• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

BASKORO ADYTIA PUTRA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Baskoro Adytia Putra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

By

BASKORO ADYTIA PUTRA

This study was conducted to determine whether the Business Risk, Profitability, Asset structure and size affect the Company's corporate debt policy. Variables used in this study is the Business Risk, Profitability, Asset Structure and size of the company, while the dependent variable is the Debt Policy proxied by debt to asset ratio (DAR).

The sampling technique used purposive sampling techniques on the companies included in the Indonesia Stock Exchange (BEI) during the observation that 2011-2013. During the three years of observation of the sample obtained as many as 34 companies. The hypothesis in this study were tested using multiple regression analysis to examine the effect of independent variables on the dependent variable. The results showed that the risk Bissnis and structure of assets has an influence on debt policy, while profitability and company size has no influence on debt policy.

(4)

Oleh

BASKORO ADYTIA PUTRA

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Risiko Bisnis, Profitabilitas, struktur Aset dan ukuran mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan Perseroan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko Usaha, Profitabilitas, Struktur Aktiva dan ukuran

perusahaan, sedangkan variabel dependen adalah Kebijakan Utang ditunjukkan oleh rasio hutang terhadap aset (DAR).

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling pada perusahaan yang termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama pengamatan bahwa 2011-2013. Selama tiga tahun pengamatan dari sampel yang diperoleh sebanyak 34 perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko Bissnis dan struktur aset memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang, sementara profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh pada kebijakan utang.

(5)
(6)
(7)
(8)

Wantono Joenada dan ibu bernama Ir. Hafsah Haroen.

Jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu TK Al-Kautsar yang

diselesaikan pada tahun 1996, menyelesaikan pendidikan dasar di SD Al-Kautsar

pada tahun 2002, lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP

Al-Kautsar hingga tahun 2005, kemudian menyelesaikan pendidikan menengah atas

di SMA YP Unila jurusan IPS hingga tahun 2008.

Pada tahun 2008, atas rahmat Allah SWT dan doa orangtua, penulis melanjutkan

pendidikan di jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung, dan pada bulan Januari-Februari 2014 mengikuti Kuliah Kerja Nyata

(9)

cemoohan itu berubah menjadi tepuk tangan”

“Meraih sarjana butuh perjuangan yang tak sederhana”

“Skripsi itu seperti medan perang, mahasiswa adalah

pejuang dan akan merdeka jika sudah lulus"

“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan

takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi

orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan

kemajuan selangkah pun” (Bung Karno)

(10)

Kupersembahkan skripsi ini, sebagai salah satu tanda bakti kepada

Ayah Eddy Wantono Joenada dan Ibu Hafsah Haroen, dan sebagai

penyemangat bagi seluruh keluargaku.

Terima kasih atas segala doa, kepercayaan yang kalian titipkan dan

dukungan yang tak henti-hentinya tercurahkan sebagai bentuk kasih

sayang yang tiada tara.

Karena tanpa ayah, ibu,kakak, kakak ipar, adik dan keponakanku aku

tak akan pernah sedekat ini dengan mimpi-mimpiku.

(11)

salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta

sahabatnya. Alhamdulillah atas Kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudulAnalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kebijakan Hutang pada Perusahaan yangListingdi Bursa Efek Indonesia”,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program

Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan

berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S. E., M. Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S. E., M. Si., Akt., selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

(12)

telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran,

masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini.

6. Ibu Yuztitya Asmaranti,S.E.,M.Si., selaku pembimbing pendamping yang

telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran,

masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini.

7. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., CA., CPA., selaku selaku Pembahas

yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap

skripsi ini.

8. Seluruh Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.Khususnya untuk staf karyawan di jurusan Akuntansi

Pak Sobari, Mbak Tina, Mpok, Mas Yana, Mas Yogi, Mas Leman, yang telah

banyak membantu selama proses pengerjaan skripsi dan selalu berbagi canda

tawa sehari-hari.

9. Kedua orangtua ku tercinta terkasih tersayang tersegalanya, Ir. Eddy Wantono

Joenada dan Ir. Hafsah Haroen yang telah menjadi orang tua yang luar biasa

bagi anaknya. terima kasih yang tak terhingga atas kasih sayang, doa restu,

(13)

telah diberikan kepada kakak dengan sangat tulus.

11. Terima Kasih kepada Tante Nova yang sudah memberikan semangat dan doa

selama saya menjalani skripsi.

12. Sahabat dan saudaraku Genk Koplak tercinta Geri, Arizona, Reza, Izul,

NiRoll, Wawan, Santoso, Bang Rendy, Bang Ucup terimakasih atas

semuamuamuamuanya, kalian Luar biasaaa~ Semoga kita selalu menjadi

sahabat untuk selamanya.

13. Perkumpulan Green Cafe Squad, Rara, Lely, Sadam, Nahar, Samsu, Wanda,

Bangga, Jarwo, Fajar Faizal, Nabila, Buluk, Yara, Eko, Yang sudah

menemani dan mengisi hariku di Green Cafe.

14. Teman- teman Akuntansi 2011, Sherly, Nicho, Panggih, Putri, Aulia, Bainal

dan teman-teman AKT 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

terimakasih telah menemani, menjadi penghibur hati, memberi motivasi,

nasehat, dan doa.

15. Teman-teman seperjuangan Akuntansi 2008, Bery, Engga, Fajrul, Neta,

Gerry, Odir dan teman-teman AKT 2008 lainnya yang tidak bisa disebutkan

satu persatu, terimakasih sudah berbagi ilmu, semangat, canda tawa selama

(14)
(15)

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan masalahan ... 6

1.3 Batasan Masalah Penelitian ... 7

1.4 Tujuan penelitian dan Manfaat penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 9 2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Kebijakan Hutang ... 9

2.1.2 Resiko Bisnis ... 11

2.1.3 Profitabilitas ... 13

2.1.4 Struktur Aset ... 14

2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 14

2.1.6Pecking Order Theory... 15

2.1.7Singnaling Theory ... 17

2.2 Kerangka Pemikiran ... 19

2.3 Pengembangan Hipotesis ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Populasi dan Sampel ... 23

3.2 Teknik Pengambilan Sampel... 24

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 25

(16)

3.6.1.2 Uji Multikolinieritas ... 33

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 34

3.6.1.4 Uji Autokorelasi ... 34

3.7 Pengujian Hipotesis ... 36

3.7.1 Uji t ... 36

3.7.2 Uji Statistik F ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Statistik Deskriptif ... 38

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik... 40

4.2.1 Uji Normalitas... 40

4.2.2 Uji Multikolinieritas ... 42

4.2.3 Uji Autokorelasi ... 44

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 45

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 48

4.3.1 Uji Koefisien Determinasi ... 48

4.3.2 Uji t ... 49

4.3.3 Uji Statistik F ... 57

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN………... 59

5.1 Kesimpulan……... 59

5.2 Keterbatasan Penelitian... 60

5.3 Saran... 60

(17)

Lampiran 3 : Data aset perusahaan tahun 2011-2013

Laampirn 4 : Data resiko bisnis perusahaan tahun 2011-2013

Lampiran 5 : Data laba bersih perusahaan tahun 2011-2013

Lampiran 6 : Data aset tetap perusahaan tahun 2011-2013

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak

menentu dikarenakan kondisi ekonomi global cenderung tidak stabil. Apalagi

dengan adanya krisis ekonomi yang dampaknya sampai saat ini masih belum

berakhir, tentu saja sangat menghambat perkembangan dunia usaha. Perusahaan

menjadi kesulitan untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam upaya

pencapaian kemakmuran pemilik atau para pemegang saham yaitu dengan cara

memaksimumkan nilai perusahaan. Hal ini menggambarkan betapa ketatnya

persaingan dunia bisnis di era globalisasi saat ini dimana menuntut perusahaan

untuk berproduksi secara efesien agar memiliki daya saing dibandingkan

perusahaan lainnya.

Agar bisa bertahan dan terus berkembang, perusahaan harus pandai mengelola

fungsi manajemen keuangan perusahaan. Ini dikarenakan pengelolaan keuangan

perusahaan berpengaruh dalam operasi dan perkembangan perusahaan di masa

yang akan datang. Dalam mengelola fungsi keuangan, unsur yang perlu

diperhatikan adalah penentuan sumber pendanaan yang akan digunakan

(19)

dengan berbagai pilihan kebijakanfinancialyang dihadapi perusahaan dalam

menentukan kebijakan struktur modalnya.

Menurut Myers dan Majluf (1984) dalam Aristasari (2006), perusahaan

mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu

denganinternal equitydahulu. Apabilainternal equitydianggap tidak mencukupi

baru menggunakanexternal finance. Penggunaanexternal financesendiri

pertama-tama menggunakan hutang (debt financing), apabila hutang tidak

mencukupi baru kemudian perusahaan menggunakanexternal equity financing

yaitu dengan menerbitkan saham.

Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber

dari eksternal. Sebagian perusahaan menganggap bahwa penggunaan hutang

dirasa lebih aman daripada menerbitkan saham baru. Terdapat beberapa alasan

mengapa perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada saham baru

yaitu adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga, biaya transaksi pengeluaran

hutang lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham baru, lebih mudah

mendapatkan pendanaan hutang daripada pendanaan saham dan kontrol

manajemen lebih besar adanya hutang baru daripada saham baru (Muliyanti,

2010).

Menurut Mogdiliani dan Miller (1963) dalam Muliyanti (2010), semakin tinggi

(20)

adanya keuntungan dari pengurangan pajak karena adanya bunga yang dibayarkan

akibat penggunaan hutang tersebut mengurangi penghasilan yang terkena pajak.

Namun menuruttrade off theorysemakin tinggi hutang maka semakin tinggi

beban kebangkrutan yang ditanggung perusahaan. Penambahan hutang akan

meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan perusahaan. Semakin besar

hutang, semakin besar pula kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu

membayar kewajiban tetap berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan

akan semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada

penghematan pajak. Oleh karena itu, perusahaan harus sangat hati-hati dalam

menentukan kebijakan hutangnya karena peningkatan penggunaan hutang akan

menurunkan nilai perusahaannya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Junaidi (2006) dalam Yeniatie dan

Destriana (2010), hubungan antara risiko bisnis dan hutang berlawanan arah.

Risiko bisnis memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung akan menghindari

penggunaan hutang dalam mendanai perusahaan karena dengan menggunakan

hutang, risiko likuiditas perusahaan akan semakin meningkat.

Berdasarkanpecking order theory, pilihan pertama dalam keputusan pendanaan

adalah dengan menggunakan laba ditahan, baru kemudian menggunakan hutang

(21)

akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan

perusahaan karena perusahaan dapat menggunakaninternal financingterlebih

dahulu yang diperoleh dari laba ditahan. Hasil penelitian ini juga didukung

Harjanti dan Tandelilin (2007) yang dalam hasil penelitiannya dikatakan bahwa

profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

Struktur aset memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kebijakan hutang

perusahaan. Keadaan ini terjadi terutama bagi perusahaan yang memiliki aset

tetap dalam jumlah yang besar. Aset tetap ini dapat digunakan sebagai jaminan

kepada kreditor sehingga perusahaan dapat dengan mudah memperoleh pinjaman.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Bringham dan Houston (2001) dalam Yeniatie dan Destriana (2010) yang

menyatakan bahwa perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan

kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena kreditor akan selalu

memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan.

Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik

dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan

yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar

ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam mengungkapkan

kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin

(22)

karena itu, semakin besar ukuran perusahaan, aset yang didanai dengan hutang

akan semakin besar pula.

Hasil penelitian-penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan

hutang yang masih memberikan hasil yang belum konsisten. Penelitian yang

dilakukan Lopez dan Francisco (2008) menunjukkan hasil yang seragam dimana

ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap kebijakan

hutang perusahaan. Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Sujoko dan

Soebiantoro (2007) juga memberikan hasil yang serupa. Sedangkan penelitian

Ramlall (2009) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap

kebijakan hutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Lopez dan Francisco (2008) menunjukkan bahwa

risiko bisnis tidak signifikan berpengaruh terhadap kebijakan penggunaan hutang.

Sementara penelitian Mulyanti (2010) menunjukkan hasil bahwa risiko bisnis

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang

dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah risiko bisnis (business risk) mempengaruhi kebijakan hutang

perusahaan?

2. Apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan?

3. Apakah struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan?

4. Apakah ukuran perusahaaan (size) mempengaruhi kebijakan hutang

perusahaan?

1.3. Batasan Masalah Penelitian

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup

dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Jenis industri yang diteliti adalahPerusahaan jasa dengan sektor property

dan realestate.

2. Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan tidak hanya dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang diteliti saja, namun juga sangat dimungkinkan oleh

beberapa faktor-faktor lain.

3. Pengamatan penelitian hanya dilakukan selama empat tahun, dimulai dari

periode 2011 hingga periode 2013.

4. Dalam penelitian ini setiap variabel dependen dan variabel independen,

(24)

1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah risiko bisnis (business risk) mempengaruhi

.kebijakan hutang perusahaan.

2. Untuk mengetahui apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan hutang

perusahaan.

3. Untuk mengetahui apakah struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang

perusahaan.

4. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaaan (size) mempengaruhi

kebijakan hutang perusahaan.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam memahami, menambah dan

mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari.

2. Bagi para investor, pemegang saham, dan pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap perusahaan diharapkan informasi yang berhasil

dikumpulkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

(25)

3. Bagi perusahaan, untuk memberikan masukan dalam hal perusahaan

melakukan kebijakan hutang,serta gambaran bahwa perubahan kinerja

yang terjadi senantiasa dipantau oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

4. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pasar modal Indonesia

(Badan Pengawas Pasar Modal, Bursa Efek Indonesia, calon emiten, dan

profesi terkait). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan dalam meningkatkan perannya dalam memenuhi kebutuhan

(26)

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kebijakan Hutang

Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal dimana kebijakan hutang

termasuk sebagai kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal.

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka

memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk

membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan

juga berfungsi sebagai alat monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam

pengelolaan perusahaan.

Menurut Mamduh (2004) dalam Muliyanti (2010) terdapat beberapa faktor yang

memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang, antara lain:

1. NDT (Non-Debt Tax Shield)

Manfaat dari penggunaan hutang adalah bunga hutang yang dapat digunakan

untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi pajak,

perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan dana pensiun.

Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak perlu menggunakan

(27)

hutang. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat

menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aset tersebut dapat digunakan

sebagai jaminan pinjaman.

3. Profitabilitas

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya akan

menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah

memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.

4. Risiko Bisnis

Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan hutang

yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.

5. Ukuran Perusahaan

Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko

kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih mudah dalam

mendapatkan pendanaan eksternal.

6. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang dalam

suatu perusahaan.

Di samping itu, keputusan pendanaan melalui hutang mempunyai batasan sampai

seberapa besar dana yang akan dipinjam perusahaan. Biasanya ada standar rasio tertentu

(28)

menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan beban bunga dan

pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan

menghadapidefault, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada

waktunya akibat kewajiban yang semakin besar (Pithaloka, 2009).

2.1.2. Risiko Bisnis (Business Risk)

Dalam menjalankan aktivitasnya, risiko bisnis merupakan hal yang tidak dapat

dipisahkan dari sebuah perusahaan. Risiko didefinisikan sebagai peluang atau

kemungkinan terjadinya beberapa peristiwa yang tidak menguntungkan. Risiko bisnis

adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

Risiko bisnis tersebut menurut Susetyo (2006) merupakan risiko yang mencakup

intrinsic business risk,financial leverage risk, danoperating leverage risk.

Risiko bisnis antar perusahaan dalam industri yang sama adalah berbeda-beda serta

dapat berubah sewaktu-waktu. Suatu perusahaan dikatakan memiliki risiko bisnis yang

tinggi apabila perusahaan tersebut memiliki volatilitas pendapatan yang tinggi sehingga

mempunyai probabilitas kebangkrutan yang tinggi. Risiko bisnis dalam perusahaan akan

meningkat jika menggunakan hutang yang tinggi. Hal ini juga akan meningkatkan

kemungkinan kebangrutan. Hasil penelitian membuktikan bahwa perusahaan dengan

risiko yang tinggi seharusnya menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk

(29)

karakteristik masing-masing industri, namun pada tingkat tertentu perusahaan dapat

mengendalikannya.

Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi

perusahaan atau posisi keuangan. Resiko dasar adalah the mismatching of interest rest

bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum resiko dapat ditangkap

suatu keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan

keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis antara lain:

1. Variabilitas permintaan

Risiko bisnis akan semakin kecil apabila permintaan atas produk perusahaan semakin

konstan dimana hal-hal lainnya tetap.

2. Variabilitas harga jual

Perusahaan akan menghadapi risiko bisnis yang lebih tinggi dari perusahaan sejenis

apabila harga jual atas produk perusahaan lebih fluktuatif.

3. Variabilitas harga input

Perusahaan yang memperoleh input dengan harga yang sangat tidak pasti juga

(30)

apabila biaya input meningkat. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk

menyesuaikan harga output (produk), semakin kecil risiko bisnisnya. Kemampuan ini

sangat diperlukan perusahaan ketika tingkat inflasi tinggi.

5. Proporsi biaya tetap

Resiko bisnis akan meningkat ketika sebagian besar biaya perusahaan merupakan biaya

tetap. Hal ini terjadi ketika permintaan menurun, namun biaya tetap yang ditanggung

perusahaan tidak menurun.

2.1.3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan

bisnis yang dilakukannya. Dalam penelitian ini pengukuran terhadap profitabilitas

diproksikan denganreturn on asset ratio(ROA) yaitu membandingkan laba setelah

pajak dengan total aset.

Menurut Myers dan Majluf (1984) dalam Soesan (2006), hubungan antara profitabilitas

dengan pemakaian hutang oleh suatu perusahaan diprediksi bernilai negatif karena

perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung memilih pembiayaan

dengan internalfunddaripada dengan hutang. Tingkat pengembalian yang tinggi

memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan

(31)

2.1.4. Struktur Aset

Perusahaan yang asetnya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit akan lebih banyak

menggunakan hutang karena kreditor akan selalu memberikan pinjaman apabila

mempunyai jaminan. Stuktur aset berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang dapat

dijadikan jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan struktur asetnya

tidak fleksibel.

Pengukuran struktur aset dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan

perbandingan antara total aset tetap (fixed assets) perusahaan dengan total aset yang

dimiliki.

2.1.5. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

dapat dinyatakan dengan total aset atau total penjualan bersih. Dengan kata lain,

semakin besar total aset maupun penjualan sebuah perusahaan maka semakin besar pula

ukuran suatu perusahaan tersebut. Hasil dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa

ukuran perusahaan menjadi faktor penting dalam penentu kebijakan utang perusahaan

dan banyak penelitian menemukan bahwa perusahaan yang besar lebih banyak

menggunakan utang daripada perusahaan kecil.

Suatu perusahaan yang besar dan mapan akan lebih mudah untuk ke pasar modal.

(32)

Menurut Fidyati (2003) dalam Mulyanti (2010), ukuran perusahaan secara langsung

mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya

semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan

demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang

dimiliki oleh perusahaan.

Jadi ukuran perusahaan adalah besaran yang dapat dilihat dari besarnya penjualan atau

total aset, yang perhitungannya dapat dilakukan dengan nilai logaritma natural total

penjualan atau total aset. Nilai tersebut dikonversikan ke bentuk logaritma dimaksudkan

agar nilainya sama dengan variabel lainnya. Perusahaan besar yangwell-established

akan lebih mudah memperoleh pendanaan baik oleh kreditur maupun di pasar modal.

Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai

logaritma natural dari total penjualan.

2.1.6. Pecking Order Theory

Pecking Order Theorymengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih

pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana

internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari

eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan adalah

pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir adalah

(33)

sebagai pilihan terakhir. Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya yang

dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham.

Menurut Brealey dan Myers (1991) dalam Muliyanti (2010), urutan pendanaan menurut

teoripecking orderadalah sebagai berikut :

1. Perusahaan lebih menyukaiinternal financing(dana internal). Dana internal

tersebut diperoleh dari laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.

2. Perusahaan menyesuaikan targetdividen payout ratioterhadap peluang investasi

mereka, sementara mereka menghindari perubahan dividen secara drastis.

3. Kebijakan dividen yangstickyditambah fluktuasi profitabilitas dan peluang

investasi yang tidak dapat diproksi, berarti terkadang aliran kas internal melebihi

kebutuhan investasi namun terkadang kurang dari kebutuhan investasi.

4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, pertama-tama perusahaan akan

menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu mulai dari penerbitan hutang

convertible bond, dan alternatif paling akhir adalah saham.

Hipotesispecking ordermenggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana

perusahaan dimana perusahaan lebih memilih menggunakaninternal equity untuk

mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Apabila perusahaan

membutuhkan dana eksternal, maka perusahaan akan lebih memilih hutang sebelum

(34)

2.1.7. Signaling Theory

Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang

memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek

perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba

menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain

seperti dengan menggunakan hutang.

Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Susetyo (2006), pengumuman emisi

saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa

manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan

menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya

akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang

kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

Ross (1977) dalam Muliyanti (2010) mengembangkan model dimana penggunaan

hutang merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Apabila manajer

mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin agar harga saham

meningkat, perusahaan ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer

dapat menggunakan hutang lebih banyak, sebagai sinyal yang lebih dapat dipercaya.

Hal ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai

perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Dasar

(35)

kewajibannya. Investor diharapkan akan menangkap sinyal bahwa perusahaan

mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau sinyal

(36)

(-)

(-)

(+)

(+)

2.3. Hipotesis

Risiko bisnis menggambarkan adanya ketidakpastian atas proyeksi pendapatan di masa

mendatang jika perusahaan menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis, maka

probabilitas terjadinyafinancial distressjuga semakin tinggi. Ini dikarenakanearning

yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang juga tidak menentu. Dan

jika ternyata perusahaan rugi atau arus kas yang masuk tidak mencukupi untuk

membayar beban bunga, maka perusahaan dapat bangkrut.

Menurut teoritrade-off, semakin tinggi kemungkinanfinancial distress, akan semakin

tinggi pula kemungkinanfinancial distress costsyang harus ditanggung oleh

perusahaan. Hal ini akan menyebabkan tingkat penggunaan utang yang optimum

semakin rendah, sehingga perusahaan seharusnya menggunakan lebih sedikit utang.

(37)

hutang yang sedikit. Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

perusahaan. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :

Ha1: Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan

Profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Berdasarkanpecking order

theory, pilihan pertama dalam pendanaan adalah dengan menggunakan laba ditahan,

baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Oleh karena itu terdapat hubungan

negatif antara profitabilitas perusahaan dengan hutang (Masdupi, 2005 dalam Yeniatie

dan Destriana, 2010).

Semakin tinggi tingkat profitabilitas sebuah perusahaan maka akan semakin kecil

penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan

cenderung menggunakaninternal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih

dahulu. Namun jika kebutuhan dana belum tercukupi, perusahaan baru menggunakan

hutang.

Hasil penelitian Yeniatie dan Destriana (2010) menunjukkan bahwa profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini konsisten dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin (2007). Dari

(38)

yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada

perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel. Struktur aset memiliki pengaruh

positif dengan kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki

aset tetap dalam jumlah besar.

Menurut Adrianto dan Wibowo (2007), aset tetap yang semakin besar akan

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan yang lebih tinggi,

sehingga dengan mengasumsikan semua faktor lain konstan, perusahaan akan

meningkatkan utang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan utang. Dari

penjelasan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :

Ha3: Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan

Semakin besarnya ukuran perusahaan maka kebutuhan akan dana juga akan semakin

besar yang salah satunya dapat berasal dari pendanaan eksternal yaitu hutang.

Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik

dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang

besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran

perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam

mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan

semakin mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur

(39)

tingkat hutang perusahaan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang ada di

Indonesia yaitu penelitian Muliyanti (2010). Dari penjelasan di atas, maka hipotesis

yang dapat dirumuskan adalah :

(40)

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2011-2013. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada

purposive samplingdengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun sampel yang dipilih dalam penelitian ini

dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Seluruh perusahaan jasa yang bergerak pada sektorProperty and Realestate

yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan

lengkap dari tahun 2011-2013.

3. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember.

Alasan pemilihan sampel perusahaan yang bergerak pada sektorProperty and

Realestatekarena pada sektor ini umumnya perusahaan mempunyai rasio hutang yang

tinggi, hal ini menunjukkan bahwa nilai dana yang dikucurkan untuk kelompok industri

ini sangat besar. Oleh karena itu, pihak-pihak pemberi hutang (debtholders) berhak

memperoleh informasi penting terutama yang menyangkut dengan kinerja perusahaan

(41)

Keterangan Jumlah Seluruh perusahaan jasa yang bergerak pada sector

Property and Realestate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013

34

Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2011-2013

-Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap

31 Desember

-Jumlah sampel akhir 34

Pada Table 3.1 proses pengambilan sampel, dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 sampai

2013 terdapat 34 perusahaan jasa yang bergerak pada sektorProperty and Realestate

yang terdaftar di BEI. Dari keseluruhan jumlah sampel penelitian, seluruh perusahaan

(100 %) memenuhi kriteria sampel yang telah ditetapkan. Adapun daftar nama

perusahaan sampel dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Nama Perusahaan Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode

1 PT Agung Podomoro Land Tbk APLN 2 PT Alam Sutera Realty Tbk ASRI 3 PT Bekasi Asri Pemula Tbk BAPA 4 PT Bumi Citra Permai Tbk BCIP 5 PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk BEST

6 PT Sentul City Tbk BKSL

(42)

14 PT Duta Pertiwi Tbk DUTI 15 PT Megapolitan Development Tbk EMDE 16 PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk GMTD 17 PT Perdana Gapuraprima Tbk GPRA 18 PT Greenwood Sejahtera Tbk GWSA 19 PT Jaya Real Property Tbk JPRT 20 PT Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA 21 PT Global Land Development Tbk KPIG

22 PT Lippo Cikarang Tbk LPCK

23 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR

24 PT Modernland Realty Tbk MDLN 25 PT Metropolitan Kentjana Tbk MKPI 26 PT Metropolitan Land Tbk MTLA 27 PT Plaza Indonesia Tbk PLIN 28 PT Pudjiadi Prestige Tbk PUDP

29 PT Pakuwon Jati Tbk PWON

30 PT Roda Vivatex Tbk RDTX

31 PT Royal Oak Development Asia Tbk RODA 32 PT Danayasa Arthatama Tbk SCBD 33 PT Suryamas Duta Makmur Tbk SMDM 34 PT Summarecon Agung Tbk SMRA

Dari data perusahaan yang didapat tersebut maka total keseluruhan sampel adalah

sebanyak 102 sampel (34 perusahaan x 3 tahun). Untuk variabel bebas (Risiko Bisnis,

Profitabilitas, Struktur Aset dan Ukuran Perusahaan) dan variabel terikat (Kebijakan

Hutang) menggunakan data tahun 2011-2013.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data sekunder.

Jenis data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

(43)

(-)

(-)

(+)

(+)

digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan sampel

yang diperoleh dari:

1. WebsiteBEI (www.idx.co.id) , untuk mendapatkan data laporan keuangan

tahunan perusahaan sampel dari tahun 2011-2013. Data ini diperoleh dari

homepageIDX, untuk mendapatkansoft copylaporan keuangan danannual

reportyang didapat dari menuissuer, financial report.

3.4. Model Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya sebagai

dasar yang digunakan untuk merumuskan hipotesis berikut ini digambarkan model

penelitian yang tersaji dalam gambar dibawah ini

Gambar 1. Model Penelitian Business Risk

Profitabilitas

Struktur Aset

Ukuran Perusahaan

(44)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel dependen

adalah kebijakan hutang yang diproksikan dengandebt to asset ratio (DAR)

dengan membagi total hutang dengan total aset yang menunjukkan seberapa

besar aset yang dibiayai dengan hutang perusahaan. Pemilihan proksi ini

merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Saumitra, 2002) dan

(Muliyanti, 2010).

Debt to Asset Ratio(DAR) =

Rasioleveragedapat diukur dari total utang (debt to asset ratio) yang dalam hal

ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga (times interest

earned) dan kemampuan melunasi kewajiban (principal). Total utang mencakup,

baik utang lancar maupun utang jangka panjang. Kreditur lebih menyukai rasio

utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar

perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain,

pemegang saham akan menginginkanleverageyang lebih besar karena akan

dapat meningkatkan laba yang diharapkan.

(45)

2

terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Dalam Penelitian ini terdapat

4 variabel independen yang digunakan:

1. Risiko Bisnis (Business Risk)

Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam

menjalankan kegiatan bisnisnya. Suatu perusahaan dikatakan memiliki risiko

bisnis yang tinggi apabila perusahaan tersebut memiliki volatilitas pendapatan

yang tinggi sehingga mempunyai probabilitas kebangkrutan yang tinggi.

Deviasi standar(σ)merupakan ukuran dispersi (penyebaran) dan merupakan

ukuran secara statistik dari risiko yang dalam hal ini semakin besar nilai

deviasi standar maka semakin besar risikonya (Imam, 2007 dalam Muliyanti,

2010).

Proksi ini diukur selama 3 tahun terakhir mulai periode (t-2) hingga periode

(t). Risiko Bisnis (RISK) diformulasikan sebagai berikut:

BRisk= σ EBIT

Rumus Standar Deviasi (σ) :

(46)

S = Standar Deviasi

X1 = Nilai X yang ke-i

N = Ukuran Sampel

Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung akan menghindari

penggunaan hutang dalam mendanai perusahaan karena dengan menggunakan

hutang, risiko likuidasi perusahaan akan semakin meningkat (Junaidi, 2006).

2. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau

dengan kata lain tingkat keuntungan bersih yang mampu dihasilkan

perusahaan dalam menjalankan operasinya. Proksi profitabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalahReturn On Asset(ROA).

ROA =

Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil pengembalian

(return) atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga

merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola

seluruh asetnya. Hasil pengembalian atas aset (ROA) menunjukkan

produktivitas dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Sebab ROA

memperbandingkan laba yang didapat setelah bunga dan pajak dengan seluruh

aset yang dimiliki perusahaan.

(47)

Tangible Assets Ratio(TA) =

menggunakan rasio aset tetap dibagi dengan total aset. Struktur aset adalah

penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aset, baik

dalam aset lancar maupun dalam aset tetap.

Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi aset tetap dalam sebuah

perusahaan dibandingkan dengan total asetnya. Pemakaian rasio ini sebagai

proksi struktur aset mengacu pada penelitian (Susetyo, 2006). Struktur aset

diformulasikan sebagai berikut:

4. Ukuran Perusahaan

Variabel ini menunjukkan berapaassetatau kekayaan. Ukuran perusahaan

menjadi salah satu variabel yang dianggap dapat mempengaruhi keputusan

perusahaan dalam memilih bentuk pendanaan. Ukuran (size) perusahaan bisa

diukur dengan menggunakan total aset, penjualan, atau modal dari

perusahaan tersebut. Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya

perusahaan adalah ukuran total penjualan dari perusahaan tersebut.

Perusahaan dengan ukuran yang besar mempunyai risiko kebangkrutan yang

Fixed Assets

(48)

Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan (Firm Size)

mengacu pada penelitian Muliyanti (2010) yaitu diproksikan dengan nilai

logaritma natural dari penjualan (LnSales).

SIZE= LnSales

Menurut Theresia dan Tandelilin (2007) dalam Muliyanti (2010), penggunaan

logaritma natural karena mengingat besarnya total penjualan perusahaan yang

berbeda-beda sehingga agar hasilnya tidak menimbulkan bias. Selain itu

dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih sehingga akan

dapat mengurangiskewness of distributiondan data akan menyebar normal

serta meminimalkan standarerrorkoefisien regresi.

3.6. Alat Analisis Data

Data diolah menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression) dengan

menggunakan SPSS 17. Sebelum dilakukan regresi, variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji

normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Analisis regresi dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel

independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model yang

(49)

Keterangan:

DAR :Debt to Asset Ratiomerupakan proksi dari Kebijakan

Hutang

α :interceptatau koefisien konstanta

β1; β2; β3 : koefisien regresi variabel RISK, ROA, dan SIZE

RISK :Business Riskmerupakan proksi dari Risiko Bisnis

ROA :Return on Assetmerupakan proksi dari Profitabilitas

TA :Tangible Assetmerupakan proksi dari Struktur Aset

SIZE :Firm Sizemerupakan proksi dari Ukuran Perusahaan

e :error

3.6.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat

apakah data terbebas dari masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan

autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang

linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator=

BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah.

Dalam menggunakan model peramalan, ada beberapa asumsi yang mendasari model

(50)

variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang

baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal.Seperti diketahui bahwa uji

t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel

kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau

tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam hal ini uji grafik yaitu

dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan

distribusi yang mendekati distribusi normal. Pengujian asumsi ini dilakukan melalui

pengamatan terhadapNormal Probability Plot of Regression Standardize Residual.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan. Oleh sebab itu dianjurkan dengan

uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan

skweness dari residual dan uji statistik non-parametrikKolmogorov-Smirnov (K-S).

Dalam penelitian ini yang digunakan dalam pengujian normalitas residual adalah

menggunakan uji statistik non-parametrikKolmogorov-Smirnov (K-S).

3.6.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk melihat apakah ada

kolinearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat darivariance inflation factor

multikolinearitas (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF

(51)

dengan variabel bebas lainnya.

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaanvariancedari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jikavariancedari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas .

Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam

spesifikasi model regresi. Pemeriksaan gejala heteroskedastisitas adalah dengan

melihat pola diagram pencar (scatterplot). Dengan ketentuan jika diagram pencar

yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami

gangguan heteroskedastisitas, jika diagram pencar tidak membentuk pola tertentu

atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. Selain

menggunakan diagram pencar, dilakukan pula Uji Glejser untuk melihat apakah

regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.

3.6.1.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode

t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan problem autokorelasi. Untuk

mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat digunakan

(52)

Tabel 3.3. Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif atau negative

Tolak

No decision

Tolak

No decision

Tidak ditolak

0 < d <dL

dL≤ d ≤ dU

4-dL < d < 4

4-dU≤ d ≤ 4-dL

(53)

masing variabel independen dari setiap perusahaan. Setelah data variabel dependen dan

independen tersedia, dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data layak untuk

regresi. Untuk memutuskan apakah hipotesis diterima atau tidak, maka digunakan uji t

dan uji F.

3.7.1. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabelindependent

terhadap variabeldependent. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t pada tingkat

keyakinan 95% dengan ketentuan sebagai berikut:

• apabila p-value > 0,05, maka Ha ditolak

Artinya secara individual variabel independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

• apabila p-value < 0,05, maka Ha diterima

Artinya secara individual masing- masing variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.2. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independen (RISK, ROA, TA, dan

SIZE) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen (DAR). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat

(54)

kurang dari 5% berarti secara bersama-sama variabel dependen mempunyai

pengaruh terhadap variabel independen. Analisis ini juga bisa dilihat dengan

membandingkan antara F tabel dengan F hitung . Jika F tabel > F hitung maka Ho

diterima dan Ha ditolak, dan jika F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho

(55)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data, yang

menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis ini

untuk menjelaskan karaketristik sampel terutama mencakup mean, standarerror mean,

nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum, serta standar deviasi. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DAR 102 ,0707 ,7402 ,403234 ,1512083

BRISK 102 1,0301 9,0097 3,028660 1,9105510

ROA 102 ,0027 ,3161 ,071916 ,0537281

TA 102 ,0011 ,8464 ,133043 ,1812986

SIZE 102 19,1328 29,5281 25,388672 2,9501487

Valid N (listwise) 102

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.1. tampak bahwa dari 102 sampel pada periode penelitian ini,

variabelDebt to Assets Ratio(DAR) memiliki rata-rata(mean)sebesar 0.4032334 atau

40,32%, yang artinya setiap 1% aset perusahaan, 48% dibiayai dengan utang. Dengan

(56)

Nilai Risiko Bisnis (RISK) memiliki rata-rata (mean) sebesar 3,028660 atau 302%, yang

artinya setiap 1% utang perusahaan, 302% resiko yang akan dihadapi perusahaan.

Standar deviasi1,9105510. Selain itu variabel ini memiliki nilai minimum1,0301 yang

berasal dari PT Danayasa Arthatama Tbk, dan nilai maksimum 9,0097 yang berasal dari

PT Kawasan Industri Jababeka Tbk.

Nilai rata-rata(mean)ROA selama periode penelitian yaitu 0,071916 atau 7,19%, yang

artinya setiap 1% aset perusahaan, 7,19% laba yang didapat setelah bunga dan pajak.

Nilai minimum ROA adalah 0,0027 yang berasal dari PT Megapolitan Developments

Tbk, dan nilai maksimumnya mencapai 0,3161yang berasal dari PT Danayasa

Arthatama Tbk. Sedangkan nilai standar deviasinya yaitu sebesar 0,0537281.

Nilai Struktur Aset (TA) memiliki rata-rata (mean) sebesar 0,133043 atau 13,30%, yang

artinya setiap 1% aset, 13,30% aset perusahaan yang dapat dijadikan jaminan. Standar

deviasi 0,1812986. Selain itu variabel ini memiliki nilai minimum 0,0011 yang berasal

dari PT Royal Oak Development Asia Tbk, dan nilai maksimum 0,8464 yang berasal

dari PT Roda Vivatex Tbk.

Nilai Ukuran Perusahaan (SIZE) memiliki rata-rata (mean) sebesar 25,388672 standar

deviasi 2, 9501487. Selain itu variabel ini memiliki nilai minimum 19,1328 yang

berasal dari PT Suryamas Dutamakmur Tbk, dan nilai maksimum 29,5281 yang berasal

(57)

beberapa asumsi yang sangat berpengaruh pada perubahan variabel dependen. Uji

asumsi klasik yang telah dilakukan dalam penelitian ini.

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk menguji apakah model regresi

berdistribusi normal yaitu dengan grafik dan uji statistik. Grafik histogram

membandingkan data observasi dengan distribusi normal. Grafiknormal probability

plotdistribusi kumulatif data obervasi terhadap distribusi normal. Sedangkan uji

statistik terhadap normalitas dilakukan dengan uji normalitasKolmogrov-Smirnov(

(58)

Sumber: data diolah

Dari grafik di atas maka dapat dilihat bahwa data menyebar sekitar garis normal serta

mengikuti arah diagonal regresi meskipun ada beberapa titik yang menjauh dari garis

diagonal tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa data tersebut telah mengikuti asumsi

(59)

Unstandardized

Residual

N 102

Normal Parametersa,,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,15054962

Most Extreme Differences Absolute ,067

Positive ,067

Negative -,062

Kolmogorov-Smirnov Z ,677

Asymp. Sig. (2-tailed) ,749

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: data diolah

Hasil Uji Normalitas statistik denganOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Testpada tabel

di atas memperlihatkan nilai probabilitasAsymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,749 lebih

besar dari signifikansi 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai residual data

penelitian telah terdistribusi secara normal.

4.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah

terjadi problem multikolinearitas dapat melihat nilaitoleranceatau lawannya yaitu

variance inflation factor(VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF

(60)

multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.

Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) ,422 ,126 3,342 ,001

BRISK ,016 ,008 ,205 2,018 ,046 ,880 1,136

ROA -,019 ,273 -,007 -,071 ,943 ,964 1,037

TA -,302 ,085 -,362 -3,542 ,001 ,869 1,151

SIZE ,001 ,005 ,023 ,233 ,816 ,971 1,029

a. Dependent Variable: DAR

Tabel 4.4. Kesimpulan Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Independen Tolerance VIF Kesimpulan

RISK 0,880 1,136 Tidak terjadi multikolinieritas

ROA 0,964 1,037 Tidak terjadi multikolinieritas

TA 0,869 1,151 Tidak terjadi multikolinieritas

SIZE 0,971 1,029 Tidak terjadi multikolinieritas

Sumber: data diolah

Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak

mempunyai masalah multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF lebih kecil

(61)

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat

digunakan ujiDurbin Watson(Uji DW).

Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,350a ,122 ,086 ,1445579 2,080

a. Predictors: (Constant), SIZE, RISK, ROA, TA

b. Dependent Variable: DAR

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa DW sebesar 2,080 dari jumlah sampel

sebanyak 102 (N = 102) dan jumlah variabel independen sebanyak 4 variabel (k =4),

Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Berdasarkan data tersebut, maka batas dL=

1,6174 dan batas dU=1,7383. Dibawah ini merupakan tabel klasifikasi Durbin Watson

berdasarkan data diatas:

Tabel 4.6. Interpretasi Hasil Autokolerasi Durbin Watson

Nilai d Hipotesis Nol Keputusan

(62)

Hal ini berarti hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.

4.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadiketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi heterokedastisitas. Dalam

penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan

dengan metodeScatter Plotantara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu

ZPRED, dengan residualnya yaitu SRESID. Apabila diagram pencar yang ada

membentuk diagram tertentu yang teratur atau menumpuk dalam satu tempat, maka

regresi mengalami heterokedastisitas, tetapi apabila diagram pencar tidak membentuk

suatu pola atau menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu

Y maka regresi tidak mengalami heterokedastisitas. Berikut merupakan gambar dari

(63)

Sumber: data diolah

Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian ini tidak

terjadi heterokedastisitas. Gambar diatas menunjukkan secara jelas bahwa titik- titik

menyebar tanpa membuat suatu pola tertentu, serta berada acak pada bawah dan atas

pada angka 0 sumbu Y.

Selain menggunakan diagram pencar, dilakukan pula Uji Glejser untuk melihat apakah

regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.Uji Glejser dilakukan dengan

(64)

= 5%).

Tabel 4.7. Hasil Uji Glejser

Coefficientsa B Std. Error Beta

1 (Constant) ,383 ,065 5,857 ,086

BRISK -,004 ,004 -,086 -,901 ,370

ROA ,381 ,141 ,246 2,694 ,888

TA -,078 ,044 -,169 -1,762 ,181

SIZE -,011 ,003 -,384 -4,225 ,282

a. Dependent Variable: abs_res

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak

mempunyai masalah heterokedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi

masing-masing variabel independen yang menunjukkan nilai yang Sig > 0.05.

Berdasarkan uji-uji asumsi klasik yang telah dilakukan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa model penelitiantelah bebas dari uji asumsi klasik serta tidak ada variabel yang

(65)

Koefisien Determinasi (R2)berguna untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel

yang dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2), R2 berguna untuk

mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. R2

memiliki kelemahan mendasar yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukan ke dalam model, banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan

nilai adjusted R2pada saat mengevaluasi model regresi, di mana nilai adjusted R2dapat

naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

Tabel 4.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2))

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,350a ,122 ,086 ,1445579

a. Predictors: (Constant), SIZE, RISK, ROA, TA

b. Dependent Variable: DAR

Hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai R square sebesar 0,086 atau

8,6%. Nilai ini menggambarkan bahwa pengaruh variabel-variabel independen di atas

terhadap variabel dependen DAR sebesar 8,6% dan sisanya sebesar 99,91% dipengaruhi

(66)

variabel independen (risiko bisnis, profitabilitas, struktur dan ukuran perusahaan)

terhadap variabel dependennya (kebijakan hutang). Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing koefisien regresi

variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) yang dalam penelitian

ini sebesar 5% atau 0.05.

Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas adalah sebagai berikut:

a. Jika ( p-value) > 0.05 maka Ha ditolak

b. Jika ( p-value) < 0.05 maka Ha diterima

Tabel 4.9. Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,422 ,126 3,342 ,001

BRISK ,016 ,008 ,205 2,018 ,046

ROA -,019 ,273 -,007 -,071 ,943

TA -,302 ,085 -,362 -3,542 ,001

SIZE ,001 ,005 ,023 ,233 ,816

(67)

Berdasarkan persamaan regresi di atas maka selanjutnya dapat dianalisis pengaruh dari

masing-masing variabel independen terhadap kebijakan hutang, yaitu:

1. Nilai kofisien Resiko Bisnis (Brisk) berpengaruh positif sebesar 0,016. Hasil ini

berbeda dengan bangunan hipotesis yang mana berpengaruh negatif yang artinya

semakin tinggi risiko yang dihadapi maka perusahaan akan cenderung untuk

menggunakan hutang yang sedikit. Hasil penelitian ini menjelaskan ke arah

positif signifikan yang mana artinya semakin tinggi risiko yang dihadapi maka

perusahaan akan cenderung untuk menggunakan hutang yang besar. Hal ini juga

akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan. Penelitian ini menggunakan

teori“High Risk High Return”yang artinya jika ingin memperoleh hasil yang

lebih besar, akan dihadapkan pada resiko yang lebih besar pula. Volatilitas atau

pergerakan naik-turun nilai hutang secara tajam akan membuka peluang untuk

memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika nilai hutang bergerak

ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan (Eugene F. Fama dan Kenneth R. French,

1993).

2. Nilai kofisien Profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif sebesar -0,019. Hal ini

menunjukkan bahwa jika perusahaan memiliki tingkat keuntungan yang tinggi

(68)

menggunakan laba ditahan, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas.

Oleh karena itu terdapat hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan

dengan hutang (Masdupi, 2005 dalam Yeniatie dan Destriana, 2010). Hasil ini

konsisten juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(Harjanti dan Tandelilin, 2007).

3. Nilai kofisien Struktur Aset (TA) berpengaruh negatif sebesar -0,302. Hasil ini

berbeda dengan bangunan hipotesis yang mana berpengaruh positif yang artinya

aset tetap yang semakin besar menunjukan kemampuan perusahaan memberikan

jaminan yang lebih tinggi maka akan meningkatkan hutang. Hasil penelitian ini

menjelaskan ke arah negatif signifikan yang mana artinya aset tetap yang besar

menunjukan kemampuan perusahaan memberikan jaminan yang lebih tinggi

namun akan menurunkan penggunaan hutang, hal ini menunjukkan bukti

hubungan negatif dengan utang jangka pendek. Sementara itu, perusahaan yang

sebagian besar dari aktiva nya adalah aktiva lancar akan mengutamakan

pemenuhan kebutuhan dananya melalui utang jangka pendek, hasil penelitian ini

sejalan dengan (Cassar and Holmas, 2003) dan (Van Der Wijst and Thurik,

1993).

4. Nilai kofisien Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh positif sebesar 0,001.

Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas

(69)

Hal ini menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan

semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak

luar, dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman

karena semakin dipercaya oleh kreditur. Hasil penelitian yang dilakukan Lopez

dan Francisco (2008) menunjukkan hasil yang seragam dimana ukuran

perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat hutang

perusahaan.

Tabel 4.10. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

Hipotesis Uraian Nilai

sig. Kesimpulan B

Ha1

Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

perusahaan

0,046 Ha1 ditolak 0,016

Ha2

Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

perusahaan

0,943 Ha2 ditolak -0,019

Ha3

Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan

0,001 Ha3 ditolak -0,302

Ha4

Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan

(70)

mempengaruhi hutang perusahaan. Pada tabel 4.9. dapat dilihat bahwa resiko bisnis

(Brisk) mempunyai nilai signifikan sebesar 0,046 dengan nilai kofisien berpengaruh

positif sebesar 0,016. Hasil ini berbeda dengan bangunan hipotesis yang mana resiko

bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Maka dapat disimpulkan bahwa

Ha1 yang menyatakan resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

perusahaan ditolak.

Risiko bisnis menggambarkan adanya ketidakpastian atas proyeksi pendapatan di masa

mendatang jika perusahaan menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis, maka

probabilitas terjadinyafinancial distressjuga semakin tinggi. Ini dikarenakanearning

yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang juga tidak menentu. Dan

jika ternyata perusahaan rugi atau arus kas yang masuk tidak mencukupi untuk

membayar beban bunga, maka perusahaan dapat bangkrut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulianti (2010)

mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang dan pengaruhnya

terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa risiko bisnis

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Hasil penelitian ini menjelaskan ke arah positif signifikan yang mana artinya semakin

tinggi risiko yang dihadapi maka perusahaan akan cenderung untuk menggunakan

hutang yang besar. Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kebangkrutan.

(71)

untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika nilai hutang bergerak

ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar. Hasil

penelitian ini sejalan dengan (Eugene F. Fama dan Kenneth R. French,1993).

Ha2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Hipotesis 2 bertujuan untuk mengetahui apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan

hutang perusahaan. Pada tabel 4.9. dapat dilihat bahwa Profitabilitas (ROA) mempunyai

nilai signifikan sebesar 0,943 dengan nilai kofisien berpengaruh negatif sebesar -0,019.

Hasil ini sama dengan bangunan hipotesis yang mana resiko bisnis berpengaruh positif

terhadap kebijakan hutang. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha1 yang menyatakan

Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan ditolak.

“Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi

kreditur maupun pemegang saham” (Agnes Sawir, 2001:13). Semakin tinggi persentase

Debts Ratiomaka hal tersebut akan berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh

perusahaan, karena sebagian keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membayar

pinjaman pokok dan bunga pinjaman yang tentunya juga tinggi.

Profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Berdasarkanpecking order

theory, pilihan pertama dalam pendanaan adalah dengan menggunakan laba ditahan,

baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Oleh karena itu terdapat hubungan

Gambar

Tabel 3.1Proses Pengambilan Sampel
Gambar 1. Model Penelitian
Tabel 3.3. Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson
Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produk Midi Cashew pada tahun ini juga terlihat lebih baik di bandingkan dengan pola permintaan yang terjadi pada produk-produk yang lain, dimana pada periode-periode

Bagaimana pemahaman yang dimiliki oleh warga jemaat pekerja marpasar tentang larangan membungakan uang yang tinggi dalam Hukum Penggembalaan &amp; Siasat HKBP Bab III

Berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien determinasi (R 2 ) dalam analisis regresi menunjukkan bahwa variabel jumlah Wajib Pajak PPh 21 Orang Pribadi yang terdaftar

Setiap Juruteknik Berkelayakan yang memiliki pengalaman amali dan berhasrat menjalani Penilaian Pensijilan bagi tujuan memohon untuk didaftarkan sebagai Juruteknik

Dari hasil pembuatan umpan zirkonil nitrat dari bahan zirkon oksidklorid hasil proses PTAPB yang berwarna kuning ternyata tidak bisa larut sempurna dan setelah

Sistem struktur baja yang akan digunakan untuk perencanaan modifikasi strukur Gedung 9 Lantai Universitas Muhammadiyah Gresik adalah dengan sistem Staggered Truss

4.1 Menyajikan data tentang objek dan permasalahan biologi pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan sesuai dengan metode ilmiah dan memperhatikan aspek keselamatan kerja

Program Studi : Teknik Industri Smt Tanggal Waktu. Hari Ruang Mata Kuliah Kelas