dalam Yeniatie dan Destriana, 2010). Hasil ini
konsisten juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
(Harjanti dan Tandelilin, 2007).
3. Nilai kofisien Struktur Aset (TA) berpengaruh negatif sebesar -0,302. Hasil ini
berbeda dengan bangunan hipotesis yang mana berpengaruh positif yang artinya
aset tetap yang semakin besar menunjukan kemampuan perusahaan memberikan
jaminan yang lebih tinggi maka akan meningkatkan hutang. Hasil penelitian ini
menjelaskan ke arah negatif signifikan yang mana artinya aset tetap yang besar
menunjukan kemampuan perusahaan memberikan jaminan yang lebih tinggi
namun akan menurunkan penggunaan hutang, hal ini menunjukkan bukti
hubungan negatif dengan utang jangka pendek. Sementara itu, perusahaan yang
sebagian besar dari aktiva nya adalah aktiva lancar akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan dananya melalui utang jangka pendek, hasil penelitian ini
sejalan dengan (Cassar and Holmas, 2003) dan (Van Der Wijst and Thurik,
1993).
4. Nilai kofisien Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh positif sebesar 0,001.
Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas
Hal ini menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan
semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak
luar, dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman
karena semakin dipercaya oleh kreditur. Hasil penelitian yang dilakukan Lopez
dan Francisco (2008) menunjukkan hasil yang seragam dimana ukuran
perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat hutang
perusahaan.
Tabel 4.10. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Hipotesis Uraian Nilai
sig. Kesimpulan B
Ha1
Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang
perusahaan
0,046 Ha1 ditolak 0,016
Ha2
Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang
perusahaan
0,943 Ha2 ditolak -0,019
Ha3
Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan
0,001 Ha3 ditolak -0,302
Ha4
Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan
mempengaruhi hutang perusahaan. Pada tabel 4.9. dapat dilihat bahwa resiko bisnis
(Brisk) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,046 dengan nilai kofisien berpengaruh
positif sebesar 0,016. Hasil ini berbeda dengan bangunan hipotesis yang mana resiko
bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Maka dapat disimpulkan bahwa
Ha1 yang menyatakan resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang
perusahaan ditolak.
Risiko bisnis menggambarkan adanya ketidakpastian atas proyeksi pendapatan di masa
mendatang jika perusahaan menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis, maka
probabilitas terjadinyafinancial distressjuga semakin tinggi. Ini dikarenakanearning
yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang juga tidak menentu. Dan
jika ternyata perusahaan rugi atau arus kas yang masuk tidak mencukupi untuk
membayar beban bunga, maka perusahaan dapat bangkrut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulianti (2010)
mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang dan pengaruhnya
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa risiko bisnis
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Hasil penelitian ini menjelaskan ke arah positif signifikan yang mana artinya semakin
tinggi risiko yang dihadapi maka perusahaan akan cenderung untuk menggunakan
hutang yang besar. Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan.
untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika nilai hutang bergerak
ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar. Hasil
penelitian ini sejalan dengan (Eugene F. Fama dan Kenneth R. French,1993).
Ha2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Hipotesis 2 bertujuan untuk mengetahui apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan
hutang perusahaan. Pada tabel 4.9. dapat dilihat bahwa Profitabilitas (ROA) mempunyai
nilai signifikan sebesar 0,943 dengan nilai kofisien berpengaruh negatif sebesar -0,019.
Hasil ini sama dengan bangunan hipotesis yang mana resiko bisnis berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha1 yang menyatakan
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan ditolak.
“Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi
kreditur maupun pemegang saham” (Agnes Sawir, 2001:13). Semakin tinggi persentase
Debts Ratiomaka hal tersebut akan berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh
perusahaan, karena sebagian keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membayar
pinjaman pokok dan bunga pinjaman yang tentunya juga tinggi.
Profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Berdasarkanpecking order
theory, pilihan pertama dalam pendanaan adalah dengan menggunakan laba ditahan,
baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Oleh karena itu terdapat hubungan