• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

RISIKO PRODUKSI PENDEDERAN IKAN HIAS BLACK GHOST

PADA ANGGOTA KELOMPOK TANI BATARA MINA

SEJAHTERA DI KECAMATAN BOGOR UTARA

CYNTHIA DEWI TAMARA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara” merupakan karya saya dengan arahan dari dosen komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Cynthia Dewi Tamara H34114079

_______________________

(4)
(5)

ABSTRAK

CYNTHIA DEWI TAMARA. Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.

Ikan hias merupakan salah satu komoditi perikanan potensial yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ikan lain. Black ghost merupakan salah satu komoditi ikan hias yang diekspor dan mempunyai peluang bisnis potensial. Kelompok tani pembudidaya ikan Black Ghost di kota Bogor, salah satunya ialah kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS). Permasalahan yang dihadapi BMS ialah tingkat kelangsungan hidup ikan yang berbeda akibat kematian ikan Black Ghost. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, menganalisis status risiko produksi, serta merumuskan alternatif penanganan yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pendederan ikan Black Ghost. Metode yang digunakan ialah analisis deskriptif, analisis z-score, dan analisis Value at Risk. Sumber risiko produksi yang terjadi pada unit pendederan ikan hias Black Ghost pada anggota BMS di Bogor Utara akibat adanya tingkat kematian, disebabkan oleh kualitas air, kualitas benih, penyakit, dan sumber daya manusia (SDM). Status sumber risiko terbesar yang dihadapi ialah kualitas air sedangkan yang terendah SDM. Alternatif penanganan yang dapat dilakukan yaitu preventif dan mitigasi.

Kata Kunci : Black Ghost, ikan hias, risiko produksi

ABSTRACT

CYNTHIA DEWI TAMARA. Nursery Risk Production of Black Ghost Ornamental Fish in Batara Mina Sejahtera Farmer Group at North Bogor District. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.

Ornamental fish is one of the potential fishery commodities which has some advantages than other fish. Black Ghost is one of the export ornamental fish commodities and has a potential business opportunity. One of the farmer groups in Bogor city is Batara Mina Sejahtera (BMS). The problem faced by BMS is different fish survival rate from the Black Ghost fish mortality. This research objectives are to identify production risk sources, to analyze the production status of risk, and to determine handling alternative to reduce the Black Ghost nursery production risk. This research use several method such as descriptive analyze, z-score, and Value at Risk. Sources of production risk in Black Ghost nursery of BMS members at North Bogor is different survival rate between farmer because mortality from water quality, seed quality, diseases, and human resources. The highest status risk production is water quality and the lowest risk sourcers is human resources. The handling alternative which can reduce of risk production are preventive and mitigation.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RISIKO PRODUKSI PENDEDERAN IKAN HIAS BLACK GHOST

PADA ANGGOTA KELOMPOK TANI BATARA MINA

SEJAHTERA DI KECAMATAN BOGOR UTARA

CYNTHIA DEWI TAMARA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara

Nama : Cynthia Dewi Tamara

NIM : H34114079

Disetujui oleh

Yanti Nuraeni Muflikh SP, MAgribuss Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Risiko Produksi Pendederan Ikan Hias Black Ghost pada Anggota Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera di Kecamatan Bogor Utara”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh SP, MAgribuss selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arifin, Ibu Chris, Ibu Diah, Pak Kaligis, dan Pak Mudjari yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, serta anggota kelompok tani Batara Mina Sejahtera lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor Februari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Teknik Budi Daya Ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons) 8

Kajian Permasalahan Risiko 10

Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan 12

Penanganan Risiko Produksi Perikanan 12

Metode Analisis Risiko 13

KERANGKA PEMIKIRAN 14

Kerangka Pemikiran Teoritis 14

Kerangka Pemikiran Operasional 20

METODE PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu 21

Data dan Sumber Data 22

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Analisis Data 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 29

Kelompok Tani Batara Mina Sejahtera (BMS) 29

Karakteristik Responden 34

Identifikasi Sumber Risiko Produksi Ikan Black Ghost 36

Analisis Probabilitas Risiko Produksi Ikan Black Ghost 44

Analisis Dampak Risiko Produksi Ikan Black Ghost 48

Pemetaan Risiko Produksi Ikan Black Ghost 52

Alternatif Penanganan Risiko 54

Nilai Probabilitas Sumber Risiko Ikan Black Ghost Per Pembudidaya 61 Analisis Dampak Sumber Risiko Ikan Black Ghost Per Pembudidaya 63 Status dan Penanganan Sumber Risiko Ikan Black Ghost per Pembudidaya 65

SIMPULAN DAN SARAN 66

DAFTAR PUSTAKA 66

(11)

DAFTAR TABEL

1 Pasar ekspor terbesar ikan hias Indonesia 2010‒2012 1 2 Permintaan ikan hias Black Ghost pada periode November‒Desembera 5 3 Penentuan akuarium pada anggota BMS yang menjadi responden 23

4 Perkembangan jumlah anggota kelompok BMS 29

5 Karakteristik responden pembudidaya benih ukuran 1 inci‒1.5 inci 34 6 Analisis pendapatan ke-5 anggota BMS per siklus produksi periode

November‒Desember tahun 2013 35 7 Data kualitas air rata-rata pada air sumur kedalaman 10 meter di

kelompok tani BMS 37

8 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat kualitas

air per akuarium periode November‒Desember 2013 38 9 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat kualitas

benih per akuarium periode November‒Desember 2013 40 10 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat

penyakit per akuarium periode November–Desember 2013 41 11 Kematian ikan Black Ghost padat penebaran 2‒3 ekor/l akibat SDM

per akuarium periode November–Desember 2013 43

12 Probabilitas sumber risiko kualitas air padat tebar benih 2‒3 ekor/l per

akuarium periode November–Desember 2013 45

13 Probabilitas sumber risiko kualitas benih padat tebar 2‒3 ekor/l per

akuarium periode November–Desember 2013 46

14 Probabilitas sumber risiko penyakit padat tebar benih 2‒3 ekor/l per

akuarium periode November–Desember 2013 47

15 Probabilitas sumber risiko SDM padat tebar 2‒3 ekor/l per akuarium

periode November–Desember 2013 48

16 Dampak sumber risiko kualitas air usaha ikan Black Ghost pada

tingkat harga Rp 1 200 49

17 Dampak sumber risiko kualitas benih usaha ikan Black Ghost pada

tingkat harga Rp 1 200 50

18 Dampak sumber risiko penyakit usaha ikan Black Ghost pada tingkat

harga Rp 1 200 51

19 Dampak sumber risiko SDM ikan Black Ghost pada tingkat harga

Rp 1 200 51

20 Status sumber risiko produksi ikan Black Ghost ukuran 1‒1.5 inci

periode November‒Desember 52

21 Jenis penyakit sumber penyakit akibat parasit dan alternatif

penanganan preventif pada ikan Black Ghost 56

22 Ciri-ciri ikan yang mengalami gangguan kualitas air dan

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi ikan hias di kota Bogor tahun 200ř‒2012 3 2 Produksi ikan hias kota Bogor berdasarkan jenis ikan tahun

2010-2012 3

3 Produksi ikan hias kota Bogor per kecamatan tahun 2009-2011 4

4 Faktor mortalitas ikan yang dibudidayakan 17

5 Hubungan parasit, ikan, dan lingkungan terhadap penyakit 17

6 Pembagian 4 kuadran pada peta risiko 19

7 Kerangka pemikiran operasional penelitian 21

8 Lay out peta risiko 27

9 Pergeseran kuadran pada peta risiko akibat penanganan preventif 28 10 Pergeseran kuadran pada peta risiko akibat penanganan mitigasi 28

11 Struktur kelompok tani BMS 31

12 Faktor penting dan kegiatan produksi benih ikan Black Ghost di BMS 32 13 Pemetaan sumber-sumber risiko ikan Black Ghost periode

November‒Desember pada padat tebar 2‒3 ekor per liter 53 14 Upaya preventif sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost 55 15 Upaya preventif sumber risiko penyakit ikan Black Ghost 57 16 Upaya preventif pada sumber risiko kualitas benih dan SDM ikan

Black Ghost 58

17 Penanganan mitigasi pada sumber risiko kualitas air ikan Black Ghost 59 18 Penanganan mitigasi pada sumber risiko penyakit ikan Black Ghost 61

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta komoditi unggulan kota Bogor berdasarkan kecamatan 69 2 Jumlah wadah budi daya di kota Bogor berdasarkan kecamatan 69

3 Perhitungan varian berdasarkan data 40 akuarium 70

4 Prosedur pengamatan ikan pada akuarium saat penelitian 71

5 Penebaran benih ikan Black Ghost ukuran 1 inci 71

6 Penyiponan kotoran dan pergantian air media pemeliharaan ikan

Black Ghost 71

7 Pemberian pakan berupa cacing sutra pada benih ikan Black Ghost 72

8 Pemanenan benih ukuran 1.5 inci ikan Black Ghost 72

9 Penanganan terhadap benih ikan Black Ghost selama pemeliharaan 73 10 Sumber risiko kualitas air bemih ikan Black Ghost periode

November‒Desember 73

11 Sumber risiko kualitas benih ikan Black Ghost periode

November‒Desember 74

12 Sumber risiko penyakit benih ikan Black Ghost periode

November‒Desember 74

13 Sumber risiko SDM benih ikan Black Ghost periode

(13)

14 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-1 selama 2 siklus 75

15 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-2 selama 2 siklus 76

16 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-3 selama 2 siklus 77

17 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-4 selama 2 siklus 78

18 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-5 selama 2 siklus 79

19 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-1 selama 2 siklus 80

20 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-2 selama 2 siklus 81

21 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-3 selama 2 siklus 82

22 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-4 selama 2 siklus 83

23 Hasil perhitungan dampak sumber risiko ikan Black Ghost pada

pembudidaya ke-5 selama 2 siklus 84

24 Hasil perhitungan status sumber risiko ikan Black Ghost selama 2

siklus pada 5 anggota BMS 85

25 Hasil pemetaan sumber risiko produksi pada masing-masing

(14)

Latar Belakang

Ikan hias di Indonesia merupakan salah satu komoditi perikanan penyumbang devisa bagi negara, karena dapat diekspor ke berbagai negara. Indonesia saat ini telah menduduki ranking ke-5 pengekspor ikan hias dunia setelah Republik Ceko, Thailand, Jepang, dan Singapura1. Negara-negara yang menjadi pasar ekspor ikan hias Indonesia, antara lain Hong Kong SAR, USA, Japan, Singapore, dan negara lainnya (Tabel 1). Nilai ekspor ikan hias di Indonesia meningkat dari tahun 2010 sampai 2012 sebesar 5.56 persen dengan jumlah yang disalurkan ke negara ekspor meningkat juga. Peningkatan nilai ekspor tersebut pada Tabel 1, menunjukkan adanya peningkatan permintaan ikan hias dari tahun ke tahun. Oleh karena itu diperlukan peningkatan produksi agar permintaan terhadap ikan hias tetap terjaga. Dibandingkan dengan ikan konsumsi, ikan hias memiliki beberapa keunggulan, yaitu dapat dibudidayakan secara masal sehingga dapat diproduksi di lahan sempit, waktu pemeliharaan relatif lebih cepat, dan harga yang relatif lebih mahal karena dijual per ekor dengan waktu tersebut.

Tabel 1 Pasar ekspor terbesar ikan hias Indonesia 2010‒2012 Negara Nilai ekspor (US $ juta) Share 2012

(%)

Pertumbuhan 2011‒2012 (%) 2010 2011 2012

Hong Kong SAR 2.62 2.96 3.73 17.73 25.88

USA 2.21 2.00 2.68 12.77 34.05

Japan 2.34 2.30 2.63 12.53 14.64

Singapore 2.77 2.31 2.40 11.40 3.68

Malaysia 1.85 1.52 0.79 3.76 -48.08

UK 0.60 0.87 0.79 3.76 -9.09

China 0.27 1.02 0.71 3.37 -30.36

Other Asia 0.68 0.66 0.71 3.37 7.22

Germany 0.50 0.54 0.64 3.04 17.97

Australia 0.50 0.37 0.62 2.97 68.77

Other 5.42 5.35 5.32 25.31 -0.54

Total 19.77 19.90 21.02 100

Sumber: Kedutaan Besar Republik Indonesia (2013)

Walaupun memiliki keunggulan, ikan hias sebagai komoditi perikanan berhadapan dengan kemungkinan terjadinya risiko, karena berhubungan dengan pemeliharaan makhluk hidup. Risiko didefinisikan sebagai sebuah simpangan yang terjadi antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi (Reiss 2001; Kountur 2008). Menurut Kadarsan (1992), risiko produksi di sektor

1

(15)

pertanian dalam arti luas (tanam-tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki kemungkinan terjadi lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor non pertanian, karena pertanian dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Penelitian mengenai risiko telah banyak dilakukan terutama risiko produksi dalam bidang pertanian, pertenakan, dan perikanan, seperti penelitian Saputra (2011) mengindikasi adanya risiko berdasarkan perubahan produktivitas ikan patin dari Januari 2010 sampai April 2011. Berbeda halnya dengan Dewiaji (2011), Hadinata (2013), dan Simanjuntak (2013) melihat perubahan tingkat kelangsungan hidup pada komoditi yang diteliti sebagai indikasi adanya risiko. Indikasi risiko akibat perubahan produktivitas dan kelangsungan hidup komoditi yang dibudidayakan akan berpengaruh terhadap jumlah dan pendapatan yang dihasilkan pembudidaya. Hal tersebut menunjukkan penelitian risiko penting untuk dilakukan, terutama risiko produksi pada budi daya ikan hias.

Kegiatan produksi pada budi daya ikan hias lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya dibandingkan dengan perusahaan besar. Pembudidaya ikan hias relatif memiliki lahan yang sempit dibandingkan dengan perusahaan akibat adanya keterbatasan modal. Walaupun demikian, terdapat beraneka ragam ikan hias bernilai ekonomi cukup tinggi dibudidayakan pembudidaya, antara lain ikan Koi, Manfish, Koki, Niasa, Redfin, Lemon, Komet, Sumatra barb, Black Ghost, Aligator, Arwana, dan ikan hias jenis lainnya yang biasa dicari penghobi2, sehingga diperlukan penguatan kegiatan produksi para pembudidaya agar ketersediaan ikan tetap terjaga, yaitu salah satunya dengan penanganan terhadap risiko yang berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Penanganan terhadap risiko tersebut diharapkan dapat menurunkan dampak kerugian pada penerimaan dan keberhasilan usaha pembudidaya ikan hias.

Usaha budi daya ikan hias terbagi dalam 2 segmentasi bisnis, yaitu segmen pembenihan dan segmen pendederan. Segmen pembenihan merupakan penghasil benih ukuran tertentu hasil pemijahan induk, sedangkan segmen pendederan merupakan penghasil benih ukuran jual tertentu berasal dari benih hasil pembenihan. Pendederan merupakan salah satu upaya penyesuaian benih untuk dibesarkan kembali hingga dapat dijual pada ukuran tertentu, agar benih lebih tahan dan kuat untuk menghadapi lingkungan baru (Effendi 2009), sehingga memiliki kelangsungan hidup lebih tinggi. Selain itu, sebelum benih diekspor atau dijual ke konsumen yang memiliki lingkungan berbeda, benih telah beradaptasi pada tahap pendederan sehingga benih dapat dijual dengan harga yang sesuai. Oleh karena itu segmen yang diteliti ialah pendederan ikan hias.

Wilayah sentra produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 provinsi. Sentra budi daya ikan hias terbesar terdapat di 5 provinsi yakni, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan D.I. Yogyakarta3. Provinsi Jawa Barat memiliki banyak kota dan kabupaten yang membudidayakan ikan hias, salah satunya kota Bogor.

(16)

kehidupan banyak ikan hias, terutama ikan hias yang hidup di lingkungan tropis. Hal tersebut dikarenakan kota Bogor berada pada suhu rata‒rata tiap bulan 26 oC dengan suhu terendah 21.8 oC dan suhu tertinggi 30.4 oC. Potensi kota Bogor sebagai penghasil ikan hias dapat dilihat dari perkembangan jumlah produksi ikan hias yang meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang ditunjukkan Gambar 1.

Sumber: PEMKOT Bogor, 2013 (diolah)

Gambar 1 Produksi ikan hias di kota Bogor tahun 2009‒2012

Jumlah produksi ikan hias yang tersaji pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa produksi ikan hias di kota Bogor selalu mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan yang terjadi menunjukkan kota Bogor memiliki potensi sebagai daerah produksi ikan hias karena mengalami peningkatan jumlah produksi. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah total produksi di kota Bogor dari tahun 2009 sampai 2012. Peningkatan yang terjadi sebesar 5.77 persen dari jumlah 13 254 124 ekor pada tahun 2009, bertambah menjadi 14 065 383 ekor pada tahun 2012. Jumlah produksi tersebut merupakan total dari seluruh jenis ikan yang diproduksi di kota Bogor.

Gambar2 Produksi ikan hias kota Bogor berdasarkan jenis ikan tahun 2010-2012

Bogor merupakan salah satu tempat bagi para peminat ikan hias untuk memperoleh beragam jenis ikan hias favorit (Gunawan et al. 2010). Berbagai macam ikan hias yang dapat dibudidayakan di kota Bogor di antaranya, yaitu jenis Black Ghost, Corrydoras, Neon Tetra, dan lain-lain. Gambar 2 menunjukkan data

(17)

produksi ikan hias di kota Bogor pada tahun 2010 sampai 2012 berdasarkan jenis ikan. Dari data tersebut terlihat beberapa komoditi yang dapat dibudidayakan secara berkelanjutan karena selalu mengalami peningkatan jumlah produksi. Komoditi Black Ghost salah satu yang mengalami peningkatan dan menjadi jenis ikan dengan jumlah produksi tertinggi dari tahun 2010 sampai 2012. Jumlah produksi ikan Black Ghost pada tahun 2010, 2011, dan 2012 masing-masing 6 194 500 ekor, 6 318 390 ekor, dan 6 444 758 ekor. Black Ghost merupakan salah satu ikan hias yang diekspor Indonesia. Black Ghost berasal dari sungai Amazon, Amerika Selatan merupakan ikan pendamai, yang ukurannya dapat mencapai 50 cm, tubuhnya memanjang dan pipih dengan warna tubuh hitam4. Oleh karena itu, komoditi yang diteliti merupakan ikan Black Ghost.

Perkembangan produksi ikan hias di kota Bogor terus mengalami peningkatan, namun dilihat dari jumlah produksi per kecamatan tahun 2009 sampai 2011, seperti ditunjukkan pada Gambar 3 masing-masing kecamatan menghasilkan perubahan jumlah produksi ikan hias. Terdapat 6 kecamatan produsen ikan hias di kota Bogor, yaitu Bogor Barat, Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal. Walaupun Tanah Sareal memiliki nilai tertinggi untuk produksi ikan hias, namun komoditi unggulan yang ada bukanlah komoditi Black Ghost. Kecamatan Bogor Utara terutama kelurahan Ciluar memang bukan produsen ikan hias terbesar dan tidak memiliki nilai tertinggi dalam produksinya, namun merupakan salah satu daerah berpotensi karena termasuk unggul dalam komoditi ikan hias di kota Bogor (Lampiran 1). Dilihat dari data produksi tahun 2010 ke 2011 terjadi penurunan produksi di kecamatan Bogor Utara, yaitu 3 379 802 ekor menjadi 2 482 126 ekor atau setara dengan 26.5 persen, tetapi jumlah akuarium dan bak yang dimiliki masing-masing RTP (Rumah Tangga Pembudidaya Perikanan) tidak mengalami perubahan secara drastis (Lampiran 2), sehingga berindikasi adanya risiko produksi yang terjadi pada budi daya ikan hias di kecamatan Bogor Utara.

Sumber: PEMKOT Bogor, 2012. (diolah)

Gambar 3 Produksi ikan hias kota Bogor per kecamatan tahun 2009-2011

4

(18)

Menurut Dinas Pertanian kota Bogor, kelompok tani yang berasal dari kecamatan Bogor Utara ialah kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS). Kelompok BMS memiliki komoditi unggulan ikan hias Black Ghost. Kelompok BMS telah memenangkan beberapa kejuaraan, salah satunya menjadi pemenang pada lomba pembudidaya ikan hias tingkat nasional tahun 20115. Menurut Taufan Fish Farm, ukuran benih Black Ghost 1 inci dan 1.5 inci selalu dicari oleh para pembudidaya untuk dibesarkan kembali hingga ukuran ekspor 3 inci6. Oleh karena itu terdapat permintaan ikan Black Ghost yang belum terpenuhi oleh pembudidaya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Permintaan ikan hias Black Ghost pada periode November‒Desembera

Supllier Permintaan (ekor) Penawaran (ekor) Pangsa pasar (%)

Bapak Hari (Tulung Agung)b 20 000 9 175 45

Marlemc 48 000 20 000 42

Taufan Fish Farmd 20 000 7 920 39

a

Data diperoleh dari wawancara; b data 1 anggota BMS; c data supplier benih 2 inci; data Taufan Fish Farm.

Tabel 2 menunjukkan hasil wawancara dari 3 pengumpul ikan hias, permintaan yang baru terpenuhi kurang dari 50 persen. Seorang anggota BMS baru bisa memenuhi 9 175 ekor benih ukuran 1.5 inci dari permintaan yang biasanya diasumsikan 20 000 per bulan pada periode November sampai Desember. Hal serupa dialami oleh Taufan Fish Farm dari 1 pembudidaya mitra didapatkan 360 ekor benih ukuran 1.5 inci dengan pembudidaya mitra sebanyak 22 pembudidaya, benih dipenuhi sebesar 7 920 ekor dari permintaan 20 000 ekor. Adapun hasil wawancara dari supplier benih ukuran 2 inci yang menginginkan 48 000 ekor per bulan namun benih yang didapatkan hanya 20 000 ekor dari pembudidaya. Hal tersebut menunjukkan potensi benih ikan Black Ghost untuk dikembangkan karena adanya peluang pasar dari permintaan yang belum terpenuhi. Oleh karena itu perlu diperkuat kegiatan produksi ikan Black Ghost agar permintaan dapat terjaga dan terpenuhi. Salah satu upaya yang dilakukan agar produksi tetap terjaga dan terpenuhi, yaitu dengan mengetahui penanganan yang dapat dilakukan terhadap setiap sumber risiko, terutama risiko produksi. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji mengenai risiko produksi pendederan pada kelompok tani BMS di Kecamatan Bogor Utara.

Perumusan Masalah

Kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS) memiliki jumlah pembudidaya sebanyak 9 pembudidaya ikan hias Black Ghost dari 14 anggota yang ada. Anggota pembudidaya ikan Black Ghost tersebut terbagi-bagi dalam beberapa segmen, yaitu pembudidaya pembenihan dan pembudidaya pendederan.

5

Batara Mina Bogor Utara, Wakili Jabar Dalam Lomba Pembudidayaan Ikan Hias. 2011. http://kotabogor.go.id [diunduh 21 Oktober 2013]

6

(19)

Pembudidaya pembenihan menjalankan beberapa kegiatan, yaitu pemijahan ikan sampai menghasilkan telur yang dibesarkan menjadi benih ikan Black Ghost sebesar 1 inci dan 1.5 inci. Berbeda halnya dengan pembudidaya pendederan menjalankan kegiatan pembesaran ikan dari ukuran 1 atau 1.5 inci sampai ukuran 3 inci, walaupun begitu ada juga anggota yang membudidayakan dari ukuran 1 inci ke 1.5 inci. Pada ukuran 1 inci benih akan mengalami tahap penyesuaian untuk dibesarkan dan diharapkan akan lebih kuat dengan lingkungan baru. Anggota BMS yang membesarkan ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai ke ukuran 1.5 inci hanya ada 5 orang.

Data produksi benih ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai 1.5 inci milik 5 anggota BMS berasal dari sampel 4 akuarium per anggota secara berurutan selama 2 siklus pada periode November sampai Desember 2013, sehingga total keseluruhan terdapat 40 akuarium. Data tersebut menunjukkan perbedaan tingkat kelangsungan hidup (SR) antar anggota BMS. Lampiran 3 menunjukkan data kelangsungan hidup pada 40 akuarium yang dimiliki 5 anggota BMS pada unit pendederan. Data kelangsungan hidup tersebut berbeda-beda antar anggota yaitu berkisar antara 63.0 persen sampai 96.57 persen. Walaupun demikian dilihat dari luas akuarium dan jumlah tebar dihasilkan padat tebar per akuarium hampir sama yaitu 2 sampai 3 ekor per akuarium. Proses pemeliharaan benih Black Ghost dari ukuran 1 inci sampai ukuran 1.5 inci berlangsung selama 2 sampai 3 minggu. Perbedaan tingkat kelangsungan hidup dengan kepadatan yang hampir sama pada Lampiran 3 menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh pembudidaya. Selain itu indikasi adanya risiko tersebut dapat dilihat dari nilai perhitungan coefficient variation, standar deviation, dan variance. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dihasilkan nilai coefficient variation sebesar 0.15, standar deviation sebesar 110 260, dan variance sebesar 12 157 257 600. Nilai dari coefficient variation yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap dihasilkan 100 ekor ikan Black Ghost akan dihadapi risiko sebesar 15 persen dari jumlah tersebut dalam satu siklus produksi.

(20)

usaha berjalan lebih baik, sedangkan kesalahan penanganan dapat mengakibatkan usaha yang dijalankan BMS mengalami kerugian yang lebih besar.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengapa tingkat kematian ikan antar anggota berbeda? sumber-sumber apa saja yang menyebabkan risiko kematian ikan Black Ghost di BMS?

2. Apakah benar terdapat perbedaan risiko antar pembudidaya?

3. Bagaimana status risiko dari sumber risiko yang dihadapi oleh usaha pendederan ikan Black Ghost di BMS?

4. Bagaimana penanganan yang dilakukan dalam mengatasi risiko produksi pendederan ikan Black Ghost?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sesuai uraian dari latar belakang dan perumusan masalah usaha pendederan ikan Black Ghost, antara lain:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi di dalam usaha BMS dengan menggunakan analisis deskriptif,

2. Menganalisis status risiko produksi baik yang dihadapi oleh usaha pendederan ikan Black Ghost di BMS atau status per pembudidaya,

3. Merekomendasikan alternatif penanganan yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pendederan ikan Black Ghost baik di BMS atau per pembudidaya.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya yaitu:

1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budi daya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengatasi risiko produksi yang dihadapi,

2. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca dalam menambah wawasan mengenai risiko produksi pendederan ikan Black Ghost,

3. Sebagai referensi atau literature bagi penelitian lain yang akan dilakukan.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini yang dikaji, yaitu segmen usaha pendederan ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons) dengan memfokuskan pada analisis risiko produksi, pada usaha kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS) yang diusahakan ukuran kurang lebih 1 inci sampai ukuran 1.5 inci bukan segmen pembenihan dan bukan risiko usaha dikarenakan adanya keterbatasan data dan waktu. 2. Data yang diperoleh dalam penelitian ini bukan data time series seperti pada

(21)

section) dengan waktu 2 siklus periode bulan November sampai Desember (time series), sehingga total akuarium sebanyak 40 unit. Data tersebut terdiri atas jumlah benih, hasil panen, data mortalitas, penyebab terjadinya kematian ikan Black Ghost, dan data lain terkait produksi benih ikan Black Ghost. 3. Selain itu, adanya sumber risiko cuaca tidak dapat digunakan sebagai sumber

risiko dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini hanya melihat cuaca di lapangan pada saat penelitian ini berlangsung saja, yaitu 2 siklus tidak dapat membandingkan cuaca yang terjadi pada 1 tahun.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka sebagai sebuah acuan primer yang memuat telaah secara singkat, jelas, dan sistematis tentang temuan, postulat, prinsip, asumsi, dan hasil penelitian yang relevan melandasi masalah penelitian atau gagasan guna menggali pemahaman mengenai masalah penelitian dan pemecahan masalahnya (IPB 2012). Tinjauan pustaka dalam penelitian ini akan membahas mengenai teknik budi daya ikan Black Ghost, kajian permasalahan risiko, sumber-sumber risiko produksi perikanan, penanganan risiko produksi perikanan, dan metode analisis risiko.

Teknik Budi Daya Ikan Black Ghost (Afteronotus albifrons)

Ikan Black Ghost atau dikenal ikan Setan di Indonesia memiliki nama latin Afteronotus albifrons. Black Ghost merupakan ikan asli sungai Amazone di Amerika Selatan, ikan ini bersifat predator bagi larva-larva serangga yang berukuran mikro atau disebut micro-predator larva serangga (Planquette et al. 1996). Sekujur tubuh ikan Black Ghost berwarna hitam kelam, dengan sirip perut berjuntai meliuk-liuk dan terdapat lingkaran berwarna putih berjumlah 1 sampai 3 buah pada bagian ekor (Bachtiar 2004). Sesuai identifikasi ikan ini hidup di lingkungan yang memiliki kisaran pH 6.0 sampai 8.0, dH 5 sampai 19, dan suhu 23 °C sampai 28 °C (Riehl 1991).

Kegiatan budi daya ikan hias dibagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu kegiatan pembenihan dan kegiatan pendederan. Kegiatan pembenihan merupakan segala aktivitas yang berhubungan dengan usaha memperbanyak benih yang dihasilkan dari indukan, sehingga dapat dijual atau digunakan menjadi input bagi kegiatan pendederan. Aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan pembenihan dapat berupa seleksi induk; pemberian pakan; pengaturan kualitas air; proses pemijahan; pemeliharaan larva/benih; dan persiapan wadah baik untuk indukan, pemijahan, dan pemeliharaan larva. Pemijahan merupakan proses pelepasan telur dan sperma dari induk ikan, sehingga menghasilkan telur terbuahi. Ikan akan melakukan pemijahan dengan memilih tempat, waktu, dan kondisi lingkungan yang sesuai (Sutrisno 2006). Adapun teknik budi daya ikan hias Black Ghost menurut DJPB (2012), yaitu:

1. Pemilihan Induk

(22)

Ikan jantan pada umumnya memiliki jarak antara mulut dan tutup insang lebih panjang dibandingkan dengan betina. Selain itu, ikan jantan memiliki tubuh lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina. Ikan biasanya akan matang telur setelah berusia 1 tahun dan panjang tubuh mencapai sekitar 15 cm.

2. Persiapan Pemijahan

Wadah untuk pemijahan dapat berupa akuarium berukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm dengan ketinggian air 25 cm sampai 30 cm. Air yang dipergunakan untuk pemijahan harus steril dan jernih dengan pH 6.5 serta suhu 24 oC sampai 26 oC. Substrat yang digunakan berupa pakis atau benda-benda keras yang dapat digunakan untuk menyembunyikan telur seperti pipa PVC dan keramik.

3. Proses Pemijahan

Pemijahan biasanya berlangsung pada malam hari. Akuarium pemijahan biasanya dibuat gelap, hal ini dilakukan dengan menutup akuarium dari sinar matahari. Selain itu induk yang dipijahkan akan dipasangkan dengan beberapa syarat, yaitu umurnya harus lebih dari 1 tahun, bentuk fisik sempurna, diusahakan bukan perkawinan sedarah, sehat, dan jumlah perbandingannya sesuai. Setelah telur keluar sebaiknya telur beserta sarang segera diangkat dari akuarium pemijahan dan langsung dipindahkan ke dalam akuarium penetasan.

4. Merawat Telur, Larva dan Anak Ikan

Telur pada umumnya akan menetas setelah 48 jam. Telur yang dihasilkan bisa mencapai 200 butir setiap hari, adapun menurut anggota BMS induk yang sehat dan siap memijah akan menghasilkan telur paling sedikit 50 butir dan paling banyak 500 telur dalam satu kali pemijahan dengan tingkat derajat penetasan 50 persen sampai 70 persen7. Berbeda halnya dengan Nugraha (2012) yang menemukan derajat penetasan telur Black Ghost pada suhu 26 oC, kadar DO 8.14 sampai 8.16, dan pH 7.9 sebesar 36 persen. Setelah semua telur menetas, wadah atau air diberi aerasi dan dibersihkan dari sisa telur yang tidak menetas. Fase telur merupakan fase paling rentan terhadap mortalitas yang tinggi. Setelah 3 hari, larva dapat diberi pakan infusoria atau naupli artemia. Setelah berumur 14 sampai 16 hari, larva sudah dapat diberi pakan lain seperti cacing rambut.

Kegiatan pendederan merupakan kegiatan lanjutan yang dilakukan setelah mendapatkan input berupa benih dari kegiatan pembenihan, benih yang didapat dibesarkan hingga ukuran siap jual sesuai permintaan pasar. Benih merupakan anak ikan yang memiliki bentuk morfologi tubuh sudah definitive seperti induknya (Effendi 2009). Kegiatan pendederan dilakukan setelah larva dapat memakan cacing rambut, yaitu berumur 2 minggu sampai ikan mencapai ukuran 1 inci dengan lama pemeliharaan 1 sampai 1.5 bulan, sedangkan kegiatan pembesaran ikan Black Ghost dilakukan untuk mencapai ukuran komersial, yaitu 2 sampai 3 inci dengan padat penebaran 2 sampai 5 ekor/l di akuarium atau bak8. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa cacing rambut secara ad libitum. Ikan Black Ghost dengan ukuran 2 inci dapat dicapai dalam waktu 2

7

Hasil Wawancara dengan Bapak Arifin Wangsadiredja menjabat sebagai penanggung jawab bagian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Kelompok Tani BMS tanggal 04 Oktober 2013

8

(23)

bulan, sedangkan ukuran 3 inci dapat dicapai dengan menambah waktu pemeliharaan selama 3 minggu. Penyiphonan untuk membuang kotoran harus dilakukan setiap hari agar kualitas media tetap terjaga.

Beberapa tingkah laku dan morfologi ikan dapat menunjukkan bahwa ikan tersebut sedang sehat atau tidak sehat. Tingkah laku ikan yang berenang menuju permukaan dan berenang secara horizontal menunjukkan adanya ketidaksesuaian pada kualitas air. Sisa pakan yang banyak juga dapat menunjukkan bahwa keadaan ikan sedang tidak sehat karena nafsu makan berkurang. Apabila dilihat dari keadaan fisik ikan terdapat bintik-bintik putih menunjukkan ikan tersebut terjangkit penyakit white spot, sedangkan jika tubuh ikan seperti dilapisi oleh lendir yang tebal menunjukkan ikan tersebut terjangkit penyakit velvet 9.

Benih ikan Black Ghost yang ditebar harus sehat, berukuran seragam, tidak cacat, dan bebas dari penyakit. Kegiatan penebaran benih dilakukan pada saat sore hari, agar dapat meminimalkan stress yang akan terjadi pada benih yang ditebar. Hal tersebut dikarenakan pada pagi hari suhu masih rendah sehingga ikan tidak terlalu terkejut saat dipindahkan ke dalam wadah pendederan. Selain itu diperlukan ketelatenan dari sumber daya yang melakukan penebaran benih, apabila penebaran benih dilakukan dengan sembarangan dan tidak hati-hati akan menyebabkan benih stress dan mati. Oleh karena itu diperlukan proses penyesuaian lingkungan terlebih dahulu atau disebut dengan aklimatisasi. Menurut anggota BMS kelangsungan hidup (SR) kondisi terbaik, yaitu lebih dari 90 persen, saat normal berkisar antara 90 persen sampai 80 persen, sedangkan kondisi terburuk saat kurang dari 80 persen. Hal serupa juga dijelaskan oleh Jatilaksono (2012) yang menemukan bahwa kelangsungan hidup Black Ghost di media air sumur yang dipuasakan 96.67 persen sampai 100 persen dalam keadaan baik, 80 persen saat keadaan menurun, dan keadaan terburuk sebesar 63.3 persen.

Kegiatan pemberian pakan pun harus diperhatikan sesuai dengan bukaan mulut benih dan kebutuhan pakan. Benih akan mencari makan dengan insting alamiahnya, sehingga pakan penting untuk disediakan dalam wadah pemeliharaan. Setelah benih berwarna hitam dan berenang bebas maka makanan dari luar dibutuhkan dan ikan pun sudah dapat diberi pakan cacing sutera. Jumlah pakan harus sesuai dan telah diberikan penanganan khusus agar tidak mengganggu kualitas air. Hal tersebut dilakukan agar pakan yang diberikan tepat, apabila tidak tepat dapat berdampak pada kematian benih dan kerugian usaha.

Kajian Permasalahan Risiko

Risiko merupakan sebuah kejadian yang akan terjadi diluar hasil yang diharapkan. Risiko yang terdapat pada suatu usaha ada beberapa macam jenisnya, dapat berupa risiko produksi, risiko pasar, dan risiko keuangan. Risiko produksi merupakan risiko yang sangat penting untuk diteliti karena berkaitan langsung dengan output yang akan dihasilkan. Jika sebuah produksi tidak berhasil akibat adanya risiko yang tidak dapat teratasi akan membuat output dari hasil produksi tidak maksimal bahkan tidak ada hasilnya. Penelitian tentang risiko produksi telah dilakukan untuk beberapa komoditi, seperti komoditi ayam (Simanjuntak 2013),

9

(24)

ikan hias (Silaban 2011), ikan Patin (Saputra 2011), ikan Lele (Dewiaji 2011). Beberapa permasalahan yang diangkat berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan, di antaranya yaitu mengenai sumber-sumber risiko yang dihadapi, metode analisis risiko, dan strategi pengelolaan risiko.

Silaban (2011) dan Dewiaji (2011) merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitiannya, yaitu sumber penyebab terjadinya risiko produksi dan strategi untuk mengatasinya. Hal tersebut merupakan sebuah upaya identifikasi sumber risiko, sehingga dapat dirumuskan strategi penanganan yang tepat. Berbeda dengan Saputra (2011) yang melakukan identifikasi sumber risiko produksi dan dampak yang ditimbulkan risiko tersebut sehingga strategi penanganan dapat disusun. Penelitian serupa namun berbeda komoditas juga dilakukan, yaitu oleh Simanjuntak (2013) pada ayam ras pedaging dan komoditas Black Ghost oleh Hadinata (2013). Walaupun risiko produksi Black Ghost telah diteliti, tetapi pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian risiko produksi sebelumnya hanya meneliti 1 pembudidaya dengan data antar waktu (time series), sedangkan penelitian ini dilakukan pada kelompok tani yang memiliki tempat budi daya tidak dalam 1 tempat ataupun 1 waktu, yaitu data panel. Persamaan dari penelitian risiko yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, yaitu akan dilakukannya identifikasi pada sumber risiko, mengetahui tingkat risiko, dampak risiko, dan mencari penanganan yang tepat.

Disisi lain Ekasari (2008) merumuskan penelitian berbeda dengan Silaban, Saputra, dan Dewiaji, Simanjuntak, dan Hadinata yang merumuskan penelitian berdasarkan adanya risiko produksi pada usaha. Ekasari (2008) lebih menitikberatkan pada identifikasi risiko dan memetakan risiko usaha perikanan tangkap, menghitung besaran risiko serta dampaknya bagi produksi, harga dan pendapatan nelayan besaran risiko berbeda-beda diantara musim serta alat tangkap yang digunakan, mengukur sikap nelayan terhadap risiko, dan solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha. Adapun permasalahan risiko yang berbeda diangkat Budy (2011), yaitu berupa risiko usaha pada pemotongan ayam, sehingga penelitian yang dilakukan menganalisis risiko harga, risiko penjualan dan risiko pendapatan pada usaha pemotongan ayam, serta manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko usaha pada usaha pemotongan ayam Broiler di Kebon Pedes.

(25)

Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan

Sumber-sumber penyebab risiko yang telah diidentifikasi merupakan langkah awal agar suatu usaha dapat meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan. Sumber-sumber usaha agribisnis sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan suhu, hama, dan penyakit, penggunaan input, serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Silaban (2011) menemukan sumber risiko produksi yang di dapat dari hasil penelitiannya pada ikan hias manvis, discus, dan lobster berasal dari perubahan kondisi cuaca atau iklim, kualitas pakan yang buruk dan serangan penyakit. Berbeda halnya dengan Saputra (2011) yang menemukan sumber risiko produksi, yaitu kesalahan dalam melakukan kanibalisme, kesalahan penyuntikan induk, musim kemarau, perubahan suhu air yang bersifat ekstrim yang dapat memicu kematian benih, penyakit, dan seleksi induk. Hampir serupa Hadinata (2013) menemukan sumber risiko produksi pada ikan Black Ghost yaitu perubahan kualitas air, penyakit, dan ikan saling menyerang. Seperti halnya Dewiaji (2011) menemukan bahwa risiko kualitas dan pasokan benih merupakan sumber risiko produksi yang memberikan dampak kerugian terbesar bagi usaha. Hasil tersebut ditemukan dengan membandingkan dampak dari sumber-sumber risiko produksi yang ditemukan, seperti kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia yang ditimbulkan terhadap keuangan perusahaan.

Silaban (2011), Saputra (2011), Hadinata (2013), dan Dewiaji (2011) mengangkat permasalahan pada risiko produksi pada komoditas ikan yang berbeda dengan lokasi yang berbeda juga, sehingga sumber-sumber risiko yang ditemukan berbeda. Namun ada persamaan dari penelitian tersebut, yaitu melakukan penelitian dilakukan akibat adanya permasalahan fluktuasi baik pada kegiatan produksi atau usaha secara keseluruhan. Pada penelitian ini permasalahan yang diangkat karena salah satu faktor yang berisiko dalam perbedaan waktu pemanenan benih ikan Black Ghost antar anggota yang berbeda dan kelangsungan hidup (SR) ikan yang berbeda antar anggota, sehingga perlu mengkaji apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, apakah sumber risiko seperti kualitas air, penyakit, dan ikan saling menyerang yang Hadinata (2013) kemukakan berpengaruh juga terhadap produksi Black Ghost di kelompok tani BMS ataukah terdapat faktor lain yang mempengaruhi.

Penanganan Risiko Produksi Perikanan

Proses identifikasi sumber-sumber risiko yang menjadi risiko produksi bukanlah proses akhir penyelesaian risiko. Selanjutnya diperlukan penanganan agar risiko tersebut dapat ditangani dampaknya. Hal tersebut dilakukan agar tidak akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Pada umumnya risiko tersebut dapat diminimalisasi dengan menggunakan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas. Apabila risiko telah diminimalisir atau ditangani dengan tepat maka usaha akan mencapai keuntungan atau tujuan yang diharapkan.

(26)

dan mengalihkan risiko yang dihadapi. Silaban (2011) mengemukakan strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm, yaitu strategi diversifikasi dengan beberapa gabungan aset yang ada. Akibat sumber risiko dan tempat serta jenis ikan berbeda Dewiaji (2011), Hadinata (2013), dan Saputra (2011) membuat strategi penanganan berbeda, yaitu strategi preventif untuk menghindari risiko dan strategi mitigasi untuk mengurangi risiko. Berbeda halnya dengan Ekasari (2008), mengemukakan 3 solusi yang menjadi prioritas pada risiko usaha perikanan tangkap, yaitu (1) penerapan aturan peminjaman fleksibel namun tetap bersifat prudent, (2) pembuatan payung hukum mengenai penguatan modal, (3) penetapan skema pembiayaan sesuai dengan karateristik perikanan tangkap. Selain strategi diatas, penanganan dapat dilakukan dengan memanage usaha. Pada penelitian risiko produksi ikan Black Ghost ini direkomendasikan kepada usaha penanganan digunakan sesuai dengan dampak dari sumber-sumber risiko yang dihadapi.

Metode Analisis Risiko

Metode analisis dilakukan oleh peneliti sebagai jalan untuk mengetahui alternatif tindakan yang akan diambil dengan menganalisis sumber-sumber risiko produksi. Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Sebelum menentukan metode yang digunakan harus diketahui terlebih dahulu data yang dibutuhkan. Dewiaji (2011), Ekasari (2008), Hadinata (2013), Silaban (2011), Saputra (2011), dan Santoso (2011) menggunakan data antar waktu (time series). Berbeda halnya dengan penelitian Simanjuntak (2013), dalam data yang digunakan bukanlah berdasarkan data time series melainkan berdasarkan data antar ruang (cross section) yang berasal dari 10 pembudidaya. Adapun metode lain dalam menilai sebuah risiko, yaitu dengan menggunakan metode aproksimasi seperti yang dilakukan oleh Farida (2011) dengan mewawancarai ahli atau responden terkait probabilitas dan dampak risiko. Metode yang digunakan Silaban (2011) dan Santoso (2011) mengolah data secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif, selain itu pengukuran risiko dilakukan dengan menghitung expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat penyimpangan yang terjadi terhadap penerimaan yang diharapkan dan tingkat risiko per satuan penerimaannya.

(27)

digunakannya berdasarkan pada penggabungan antara alat analisis risiko dan strategi, yaitu menggunakan instrumen analisis untuk risiko simpangan baku (s), koefisien variasi (CV), dan peluang risiko total (PRT), sedangkan analisis strategi menggunakan matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis) dan matriks EFAS (External Strategic Factor Analysis) yang selanjutkan akan dimasukkan ke dalam analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threat) untuk menentukan solusi yang akan diterapkan.

Penelitian pendederan ikan Black Ghost ini menggunakan data panel yang berasal dari penggabungan data cross section dari 5 pembudidaya dengan sampel 4 akuarium per pembudidaya, sehingga jumlah akuarium sebanyak 20 unit dan dengan data time series dari 2 siklus produksi. Data tersebut didapatkan dengan melakukan analisis deskriptif melalui observasi atau pengamatan langsung, wawancara, dan diskusi dengan pengelola BMS untuk mengetahui sumber-sumber risiko. Analisis selanjutnya yang dilakukan ialah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi dari adanya sumber-sumber risiko yang diidentifikasi. Pengukuran tingkat risiko produksi dilakukan dengan analisis nilai standar atau disebut analisis z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis VaR karena termasuk metode popular dalam menghitung risiko.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan paparan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan rumusan masalah yang akan diteliti. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini mengenai risiko, terdiri atas konsep risiko, sumber-sumber risiko, metode pengukuran risiko, dan penanganan dalam mengatasi risiko.

Konsep risiko

Sebuah bisnis dalam kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan tindakan yang benar agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan atau pengusaha. Seorang pengusaha sering mengambil sebuah keputusan yang dapat berpengaruh terhadap jalannya usaha. Keputusan yang diambil tersebut dapat menunjukkan hal yang baik maupun buruk bagi usaha yang dijalankannya. Seorang pengusaha harus mempertimbangkan banyak hal agar keputusan yang diambilnya dapat memajukan usaha bukan sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan pemahanan terhadap peluang dan dampak tindakan yang akan dilakukan baik itu pada pertanyaan apa, kapan, dimana, siapa, dan kenapa.

(28)

merupakan sebuah kejadian yang belum terjadi, namun memiliki sebuah peluang untuk terjadi. Terdapat 3 unsur penting yang dikemukanan oleh Kountur (2008) dari sesuatu yang dianggap risiko, yaitu merupakan suatu kejadian, kejadian tersebut merupakan sebuah kemungkinan, apabila terjadi akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu dapat dikatakan risiko merupakan sebuah penyimpangan yang terjadi dari hasil yang diinginkan dengan hasil kenyataan yang diterima. Berbeda halnya dengan Reiss (2001) yang menyatakan bahwa risiko merupakan ukuran sederhana dari harapan yang menyimpang dan dapat menimbulkan hal baik atau buruk. Hal baik yang dimaksud di sini berasal dari hasil yang melebihi harapan, seperti hasil panen yang berlebih dan tidak ada biaya imbangan pada kasus tersebut, sedangkan hal buruk yang terjadi dapat berupa hasil yang lebih rendah dari harapan dan mengakibatkan sebuah kerugian, seperti gagal panen yang berpengaruh pada sumber daya dan kestabilan keuangan dari sebuah usaha.

Menurut Robison et al. (1987), risiko dan ketidakpastian dibedakan berdasarkan informasi empiris yang ada untuk menghasilkan sebuah peluang, jika pengambil keputusan menghadapi situasi yang sama dengan lainnya yang telah terjadi di masa lalu dan memiliki informasi tentang hasil dari pilihan sebelumnya dapat digunakan untuk memperkirakan fungsi peluang situasi berisiko. Dalam hal yang sama menurut Harwoord et al. (1999), risiko merupakan ketidakpastian sebagai sebuah "masalah" yang dapat melibatkan kemungkinan kehilangan uang, membahayakan kesehatan manusia, dan dampak yang mempengaruhi kesejahteraan seseorang. Ringkasnya risiko dapat dikatakan sebagai peluang kejadian yang dapat terjadi akibat keputusan yang diambil seseorang untuk mencapai sebuah tujuan dan akan berdampak bagi semua pihak yang terkait, namun dapat diminimalisir dengan informasi yang ada sebelumnya.

Risiko dapat terjadi dimanapun dan kapanpun. Agar tidak berdampak pada kerugian dalam sebuah usaha diperlukan pemahaman mengenai sumber risiko yang dapat terjadi. Agar dapat mengetahui sumber risiko yang dihadapi sebuah usaha, salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko. Selanjutnya dapat diketahui penanganan yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi risiko tersebut. Oleh karena itu pemahaman dan pengetahuan mengenai sumber risiko penting untuk dilakukan.

(29)

produksinya. Risiko kebijakan merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan pihak berwenang seperti pemerintah terhadap usaha yang dilakukan. Salah satu sumber risiko kebijakan, yaitu adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor. Risiko keuangan merupakan risiko terkait dengan efek yang ditimbulkan terhadap keuangan suatu usaha. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh risiko keuangan antara lain adalah adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain.

Sumber-sumber risiko produksi perikanan

Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa sumber risiko yang dihadapi dalam pertanian, yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko kebijakan, risiko personal, dan risiko keuangan (Harwoord et al. 1999). Risiko produksi sangat terkait dengan kegiatan produksi suatu usaha yang dilakukan pembudidaya dan akan berpengaruh terhadap output yang dihasilkan. Menurut Kadarsan (1992) risiko produksi di sektor pertanian dalam arti luas (tanam-tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki kemungkinan terjadi lebih besar dibandingkan dengan risiko di sektor nonpertanian karena sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Selain dipengaruhi oleh alam kemungkinan terjadinya risiko produksi lebih besar dapat didorong oleh sifat komoditi pertanian sendiri, antara lain membutuhkan ruang yang besar (voluminous), mudah rusak (perishable), dan tidak tahan lama (bulky). Di samping itu, menurut Reijntjes (1999), risiko produksi merupakan kerugian akibat keragaman yang dapat

diakibatkan fluktuasi “kecil” misalnya dalam cuaca, munculnya hama, permintaan

pasar, taksiran sumber daya, ketersediaan tenaga kerja, atau gangguan-gangguan

(30)

Sumber: Bittner (1989)

Gambar 4 Faktor mortalitas ikan yang dibudidayakan

Berdasarkan uraian sebelumnya faktor mortalitas yang sering dihadapi pembudidaya salah satunya ialah penyakit. Menurut Sachlan dalam Afrianto (1992) penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan. Gangguan yang terjadi pada ikan bisa secara langsung maupun secara tidak langsung. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh organisme lain, pakan, ataupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan seperti yang ditunjukkan Gambar 5. Hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pembudidaya, namun kerugian yang diderita dapat diminimalisir dengan adanya pengetahuan untuk menjaga keserasian antara ke-3 komponen tersebut agar serangan penyakit tidak terjadi.

Sumber: Afrianto (1992)

Gambar 5 Hubungan parasit, ikan, dan lingkungan terhadap penyakit

Sumber penyakit sendiri menurut Afrianto (1992) dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Hama yang terdiri atas hama yang bersifat memangsa ikan (predator); organisme yang menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan, dan ruang gerak (kompetitor); dan pencuri.

2. Parasiter yakni penyakit yang disebabkan aktivitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing, dan udang renik. 3. Non parasiter yakni penyakit yang bukan disebabkan oleh hama maupun

organisme penyakit.

Penyakit

Mortalitas kelaparan

panen Bencana

lingkungan

Ikan Lingkungan

Penyakit

(31)

Mortalitas ikan yang terjadi dapat diketahui penyebabnya dengan melihat ciri-ciri yang ditimbulkan. Menurut Bittner (1989) ada 3 tipe kematian ikan yang dapat diamati dalam budi daya ikan, yaitu:

1. Kematian akut yang dirangsang oleh kondisi lingkungan, ciri yang dapat ditimbulkan akibat kematian tersebut yaitu kematian yang mendadak di saat situasi tersebut mulai, kematian tersebut berhenti mendadak pula bila penyebabnya ditiadakan, situasi ini mempengaruhi semua golongan ukuran dan kebanyakan jenis ikan, kondisi terburuk dapat berlangsung 1-2 jam bahkan beberapa menit, puncak mortalitas pada pagi hari, mulut terbuka lebar, insang mengembang, ikan berenang tidak teratur, produksi lendir meningkat, atau insang membengkak.

2. Kematian akut yang dirangsang oleh parasit, ditandai oleh kematian ikan beberapa hari setelah terjangkit, kurva mortalitas kumulatif menanjak tajam, dan ada sejumlah ikan resisten yang dapat bertahan hidup serta ada tanda-tanda luka pada organ.

3. Kematian kronis atau perlahan-lahan, disebabkan oleh keadaan lingkungan yang negatif; mikroorganisme kurang ganas; atau oleh penyakit parasiter tidak menular yang dapat memperlambat perkembangan budi daya ikan, namun merangsang perkembangan penyakit. Parameter lingkungan negatif tersebut terdiri atas, faktor fisika (suhu, salinitas, radiasi, dan oksigen); faktor kimia (pencemaran anthropogenik, kesadahan air, keasaman, dan hasil metabolisme beracun); faktor biologis (parasit, perkembangan ganggang, stress, dan pemangsaan), faktor penanganan dan pakan (luka mekanis, kegaduhan, komposisi pakan, dan antibiotika).

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan sumber risiko apa saja yang dihadapi dalam budi daya ikan Black Ghost pada usaha anggota kelompok tani BMS.

Metode pengukuran risiko

(32)

Pemetaan risiko dilakukan berdasarkan tingkat kepentingan risiko. Kepentingan risiko ditentukan oleh kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang disebabkan oleh risiko. Hasil perkalian antara probabilitas dan dampak risiko dapat menunjukkan status risiko. Status risiko tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan tingkat kepentingan dalam penanganan risiko. Status tersebut terbagi dalam 4 kuadran, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Sumber: (Kountur 2008)

Gambar 6 Pembagian 4 kuadran pada peta risiko

Gambar 6 menunjukkan pembagian kuadran berdasarkan kemungkinan dan dampak terjadinya risiko. Kuadran 1 merupakan kuadran risiko memiliki kemungkinan terjadi tertinggi, akan tetapi dampak yang ditimbulkan berada di batas normal penetapan perusahaan. Kuadran 2 merupakan risiko yang memiliki kemungkinan terjadi yang tinggi dan dampak yang disebabkan juga tinggi yaitu melebihi batas normal yang ditetapkan oleh perusahaan. Pemetaan risiko pada kuadran 3 ialah risiko yang memiliki kemungkinan terjadi yang kecil dan dampak yang disebabkan juga kecil, sedangkan kuadran 4 merupakan kuadran risiko memiliki kemungkinan terjadi kecil akan tetapi dampak yang disebabkan besar.

Penanganan risiko

(33)

keuntungan yang lebih baik. Penanganan yang dilakukan disesuaikan dengan dampak yang terjadi dari risiko yang akan terjadi. Semakin besar dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi penanganan yang akan dilakukan dalam menghadapi risiko tersebut.

Kerangka Pemikiran Operasional

Jawa Barat telah menjadi salah satu dari 5 daerah sentra ikan hias terbesar di Indonesia. Wilayah Jawa Barat menjadi tempat bagi para peminat ikan hias untuk memperoleh beragam ikan hias favorit, salah satunya kota Bogor (Gunawan et al. 2010). Jenis ikan dengan jumlah produksi tertinggi di kota Bogor dari tahun 2010 sampai 2012 dan memiliki keunikan dari segi morfologi serta warna ialah ikan Black Ghost. Ikan Black Ghost juga termasuk komoditi ikan hias yang dapat di ekspor ke beberapa negara, seperti Hongkong dan Saudi Arabia10, sehingga termasuk penyumbang devisa bagi negara. Hal tersebut menunjukkan Black Ghost mempunyai peluang dan prospek untuk dikembangkan.

Batara Mina Sejahtera merupakan kelompok tani di wilayah Bogor Utara yang mayoritas anggotanya membudidayakan ikan Black Ghost. Budi daya dari ikan Black Ghost sendiri tidak luput dari adanya peluang mengalami kerugian. Kerugian tersebut dapat diakibatkan oleh faktor yang dapat menyebabkan ikan gagal di panen dan menjadi risiko dalam kegiatan produksi. Faktor tersebut dapat berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berpengaruh langsung seperti kondisi kesehatan ikan, sedangkan lingkungan eksternal berasal dari luar lingkungan ikan, seperti kualitas air dan penanganan terhadap ikan. Lingkungan yang tidak sesuai dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, apabila kelangsungan hidup ikan menurun. Kelangsungan hidup yang menurun akibat risiko tersebut mengakibatkan penurunan produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima, sehingga dilakukan identifikasi sumber risiko yang ada, analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pengelola. Analisis selanjutnya yang dilakukan ialah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi pendederan ikan Black Ghost dari masing-masing sumber-sumber risiko. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dilakukan dengan analisis nilai standar atau z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan analisis Value at Risk (VAR). Analisis dilakukan menggunakan data produksi pendederan ikan Black Ghost di BMS. Hasil analisis yang didapat menunjukkan status risiko yang kemudian dipetakan, sehingga dapat diketahui risiko produksi mana yang lebih krusial dibandingkan dengan risiko produksi lainnya yang ada di BMS. Setelah mengetahui posisi risiko maka selanjutnya dianalisis alternatif penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan sumber risiko tersebut agar dapat meningkatkan produktivitas dan meminimalkan risiko produksi yang dihadapi. Hasil analisis terhadap penanganan tersebut, selanjutnya direkomendasikan kepada kelompok tani BMS. Alur kerangka pemikiran operasional secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 7.

10

(34)

Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional penelitian

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di kelompok tani Batara Mina Sejahtera (BMS). Kelompok BMS bersekretariat di Jalan Batara No. 39 kelurahan Ciluar, kecamatan Bogor Utara, kota Bogor 15156 provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kelompok ini memiliki anggota sebanyak 14 orang dengan mayoritas anggotanya berlokasi tersentral di kecamatan Bogor Utara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

PELUANG:

*Ikan hias penyumbang devisa

*Jawa Barat salah satu dari 5 sentra ikan hias terbesar di Indonesia *Bogor salah satu kota produsen ikan hias

*Black ghost sebagai jenis ikan dengan produksi tertinggi *Bogor utara salah satu kecamatan yang memiliki potensi ikan hias

*Batara Mina Sejahtera kelompok tani di Bogor Utara berkomoditi unggulan Blackghost

PRODUKSI IKAN BLACK GHOST

Adanya Risiko produksi: kualitas air, kualitas benih, penyakit, SDM.

Mortalitas

Analisis risiko produksi

Dampak (VaR)

Status risiko Pemetaan risiko

Alternatif Penanganan

Probabilitas (Z-Score)

reko

m

end

as

(35)

sengaja dengan pertimbangan bahwa kelompok BMS merupakan salah satu kelompok yang memiliki komoditas unggulan ikan Black Ghost. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2013 sesuai dengan lama pemeliharaan ikan Black Ghost dari ukuran 1 inci sampai berukuran 1.5 inci, yaitu 2 siklus dengan waktu 2 sampai 3 minggu/siklus.

Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner, dan dialog. Wawancara dilakukan pada 5 anggota pembudidaya ikan Black Ghost ukuran 1 inci sampai berukuran 1.5 inci dan karyawan yang bekerja terkait kegiatan produksi budi daya ikan Black Ghost. Selain itu dilakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan produksi benih ikan Black Ghost, berasal dari data panel yang membandingkan 1 anggota dengan anggota lain, menggunakan 40 akuarium berasal dari 4 akuarium per pembudidaya yang dimiliki 5 pembudidaya (cross section/antar ruang) dalam waktu 2 siklus (time series). Data sekunder diperoleh dari data internal BMS, maupun dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian ini seperti dinas terkait, jurnal, penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini, dan artikel elektronik yang terkait, serta literatur yang relevan dengan objek permasalahan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, menurut Nazir (2011) metode pengumpulan data dibagi atas beberapa kelompok, yaitu metode pengamatan langsung; metode dengan menggunakan pertanyaan; dan metode khusus. Data primer didapatkan dari hasil pengamatan langsung pada akuarium yang dimiliki pembudidaya selama 2 siklus yang berlangsung 2 sampai 3 minggu. Pembudidaya dipilih menjadi responden untuk penelitian ini secara convenience sampling dan purposive sampling. Penggunanan convenience sampling berdasarkan kemudahan data yang akan diambil dan kesediaan pembudidaya menjadikan usaha yang dijalankan sebagai objek penelitian. Kelompok ini memiliki anggota sebanyak 14 orang dengan total 9 orang pembudidaya ikan Black Ghost, pada penelitian ini jumlah pembudidaya yang dijadikan responden sebanyak 5 orang dengan pertimbangan hanya anggota tersebut yang membudidayakan ikan ukuran 1 inci hingga berukuran 1.5 inci dan bersedia dijadikan responden.

(36)

dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga volume air yang digunakan yaitu sebanyak 0.15 m3 dan jumlah populasi per akuarium sebanyak 425 ekor. Pembudidaya ke-2 dan ke-4 menggunakan akuarium berukuran 1 m x 0.45 m x 0.4 m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga volume air yang digunakan yaitu sebanyak 0.14 m3 dan jumlah populasi per akuarium 350 ekor. Pembudidaya ke-3 dan ke-5 menggunakan akuarium berukuran 0.9 m x 0.4 m x 0.4 m dengan ketinggian air 0.3 m, sehingga volume air yang digunakan yaitu sebanyak 0.11 m3 dan jumlah populasi per akuarium 300 ekor.

Tabel 3 Penentuan akuarium pada anggota BMS yang menjadi responden Pembudidaya

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui metode pengamatan langsung, yaitu pemberian nomor, kemudian pengamatan tingkah laku, dan terakhir mencatat hasil di jurnal harian (Lampiran 4). Pemberian nomor pada wadah budi daya dilakukan secara berurutan dari akuarium 1 sampai 4 pada siklus 1 dan akuarium 5 sampai 8 pada siklus 2 untuk pembudidaya 1, akuarium 9 sampai 12 pada siklus 1 dan akuarium 13 sampai 16 pada siklus 2 untuk pembudidaya 2, akuarium 17 sampai 20 pada siklus 1 dan akuarium 21 sampai 24 pada siklus 2 untuk pembudidaya 3, akuarium 25 sampai 28 pada siklus 1 dan akuarium 29 sampai 32 pada siklus 2 untuk pembudidaya 4, sedangkan akuarium 33 sampai 36 pada siklus 1 dan akuarium 37 sampai 40 pada siklus 2 untuk pembudidaya 5. Setelah penomoran dari akuarium telah ditentukan, dilakukan pengamatan langsung dengan melihat tingkah laku ikan, melakukan wawancara jika terdapat hal yang tidak diketahui, dan mengikuti setiap kegiatan yang sedang berlangsung. Setelah melihat tingkah laku dan mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan maka selanjutnya dilakukan pencatatan hasil pada jurnal harian. Kegiatan pengamatan tersebut dilakukan selama pemeliharaan benih ukuran 1 inci hingga berukuran 1.5 inci selama 2 siklus produksi.

Metode Analisis Data

(37)

Identifikasi sumber risiko

Pada penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi dan penanganan yang sebaiknya dilakukan usaha pendederan ikan hias Black Ghost pada anggota kelompok tani BMS. Metode deskriptif bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir 2011). Metode deskriptif tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna, dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Kemungkinan terjadinya risiko pada penelitian ini dihitung menggunakan metode nilai standar (z-score). Metode ini dapat digunakan jika ada data historis dan data dalam bentuk continues (Kountur 2008). Pada penelitian ini yang akan dihitung yaitu kemungkinan terjadinya risiko produksi benih ikan Black Ghost. Kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi dalam penelitian ini akan dihitung dari data kematian ikan Black Ghost, data historis yang diperlukan diganti data dari 5 anggota BMS dengan penggunaan 4 akuarium pada masing-masing pembudidaya dalam waktu 2 siklus produksi. Hal tersebut membuat data tersebut berbeda dengan data historis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung kemungkinan risiko:

1. Menghitung tingkat kematian ikan berdasarkan sumber risiko

Risiko produksi usaha pendederan ikan Black Ghost pada anggota BMS akan diidentifikasi dengan memperhitungkan tingkat kematian setiap periode produksi. Tingkat kematian ikan Black Ghost dapat disebabkan oleh berbagai faktor, faktor tersebut yang digolongkan menjadi risiko produksi. Informasi kematian ikan dapat diketahui dengan wawancara kepada anggota BMS atau karyawan terkait kegiatan produksi dan pengamatan langsung di lapangan. Adapun rumus untuk menghitung tingkat kematian ikan, yaitu:

Keterangan:

MR = jumlah benih yang mati akibat sumber risiko tertentu (ekor) MRisk = persentase benih mati karena sumber risiko tertentu (%)

∑ BM = jumlah benih mati (ekor)

2. Menghitung rata-rata kejadian berisiko

Gambar

Tabel 1  Pasar ekspor terbesar ikan hias Indonesia 2010 ‒2012
Gambar 3 Produksi ikan hias kota Bogor per kecamatan tahun 2009-2011
Gambar 4  Faktor mortalitas ikan yang dibudidayakan
Gambar 6 Pembagian 4 kuadran pada peta risiko
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan

Berdasarkan contoh kesalahan konsep yang ditemukan pada buku ajar SMA dapat dikelompokkan kesalahan konsep genetika terjadi akibat enam sebab yakni penyajian

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang dapat dilihat dari meningkatnya prosentase siswa yang telah

Simpulan yang diperoleh adalah: (1) rata-rata kemampuan literasi matematis siswa lebih dari sama dengan nilai KKM; (2) kemampuan literasi matematis siswa pada

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Bekerjasama Dalam Belajar Mengenal Lambang

Agar terlaksananya penelitian ini, Saya mengharapkan kepada saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi pertanyaan yang ada pada kuesioner dengan

Tertanggung Utama I yang dilahirkan oleh Tertanggung Utama II setelah Polis diterbitkan dan Anda tidak mengajukan permohonan asuransi jiwa PRULink Assurance Account (atau