PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN
TERHADAP SERANGAN PENGOROK DAUN Liriomyza spp.
DAN PARASITOIDNYA
ARLINA MAHARATIH
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun terhadap Serangan Pengorok Daun Liriomyza spp. dan Parasitoidnya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Arlina Maharatih
ABSTRAK
ARLINA MAHARATIH. Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun terhadap Serangan Pengorok Daun Liriomyza spp. dan Parasitoidnya. Dibimbing oleh PUDJIANTO.
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid merupakan salah satu pengendalian hama yang dinilai efektif. Pola tanam tumpangsari dapat dilakukan untuk memanipulasi habitat yang sesuai bagi parasitoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pertanaman wortel yang menjadi tanaman tumpang sari bawang daun serta perlakuan ekstrak daun wortel pada pertanaman monokultur bawang daun terhadap tingkat serangan pengorok daun Liriomyza spp. dan parasitasi parasitoid pada hama tersebut. Percobaan terdiri dari tiga perlakuan dan empat ulangan yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan tersebut yaitu 1) bawang daun yang ditanam monokultur; 2) bawang daun yang disemprot ekstrak daun wortel; dan 3) bawang daun yang ditanam tumpangsari dengan wortel. Infestasi lalat pengorok daun, populasi lalat pengorok daun dan tingkat parasitisasi diamati setiap minggu dengan cara melakukan pengamatan langsung dan pemasangan perangkap kuning. Dua spesies lalat pengorok daun ditemukan
Liriomyza huidobrensis dan L. chinensis. Tumpangsari wortel dengan bawang
daun dan penerapan ekstrak daun wortel tidak berpengaruh nyata terhadap infestasi lalat pengorok daun. Infestasi lalat pengorok daun pada dua perlakuan tersebut lebih rendah dibandingkan pada perlakuan bawang daun yang ditanam monokultur.
ABSTRACT
ARLINA MAHARATIH. The Impact of Cultivation Technique of Green Onion on The Infestation of Leafminer Liriomyza spp. and its Parasitoids. Supervised by PUDJIANTO.
Biological control by natural enemies such as parasitoids is considered as an effective pest control. Intercropping can be done to manipulate the habitat to make suitable for parasitoids. The aim of this research was to study the effect of intercropping of green onion with carrots and spraying of carrot leaf extract on the infestation of leaf miner, Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) on green onion and parasitization rate of parasitoids on the pest. The experiment consisted of three treatments and four replications arranged in randomized complete block design (RCBD). The treatments were 1) green onion grown in monoculture system, 2) green onion grown in monoculture system and sprayed with carrot leaf extract, and 3) green onion grown in intercropping system with carrot. Infestation of leaf miner, leaf miner population and parasitization were observed weekly by direct observation and using sticky trap. Two spesies of leafminer, i.e. Liriomyza
huidobrensis and L. chinensis were found infesting green onion. Intercropping
carrot with green onion and application of carrot leaf extract not affect the infestation of leafminer on green onion.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN
TERHADAP SERANGAN PENGOROK DAUN Liriomyza spp.
DAN PARASITOIDNYA
ARLINA MAHARATIH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun
terhadap Serangan Pengorok Daun Liriomyza spp. dan Parasitoidnya”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Proteksi Tanaman.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibunda Rohma, kakak-kakakku dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan serta motivasi kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Pudjianto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan banyak saran, pengetahuan, dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ujang dan keluarga, Putri dan Frans yang telah membantu selama penelitian di Cipanas, kepada Bu Adha, Mba Nita, dan rekan-rekan di laboratorium Pengendalian Hayati, Asep Burhandin, Disa, Tari, KC dan teman-teman proteksi tanaman angkatan 47 yang telah membantu dan memberikan semangat selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini.
Semoga kebaikan dan perhatian yang telah diberikan memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat.
Bogor, Januari 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu Penelitian 3
Bahan dan Alat 3
Metode Penelitian
Penyiapan Lahan 3
Penyiapan Ekstrak Daun Wortel 4
Pengamatan Populasi Imago Liriomyza spp. 4
Pengamatan Tingkat Serangan dan Tingkat Kerusakan 4
Pengamatan Kelimpahan Liriomyza spp. dengan Parasitoidnya 5
Pengamatan Populasi Imago Liriomyza spp. 5
Identifikasi Spesies Liriomyza spp. dan Parasitoidnya 6
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Serangan Liriomyza spp. 7
Tingkat Kerusakan Tanaman 7
Kelimpahan Imago Liriomyza spp. 10
Kelimpahan Parasitoid Liriomyza spp. pada Pertanaman Bawang
Daun 13
KESIMPULAN DAN SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
DAFTAR TABEL
1 Penentuan tingkat kerusakan tanaman bawang daun oleh lalat
pengorok daun 5
2 Tingkat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari
dengan wortel 7
3 Bobot bawang daun yang diperoleh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari
dengan wortel 9
4 Rata-rata jumlah Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun
wortel, dan tumpangsari dengan wortel 12
DAFTAR GAMBAR
1 Lahan percobaan yang terdiri dari pertanaman bawang daun yang ditanam secara monokultur (A), penyemprotan dengan ekstrak daun
wortel (B), dan tumpangsari dengan wortel (C) 4
2 Gejala kerusakan yang disebabkan Liriomyza spp. 8
3 Tingkat kerusakan akibat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel
(P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 9
4 Populasi Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel
(P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 10
5 Rataan banyaknya Liriomyza spp. yang tertangkap perangkap kuning 11 6 Spesies Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh (a) L.
huidobrensis dan (b) L. chinensis 11
7 Populasi L. huidobrensis (A) dan L. chinensis (B) yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot
dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 13 8 Tingkat parasitisasi parasitoid Liriomyza spp.pada petak bawang daun
monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan
tumpangsari dengan wortel (P3) 14
9 Parasitoid yang ditemukan pada daun contoh (a) H. varicornis, (b)
Neochrysocharis sp. dan (c) O. chromatomyiae 14
10 Rata-rata jumlah parasitoid H. varicornis (a), O. chromatomyiae (b)
dan Neochrysocharis sp. (c) yang muncul dari daun contoh pada petak
bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel analisis ragam terhadap data tingkat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak
daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 22
2 Tabel analisis ragam terhadap data tingkat kerusakan bawang daun pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak
daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3) 24
3 Tabel analisis ragam terhadap data bobot segar tanaman bawang daun 26
4 Tabel analisis ragam terhadap data jumlah anakan bawang daun 26
5 Tabel analisis ragam terhadap data populasi Liriomyza spp. yang tertangkap perangkap kuning pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari
dengan wortel (P3) 27
6 Tabel analisis ragam terhadap data populasi Liriomyza spp. yang Muncul dari Daun Contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan
wortel (P3) 29
7 Tabel analisis ragam terhadap data populasi parasitoid yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1),
disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan
wortel (P3) 31
8 Tabel analisis ragam terhadap data tingkat parasitisasi pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang daun merupakan tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang banyak ditanam oleh petani di dataran tinggi (Rustam et al. 2008). Produksi bawang daun dari tahun 2001-2006 mengalami peningkatan setiap tahunnya (BPS 2013). Peningkatan produksi bawang daun di Indonesia terjadi karena luas areal panen bawang daun setiap tahun terus meningkat akibat permintaan konsumen terhadap komoditas ini yang cenderung semakin baik. Usaha peningkatan produksi bawang daun ini tidak lepas dari kendala-kendala yang dihadapi, seperti adanya serangan hama yang akan berdampak pada penurunan produksi bawang daun dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Hama yang dapat menurunkan produksi bawang daun adalah lalat pengorok
daun, Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae). Terdapat dua spesies Liriomyza
spp. yang menyerang pertanaman bawang daun di Indonesia yaitu L. huidobrensis
dan L. chinensis (Rustam et al. 2008). Di Indonesia L. huidobrensis pertama kali
ditemukan di Cisarua, Kabupaten Bogor pada tahun 1994 (Rauf 1995). L.
huidobrensis memiliki inang yang banyak, dan dapat ditemukan pada hampir
semua ekosistem pertanian sayuran. Hal ini semakin mempermudah penyebaran hama tersebut. Lalat pengorok daun sudah menyebar luas ke berbagai sentra produksi sayuran di seluruh Jawa, Sumatera, dan Sulawesi (Rauf et al. 2000).
Kerusakan yang disebabkan oleh kedua spesies pengorok daun ini adalah rusaknya sel-sel jaringan daun tanaman dengan gejala berupa bintik-bintik putih yang diakibatkan oleh tusukan ovipositor serangga betina serta liang korokan larva yang berkelok-kelok. Akibatnya, luas bagian daun yang digunakan untuk tanaman berfotosintesis berkurang sehingga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi dari tanaman tersebut (Supartha 1998). Serangan lalat pengorok daun pada pertanaman sayuran dapat menurunkan hasil 30-70% sedangkan pada bawang daun dapat mencapai 90% (Rustam et al. 2008).
Dalam mengendalikan hama pengorok daun ini, para petani umumnya masih menggunakan insektisida konvensional. Penggunaan insektisida tersebut belum dapat mengatasi serangan dari hama ini karena larvanya berada di dalam jaringan daun, sehingga sulit dijangkau oleh insektisida. Menurut Rauf (1999), hama ini sudah resisten terhadap beberapa jenis insektisida. Selain itu, pengendalian kimiawi yang diterapkan oleh petani bukanlah strategi pengendalian yang bersifat berkelanjutan sehingga diperlukan pengendalian yang lebih efektif, ekonomis, dan ramah lingkungan.
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid merupakan salah satu pengendalian hama yang ramah terhadap lingkungan. Terdapat beberapa parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan populasi hama pengorok daun. Sejumlah spesies parasitoid yang berasosiasi dengan lalat pengorok daun tergolong dalam famili Eulophidae, Eucoilidiae dan Braconidae (Rustam et al. 2008). Spesies parasitoid yang mendominasi di lapangan, adalah Hemiptarsenus varicornis (Hymenoptera: Eulophidae) dan
2
merupakan parasitoid yang dominan pada dataran tinggi (Hidrayani 2003; Purnomo 2003).
Pemanfaatan parasitoid sebagai musuh alami dapat dilakukan dengan cara memanipulasi habitat agar sesuai untuk perkembangan populasi parasitoid tersebut. Tanaman mempunyai peran yang dominan dalam mendukung suatu habitat yang khas. Suatu parasitoid kadang-kadang tertarik pada tanaman tertentu meskipun tidak terdapat inang. Parasitoid terkadang juga memarasit inang yang terdapat pada jenis tanaman tertentu dan tidak pada jenis tanaman yang lain (Vinson 1981).
Sistem tanam tumpangsari merupakan salah satu tindakan penambahan keanekaragaman tanaman pada suatu agroeksistem. Keanekaeragaman tanaman yang tinggi akan mempunyai peluang adanya interaksi antar spesies yang tinggi. Tingginya interaksi antar spesies menciptakan agroekosistem yang stabil yang akan berakibat pada stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya fluktuasi populasi spesies yang tidak diinginkan (Nurindah 2012).
Pola tanam secara tumpangsari dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan populasi parasitoid. Menurut Nurariaty (2007), tingkat parasitisasi parasitoid H. varicornis terhadap pupa L. huidobrensis lebih tinggi pada pertanaman kentang yang ditanam tumpangsari dengan tanaman buncis dibandingkan dengan pertanaman kentang yang ditanam monokultur. Terdapat beberapa tanaman yang dapat digunakan dalam pola tumpangsari ini, dan salah satunya adalah wortel. Berdasarkan hasil pengamatan Maesyaroh (2012), diketahui bahwa populasi hama pada pertanaman wortel tidak mencapai ambang ekonomi (AE) yang dapat menyebabkan kerusakan pada pertanaman wortel. Hal ini dikarenakan populasi musuh alami dapat menekan populasi hama pada areal pertanaman tersebut.
Pemanfaatan tanaman wortel sebagai pemicu perkembangan parasitoid masih belum mendapat perhatian, sehingga diperlukan kajian khusus tentang pengaruh tanaman wortel terhadap tingkat parasitisasi parasitoid terhadap hama yang ada pada bawang daun.
Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh dari pertanaman wortel yang menjadi tanaman tumpang sari bawang daun serta perlakuan ekstrak daun wortel pada pertanaman monokultur bawang daun terhadap tingkat serangan pengorok daun Liriomyza
spp. dan parasitasi parasitoid hama tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui spesies lalat pengorok daun yang menyerang tanaman bawang daun dan parasitoid yang berasosiasi dengan lalat pengorok daun tersebut.
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan lapangan untuk pengamatan gejala dan pengambilan daun tanaman yang terserang lalat pengorok daun dilaksanakan di Desa Padajaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur pada ketinggian tempat 1 350 m di atas permukaan laut (dpl). Pemeliharaan dan identifikasi lalat pengorok daun dan parasitoidnya dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari Mei sampai Juli 2014.
Bahan dan Alat 1 200 m2. Percobaan diatur dalam rancangan acak kelompok yang terdiri dari tiga perlakuan dan empat ulangan. Penyiapan lahan dimulai dengan pengolahan tanah, kemudian dibuat plot-plot yang berukuran 50 m2 sebanyak 12 plot. Plot tersebut terdiri dari tiga perlakuan yaitu, 1) plot bawang daun yang ditanam monokultur; 2) plot bawang daun yang ditanam monokultur dan disemprot ekstrak daun wortel; dan 3) plot bawang daun yang ditanam tumpangsari dengan wortel (Gambar 1). Ketiga plot tersebut terdiri dari empat ulangan dan dibatasi oleh tanaman pembatas, yaitu tanaman pakcoy. Jarak antara plot dengan tanaman pembatas adalah 30 cm. Setiap plot tersebut dibuat bedengan berukuran 1 m x 5 m, tinggi 20 cm dan jarak antar bedengan adalah 30 cm. Jarak tanam bawang daun untuk perlakuan monokultur adalah 15 cm x 15 cm sedangkan perlakuan tumpangsari adalah 20 cm x 20 cm.
4
Gambar 1 Lahan percobaan yang terdiri dari pertanaman bawang daun yang ditanam secara monokultur (A), penyemprotan ekstrak daun wortel (B), dan tumpangsari dengan wortel (C)
Penyiapan Ekstrak Daun Wortel
Sebanyak 0.5 kg daun wortel dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian dicampur dengan 17 liter air. Sebelum disemprotkan ekstrak daun wortel terlebih dahulu disaring, kemudian dimasukkan ke dalam tangki sprayer
manual. Plot yang diberi perlakuan ekstrak daun wortel mulai disemprot pada saat
tanaman berumur 3 mst. Penyemprotan ini dilakukan pada saat pagi hari setiap 2 minggu.
Pengamatan Tingkat Serangan dan Tingkat Kerusakan
Pengamatan ini dilakukan pada tanaman bawang daun yang mengalami kerusakan akibat serangan Liriomyza spp. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 30 tanaman untuk setiap plot dengan pola pengambilan tanaman contoh secara diagonal. Pengamatan ini dilakukan setiap minggu, sejak tanaman berumur 2 mst hingga 12 mst.
Tingkat serangan pengorok daun dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Tingkat serangan x 100 %
Keterangan :
n = jumlah tanaman yang terserang,
N = jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati.
A B
5
Tingkat kerusakan bawang daun akibat serangan pengorok daun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat kerusakan =
Keterangan :
= jumlah tanaman terserang pada kategori ke-i, = nilai numerik pada kategori ke-i,
N = jumlah tanaman contoh yang diamati,
Z = nilai numerik pada kategori serangan tertinggi.
Penentuan tingkat kerusakan dilakukan dengan menilai kerusakan tanaman berdasarkan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 1 (Lologau 2010).
Tabel 1 Penentuan tingkat kerusakan tanaman bawang daun oleh lalat pengorok
Pengamatan Kelimpahan Liriomyza spp.dan Parasitoidnya
Kelimpahan Liriomyza spp. dan parasitoidnya dilakukan dengan cara mengambil contoh bawang daun yang terserang Liriomyza spp. Untuk tiap plot diambil secara acak sebanyak 5 helai daun terserang. Pengambilan daun contoh ini dilakukan setiap minggu. Di laboratorium daun-daun tadi lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik (diameter 20 cm dan tinggi 10 cm) yang dialasi 5 lembar kertas tisu. Setiap hari banyaknya lalat Liriomyza spp.dan imago parasitoid yang muncul dihitung dan dicatat. Imago Liriomyza spp. dan imago parasitoid kemudian dimasukkan ke dalam botol yang berisi alkohol 70% untuk diidentifikasi.
Tingkat parasitisasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat parasitisasi x 100 %.
Pengamatan Populasi Imago Liriomyza spp.
6
mst. Banyaknya perangkap yang dipasang pada tiap plot adalah 5 buah dengan pola pemasangan perangkap secara diagonal.
Identifikasi Spesies Pengorok Daun dan Parasitoid
Identifikasi pengorok daun dilakukan berdasarkan ciri morfologi imago dengan menggunakan kunci determinasi Spencer (1973). Identifikasi parasitoid dilakukan dengan menggunakan Program Lucid Key: Liriomyza Parasitoid of
South East Asia (Fisher et al. 2006 ).
Analisis Data
Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan, yaitu 1) bawang daun yang ditanam monokultur; 2) bawang daun yang disemprot ekstrak daun wortel; dan 3) bawang daun yang ditanam tumpangsari dengan wortel. Percobaan ini dilakukan dengan empat ulangan. Peubah yang diamati mencakup tingkat serangan dan kerusakan tanaman, jumlah Liriomyza
spp. dan parasitoid yang muncul, tingkat parasitisasi parasitoid, dan populasi imago lalat Liriomyza spp. yang terperangkap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Serangan Liriomyza spp.
Tanaman bawang daun yang digunakan pada penelitian ini adalah varitetas RP. Varietas tersebut menghasilkan 2.08 anakan per tanaman. Rustam et al.
(2009) melaporkan, pada varietas RP tanaman bawang daun yang ditanam satu batang per rumpun menghasilkan 2.44 anakan per rumpun. Jumlah korokan dalam satu daun berkisar 1-52 korokan. Setiap satu larva menghasilkan satu korokan larva. Perkembangan jumlah korokan berkaitan dengan jumlah larva. Semakin banyak jumlah larva yang menginfestasi daun, maka semakin banyak jumlah korokan yang terbentuk. Bagian daun yang diserang oleh lalat pengorok daun tersebut mulai daun muda sampai daun tua, namun tingkat serangan yang paling tinggi terjadi pada daun yang sudah tua. Hal ini disebabkan telur atau larva pada daun muda (daun yang masih berkembang) akan dikeluarkan oleh daun. Telur atau larva yang dikeluarkan akan mengalami kematian karena adanya paparan kondisi cuaca dan pemangsaan oleh predator (Cisneros dan Mujjica 1999).
Tingkat serangan Liriomyza spp. dihitung berdasarkan perbandingan antara tanaman yang terserang dengan total tanaman contoh yang diamati pada setiap plot perlakuan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infestasi lalat pengorok daun cukup tinggi, berkisar 63% - 95% (Tabel 2). Tingkat serangan lalat pengorok daun pada bawang daun dapat mencapai 90% (Rustam et al. 2008). Hasil analisis ragam menyatakan tingkat serangan tidak dipengaruhi oleh perlakuan maupun terhadap umur tanaman (Lampiran 1).
Tabel 2 Tingkat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel
Perlakuan1)
Tingkat Serangan Liriomyza spp. (%) pada Setiap Pengamatan (mst) 2) daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpangsari dengan wortel
2) Angka selajur tidak berbeda nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%
Tingkat Kerusakan Tanaman
8
bawang mengalami tingkat kerusakan sedang. Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daun bagian bawah dan tengah tanaman. Meskipun tingkat kerusakan tergolong sedang tetapi tingkat kerusakan tersebut dapat menurunkan nilai jual dari tanaman bawang daun karena daun merupakan bagian utama yang dipanen. Petani akan memilah tanaman yang terserang dan dipisahkan dari tanaman yang tidak terserang lalat pengorok daun. Pasar tradisional masih memberikan toleransi terhadap gejala korokan pada daun, namun untuk pasar supermarket kerusakan pada tanaman harus nol sehingga pemilahan pada bawang daun akan mengurangi kuantitas produksi tanaman (Rustam et al. 2009).
Gambar 2 Gejala kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza spp. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan antara tanaman bawang daun yang ditanam monokultur (P1), perlakuan yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), dan bawang daun yang ditanam secara tumpangsari dengan wortel (P3) tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan yang disebabkan oleh
Liriomyza spp. (Lampiran 2). Kerusakan tanaman yang paling tinggi terjadi pada
perlakuan tumpangsari dengan wortel (P3) dibandingkan dengan perlakuan lain. Serangan lalat pengorok daun pada P3 tinggi pada awal-awal pengamatan yaitu, ketika tanaman bawang daun berumur 5 dan 6 mst (Gambar 3), karena tanaman wortel masih kecil sehingga pengaruhnya sebagai tanaman tumpangsari belum terlihat. Ketika tanaman berumur 7-12 mst tanaman wortel sudah mulai rimbun sehingga mungkin dapat menarik kedatangan parasitoid untuk menekan serangan
Liriomyza spp. dan mengakibatkan tingkat kerusakan bawang daun oleh pengorok
daun menurun. Selain itu, menurunnya tingkat kerusakan pada plot P3 disebabkan pertumbuhan tanaman pada bawang daun. Bawang daun akan menggugurkan daun yang sudah tua, sehingga gejala korokan yang terdapat pada bawang daun berkurang akibat pengguguran daun tersebut. Liriomyza spp. sangat menyukai bagian daun yang sudah tua dibandingkan bagian daun yang masih muda.
9
stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya fluktuasi populasi spesies-spesies yang tidak diinginkan (Nurindah 2012).
Pada plot-plot yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, tingkat serangan lalat pengorok daun cenderung stabil per minggunya sedangkan, pada tanaman bawang daun yang ditanam secara monokultur serangan Liriomyza spp. lebih fluktuatif (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa penanaman secara monokultur dapat membuat populasi hama semakin melonjak tinggi dalam periode pendek. Hal tersebut dikarenakan makanan tersedia secara berkesinambungan, sedangkan pada lahan tumpangsari rata-rata populasi hama jauh lebih rendah dibandingkan pada lahan organik monokultur (Wahyuni 2006).
Gambar 3 Tingkat kerusakan akibat serangan Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3)
Berdasarkan hasil perolehan bobot bawang daun pada tiga perlakuan menunjukkan bahwa bobot bawang daun tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P2 dibandingkan perlakuan yang lain. Tingginya bobot tanaman pada P2 berhubungan dengan jumlah anakan bawang daun yang lebih banyak dihasilkan dibandingkan pada perlakuan yang lain (Tabel 3), sedangkan bobot tanaman terendah dihasilkan pada perlakuan P3. Namun demikian, jumlah anakan dan bobot tanaman bawang daun pada ketiga perlakuan secara statistik tidak berbeda nyata (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Rendahnya bobot tanaman pada P3 dikarenakan adanya pengaruh tanaman tumpangsari yaitu tanaman wortel. Umbi pada wortel tersebut menghambat pertumbuhan bawang daun karena perakaran bawang daun terhimpit oleh umbi dari wortel tersebut sehingga unsur hara yang diperoleh bawang daun pun berkurang. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa pada perlakuan P3 anakan bawang daun terlihat lebih kecil dan jumlahnya lebih sedikit, hal tersebut dikarenakan adanya persaingan untuk memperoleh nutrisi antara bawang daun dan wortel.
10
Tabel 3 Bobot bawang daun yang diperoleh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel
Perlakuan1
Jumlah anakan per
rumpun2 Bobot tanaman ± sd2,3 (kg/15 rumpun)
P1 7,95 1.425 ± 0.58
P2 9,10 1.983 ± 0.49
P3 7,69 1.183 ± 0.36
1) P1= bawang daun yang ditanam secara monokultur, P2= bawang daun yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpangsari dengan wortel
2) Angka selajur tidak berbeda nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5% 3) Sd= simpangan baku
Kelimpahan Imago Liriomyza spp.
Analisis ragam menunjukkan bahwa banyaknya lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning dan jumlah lalat pengorok daun yang muncul dari tanaman contoh pada ketiga perlakuan (P1, P2, dan P3) tidak berbeda nyata (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Imago Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh dan imago yang terperangkap perangkap kuning sudah ditemukan saat tanaman berumur 2 mst, artinya imago sudah ada di lapangan pada awal pertanaman. Populasi imago Liriomyza spp. yang terperangkap perangkap kuning pada minggu ke 2-4, sebanyak tujuh kali lebih tinggi dibandingkan pada saat tanaman berumur 5-10 mst (Gambar 4). Banyaknya jumlah imago lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning pada awal tanam, disebabkan lalat yang terperangkap tersebut dapat berasal dari pertanaman sekitarnya yang sebagian besar ditanami bawang daun. Tanaman sekitar sangat mempengaruhi perpindahan lalat pengorok daun tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Rustam et al. (2009) melaporkan hal yang sama yaitu lalat yang terperangkap oleh perangkap kuning dapat berasal dari petak sekelilingnya, bukan dari petak perlakuan saja. Hal ini menunjukkan bahwa lalat pengorok daun langsung menyerang pertanaman bawang daun setelah bibit bawang daun ditanam pada lahan percobaan karena keberadaan lalat pengorok daun yang berlimpah di pertanaman sekitar.
11
Gambar 4 Rataan banyaknya Liriomyza spp. yang tertangkap perangkap kuning
Gambar 5 Populasi Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3)
Puncak populasi imago Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh terjadi saat tanaman berumur 5 mst pada perlakuan P1 dan P2, sedangkan pada P3 puncak populasi Liriomyza spp. terjadi pada 5 mst dan 6 mst (Gambar 5). Puncak populasi pada minggu ke-5 menyebabkan tingginya tingkat kerusakan tanaman bawang daun pada minggu tersebut dibandingkan minggu-minggu lainnya (Gambar 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman dipengaruhi oleh kelimpahan hama pada tanaman tersebut. Populasi imago terendah pada setiap perlakuan terjadi pada saat tanaman berumur 8 mst (Gambar 5) dan pada minggu tersebut tingkat parasitisasi mencapai puncaknya dengan nilai P1 sebesar 46%, P2 sebesar 75%, dan P3 sebesar 68%. (Gambar 8). Tingginya tingkat parasitisasi tersebut berkaitan dengan menurunya jumlah imago
Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh.
12
Identifikasi yang dilakukan pada imago pengorok daun yang muncul dari daun contoh, menemukan dua spesies yang menyerang pertanaman bawang daun. Kedua spesies tersebut adalah L. huidobrensis dan L. chinensis (Gambar 6). Satu helai daun bawang daun dapat diinfestasi oleh kedua spesies tersebut secara bersamaan. L. chinensis bersifat monofag yaitu hanya menyerang satu jenis inangnya yaitu bawang sedangkan L. huidobrensis merupakan hama yang bersifat polifag yang lebih banyak ditemukan pada dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 800 m dpl (Budiarti 2014).
chinensis yang muncul pada setiap perlakuan, yaitu P1 sebanyak 33.5 individu, P2
sebanyak 32.8 individu, dan P3 sebanyak 45.0 individu (Tabel 4). Rustam et al.
(2008) melaporkan, spesies L. huidobrensis mendominasi semua daerah, sedangkan L. sativae dan L. chinensis lebih banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian yang lebih rendah. Semakin tinggi ketinggian tempat dari permukaan laut, proporsi populasi L. huidobrensis semakin meningkat.
Tabel 4 Rata-rata jumlah Liriomyza spp. yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel
Spesies Liriomyza spp. yang muncul
Perlakuan1,2 daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpangsari dengan wortel
2) Angka selajur tidak berbeda nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5%
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa pada setiap perlakuan jumlah spesies L. huidobrensis lebih banyak ditemukan saat awal tanam, yaitu saat tanaman bawang daun berumur 2-7 mst dan menurun pada minggu-minggu berikutnya, sedangkan jumlah spesies L. chinensis lebih banyak ditemukan pada minggu-minggu terakhir, yaitu pada saat tanaman berumur 8-12 mst (Gambar 7).
13
Menurunnya jumlah L. huidobrensis pada minggu terakhir disebabkan adanya pengaruh dari aktivitas parasitoid yang memarasit L. huidobrensis.
Parasitoid yang dominan memarasit L. huidobrensis adalah H. varicornis
(Supartha 1998). Populasi L. huidobrensis yang berlimpah menyebabkan ketertarikan parasitoid H. varicornis. Tingginya populasi L. huidobrensis pada minggu ke-2 sampai ke-7 (Gambar 7a) mempengaruhi kelimpahan H. varicornis
pada minggu yang sama (Gambar 10a). Susilawati (2002) mengatakan bahwa meningkatnya kelimpahan parasitoid di pertanaman dipengaruhi oleh kelimpahan larva pada daun tanaman inang. Tingginya populasi L. huidobrensis pada minggu awal tersebut menyebabkan populasi L. chinensis rendah (Gambar 7b). Hal ini disebabkan L. chinensis merupakan lalat pengorok daun yang lebih banyak ditemukan pada dataran rendah. L. chinensis telah dapat beradaptasi dengan tanaman bawang daun pada dataran tinggi namun proporsinya masih rendah. Ketika populasi L. huidobrensis mendominasi ekosistem pertanaman bawang daun, maka L. chinensis pun akan tertekan perkembangan populasinya.
Puncak populasi H. varicornis terjadi pada saat tanaman berumur 7 mst (Gambar 10a). Puncak parasitoid tersebut menyebabkan penurunan drastis L.
huidobrensis pada minggu ke-8 yang berdampak pada minggu-minggu
selanjutnya (Gambar 7a). Menurunnya populasi L. huidobrensis pada minggu-minggu terakhir diikuti juga dengan menurunnya populasi H. varicornis, namun ketika populasi L. huidobrensis menurun di minggu-minggu terakhir, justru populasi L. chinensis meningkat. Meningkatnya populasi L. chinensis disebabkan parasitoid H. varicornis kurang tertarik terhadap L. chinensis. Parasitoid yang umumnya memarasit L. chinensis di dataran rendah adalah N. okazakii (Nonci dan Muis 2011). Berdasarkan hasil pengamatan, parasitoid Neochrysocharis sp. pada penelitian ini ditemukan dengan populasi yang rendah, sehingga belum dapat menekan populasi L. chinensis.
Gambar 7 Populasi L. huidobrensis (A) dan L. chinensis (B) yang muncul dari daun contoh pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpangsari dengan wortel
14
Kelimpahan Parasitoid Liriomyza spp.pada Pertanaman Bawang Daun
Perbedaan perlakuan antara P1, P2, dan P3 tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah populasi parasitoid (Lampiran 7) dan tingkat parasitisasi (Lampiran 8). Tingkat parasitisasi parasitoid pada perlakuan P1 selalu lebih rendah dibandingkan P2 dan P3 pada setiap minggunya (Gambar 8). Tingginya tingkat parasitisasi dan jumlah parasitoid pada P3 menunjukkan bahwa parasitoid lebih menyukai tanaman yang ditanam secara tumpangsari yang menciptakan lingkungan sesuai bagi perkembangan parasitoid tersebut. Tingkat parasitisasi pada perlakuan P2 yang lebih tinggi dari P1, menunjukkan adanya ketertarikan parasitoid pada petak yang disemprot ekstrak daun wortel. Optimalisasi peran parasitoid dapat dilakukan dengan meningkatkan populasinya melalui penambahan keanekaragaman vegetasi atau penyemprotan atraktan (Nurindah 2012). Puncak parasitisasi untuk semua perlakuan terjadi pada saat tanaman berumur 8 mst dengan nilai P1 sebesar 46%, P2 sebesar 75%, dan P3 sebesar 68% (Gambar 8). Tingkat parasitisasi yang tinggi pada minggu ke-8 menyebabkan penurunan tingkat parasitisasi mulai dari minggu ke-9 sampai minggu ke-12. Tingkat parasitisasi terendah terjadi ketika tanaman berumur 5 mst pada setiap perlakuan (Gambar 8) karena pada minggu tersebut terjadi puncak populasi imago
Liriomya spp. yang muncul dari daun contoh (Gambar 4).
Gambar 8 Tingkat parasitisasi parasitoid Liriomyza spp. pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpangsari dengan wortel (P3)
Spesies parasitoid lalat pengorok daun yang muncul pada setiap perlakuan adalah H. varicornis, O. chromatomyiae dan Neochrysocharis sp. (Gambar 9). Populasi H. varicornis lebih berlimpah pada setiap perlakuan dibandingkan parasitoid yang lain, sedangkan jumlah parasitoid yang paling rendah adalah parasitoid Neochrysocharis sp. (Gambar 10). Budiarti (2014) melaporkan bahwa populasi H. varicornis ditemukan lebih berlimpah pada dataran tinggi dan
Neochrysocharis sp. merupakan parasitoid yang biasanya ditemukan di dataran
15
Gambar 9 Parasitoid yang ditemukan pada daun contoh (a) H. varicornis,
(b) O. chromatomyiae dan (c) Neochrysocharis sp.
Spesies O. chromatomyiae banyak ditemukan pada ketinggian 1001-1300 dan 1301-1600 mdpl namun populasinya masih lebih rendah dibandingkan dengan populasi H. varicornis (Rustam et al. 2008). Selain itu Rustam (2008) menambahkan bahwa tingkat parasitisasi O. chromatomyiae sangat rendah pada bawang daun, sedangkan pada tanaman caisin dan selada tingkat parasitisasinya lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh tanaman inang yang dapat mempengaruhi pencarian parasitoid dalam mencari inangnya. Vinson (1981) mengatakan bahwa tanaman merupakan isyarat utama parasitoid dalam pencarian inang karena tanaman mempunyai peran yang dominan dalam mendukung suatu habitat yang khas. Akibatnya, suatu parasitoid kadang-kadang tertarik pada tanaman tertentu meskipun tidak terdapat inang. Parasitoid terkadang juga memarasit inang yang terdapat pada jenis tanaman tertentu dan tidak pada jenis tanaman yang lain.
Gambar 10 Rata-rata jumlah parasitoid H. varicornis (A), O. chromatomyiae (B),
dan Neochrysocharis sp. (C) yang muncul dari daun contoh
16
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada P3 jumlah parasitoid yang paling banyak ditemukan terjadi saat tanaman berumur 6 mst sampai 9 mst pada parasitoid H. varicornis (Gambar 10a), O. chromatomyiae
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Tanaman bawang daun yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman wortel serta perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat serangan pengorok daun dan tingkat parasitisasi parasitoid. Tingkat kerusakan pada plot tumpangsari cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pada tanaman yang ditanam secara monokultur sedangkan pada plot perlakuan yang disemprot ekstrak daun wortel memiliki tingkat serangan Liriomyza spp. yang cenderung stabil. Jumlah parasitoid tertinggi terdapat pada plot yang ditanam tumpangsari. Spesies pengorok daun pada bawang daun yang ditemukan adalah L. huidobrensis dan L. chinensis sedangkan
parasitoid yang berasosiasi dengan pengorok daun tersebut adalah H. varicornis,
O. chromatomyiae, dan Neochrysocharis sp.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik bawang daun Indonesia 2013
[Internet] [diunduh 2014 Juni 11]. Tersedia pada
http://www.bps.go.id/eng/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_s ubyek=55¬ab=61.
Budiarti D. 2014. Survei parasitoid Liriomyza spp. (DIPTERA:
AGROMYZIDAE) pada tanaman sayuran di berbagai lokasi di Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Cisneros F, Mujica N. 1999. The leafminer fly, Liriomyza huidobrensis Blanchard in potato: plant reaction and natural mortality factors. Di dalam: Impact on a
Changing World (Program Report 1997-1998). Lima: International Potato
Center. hlm 129-140.
Fisher N, Ubadillah R, Reina P, La Salle J. 2006. Liriomyza parasitoids of South East Asia. [Internet] [diunduh 2014 Jun 12]. Tersedia pada:http://www.ento.csiro.au/science/Liriomyza_ver3/key/Liriomyza_Para sitoids_Key/Media/Html/home.html.
Hidrayani. 2003. Bioekologi Hemiptarsenus varicornis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae), parasitoid Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lologau BA. 2010. Tingkat serangan lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis
(Blanchard) dan kehilangan hasil pada tanaman kentang. Di dalam: Saenong MS, editor. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan
PFI XX Komda Sul-Sel; 2010 Mei 27;Makassar (ID): Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. hlm 354-364.
Nonci M, Muis A. 2011. Bioekologi dan pengendalian pengorok daun Liriomyza chinensis Kato (Diptera: Agromyzidae) pada bawang merah. J Litbang
Pertanian. 30(4):149-153.
Nurariaty A. 2007. Konservasi parasitoid Hemiptarsenus varicornis Grinault sebagai agens pengendali hayati hama Liriomyza huidobrensis Blanchard di pertanaman kentang. Di dalam: Saenong MS, editor. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel dan
Balai Karantina Tumbuhan Kelas 1. 2007 Nop 24;Makassar (ID): Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. hlm 23-27.
Nurindah. 2012. Peranan parasitoid dan predator dalam mengendalikan wereng kapas Amrasca biguttula (Ishida) (Heteroptera: Ciccadellidae). Perspektif. 11(1):23-32.
Maesyaroh. 2012. Peran predator serta musuh alami lain pada agroekosistem wortel di wilayah Cikajang Kabupaten Garut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purnomo. 2003. Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae): Kesesuaian inang, perkembangan populasi, dan pengaruh insektisida translamina [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
19
Rauf A. 1999. Persepsi dan tindakan petani kentang terhadap lalat pengorok daun,
Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae). Bul HPT.
11(1):1-13.
Rauf A, Shepard BM, Jhonson MW. 2000. Leafminer in vegetables ornamental plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops, species composition and parasitoids. Int J Pest Manage. 46 (4): 257-266.
Rustam R, Rauf A, Maryana N, Pudjianto, Dadang. 2008. Lalat pengorok daun dan parasitoidnya pada pertanaman sayuran dataran tinggi di kabupaten Cianjur dan Bogor. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional V Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) Cabang Bogor: Pemberdayaan
Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.,
2008 Maret 18- 19,Bogor.
Rustam R, Rauf A, Maryana N, Pudjianto, Dadang. 2009. Studi lalat pengorok daun Liriomyza spp. pada pertanaman bawang daun, dan parasitoidnya
Ophius chromatomyiae Belokobylskij & Wharton (Hymenoptera:
Braconidae). J HPT Trop. 9(1): 22-31.
Setiawati W. 1998. Liriomyza sp. hama baru tanaman kentang [monograf]. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Spencer KA. 1973. Agromyzidae (Diptera) of economic importance. Ser Entomol. 9(1):1-418.
Supartha IW. 1998. Bionomi lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis
(Blanchard) (Diptera: Agromyzidae), pada pertanaman kentang [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Susilawati. 2002. Komposisi dan kelimpahan parasitoid lalat pengorok daun
Liriomyza sativae Blanchard (Diptera: Agromyzidae) [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Vinson S.B. 1981. Habitat location. Di dalam: Nordlund DA, Lewis WJ, Jones RL editor. Semiochemicals: Their Role in Pest Control. New York, (US): John Wiley & Sons. hlm 51-57.
21
23
Lampiran 1 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Tingkat Serangan Liriomyza
spp. pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan Tumpangsari dengan wortel (P3)
R squared= .1201 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 4 mst
Perlakuan 0.01685 2 0.0084 0.88 0.448
Galat 0.08639 9 0.0096
Total 0.10324 11
R squared= .1632 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 5 mst
Perlakuan 0.01056 2 0.00528 1.16 0.355
Galat 0.04083 9 0.00454
Total 0.05139 11
R squared= .205 (Adjusted R Squared= .029)
Pengamatan 6 mst
Perlakuan 0.02667 2 0.01333 1.44 0.287
Galat 0.08333 9 0.00926
Total 0.11000 11
R squared= .242 (Adjusted R Squared= .074)
Pengamatan 7 mst
Perlakuan 0.02056 2 0.01028 0.70 0.521
Galat 0.13167 9 0.01463
Total 0.15222 11
R squared= .135 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 8 mst
Perlakuan 0.04519 2 0.02259 1.25 0.332
Galat 0.16250 9 0.01806
Total 0.20769 11
R squared= .218 (Adjusted R Squared= .04
Pengamatan 9 mst
Perlakuan 0.02056 2 0.01028 0.95 0.423
Galat 0.09750 9 0.01083
Total 0.11806 11
24
Lampiran 1 (Lanjutan)
Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
Derajat Bebas
Kuadrat Tengah
F-hitung
Pr>F
Pengamatan 10 mst
Perlakuan 0.005185 2 0.002593 0.21 0.814
Galat 0.111111 9 0.012346
Total 0.116296 11
R squared= .045(Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 11 mst
Perlakuan 0.003889 2 0.001944 0.08 0.921
Galat 0.209722 9 0.023302
Total 0.213611 11
R squared= .018 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 12 mst
Perlakuan 0.04019 2 0.02009 0.89 0.445
Galat 0.20389 9 0.02265
Total 0.24407 11
25
Lampiran 2 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Tingkat Kerusakan Bawang Daun pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan Tumpangsari dengan wortel (P3)
R squared= .094Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 6 mst
Perlakuan 62.01 2 31.01 1.52 0.271
Galat 183.96 9 20.44
Total 245.97 11
R squared= .252 (Adjusted R Squared= .086)
Pengamatan 7 mst
Perlakuan 45.20 2 22.60 1.31 0.316
Galat 154.77 9 17.20
Total 199.97 11
R squared= .226 (Adjusted R Squared= .054)
Pengamatan 8 mst
Perlakuan 82.00 2 41.00 3.51 0.075
Galat 105.15 9 11.68
Total 187.14 11
R squared= .438(Adjusted R Squared= .313)
Pengamatan 9 mst
Perlakuan 27.01 2 13.506 1.73 0.232
Galat 70.42 9 7.824
Total 97.43 11
R squared= .277 (Adjusted R Squared= .117)
Pengamatan 10 mst
Perlakuan 24.33 2 12.16 1.14 0.361
Galat 95.74 9 10.64
Total 120.07 11
R squared= .203(Adjusted R Squared= .025)
Pengamatan 11 mst
Perlakuan 24.50 2 12.252 1.33 0.311
Galat 82.72 9 9.191
Total 107.22 11
26
Lampiran 2 (Lanjutan)
Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
Derajat Bebas
Kuadrat Tengah
F-hitung Pr>F
Pengamatan 12 mst
Perlakuan 29.70 2 14.852 1.83 0.215
Galat 72.92 9 8.103
Total 102.63 11
27
R squared= .137(Adjusted R Squared= .000)
Lampiran 4 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Bobot Segar Tanaman Bawang Daun
28
Lampiran 5 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Populasi Liriomyza spp. Tertangkap Perangkap Kuning pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan Tumpangsari dengan wortel (P3)
Sumber
R squared= .094Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 3 mst
Perlakuan 67726 2 33863 0.56 0.588
Galat 540311 9 60035
Total 608037 11
R squared= .252 (Adjusted R Squared= .086)
Pengamatan 4 mst
Perlakuan 161667 2 80833 0.31 0.738
Galat 2313419 9 257074
Total 2475086 11
R squared= .226 (Adjusted R Squared= .054)
Pengamatan 5 mst
Perlakuan 5060 2 2530 0.66 0.539
Galat 34399 9 3822
Total 39459 11
R squared= .438(Adjusted R Squared= .313)
Pengamatan 6 mst
Perlakuan 1393 2 696.3 0.45 0.649
Galat 13806 9 1534.0
Total 15199 11
R squared= .277 (Adjusted R Squared= .117)
Pengamatan 7 mst
Perlakuan 4289 2 2144 0.40 0.683
Galat 48434 9 5382
Total 52723 11
R squared= .203(Adjusted R Squared= .025)
Pengamatan 8 mst
Perlakuan 8988 2 4494 2.41 0.145
Galat 16793 9 1866
Total 25781 11
29
R squared= .045(Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 10 mst
Perlakuan 4565 2 2283 1.37 0.302
Galat 14988 9 1665
Total 19553 11
R squared= .018 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 11 mst
Perlakuan 59311 2 29656 0.73 0.507
Galat 364407 9 40490
Total 423718 11
R squared= .018 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 12 mst
Perlakuan 46891 2 23445 1.83 0.215
Galat 115128 9 12792
Total 162019 11
30
Lampiran 6 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Populasi Liriomyza spp. yang Muncul dari Daun Contoh pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan
R squared= .094Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 3 mst
Perlakuan 79.17 2 39.58 0.34 0.722
Galat 1056.50 9 117.39
Total 1135.67 11
R squared= .252 (Adjusted R Squared= .086)
Pengamatan 4 mst
Perlakuan 28.50 2 14.25 0.98 0.414
Galat 131.50 9 14.61
Total 160.00 11
R squared= .226 (Adjusted R Squared= .054)
Pengamatan 5 mst
Perlakuan 613.2 2 306.6 1.58 0.258
Galat 1743.5 9 193.7
Total 2356.7 11
R squared= .438(Adjusted R Squared= .313)
Pengamatan 6 mst
Perlakuan 641.2 2 320.6 1.04 0.391
Galat 2765.8 9 307.3
Total 3406.9 11
R squared= .277 (Adjusted R Squared= .117)
Pengamatan 7 mst
Perlakuan 92.67 2 46.33 2.78 0.115
Galat 150.25 9 16.69
Total 242.92 11
R squared= .203(Adjusted R Squared= .025)
Pengamatan 8 mst
Perlakuan 36.17 2 18.083 6.08 0.021
Galat 26.75 9 2.972
Total 62.92 11
31
R squared= .045(Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 10 mst
Perlakuan 73.17 2 36.58 0.25 0.785
Galat 1321.50 9 146.83
Total 1394.67 11
R squared= .018 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 11 mst
Perlakuan 50.17 2 25.08 0.17 0.848
Galat 1344.75 9 149.42
Total 1394.92 11
R squared= .018 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 12 mst
Perlakuan 248.2 2 124.08 3.06 0.097
Galat 364.7 9 40.53
Total 612.9 11
32
Lampiran 7 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Populasi Parasitoid yang Muncul dari Daun Contoh pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan
R squared= .094Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 3 mst
Perlakuan 23.17 2 11.58 1.05 0.390
Galat 99.50 9 11.06
Total 122.67 11
R squared= .252 (Adjusted R Squared= .086)
Pengamatan 4 mst
Perlakuan 100.7 2 50.33 3.77 0.065
Galat 120.2 9 13.36
Total 220.9 11
R squared= .226 (Adjusted R Squared= .054)
Pengamatan 5 mst
Perlakuan 613.2 2 306.6 1.58 0.258
Galat 1743.5 9 193.7
Total 2356.7 11
R squared= .438(Adjusted R Squared= .313)
Pengamatan 6 mst
Perlakuan 641.2 2 320.6 1.04 0.391
Galat 2765.8 9 307.3
Total 3406.9 11
R squared= .277 (Adjusted R Squared= .117)
Pengamatan 7 mst
Perlakuan 743.2 2 371.58 13.95 0.002
Galat 239.7 9 26.64
Total 982.9 11
R squared= .203(Adjusted R Squared= .025)
Pengamatan 8 mst
Perlakuan 86.00 2 43.000 12.00 0.003
Galat 32.25 9 3.583
Total 118.25 11
33
R squared= .045(Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 10 mst
Perlakuan 26.00 2 13.000 2.85 0.11
Galat 41.00 9 4.556
Total 67.00 11
R squared= .018 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 11 mst
Perlakuan 14.00 2 7.000 1.08 0.379
Galat 58.25 9 6.472
Total 72.25 11
R squared= .018 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 12 mst
Perlakuan 43.17 2 21.58 1.84 0.214
Galat 105.75 9 11.75
Total 148.92 11
34
Lampiran 8 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Tingkat Parasitisasi pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan Tumpangsari dengan wortel (P3)
Sumber
R squared= .094Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 3 mst
Perlakuan 0.0026 2 0.0013 0.16 0.851
Galat 0.0706 9 0.0078
Total 0.0732 11
R squared= .252 (Adjusted R Squared= .086)
Pengamatan 4 mst
Perlakuan 0.0816 2 0.0408 3.38 0.08
Galat 0.1085 9 0.0121
Total 0.1900 11
R squared= .226 (Adjusted R Squared= .054)
Pengamatan 5 mst
Perlakuan 0.0267 2 0.0133 1.05 0.39
Galat 0.1144 9 0.0127
Total 0.1410 11
R squared= .438(Adjusted R Squared= .313)
Pengamatan 6 mst
Perlakuan 0.1716 2 0.0858 15.24 0.001
Galat 0.0507 9 0.0056
Total 0.2222 11
R squared= .277 (Adjusted R Squared= .117)
Pengamatan 7 mst
Perlakuan 0.48011 2 0.2401 41.57 0.00
Galat 0.05197 9 0.0058
Total 0.53208 11
R squared= .902 (Adjusted R Squared= .881)
Pengamatan 8 mst
Perlakuan 0.1939 2 0.09695 0.87 0.450
Galat 0.9987 9 0.11097
Total 1.1926 11
35
R squared= .281(Adjusted R Squared= .121)
Pengamatan 10 mst
Perlakuan 0.0791 2 0.0396 0.87 0.45
Galat 0.4075 9 0.0453
Total 0.4866 11
R squared= .162 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 11 mst
Perlakuan 0.06996 2 0.03498 0.79 0.485
Galat 0.40073 9 0.04453
Total 0.47069 11
R squared= .148 (Adjusted R Squared= .000)
Pengamatan 12 mst
Perlakuan 0.00035 2 0.00017 0.00 0.998
Galat 0.83856 9 0.09317
Total 0.83891 11
37
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Oktober 1992, anak bungsu dari 7 bersaudara dari pasangan Abdul Muni dan Rohma. Tahun 2010 penulis menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 10 Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) dengan pilihan mayor Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.