• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN ASERTIVITAS UNTUK MENURUNKAN KECENDRUNGAN KENAKALAN PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELATIHAN ASERTIVITAS UNTUK MENURUNKAN KECENDRUNGAN KENAKALAN PADA REMAJA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN ASERTIVITAS UNTUK MENURUNKAN

KECENDRUNGAN KENAKALAN PADA REMAJA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Program Studi Profesi Psikologi

OLEH : LUCY YULIDASARI

07820024

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

(2)
(3)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “PENGARUH PELATIHAN ASERTIVITAS UNTUK MENURUNKAN KENAKALAN PADA REMAJA”. Penulis menyadari bahwa tanpa usaha keras dan bantuan dari berbagai pihak, tesis ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada :

1. Bapak Yudi Suharsono, M.Si. Psikolog selaku Ketua Program Magister Psikologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memotivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Ibu Prof. DR. Sofia Retnowati, MS.,Psikolog Selaku pembimbing utama dan Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si.,Psikolog Selaku pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulisan tesis ini.

3. Ibu DR. Wisjnu Martani, SU, Psi dan ibu DR. Diah Karmiyati, M.Si. Psi selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Bapak dan ibu dosen serta karyawan Fakultas Psikologi yang selalu memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.

5. Keluarga tercinta, H.Ahmad Ridwan, Nikita Tasya Maharani Ridwan, M. Anantha Mahardika Ridwan dan si kecil dalam kandungan, yang telah memberikan dukungan penuh dan cinta yang tiada batas, yang dengan kerelaan diri terpisah jarak untuk waktu yang tak tentu.

6. Tim Pelatihan Asertivitas (bapak Sunarko, Lilis, Iyan, Dani) yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

7. Teman-teman seperjuangan Magister Profesi Psikologi angkatan 2007 yang selalu saling memberikan motivasi dan dukungan.

8. Semua pihak yang telah turut berperan yang tidak dapat disebutkan namanya satu pesatu.

Semoga segala yang telah kita lakukan memberi manfaat bagi peningkatan kualitas kehidupan umat manusia dan dicatat sebagai amal shaleh yang akan menjadi bekal untuk hidup di hari kemudian, amin.

Malang, 2010

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

INTISARI... iv

DAFTAR ISI………....……….... v

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……….... 10

C. Tujuan Penelitian……….. 10

D. Manfaat Penelitian……… 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 11

A. Kenakalan Remaja……… 11

1. Pengertian remaja………... 11

2. Ciri-ciri remaja………... 12

3. Pengertian kenakalan remaja……….. 13

4. Faktor-faktor kenakalan remaja... 15

5. Intervensi kenakalan remaja... 17

B. Perilaku Asertif………. 18

1. Pengertian perilaku asertif……….. 18

2. Ciri-ciri perilaku asertif………... 23

3. Manfaat perilaku asertif...………. 28

4. Pelatihan asertivitas... 32

C. Hipotesis... 35

(5)

BAB III METODE PENELITIAN……….……….. 37

A. Variabel Penelitian……….... 37

B. Alat atau Materi....……….... 38

C. Subjek Penelitian... 41

D. Jenis Data dan Instrumen Penelitian…..………... 43

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 45

1. Hasil uji validitas asertivitas... 45

2. Hasil uji validitas kenakalan remaja... 47

3. Hasil uji reliabilitas skala asertivitas dan kenakalan remaja. 47 F. Rancangan Penelitian... 48

G. Prosedur Pengumpulan Data……… 49

H. Pengolahan Data……….…. 50

I. Intervensi………. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN... 54

A. Persiapan Pelatihan Asertivitas... 54

1. Penyusunan Modul Program Pelatihan Asertivitas... 54

2. Penyusunan Lembar Kerja... 55

3. Fasilitator, Ko-fasilitator, Obsever... 55

4. Penentuan Subjek... 56

B. Pelaksanaan Penelitian... 57

1. Proses Pengumpulan Data... 57

2. Lokasi Pelatihan dan Penataan Ruangan... 58

3. Jadwal Penelitian... 68

C. Hasil Penelitian... 59

1. Hasil Analisis Kuantitatif... 60

2. Hasil Analisis Kualitatif... 66

1. Pembahasan... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 89

(6)

B. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA………. 92

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Lembar Persetujuan (Informed Consent)... 99

Lembar Kontrak Pelatihan... 100

Lampiran B : Agenda Pelatihan Asertivitas... 102

Data Observasi... 104

Rekap Lembar Kerja... 112

Lampiran C : Rekap Evaluasi Pelatihan... 127

Lampiran D : Alat Ukur Penelitian... 129

Skala Asertivitas... 130

Skala Kenakalan Remaja... 133

Lampiran E : Data Penelitian Kuantitatif... 137

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Asertivitas... 43

Tabel 2. Blue Print Skala kenakalan remaja... 44

Tabel 4. Hasil uji validitas asertif... 46

Tabel 5. Hasil uji validitas Kenakalan Remaja... 47

Tabel 6. Hasil uji reliabilitas skala Aserivitas dan Kenakalan Remaja... 48

Tabel 3. Rancangan Intervensi Pelatihan Asertivitas... 52

Tabel 7. Skor asertivitas saat pretest,post test, dan follow up... 59

Tabel 8. Skor kenakalan remaja saat pretest,post test, dan follow up... 60

Tabel 9. Tabel deskriptif uji Mann Whitney data pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol skor asertivitas... 60

Tabel 10. Tabel deskriptif uji Mann Whitney data pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol skor kenakalan remaja... 61

Tabel 11. Tabel deskripsi uji Wilcoxon data pretest-posttest kelompok eksperimen skor Asertivitas... 62

Tabel 12. Tabel deskripsi uji Wilcoxon data pretest-posttest kelompok eksperimen skor Kenakalan Remaja... 62

Tabel 13. Tabel deskriptif uji Mann-Whitney pretest-posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol skor Asertivitas... 63

Tabel 14. Tabel deskriptif uji Mann-Whitney pretest-posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol skor Kenakalan Remaja... 64

Tabel 15. Tabel deskriptif uji Wilxocon postest-follow up kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Asertivitas... 64

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian... 36

Gambar 2. Perubahan skor asertivitas pada kelompok eksperimen saat pretest,

posttest, dan follow up... 66

Gambar 3. Perubahan skor kenakalan remaja pada kelompok eksperimen saat

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T (1999). Pengukuran Harga diri, Asertivitas, dan pengetahuan tentang Narkotika dan Obat Berbahaya pada Remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Alberti, R & Emmons, M (2001) Your Perfect Right. 8th Edition. Terjemahan: Ursula G. Buditjahya. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Alsa, J., Marsh, P., McFarland, C., McElhaney, K., Land, D., Jodi, K., & Peck, S (2002). Attachment and Autonomy as Predictors of the Development of Social Skill and Delinguency During Midadolescence. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 70, 56-66.

Argyle, M. (1994). The Psychology of Interpersonal Behavior. Fifth edition., London: The Penguin Group.

Azwar, S. (1999). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Azwar, S (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Barker, C; Pistrang N & Elliot, R. (1994). Research Methods in Clinical and Counselling Psychology. Chichester : John Wiley & Sons, Ltd.

Bedell, J.R & Lennox, S.S. (1997). Handbook for Communication and Problem-Solving Skill Training. A Cognitive-Behavioral Approach. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Bloom, L.Z; Coburn, K; Pearlman, J. (1975). The New Assertive Woman. New York : Dell Publishing Co, Inc.

Bower, S.A & Bower, G.H. (1976). Asserting Yourself : A Practical Guide for Positif Change. California : Addison – Wesley Publishing Company.

Bray, J., Adams, G., Getz, G., & McQueen, A. (2003). Individuation, Pears, and Adolescent Alcohol Use: A Latent Growyh Analisis. Journal of Counsulting and Clinical Psychology, 71, 553-564.

Calhoum, J.F. & Acocella, J.R. (1995). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (edisi-3). (Penerjemah Satmako, R.S) Semarang: IKIP Semarang Press.

(11)

Craighead, L.W; Craighead, W.E; Kazdin, A.E; & Mahoney, M.J. 1994. Cognitive and Behavioral Intervention, An Empirical Approach to Mental Health Problem. Boston : Allyn and Bacon.

De Janasc, S., Down, K & Schneider, B. (2002). Interpersonal Skill in Organization, New York : McGraw;Hill, inc.

Decker, J.D. (1999). Stopping the Violence: A Group Model to Change Men’s abuse attitudes and Behavior, the client workbook. New York: The Haworth Maltreatment and Trauma Press.

E.B. Surbakti. (2008). Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja : Jakarta : Elex Media Komputindo.

Fensterheim & Boer. (1980). Jangan bilang YA jika anda akan mengatakan TIDAK. Jakarta : Gunung Jati.

Fox, C., & Boulton, M. (2003). Evaluating the effectiveness of Social Skill Training (SST) Program for victims of bullying. Educational Research, 45, 231-247.

Gunarsa, S.D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Hall, C., & Lindzey. (1993). Teori-teori Psikodinamika (Klinis) : Psikologi Kepribadian 1, Terjemahan: Yustinus., Editor: Supratiknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hall, C., & Lindzey. (1993). Teori-teori Sifat dan Behavioristik) : Psikologi Kepribadian 3, Terjemahan: Yustinus., Editor: Supratiknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Herron, R., & Peter, V. (2003). Gaul Yang Pas Buat Kamoe-kamoe : Menentukan Pilihan Tepat dalam Pergaulan Remaja. Terjemahan : Sugeng Hariyanto., Editor : Haris Priyatna. Bandung : Kaifa.

Hurlock, E.B. (1973). Adolescent Development. Tokyo: McGraw-Hill.Inc.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Irwanto, dkk. (1997). Psikologi Umum. Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

(12)

Jaccard, J., Blanton, H., & Dodge, T. (2005). Peer Influence on Risk Behavior. An Analysis of the Effects of a Close Friend. Developmental Psychology, 41, 135-147.

Kartono, K. (1996). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : CV. Mandar Maju.

Kartono, K. (2006). Patologi Sosial 2Kenakalan Remaja. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Kapplan, Saddock. (1997). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jakarta : Binarupa Aksara.

Kazdin, A.E. (1992). Research Design in Clinical Psychology. 2nd Edition. Needham Heights. Massachusetts : Allyn & Bacon.

Kirschenbaum, H. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Yoult Setting. Massachusetts: A Simon & Schuster Company.

Komasari, D., & Helmi, A (2000). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Journal Psikologi, 1, 37-47.

Lange, A.J & Jakubowski, P. (1976). Responsible Assertive Behavior. Cognitive / Behavioral Procedures for Trainers. Illinois : Research Press.

Lazarus, A. l976. Patterns of Adjusment. 3rd edition. Tokyo : McGraw Hill Kogakusha Ltd.

Lucy, Y. (1999). Kenakalan Remaja dan Usaha Pengatasan oleh Konselor di SMUN 9 Tanjung Karang. Skripsi (Tidak diterbitkan). Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah.

Loeber, M., Loeber, R., Farrington, D., & Wikstrom, P. (2002). Risk and Promotive Effects in the Explanation of Persistent Serious Delinguency in Boys. Journal of counsulting and Clinical Psychology, 70, 111-123.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Myers, G., & Myers, M. (1992). The Dynamic of Human Communication. A Laboratory approach sixth edition. New York: McGraw-Hill.Inc.

Nota, L., & Soresi, S. (2003) An Assertiveness Training Program for Indecisive Students Attending an Italian University. The Careee Development Quarterly, 51, 322-334.

(13)

Pfost, K., Stevens, M., Parker, J., & McGowan, J. (1992). The Influence of Assertion Training on Three Aspects of Assertiveness in Alcoholics. Journal of Clinical Psychology, 48, 262-268.

Poerwanti. Endang & Nurwidodo. (2000). Buku Ajar, Perkembangan Peserta Didik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Rakos, R.F. l99l. Assertive Behavior : Theory, Research and Training. New York : Routledge.

Rathus, S.A. Nevid, J.S (l991). Abnormal Psychology. New Jersey : Prentice Hall.

Rathus, S.A. (l986). Essentials of Psychology. New York : Holt Rinehart and Winston.

Rees, S & Graham, R. (1991). Assertion Training: How to be Who You Really Are. London: Routledge.

Robinson, P.W. (1981). Fundamentals of Experimental Psychology. 2nd Edition. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, Inc.

Santrock, J. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja, Editor : Adelar, S., & Saragih, S. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono, Sarlito.W. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sears, T. (1994). Social Psychology Eight Edition. New Jersey: Englewood Cliff.

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Solomon, L.J & Rothblum, E.D. 1985. Social Skill Problems Experienced by Women. In Handbook of Social Skill Training and Research. Edited by : Luciano L. Abate & Michael A. Milan. New York : John Wiley and Sons.

Soresi, S., Nota, L, & Ferrari, L. (2005). Counseling for Adolescent and Children at-Risk in Italy. Journal of Mental Health Counseling, 27, 249-265.

Stewart, C., & Lewin, W. (1986). Effect of Assertiveness Training on the Self-Esteem of Black High School Student. Journal of Counseling and Development, 64, 638-841.

(14)

Suryabrata, S. (1998). Metodologi Penelitian. Jakarta : Grafindo Persada.

Tomaka, J; Palacios, R; Schneider, K.T; Coloila,M; Concha, J.B; & Herrald, M.M. (1999). Assertiveness Predicts Threat and Challenge Reactions to Potential Stress Among Women. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 76, No. 6, 1008-1021.

Towned, A. (1991). Developing Assertiveness. London : Routledge.

Vivi, S., Andrian, P William, (2005). Pelatihan Asertivitas dan Peningkatan perilaku Asertif Pada Siswa-Siswi SMP. Anima, Indonesia. Psychological Journal, Vol 20., 2. 149-168.

William, P., Holmbeck, G., & Greenley, R. (2002). Adolescent Health Psychology. Journal of Counsulting and Clinical Psychology, 70, 828-842.

Willis, L & Daiisley, J. 1995. The Assertive Trainer. A Practical Handbook on Assertiveness for Trainers and Running Assertiveness Courses. Berkshire : Mc Graw Hill Book Company Europe.

Willis, Sofyan. (2004). Konseling Individual, Teori & Praktek. Bandung : Alfabeta.

Winayoga, F. (1999). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kenakalan Remaja dalam Pembinaan Bapas. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Wirawan, S. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Elisa.ugm.ac.id/files/neila-psi/f6jdUIB8/Asertivitas.doc. Data diambil Agustus 20098

Guntoro. (2007). Asertifkah Kita? Available:

http://www.glorianet.org/mau/kliping/klipaser.html-16k. Data diambil Juli

2009.

Handoyo, F (2006) Hubungan Religiusitas dengan Kenakalan Remaja di Kelurahan Krobokan Semarang Barat (Studi Analisis Fungsi Bimbingan

Konseling Islam. Tesis. Available :

http://www.library

.walisongo.ac.id/go.php?id=jbptiain-gdl-s1-2006-fajar-budih-1444-17k. Data diambil Juli 2009.

Muji, S., Elfian, Z., Inong Retno G., Santi, M., & Arif, H. (2001). Sikap dan Peranan Orangtua Terhadap Perilaku Merokok di Kalangan Remaja. Available:

(15)

Niken, I (2009) Perilaku Asertif. Available :

http://rumah.optima.com/optima/index.php?option=com_content&view=a

rticle&id=54:perilakuasetif. Data di ambil Agustus 2009.

Siti, S. (2000). Kenakalan Remaja di Propinsi Jawa Barat dan Bali. Available:

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan berbagai bidang di Indonesia terasa semakin pesat, seperti

dalam bidang industri, teknologi dan jasa. Seperti dikatakan Alberti dan Emmons

(2001) bahwa dunia tumbuh mengecil. Ekonomi, politik global serta

perubahan-perubahan pribadi telah menuntun ke kesadaran yang lebih dan kontak langsung

dengan masyarakat dari latar belakang kultur yang berbeda. Individu akan

menyaksikan wajah-wajah yang berbeda, mendengar bahasa-bahasa yang berbeda

dan berpapasan dengan gaya hidup yang berbeda pula. Individu kemudian hidup

dalam dunia yang multikultural dan pluralistik.

Perkembangan ini secara langsung maupun tidak langsung cukup

berpengaruh terhadap adanya perubahan budaya di masyarakat, terutama yang

berhubungan dengan remaja khususnya kenakalan yang dilakukan oleh remaja itu

sendiri. Dalam kurun waktu kurang dari dasawarsa terakhir, kenakalan remaja

semakin menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kenakalan remaja

yang diberitakan dalam berbagai forum dan media dianggap semakin

membahayakan. Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir

ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, mabuk-mabukan,

pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan

obat-obatan seperti narkotik (narkoba).

(17)

2

Kenakalan remaja diartikan sebagai suatu tingkah laku melawan norma

yang diperbuat oleh anak-anak yang belum dewasa. Kenakalan remaja disebabkan

oleh berbagai faktor, baik faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan

lingkungan utama (Willis, 1994), maupun faktor lingkungan sekitar yang secara

potensial dapat membentuk perilaku seorang anak (Sarwono dan Sarlito, 2001).

Banyak studi yang melaporkan mengenai kenakalan remaja diantaranya

penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2010) tentang penyalahgunaan narkoba

pada remaja; Sugiarto (2010) tentang seks bebas di kalangan remaja; Siti (2000)

mengenai kenakalan remaja di propinsi Jawa Barat dan Bali; Handoyo (2000)

mengenai hubungan religiusitas dengan kenakalan remaja di kelurahan Krobokan

Semarang Barat; Muji, Elfian, Retno, Santi, Arif (2001) mengenai sikap dan

peranan orangtua terhadap perilaku merokok di kalangan remaja.

Di sekolah kasus kenakalan remaja merupakan peristiwa yang dapat kita

jumpai hampir setiap hari, mulai dari kenakalan ringan sampai pada perkelahian,

seks bebas dan minum-minuman keras. Hal ini terbukti dari pemberitaan di

Republika tahun 2010 tentang pelajar yang sering menggunakan obat-obat

terlarang (seperti pil BK, megadon dan ecstasy), melakukan pergaulan bebas dan

mabuk-mabukan (Republika 16 April, 2010). Digambarkan pula bahwa remaja

pada saat ini lebih suka jalan-jalan di mal, kebut-kebutan di jalan raya dan tawuran

antar pelajar (Kompas, 23 Februari,2010).

Kenakalan menunjuk pada perilaku yang berupa penyimpangan atau

pelanggaran pada norma yang berlaku. Ditinjau dari segi hukum, kenakalan

merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenai hukum pidana

(18)

3

sehubungan dengan usianya. Perilaku menyimpang pada remaja umumnya

merupakan ³kegagalan sistem kontrol diri´ terhadap impuls-impuls yang kuat dan

dorongan-dorongan instingtif. Impuls-impuls, dorongan primitif dan sentimen

tersebut disalurkan lewat perilaku kejahatan, kekerasan agresi dan sebagainya yang

dianggap mengandung ³nilai lebih´ oleh remaja tersebut. (Poerwanti dan

Nurwidodo, 2000)

Masa remaja yang seperti banyak dibicarakan oleh para ahli merupakan

masa transisi. Pada masa ini individu banyak mengalami perubahan-perubahan.

Mulai dari perubahan fisik serta perubahan pada aspek-aspek lainnya seperti

perubahan minat, perubahan moral dan perubahan sosial. Bagi sebagian remaja,

perubahan-perubahan tersebut dapat membawa remaja pada perilaku yang

mengandung resiko. M enurut Kaplan dan Sadock (1994), bahwa perilaku yang

mengandung resiko pada masa remaja adalah penggunaan alkohol, tembakau dan

zat lainnya.

Ciri-ciri yang menonjol pada usia remaja ini terutama terlihat pada

perilaku sosialnya. Dalam masa-masa ini teman sebaya punya arti yang amat

penting. Mereka ikut dalam klub-klub, geng-geng sebaya yang perilaku dan

nilai-nilai kolektifnya sangat mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai-nilai-nilai individu yang

menjadi anggotanya. Inilah proses dimana individu membentuk pola perilaku dan

nilai-nilai baru yang pada gilirannya bisa menggantikan nilai-nilai serta pola

perilaku yang dipelajari di rumah (Irwanto, 1997)

Karena remaja lebih banyak berada di luar ruangan bersama dengan

teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh

(19)

4

teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar

dari pada pengaruh keluarga, misalnya tentang model pakaian. Demikian pula bila

anggota kelompok mencoba minuman alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok,

maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka

sendiri (Hurlock, 1999)

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya (Loeber, Loeber,

Farrington, Wikstrom (2002); William, Holmbeck, Greenley (2002); Bray, Adams,

Getz, McQueen (2003); Jaccard, Blanton, Dodge (2005) diketahui bahwa salah

satu faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja adalah pengaruh teman

sebaya. Pengaruh teman sebaya yang besar memang dapat menjadi pemicu

kenakalan remaja. Dielman dkk (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa

kelompok teman sebaya adalah faktor penting dalam menimbulkan kenakalan

remaja. Pada usia remaja, peranan kelompok sebaya menjadi semakin dominan

dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teman sebaya adalah sumber afeksi,

simpati dan pengertian; tempat yang bereksperimen; dan suasana yang mendukung

untuk mencapai otonomi dan kemandirian dari hubungan yang mendalam dengan

orang lain, memberikan dasar untuk keintiman orang dewasa. Oleh karena itu,

bukan hal yang aneh jika remaja lebih sering menghabiskan waktu dengan teman

sebayanya. Hal ini didukung oleh penelitian Condry, (dalam Santrock, 2003)

menemukan bahwa hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar

dalam kehidupannya. Selama satu minggu, remaja menghabiskan waktu dua kali

lebih banyak dengan teman sebaya daripada waktu dengan orangtuanya.

(20)

5

Penjelaskan lebih lanjut oleh Sears (1994) bahwa kelompok sebaya

menyediakan suatu lingkungan yaitu dunia tempat remaja untuk melakukan

sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan nilai yang ditetapkan orang dewasa

melainkan oleh teman sebaya. Remaja dapat meniru sikap atau tingkah laku orang

lain karena tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh remaja tersebut.

Hal ini disebut dengan konformitas teman sebaya. Remaja mau menampilkan

perilaku tertentu karena teman yang lain menampilkan perilaku tersebut sehingga

tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja.

Asumsi tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Afiatin (1999)

menunjukkan bahwa penyebab remaja terlibat kenakalan remaja yaitu

penyalahgunaan narkoba, pada awalnya karena bujukan teman sebayanya. Remaja

tersebut tidak mampu menolak bujukan tersebut karena takut tersisih atau dijauhi

dan takut dianggap tidak memiliki solidaritas dengan kelompok. Penelitian lain

yang mendukung asumsi tersebut adalah penelitian Komasari dan Helmi (2000)

mengungkapkan bahwa lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat

penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari

penolakan kelompok teman sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting

sehingga perilaku merokok juga dapat muncul pada awalnya ketika remaja

berkumpul dengan teman sebayanya.

Hasil observasi awal di Sekolah Menengah Atas Yayasan Pendidikan

Kartanegara (SMA YPK) kenakalan remaja biasanya terjadi karena pengaruh dari

teman dan kenakalan yang biasanya di lakukan oleh para remaja di Kutai

Kartanegara khususnya siswa Sekolah Menengah Atas adalah membolos,

(21)

6

berkelahi, merokok dan minum-minuman keras. Secara kongkrit tidak ada angka

yang pasti dari jumlah persentase kenakalan remaja karena masing-masing sekolah

hanya mendatanya dalam buku catatan kenakalan yang ada di ruang Bimbingan

dan Konseling (BK).

Hasil wawancara dengan salah satu siswa Sekolah Menengah Atas di

Kutai Kartanegara yang dilakukan di ruang BK Sekolah Menengah Atas Yayasan

Pendidikan Kartanegara (SMA YPK) pada bulan Agustus 2010: tidak mengikuti

mata pelajaran tertentu pada jam sekolah, mengendarai kendaraan bermotor

dengan kecepatan tinggi, atau merokok pada jam sekolah. Kenakalan remaja yang

mereka lakukan dikarenakan kurang memiliki keberanian untuk menolak ajakan

kelompok teman sebayanya. Siswa tersebut takut mengatakan tidak karena takut

ditinggalkan dan tidak ingin disebut anak ³sok alim´.

Berdasarkan gambaran tersebut, siswa-siswi Sekolah Menengah Atas

perlu untuk meningkatkan ketrampilan yang dimiliki dan berusaha meningkatkan

kualitas hubungan personal dengan jalan mempelajari cara baru, dalam hal ini

dengan berperilaku asertif. Perilaku asertif memang perlu dipelajari karena seperti

yang dikemukakan Willis dan Daiisley (1995), asertif merupakan suatu bentuk

perilaku dan bukan sifat dari kepribadian (trait personality). Karena merupakan

perilaku, maka dapat dipelajari dengan tidak mempedulikan bentuk kebiasaan yang

telah dimiliki individu.

Bower dan Bower (1991) juga mengatakan bahwa perilaku asertif

merupakan hal dari serangkaian komunikasi dan sikap yang dipelajari, yang dapat

diubah untuk menjadi lebih baik. Para psikolog meyakini bahwa perilaku dapat

(22)

7

diubah, oleh karenanya, individu dapat mempelajari perilaku baru untuk

menggantikan perilaku lama yang dianggap kurang produktif.

Willis dan Daiisley (1995) menyatakan bahwa kebayakan individu cukup

mengalami kesulitan untuk dapat berperilaku asertif. Walaupun secara umum

setiap orang dapat melakukan perilaku asertif, namun biasanya harus dipelajari

dengan penuh kesadaran. Oleh karenanya, banyak ahli kemudian mengemukakan

berbagai konsep mengenai pelatihan asertif sebagai metode pembelajaran. Bloom

dkk (1975) mengemukakan bahwa pelatihan asertif memang didasarkan atas teori

bahwa perilaku sosial adalah sesuatu yang dipelajari sehingga dapat pula

dihilangkan dan digantikan oleh perilaku baru yang lebih menguntungkan.

Pelatihan asertif sendiri merupakan usaha untuk membantu individu

menghilangkan perilaku non asertif atau cara-cara agresif yang merugikan, dan

menggantikannya dengan bentuk perilaku asertif yang lebih sehat dan lebih

meningkatkan harga diri individu.

Perilaku asertif akan membantu remaja untuk bersikap tepat dalam

menghadapi situasi dimana hak-hak remaja dilanggar. Tetapi hal ini kurang

disadari oleh remaja sehingga mereka takut untuk bersikap asertif atau tidak mau

bersikap asertif. Banyak individu yang tidak berani bersikap asertif karena takut

akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang lain. Remaja biasanya

menghindari situasi tidak nyaman dengan berperilaku tidak asertif, jika remaja

tidak berani mengemukakan keinginan dan pendapatnya sendiri yang mungkin

terjadi adalah remaja tersebut akan dimanfaatkan atau dieksploitasi oleh orang lain.

(23)

8

Penelitian terdahulu menemukan bahwa remaja menunjukkan asertivitas

yang rendah sehingga remaja cenderung tidak dapat menolak pengaruh teman

(Perry, Willard, Perrt (1990); Bray dkk (2003). Senada dengan itu penelitian yang

dilakukan oleh Muji dkk (2001) menemukan bahwa kenakalan remaja terjadi

karena tidak adanya reaksi penolakan terhadap pengaruh kelompok.

Tobler (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa kemampuan untuk

bertahan terhadap tekanan teman sebaya merupakan salah satu kemampuan yang

harus dimiliki remaja dalam menolak kenakalan remaja. Untuk mencegah dampak

negatif dari pergaulan teman sebaya tersebut remaja perlu menumbuhkan

asertivitas. Hal ini juga diperjelas oleh Kirschenbaum (1995) bahwa kemampuan

menolak tekanan teman sebaya tersebut merupakan salah satu aplikasi asertivitas.

Berdasarkan penelitian Nota dan Soresi (2003) menemukan bahwa

pelatihan asertivitas dapat meningkatkan kemampuan asertivitas pada kelompok

siswa yang pasif. Intervensi pelatihan asertivitas ini juga dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menentukan pilihan dan dapat mengurangi pengalaman

sosial yang tidak menyenangkan karena partisipan dapat bersikap asertif pada

situasi kritis.

Penelitian mengenai pelatihan asertivitas juga dilakukan oleh Stewart dan

Lewin (1986). Penelitian ini menemukan bahwa siswa yang mengikuti pelatihan

asertivitas lebih mempunyai kemampuan asertivitas dibandingkan siswa yang tidak

mengikuti pelatihan asertivitas. Asertivitas yang dimiliki oleh anggota kelompok

eksperimen menjadi modeling bagi anggota kelompok kontrol, sehingga beberapa

anggota kelompok terpengaruh oleh asertivitas anggota kelompok eksperimen.

(24)

9

Beberapa penelitan di atas menunjukkan bahwa pelatihan asertivitas

berpengaruh terhadap peningkatan aspek-aspek psikologis. Salah satu peningkatan

aspek psikologis itu adalah kemampuan menolak terhadap ajakan teman untuk

melakukan kenakalan remaja. Berdasarkan asumsi tersebut dapat dikatakan bahwa

salah satu pemecahan yang bersifat preventif untuk menghindari remaja melakukan

kenakalan remaja adalah dengan meningkatkan asertivitas. Remaja mempunyai

kemampuan dan keberanian untuk mengutarakan pikiran, pendapat, keinginan,

ketidaksukaan maupun penolakan terhadap hal-hal yang merugikan dirinya sendiri,

termasuk ajakan teman untuk melakukan kenakalan remaja.

Ahli yang telah mengembangkan suatu bentuk pelatihan asertif antara lain

Arthur J.Lange dan Patricia Jakubowski, dengan konsepnya Responsible Assertive

Behavior. Secara umum mereka menyatakan bahwa perilaku asertif seharusnya

dilakukan secara bertanggung jawab. Secara umum, Lange dan Jakubowski (1976)

mengatakan karena kebanyakan masalah psikologi yang melibatkan assertion

memiliki komponen kognitif, afektif, dan perilaku, maka kombinasi pendekatan

kognitif, afektif dan perilaku dalam pelatihan asertif dianggap tepat. Oleh karena

itu, mereka kemudian mengembangkan suatu bentuk pelatihan asertif dengan

menggunakan pendekatan perilaku-kognitif (cognitive-behavioral procedures).

Adapun prosedur pelatihan perilaku berusaha mengembangkan

ketrampilan berperilaku asertif melalui metode-metode praktik secara aktif,

misalnya melalui modeling, role-play, coaching, relaksasi dan sebagainya,

sehingga terjadi perubahan perilaku yang diharapkan.

(25)

10

Berdasarkan berbagai uraian di muka dan banyaknya penelitian yang

membuktikan keefektifan pelatihan asertif membuat penulis mencoba untuk

menguji afektivitas penerapan pelatihan asertif untuk menurunkan kenakalan pada

remaja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di muka, maka pertanyaan

yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah pelatihan asertivitas

berpengaruh untuk menurunkan kenakalan pada remaja ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pelatihan

asertivitas untuk menurunkan kenakalan pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

informasi pada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya siswa-siswi sekolah

menengah atas yang menjadi subjek penelitian untuk lebih berani bersikap asertif,

kemudian juga hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi

dalam bidang psikologi, dosen, mahasiswa dan pihak-pihak yang terkait sebagai

penambah khazanah keilmuan dalam bidang psikologi.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penggunaan pupuk organik, perbandingan kandungan antara pupuk organik dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan panjang batang utama dan jumlah daun seperti

Komunikasi hasil penelitian mempunyai arti tersendiri, karena bagaimanapun baiknya suatu penelitian yang telah dilakukan, tapi tanpa dilakukan komunikasi kepada orang

The products include escalator, moving walk, passenger elevator, residential elevator,cargo elevator, panoramic elevator, machine room-less elevator, sick bed elevator,

Riset ini menunjukkan bahwa keberadaan dewan komisaris dapat memberi pengaruh yang baik pada pe- rusahaan di JII yang mengalami masalah overinvestment, di

Mayoritas reponden menyatakan pengemudi Gojek sangat tidak tepat waktu dalam menjemput penumpang sesuai dengan informasi yang ada di aplikasi, hal ini terjadi

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

sangat membantu penulis dalam penulisan karya tulis untuk menganalisi patet iringan khusus Kesenian Thèthèlan yaitu Gending Théthal-thèthèl..

Ospara sebagai pendeta Gereja Kristen Indonesia dengan berbasis pelayanan di GKI Kranggan akan dilaksanakan pada hari Senin, 29 Maret 2021 pukul 18.00 WIB yang disiarkan