PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIBELAJARKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM
PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS MASALAH PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DI MAN I MEDAN
Oleh
Aprilia Handayani NIM 4113131087
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Metode Praktikum dan Demonstrasi dalam Pembelajaran
Kooperatif Berbasis Masalah pada Materi Hidrolisis Garam di MAN I Medan
Aprilia Handayani NIM. 4113131087
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar pengesahan i
Riwayat Hidup Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi
ii iii iv vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Rumusan Masalah 4
1.4 Batasan Masalah 4
1.5 Tujuan Penelitian 4
1.6 Manfaat Penelitian 4
1.7 Definisi Operasional 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 7
2.2 Model Pembelajaran 8
2.3 Pembelajaran Kooperatif berbasis masalah 9
2.4 Metode Praktikum 12
2.5 Metode Demonstrasi 12
2.6 Hidrolisis Garam 13
2.7 Kerangka Berfikir 19
vii
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 21
3.1.1 Lokasi Penelitian 21
3.1.2 Waktu Penelitian 21
3.2 Populasi dan Sampel 21
3.2.1 Populasi Penelitian 21
3.2.2 Sampel Penelitian 21
3.3 Variabel Penelitian 22
3.3.1 Variabel Bebas 22
3.3.2 Variabel Terikat 22
3.3.3 Variabel Kontrol 22
3.4 Instrumen Penelitian 22
3.4.1 Validitas Item Tes 3.4.2 Reabilitas Tes
3.4.3 Tingkat Kesukaran Tes 3.4.4 Daya Pembeda
3.5 Rancangan Penelitian 3.6 Prosedur Penelitian
3.7 Teknik Pengolahan Data 3.7.1 Uji Normalitas 3.7.2 Uji Homogenitas
3.7.3 Uji Hipotesis
22 23 24 25 26 27 29 30 30 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisis Data Instrument Penelitian
4.1.2. Data Hasil Penelitian 4.2. Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1.Uji Normalitas Postest 4.2.2. Uji Homogenitas Postest 4.3. Pengujian Hipotesis
viii
4.4 Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
38
42 42
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Klasifikasi Uji Reliabilitas
Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal Tabel 3.3 Rancangan Penelitian
Tabel 4.1 Hasil Perolehan Rata-Rata Postest Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Postest
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis
24 25 26 35 36
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Desain Penelitian 29
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus 46
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 48
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes sebelum validasi Lampiran 4a Instrumen Soal sebelum validasi
Lampiran 4b Instrumen Soal setelah validasi Lampiran 5a Kunci Jawaban sebelum validasi Lampiran 5b Kunci Jawaban setelah validasi
Lampiran 6 Format Lembar Jawaban
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa
Lampiran 8 Jawaban LKS
Lampiran 9 Kuisioner
Lampiran 10 Perhitungan Validitas Tes
Lampiran 11 Tabel Validitas Instrumen Penelitian Lampiran 12 Perhitungan Reliabilitas tes
Lampiran 13 Tabel Reliabilitas Instrumen Penelitian Lampiran 14 Perhitungan Tingkat kesukaran
Lampiran 15 Tabel Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Lampiran 16 Perhitungan Daya Pembeda
Lampiran 17 Tabel Daya Pembeda Instrumen Penelitian
Lampiran 18 Tabel Kesimpulan Analisis Instrumen Penelitian Lampiran 19 Tabulasi Nilai Hasil Belajar
Lampiran 20 Standar Deviasi Lampiran 21 Uji Normalitas Lampiran 22 Uji Homogenitas
Lampiran 23 Pengujian hipotesis Lampiran 24 Tabel F
Lampiran 25 Tabel t
xii
Lampiran 26 Tabel Chi kuadrat Lampiran 27 Product Moment
Lampiran 23 Jadwal Penelitian Lampiran 24 Dokumentasi
143 144
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya melalui membaca, menulis atau mendengarkan saja. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan penguasaan prosedur atau metode ilmiah. Dengan demikian pembelajaran ilmu kimia tidak tepat jika dilakukan hanya dengan monoton ceramah, melainkan perlu metode yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses kerja ilmiah
(Jahro, 2009).
Observasi yang dilakukan di sekolah MAN 1 Medan pada pertengahan bulan Desember tahun 2014 mengenai keadaan proses pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran kimia. Dari hasil observasi lapangan diketahui bahwa guru tidak pernah menggunakan metode pembelajaran lain selain metode ceramah dan tanya jawab, siswa cenderung hanya diam dan kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran di kelas. Selain itu, kegiatan praktikum jarang dilakukan, sedangkan kegiatan demonstrasi tidak pernah dilakukan di kelas tersebut. Untuk materi kimia yang terdapat hitungannya, siswa cenderung sulit untuk memahami konsep materi sehingga membutuhkan waktu lebih banyak hanya untuk menghapalkan rumus. Proses pembelajaran masih sangat teoritis dan kurang menerapkan model yang
sudah banyak dikembangkan oleh para ahli saat ini. Dengan kata lain para pengajar masih mengandalkan model konvensional serta jarang mengevaluasi keefektifan dari model yang digunakannya dalam proses peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini berefek pada prestasi hasil belajar siswa yang tidak maksimal.
Hidrolisis Garam merupakan salah satu materi kimia yang masih
2
dengan basa yang membentuk garam beserta sifat-sifat dan identifikasinya. Materi yang berisi konsep dan rumus ini dianggap siswa masih sulit untuk dipahami
sehingga perlu diberikan suatu metode pembelajaran yang cocok untuk menyampaikan materi tersebut. Maka perlu inovasi model dan metode pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa menguasai materi hidrolisis garam guna mencapai target-target pembelajaran.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusof dkk (2011), menunjukkan bahwa dengan penggunaan pembelajaran kooperatif berbasis masalah telah terjadi
efektivitas belajar serta peningkatan hasil belajar siswa yang mana sebanyak 97 % siswa mengalami peningkatan pada hasil belajarnya dan hanya 3 % siswa yang tidak mengalami peningkatan. Pembelajaran kooperatif berbasis masalah adalah pembelajaran hasil penggabungan antara pembelajaran berbasis masalah dengan
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif berbasis masalah dikembangkan dengan mengambil kelebihan yang ada pada pembelajaran berbasis masalah yang digabung dengan kelebihan yang ada pada pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif berbasis masalah, siswa dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan adanya
permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran maka secara langsung siswa akan aktif belajar. Dari aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa saat belajar itu, maka pengajar akan menemukan nilai - nilai yang tumbuh dan berkembang pada diri setiap siswa yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. (Suharta dan Luthan P.L.A, 2013).
Selain dibutuhkan model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan dan rasa senang kepada siswa, konsep-konsep hidrolisis garam tersebut dapat dipahami siswa dengan melakukan aktivitas belajar. Diantara aktivitas belajar yang dapat dilakukan berupa motor activities, yaitu melakukan percobaan (praktikum) atau demonstrasi. Dalam kegiatan belajar, segala
3
menganalisis serta menarik kesimpulan sehingga akan diperoleh konsep-konsep yang bukan sekedar bersifat hafalan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ma’rifatun (2014) disimpulkan bahwa metode eksperimen memberikan prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi pada penerapan model pembelajaran POE untuk pokok bahasan larutan penyangga dengan thitung = 1,77 > ttabel = 1,67. Penelitian Sunartadi (2014) menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) disertai media percobaan memberikan hasil prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan media demonstrasi pada materi pokok asam, basa dan garam dengan thitung = 1,88 > ttabel = 1,67. Dan penelitian Latifah (2014) menjelaskan bahwa metode problem solving dilengkapi praktikum lebih
efektif dibanding metode problem solving dilengkapi demonstrasi terhadap
prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t pihak kanan dimana thitung = 2,915 > ttabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul: “PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA
YANG DIBELAJARKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS MASALAH PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DI MAN I MEDAN”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas,
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Model dan metode yang diterapkan masih konvensional
2. Siswa yang masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru.
4
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode praktikum lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah?
1.4. Batasan Masalah
Bertitik tolak dari masalah-masalah yang diidentifikasi di atas, beberapa hal dibatasi sebagai berikut:
1. Sekolah yang diteliti adalah MAN 1 Medan, kelas XI IPA, semester genap tahun ajaran 2014/2015.
2. Pokok bahasan yang diajarkan adalah Hidrolisis Garam.
3. Model yang digunakan adalah pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah. 4. Metode yang digunakan adalah metode praktikum dan demonstrasi.
5. Hal yang diamati yaitu hasil belajar kognitif siswa yang diukur melalui tes
berupa tes akhir (posttest).
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan metode praktikum lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah.
1.6. Manfaat Penelitian
5
1. Manfaat bagi siswa
Membantu siswa dalam proses belajar sehingga pemahaman siswa terhadap
materi hidrolisis garam meningkat dan hasil belajar siswa juga meningkat.
2. Manfaat bagi guru
Memberikan wawasan berpikir bagi guru mengenai penggunaan model dan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
3. Manfaat bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran kimia.
4. Manfaat bagi Mahasiswa Peneliti.
Memperoleh pengalaman serta pengetahuan mengenai model dan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
5. Manfaat bagi Peneliti lain
Sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya
1.7.Defenisi Operasional
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini didefenisikan secara operasional sebagai berikut:
1. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah rata-rata hasil post-tes pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang sudah dihomogenkan dan
dinormalkan. Secara umum merupakan hasil yang diperoleh berupa kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas dalam belajar (Djamarah, 2006).
2. Pembelajaran kooperatif berbasis masalah adalah suatu kombinasi dari
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran berbasis masalah yang
6
3. Metode pratikum adalah suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan
laboratorium baik secara perorangan maupun kelompok (Hamdani, 2011).
4. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Istarani, 2012).
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode praktikum lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah pada materi pokok Hidrolisis Garam di kelas XI
MAN 1 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Rataan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode praktikum dalam pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah pada materi pokok Hidrolisis Garam sebesar 77,857±6,83.
3. Sedangkan rataan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran Kooperatif Berbasis
Masalah pada materi pokok Hidrolisis Garam sebesar 68,611±8,13.
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka peneliti menyarankan hal-hal berikut :
1. Bagi guru dan calon guru diharapkan dapat menerapkan metode praktikum
dalam pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah pada materi pokok
Hidrolisis Garam dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pokok bahasan yang berbeda yang dapat digunakan sebagai langkah dalam meningkatkan mutu pendidikan
42
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh model dan metode belajar dalam penelitian ini terhadap aspek hasil belajar afektif dan
43
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J.E dan Humiston., (1999), General Chemistry Principle and Structure, 4th Edition, New York: John Willey & Sons,Inc.
Demircioğlu G. (2003) Preparation and implementation of guide materials
concerning the unit Acids and Bases_ at Lycee II level. PhD Thesis, Karadeniz Technical University, Trabzon, Turkey.
Dimyati, dan Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembelajaran,Rineka Cipta,
Jakarta.
Djamarah, S.B., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Bhineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, S.B., (2011), Psikologi Belajar (Edisi Revisi), Rineka Cipta, Jakarta.
Hamdani., (2011), Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung.
Hart, C., Mulhall, P., Berry, A., Loughran, J. and Gunstone, R. (2000). What is this purpose of this experiment? Or can students learn something from doing experiments? Journal of Research in Science Teaching, 37, 655-675. 2011 The Effect of Laboratory Method on High School Students’ Understanding of the Reaction Rate 516 Western Anatolia Journal of Educational Sciences (WAJES), Dokuz Eylul University Institute, Izmir, Turkey ISSN 1308-8971.
Iskandar., (2009), Psikologi Pendidikan, Gaung Persada (GP), Ciputat.
Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Jahro, I.S., (2009), Desain Praktikum Alternatif Sederhana (PAS) Wujud Kreatifitas dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum pada Pembelajaran Kimia, Jurnal Pendidikan Kimia, ISSN : 2085-3653.
Kozcu, N. (2006). Fen Bilgisi Dersinde Laboratuar Yöntemiyle Öğretimin
Öğrenci Başarısına, Hatırda Tutma Düzeyine ve Duyuşsal Özellikleri Üzerine Etkisi, Yüksek Lisans Tezi, Muğla Üniversitesi, Fen Bilimleri
Enstitüsü, Muğla.
44
Lazarowitz, R. and Tamir P. (1994). Research on using laboratory instruction in
science. In: Gabel D. (ed) Handbook of research on science teaching and learning (pp 94-128). MacMillan, New York.
Markow, P.G. and Lonning, R.A. (1998). Usefulness of concept maps in college chemistry laboratories: students_ perceptions and effects on achievement. Journal of Research in Science Teaching, 35, 1015-1029.
Ma’rifatun, D, Kus S.M, Suryadi, B.U., (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Predict Observe Explaint (POE) Menggunakan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Larutan Penyangga Kelas XI SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran
2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 3, Program Studi
Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret.
Özmen, H., Demircioğlu, G. and Coll, R. (2009). A comparative study of the
effects of a concept mapping enhanced laboratory experience on Turkish high school students’ understanding of acid-base chemistry. International Journal of Science and Mathematics Education, 7(1), 1-24.
Petrucci, R. H. (2000)., Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 1, Jakarta: Erlangga.
Purba, M., (2006), Kimia SMA, Erlangga, Jakarta.
Roestiyah, N.K., (2008), Strategi Belajar Mengajar, Cetakan Ketujuh, Rineka Cipta, Jakarta.
Sadiman, Arief S., (2009), Media Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta.
Silitonga, P.M., (2011), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.
Silitonga, P.M., (2011), Statistik, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.
Suharta dan Luthan,P.L.A., (2013), Application of Cooperative Problem-Based Learning Model to Develop Creativity and Foster Democracy, and Improve Student Learning Outcomes in Chemistry in High School, Journal of Education and Practice, ISSN 2222-1735 Vol.4, No.25. Department of Chemistry, Science Faculty, State University of Medan, Indonesia.
Sudarmo, U., 2014, Kimia untuk SMA/MA Kelas XI, Erlangga, Surakarta
Sukardjo., (1990), Ikatan Kimia, Yogyakarta: Rineka Cipta.
44
Sutresna, N., (2012), Advanced Learning Chemistry 2B, Grafindo, Bandung.
Tezcan, H. and Bilgin, E. (2004). Liselerde Çözünürlük Konusunun Öğretiminde
Laboratuvar Yönteminin ve Bazı Faktörlerin Öğrenci Başarısına Etkileri. Gazi Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi, 24(3), 175-191.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Kencana, Jakarta.
Trianto., (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.
Venneman, S. S., Westphal, R. M., & Perez, J. K. (2009). “Cheap But Not Too Dirty The Value of Chemistry Demonstrations in Teaching Neuronal
Physiology to Psychology Majors”. European Journal of Social Sciences.
12(1).