CITUIS TANGERANG
Oleh :
FIRMAN SANTOSO C54104054
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
CITUIS TANGERANG
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FIRMAN SANTOSO C54104054
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG
adalah benar merupakan hasil karya sendiri berupa skripsi yang diarahkan dan dibimbing oleh dosen pembimbing serta belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, 27 Januari 2009
FIRMAN SANTOSO C54104054. Karakteristik Pendistribusian Ikan Segar dan Olahan dari Pangkalan Prndaratan Ikan Cituis Tangerang. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS.
Pelabuhan merupakan penghubung bagi terlaksananya segala aktivitas pendaratan, perdagangan dan pendistribusian barang-barang ke daerah konsumen. Aktivitas pendistribusian merupakan salah satu fungsi pelabuhan untuk memasarkan hasil tangkapan dari produsen ke konsumen menurut UU No. 31 tahun 2004. Produk perikanan yang terdiri dari beberapa tipe, antara lain ikan hidup, ikan segar, dan beraneka ragam ikan olahan dihasilkan di pelabuhan. Dengan demikian pelabuhan perikanan harus dapat menjamin pemasaran dan pendistribusian produk perikanan, sehingga hasil tangkapan tetap dalam kualitas baik sampainya di konsumen.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2008 di Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis, Tangerang. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan karakteristik pendistribusian ikan segar dan ikan olahan di PPI Cituis Tangerang.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan aspek penelitian yaitu distribusi hasil tangkapan ikan segar dan ikan olahan di PPI Cituis Tangerang. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik pendistribusian ikan segar dan ikan olahan di PPI Cituis Tangerang.
Volume dan nilai produksi ikan segar masing-masing berjumlah 628.4 ton dan 2.835.9 juta pada tahun 2007. Jenis ikan hasil tangkapan yang di peroleh antara lain adalah alu-alu, biji nangka, cumi-cumi, kurisi, pari, sebelah, tiga waja, kembung, dan kuniran. Saluran pemasaran ikan segar di PPI Cituis terdiri dari 3 jalur yaitu saluran nol tingkat, saluran satu tingkat dan saluran tiga tingkat dengan tujuan distribusi ikan segar dijual secara lokal ke pasar-pasar tradisional di Tangerang dan luar kota seperti Pasar Tanah tinggi, Cikokol, Sepatan, Kampung Melayu, Mauk, Pakuhaji, Tangerang, Karawaci, Kota Bumi. Pendistribusian hasil tangkapan segar dari PPI Cituis Tangerang secara lokal menggunakan sarana transportasi darat berupa mobil
pick up/colt dan motor.
Volume dan nilai ikan olahan (ikan asin) 1.765.8 ton dan 1.959.5 juta. Asal bahan baku ikan asin di PPI Cituis berasal dari nelayan setempat. Jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan ikan asin adalah swanggi, peperek, kuniran, beloso, teri, selar, kurisi, mujaer, bilis, tembang, layur, dan tongkol. Saluran pemasaran industri pengolahan ikan asin terdiri dari 2 jalur yaitu saluran satu tingkat dan saluran dua tingkat dengan tujuan distribusi olahan dijual secara lokal ke pasar-pasar tradisional di Tangerang dan luar kota seperti Pasar Cikokol, Pasar Kemis, Cikupa, Sepatan, Rangkas Bitung, Tanah Tinggi. Pendistribusian hasil tangkapan olahan dari PPI Cituis Tangerang secara lokal menggunakan sarana transportasi darat berupa mobil pick up/colt dan motor.
Nama Mahasiswa : Firman Santoso
NRP : C54104054
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA NIP. 131 123 999
Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 08 Juli 1986.
Penulis merupakan putra tunggal dari pasangan Bapak Paiman
dan Ibu Djinem. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar
di SDN Kebon Pala 03 Pagi Jakarta pada tahun 1998, kemudian
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTPN 268
Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2001.
Tahun 2004 Penulis lulus dari SMUN 09 Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur.
Penulis diterima pada program sarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Semasa kuliah, penulis
aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain staf Kemirausahaan
Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN)
periode 2005/2006. Selain itu Penulis juga sebagai ketua pelaksana Field Trip m.k
Pelabuhan Perikanan tahun 2006.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dengan judul:
KATA PENGANTAR
Skripsi yang berjudul “Pendistribusian Ikan Segar dan Olahan Dari Pangakalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA selaku pembimbing atas arahan, motivasi, waktu
serta kesabarannya selama penyusunan skripsi ini hingga selesai;
2. Kepada Bpk Sukma, Bpk Suryadi dan Bpk Alwani selaku pengurus KUD Mina
Samudera PPI Cituis Tangerang yang membantu dalam kelancaran penelitian;
3. Kedua orang tuaku, Mba Pung dan keluarga serta teman-teman khususnya
PSP’41 yang saya cintai atas do’a dan pengorbanannya sehingga skripsi ini
dapat selesai;
4. Kepada Nurul Yuniyanti dan keluarga yang saya cintai yang telah membantu
sehingga skripsi ini dapat selesai.
Penulis sangat senang sekali menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang
memerlukan.
Bogor, 27 Januari 2009
DAFTAR ISI
2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ... 3
2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ... 4
2.3 Distribusi ... 5
2.3.1 Penanganan (handling) ... 6
2.3.2 Pengawasan pencatatan (inventory control) ... 9
2.4 Saluran dan Skema Pemasaran ... 9
2.5 Ikan Segar ... 11
2.6 Produk Ikan Olahan ………...……… 12
2.6.1 Penggaraman ikan ……….. 13
2.6.2 Perebusan (pemindangan) ……….. 14
2.7 Kualitas Ikan ... 16
4.1.1 Letak geografis dan topografi ..………...……… 23
4.1.2 Penduduk ……….. 24
4.1.3 Penyebaran PPI di Kota Tangerang ……….. 24
4.1.4 Daerah penangkapan ikan ……… 25
4.1.5 Unit penangkapan ……….. 26
Halaman
4.2 Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang ………… 33
4.2.1 Lokasi PPI Cituis ……….. 33
5.1.2 Asal hasil tangkapan didaratkan ………....………… 55
5.1.3 Penyimpanan (warehousing) hasil tangkapan ……….. 56
5.1.4 Pengangkutan hasil tangkapan ………..……… 57
5.1.5 Informasi pasar ……….. 58
5.1.6 Mutu ikan segar ………..……… 59
5.1.7 Daerah distribusi ikan segar dari PPI Cituis Tangerang..…..……….. 61
5.6.8 Jalur pemasaran dan skema ikan segar di PPI Cituis ...….…… 64
6 KARAKTERISTIK DISTRIBUSI IKAN OLAHAN ……….. 66
6.1.6 Daerah distribusi ikan olahan dari PPI Cituis Tangerang ...….. 75
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel pengaruh pendinginan terhadap mutu ... 11
2. Kriteria mutu ikan segar ……….. 18
3. Jumlah penduduk bekerja terkait dengan perikanan ……… 24
4. Penyebaran daerah PPI di Tangerang ……….. 25
5. Perkembangan jumlah kapal/perahu perikanan di Kabupaten Tangerang, 2003-2007 ……….. 26
6. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Tangerang, 2003-2007 ……….. 28
7. Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Tangerang ……….. 30
8. Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi di Kabupaten Tangerang, 2001-2007 ……….. 31
9. Perkembangan jumlah kapal/perahu di PPI Cituis, 2003-2007 ……… 34
10.Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Cituis, 2003-2007 ……… 36
11.Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cituis, 2003-2007 ……… 38
12.Perkembangan volume dan nilai produksi ikan segar di PPI Cituis, 2004-2007 ……….. 52
13.Volume dan nilai produksi hasil tangkapan PPI Cituis, 2007 ...………….. 54
14. Perkembangan harga ikan laut di PPI Cituis Tangerang, 2007…...…..….. 59
15.Volume ikan dan persentase terhadap daerah distribusi ikan hasil tangkapan dari PPI Cituis Tangerang, 2007 ...……….…… 61
16.Perkembangan volume dan nilai produksi ikan asin di PPI Cituis, 2005-2007 ……… 67
17. Volume ikan dan nilai produksi ikan asin di PPI Cituis, 2007 ……...….. 68
18. Jumlah bahan baku ikan asin, 2007 …...……….. 72
19.Volume ikan dan persentase terhadap daerah distribusi produk olahan ikan asin dari PPI Cituis Tangerang, 2007 ...………..……… 76
CITUIS TANGERANG
Oleh :
FIRMAN SANTOSO C54104054
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
CITUIS TANGERANG
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FIRMAN SANTOSO C54104054
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG
adalah benar merupakan hasil karya sendiri berupa skripsi yang diarahkan dan dibimbing oleh dosen pembimbing serta belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, 27 Januari 2009
FIRMAN SANTOSO C54104054. Karakteristik Pendistribusian Ikan Segar dan Olahan dari Pangkalan Prndaratan Ikan Cituis Tangerang. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS.
Pelabuhan merupakan penghubung bagi terlaksananya segala aktivitas pendaratan, perdagangan dan pendistribusian barang-barang ke daerah konsumen. Aktivitas pendistribusian merupakan salah satu fungsi pelabuhan untuk memasarkan hasil tangkapan dari produsen ke konsumen menurut UU No. 31 tahun 2004. Produk perikanan yang terdiri dari beberapa tipe, antara lain ikan hidup, ikan segar, dan beraneka ragam ikan olahan dihasilkan di pelabuhan. Dengan demikian pelabuhan perikanan harus dapat menjamin pemasaran dan pendistribusian produk perikanan, sehingga hasil tangkapan tetap dalam kualitas baik sampainya di konsumen.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2008 di Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis, Tangerang. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan karakteristik pendistribusian ikan segar dan ikan olahan di PPI Cituis Tangerang.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan aspek penelitian yaitu distribusi hasil tangkapan ikan segar dan ikan olahan di PPI Cituis Tangerang. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik pendistribusian ikan segar dan ikan olahan di PPI Cituis Tangerang.
Volume dan nilai produksi ikan segar masing-masing berjumlah 628.4 ton dan 2.835.9 juta pada tahun 2007. Jenis ikan hasil tangkapan yang di peroleh antara lain adalah alu-alu, biji nangka, cumi-cumi, kurisi, pari, sebelah, tiga waja, kembung, dan kuniran. Saluran pemasaran ikan segar di PPI Cituis terdiri dari 3 jalur yaitu saluran nol tingkat, saluran satu tingkat dan saluran tiga tingkat dengan tujuan distribusi ikan segar dijual secara lokal ke pasar-pasar tradisional di Tangerang dan luar kota seperti Pasar Tanah tinggi, Cikokol, Sepatan, Kampung Melayu, Mauk, Pakuhaji, Tangerang, Karawaci, Kota Bumi. Pendistribusian hasil tangkapan segar dari PPI Cituis Tangerang secara lokal menggunakan sarana transportasi darat berupa mobil
pick up/colt dan motor.
Volume dan nilai ikan olahan (ikan asin) 1.765.8 ton dan 1.959.5 juta. Asal bahan baku ikan asin di PPI Cituis berasal dari nelayan setempat. Jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan ikan asin adalah swanggi, peperek, kuniran, beloso, teri, selar, kurisi, mujaer, bilis, tembang, layur, dan tongkol. Saluran pemasaran industri pengolahan ikan asin terdiri dari 2 jalur yaitu saluran satu tingkat dan saluran dua tingkat dengan tujuan distribusi olahan dijual secara lokal ke pasar-pasar tradisional di Tangerang dan luar kota seperti Pasar Cikokol, Pasar Kemis, Cikupa, Sepatan, Rangkas Bitung, Tanah Tinggi. Pendistribusian hasil tangkapan olahan dari PPI Cituis Tangerang secara lokal menggunakan sarana transportasi darat berupa mobil pick up/colt dan motor.
Nama Mahasiswa : Firman Santoso
NRP : C54104054
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA NIP. 131 123 999
Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 08 Juli 1986.
Penulis merupakan putra tunggal dari pasangan Bapak Paiman
dan Ibu Djinem. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar
di SDN Kebon Pala 03 Pagi Jakarta pada tahun 1998, kemudian
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTPN 268
Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2001.
Tahun 2004 Penulis lulus dari SMUN 09 Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur.
Penulis diterima pada program sarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Semasa kuliah, penulis
aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain staf Kemirausahaan
Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN)
periode 2005/2006. Selain itu Penulis juga sebagai ketua pelaksana Field Trip m.k
Pelabuhan Perikanan tahun 2006.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dengan judul:
KATA PENGANTAR
Skripsi yang berjudul “Pendistribusian Ikan Segar dan Olahan Dari Pangakalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Ernani Lubis, DEA selaku pembimbing atas arahan, motivasi, waktu
serta kesabarannya selama penyusunan skripsi ini hingga selesai;
2. Kepada Bpk Sukma, Bpk Suryadi dan Bpk Alwani selaku pengurus KUD Mina
Samudera PPI Cituis Tangerang yang membantu dalam kelancaran penelitian;
3. Kedua orang tuaku, Mba Pung dan keluarga serta teman-teman khususnya
PSP’41 yang saya cintai atas do’a dan pengorbanannya sehingga skripsi ini
dapat selesai;
4. Kepada Nurul Yuniyanti dan keluarga yang saya cintai yang telah membantu
sehingga skripsi ini dapat selesai.
Penulis sangat senang sekali menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang
memerlukan.
Bogor, 27 Januari 2009
DAFTAR ISI
2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ... 3
2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ... 4
2.3 Distribusi ... 5
2.3.1 Penanganan (handling) ... 6
2.3.2 Pengawasan pencatatan (inventory control) ... 9
2.4 Saluran dan Skema Pemasaran ... 9
2.5 Ikan Segar ... 11
2.6 Produk Ikan Olahan ………...……… 12
2.6.1 Penggaraman ikan ……….. 13
2.6.2 Perebusan (pemindangan) ……….. 14
2.7 Kualitas Ikan ... 16
4.1.1 Letak geografis dan topografi ..………...……… 23
4.1.2 Penduduk ……….. 24
4.1.3 Penyebaran PPI di Kota Tangerang ……….. 24
4.1.4 Daerah penangkapan ikan ……… 25
4.1.5 Unit penangkapan ……….. 26
Halaman
4.2 Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang ………… 33
4.2.1 Lokasi PPI Cituis ……….. 33
5.1.2 Asal hasil tangkapan didaratkan ………....………… 55
5.1.3 Penyimpanan (warehousing) hasil tangkapan ……….. 56
5.1.4 Pengangkutan hasil tangkapan ………..……… 57
5.1.5 Informasi pasar ……….. 58
5.1.6 Mutu ikan segar ………..……… 59
5.1.7 Daerah distribusi ikan segar dari PPI Cituis Tangerang..…..……….. 61
5.6.8 Jalur pemasaran dan skema ikan segar di PPI Cituis ...….…… 64
6 KARAKTERISTIK DISTRIBUSI IKAN OLAHAN ……….. 66
6.1.6 Daerah distribusi ikan olahan dari PPI Cituis Tangerang ...….. 75
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel pengaruh pendinginan terhadap mutu ... 11
2. Kriteria mutu ikan segar ……….. 18
3. Jumlah penduduk bekerja terkait dengan perikanan ……… 24
4. Penyebaran daerah PPI di Tangerang ……….. 25
5. Perkembangan jumlah kapal/perahu perikanan di Kabupaten Tangerang, 2003-2007 ……….. 26
6. Perkembangan jumlah alat tangkap di Kabupaten Tangerang, 2003-2007 ……….. 28
7. Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Tangerang ……….. 30
8. Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi di Kabupaten Tangerang, 2001-2007 ……….. 31
9. Perkembangan jumlah kapal/perahu di PPI Cituis, 2003-2007 ……… 34
10.Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Cituis, 2003-2007 ……… 36
11.Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cituis, 2003-2007 ……… 38
12.Perkembangan volume dan nilai produksi ikan segar di PPI Cituis, 2004-2007 ……….. 52
13.Volume dan nilai produksi hasil tangkapan PPI Cituis, 2007 ...………….. 54
14. Perkembangan harga ikan laut di PPI Cituis Tangerang, 2007…...…..….. 59
15.Volume ikan dan persentase terhadap daerah distribusi ikan hasil tangkapan dari PPI Cituis Tangerang, 2007 ...……….…… 61
16.Perkembangan volume dan nilai produksi ikan asin di PPI Cituis, 2005-2007 ……… 67
17. Volume ikan dan nilai produksi ikan asin di PPI Cituis, 2007 ……...….. 68
18. Jumlah bahan baku ikan asin, 2007 …...……….. 72
19.Volume ikan dan persentase terhadap daerah distribusi produk olahan ikan asin dari PPI Cituis Tangerang, 2007 ...………..……… 76
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi ... 10
2. Perkembangan jumlah kapal/perahu perikanan di Kabupaten Tangerang 2003-2007 ……….. 27
3. Perkembangan alat tangkap dominan di Kabupaten Tangerang, 2003-2007 ……….. 29
4. Perkembangan nelayan di Kabupaten Tangerang, 2003-2007 ...……….. 30
5. Perkembangan jumlah volume produksi di Kabupaten Tangerang, 2001-2007 ……….. 32
6. Perkembangan jumlah nilai produksi di Kabupaten Tangerang, 2001-2007……….. 33
7. Perkembangan jumlah kapal/perahu di PPI Cituis, 2003-2007 ...……..……… 35
8. Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Cituis, 2003-2007 ……...……….. 37
9. Perkembangan jumlah nelayan di PPI Cituis, 2003-2007 ……...……… 38
10.Kolam Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis ……… 39
11.Dermaga PPI Cituis ……….……….. 40
12.Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ………...……….. 41
13.Instalasi penampung air minum ……….……… 42
14. Station Package Dealer Nelayan (SPDN) ……… 43
15.Bengkel mesin kapal/perahu ……… 44
16.Masjid ……… 45
17.Kantor kesyahbandaran PPI Cituis ……….... 47
18.Suasana saat pelelangan di TPI PPI Cituis ………...…... 49
19.Perkembangan volume produksi PPI Cituis, 2004-2007 ……...………...… 53
20.Perkembangan nilai produksi PPI Cituis, 2004-2007 ………...…... 53
21.Perkembangan volume produksi PPI Cituis, 2007 ……….……...………....… 55
22. Box penyimpanan ikan di PPI Cituis ………...….……….. 57
23.Daerah distribusi ikan segar dari PPI Cituis Tangerang ... 63
24.Jalur pemasaran ikan segar di PPI Cituis ...……….. 64
Halaman
26.Perkembangan volume ikan asin di PPI Cituis, 2007 ...………….. 69
27.Produk ikan asin yang dihasilkan di PPI Cituis ……… 71
28.Perkembangan jumlah bahan baku ikan asin, 2007 ...……….. 73
29.Mobil pick up yang digunakan untuk pengangkutan ikan asin di PPI Cituis
Tangerang ...………..…... 75
30.Daerah distribusi ikan asin dari PPI Cituis
Tangerang ……… 77
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Peta penyebaran PPI di Tangerang ... 86
2. Lokasi penelitian Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang ... 87
3. Foto aktivitas ikan segar ..…...……….. 88
4. Foto aktivitas pengolahan ikan asin ... 89
5. Tabel spesifikasi dan hasil Pengujian nilai organoleptik ikan segar ... 90
6. Data produksi ikan segar, 2007 ...……...……… 92
7. Data harga rata-rata/kg ikan segar, 2007 ... 93
8. Data nilai produksi ikan segar, 2007 ... 94
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan merupakan penghubung bagi terlaksananya segala aktivitas
pendaratan, perdagangan dan pendistribusian barang-barang ke daerah konsumen.
Pelabuhan perikanan juga merupakan pusat perpaduan aktivitas penangkapan ikan di
laut dan akivitas pendistribusian ke daerah konsumen, sehingga pelabuhan harus
dapat menjamin hasil tangkapan yang didaratkan agar tetap dalam kualitas baik.
Kebutuhan akan ikan dengan kualitas baik merupakan tuntutan konsumen
dunia. Indonesia yang merupakan salah satu negara pengekspor produk perikanan
harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pemasaran dan pendistribusian hasil
tangkapan merupakan salah satu fungsi pelabuhan perikanan menurut UU No. 31
tahun 2004. Dengan demikian pelabuhan perikanan harus dapat menjamin pemasaran
dan pendistribusian, sehingga hasil tangkapan tetap dalam kualitas baik sampai di
konsumen.
Pelabuhan merupakan penghasil produk perikanan yang terdiri dari beberapa
tipe, antara lain ikan hidup, ikan segar, dan beraneka ragam ikan olahan. Distribusi
atau penyaluran produk perikanan dengan kualitas baik sesampainya di konsumen
membutuhkan penanganan yang baik mulai dari pembongkaran hingga
pengangkutan.
PPI Cituis merupakan salah satu diantara tujuh PPI yang ada di Kabupaten
Tangerang yang memiliki prospek perkembangan terbaik. PPI Cituis juga terkenal
sebagai tempat penjualan ikan laut segar dan ikan asin di Tangerang. Ikan segar
merupakan komoditi utama dalam industri penangkapan ikan karena ikan segar
adalah ikan yang belum atau tidak diawet dengan apa pun kecuali semata-mata
didinginkan dengan es. Selain ikan segar yang merupakan komoditi utama, di PPI
Cituis juga terdapat pusat kegiatan pengolahan ikan diantaranya adalah ikan asin.
Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang bahwa operasional PPI
Cituis sangat aktif yang hampir setiap hari melaksanakan kegiatan pelelangan.
perikanan pada periode 2004-2007 mengalami peningkatan rata-rata 5,37% per tahun.
Produksi perikanan tahun 2007 berjumlah 628.465 kg dengan nilai 2.835,9 juta.
Mengingat cukup tingginya jumlah ikan yang dihasilkan setiap hari dan juga
kelengkapan fasilitas yang ada, menjadikan PPI Cituis ini sebagai salah satu pusat
pemasaran dan distribusi ikan di daerah Tangerang.
Dalam proses pendistribusian ikan sering ditemukan kekurangan yang dapat
mempengaruhi kelancarannya. Kekurangan yang terjadi dalam proses menyalurkan
produksi hasil tangkapan kepada konsumen baik secara langsung maupun melalui
perantara antara lain adalah dalam hal aktivitas pengangkutan hasil tangkapan.
Mengingat produk perikanan merupakan produk yang cepat membusuk maka perlu
perhatian dalam pendistribusiannya agar kualitasnya tetap baik. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian mengenai “Studi Pendistribusian Ikan Segar dan Olahan dari
Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang”.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan karakteristik pendistribusian ikan
segar dan ikan olahan di PPI Cituis Tangerang.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai informasi atau bahan
pertimbangan bagi :
(1) Pihak swasta dalam hal pendistribusian ikan segar dan olahan.
(2) Pengelola PPI Cituis untuk memperbaiki distribusi hasil tangkapan ikan yang
2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pelabuhan perikanan tipe D dikatakan pula dengan istilah Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI). PPI ini dilihat dari segi konstruksi bangunannya yang
sebagian besar termasuk dalam pelabuhan alam atau semi alam, artinya tipe
pelabuhan ini umumnya terdapat di muara atau di tepi sungai, di daerah yang
menjorok ke dalam atau terletak di suatu teluk bukan bentukan manusia atau sebagian
hasil bentukan manusia (Lubis, 2006). Selanjutnya dikatakan bahwa PPI tipe D
memiliki beberapa kriteria yaitu tersedianya lahan seluas 10 Ha, ditujukan untuk
tempat berlabuh atau bertambatnya perahu-perahu penangkapan ikan tradisional < 30
gross tonage (GT), melayani bongkar muat kapal-kapal perikanan 15 unit/hari, jumlah ikan yang didaratkan > 10 ton/hari, tersedianya fasilitas pembinaan mutu
dilengkapi dengan sarana pemasaran serta lahan kawasan industri perikanan dan
dekat dengan pemukiman nelayan.
Direktorat Jenderal Perikanan (1991) mendefinisikan Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) adalah suatu tempat bagi para nelayan untuk mendaratkan hasil
tangkapannya atau pelabuhan perikanan dalam skala yang lebih kecil (tipe-D). PPI
pada dasarnya tidak berbeda dengan pelabuhan perikanan (PP), hanya kualitas bobot
kerja, produktivitas, kapasitas fasilitas pokok, fungsional dan penunjangnya yang
lebih kecil dibandingkan dengan pelabuhan perikanan, baik tipe-A, B maupun C.
Adapun kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan adalah :
1) PPI merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan kegiatan perikanan
yang dilakukan masih bersifat tradisional;
2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan dibawah 5 GT;
3) Jumlah produksi ikan yang didaratkan mencapai 5 ton per hari;
4) Mampu menampung 20 kapal sekaligus; dan
2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pada umumnya, PPI ditujukan untuk tempat berlabuhnya atau bertambatnya
perahu-perahu penangkapan ikan teradisional yang berukuran lebih kecil dari 5 GT
dan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan yang dilengkapi dengan berbagai
fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan (Lubis, 2006).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1991), PPI berfungsi sebagai
penunjang untuk meningkatkan kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan. Fungsi PPI meliputi berbagai aspek, sebagai berikut :
1) Pusat pengembangan masyarakat nelayan;
2) Tempat berlabuh kapal perikanan;
3) Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan;
4) Tempat untuk memperlancar kegiatan bongkar muat kapal-kapal perikanan;
5) Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan;
6) Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil tangkapan; dan
7) Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data.
Selanjutnya dikatakan bahwa PPI selain berfungsi seperti yang disebutkan
diatas juga mempunyai peranan sebagai pusat pengembangan yang mempunyai efek
meluas terhadap daerah sekitarnya. Peranan PPI sebagai pusat pengembangan
tersebut terutama akan mencangkup tiga aspek pokok, yaitu :
1) Aspek pengembangan ekonomi perikanan, baik yang berskala nasional maupun
regional;
2) Aspek pengembangan industri penunjang usaha perikanan, baik hulu maupun
hilir; dan
3) Aspek pengembangan sumberdaya manusia, yakni masyarakat perikanan.
Hutajulu (1997) mengatakan bahwa, sehubungan dengan luasnya fungsi
pelabuhan/PPI dan menyangkut berbagai aspek kegiatan perikanan, maka dapat
dikatakan bahwa pelabuhan perikanan/PPI merupakan ”barometer” tingkat kemajuan
2.3 Distribusi
Menurut McDonald (1993) dikutip oleh Darmawan (2006), distribusi merupakan elemen keempat dari traditional marketing atau pemasaran tradisional yang mengacu pada cara suatu produk atau layanan dirancang sedemikian rupa
sehingga bisa didapatkan oleh pelanggan. Distribusi meliputi beberapa kegiatan
seperti : pengawasan pencatatan (inventory control), proses pemesanan (order processing) dan penanganan (handling) yang terbagi dua yaitu penyimpanan (warehousing) dan transportasi (transportation). Sinaga (1988) menyatakan bahwa distribusi adalah manajemen pemindahan, pengendalian persediaan, perlindungan dan
penyimpanan bahan mentah dan barang-barang yang sedang diproses atau barang jadi
ke dan dari lini produksi. Definisi ini meliputi transportasi, penanganan bahan,
pengemasan hasil produksi, pergudangan, pengendalian persediaan, pemrosesan
pesanan, analisis lokasi, dan jaringan komunikasi yang diperlukan untuk manajemen
yang efektif.
Sistem distribusi yang baik dapat menentukan kelancaran transaksi hasil
tangkapan yang sifatnya lekas busuk (perishable), jadi cepat lambatnya transaksi sangat menentukan kesegaran hasil tangkapan hingga ke tangan konsumen. Cepatnya
transaksi dipengaruhi oleh besarnya permintaan (demand). Besar pemintaan (demand) sendiri tergantung pada banyaknya konsumen dan besarnya preferensi masyarakat
terhadap jenis hasil tangkapan tertentu (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Pada aktivitas pendistribusian hasil tangkapan terdapat beberapa istilah yang
sering digunakan yaitu :
1) Pasar (market) yaitu suatu tempat atau rangkaian kegiatan dari penjual dan pembeli, baik berhadapan satu sama lain secara langsung atau melalui suatu alat
penghubung maupun dengan perantaraan agen atau pedagang perantara untuk
melakukan pembelian, penjualan, tukar-menukar barang dan jasa;
3) Pedagang besar (whole saler), pengusaha atau badan usaha yang melakukan penjualan barang dagangan atau komoditi perikanan secara langsung kepada
pedagang eceran atau orang lain untuk dijual kembali;
4) Perdagangan eceran (retail), cara penjualan dalam jumlah yang kecil untuk konsumsi; dan
5) Pedagang eceran (retailer), pedagang kecil yang menjual langsung kepada konsumen akhir.
2.3.1 Penanganan (handling)
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), dalam melakukan kegiatan distribusi
hasil tangkapan, hal yang pertama kali dilakukan adalah menangani hasil tangkapan
untuk mencegah kebusukan. Kegiatan penanganan hasil tangkapan dalam proses
distribusinya adalah sebagai berikut :
1) Transportasi (pengangkutan)
Transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke
tempat tujuan. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana
kegiatan transportasi dimulai dan kemana kegiatan transportasi diakhiri. Transportasi
memberikan jasanya kepada masyarakat, yang disebut jasa angkutan. Transportasi
dikatakan sebagai ”derived demand’, karena keperluan jasa angkutan bertambah dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan berkurang jika terjadi kelesuan ekonomi
(Siregar, 1990).
Salim (2000) mengemukakan bahwa transportasi secara umum adalah
rangkaian kegiatan memindahkan atau mengangkut barang dari produsen sampai
kepada konsumen dengan menggunakan salah satu moda transportasi, yang dapat
meliputi moda transportasi darat, laut/sungai maupun udara. Rangkaian kegiatan yang
dimulai dari produsen sampai kepada konsumen lazim disebut rantai transportasi
(chain of transportation). Tiap sektor kegiatan disebut mata rantai (link) yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kelancaran dan kecepatan arus transportasi
tersebut sampai pada mata rantai yang terkuat. Transportasi mempunyai fungsi yaitu
mengangkut barang dari produsen ke konsumen.
Hanafiah dan Saefuddin (1983) membedakan fasilitas pengangkutan menjadi
empat, yaitu :
(1) Pengangkutan melalui darat
Kereta api dan truk yang diperlengkapi dengan pendingin merupakan alat
angkutan jarak jauh terpenting didarat. Keuntungan utama penggunaan kereta api
dibandingkan dengan penggunaan alat angkut lainnya adalah bahwa perusahaan
kereta api memberikan pelayanan pengangkutan lebih lengkap dan bervariasi.
Lubis (2006) juga mengungkapkan terdapat beberapa tahapan pada sistem
transportasi darat mulai ikan didaratkan sampai dipasarkan ke konsumen.
Tahapan-tahapan tersebut adalah :
a.Transportasi dari kolam ke darmaga dan dari dermaga ke tempat pelelangan
ikan;
b.Transportasi dari tampat pelelangan ikan ke tempat perusahaan olahan atau
grosir; dan
c.Transportasi dari tempat pelelangan ikan atau perusahaan olahan atau
penangkapan di dan sekitar pelabuhan ke hinterland baik lokal, nasional maupun ekspor.
(2) Pengangkutan melalui perairan pantai dan melalui terusan atau sungai.
Pengangkutan ini diselenggarakan dengan menggunakan kapal air (water carries). Biaya pengangkutan melalui perairan lebih rendah dibandingkan dengan
menggunakan kereta api atau truk. Faktor ini dianggap sebagai keuntungan dan
alasan mengapa pengangkutan melalui perairan ini lebih banyak dilakukan
dibandingkan dengan penggunaan kereta api dan truk. Kerugian pokok dari
pengangkutan melalui perairan adalah lebih lamban.
(3) Pengangkutan melalui laut
Pengangkutan ini diselenggarakan dengan menggunakan kapal (pelayaran tetap
kontinu dengan tidak bergantung pada ada atau tidak adanya muatan. Pelayaran
tramp (kapal tambang) adalah pelayaran yang jurusan dan waktunya tidak tetap, pelayaran ini dilakukan bila ada muatan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Keuntungan yang diperoleh dari pelayaran tramp jika dibandingkan dengan penggunaan pelayaran tetap adalah :
a.Ongkos angkutan lebih rendah;
b.Dapat mengangkut barang dalam jumlah besar; dan
c.Dapat mengangkut dengan cepat (langsung) ke pelabuhan yang dituju.
(4) Pengangkutan melalui udara
Merupakan pengangkutan paling cepat dengan menggunakan pesawat udara.
Tetapi kerugian pokok adalah tingginya biaya, disamping terbatasnya ruangan
(pembatasan fisik) sehingga pengangkutan dalam volume besar tidak dapat
dilakukan.
2) Penyimpanan (warehousing)
Hanafiah dan Saefuddin (1983) menyebutkan bahwa penyimpanan merupakan
kegiatan menahan produk dalam jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai
dengan dijual. Terdapat empat alasan untuk melakukan penyimpanan yaitu :
(1) Sifat musiman dari kebanyakan produksi;
(2) Permintaan untuk berbagai produk berlangsung sepanjang tahun;
(3) Alasan-alasan yang terdapat pada waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
berbagai pelayanan distribusi; dan
(4) Mendapatkan harga yang lebih baik.
Irzal dan Wawan (2006) mengatakan bahwa pengumpulan (holding)
merupakan kegiatan mengumpulkan produk dari produsen, sebelum dijual ke
konsumen, sehingga kegiatan ini tidak terlepas dari kegiatan penyimpanan. Beberapa
pertimbangan pengumpulan dan penyimpanan produk perikanan, antara lain
menstabilkan pasokan produk perikanan ke pasar, lokasi produsen dan konsumen,
serta skala ekonomis pengangkutan. Pedagang pengumpul berkomitmen untuk
kepada pasar, baik domestik maupun ekspor. Oleh karena itu, pedagang pengumpul
harus memiliki jaminan ketersediaan (stok) produk dengan cara mengumpulkan dan
menyimpan (menimbun).
2.3.2 Pengawasan pencatatan (inventory control)
Jeannet dan Hennessey (2000) dikutip oleh Darmawan (2006) menyatakan bahwa pengawasan pencatatan berguna dalam mengurangi jumlah pemasok,
meningkatkan quality control dan mendapatkan sistem logistik yang lebih efisien. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menempati urutan yang paling
bawah, tetapi bukan berarti bahwa fungsi ini kalah penting artinya dari fungsi-fungsi
yang lain karena pangawasan justru sudah ada sejak penetapan struktur organisasi itu
sendiri. Pengawasan berarti mendeterminasikan apa yang telah dilaksanakan,
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan
tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana. Pengawasan dalam
suatu perusahaan merupakan suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
meyakinkan atau mengukur apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan apa
yang telah digariskan semula dimana manajemen rnenginginkan agar rencana
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan baik. Akhirnya
apabila pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan, harus
diambil suatu tindakan. (http://www.library.usu.ac.id/manajemen syahyunan5.pdf).
2.4 Saluran dan Skema Pemasaran
Dalam perekonomian dewasa ini, sebagian besar produsen tidak menjual
barang-barang mereka kepada pembeli akhir. Antara produsen dan pemakai akhir
terdapat sekelompok perantara pemasaran yang memerankan bermacam-macam
fungsi dan memakai berbagai macam nama. Perantara tersebut membentuk sebuah
saluran pemasaran. Saluran pemasaran terdiri dari seperangkat lembaga yang
melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan
status kepemilikannya dari produksi ke konsumsi. Pengguna perantara ini akan sangat
dalam membuat barang hingga banyak tersedia dan bisa memenuhi pasar sasaran
(Kotler, 1993).
Ada dua jenis strategi struktur saluran distribusi, yaitu (Jain, 1994) :
1) Strategi saluran distribusi langsung
Strategi saluran distribusi langsung berarti strategi penyampaian barang dan jasa
dari produsen ke konsumen tanpa memiliki perantara (middleman). 2) Strategi saluran tidak langsung
Strategi saluran distribusi tidak langsung berarti strategi penyampaian barang dan
jasa dari produsen ke konsumen memakai perantara.
Berdasarkan jenis barang atau produk yang ditawarkan oleh produsen, maka
secara umum dapat dilihat bahwa saluran pemasaran untuk barang-barang konsumsi
(consumer goods) tidak sama dengan saluran pemasaran untuk barang-barang industri (industrial goods). Saluran pemasaran barang dilihat pada Gambar 1.
Agen
Pedagang besar
Pengecer Pengecer Pengecer
Pedagang besar
Pengecer Agen
Konsumen Akhir/Pengguna Barang Konsumsi Pabrik/Produsen
Gambar 1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi (Pieter, 1982).
Saluran -nol- tingkat disebut pula saluran pemasaran langsung terdiri dari
seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam
penjualan lewat toko perusahaan (Kotler, 1993). Selanjutnya dikatakan bahwa saluran
-satu- tingkat mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara
itu sekaligus merupakan pengecer. Dalam pasar industri sering kali ia bertindak
sebagai agen penjualan atau makelar. Saluran -dua- tingkat mempunyai dua perantara
penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar
dan sekaligus pengecer. Dalam pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah
penyalur tunggal dan penyalur industri. Saluran -tiga- tingkat mempunyai tiga
perantara penjualan. Dari kacamata produsen, masalah pengawasan semakin
meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran, walaupun biasanya produsen tersebut
hanya berhubungan dengan saluran yang berdekatan dengannya.
2.5 Ikan Segar
Ikan segar atau ikan basah adalah ikan yang belum atau tidak diawet dengan
apa pun kecuali semata-mata didinginkan dengan es. Penanganan ikan segar
dimaksudkan sebagai semua pekerjaan yang dilakukan terhadap ikan segar sejak
ditangkap sampai saat diterima oleh pemakainya (Muljanto, 1982). Selanjutnya
dikatakan bahwa dengan mendinginkan ikan sampai sekitar 0ºC kita dapat
memperpanjang masa kesegaran (daya simpan, shelf life) ikan sampai 12-18 hari sejak saat ikan ditangkap dan mati, tergantung pada jenis ikan, cara penanganan dan
keadaan pendinginannya. Pengaruh pendinginan terhadap mutu dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tabel pengaruh pendinginan terhadap mutu
Suhu Penyimpanan Ikan Cod Tidak Layak Lagi Setelah
16º C 1-2 hari
11º C 3 hari
5º C 5 hari
0º C 14-15 hari
Pendinginan dapat menghambat kegiatan bakteri. Bakteri itu masih hidup dan
melakukan perusakan terhadap ikan, tetapi lebih lambat. Kegiatannya akan normal
Efisiensi pengawetan dengan pendinginan sangat tergantung pada tingkat
kesegaran ikan sesaat sebelum didinginkan. Pendinginan yang dilakukan sebelum
rigor mortis berlalu merupakan cara yang paling efektif jika disertai dengan teknik
yang benar, sedangkan pendinginan yang dilakukan setelah autolysis berjalan tidak
akan banyak berguna. Muljanto (1982), pendinginan dapat dilakukan dengan salah
satu atau kombinasi dari cara-cara berikut :
1) Pendinginan dengan es;
2) Pendinginan dengan es kering;
3) Pendinginan dengan air dingin yang dapat berwujud.
a.Air tawar bercampur dengan air dingin yang didinginkan dengan mesin
pendingin;
b.Air laut dingin bercampur es (chilled seawater, CSW); dan
c.Air laut yang didinginkan dengan mesin pendingin (refrigerated seawater, RSW).
4) Pendinginan dengan udara dingin.
Menurut Hadiwiyoto (1993) bahwa kesegaran adalah tolak ukur untuk
membedakan ikan yang jelek dan ikan yang baik kualitasnya. Ikan dikatakan masih
segar jika perubahan-perubahan biokimiawi, mikrobiologik, dan fisikawi yang terjadi
belum menyebabkan kerusakan berat pada ikan. Selanjutnya dikatakan juga
berdasarkan kesegarannya, ikan dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu, yaitu
ikan yang kesegarannya baik sekali (prima), ikan yang kesegarannya masih baik
(advanced), ikan yang kesegarannya sudah mulai mundur (sedang), dan ikan yang kesegarannya sudah tidak baik lagi (busuk).
2.6 Produk Ikan Olahan
Pelabuhan perikanan merupakan pusat kegiatan perikanan yang dapat
merangsang timbulnya industri perikanan didalamnya. Industri pengolahan ikan
adalah suatu aktivitas penanganan dan pengolahan lebih lanjut dari hasil tangkapan
yang didaratkan, sehingga memiliki nilai tambah dengan menjadikan bahan baku
2.6.1 Penggaraman ikan
Penggaraman ikan merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan
diberbagai Negara. Ikan yang diawet dengan garam kita sebut ikan asin. Garam yang
dipakai adalah garam dapur (NaCl), baik yang berupa kristal maupun yang berupa
larutan. Fungsi pengawet yang dilakukan oleh garam berjalan melalui (Muljanto,
1982) :
1) Menunda autolisis;
2) Membunuh bakteri secara langsung.
Penggaraman seringkali tidak dilakukan sebagai metode pengawetan tunggal,
melainkan masih dilanjutkan dengan proses pengawetan lain, misalnya dengan
perebusan, atau dengan pengeringan. Oleh karena itu, kita dapat menjumpai tiga
macam ikan asin, yaitu :
1) Ikan asin basah (tidak dikeringkan setelah digarami);
2) Ikan asin kering (dikeringkan setelah digarami); dan
3) Ikan asin rebus (direbus setelah digarami).
Pada dasarnya, metode-metode penggaraman ikan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu penggaraman kering dan penggaraman basah (Muljanto, 1982).
1) Penggaraman kering (dry salting)
Metode penggaraman kering menggunakan kristal garam yang dicampur
dengan ikan. Pada umumnya, ikan-ikan yang besar dibuang isi perutnya terlebih
dahulu dan, bila perlu, dibelah agar dagingnya menjadi tipis sehingga lebih mudah
untuk ditembus oleh garam. Dalam penggaraman, ikan ditempatkan dalam wadah
yang kedap air, misalnya bak dari kayu atau dari bata yang disemen. Didalam wadah
itu, ikan disusun selapis demi selapis, diselingi dengan lapisan garam. Jumlah garam
yang dipakai umumnya 10%-35% dari berat ikan.
2) Penggaraman basah (wet salting)
Penggaraman basah menggunakan larutan garam 30%-50% (setiap 100 liter
diberi pemberat agar ikan semua ikan terendam, tidak ada yang terapung. Ikan
direndam dalam jangka waktu tertentu tergantung pada :
(1) Ukuran atau tebal ikan;
(2) Derajat keasinan yang diinginkan.
Dalam proses osmosa, kepekaan makin lama makin berkurang karena air dari
dalam daging ikan secara berangsur masuk ke dalam larutan garam, sementara
sebagian molekul garam masuk ke dalam daging ikan. Karena kecenderungan
penurunan kepekatan larutan garam itu, maka proses osmosa semakin lambat dan
pada akhirnya berhenti. Untuk memperlambat kecenderungan ini, digunakan larutan
garam yang lewat jenuh, yaitu memberikan garam lebih banyak dari jumlah yang
dapat dilarutkan.
Menurut Soeseno (1978) bahwa penggaraman ikan sebetulnya pengeringan
juga, tetapi masih dibantu lagi oleh garam. Garam memang bersifat menarik air. Oleh
karena hasilnya terasa asin, maka cara pengawetan ini sering disebut pengasinan dan
hasilnya disebut ikan asin. Selanjutnya dikatakan juga bahwa penggaraman biasanya
dilakukan dengan 2 jenis, yaitu pengasinan kering, dan pengasinan dengan perebusan
(pemindangan).
Pengawetan ikan dengan cara penggaraman sebenarnya terdiri dari dua proses,
yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Ada pun tujuan utama dari
penggaraman sama dengan tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya, yaitu
untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses
penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri
penyebab pembusukan ikan. (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
2.6.2 Perebusan (pemindangan)
Perebusan yang dilakukan bersama-sama dengan penggaraman disebut
pemindangan. Ikan yang direbus dengan garam disebut ikan pindang (Muljanto,
1982). Bahan mentah yang dapat digunakan untuk pembuatan ikan pindang dapat
berupa :
2) Ikan yang sudah digarami (ikan asin).
Daya awet ikan pindang ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
1) Panas dan garam mengurungi kadar air pada bagian daging ikan sehingga
mengganggu kehidupan bakteri;
2) Panas membunuh bakteri secara langsung, dan mengurangi aktivitas enzim; dan
3) Wadah (pembungkus) yang digunakan, melindungi ikan terhadap pengotoran dari
luar.
Ada dua macam pemindangan yaitu:
1) Pemindangan tradisional
Pemindangan tradisional dilakukan dengan menggunakan wadah yang terbuat
dari tanah liat dengan berbagai bentuk dan ukuran. Kini, telah dikenalkan beberapa
teknik baru dengan menggunakan besek, periuk tanah liat yang dibuat steril dengan
sistem penutupan yang rapat, dan kantung plastik yang tahan panas.
2) Pemindangan modern
Salah satu cara pemindangan mengunakan wadah plastik yang tahan pada
temperatur tinggi, misalnya laminasi poli-ester setebal 2 mm. Ikan biasanya diolah
dalam bentuk fillet atau dressed (tanpa kepala dan ekor). Pemindangan dengan cara
ini membutuhkan ikan-ikan berukuran sedang.
Ikan dalam jumlah berat tertentu (1/4-2 kg) dimasukan ke dalam kantung dan
diberi garam sebanyak 5%-25% dari berat ikan. Kemudian, ikan dipanaskan dengan
uap 100º C-102º C selama ±1 jam perebusan, sejumlah drip (air yang keluar dari daging ikan) akan terkumpul dalam kantung. Drip dituangkan keluar, dan ikan
dipanaskan lagi setelah ditambah garam. Garam yang diberikan pertama hanya
sebagian, sedangkan sisanya digunakan untuk pemanasan kedua. Drip yang terbentuk pada pemanasan kedua juga dituang keluar. Kantung segera ditutup selama ikan
2.7 Kualitas ikan
2.7.1 Pengertian kualitas ikan
Pengertian kualitas ikan secara sederhana dapat diidentikkan dengan tingkat
kesegaran. Ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan
hidup baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya. Dengan kata lain ikan segar adalah
ikan yang baru saja ditangkap, belum mengalami pengolahan lebih lanjut dan belum
mengalami perubahan fisik maupun kimia atau yang masih mempunyai sifat sama
ketika ditangkap (Anita, 2003).
Menurut Crosby (1979) dikutip oleh Aryadi (2007), kualitas adalah sesuatu yang memenuhi atau sama dengan persyaratan (conformance to requirements). Komoditas ikan unggulan yang kurang sedikit saja dari persyaratan, maka dapat
dikatakan tidak berkualitas dan tidak dapat ditolak oleh perusahaan yang menjadi
tujuan distribusi. Persyaratan itu sendiri dapat berubah sesuai dengan keinginan
pelanggan dan kebutuhan sebuah perusahaan.
Kualitas biasanya tidak ditentukan oleh suatu atribut atau dimensi tunggal,
melainkan oleh beberapa atribut atau dimensiyang menyatakan kualitas. Dimensi
kualitas produk, menurut Gavin dikutip oleh Nurani (2007) adalah:
(1) Kinerja (performance) merupakan karakteristik operasi utama dari produk yaitu seberapa baik suatu produk melakukan apa yang seharusnya dilakukan;
(2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features) merupakan karakteristik sekunder atau pelengkap, berupa pernak-pernik yang melengkapi atau meningkatkan fungsi
dasar produk;
(3) Kehandalan (reliability) yaitu kemungkinan kecil akn mengalami kerusakan atau gagal pakai;
(4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification) yaitu seberapa baik karakteristik desain dan opersi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya;
(6) Kemudahan perbaikan (service ability) meliputi kecepatan, kenyamanan, kompetensi, mudah direparasi dan penanganan keluahn yang memuaskan;
(7) Keindahan (aesthetics) yaitu daya tarik produk terhadap panca indera; dan
(8) Persepsi terhadap kualitas (perceived quality) tidak didasarkan pada produk tetapi pada citra atau reputasi.
Kualitas ikan lebih menunjukan pada penampilan estetika dan kesegaran atau
derajat pembusukan sampai dimana telah berlangsung, termasuk juga aspek
keamanan seperti bebas dai bakteri, parasit, atau bahan kimia. Kualitas kesegaran
ikan dapat dievaluasi dengan metode sensori maupun instrumen. Kualitas ikan yang
baik adalah ikan yang telah ditangkap dengan cara yang baik, diolah dan ditangani
secara benar dipabrik serta mempunyai karakteristik tertentu, bentuk, ukuran,
penampakan, warna, bau, komposisi dan tekstur yang dimiliki ikan (Hardjito, 2006).
Peningkatan kualitas tidak dapat dipisahkan dari usaha peningkatan
produktivitas. Usaha yang berlebihan untuk mendorong produktivitas bisa
mengorbankan kualitas dari output yang dihasilkan. Sebaliknya, fokus yang
berlebihan pada peningkatan kualitas bisa mengurangi perhatian untuk memperbaiki
produktivitas, bahkan mungkin akan mengorbankan produktivitas demi mengejar
kualitas yang tinggi. Keduanya saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama
lain. Bila kualitas dari produktivitas dihubungkan dengan sungguh-sungguh maka
akan menghasilkan laba yang besar (Nasution, 2004).
Kisaran kriteria kesegaran ikan menurut uji organoleptik biasanya dibagi tiga,
yaitu segar, agak segar dan tidak segar (Sukarsa, 2007). Hasil tangkapan/ikan dapat
dikatakan:
Segar : Jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptiknya 7-9
Agak segar : Jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptiknua 5-6
Tidak segar : Jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptiknya 1-4
Selanjutnya ikan secara organoleptik ditolak atau dianggap tidak segar bila
memiliki nilai rata-rata pengujian dibawah lima. Batas mutu minimal kesegaran ikan
eksportir ikan segar untuk memenuhi syarat mutu ekspor negara tujuan. Secara
organoleptik, ikan segar mempunyai kriteria sebagai berikut (Sudarma, 2006).
Tabel 2 Kriteria mutu ikan segar
No Parameter Tanda-tanda
1
Ikan cemerlang mengkilap sesuai jenisnya, badan ikan utuh, tidak patah, tidak rusak fisik, bagian perut masih utuh dan liat serta lubang anus tertutup.
Cerah (terang), selaput mata jernih, pupil hitam dan menonjol. Insang berwarna merah, cemerlang atau sedikit kecoklatan, tidak ada atau sedikit lendir.
Bau segar spesifik jenis atau sedikit bau amis yang lembut. Selaput lendir dipermukaan tubuh tipis, encer, bening, mengkilap cerah, tidak lengket, berbau sedikit amis dan tidak berbau busuk.
Ikan kaku atau masih lemas dengan daging elastis, jika ditekan dengan jari akan cepat kembali, sisik tidak mudah lepas, jika disayat tampak jaringan antar daging masih kuat dan kompak, sayatan cemerlang dengan menampilkan warna daging asli.
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2008 di Pangkalan Pendaratan
Ikan Cituis, Tangerang.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan aspek penelitian yaitu
distribusi hasil tangkapan ikan segar dan ikan olahan di PPI Cituis.
3.3 Metode Pengumpulan Data
1) Pengambilan data primer dilakukan secara purposive sampling yang mewakili tujuan penelitian. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan
wawancara terhadap beberapa responden yaitu pihak KUD, nelayan, industri
pengolah ikan asin, kepala TPI dan pedagang/bakul. Jumlah responden dari
pengelola KUD 5 orang, pihak pengolah 10 orang, nelayan 5 orang, TPI 1
orang dan pedagang 5 orang. Pengambilan jumlah ikan untuk uji organoleptik
dilakukan secara sampling. Data yang diambil berdasarkan 3 jenis ikan dominan yang bervolume tinggi yaitu ikan mata besar, kurisi merah dan kurisi
bali. Pengambilan ikan dilakukan di TPI yaitu dengan cara mengambil ikan
dari 8 tumpukan. Pada setiap tumpukan diambil masing-masing satu jenis ikan.
2) Data sekunder meliputi data unit alat tangkap, data produksi ikan segar dan
ikan olahan dan organisasi KUD yang diperoleh dari KUD, Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Tangerang dan TPI PPI Cituis.
3.4 Jenis Data yang Dikumpulkan
(1) KUD : Persentase jumlah produksi tiap daerah untuk ikan segar, daerah
distribusi, jalur pemasaran ikan segar dan fasilitas yang digunakan dalam
(2) Pengolah : Mutu ikan olahan, sarana dan prasarana yang digunakan,
kebutuhan bahan baku, jenis produksi olahan dan distribusi atau pemasaran
produk hasil perikanan.
(3) Nelayan : Jenis alat tangkap, jenis kapal dan ukuran (GT), lama trip, jenis ikan yang didaratkan, fasilitas dan waktu pendaratan ikan dan daerah
penangkpan ikan.
(4) Pedagang : Jenis dan jumlah ikan yang diperjualbelikan, fasilitas yang
digunakan dalam pendistribusian dan daerah atau tujuan distribusi.
(5) Kepala TPI : Proses pelelangan dan prosedur pelelangan.
3.5 Analisis Data
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik pendistribusian
ikan segar dan ikan olahan di PPI Cituis Tangerang. Penentuan karakteristik
pendistribusian ikan segar dan olahan dilakukan berdasarkan asal bahan baku,
pendaratan hasil tangkapan, volume dan nilai produksi, penyimpanan, pengangkutan
hasil tangkapan, informasi pasar, mutu hasil tangkapan segar dan olahan, kuantitas,
tujuan distribusi dan skema pendistribusian. Selanjutnya distribusi akan dipetakan
berdasarkan kuantitas dan tujuannya. Pemetaan dilakukan dengan menggunakan
Corel Draw.
Mutu hasil tangkapan yang ada di PPI Cituis ditentukan dengan menggunakan
uji organoleptik yaitu dengan mengukur, menganalisis spesifikasi mata, insang,
daging, perut dan konsistensi, selanjutnya menginterpretasikan reaksi yang timbul
ketika karakteristik bahan pangan diterima oleh indera pengelihatan dan peraba.
Metode yang digunakan dalam penilaian mutu hasil tangkapan secara organoleptik
ialah dengan metode scoring test (uji skoring) dengan skala yang digunakan antara 1 sampai 9. Skala 1 merupakan skala terendah dan skala 9 merupakan skala tertinggi.
Setiap angka dapat memberikan spesifikasi tertentu kepada panelis atau peneliti
mengenai keadaan produk yang diuji, misalnya kesegaran ikan. Spesifikasi
kesegaran ikan menurut uji organoleptik biasanya dibagi tiga, yaitu segar, agak segar
dan tidak segar (Sukarsa, 2007). Hasil tangkapan/ikan dapat dikatakan:
Segar : Jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptiknya 7-9
Agak segar : Jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptiknua 5-6
Tidak segar : Jika kisaran nilai rata-rata uji organoleptiknya 1-4
Selanjutnya ikan secara organoleptik ditolak atau dianggap tidak segar bila
memiliki nilai rata-rata pengujian dibawah lima. Batas mutu minimal kesegaran ikan
berdasarkan SNI-01-2729-1992 adalah nilai tujuh. Batas ini biasanya digunakan oleh
eksportir ikan segar untuk memenuhi syarat mutu ekspor negara tujuan.
Penggunaan organoleptik dalam penilaian mutu hasil tangkapan yang
didaratkan selain sebagai informasi kepada calon konsumen juga diharapkan akan
menghasilkan kemudahan dalam pengklasifikasian distribusi ikan, misalnya nilai 7-9
didistribusikan untuk keperluan ekspor dan supermarket, nilai 5-6 didistribusikan ke
pasar tradisional, nilai 4 hanya didistribusikan untuk ikan asin dan pupuk, dan 1-3
4.1 Keadaan umum Kota Tangerang
4.1.1 Letak geografis dan keadaan topografi
Kabupaten Tangerang adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi
Banten dengan ibukota Tigaraksa. Secara geografis Kabupaten Tangerang terletak
pada posisi 6°00´- 6°20´ LS dan 106°20´-106°43´ BT tepat di sebelah barat Jakarta.
Menurut Dinas Perikanan Kota Tangerang (2008), batas wilayah Kabupaten
Tangerang meliputi :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa;
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak;
3) Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta;
4) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupeten Serang.
Luas wilayah Kabupaten Tangerang sekitar ±1.110 km² dengan jumlah
kecamatan 26 dan desa atau kelurahan 316. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan
Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Secara umum, Kabupaten Tangerang dapat
dikelompokkan menjadi tiga wilayah pertumbuhan, yaitu : Pusat pertumbuhan
wilayah Serpong, berada di bagian timur (berbatasan dengan Jakarta), difokuskan
sebagai wilayah pemukiman dan komersial. Pusat pertumbuhan Balaraja dan
Tigaraksa, berada di bagian barat difokuskan sebagai daerah sentra industri,
pemukiman dan pusat pemerintahan. Pusat pertumbuhan Teluk Naga, berada di
wilayah pesisir, mengedepankan industri pariwisata alam dan bahari, industri
maritim, perikanan, pertambakan dan pelabuhan.
Topografi daerah Kabupaten Tangerang sebagian besar merupakan dataran
rendah. Sungai Cisadane, sungai terpanjang di Tangerang, mengalir dari selatan dan
bermuara di Laut Jawa. Dilihat dari kemiringan tanahnya, sebagaian besar Kota
Tangerang mempunyai tingkat kerniringan tahan 0 - 30 % dan sebagian kecil (yaitu di
bagian Selatan kota) kemiringan tanahnya antara 3 - 8% berada di Kelurahan Parung
4.1.2 Penduduk
Kabupaten Tangerang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2003 sebanyak
3.187.000 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.870 jiwa/km². Sebagian besar
penduduk Tangerang bekerja di Jakarta. Penduduk Tangerang yang berada di pesisir
bekerja sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun hasil yang
didapatnya kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penyebaran penduduk yang
bekerja terkait dengan perikanan sangat beragam sesuai jenis pekerjaannya antara lain
budidaya tambak, budidaya sawah, budidaya kolam, penangkapan laut, cilahan
Tabel 3 Jumlah penduduk bekerja terkait dengan perikanan, 2003
No. Jenis Rumah Tangga Perikanan Jumlah
1 Penangkapan Laut 825
2 Cilahan 67
3 Budidaya Tambak 750
4 Budidaya Kolam 1497
5 Budidaya Sawah 223
Total 3362
Sumber : http://www.Tangerangkab.go.id/, 2008
Tabel 3 menunjukan jumlah penduduk terbanyak bekerja sebagai budidaya
kolam dengan jumlah 1.497 orang dan jumlah penduduk terendah bekerja sebagai
cilahan (orang yang bekerja sebagai pengolah) dengan jumlah 67 orang. Total
penyebaran jumlah penduduk di 5 rumah tangga perikanan berjumlah 3.362 orang.
4.1.3 Penyebaran PPI di Kota Tangerang
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah sebagai suatu tempat bagi para
nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya atau pelabuhan perikanan dalam skala
yang lebih kecil (tipe D) (Direktorat Jenderal Perikanan, 1991). PPI pada dasarnya
tidak berbeda dengan pelabuhan perikanan (PP), hanya kualitas bobot kerja,
produktifitas, kapasitas fasilitas yang lebih kecil dengan pelabuhan perikanan tipe A,
B, C. Tangerang memiliki 7 PPI yang tersebar di berbagai kecamatan antara lain PPI
Tabel 4 dan Lampiran 1. Dari 7 PPI yang ada, sebanyak 3 PPI tergolong baik yaitu
PPI Cituis, PPI Tanjung Pasir, dan PPI Kronjo. PPI tersebut mempunyai Tempat
Pelelangan Ikan (TPI), yang setiap harinya sangat aktif melelang ikan jika dibanding-
kan dengan 4 PPI lainnya.
Tabel 4 Penyebaran daerah PPI di Kab. Tangerang, 2008
No. Nama PPI Kecamatan
1 Kronjo Kronjo
2 Benyawakan Kemiri
3 Ketapang Mauk
4 Karang Serang Serang Sukadiri
5 Cituis Pakuhaji
6 Tanjung Pasir Teluk Naga
7 Dadap Kosambi
Sumber : http://www.Tangerangkab.go.id/, 2008
4.1.4 Daerah penangkapan ikan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan operasi penangkapan ikan. Daerah penangkapan ikan para
nelayan di Kabupaten Tangerang meliputi: Pulau Seribu, Perairan Tanjung Priuk
(Pulau Damar), Pulau Pari, Sumatra, Lampung (Maringge), dan Subang (Dinas
Perikanan Tangerang, 2008).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan Kabupaten Tangerang dari
berbagai daerah penangkapan diatas sangat beragam, diantaranya jenis ikan yang
4.1.5 Unit penangkapan
Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk dengan kegiatan yang
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan dan
mengawetkan (UU No 31 Tahun 2004). Keberhasilan memperoleh ikan dalam suatu
operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh unit penangkapan yang ada yang
terdiri dari armada penangkapan (perahu/kapal perikanan), alat tangkap, dan nelayan.
(1) Armada penangkapan ikan
Kegiatan penangkapan ikan sangat tergantung oleh unit penangkapan ikan.
Salah satu dari unit penangkapan adalah armada penangkapan ikan yang terdiri dari
perahu atau kapal perikanan. Armada penangkapan ikan yang beroperasi di
Kabupaten Tangerang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu perahu motor
tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Perahu motor tempel adalah perahu yang
pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboard engine) dengan bahan bakar solar. Kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan
mesin yang disimpan di dalam badan kapal (inboard engine) dengan bahan bakar solar. Kapal motor yang banyak digunakan di Kabupaten Tangerang berukuran <5 GT, 5-10 GT, dan 10-20 GT. Jumlah perahu atau kapal perikanan di Kabupaten
Tangerang tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 3
Tabel 5 jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Tangerang pada kurun
waktu 2003-2007 mengalami perubahan dengan pertumbuhan total sebesar 13,09%.
Jumlah kapal/perahu di Kabupaten Tangerang berasal dari 7 PPI yaitu Kronjo,
Benyawakan, Ketapang, Karang Serang, Cituis, Tanjung Pasir dan Dadap. Jumlah
kapal/perahu didominasi oleh perahu motor tempel (PMT) dikarenakan biaya
operasional dan pembuatannya lebih murah dibandingkan dengan kapal motor (KM).
Tiap tahunnya jumlah kapal atau perahu mengalami peningkatan. Peningkatan
pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2005-2006 sebesar 39,54%. Peningkatan
jumlah kapal atau perahu tersebut diakibatkan karena potensi perikanan Kabupaten
Tangerang dinilai baik dan berbanding lurus dengan jumlah nelayan di Kabupaten
Tangerang dimana semakin banyak kapal/perahu beroperasi maka jumlah nelayan
juga meningkat.
2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
Gambar 2 Perkembangan jumlah kapal atau perahu perikanan di Kab. Tangerang, 2003-2007.
Berdasarkan pada Gambar 2, jumlah kapal atau perahu perikanan di Kab.
Tangerang selalu meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut antara lain dikarenakan
adanya pembangunan fasilitas dermaga bongkar dan TPI di berbagai PPI di Kab.
tambahan yang sangat penting bagi aktivitas kegiatan nelayan, terutama dalam hal
bongkar muat kapal. Dengan adanya fasilitas yang semakin memadai maka jumlah
kapal/perahu akan semakin bertambah.
(2) Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Tangerang selama
kurun waktu 2003-2007 rata-rata berjumlah 2.311 unit (Tabel 6). Jenis alat tangkap
yang digunakan adalah payang, dogol, purse seine, gillnet, bagan, rawai, pancing, sero, bubu, alat pengumpul kerang dan tombak. Dari berbagai jenis alat tangkap di
atas yang dominan adalah gillnet, pancing, dogol, bubu dan alat pengumpul kerang. Tabel 6 Perkembangan jumlah alat tangkap di Kab. Tangerang, 2003-2007
Tahun No. Alat Tangkap
2003 2004 2005 2006 2007 Rataan
1 PY 110 90 80 60 60 80 Pancing; SR: Sero; BU: Bubu; APK: Alat pengumpul kerang; TBK; Tombak
Jumlah alat tangkap yang beroperasi berfluktuasi setiap tahunnya dan
jumlahnya mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,30% setiap tahunnya selama
kurun waktu 2003-2007 (Gambar 3). Jumlah alat tangkap terbanyak terjadi pada
2003-2004 dan selanjutnya mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2006 dan
turun kembali pada tahun 2007. Penurunan jumlah alat tangkap yang beroperasi
dikarenakan naiknya harga BBM yang mengakibatkan kapal atau perahu tidak
beroperasi.
2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
Gambar 3 Perkembangan alat tangkap dominan di Kab. Tangerang, 2003-2007.
(3) Nelayan
Pelabuhan merupakan salah satu lahan pekerjaan yang dapat menyerap tenaga
kerja melalui kegiatan industri perikanan dan industri penangkapan. Industri ini
mendorong masyarakat khususnya nelayan agar dapat terlibat langsung. Nelayan
adalah orang yang mengoperasikan unit penangkapan ikan atau sarana produksi.
Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Tangerang periode tahun 2003-2007
disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 4.