• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan jaringan syaraf tiruan untuk mendeteksi dan mengenali pola bentuk pada permukaan batuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan jaringan syaraf tiruan untuk mendeteksi dan mengenali pola bentuk pada permukaan batuan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DATA PRIBADI

Nama : Cecep Supriatna

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 05 Juni 1989

Kewarganegaraana : Indonesia

Tinggi, berat badan : 169 cm, 65 kg

Agama : Islam

Alamat lengkap : Jln Sukamenak Kopo Sayati No.203 Rt.06/10 kec. Margahayu

Selatan Kab. Bandung (Kode pos : 40227)

Telepon, HP : 089656211003

E-mail : Mbukiller@yahoo.com

RIWAYAT ORANG TUA

Nama Ayah : Ngadion Anwar

Alamat Lengkap : Jln Sukamenak Kopo Sayati No.203 Rt.06/10 kec. Margahayu

Selatan Kab. Bandung (Kode pos : 40227)

Telepon, HP : -

Pekerjaan : Pensiunan TNI-AD Bekangdam III Siliwangi

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

- Formal

 SD NEGERI 5 Sukamenak Indah , 2001  SMP NEGERI 1 Margahayu ,2006

(4)

 UNIKOM (TEKNIK KOMPUTER) 2008 - 2014

KEMAMPUAN

 Kemampuan Teknik Komputer dan Informatika (Image Processing MATLAB,

Networking, MS office, corel application, adobe application, web programming & design

photoshop dan Corel draw, programmer aplication)  Kemampuan internet (e-commers, Bisnis Online)

PENGALAMAN KERJA

 Kerja praktek di PT. BANINUSA INDONESIA, 2007

 Kerja praktek di Laboratorium Jaringan Komputer Unikom Bandung, 2012

Bandung, Februari, 2014

Hormat saya,

Cecep Supriatna

(5)

PERMUKAAN BATUAN

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan

Pada Program Studi Sistem Komputer Strata Satu di Jurusan Teknik Komputer

Oleh

CECEP SUPRIATNA 10208090

Pembimbing:

John Adler, M.Si Sri Supatmi, S.Kom

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis

mendapat bimbingan dan dukungan dari banyak pihak, untuk itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Wendi Zarman, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Teknik Komputer.

2. John Adler, S.Si., M.Si yang telah memberikan arahan dan masukan serta

bimbingan selama penulis pelaksanaan tugas akhir dan selaku dosen wali yang

memberi koreksi dan arahan selama menempuh pendidikan.

3. Sri Supatmi, S.Kom Selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan

masukan serta bimbingan selama penulis pelaksanaan tugas akhir.

4. Dilianti, S.kom yang memberikan banyak wawasan dan koreksi atau

bimbingan pembelajaran yang membangun selama pelaksanaan tugas akhir.

5. Ayahanda Ngadion Anwar dan Ibunda Imas Sopiah. Yang telah mencintai,

menyayangi, mendidik penulis, serta memberikan do’a kepada penulis dengan

penuh kesabaran dan ikhlas.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Komputer.

7. Jajaran Staf Jurusan Teknik Komputer.

8. Winda Suantika yang selalu memberikan semangat, suport dan doa dalam

menyelesaikan laporan ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan di kelas 08TK-3 Unikom, yang tidak kenal lelah

dan saling memotivasi dalam melakukan riset.

Atas segala kebaikan yang telah diberikan semoga Allah SWT, membalas

budi baik semua pihak dengan kebaikan dan pahala yang berlipat. Penulis

menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih memiliki kelemahan untuk itu

kritik dan saran sangat diharapkan.

Wassalamualaikum Wr, Wb.

Bandung, Februari 2014

(7)

vii

LEMBAR PENGESAHAN..……….………ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penelitian ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 5

2.1 Definisi Tentang Batuan ... ………5

2.1.1 Batuan………..……….……...5

2.1.2 Batuan Sediment....………..………6

2.1.3 Proses Sedimen………..………..6

2.1.4 Macam-Macam Batuan Sediment………8

2.1.5 Kandungan Batuan Sediment Karbonat……….11 2.2 Citra Digital...………11

2.3 Citra Biner ... 12

2.3.1 Citra Citra Grayscale ... 13

2.3.2 Citra Asli ... 14

2.4 Tentang Jaringan Syaraf Tiruan (JST) ... 15

2.4.1 Konsep Dasar Jaringan Syaraf Tiruan (JST) ………16

(8)

viii

2.5 Metode Learning Vector Quantization (LVQ)……..….…………...……17

2.5.1 Cara Kerja Learning Vector Quantization (LVQ)………..18

2.5.2 Proses Pelatihan Learning Vector Quantization (LVQ)….……..19

2.6 Dasar Pengolahan Citra Digital………..19

2.7 Tresholding………20

2.7.1 Tresholding global………...21

2.7.2 Tresholding adaptif………21

2.8 Pengolahan Citra Menggunakan Matlab…...……….21

2.8.1 Software Matlab……….23

2.8.2 Spesifikasi GUI Matlab………..24

2.9 Sofware Antarmuka Matlab……….………..26

2.10 Sistem Matlab……….28

BAB III PERANCANGAN ... 30

3.1 Deskripsi Komponen yang digunakan ... .30

3.1.1 Prangkat Keras ... ……….30

3.1.2 Perangkat Lunak .... ………..30

3.2 Proses Kerja Learnning Vector Quantization (LVQ)………...31

3.2.1 Langkah-Langkah Membangun LVQ ………31

3.3 Proses Pengambilan Citra………...……….33

3.4 Perancangan Sistem (Flowchart Diagram Sistem).……….34

3.4.1 Baca Citra………..………..34

3.4.2 Grayscale..…...………..………..34

3.4.3 Deteksi Tepi………..……….…….35

3.4.4 Segmentasi Watershed.………...35

3.4.5 Ekstraksi Ciri ..……….……….…………..37

3.5 Hitung Jumlah Batuan yang Memiliki Wajik dan Bukan Wajik………...38

3.5.1 Efektifitas Sistem ……...………38

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ... 40

(9)

ix

4.1.3Segmentasi Watershed ... 41

4.2 Processing Ekstraksi Ciri ... 42

4.2.1Perhitungan Pola bentuk batuan Karbonat ... 43

4.3 Perhitungan Dan Akurasi Sistem ... 43

4.4 Trainning Citra ke-1 dan ke-2 dengan metode LVQ dari JST…...………...49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Simpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perhitungan jumlah bentuk pola pada percobaan gambar 4.7…….45

Tabel 4.2 Perhitungan jumlah bentuk pola pada percobaan gambar.4.14…...47

Tabel 4.3 Nilai tingkat sensitivitas, spesifitas, dan akurasi pada percobaan Pada citra pertama dan kedua………...48

Tabel 4.4 Prosentase keberhasilan hasil segmentasi citra menetukan jumlah Keseluruhan bentuk batuan mineral pada percobaan pertama dan kedua…....49

(11)

xi

Gambar 2.1 Macam-macam batuan mineral………..……...5

Gambar 2.2 Citra biner……….………..…….12

Gambar 2.3 Representasi citra biner………..………...12

Gambar 2.4 Citra grayscale……….………….14

Gambar 2.5 Citra RGB……….15

Gambar 2.6 Ilustrasi struktur jaringan syaraf tiruan………...…………..16

Gambar 2.7 Arsitektur Learning Vector Quantization (LVQ)...18

Gambar 2.8 Command window………...……….25

Gambar 2.9 Guide quick start………..……….……...25

Gambar 2.10 GUI editor……….…….26

Gambar 2.11 Element tools ……….……26

Gambar 2.12 Antarmuka sistem………..……27

Gambar 3.1 Proses pengambilan citra………..33

Gambar 3.2 Struktur mineral gamping dengan perbesaran (a) 5000x (b) 3000x yang akan dilati………..……33

Gambar 3.3 Flowchart perancangan sistem………....….34

Gambar 4.1. Konversi citra asli hasil SEM ke grayscale………...…..40

Gambar 4.2. Konversi grayscale ke filter sobel (Deteksi Tepi)…………..…….41

Gambar 4.3. Konversi filter sobel (Deteksi Tepi) ke segmentasi watershed (Pemisahan batuan yang bertumpuk)……….41

Gambar 4.4. Proses ekstraksi ciri dan pemisahan pola berdasarkan warna ...42

Gambar 4.5. Tampilan GUI pada matlab perhitungan bentuk citra 1 sayatan batuan berdasarkan warna merah (pola wajik) biru (pola bukan wajik)…………43

(12)

xii

Gambar 4.7. Hasil segmentasi watershed dan ekstrasi ciri citra ke-1……...…...45

Gambar 4.8. Gamping Sem3000x ke-2………...………..46

Gambar 4.9 Hasil segmentasi dan ekstrasi ciri citra ke-2 pada percobaan kedua………..47

Gambar 4.10. Sampel training citra ke-1……….50

Gambar 4.11. Neural network training (nntraintool) citra ke-1…...………50

Gambar 4.12. Plot regression citra ke-1………...51

Gambar 4.13 Sampel training citra ke-2……….………….52

Gambar 4.14 Neural network training (nntraintool) Citra ke-2……...…………52

(13)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adler, J. Pengaruh Matriks dan Porositas Batuan Karbonat Formasi

Parigi. Majalah Ilmiah Unikom Vol.9, hal 51-60, Maret 2012.

[2] Askira, V. Pengertian Mineral dan Batuan. Diakses tanggal 20 Januari

2014, dari

http://askiravistara.wordpress.com/2013/09/28/mineral-dan-batuan/.

[3] Dewi, K. P. Dasar-Dasar Pembelajaran Jaringan Syaraf Tirua

Menggunakan Matlab. (Buku) 2011

[4] Gonzales, R.C., and Woods, R.E, Digital Image Processing Second edition.

New Jersey: Prentice Hall. 2002.

[5] Kartikasari, D., Perhitungan Rasio Sel darah Normal dan Abnormal

Menggunakan pengolahan citra digital pada Matlab. Jurusan Teknik

komputer. Universitas komputer Indonesia, Bandung. 2007.

[6] Prasetyo, E. Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinnya Menggunakan

Matlab, Andi, Yogyakarta, 2011.

[7] Rizki, G. Batuan dan Mineral, Batuan sediment, (online), Mei 2013

(http://rizqigeos.blogspot.com/2013/05/batuan-sedimen.html, diakses 20

januari 2014).

[8] Sutikno, S. Aplikasi Pengenalan tanda tangan dengan menggunakan

Metode Learning Vektor Quantization dan Backpropagation . Teknik

Informatika.Universitas Mercu Buana, 2002.

[9] Wahyono, E. S., & Ernastuti, Identifikasi Nomor Polisi Mobil

Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Buatan learning Vector

Quantization. 2010.

[10] Yulianto, S. Syntax-syntax for matlab, (online), Mei 2013

(http://www.mmorph.com/html/morph/mmcwatershed.html. diakses 20

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan Jaringan Syaraf Tiruan, JST (Artificial Neural

Network, ANN), telah dimulai pada tahun 1940-an. Setelah itu penelitian

Jaringan Syaraf Tiruan berkembang sangat pesat dan merambat ke semua

bidang keilmuan. Salah satunya ilmu kebumian (geofisika). Dalam ilmu

geofisika, Jaringan Syaraf Tiruan ini sangat diperlukan sebagai dasar

eksplorasi pencarian sumber minyak baru, gamping dimana hidrokarbon

berupa oli dan gas tersimpan di dalam pori-pori batuan tersebut [1].

Dalam Sistem komputer dan beberapa perangkat pendukungnya

merupakan suatu pilihan yang sering dipakai dalam menyelesaikan pekerjaan

manusia. Karena komputer memiliki kemampuan melakukan berbagai macam

proses seperti proses perhitungan data atau gambar (image) untuk pengolahan

citra dan sebagainya [2].

Batuan jenis karbonat banyak sekali ditemukan di Indonesia. Di daerah

Padalarang, bahkan menjadi laboratorium dunia bagi penelitian-penelitian

asing karena keanekaragaman bentuk batuan diseluruh dunia ada di sini.

Batuan jenis ini menjadi sangat penting karena lebih dati 50% reservoar

minyak dan gas adalah reservoar gamping dan juga memiliki pori-pori yang

lebih banyak dari pada batuan igneous dan metamorphic, terlebih lagi

pori-pori tersebut terbentuk pada kondisi suhu dimana hidrokarbon terpelihara di

dalamnya. Itulah mengapa reservoar gamping berperan penting dalam

produksi gas dan minyak[3].

Secara umum, penelitian mengenai batuan karbonat dapat dibagi menjadi

beberapa aspek yaitu deskripsi core teriris, petrografi sayatan tipis (thin slices)

, mineralogy, coreplugs, analisis core khusus, analisis geomekanis, seismic

atau logs. Pertografithinslices, salah satu ilmu geologi memiliki peran yang

(15)

diketahui jenis, bentuk, tekstur dan komposisi suatu batuan. Dimana mineral

dolomite jika diberi pewarnaan dengan zat pewarna Alizarin Red S merubah

menjadi merah dan mineral calcite tetap. Sedangkan jika diberi zat pewarna

blue-dye, menghasilkan warna biru yang maerupakan pori-pori batuan [4].

Tiga mineral penyusunnya adalah calcite (CaCO3), dolomite

Ca.Mg(CO3)2, dan aragonite. Kristal rhomobohedral sedangkan aragonite

memiliki struktur kristal yang berbeda, yaitu orthorhombic. Dari komponen

penting suatu batuan selain dua mineral yang dominan adalah pori-pori

batuan, yang setelah ditaburi zat blue-dye berubah jadi warna biru. Untuk itu

dalam tugas akhir ini akan dirancang suatu jaringan syaraf tiruan untuk

mengenali pola bentuk wajik dan bukan wajik yaitu dengan citra putih dan abu

(grayscale) [5].

Dari penjelasan diatas Jaringan Syaraf Tiruan (JST) memiliki potensi

menyediakan kemampuan untuk dapat memecahkan suatu permasalahan yang

sulit dipecahkan. Masalah yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah “Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Mendeteksi dan Mengenali Pola Bentuk Pada Permukaan Batuan”.

Pengenalan bentuk pola gambar pada batuan yang beragam, baik dari segi

bentuk, ukuran dan posisi sudah tentu akan membutuhkan proses

pembelajaran yang lebih kompleks.

1.2 Maksud dan Tujuan

Dari latar belakang diatas, maka permasalahnnya adalah bagaimana cara

melakukan pendeteksian dan perhitungan jumlah objek suatu bentuk pola

batuan yang memiliki pola bentuk wajik dan bukan wajik pada suatu citra

batuan secara otomatis berdasar proses tertentu.

Tujuan tugas akhir ini adalah membuat sistem untuk memisahkan suatu

bentuk pola wajik dan bukan wajik pada suatu permukaan batuan yang

bertumpuk, sebelum dilakukannya proses pendeteksian bentuk dan perhitungan

jumlah pola objek bentuk wajik dan bukan wajik pada suatu citra batuan

(16)

3

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :

1. Data citra batuan yang diambil dari sebuah pegunungan dari padalarang

langsung dan diambil sebuah sempel yang untuk diproses melalui metoda

SEM ( Scanning Electron Microscope).

2. Untuk memisahkan suatu bentuk pola batuan yang bertumpuk serta

menghitung jumah objek batuan digunakan proses segmentasi watershed.

3. Citra batuan yang diolah hanya variasi perbedaan yg berdasarkan suatu

bentuk yaitu bentuk pola wajik dan bukan wajik.

4. Untuk menentukan pola bentuk wajik dan bukan wajik menggunakan

metode ekstrasi ciri berdasarkan penandaan warna.

5. Software yang digunakan untuk penelitian ini adalah Matlab versi 2010b.

1.4 Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini antara lain:

1. Studi pustaka untuk mengumpulkan dan mempelajari tentang latar

belakang terbentuknya suatu batuan karbonat dan manfaat dan serta

jenis-jenis batuan tersebut, dan serta mempelajari metode-metode lain yang

sudah ada dan berkaitan dengan tugas akhir ini.

2. Dalam pengumpulan data yang dibutuhkan tentang macam-macam bentuk

batuan dan sifat dan jenisnya.

3. Membangun sistem untuk menghitung jumlah objek bentuk pola wajik dan

bukan wajik pada suatu citra batuan karbonat serta mengenali perbedaan

wajik dan bukan wajik dan dapat dihitung menurut perhitungan yang telah

ditentukan.

4. Pengujian sistem yang telah dibuat dan analisa.

(17)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan, batasan

masalah, tujuan, metodologi penelitian, sistematika penulisan dari

penelitian tugas akhir yang dibuat.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang berbagai teori penunjang yang berhubungan dengan penelitian tugas akhir ini.

BAB III : PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi pemodelan dari sistem terhadap permasalahan yang

dihadapi dan pemilihan perangkat lunak yang akan

diimplementasikan. Sistem akan dibuat dengan menggunakan

metode segmentasi watershed dan ekstrasi ciri.

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

Bab ini berisi pengujian yang dilakukan terhadap aplikasi yang sudah dibuat serta berisikan analisis terhadap sistem yang akan dibangun, meliputi spesifikasi sistem aplikasi dan fungsi sistem yang dibuat.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

(18)

5

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Tentang Batuan

2.1.1 Batuan

Batuan adalah suatu masa mineral yang dapat terdiri atas satu jenis mineral

atau lebih. Mineral adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan beberapa unsur

kimia sebagai hasil proses alam, bersifat homogen dan mempunyai susunan atau

rumus kimia tertentu. Batuan akan mengalami proses penghancuran dan kemudian

akan terpindahkan atau tergerak oleh berbagai macam proses alam seperti aliran

alir, hembusan angin, gelombang pantai, maupun gletser. Media pengangkut

tersebut dikenal sebagai alat pengikis, yang dapat membawa fragmenatau bahan

yang larut ke tempat-tempat tertentu berupa sedimen dan berupaya untuk

meratakan permukaan bumi. Kemudian terjadi perubahan dari batuan lepas

menjadi batuan yang keras melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa

mineral dalam larutan menjadi batuan sedimen. Batuan-batuan tersebut akan

menyesuaikan dengan lingkungan yang baru sehingga terbentuklah batuan

malihan atau metamorfis.

Macam batuan

mineral Batuan Olivine Batuan Mica

Batuan Quartz Calcite Potassium

(19)

Berdasarkan jenis batuan tersebut maka secara garis besar batuan di alam ini

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Batuan beku

2. Batuan sedimen

3. Batuan metamorfis

Dari ketiga batuan diatas, penulis lebih tertarik membahas jenis batuan nomor dua

yaitu batuan sedimen, karena paling banyak ditemui di daerah padalarang sebagai

laboratorium dunia yang banyak diteliti oleh peneliti-peneliti dari luar negeri.

2.1.2 Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil proses pelapukan,

erosi, pengangkutan dan pengendapan dari batuan yang sudah ada, baik batuan

beku, sedimen maupun batuan metamorf. Batuan sedimen yang terbentuk melalui

proses-proses ini dinamakan batuan sedimen klastik. Selain batuan sedimen

klastik ada batuan sedimen non klastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari

unsur-unsur organisme ataupun kimiawi, misalnya garam dapur terjadi karena

proses penguapan, batu gamping koral terbentuk karena organisme moluska.

Batuan sedimen klastik yang sangat terkenal antara lain batu pasir, batu

lempung. Batuan sedimen non klastk yang sangat terkenal antara lain batu

gamping, garam dapur dan batu gips.

2.1.3 Proses Sedimen

Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah

batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya

adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil

pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses

tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi

pada batuan sedimen klastik terdiri dari dua proses, yakni proses sedimentasi

(20)

7

Proses Sedimentasi Mekanik

Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir

sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi

oleh banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh

air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran, yakni

laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan turbulent

(yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen). Arus

turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara

suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran sedimen

berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh

gravitasi dibagi menjadi empat, yakni yang dipengaruhi oleh arus turbidit, grain

flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.

Proses Sedimentasi Kimiawi

Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida

menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dengan reaksi

mineral pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini

merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:

a) Pelarutan (Dissolution), mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.

b) Sementasi (Cementation), pengendpan mineral yang merupakan semen dari

batuan, semen tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun sekunder.

c) Authigenesis, munculnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan

d) Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya

tetap sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.

e) Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain

yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut

f) Kompaksi (Compaction)

(21)

2.1.4 Macam-Macam Batuan Sedimen 1. Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari

pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa

batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan

dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini

berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan

proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan

laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breaksi dapat terjadi pengendapan

langsung dari ledakan gunung api dan diendapkan disekitar gunung tersebut dan

dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batu pasir bisa terjadi

dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke

dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari

batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk

golongan ini pada umumnya diendapkan di lingkungan laut dari laut dangkal

sampai laut dalam.

Proses diagenesa antara lain :

a) Kompaksi sedimen

Yaitu tepatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari

berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar

butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

b) Sementasi

Sementasi yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen

dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi

makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.

c) Rekristalisasi

Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan

kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu

sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan

(22)

9

d) Autigenesis

Autigenesis yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa,

sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen.

Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica,

klorita, gypsum dan lain-lain.

e) Metasomatisme

Metasomatisme yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral

autigenik, tanpa pengurangan volume asal.

2. Batuan Sedimen Non-Klastik

Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk

sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu

juga. Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi,

biologi atau organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia,

endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3.

Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau

tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),

terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai

akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Batu gamping (Limestone),

batu bara (Coal), dan lain-lain. Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi

kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah

kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975). Menurut R.P.

Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :

a) Golongan detritus dasar

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam

golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batu pasir. Lingkungan

tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.

b) Golongan detritus halus

Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan

laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk kedala golongan ini adalah batu

(23)

c) Golongan karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan

cangkang moluska, algae dan foraminifera, atau oleh proses pengendapan yang

merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan diendapkan

disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai

neritik, sedangkan proses kedua diendapkan pada lingkungan laut neritik sampai

bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada

material penyusunnya.

d) Golongan silikat

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan

kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini yaitu tanah

diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

e) Golongan evaporit

Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan

kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau

atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan

unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan

maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang

termasuk kedalam batuan ini adalah gips, danhidrit, batu garam.

f) Golongan batu bara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari

tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh

suatu lapisan yang tersebut di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan

terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia

harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati

(24)

11

2.1.5 Kandungan Batuan Sedimen Karbonat

Karbonat adalah batuan sedimen yang terbentuk dari mineral karbonat

yang utama yaitu kalsit dan dolomit serta kadang-kadang aragonite (tidak stabil).

Batuan sedimen karbonat terdiri CaCO3 (kalsium karbonat) dan MgCO3. Batuan

sedimen terdiri dari susunan mineral-mineral karbonat (senyawanya terdiri dari

atom tunggal karbon dan tiga atom oksigen, dimana karbonat mempunyai struktur

kimia CO3. Batuan utamanya yaitu batuan gamping atau limestone

(CaCO3>50%) dan dolomit (dolostone) (CaMg(CO3)2). Batuan ini mengandung

sekurang-kurangnya 22% dari keseluruhan batuan sedimen yang ada. Batuan

sedimen karbonat mengandung mineral :

 Kalsit (Calcite) CaCO2 (yang utama) dengan struktur kristal rhombohedral

(heksagonal) banyak ditemukan pada batuan sedimen tua, bentuknya stabil

dan kalsit mendominasi bahan rangka selama Paleozoic, kalsit low

magnesium (<4%) dan high magnesium (>4%)

 Dolomit (dolomite) CaMg(CO3)2 dengan struktur kristal rhombohrdral

(heksagonal), berasosiasi dengan mineral kalsit dan evaporate, batuan

gamping berubah oleh fluida yang kaya akan magnesium, volume-nya

berkurang sebesar 12% yang direpresentasikan oleh void atau vugs.

 Aragonit (aragonite) CaCO3 dengan struktur kristal orthorhombic, saat ini

banyak ditemukan dalam batuan sedimen karbonat (zaman Cenozoic), dan

metastabil (dapat berubah menjadi kalsit).

 Beberapa karbonat magnesium (magnesite) MgCO3. Dengan struktur kristal

heksagonal (rhombohedral).

2.2 Citra Digital

Citra digital adalah gambar dua dimensi yang dapat ditampilkan pada layar

monitor komputer sebagai himpunan berhingga (diskrit) nilai digital yang disebut

pixel (picture elements). Piksel adalah elemen citra yang memiliki nilai yang

menunjukkan intensitas warna.

Berdasarkan cara penyimpanan atau pembentukannya, citra digital dapat

(25)

kumpulan pixel dalam array dua dimensi. Citra jenis ini disebut citra bitmap

(bitmap image) atau citra raster (raster image). Jenis citra yang kedua adalah citra

yang dibentuk oleh fungsi-fungsi geometri dan matematika. Jenis citra ini disebut

grafik vektor (vector graphics).

Dalam pembahasan tugas akhir ini, yang dimaksud citra digital adalah citra

bitmap. Citra digital (diskrit) dihasilkan dari citra analog (kontinu) melalui

digitalisasi. Digitalisasi citra analog terdiri atas sampling dan kuantisasi

(quantization) Sampling adalah pembagian citra ke dalam elemen-elemen diskrit

(pixel), sedangkan kuantisasi adalah pemberian nilai intensitas warna pada setiap

pixel dengan nilai yang berupa bilangan bulat (G.W. Awcock, 1996).

2.3 Citra Biner

Citra biner adalah gambar pada bidang dua dimensi. Dalam tinjauan

matematis, citra yang hanya terdiri atas dua warna, yaitu hitam dan putih. Oleh

karena itu, setiap pixel pada citra biner cukup dipresentasikan dengan satu bit.

Pada gambar 2.2 merupakan citra biner, sedangkan pada gambar 2.3 merupakan

representasi dari citra biner, dimana citra yang berwarna putih memiliki nilai satu,

sedangkan citra yang berwarna hitam memiliki nilai nol.

Gambar 2.2 Citra biner

(26)

13

Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena memberi kesan yang

lebih kaya daripada citra biner, namun tidak membuat citra biner tidak digunakan

lagi. Pada beberapa aplikasi citra biner masih tetap dibutuhkan, misalkan citra

logo instansi (yang hanya terdiri dari warna hitam dan putih), citra kode barang

(barcode) yang tertera pada label barang, citra hasil pemindaian dokumen teks,

dan sebagainya. Seperti yang sudah disebutkan diatas, citra biner hanya

mempunyai dua nilai derajat keabuan : hitam dan putih. Pixel-pixel objek bernilai

satu dan pixel-pixel latar belakang bernilai nol. Pada waktu menampilkan gambar,

adalah putih dan satu adalah hitam. Jadi pada citra biner, latar belakang berwarna

putih sedangkan objek berwarna hitam seperti tampak pada gambar 2.2 diatas.

Meskipun komputer saat ini dapat memproses citra putih-abu abu (grayscale)

maupun citra berwarna, namun citra biner masih tetap di pertahankan

keberadaannya.

2.3.1 Citra Grayscale

Dalam komputasi, suatu citra digital grayscale adalah suatu citra dimana

nilai dari setiap pixel merupakan sampel tunggal. Citra yang ditampilkan dari citra

jenis ini terdiri atas warna abu-abu, bervariasi pada warna hitam pada bagian yang

intensitas terlemah dan warna putih pada intensitas terkuat. Citra grayscale

berbeda dengan citra hitam-putih (black dan write), dimana pada konteks

komputer, citra hitam putih hanya terdiri atas dua warna saja yaitu hitam dan putih

saja. Pada citra grayscale warna bervariasi antara putih dan abu-abu, tetapi variasi

warna diantaranya sangat banyak. Citra grayscale seringkali merupakan

perhitungan dari intensitas cahaya pada setiap pixel pada spektrum

elektromagnetik.

Citra grayscale disimpan dalam format delapan bit untuk setiap sampel

piksel, yang memungkinkan sebanyak 256 intensitas. Format ini sangat membantu

dalam pemrograman karena manipulasi bit yang tidak terlalu banyak. Pada

aplikasi lain seperti pada aplikasi medical imaging dan remote sensing biasa juga

digunakan format 10 bit, 12 bit dan 16 bit yaitu citra yang nilai pixel-nya

merepresentasikan derajat keabuan atau intensitas warna putih. Nilai intensitas

(27)

merepresentasikan warna putih. Pada umumnya citra grayscale memiliki

kedalaman pixel delapan bit (256 derajat keabuan), tetapi ada juga citra grayscale

yang kedalaman pixel-nya bukan delapan bit, misalnya 16 bit untuk penggunaan

yang memerlukan ketelitian tinggi. Pada gambar 2.4 merupakan contoh citra

grayscale.

Gambar 2.4 Citra grayscale

Citra grayscale merupakan citra satu kanal, dimana citra f(x,y) merupakan

fungsi tingkat keabuan dari hitam keputih, x menyatakan variable kolom atau

posisi pixel di garis jelajah dan y menyatakan variable kolom atau posisi pixel di

garis jelajah. Intensitas f dari gambar hitam putih pada titik (x,y) disebut derajat

keabuan (grey level), yang dalam hal ini derajat keabuannya bergerak dari hitam

keputih. Derajat keabuan memiliki rentang nilai dari I min sampai I max, atau

Imin < f < Imax, selang (Imin, Imax) disebut skala keabuan. Biasanya selang

(Imin, Imax) sering digeser untuk alasan-alasan praktis menjadi selang [0,L],

yang dalam hal ini nilai intensitas nol meyatakan hitam, nilai intensitas L

meyatakan putih, sedangkan nilai intensitas antara nol sampai L bergeser dari

hitam ke putih. Sebagai contoh citra grayscale dengan 256 level artinya

mempunyai skala abu dari nol sampai 255 atau [0,255], yang dalam hal ini

intensitas nol menyatakan hitam, intensitas 255 menyataka putih, dan nilai antara

nol sampai 255 menyatakan warna keabuan yang terletak antara hitam dan putih.

2.3.2 Citra Asli

Citra asli yaitu citra yang nilai pixel-nya merepresentasikan warna

(28)

15

kedalaman pixel citra yang bersangkutan. Citra berwarna direpresentasikan dalam

beberapa kanal yang menyatakan komponen-komponen warna penyusunnya.

Banyaknya kanal yang digunakan bergantung pada model warna yang digunakan

pada citra tersebut. Pada gambar 2.5 merupakan contoh citra RGB.

Gambar 2.5 Citra RGB

Intensitas suatu pada titik pada citra berwarna merupakan kombinasi dari

tiga intensitas : derajat keabuan merah (fmerah(x,y)), hijau (fhijau(x,y)), dan biru

(fbiru(x,y)). Persepsi visual citra berwarna umumnya lebih kaya di bandingkan

dengan citra hitam putih. Citra berwarna menampilkan objek seperti warna aslinya

meskipun tidak selalu tepat demikian. Warna-warna yang diterima oleh mata

manusia merupakan hasil kombinasi cahaya dengan panjang gelombang berbeda.

2.4 Tentang Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

Jaringan Syaraf Tiruan (JST) atau yang biasa disebut Artificial Neural

Network (ANN) atau Neural Network (NN) saja, merupakan sistem pemroses

informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf pada makhluk

hidup. Neural Network berupa suatu model sederhana dari suatu syaraf nyata

dalam otak manusia seperti suatu unit threshold yang biner. Neural network

merupakan sebuah mesin pembelajaran yang dibangun dari sejumlah elemen

pemrosesan sederhana yang disebut neuron atau node. Setiap neuron dihubungkan

dengan neuron yang lain dengan hubungan komunikasi langsung melalui pola

hubungan yang disebut arsitektur jaringan. Bobot-bobot pada koneksi mewakili

besarnya informasi yang digunakan jaringan. Metode yang digunakan untuk

(29)

Setiap neuron mempunyai tingkat aktivasi yang merupakan fungsi dari input yang

masuk padanya. Aktivasi yang dikirim suatu neuron ke neuron lain berupa sinyal

dan hanya dapat mengirim sekali dalam satu waktu, meskipun sinyal tersebut

disebarkan pada beberapa neuron yang lain.

Misalkan input Z1,t, Z2,t, …, Zm,t yang bersesuaian dengan sinyal dan masuk ke dalam saluran penghubung. Setiap sinyal yang masuk dikalikan dengan

bobot koneksinya yaitu w1, w2, …, wm sebelum masuk ke blok penjumlahan yang berlabel ∑. Kemudian blok penjumlahan akan menjumlahkan semua input terbobot dan menghasilkan sebuah nilai yaitu Zt_in.

Zt_in = .wi = Zt,1.w1 + Zt,1.w2+ … + Zm,1.wm

Aktivasi Zt ditentukan oleh fungsi input jaringannya, Zt=f(Zt_in) dengan f

merupakan fungsi aktivasi yang digunakan.

Gambar 2.6 Ilustrasi struktur jaringan syaraf tiruan

2.4.1 Konsep Dasar Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

Jaringan syaraf tiruan terdiri dari beberapa neuron dan ada hubungan antar

neuron- neuron seperti pada otak manusia. Neuron atau sel saraf adalah sebuah

unit pemroses informasi yang merupakan dasar operasi jaringan syaraf tiruan.

Jaringan syaraf tiruan terdiri atas beberapa elemen penghitung tak linier yang

masing-masing dihubungkan melalui suatu pembobot dan tersusun secara paralel.

Pembobot inilah yang nantinya akan berubah beradaptasi selama proses pelatihan.

Pelatihan perlu dilakukan pada suatu jaringan syaraf tiruan sebelum digunakan

untuk menyelesaikan masalah. Hasil pelatihan jaringan syaraf tiruan dapat

diperoleh tanggapa yang benar terhadap masukan yang diberikan terkena derau

(30)

17

A. Faktor Bobot

Faktor bobot merupakan suatu nilai yang mendefinisikan tingkat atau

kepentingan hubungan antara suatu node dengan node yang lain. Semakin besar

bobot suatu hubungan menandakan semakin pentingnya hubungan kedua node

tersebut. Bobot merupakan suatu hubungan berupa bilangan real maupun integer,

tergantung dari jenis permasalahan dan model yang digunakan. Bobot-bobot

tersebut bisa ditentukan untuk berada didalam interval tertentu. selama proses

pelatihan, bobot tersebut dapat menyesuaikan dengan pola-pola input. Jaringan

dengan sendirinya akan memperbaiki diri terus-menerus karena adanya

kemampuan untuk belajar. Setiap ada suatu masalah baru, jaringan dapat belajar

dari masalah baru tersebut, yaitu dengan mengatur kembali nilai bobot untuk

menyesuaikan karakter nilai.

B. Fungsi Aktivasi

Setiap neuron mempunyai keadaan internal yang disebut level aktivasi atau

level aktivitas yang merupakan fungsi input yang diterima. Secara tipikal suatu

neuron mengirimkan aktivitasnya kebeberapa neuron lain sebagai sinyal. Yang

perlu diperhatikan adalah bahwa neuron hanya dapat mengirimkan satu sinyal

sesaat, walaupun sinyal tersebut dapat dipancarkan ke beberapa neuron yang lain.

2.4.2 Karekteristik Dasar Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

Penyelesaian masalah dengan jaringan syaraf tiruan tidak memerlukan

pemrograman. Jaringan syaraf tiruan menyelesaikan masalah melalui proses

belajar dari contoh-contoh pelatihan yang diberikan. Biasanya pada jaringan

syaraf tiruan diberikan sebuah himpunan pola pelatihan yang terdiri dari

sekumpulan contoh pola. Proses belajar jaringan syaraf tiruan berasal dari

serangkaian contoh-contoh pola yang diberikan. metode pelatihan yang sering

dipakai adalah metode belajar terbimbing. Selama proses belajar itu pola masukan

disajikan bersama-sama dengan pola keluaran yang diinginkan. Jaringan akan

menyesuaikan nilai bobotnya sebagai tanggapan atas pola masukan dan sasaran

(31)

2.5 Metode Learning Vector Quantization (LVQ).

Metode Learning Vektor Quantization (LVQ) yaitu merupakan metoda

untuk melakukan pelatihan terhadap lapisan-lapisan kompetitif supervised.

Lapisan kompetitif akan belajar secara otomatis untuk melakukan klasifikasi

terhadap vektor input yang diberikan. Apabila beberapa vektor input memiliki

jarak yang sangat berdekatan, maka vektor-vektor input tersebut akan

dikelompokkan dalam kelas yang sama.

Dari hal ini LVQ merupakan metode klasifikasi data adaptif berdasarkan

pada data pelatihan dengan informasi kelas yang diinginkan yang bisa pula di

ambil dari sebuah JST dari levenberg Marquardt yang di ambil yaitu nilai jumlah

pelatihan epoh-nya dan nilai error (MSE). Walaupun merupakan suatu metoda

pelatihan supervised tetapi LVQ menggunakan teknik data clustering

unsupervised untuk pra proses set data dan penentuan cluster center-nya.

Arsitektur jaringan LVQ hampir menyerupai suatu jaringan pelatihan kompetitif

kecuali pada masing-masing unit output-nya yang dihubungkan dengan suatu

kelas tertentu. Proses pelatihan pada jaringan dilakukan untuk mengeset nilai

bobot jaringan (w

i) yang akan mengalami perubahan pada setiap pelatihan yang

dilakukan.

(32)

19

2.5.1 Cara Kerja Learning Vector Quantization (LVQ)

Pada Metoda pembelajaran yang dipilih pada penelitian ini adalah

Learning Vector Quantization (LVQ). Algoritma pembelajaran LVQ terdiri dari

dua tahap, yaitu :

1) Metoda pelajaran data unsupervised digunakan untuk menempatkan beberapa

cluster center tanpa menggunakan informasi kelas.

2) Informasi kelas digunakan untuk fine-tune cluster center untuk memperkecil

banyaknya kasus kesalahan klasifikasi.

2.5.2 Proses Pelatihan Learning Vector Quantization (LVQ)

Dari tujuan diadakannya proses pelatihan pada JST adalah agar JST dapat

diandalkan dalam mengenali pola yang diinputkan sehingga dapat diperoleh hasil

yang diinginkan. Karena itu sangatlah penting untuk melatih JST dengan training

set yang sesuai dengan tugas JST itu sendiri dalam mengenali suatu pola bentuk

pada permukaan batuan.

Kinerja yang diukur pada proses pelatihan jaringan syaraf tiruan pada

metode Learning Vector Quantization adalah :

 Lamanya proses pelatihan jumlah (epoch)

Semakin cepat proses pelatihan maka semakin baik kinerja proses

pelatihan tersebut. Hal ini berarti jumlah epoch untuk mencapai nilai error

yang diinginkan adalah semakin mendekati nol.

 Perhitungan error (MSE).

Perhitungan error merupakan pengukuran bagaimana jaringan dapat

belajar dengan baik sehingga jika dibandingkan dengan pola yang baru

akan dengan mudah dikenali. Apabila nilai error ini masih cukup besar,

hal ini mengidikasikan bahwa masih perlu dilakukan lebih banyak

pembelajaran lagi hingga nilai error mendekati nol. Apabila output

(33)

Koefisien regresi (R) terhadap respon output jaringan dan target yang diinginkan.

Apabila output jaringan tepat sama dengan target maka koefisien regresi akan

bernilai satu.

2.6 Dasar Pengolahan Citra Digital

Citra digital (digital image) merupakan proses mengolah piksel- piksel dalam

citra digital untuk suatu tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

citra digital antara lain:

1. Untuk mendapatkan citra asli dari suatu citra yang sudah buruk karena

pengaruh derau (noise). Proses pengolahan bertujuan mendapatkan citra yang

diperkirakan mendekati citra sesungguhnya.

2. Untuk memperoleh citra dengan karakteristik tertentu dan cocok secara visual

yang dibutuhkan untuk tahap yang lebih lanjut dalam pemrosesan analisis

citra.

Dalam proses akuisisi, citra yang akan diolah ditransformasikan dalam suatu

representasi numerik. Pada proses selanjutnya representasi tersebut yang akan

diolah secara digital oleh komputer. Pengolahan citra pada umumnya dapat

dikelompokkan dalam dua jenis kegiatan yaitu:

1. Memperbaiki kualitas citra sesuai kebutuhan

2. Mengolah informasi yang terdapat pada citra

Bidang aplikasi yang kedua ini sangat erat kaitannya dengan computer

aided analysis yang umumnya bertujuan untuk mengolah suatu objek citra dengan

cara mengekstraksi informasi penting yang terdapat didalamnya. Dari informasi

tersebut dapat dilakukan proses analisis dan klasifikasi secara cepat dengan

memanfaatkan algoritma komputer. Dari pengolahan citra diharapkan terbentuk

suatu sistem yang dapat memproses citra masukan hinggacitra tersebut dapat

dikenali cirinya. Pengenalan ciri inilah yang sering diaplikasikan dalam kehidupan

(34)

21

2.7 Thresholding

Thresholding adalah proses mengubah citra berderajat keabuan menjadi

citra biner atau hitam putih sehingga dapat diketahui daerah mana yang termasuk

obyek dan background dari citra secara jelas. Selama proses thresholding, setiap

pixel dalam foto ditandai sebagai "objek" pixel jika nilai mereka adalah lebih

besar dibandingkan nilai ambang (asumsi obyek menjadi lebih terang dari pada

latar belakang) dan sebagai "latar belakang" pixel lain. Konvensi ini dikenal

sebagai ambang di atas. Varian termasuk di bawah ambang batas yang berlawanan

dari ambang di atas, di dalam batas, dimana piksel yang berlabel "obyek" jika ada

di antara dua nilai thresholds dan di luar batas, yang merupakan kebalikan dari

dalam ambang (Shapiro, dkk. 2001: 83). Biasanya, obyek piksel diberi nilai satu

sedangkan piksel latar belakang diberi nilai nol akhirnya, biner gambar yang

dibuat oleh setiap piksel warna putih atau hitam, tergantung pada pixel labelnya.

Citra hasil thresholding biasanya digunakan lebih lanjut untuk proses pengenalan

objek serta ekstraksi fitur. Metode thresholding secara umum dibagi menjadi dua,

yaitu :

2.7.1 Thresholding global

Thresholding global adalah thresholding yang dilakukan dengan

mempartisi histogram dengan menggunakan sebuah threshold (batas ambang)

global T, yang berlaku untuk seluruh bagian pada citra.

2.7.2 Thresholding adaptif

Thresholding adaptif adalah thesholding yang dilakukan dengan membagi

citra menggunakan beberapa sub citra. Lalu pada setiap sub citra, segmentasi

dilakukan dengan threshold yang berbeda.

Yang menjadi fokus dalam tugas akhir ini adalah metode thresholding

global, thresholding dikatakan global jika nilai threshold T hanya bergantung

pada f(x,y), yang melambangkan tingkat keabuan pada titik (x,y) dalam suatu citra.

(35)

proses treshold selesai dilakukan, kemudian dilakukan denoising pada image sel

darah.

(2.1)

2.8 Pengolahan Citra Menggunakan MATLAB.

Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang

banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan

informasi keluaran yang berbentuk citra.

Istilah pengolahan citra digital secara umum didefinisikan sebagai

pemrosesan citra dua dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas,

pengolahan citra digital juga mencakup semua data dua dimensi. Citra digital

adalah barisan bilangan nyata maupun kompleks yang diwakili oleh bit-bit

tertentu. Kebutuhan untuk pengolahan citra secara mudah dan cepat sangat

diperlukan. Penelitian ataupun penerapan di lapangan yang melibatkan proses

pengolahan citra, kadang-kadang menyulitkan dalam bidang pemrograman karena

rutin program yang berhubungan dengan komputer grafik membutuhkan keahlian

khusus dalam implementasinya. Matlab sebagai salah satu tools pemrograman

untuk membantu bidang pendidikan dan penelitian telah menyediakan bermacam-macam ‘toolbox’ yang disesuaikan dengan bidang keilmuan masing-masing, salah satunya adalah ‘Image Processing Toolbox’. Dengan memanfaatkan ‘toolbox’ tersebut, pengguna dapat dengan mudah melakukan penelitiannya.

Matlab adalah sebuah bahasa (pemrograman) dengan unjuk kerja tinggi

untuk komputasi teknis, yang mengintegrasikan komputasi, visualisasi, dan

pemrograman di dalam lingkungan yang mudah penggunaannya dalam

memmecahkan persoalan dengan solusinya yang dinyatakan dengan notasi

matematik. Sistem matlab terdiri dari lima bagian utama, yaitu:

1. Bahasa pemrograman MATLAB

Bagian ini adalah bahasa (pemrograman) tingkat tinggi yang

(36)

23

program, struktur data, masukan dan keluaran, serta fitur-fitur

pemrograman berorientasi objek.

2. Lingkungan kerja MATLAB

Bagian ini adalah sekumpulan kakas dan fasilitas MATLAB yang

digunakan oleh pengguna atau pemogram.

3. Penanganan grafik

Bagian ini adalah sistem grafik MATLAB, termasuk

perintah-perintah program tingkat tinggi untuk visualisasi data dua dimensi dan tiga

dimensi, pengolahan citra, animasi, dan presentasi grafik. Selain itu bagian

ini juga termasuk perintah-perintah program tingkat rendah untuk

menetapkan sendiri tampilan grafik seperti halnya membuat antarmuka

pengguna grafis untuk aplikasi-aplikasi MATLAB.

4. Pustaka (library) fungsi matematis MATLAB

Bagian ini adalah koleksi algoritma komputasi mulai dari fungsi

dasar seperti menjmlahkan (sum), menentukan nilai sinus, kosinus, dan

aritmatika bilangan kompleks, fungsi-fungsi seperti inverse matriks, nilai

eigen matriks, fungsi Bessel, dan FFT (Fast Fourier Transform).

5. API (Application Program Interface) MATLAB

Bagian ini adalah pustaka (library) untuk menuliskan program

bahasa C dan fortran berinteraksi dengan MATLAB, termasuk fasilitas

untuk memanggil delapan rutin program dari MATLAB (Dynamic

Lingking), memanggil MATLAB sebagai mesin komputasi dan untuk

pembacaan serta penulisan MAT-Files.

2.8.1 Software Matlab

Matlab adalah sebuah bahasa (pemrograman) dengan kinerja yang tinggi

(high-performance) untuk komputasi teknis, yang mengintegrasikan komputasi,

visualisasi dan pemrograman di dalam lingkungan yang mudah penggunaannya

dalam memecahkan persoalan dengan solusinya yang dinyataka dengan notasi

matematik. Penggunaan matlab, yaitu:

 Matematik dan komputasi

(37)

 Pemodelan, simulasi dan pembuatan prototipe

 Grafik untuk sains dan teknik

 Pengembangan aplikasi, termasuk pembuatan antarmuka grafis untuk

pengguna GUI (Graphical User Interface).

Matlab adalah sistem interaktif yang menggunakan elemen data dasarnya

adalah array yang tidak membutuhkan dimensi. Hal ini mempermudah untuk

menyelesaikan masalah komputasi terutama menyangkut matriks dan vector.

Nama matlab merupakan singkatan dari matrix laboratory. Pada awalnya

matlab dibuat untuk mempermudah pengembangan perangkat lunak berbasis

matriks oleh proyek LINPACK dan EISPACK.

Matlab memiliki beberapa keunggulan dan kemudahan dalam desain dan

analisis sistem kendali dan sistem linear. Fungsi-fungsi pendukung terangkum

dalam Control System Toolbox dan Signal Proccesing Toolbox. Kebanyakan

operasi dalam sistem kendali dan sistem linear berhubungan dengan operasi

matriks, aritmatika kompleks, menghitung akar, model konversi, dan

penggambaran fungsi-fungsi yang kompleks. Seperti telah kita ketahui

sebelumnya, matlab telah didesain untuk memudahkan pengerjaan operasi-operasi

tersebut diatas, dan analisa fungsi. Pelatihan ini lebih ditekankan pada

pemrograman dan menggunakan fungsi-fungsi dasar dalam bahasa matlab sehinga

teori mengenai ilmu sistem itu sendiri hanya akan disinggung sedikit pada

topik-topik yang relevan.

2.8.2 Spesifikasi GUI (Graphical User Interface) Matlab

Berikut ini akan dibahas teori dasar antarmuka sistem pengguna. teori

antarmuka meliputi perancangan menu-menu pada aplikasi yang akan dibuat.

Perancangan dilakukan dengan menggunakann tools yang sudah tersedia di

matlab, tools tersebut dapat diakses langsung dengan cara mengetikkan guide

pada Command Window untuk membuat dan memprogram antarmuka aplikasi

muncul.

(38)

25

1. Pertama ketikkan guide di command window yang sudah dibuka, seperti

terlihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Command window

2. Setelah selesai langkah diatas, maka akan muncul tampilan seperti gambar 2.9 dan pilih Blank GUI (Default).

Gambar 2.9 Guide quick start

(39)

Gambar 2.10 GUI editor

4. Gambar 2.11 adalah pilihan element tools yang bisa dipakai untuk merancang antarmuka.

Gambar 2.11 Element tools.

2.9 Software Antarmuka Matlab

Matlab disini yaitu sebuah bahasa pemrograman dengan kinerja yang

tinggi (high-performance) untuk komputasi teknis, yang mengintegrasikan

komputasi, visualisasi dan pemrograman di dalam lingkungan yang mudah

penggunaannya dalam memecahkan persoalan dengan solusinya yang dinyatakan

dengan notasi matematik dan grafik. cocok untuk perancangan sistem, pengolahan

(40)

27

Berikut merupakan tampilan dari software antarmuka sistem dengan

Matlab Versi 7.1 / 2010b.

Gambar 2.12 Antarmuka sistem

Berikut penjelasan dari tiap komponen pada antarmuka sistem (Gambar 2.12) :

1. Panel file, didalamnya terdapat menu-menu proses pengoahan citra diantaranya :

a .Pushbutton, untuk menampilkan image.

b. Pushbutton refresh, untuk mereset file image yang sudah disimpan dan

dikeluarkan hasil pengolahan citra.

c. Pushbutton exit, untuk mengelurkan program.

2. Panel prepocessing, didalamnya terdapat menu-menu proses pengolahan citra diantaranya :

a. Pushbutton Convert to grayscale

b. Pushbutton Deteksitepi

3. Panel processing, didalamnya terdapat menu-menu proses pengolahan citra diantaranya :

a. Pushbutton Watershed

b. Pushbutton Ekstraksi ciri

(41)

4. Panel identifikasi, didalamnya terdapat menu-menu proses pengolahan citra diantaranya :

a. Pushbutton pola wajik

b. Pushbutton bukan wajik

5. Panel Informasi, didalamnya terdapat menu-menu proses pengolahan citra diantaranya :

a. Pushbutton trainning JST

b. Pushbutton jumlah pola wajik

c. Pushbutton jumlah bukan wajik

d. Pushbutton jumlah keseluruhan e. Editteks, nilai penjumlahan

6. Axes1,2,3,4,5,6untuk menampilkan hasil dari semua pengolahan citra.

2.10 Sistem Matlab

Sebagai sebuah sistem matlab tersusun dari lima bagian utama, yaitu :

Development environment. Merupakan sekumpulan perangckat dan

fasilitas yang membantu anda untuk menggunakan fungsi-fungsi dan

file-file matlab. Beberapa perangkat ini merupakan sebuah Graphical User

Interfaces (GUI). Termasuk didalamnya adalah matlab desktop, ommand

window, command history, sebuah editor, debugger, dan browsers untuk

melihat help, workspace, files, dan search path.

 Matlab mathematical function library. Merupakan sekumpulan algoritma

komputasi mulai dari fungsi-fungsi dasar sepertri: sum, sin, cos, dan

complex arithmetic, sampai dengan fungsi-fungsi yang lebih komplek

seperti matrix inverse, matrix eigenvalues, bessel functions, dan fast

fourier transforms.

 Matlab language. Merupakan suatu high level matrix atau array language

dengan control flow statements, functions, data structures, input atau

output, dan fitur-fitur object oriented programming. Ini memungkinkan

bagi kita untuk melakukan kedua hal baik pemrograman dalam lingkup

(42)

29

lingkup yang lebih besar untuk memperoleh hasil-hasil dan aplikasi yang

komplek.

Graphicsmatlab memiliki fasilitas untuk menampilkan vektor dan matriks

sebagai suatu grafik. Di dalamnya melibatkan high level functions

(fungsi-fungsi level tinggi) untuk visualisasi data dua dikensi dan data tiga

dimensi, image processing, animation, dan presentation graphics. Ini juga

melibatkan fungsi level rendah yang memungkinkan bagi anda untuk

membiasakan diri untuk memunculkan grafik mulai dari bentuk yang

sederhana sampai dengan tingkatan graphical user interfaces pada aplikasi

matlab.

Matlab Application Program Interface (API). Merupakan suatu library yang

memungkinkan program yang telah anda tulis dalam bahasa C dan Fortran

mampu berinterakasi dengan matlab. Ini melibatkan fasilitas untuk pemanggilan

routines dari matlab (dynamic linking), pemanggilan matlab sebagai sebuah

(43)

30

3.1 Deskripsi Komponen yang Digunakan

Dalam penerapan jaringan syaraf tiruan untuk mendeteksi bentuk pola

gambar pada permukaan batuan ini, diperlukan perangkat atau peralatan yang

mendukung dalam desain dan pemrogramannya. Adapun perangkat yang

digunakan adalah :

3.1.1 Perangkat Keras

Perangkat keras yang digunakan dalam perancangan untuk mendeteksi

bentuk pola gambar pada permukaan batuan ini berupa komputer laptop sebagai

alat pemrosesan dan pemprograman jaringan syaraftiruan. Penulis menggunakan

komputer dengan motherboard Intel GMA 4500M (Aser Aspire 4732Z),

proccessor intel pentium T4400 (2.2 GHz, 800 MHz FSB), harddisk 160 GB,

Virtual Graphics Accelereation (VGA) 1 GB memory.

3.1.2 Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang digunakan dalam penerapan jaringan syaraf tiruan

(JST) ini yaitu untuk mendeteksi bentuk pola pada permukaan batuan adalah

aplikasi matlab 7.1, matlab disini adalah sistem interaktif yang menggunakan

element data dasarnya adalah array yang tidak membutuhkan dimensi. Hal ini

mempermudah untuk menyelesaikan masalah komputasi terutama menyangkut

matriks dan vector. Nama matlab merupakan singkatan dari matrix laboratory.

Pada awalnya matlab dibuat untuk mempermudah pengembangan perangkat lunak

berbasis matriks oleh proyek LINPACK dan EISPACK.

Matlab memiliki beberapa keunggulan dan kemudahan dalam desain dan

analisis sistem kendali dan sistem linear. Fungsi-fungsi pendukung terangkum

dalam Control System Toolbox dan Signal Proccesing Toolbox. Kebanyakan

(44)

31

matriks, aritmatika kompleks, menghitung akar, model konversi, dan

penggambaran fungsi-fungsi yang kompleks. Seperti telah kita ketahui

sebelumnya, matlab telah di desain untuk memudahkan pengerjaan

operasi-operasi tersebut diatas dan analisa fungsi. Pelatihan ini lebih ditekankan pada

pemrograman dan menggunakan fungsi-fungsi dasar dalam bahasa matlab sehinga

teori mengenai ilmu sistem itu sendiri hanya akan disinggung sedikit pada

topik-topik yang relevan.

3.2 Proses Kerja Learning Vector Quantization (LVQ)

Pada metode Learning Vector Quantization (LVQ) terdiri atas dua lapisan

tersembunyi. Lapisan tersembunyi pertama merupakan lapisan kompetitif yang

terdiri S1 neuron. Bobot-bobot input akan diset sama dengan nilai tengah dari

vector-vektor input. Sedangkan lapisan tersembunyi kedua teraktivasi dengan

fungsi linear (Purelin) yang terdiri dari S2 neuron sesuai dengan jumlah kelas

yang diharapkan, dengan catatan S1 > S2. Misalkan neuron ke satu, dua dan ke

tiga pada lapisan kompetitif termasuk dalam kelas satu, maka ketiga neuron

pertama pada lapisan tersembunyi kedua, dan akan memiliki bobot sama dengan

nol menuju ke neuron yang lain (selain neuron pertama) pada lapisan tersembunyi

kedua. Learning Vector Quantization (LVQ) sendiri dapat dibangun dengan

menggunakan fungsi seperti berikut : Newlvq

3.2.1 Langkah-Langkah Membangun Learning Vector Quantization (LVQ)

Berikut ini adalah pelatihan jaringan LVQ jika diberikan (n) buah data

dengan (m) buah variable input. Dan data tersebut dibagi dalam sebuah K kelas.

Proses Pengambilan Citra.

1. Tetapkan:

a) Bobot awal variable input ke-j menuju ke kelas ke-i yaitu Wij, dengan i = 1,2, ……….., K dan J = 1,2, …., m.

b) Maksimum epoch = Maxepoch.

(45)

d) Pengurungan learning rate = Dec α.

e) Minimal learning rate yang diperbolehkan = Min α.

2. Masukkan:

Data input Xij dengan i = 1,2, …,n dan j = 1,2, .., m.

Target berupa kelas, yaitu Tk dengan k = 1, 2, ..,n.

3. Tetapkan kondisi awal epoch, yaitu epoch=0

4. Kerjakan jika (epoch<Maxepoch) dan (α > Min α)

epoch =epoch+1

b) Kerjakan untuk i = 1 sampai n

- Tentukan J sedemikian sehingga | Xi - Wj| minimum dengan j= 1, 2, , K.

- Perbaiki Wj dengan ketentuan:

 Jika T = Cj makaWj + α ( Xj –Wj )

 Jika T ≠ CjmakaWj + α ( Xj –Wj )

c) Setelah nilai α (pengurangannilai α bias dilakukan dengan α = α- Dec α atau

dengan cara α = α*Dec α) .

Setelah dilakukan pelatihan akan diperoleh bobot-bobot akhir. Bobot-bobot

inilah yang nantinya akan digunakan untuk melakukan pengujian atau simulasi

dengan data yang berbeda (tidak sama dengan data yang digunakan untuk

pelatihan).

Adapun algoritma Pengujian LVQ sebagai berikut :

1. Masukkan data yang akan diuji, misalnya Xij dengan i = 1, 2, …,np dan j = 1, 2, …, m.

2. Kerjakan untuk i = 1 sampai np

a) Tentukan J sedemikian sehingga | Xi - Wj| minimum dengan j= 1, 2, , K.

b) J adalah kelas untuk Xi.

3.3 Proses Pengambilan Citra

Proses pengambilan citra dilakukan turun langsung ke lapangan didaerah

pegunungan padalarang yang diambil sebuah sampel bungkahan batuan yaitu

(46)

33

dengan tahapan seperti dibawah seperti melalui proses SEM (Scanning Electron

Microscope), disini proses yang paling penting dikarenakan proses ini proses yang

akan menghasilkan gambar yang sebagai media utama untuk penelitian

selanjutnya. Dengan menghasilkan gambar seperti (sem500x, sem1000x,

sem3000x, sem5000x). Gambar yang diambil disimpan dalam format *.Png. atau

*.Bmp. Pengambilan citra digambarkan seperti gambar berikut ini,

Lokasi Pengambilan sample

Bongkahan Batuan

Potongan Batuan

Laptop Hasil Gambar SEM

(Scaning Elecron Microsof)

Microsop Electron

Gambar 3.1 Proses pengambilan citra

(a) (b)

(47)

3.4 Perancangan Sistem (flowchart diagram sistem)

Secara garis besar sistem program yang akan dirancang untuk mendeteksi

dan menghitung pola bentuk wajik dan bukan wajik dapat dilihat pada flowchart

3.3 dibawah ini,

Mulai

Baca Gambar

Konversi ke Grayscale

Deteksi Tepi

Segmentasi Watershed

Ekstraksi Ciri

Labeling

Training JST

Perhitungan Pola Bentuk

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart perancangan sistem

3.4.1 Baca Citra

Citra digital diperoleh dari foto thin slice dalam ukuran micropis, batuan

gamping berwarna dengan penyimpanan format *Bmp dan *Png. Citra yang

Gambar

Gambar 2.1 Macam-macam batuan mineral
Gambar 2.4 Citra grayscale
Gambar 2.5 Citra RGB
Gambar 2.6 Ilustrasi struktur jaringan syaraf tiruan
+7

Referensi

Dokumen terkait

City Hotel di Denpasar merupakan fasilitas yang menyediakan akomodasi bagi tamu yang bertujuan untuk kegiatan bisnis dan kedinasan, lengkap dengan fasilitas bisnis (ruang

Perhitungan biaya penyusutan dilakukan berdasarkan metode dari Departemen Perhubungan yaitu dengan metode garis lurus (Straight Line Depreciation) (Forum

(3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Bahasa inggris siswa yang memiliki kemampuan kecerdasan linguistik tinggi dalam pembelajaran berbasis

Dengan penelitian ini, institusi pendidikan dapat mengembangkannya ke dalam penelitian yang lebih mendetail dan dapat dijadikan bahan referensi atau acuan untuk mengetahui

deng an an sifat-sif sifat-sifat at yang menguntu yang menguntungkan lebih ngkan lebih berpel berpeluang uang besar besar berep bereproduk roduksi, si, sehingga

Actived seismic device bekerja pada saat gempa terjadi dengan cara menerima data getaran dari sensor yang dipasang disekeliling struktur, melalui komputer data tersebut

Faktor yang mempengaruhi penentuan nilai SPF yaitu penggunaan pelarut yang berbeda, kombinasi dan konsentrasi dari tabir surya, tipe emulsi, efek dan interaksi

Penerapan model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dengan media visual berupa gambar dan benda nyata pada mata pelajaran IPA