• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Laba Sebagai Implikasi Beban Pajak Tangguhan dan Ukuran Perusahaan (Pada Perusahaan Pertambangan Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Laba Sebagai Implikasi Beban Pajak Tangguhan dan Ukuran Perusahaan (Pada Perusahaan Pertambangan Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

142

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ai Rohimat

NIM : 21112152

Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 9 Februari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Lajang

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cigondewah Kaler Blok Jambangan RT 03 RW 10

No. Hp : 082218396480

Email : airohimat@gmail.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 2000-2006 SD Negeri Cigondewah 4 2006-2009 SMP Negeri 39 Bandung

(5)

MANAJEMEN LABA SEBAGAI IMPLIKASI

BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN

UKURAN PERUSAHAAN

(Pada Perusahaan Pertambangan Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

EARNINGS MANAGEMENT AS IMPLICATIONS

OF THE DEFERRED TAX EXPENSE AND FIRM SIZE

(In The Mining Company Listed in Indonesia Stock Exchange 2012-2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Akuntansi

Oleh :

Nama : Ai Rohimat NIM : 21112152

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya penyusunan tugas akhir skripsi yang berjudul “Manajemen Laba sebagai Implikasi Beban Pajak Tangguhan dan Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Pertambangan Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic selaku pembimbing yang dengan sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., Ak dan Dr. Inta Budi Setyanusa, SE., M.Ak selaku penguji yang telah memberi arahan dan saran kepada penulis. Terima kasih juga kepada Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak dan Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak selaku penguji pengganti yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada :

(7)

iv

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

4. Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Wali Kelas 4 Akuntansi 4 Universitas Komputer Indonesia Bandung.

5. Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., Ak., CA dan Inta Budi Setyanusa, SE., M.Ak selaku Dosen Penguji pada sidang penelitian ini.

6. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak dan Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak selaku Dosen Penguji pada sidang akhir.

7. Staf Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman serta dukungan kepada peneliti selama kegiatan perkuliahan.

8. Staf Kesekretariatan Program Studi Akuntansi yang telah memberikan pelayanan dan informasi.

9. Keluargaku tercinta, Ayah dan Mamah serta Kakak dan Adik-adikku yang selalu memberikan motivasi, dukungan baik moril maupun materil, doa dan nasehat bagi penulis dalam menyelesaikan proposal usulan penelitian ini. 10. Yang terkasih sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan doa. 11. Rekan-rekan seperjuangan yang berada di Universitas Komputer Indonesia. 12. Teman-teman Akuntansi Angkatan 2012 khususnya kelas Ak-4 terimakasih

atas kebersamaannya.

(8)

v

diharapkan guna penyempurnaan proposal ini. Semoga dibalik kekurangannya skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas doa dan dukungan seluruh pihak. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam skripsi ini dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri.

Bandung, Agustus 2016 Penulis

(9)

vi

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Batasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.4.1 Maksud Penelitian ... 11

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 10

(10)

vii

1.6.1 Kegunaan Praktis ... 11

1.6.2 Kegunaan Akademis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 12

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Beban Pajak Tangguhan ... 12

2.1.2.1 Indikator Beban Pajak Tangguhan ... 13

2.1.2 Ukuran Perusahaan ... 13

2.1.2.1 Klasifikasi Ukuran Perusahaan ... 14

2.1.2.2 Indikator Ukuran Perusahaan ... 16

2.1.3 Manajemen Laba ... 16

2.1.3.1 Bentuk-bentuk Manajemen Laba ... 17

2.1.3.2 Pendekatan Manajemen Laba ... 18

2.1.3.3 Motivasi Manajemen Laba ... 19

2.1.3.4 Indikator Manajemen Laba ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran ... 22

2.2.1 Manajemen Laba dipengaruhi Beban Pajak Tangguhan .. 22

2.2.2 Manajemen Laba dipengaruhi Ukuran Perusahaan ... 23

2.3 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

(11)

viii

3.1.1 Objek Penelitian ... 26

3.1.2 Unit Analisis ... 26

3.2 Operasionalisasi Variabel ... 26

3.3 Sumber Data ... 29

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian ... 30

3.4.1 Populasi ... 30

3.4.2 Sampel ... 30

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.4.3.1 Tempat Penelitian ... 32

3.4.3.2 Waktu Penelitian ... 32

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.6 Metode Pengujian Data ... 34

3.6.1 Rancangan Analisis Data ... 34

3.6.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 34

3.6.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 36

3.6.3 Analisis Koefisien Korelasi Pearson ... 40

3.6.4 Koefisien Determinasi ... 41

3.6.5 Pengujian Hipotesis ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Penelitian ... 45

(12)

ix

4.1.1.1 Deskriptif Beban Pajak Tangguhan ... 46

4.1.1.2 Deskriptif Ukuran Perusahaan ... 49

4.1.1.3 Deskriptif Manajemen Laba ... 52

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ... 56

4.1.2.1 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 56

4.1.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 60

4.1.2.3 Analisis Korelasi Pearson ... 61

4.1.2.4 Analisis Koefisien Determinasi ... 63

4.1.2.5 Pengujian Hipotesis ... 64

4.2 Pembahasan ... 68

4.2.1 Manajemen Laba dipengaruhi Beban Pajak Tangguhan .. 68

4.2.2 Manajemen Laba dipengaruhi Ukuran Perusahaan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 79

(13)

74

DAFTAR PUSTAKA

Agus. S. Irfani. 2012. Bapepam Endus Ada Penyelewengan Keuangan di Grup Bakrie Konflik Internal Manajemen Mucul.

http://www.neraca.co.id/article/19651/bapepam-endus-ada- penyelewengan-keuangan-di-grup-bakrie-konflik-internal-manajemen-muncul

Agnes Sawir. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ahmed Riahi Belkoui. 2007. Teori Akuntansi Edisi . Jakarta : Salemba Empat. Andarumi Mustika dan Agung Nurmansyah. 2015. Analisis Beban Pajak

Tangguhan, Aktiva Pajak Tangguhan dan Akrual sebagai Prediktor

Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Simposium

Nasional Akuntansi 18. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Andi Supangat. 2007. Statistik dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonprametrik. Jakarta : Kencana

Andra Zeptian dan Abdul Rohman. 2013. Analisis Pengaruh Penerapan Corporate Goverance, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 2, No. 4. ISSN : 2337-3806.

Andreani dan Kiki Setiawati. 2015. Pengaruh Asimetri Informasi, Mekanisme Corporate Governanance dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba.

Arief Febrianto. 2014. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Struktur Kepemilikan terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan

Manufaktur di BEI. Jurnal TEKUN Volume V.

Muh Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Jurnal Simposium

Nasional Akuntansi X.

Aulia Rahmi. 2013. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini dalam Mendeteksi Manajemen Laba Pada Saat Seasoned Equity Offerings.

Ahmed Riahi Belkoui. 2006. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat.

Birgita Deviana. 2008. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini dalam Mendeteksi Manajemen Laba pada Seasoned Equity Offerings.

(14)

75

Brigham, F dan Houston, F.J. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Damodar Gujarati. 2003. Basic Econometrics. New York: MC. Graw-Hill Inc. Jakarta : Erlangga.

Danang Sunyoto. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung : Refika Aditama.

Desmiyawati, Naszril dan Yessy. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Manajemen Laba. Jurnal Pekbis. Vol 1 No.3.

Dian Patria. 2016. KPK Temukan Enam Indikasi Tindak Pidana di Sektor Energi.

https://m.tempo.co/read/news/2016/02/22/090747097/kpk-temukan-enam-indikasi-tindak-pidana-di-sektor-energi

Erly Suandy. 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

Felicia Amanda dan Meiriska Febrianti. 2015. Analisis Pengaruh Beban Pajak Kini, Beban Pajak Tangguhan dan Basis Akrual terhadap Manajemen Laba. Ultima Accounting Vol 7. No. 1.

Halim, J, Meiden, C dan Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan keuangan pada Perusahaan Manufakur yang

termasuk dalam index LQ-45. Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Akuntansi Aktiva Tetap. Jakarta : Bumi Aksara. Harnanto. 2003. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta : BPFE.

Harnanto. 2013. Perencanaan Pajak. Edisi Pertama, Cetakan ke 2. Yogyakarta : BPFE

Hasa Nurrochim dan Febrna Putri. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi, Kepemilikan Manajerial dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen

Laba. Kajian dan Riset Manajemen. Vol. VIII No. 1. ISSN 1978-404x

Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : BPFE. Edisi kelima.

Hilmi Utari dan Syaiful Ali. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Simposium Nasional

(15)

76

Husein Umar. 2014. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.

Ina Setyaningtyas dan Basuki Hadiprajitno. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba. Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 03 No.2.

Irham Fahmi. 2012. Analisa Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta

Isalahuzzaman. 2012. Istilah-istilah Akuntansi dan Auditing. Bandung : Bumi Aksara.

John Hutagaol. 2006. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Penerapan Strategi Pelayanan dan Penegakan Hukum. Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol. 4 No. 5.

Kieso, Donald E; Weygand, Jerry J; Warfield, Terry D, Akuntansi Intermediate. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Marihot, Nasution dan Setyawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi.

Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. Universitas Udayana Denpasar.

Nasution Ahmad dan Setiawan Hendri. 2007. Pengaruh Perencanaan Pajak, Beban Pajak Tangguhan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kegiatan Manajemen Laba pada Perusahaan Go Publik di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No, 4 Vol. 2. Universitas Udayana, Bali

Ni Ketut Muliati. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan

terhadap Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan di BEI. Universitas

Udayana Denpasar.

Nur Azlina. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba.

Pekbis. Jurnal Vol 2 No.3

Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan

Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. E-Journal

Universitas Widyatama Bandung.

(16)

77

dan Leverege Terhadap Manajemen Laba. SNA XVII Mataram.

Purba, Marisi. 2009. Akuntansi Pajak Penghasilan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Putu Adi Putra, Ni Kadek Sinarwati dan Nyoman Ari. 2014. Pengaruh Asimetri

dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktek Manajemen Laba. E-journal S1

Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2, No. 1.

Restuwulan. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Sektor Industri Food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Skripsi : Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Reza Priyambada. 2012. Bapepam Endus Ada Penyelewengan Keuangan di Grup Bakrie Konflik Internal Manajemen Mucul.

http://www.neraca.co.id/article/19651/bapepam-endus-ada- penyelewengan-keuangan-di-grup-bakrie-konflik-internal-manajemen-muncul

Rice dan Agustina. 2015. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan

Manajemen Laba Pada Perusahaan Indeks Kompas 100. Jurnal Wira

Ekonomi Mikroskil. Vol 2 No. 2.

Robert Jao dan Gagaring Pagulung. 2011. Corprate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Laverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol 8 No.1

RR. Sri Handayani dan Agustono. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No. 1.

Rully Indrawan dan R. Poppy Yaniawati. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan

dan Pendidikan. Refika Aditama : Bandung

Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory, Seventh Edition. Pearson Education, Canada.

Siti Nayiroh. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik

(17)

78

Sri Sulistyanto. 2007. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Grasindo: Jakarta

Sri Sulistyanto. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Grasindo: Jakarta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah : Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir. Jakarta : Genesis.

Umi Narimawati. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori

dan Aplikasi. Bandung : Agung Media

Veronica, Silvia dan Yanivi Bachtiar. 2003. Hubungan antara Manajemen Laba

dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Simposium Nasional

Akuntansi VII. Hal: 328-340.

Waluyo. 2014. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Wild, John, et al. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan Bachtiar dan Harahap.

Yana Ulfah. 2012. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak

terhadap Praktik Manajemen Laba. Prosiding Simposium Nasional

Perpajakan 4.

Yulianti. 2005. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Mendeteksi Manajemen laba. Jurnal Akuntansi dan keuangan Indonesia.

Y.Y Makaombohe, Safidri S.P dan Victorina Z.T. 2014. Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perbankan yang Terdaftar di BEI.

Jurnal EMBA Vol 2 No.1.

(18)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Beban Pajak Tangguhan

Beban (penghasilan) pajak tangguhan adalah jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang muncul akibat adanya pengakuan liabilitas atau asset pajak tangguhan (Waluyo, 2014:276).

Menurut Harnanto (2003:115) beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiscal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan).

Beban pajak tangguhan adalah kenaikan saldo liabilitas pajak yang ditangguhkan dari awal hingga akhir periode akuntansi (Kieso, 2001:75).

Sedangkan menurut Philips, Pincus dan Rego (2003) mendefinisikan beban pajak tangguhan sebagai berikut :

“Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (yaitu dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiscal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak)”.

(19)

13

2.1.1.1 Indikator Beban Pajak Tangguhan

Perbedaan antara laporan keuangan, standar akuntansi dan fiscal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi dibandingkan yang diperoleh menurut pajak. Perhitungan tentang pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan indicator membobot beban pajak tangguhan dengan total aktiva atau total asset. Hal itu dilakukan untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan total asset pada periode t-1 untuk memperoleh nilai terhitung dengan proporsional (Harnanto, 2003:115).

(Harnanto, 2003:115)

2.1.2 Ukuran Perusahaan

Definisi ukuran perusahaan menurut Brigham dan Houston (2011:331) adalah sebagai berikut :

“Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang dapat

diklasifikasikan berdasarkan berbagai cara antara lain dengan ukuran pendapatan, total asset dan total ekuitas”.

Menurut Hartono (2008:254) definisi ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva/besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma total aktiva.

(20)

14

Menurut Agnes Sawir (2004:101) ukuran perusahaan adalah ukuran perusahaan yang dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar.

Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan merupakan ukuran dari besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari berbagai skala dan ukuran perusahaan dapat diukur berdasarkan total aktiva perusahaan.

2.1.2.1 Klasifikasi Ukuran Perusahaan

UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.

UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:

1) Usaha mikro adalah usaha produktif mili orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

(21)

15

3) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

4) Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Adapun kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 diuraikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Kriteria Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan

Kriteria Aset (tidak termasuk tanah &

bangunan tempat usaha) Penjualan Tahunan

Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 juta

Usaha Kecil >50 juta – 500 juta >300 juta – 2,5 M Usaha Menengah >500 juta – 10 M 2,5 M – 50 M

Usaha Besar >10 M >50 M

(22)

16

2.1.2.2 Indikator Ukuran Perusahaan

Menurut Harahap (2002:307) ukuran perusahaan dihitung menggunakan Logaritma natural dari total asset. Hal ini dikarenakan besarnya total aktiva masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim, untuk menghindari data yang tidak normal tersebut maka total asset perlu dilogaritmakan. Ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Harahap (2002:307) Keterangan :

Ln = Logaritma natural, adalah logaritma yang berbasis

dimana e adalah 2,718281828459 …… dan seterusnya.

Total Aktiva = semua aktiva yang dibahas, ketika ditambah secara bersamaan, menyajikan kembali total aktiva dari perusahaan atau jumlah sumber-sumber daya yang tersedia.

2.1.3 Manajemen Laba

Menurut Islahuzzaman (2012:257) mendefinisikan manajemen laba adalah sebagai berikut:

“Manajemen laba adalah proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan dan menurunkan laporan laba, dimana manajemen dapat menggunakan kelonggaran penggunaan metode akuntansi”.

Sedangkan menurut Sulistyanto (2008:6) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut :

“Manajemen laba adalah upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau memperngaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan”.

(23)

17

Menurut Irham Fahmi (2012:158) manajemen laba adalah suatu tindakan yang mengatur laba sesuai dengan yang dikehendaki oleh pihak tertentu terutama oleh manajemen perusahaan (company management).

Harnanto (2013:115) mendefinisikan manajemen laba adalah upaya memanfaatkan (perubahan) ketentuan perundang-undangan perpajakan dan standar atau metode akuntansi untuk memperoleh penghematan atau meminimalisasi beban pajak.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen dengan cara memanipulasi data atau informasi akuntansi agar jumlah laba yang tercatat dalam laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajemen, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan.

2.1.3.1 Bentuk-Bentuk Manajemen Laba

Menurut Sri Sulistyanto (2008:33) ada beberapa bentuk rekayasa laba yang sering dilakukan pihak manajemen agar laba yang dilaporkan sesuai dengan yang dikehendaki, yaitu :

1) Taking a Bath

(24)

18

2) Income Minimization

Cara ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak ekstrim. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan aktiva tidak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, serta pembebanan biaya riset

3) Income Maximization

Maksimalisasi laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran terhadap kontrak hutang jangka panjang.

4) Income Smoothing

Perusahaan cenderung lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba yang stabil dari pada perubahan laba yang meningkat atau menurun secara drastis. Perataan laba dapat dicapai dengan suatu ketentuan yang tinggi untuk hutang dan bertentangan dengan nilai asset pada tahun yang baik sehingga ketentuan itu dapat dikurangi. Hal ini dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan pada masa yang buruk.

2.1.3.2 Pendekatan Manajemen Laba

(25)

19

1) Model berbasis Aggregate Accruals

Model berbasis Aggregate Accrual yaitu Model yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa ini dengan menggunakan discertionary accrual Sebagai proksi manajemen laba.

2) Model berbasis Spesific Accruals

Model Berbasis Spesific Accruals yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari industri asuransi.

3) Model berbasis Distribution Of Earning After Management

Pendekatan ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba.

2.1.3.3 Motivasi Manajemen Laba

Terdapat tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dijadikan sebagai dasar pemahaman motivasi tindakan manajemen laba menurut Watts dan Zimmerman (Scott, 2009:287) yaitu :

a) The Bonus Plan Hypothesis

Managers of firms with bonus plans are more likely to choose accounting

procedures that shift reported earnings from future periods to the current

period.

(26)

20

lebih mungkin untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba yang dilaporkan dari periode mendatang ke periode berjalan.

b) The Debt Covenant Hypothesis

All other things being equal, the closer a firm is to violation of accounting

based debt covenants, the more likely the firm manager is to select

accounting procedures that shift reported earnings from future periods to

the current period.

Hipotesis ini menyatakan bahwa semua hal yang lain tetap sama dan semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian hutang tersebut, maka semakin mungkin manajer menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode mendatang ke periode sekarang.

c) The Political Cost Hypothesis

All other things being equal, the greater the political costs faced by a firm,

the more likely the manager is to choose accounting procedures that defer

reported earnings from current to future periods.

(27)

21

2.1.3.4 Indikator Manajemen Laba

Menurut Sri Sulistyanto (2008:165) manajemen laba dapat diukur dengan

discretionary accrual. Dalam penelitian ini discretionary accrual digunakan sebagai proksi karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer seperti penjualan kredit. discretionary accrual dapat dihitung melalui beberapa langkah sebagai berikut :

1) Terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Secara sistematis, total akrual untuk periode tes dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

keterangan :

TA = total akrual NI = Laba bersih

CFO = Arus kas dari operasi

2) Menghitung nilai accrual yang diestimasi dengan persamaan ordinary least regression.

3) Nilai NDAC (nondiscretionary accrual) dari persamaan regresi diatas dengan memasukkan nilai �

Keterangan :

TA/Ait-1 = Total akrual / total asset tahun sebelumnya

1/ Ait-1 = 1 / total asset tahun sebelumnya

REV / Ait-1 = Perubahan pendapatan / total asset tahun sebelumnya

PPEit/ Ait-1 = Aset tidak lancar / total asset tahun sebelumnya

TA= NI- CFO

NDAit = � (

− ) + � (

REV− Re

− ) + � (

(28)

22

4) Menghitung discretionary accrual

Secara empiris, nilai diskrisioner akrual dapat bernilai 0, positif negatif. Nilai nol menunjukkan manajemen laba yang dilakukan dengan perataan laba (income smoothing), sedangkan nilai positif menunjukkan adanya manajemen laba dengan pola peningkatan laba (income increasing) dan nilai negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola penuruna laba (income decreasing) (Sulistyanto, 2008).

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Manajemen Laba Dipengaruhi Beban Pajak Tangguhan

Menurut Suandy (2008:98) keterkaitan antara beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba adalah :

“Jika tujuan manajemen laba adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden)

dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada, maka manajemen laba secara hakikat ekonomisnya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali”.

Purba (2009:35) menyatakan bahwa :

“Beban pajak tangguhan dan aktiva pajak tangguhan memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah dalam merekayasa laporan keuangannya”.

Menurut Yulianti (2005) menyebutkan bahwa :

“Beban pajak tangguhan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

(29)

23

Menurut Yana Ulfah (2012) menyatakan bahwa :

“Beban pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap manajemen laba”.

Menurut Andarumi, Titiek dan Agung (2015) menyatakan bahwa :

“Beban pajak tangguhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen

laba yang dilakukan perusahaan manufaktur”.

2.2.2 Manajemen Laba Dipengaruhi Ukuran Perusahaan

Menurut Ahmed Riahi Belkoui (2007:208) keterkaitan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba adalah :

“Perusahaan besar akan lebih diperhatikan oleh pihak luar dibandingkan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Para manager yang mengelola perusahaan besar tidak termotivasi untuk melakukan rekayasa dalam laporan keuangannya dan memilih untuk mengutamakan kepentingan pemegang saham, sedangkan perusahaan kecil lebih leluasa untuk mengubah laporan keuangannya karena kurangnya perhatian dari pihak luar”.

Menurut Watt and Zimmerman (1976) dalam RR. Sri Handayani dan Agustono (2009) mengemukakan bahwa :

“Ukuran perusahaan sebagai proksi dari political cost, dianggap sangat sensitive terhadap perilaku pelaporan laba. Perusahaan berukuran sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat dari para stakeholdernya, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para investornya. Hal ini mendorong manajemen untuk dapat memenuhi harapan tersebut.”

Menurut Hasa Nurrochim dan Febrina Putri (2013) menyatakan bahwa : “Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba”.

Menurut Andra Zeptian dan Abdul Rohman (2013) menyatakan bahwa :

“Ukuran perusahaan mempunyai arah hubungan yang positif terhadap manajemen

laba”.

(30)

24

“Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba”.

Berdasarkan uraian diatas, berikut penulis sajikan paradigma penelitan dalam gambar 2.1.

Putu, Ni Kadek dan Nyoman (2014)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:96) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Berdasarkan tujuan penelitian yang dideduksi melalui proposisi yang ada dalam paradigma penelitian, maka dideduksi hipotesis sebagai berikut :

H1 : Manajemen laba secara signifikan dipengaruhi beban pajak tangguhan

H2 : Manajemen laba secara signifikan dipengaruhi ukuran perusahaan

(31)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Pengertian metode penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2015:2) adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015:147) metode deskriptif adalah :

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.”

Sedangkan metode verifikatif menurut Masyhuri (2008:45) menyatakan bahwa:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk

menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Selanjutnya mengenai pendekatan kuantitatif, Sugiyono (2015:8) juga mengemukakan bahwa:

(32)

26

3.1.1 Objek Penelitian

Objek penelitian menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian, hal ini berhubungan dengan judul penelitian dan data yang diperlukan (Danang Sunyoto, 2013:19).

Menurut Sugiyono (2015:38) mendefinisikan bahwa objek penelitian sebagai berikut :

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Maka objek penelitian dalam penelitian ini adalah beban pajak tangguhan, ukuran perusahaan dan manajemen laba pada perusahaan pertambangan terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

3.1.2 Unit Analisis

Unit analisis dan unit obervasi menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian. Hal ini berhubungan dengan tempat penelitian dan bagian penelitian pada unit analisis. Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan tahun 2012-2014.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Definisi operasionalisasi variabel menurut Umi Narimawati, dkk (2010:31) sebagai berikut :

(33)

masing-27

masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.”

Menurut Sugiyono (2015:38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Hipotesis yang diajukan diuji melalui variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut :

1) Variabel Bebas/Variabel Independen (X1 dan X2)

Menurut Sugiyono (2015:39) variable bebas didefinisikan sebagai variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat).

Adapun variable bebas dalam penelitian ini adalah beban pajak tangguhan (X1) dan ukuran perusahaan (X2).

Beban pajak tangguhan (X1) dapat dikatakan beban yang timbul akibat

perbedaan antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiscal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitugan pajak). Variable beban pajak tangguhan diukur membobot beban pajak tangguhan dan total aktiva.

Ukuran perusahaan (X2) dapat dikatakan sebagai besar kecilnya

(34)

28

2) Variabel Terikat/Variabel Dependen (Y)

Menurut Sugiyono (2015:39) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah manajemen laba (Y). Manajemen laba dapat dikatakan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Variabel manajemen laba diukur dengan menggunakan indicator discretionary accruals.

Maka operasionalisasi variable penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variable Konsep Variabel Indicator Skala

Beban pajak

Ukuran Perusahaan = Ln (total asset)

(Harahap 2002 :307)

Komponen yang digunakan yaitu :

(35)

29

untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. (Sulistyanto, 2008:6)

Laba bersih, arus kas operasi, total asset, pendapatan, asset tetap dan piutang.

(Sri Sulistyanto, 2008:165)

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio. Menurut Rully dan Poppy (2014:110) menjelaskan bahwa:

“Skala rasio adalah skala pengukuran yang paling tinggi karena merupakan angka hasil perbandingan dari angka numeric dengan nilai nol mutlak.”

3.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2015:137). Data tersebut berupa laporan keuangan tahunan yang telah diaudit. Adapun sumber data pada penelitian ini diperoleh dari Indonesia Stock Exchange.

(36)

30

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian 3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2015:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan peneliti adalah laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan berjumlah 31 perusahaan dengan jumlah tahun pengamatan selama 3 periode yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 93 laporan keuangan.

Tabel 3.2

Daftar Populasi Perusahaan Pertambangan

No Kode Nama No Kode Nama

1 ADRO Adaro Energy Tbk 17 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk 2 ARII Atlas Resources Tbk 18 BIPI Benakat Integra Tbk 3 ATPK Bara Jaya Internasional Tbk 19 ELSA Elnusa Tbk

4 BRAU Berau Coal Energy Tbk 20 ENRG Energi Mega Persada Tbk 5 BUMI Bumi Resources Tbk 21 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk 6 BYAN Bayan Resources Tbk 22 ANTM Aneka Tambang Tbk

7 DEWA Darma Henwa Tbk 23 CITA Cita Mineral Investindo Tbk 8 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 24 CKRA Cakra Mineral Tbk

9 GEMS Golden Energy Mines Tbk 25 DKFT Central Omega Resources Tbk 10 HRUM Harum Energy Tbk 26 INCO Vale Indonesia Tbk

11 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk

27 PSAB J Resources Asia Pasific Tbk

12 KKGI Resources Alam Indonesia Tbk

Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2015

3.4.2 Sampel

(37)

31

semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2015:81).

Teknik pengambilan sampel ini ditentukan dengan menggunakan

nonprobability sampling. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah

pusposive sampling.

Menurut Sugiyono (2015:85) pengertian purposive sampling yaitu : “Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”

Merujuk pada penjelasan diatas, maka yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Sampel

No Kriteria Jumlah

1 Jumlah perusahaan pertambangan periode 2012-2014 31 2 Perusahaan yang mata uangnya selain USD (13)

3 Perusahaan yang datanya tidak lengkap (8)

Jumlah sampel 10

Berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan diatas, jumlah sampel yang diambil adalah 10 perusahaan pertambangan berupa laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan laporan arus kas dari tahun 2012-2014. Sehingga sampel yang digunakan sebanyak 30 laporan keuangan. Adapun daftar perusahaan pertambangan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(38)

32

6 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 7 PTRO Petrosea Tbk

8 INCO Vale Indonesia Tbk

9 PSAB J Resources Asia Pasific Tbk 10 ENRG Energi Mega Persada Tbk Sumber : Bursa Efek Indonesia

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.3.1 Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data sekunder yang terdapat d situs resmi www.idx.co.id yang beralamat di Jl. PHH. Mustopa No. 33 Bandung.

3.4.3.2 Waktu penelitian

Berdasarkan waktu yang telah ditetapkan, penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai Agustus 2016. Secara lebih rinci waktu penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(39)

33

3.5 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2015:316) metode pengumpulan data merupakan jembatan yang menghubungkan peneliti dengan fenomena sosial yang diteliti. Metode pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan rasio keuangan perusahaan pertambangan.

Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan yaitu dengan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacaan-bacaan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Selain itu, pada tahap ini juga perlu dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data, dan gambaran cara pengolahan data. Selanjutnya adalah tahap penelitian pokok yang digunakan untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna menjawab persoalan penelitian dan memperkaya literature untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh. Dalam hal ini peneliti juga menggunakan media internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang dilakukan.

4 Pengolahan

Data

5

Penyusunan Skripsi :

a. Bimbingan skripsi b. Sidang skripsi c. Revisi skripsi d. Pengumpulan

(40)

34

3.6 Metode Pengujian Data 3.6.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41) mendefinisikan rancangan analisis adalah sebagai berikut:

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.”

Menurut Sugiyono (2014:31) mendefinisikan analisis kuantitatif sebagai berikut :

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.”

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut:

3.6.2 Analisis Regresi Linier Berganda

(41)

35

Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai indikator. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependen Y dan variabel independen X1 dan

X2.

Untuk menggunakan teknik analisis ini syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Data harus berskala interval;

b. Variable bebas terdiri dari lebih dua variabel; c. Variabel tergantung terdiri dari satu variabel;

d. Hubungan antara variable bersifat linear, artinya semua variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung;

e. Tidak boleh terjadi multikolineritas, artinya sesama variabel bebas tidak boleh berkorelasi terlalu tinggi;

f. Tidak boleh terjadi autokorelasi, akan terjadi autokorelasi jika angka Durbi-Watson sebesar < 1 atau > 3 dengan skala 1-4;

g. Kelayakan model regresi diukur dengan menggunakan nilai signifikansi. Persamaan analisis regresi linear berganda secara umum untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Manajemen Laba

(42)

36

Α = Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2= 0)

β1 = Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terikat Y, apabila

variabel bebas X2 diangap konstan.

β2 = Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terikat Y, apabila

variable bebas X1diangap konstan.

X1 = Beban Pajak Tangguhan

X2 = Ukuran Perusahaan

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi linier berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu.

3.6.2.1Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis linier berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE).

Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linear Regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :

a) Uji Normalitas

Husein Umar (2014:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai berikut: “Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak.”

(43)

37

ataukah tidak. Dasar pengambilan keputusan menurut Singgih Santoso (2002:393) bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. b. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi adalah tidak normal

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogrov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

b) Uji Multikolinieritas

Menurut Husein Umar (2014:177) mendefinisikan uji multikolinieritas sebagai berikut:

“Uji multikolinieritas untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.”

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel bebas sama dengan 0.

Untuk mendekteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan melihat:

(44)

38

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Rumus untuk menghitung VIF adalah sebagai berikut :

Husein Umar (2014:179)

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2003: 362).

c) Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji Glejser yaitu dengan mengregresikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen) (Gujarati, 2003: 406).

VIF =

(45)

39

d) Uji Autokorelasi

Menurut Husein Umar (2014:182) uji autokorelasi adalah sebagai berikut : “Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi

linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian.”

Untuk data cross section, akan diuji apakah terdapat hubungan yang kuat di antara data pertama dan kedua, data kedua dengan ke tiga dan seterusnya. Jika ya, telah terjadi autokorelasi. Hal ini akan menyebabkan informasi yang diberikan menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, perlu tindakan agar tidak terjadi autokorelasi. Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi dan berikut nilai Durbin Watson yang diperoleh melalui hasil estimasi model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya autokrelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistic Durbin-Watson (D-W) :

Gujarati (2012:467)

Kriteria uji : Bandingkanlah nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson : a) Jika D-W < dL atau D-W > 4- dL, maka pada data tersebut terdapat

autokorelasi.

b) Jika du < D-W < 4-du, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi.

c) Tidak ada kesimpulan jika dL D-W ≤ du atau 4-du D-W ≤ d-dL.

D - W = e� e�−

(46)

40

3.6.3 Analisis Koefisien Korelasi Pearson

Analisis koefisen korelasi pearson digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukan arah hubungan antara variable dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan hubungan. Menurut Umi Narimawati (2011:49) pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variable X dan Y, dapat menggunakan pendekatan korelasi Pearson. Pearson dengan rumus sebagai berikut :

Sugiyono (2015:183) Keterangan :

r = Koefisien korelasi n = jumlah data

X = Variabel bebas (independen) Y = Variabel terikat (dependen)

Koefisien korelasi mempuyai nilai -1≤ r ≤ +1 dimana :

1) Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variable dikatakan sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.

2) Apabila r = 0, maka hubngan antara kedua variable sangat lebar atau tidak ada hubungan sama sekali.

r = n y

(47)

41

3) Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variable sangat kuat dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.

Ketentuan untuk melihat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0, 199 Korelasi sangat rendah 0,200 – 0, 399 Korelasi rendah 0,400 – 0,599 Korelasi sedang 0,600 – 0,799 Korelasi kuat 0,800 – 1,000 Korelasi sangat kuat

Sugiyono (2015:184) 3.6.4 Koefisien Determinasi

Analisis koefisiensi determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen X berpengaruh terhadap variabel dependen Y yang dinyatakan dalam persentase.

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi yang sering disebut koefisien penentu, karena besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Sehingga koefisien ini berguna untuk mengetahui besarnya manajemen laba yang dipengaruhi beban pajak tangguhan dan ukuran perusahaan. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Kd = Koefisien Determinasi r2 = Koefisien Korelasi

(48)

42

3.6.5 Pengujian Hipotesis

Menurut Andi Supangat (2007:293) yang dimaksud dengan pengujian hipotesis menyatakan bahwa:

“Salah satu cara dalam statistika untuk menguji parameter populasi berdasarkan

statistik sampelnya, untuk dapat diterima atau ditolak pada tingkat signifikansi tertentu.”

Pada prinsipnya pengujian hipotesis ini adalah membuat kesimpulan sementara untuk melakukan penyanggahan dan atau pembenaran dari masalah yang akan ditelaah. Sebagai wahana untuk menetapkan kesimpulan sementara tersebut kemudian ditetapkan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatifnya (Hi).

Langkah-langkah dalam analisisnya sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t)

Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan dari variable-variabel bebas (X) terhadap variable terikat (Y), selanjutnya pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistic t dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menentukan hipotesis parsial antara variable bebas beban pajak tangguhan terhadap variable terikat manajemen laba. Hipotesis statistik dari penelitian ini adalah :

Ho : β1 = 0 Manajemen laba secara parsial tidak dipengaruhi beban

pajak tangguhan

(49)

43

b) Menentukan hipotesis parsial antara variable bebas ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hipotesis statistic dari penelitian ini adalah : Ho : β2 = 0 Manajemen laba secara parsial tidak dipengaruhi ukuran

perusahaan

Ha : β2 ≠ 0 Manajemen laba secara parsial dipengaruhi ukuran

perusahaan c) Menentukan tingkat signifikan

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk menentukan tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel – variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.

d) Menghitung nilai thitung dengan mengetahui apakah variabel koefisien

korelasi signifikan atau tidak dengan rumus dan

Dimana :

r = Korelasi parsial yang ditentukan n = Jumlah sampel t = thitung

e) Kemudian dibuat kesimpulan mengenai diterima tidaknya hipotesis setelah dibandingkan antara thitung dengan ttabel dengan kriteria :

1) Tolak Ho jika thitung > ttabel pada alpha 5% untuk koefisien positif.

2) Tolak Ho jika thitung < ttabel pada alpha 5% untuk koefisien negative.

(50)

44

3) Tolak Ho jika nilai t-sign < alpha 0,05 2. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut :

Sumber : Andi Supangat (2007:295) Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis 3. Penarikan Kesimpulan

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Ukuran Perusahaan
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tindakan kemoterapi dinilai sebagai tindakan yang paling efektif dan akan sangat membantu kenyamanan pasien bila diberikan dengan tepat (tepat indikasi,

Mekanisme yang terdapat pada hutang piutang yang berlainan jenis pada dasarnya tergolong sebagai hutang piutang yang disertai dengan syarat, yaitu si peminjam

Pengaruh Shared Value , Komunikasi , Opportunistic Behavior Control Terhadap Kepercayaan Pengguna Internet Banking.. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh shared value

Berdasarkan perubahan harga yang terjadi pada setiap kelompok komoditi tersebut, masing-masing kelompok pengeluaran memberikan andil inflasi sebagai berikut : kelompok bahan

a) Dalam kaitannya untuk media sosialisasi, terdapat ilustrasi berupa animasi 2D yang akan menarik untuk anak usia dini dan masyarakat secara umum. b) Film ini mengangkat

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 11 Yogyakarta

Time studi dari pergerakan pahat sebagai tools traveler distance ditentukan berdasarkan posisi layer geometri base-feature benda kerja dengan posisi pergeseran pahat

Diagram ini dibuat untuk menggambarkan sumber serta tujuan data yang akan di proses atau dengan kata lain diagram tersebut digunakan untuk menggambarkan sistem secara