PENGEMBANGAN INDUK POTENSIAL DAN
REPRODUKSI KODOK LEMBU
Rana catesbiana
shaw
DENGAN MENGUNAKAN HIPOFISA KODOK LOKAL, DAN HORMON CHORIONIC
GONADOTROPIN (hCG)
Nawangsari Sugiri1) I Ketut M. Adnyane2), Muhammad Agil2)
Penelitian ini bertujuan mendapatkan kodok induk potensial dengan perlakuan hormon gonadtropin manusia (hCG) dan hipofisa kering aseton kodok lokal.
Penggunaan hCG dosis sangat rendah (30 IU-75 IU), dosis sedang (60 IU-105 IU) pada tahun pertama dan tahun kedua dosis hCG di pertinggi (selama tiga bulan) yaitu 150 IU (tinggi) dan 200 IU (sangat tinggi).
Penggunaan HKA dengan doisis sangat rendah (0,04-0,32 mg) dan sedang (0,08-0,64 mg). Pada tahun kedua dosis dipertinggi yaitu 0,32 mg (dosis tinggi) dan 0,64 mg (sangat tinggi).
Hasil menunjukkan studium yang dapat dicapai dengan hCG dosis rendah adalah stadium 1 dan 3 masing-masing 50% stadium 1 dan 50% stadium 3.
Hasil pada tahun kedua dengan dipertingginya dosis menunjukkan hasil yang lebih baik. Penyuntikan hCG setelah dua bulan, dosis tinggi maupun sangat tinggi masing-masing menunjukkan stadium 3 dan stadium 2, sedangkan setelah tiga bulan penyuntikan semuanya menunjukkan stadium 4. Stadium 4 adalah suatu stadium persiapan untuk bertelur.
Penyuntikan dengan HKA setelah dua bulan dengan dosis tinggi dan sangat tinggi semuanya menunjukkan stadium 3. Penyuntikan dengan HKA dosis tinggi dan sangat tinggi menunjukkan panjang tubuh dan bobot badan lebih tinggi dibanding penyuntikan dengan hCG, signifikan p<0,00.
Dalam HKA selain gonad trapin juga terdapat hormon pertumbuhan (GSH). Hormon hCG hanya mengandung FSH dan LH, yang berpengaruh hanya pada gonad.
Perangsangan ovulasi dengan hCG, (pada kodok pengembangan dengan hCG), [dosis rendah dan sedang) terdapat kodok bertelur pada umur 12 bulan, sedangkan pengembangan dengan HKA tidak bertelur pada umur 12 bulan. Kodok baru bertelur pada umur 15 bulan. Dosis HKA dalam pengembangan gonad terlalu rendah.
Perangsangan spermiasi dengan HKA memberi hasil pada jam ke-4 – ke-6, sedangkan penggunaan hCG tak terjadi spermiasi.
Perkembangan bobot ovari dengan hCG bobot ovari lebih besar (2,5 gram) dari pada dengan HKA (2,3 gram), setelah tiga bulan bobot hampir sama (+8,15 gram), setelah
empat bulan penyuntikan bobot gonad tertinggi ialah penyuntikan dengan HKA (0,64 mg) ialah 24,62 gram.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umur 8 bulan penyuntikan HKA lebih besar dari pada hCG. Harga hCG sangat mahal harga satu boks, Rp 900.000,00. Dalam penelitian ini digunakan + 3 boks.
Harga HKA sangat rendah ialah satu botol besar 100 buah hipofisa, kurang lebih Rp 6.000,00, cukup untuk merangsang ovulasi enam ekor induk.