ANALISIS POTENSI TUMBUHAN PAKAN DOMESTIK PADA
PADANG PENGGEMBALAAN DI KABUPATEN
TIMOR TENGAH SELATAN
VIVIN ELMIYATI SEU
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Potensi Tumbuhan Pakan Domestik pada Padang Penggembalaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 27 Mei 2015
Vivin Elmiyati Seu
RINGKASAN
VIVIN ELMIYATI SEU. Analisis Potensi Tumbuhan Pakan Domestik pada Padang Penggembalaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dibimbing oleh PANCA DEWI MANU HARA KARTI dan LUKI ABDULLAH.
Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan berada di pesisir pantai hingga pegunungan, salah satu sentra peternakan ruminansia di Nusa Tenggara Timur yang pola penyediaan hijauannya bergantung pada hijauan domestik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi botani, potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung serta potensi produksi nutrisi rumput pada padang penggembalaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2013 di Kecamatan Mollo Utara, Noebeba dan Amanuban Selatan. Metode yang digunakan adalah survey lapang yaitu pengamatan pada padang penggembalaan. Pengambilan data primer terdiri dari 94 responden. Variabel komposisi botani, potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung pada kondisi riil dianalisis secara deskriptif sedangkan data potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung berdasarkan pengaturan pemotongan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok berpola faktorial 3 x 2 dengan 5 kali ulangan dan uji lanjut Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis rumput mendominasi padang penggembalaan di Kecamatan Mollo Utara, sedangkan jenis leguminosa mendominasi padang penggembalaan Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan. Potensi produksi bahan kering rumput pada kondisi riil di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 150 sampai 390 kg ha-1 thn-1 dapat menampung 0.24 sampai 0.63 ST ha-1 thn-1. Pengaturan pemotongan pada musim hujan maupun musim kemarau dengan interval pemotongan 1 bulan di Kecamatan Mollo Utara dan 2 bulan di Kecamatan Noebeba, Amanuban Selatan dapat meningkatkan (P<0.05) potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung. Potensi produksi nutrisi rumput (bahan organik, protein kasar, dan lemak kasar) yang tertinggi adalah di Kecamatan Mollo Utara, sedangkan potensi produksi bahan kering rumput tertinggi di Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan. Disimpulkan bahwa jenis rumput mendominasi padang penggembalaan di Kecamatan Mollo Utara, sedangkan leguminosa mendominasi padang penggembalaan di Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan. Berdasarkan kondisi riil, potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung rendah. Kondisi pengaturan pemotongan dengan interval 1 bulan di Kecamatan Mollo Utara dan dengan interval pemotongan 2 bulan di Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan potensi produksi bahan kering rumput, kapasitas tampung dan produksi nutrisi serta kualitas meningkat.
SUMMARY
VIVIN ELMIYATI SEU. Potential Analysis of Domestic Forage on Pasture in Timor Tengah Selatan District. Supervised by PANCA DEWI MANU HARA KARTI and LUKI ABDULLAH.
Timor Tengah Selatan regency has an area from the coast up to the mountains, one of centers the ruminant farm in East Nusa Tenggara with the patterns of forage availability depending on domestic forage. This research aim was to analyze the botanical composition, dry matter forage production potential and carrying capacity as well as the forage production potential nutrition of pasture in Timor Tengah Selatan regency.
This research was conducted in February to July 2013 in Mollo Utara, Noebeba and Amanuban Selatan subdistrict. The method used on this research was the field survey on pasture. This primary data consists of 94 respondents. This variable consist of botanical composition, grass dry matter production potential and carrying capacity on the real condition and than analyzed descriptively, while data of grass dry matter production potential and carying capacity based of cutting arrangement were analyzed using randomized block factorial design with 3 x 2 and 5 replications and Duncan test.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan
ANALISIS POTENSI TUMBUHAN PAKAN DOMESTIK PADA
PADANG PENGGEMBALAAN DI KABUPATEN
TIMOR TENGAH SELATAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2015
Judul Tesis : Analisis Potensi Tumbuhan Pakan Domestik pada Padang Penggembalaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Nama : Vivin Elmiyati Seu NIM : D152110091
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MS Prof Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr Ketua Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan
Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah Padang Penggembalaan, dengan judul Analisis Potensi Tumbuhan Pakan Domestik pada Padang Penggembalaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hasil penelitian ini dalam proses publikasi di jurnal ilmiah Media Peternakan dengan judul “Potential Analysis of Domestic Forage on Pasture in Timor Tengah Selatan District”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti, MS dan Bapak Prof Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, waktu dan pikiran dengan tulus dan ikhlas selama proses bimbingan. Disamping itu, penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc dan Ibu Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc sebagai ketua dan sekretaris program studi Ilmu Nutrisi dan Pakan Pascasarjana IPB, Pak Supri, Bu Ade, kepada seluruh staf, dosen, teknisi, kepada teman-teman mahasiswa pascasarjana INP 2011 (Kokom, Lina, Ana, Arif, Ipung, Rafid, Pak Adi, Sichi, Alam), angkatan 2012, angkatan 2013, Mona Lani, Dewi Djungu, Ma Lily, Willy Kia, Naldy Teffu, kak Joksan, Yedi Taopan dan teman-teman wisma gladys, kepada seluruh teman-teman yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian tesis ini. Terimakasih kepada Bapak Dr Ir Rudy Priyanto, Ibu Dr Ir Asnath Maria Fuah, MS dan Bapak Ir Muhammad Agus Setiana, MS yang telah memberi dukungan dan saran.
Terimakasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan yang telah memberikan bantuan dana penelitian. Kepada Bapak Ir Elisama Boru beserta staf Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Bapak Yan A Banoet beserta staf Badan Kesbangpol dan Persandian Kabupaten Timor Tengah Selatan, Bapak Camat Mollo Utara, Noebeba dan Amanuban Selatan beserta staf, Bapak Desa Tunua, Fatukoto, Lelobatan, Oebaki, Oepliki, Fatutnana, Bena, Pollo, Batnun beserta staf dan seluruh masyarakat desa yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Anderias Seu dan Mama Agustina Kiaduy serta Arkhim Videl Thimoty, Mariyanti Lasyah, Steffi Wahyu Ningsih dan Astin Andiani tersayang atas dukungan, Doa dan kasih sayangnya. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan karya ilmiah ini.
Semoga tesis ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi dalam bidang peternakan.
Bogor, 27 Mei 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE Error! Bookmark not defined.
Lokasi dan Waktu 3
Materi 4
Metode 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Karakteristik Responden 7
Analisis Komposisi Botani 12
Analisis Produksi Bahan Kering Rumput yang Tersedia dan Kapasitas
Tampung Berdasarkan Kondisi Riil 13
Analisis Produksi Bahan Kering Rumput yang Tersedia dan Kapasitas
Tampung Berdasarkan Pengaturan Pemotongan 14
Potensi Produksi dan Kualitas Nutrisi Rumput 16
SIMPULAN DAN SARAN 188
DAFTAR PUSTAKA Error! Bookmark not defined.9
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
1 Banyaknya curah hujan, hari hujan dan suhu udara di Kecamatan Mollo
Utara, Noebeba dan Amanuban Selatan tahun 2013 8
2 Populasi ternak ruminansia di Kecamatan Mollo Utara, Noebeba dan
Amanuban Selatan 9
3 Komposisi botani di Kabupaten Timor Tengah Selatan 12 4 Produksi bahan kering rumput yang tersedia dan kapasitas tampung
berdasarkan kondisi riil 13
5 Rataan potensi produksi bahan kering rumput yang tersedia musim
hujan 14
6 Rataan kaasitas tampung musim hujan 15 7 Rataan potensi produksi bahan kering rumput yang tersedia musim
kemarau 15
8 Rataan kapasitas tampung musim kemarau 16 9 Kandungan nutrisi rumput pada musim hujan dari interval
pemotongan 1 bulan 16
10 Potensi nutrisi BK, BO, PK dan LK pada musim hujan dari
interval pemotongan 1 bulan 17
DAFTAR GAMBAR
1 Sistem pemeliharaan ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan 9 2 Sistem perkandangan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 10 3 Moda penyediaan hijauan pakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner 22
2 Perhitungan komposisi botani di Kabupaten Timor Tengah Selatan 26
3 Komposisi botani di Kecamatan Mollo Utara 26
4 Persentase jenis rumput, legum dan gulma di Kecamatan Mollo Utara 26
5 Komposisi botani di Kecamatan Noebeba 27
6 Persentase jenis rumput, legum dan gulma di Kecamatan Noebeba 27
7 Koposisi botani di Kecamatan Amanuban Selatan 27
8 Persentase jenis rumput, legum dan gulma di Kecamatan Amanuban
Selatan 28
9 Sidik ragam produksi bahan kering rumput yang tersedia musim hujan 28 10 Uji Duncan interval pemotongan terhadap produksi bahan kering
11 Sidik ragam kapasitas tampung musim hujan 28 12 Uji Duncan interval pemotongan terhadap kapasitas tampung musim
hujan 29
13 Sidik ragam produksi bahan kering rumput musim kemarau 29 14 Uji Duncan interval pemotongan terhadap produksi bahan kering
rumput musim kemarau 29
15 Sidik ragam kapasitas tampung musim kemarau 29
16 Uji Duncan interval pemotongan terhadap kapasitas tampung musim
kemarau 29
17 Karakteristik responden di Kabupaten Timor Tengah Selatan 30 18 Karakteristik ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan 30 19 Manajemen peternakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 31 20 Moda penyediaan hijauan pakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 31 21 Manajemen kesehatan ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan 31 22 Jenis dan penggunaan hijauan pakan ternak di Kabupaten Timor
Tengah Selatan 32
23 Potensi budidaya ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan 32 24 Kendala dalam memelihara ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan 33 25 Kandungan nutrisi Paspalum conjugatum Berg., Chrysopogon
aciculatus (Retz.) Trin., Cyperus sp di Kecamatan Mollo Utara 33 26 Kandungan nutrisi Heteropogon contortus (L.) Beauv. ex R. & S. dan
Eulalia leschenaultiana (Decne.) Ohwi di Kecamatan Noebeba 34 27 Kandungan nutrisi Eulalia leschenaultiana (Decne.) Ohwi dan
Heteropogon contortus (L.) Beauv. ex R. & S. di Kecamatan
Amanuban Selatan 34 28 Nama latin hijauan pakan yang dapat dikonsumsi dan yang tidak
dapat dikonsumsi di Kabupaten Timor Tengah Selatan 35 29 Dokumentasi jenis hijauan pakan yang tidak dapat dikonsumsi ternak di
Kabupaten Timor Tengah Selatan 36
30 Dokumentasi jenis hijauan pakan yang tidak dapat dikonsumsi ternak di
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha peternakan memiliki peran penting bagi peternak maupun bagi masyarakat karena dapat meningkatkan pendapatan peternak, menyediakan lapangan pekerjaan, memenuhi pangan asal ternak untuk dikonsumsi, serta berperan dalam peningkatan perekonomian Indonesia. Salah satu kegiatan peternakan yang berpengaruh pada kelembagaan peternakan adalah peternakan sapi, kuda dan kambing. Kegiatan peternakan tersebut telah banyak dilakukan oleh masyarakat yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia khususnya masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kegiatan peternakan yang dilakukan lebih banyak fokus pada sapi pedaging. Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi sapi pedaging terbesar di Provinsi NTT dengan pertumbuhan sebesar 4,0-5,6%. Jumlah ternak sapi Bali sebanyak 185 021 ekor, kuda sebanyak 698 ekor sedangkan kambing sebanyak 42 610 ekor (BPS 2014) dan luas padang penggembalaan 832 288 ha (Disnak 2013).
Kabupaten Timor Tengah Selatan beriklim tropis, umumnya berubah-ubah setiap tahun. Musim kemarau lebih panjang sedangkan musim hujan lebih pendek (Siswadi dan Saragih 2011). Letak geografis yang lebih dekat dengan Australia dibandingkan Asia menyebabkan curah hujan yang rendah. Sepanjang tahun 2009, jumlah hari hujan terbesar terjadi pada bulan Desember sedangkan curah hujan tertinggi adalah pada bulan Januari sedangkan terendah pada bulan September. Curah hujan sebesar 18 385,9 mm dengan hari hujan sebanyak 1 096 hari (BPS 2014).
Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari wilayah-wilayah dengan topografi yang berbeda diantaranya adalah Kecamatan Mollo Utara berada di wilayah pegunungan mutis, Noebeba berada di pinggiran sungai oebaki dan noesaha sedangkan Amanuban Selatan berada di dekat pantai oetune berjarak 10 km. Tiga kecamatan ini, terletak pada ketinggian yang berbeda dan memiliki padang penggembalaan yang cukup luas untuk ternak. Populasi ternak relatif lebih banyak di wilayah yang lebih luas. Hal ini terkait dengan permasalahan ketersediaan lahan untuk memelihara ternak, penyediaan hijauan pakan ternak dan daya tampung untuk padang pengembalaan.
2
diperlukan optimalisasi potensi wilayah agar dapat berkesinambungan sepanjang tahun (Reksohadiprodjo 1994; Rukmana 2005; Tola et al. 2007). Untuk keperluan tersebut, maka dilakukan analisis komposisi botani, potensi produksi bahan kering hijauan dan kapasitas tampung serta kualitas nutrisi dan potensi produksi dalam penyediaan rumput domestik di Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk keberlanjutan pengembangan ternak ruminansia.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui komposisi botani hijauan pakan yang berpotensi sebagai sumber hijauan pakan ternak ruminansia pada ketinggian lokasi yang berbeda.
2. Mengetahui potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung berdasarkan kondisi riil pada ketinggian lokasi yang berbeda.
3. Mengetahui potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung berdasarkan kondisi pengaturan pemotongan pada ketinggian lokasi yang berbeda.
4. Mengetahui potensi produksi dan kualitas nutrisi rumput dengan melakukan pengaturan pemotongan pada ketinggian lokasi yang berbeda.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Pengembangan ilmu peternakan khususnya komposisi botani, potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung serta kualitas nutrisi dan potensi produksi rumput domestik sebagai sumber pakan bagi ternak ruminansia di Kecamatan Mollo Utara, Noebeba dan Amanuban Selatan. 2. Pihak yang membutuhkan informasi tentang komposisi botani, potensi
3 Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Mollo Utara, Noebeba dan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan mulai bulan Februari sampai dengan Juli tahun 2013. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Wilayah-wilayah tersebut memiliki ketinggian tempat yang berbeda yaitu Kecamatan Mollo Utara dengan ketinggian 1 007 meter di atas permukaan laut, Kecamatan Noebeba dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut, dan Kecamatan Amanuban Selatan dengan ketinggian 65 meter di atas permukaan laut; memiliki dua musim yaitu
Pengamatan Jenis Ternak
Pengamatan Jenis Rumput Domestik Pengambilan
Sampel Rumput Pemotretan
Pengamatan Areal Sekitar
Kandang
Herbarium Studi
Pustaka
Analisis Komposisi Botani
Analisis Potensi Produksi Bahan Kering Rumput dan Kapasitas Tampung
Analisis Potensi Produksi dan Kualitas Nutrisi
Rumput Akhir
Survei Awal
4
musim hujan dan musim kemarau, memiliki topografi serta vegetasi yang homogen dan memiliki potensi dalam penyediaan hijauan pakan domestik. Analisis komposisi botani dan pembuatan herbarium dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen INTP, Fakultas Peternakan IPB. Analisis Proksimat dan Van Soest dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Departemen INTP, Fakultas Peternakan IPB.
Materi
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional
Cluster Random Sampling dengan menggunakan persamaan (Som 1996):
n = N
+ Ne²
Dengan:
N = jumlah peternak e = galat (10%) n = jumlah sampel
Peternak sebagai responden yang berasal dari sembilan desa di tiga kecamatan sebanyak 94 kepala keluarga peternak dengan menggunakan kuisioner untuk memperoleh informasi tentang peternak, ternak, jenis hijauan pakan serta pola penyediaan hijauan pakan ternak.
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel hijauan pakan segar, plastik, kamera, alkohol 70%, kertas koran, kantung sampel, selotip, gunting, karton, dan spidol. Peternak sebagai responden yaitu menggunakan kuisioner untuk memperoleh berbagai informasi tentang peternak, ternak maupun pola pemeliharan dan penyediaan hijauan pakan.
Metode Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei lapang yaitu melakukan pengamatan di padang penggembalaan, sedangkan wawancara menggunakan kuisioner dengan peternak yang berkaitan dengan ternak, pakan dan keadaan umum lokasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari wawancara secara langsung dengan responden (peternak dan penyuluh lapangan). Data sekunder merupakan data tertulis atau data pustaka dari beberapa instansi yang terkait yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Timor Tengah Selatan.
5
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan
Pembuatan herbarium hijauan pakan dilakukan dengan menggunakan metode Stone (1983) yaitu dengan cara mengeksplorasi koleksi tumbuhan pakan (bunga, buah dan akarnya) kemudian dikeringkan untuk dijadikan spesimen herbarium koleksi kering. Pembuatan herbarium kering adalah mengambil satu rumpun (berukuran kecil/sedang) tiap jenis hijauan pakan lalu bersihkan tanah yang menempel. Menyemprotkan alkohol 70% mulai dari ujung bunga, daun dan akar secara merata agar tidak terjadi pembusukan (berjamur). Bungkus dengan kertas koran, lalu di tindih dengan benda yang berat. Apabila sudah mengering, hijauan di ambil dan ditempelkan pada karton tebal (sebagai bingkai) yang dilapisi dengan kertas manila dan diberi nama hijauan serta taksonominya. Lapisi/bungkus dengan plastik bening agar herbarium tahan lama.
Pada tahap mengidentifikasi jenis hijauan pakan dilakukan dengan cara melihat dan mengamati jenis hijauan yang masih segar dengan herbarium yang telah dibuat. Dengan literatur (text book) yang berkaitan maka dapat membandingkan ciri-ciri hijauan pakan sehingga dapat menemukan nama latin hijauan pakan tersebut (Quattrocchi 2006).
Parameter Analisis Komposisi Botani
Analisis komposisi botani dilakukan pada padang penggembalaan dengan mengamati spesies yang terdapat dalam setiap plot pengaturan pemotongan berukuran 1 x 1 m2 sebanyak 10 plot di masing-masing lokasi. Spesies hijauan yang terdapat dalam setiap plot diamati dan dicatat mulai ranking pertama, kedua dan ketiga. Ketiga ranking tidak terisi penuh, sehingga jumlah ranking tidak sama maka setiap angka ranking dikalikan dengan rasio konstanta 8.04, 2.41, dan 1 untuk menghitung persentase komposisi botani setiap spesies (Mannetje dan Haydock 1963).
Analisis Produksi Bahan Kering Rumput yang Tersedia dan Kapasitas Tampung Berdasarkan Kondisi Riil
Setiap lokasi dilakukan pelemparan kuadran (frame) berukuran 1 x 1 m2 sebanyak 30 kali kemudian dilakukan pemotongan semua rumput yang terdapat dalam frame setinggi 5 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya dilakukan penimbangan berat segar rumput tiap cuplikan dan menghitung produksi bahan kering rumput serta kapasitas tampung menggunakan metode Halls et al. (1964) dalam Matulessy (2013) sebagai berikut: a). Produksi bahan kering rumput 1 m2.
6
luas lahan per bulan (ha ST-1) = Kebutuhan konsumsi / produksi bahan kering
rumput yang tersedia. g). Kebutuhan luas lahan per tahun (ha ST-1 thn-1) = kebutuhan luas lahan per tahun x Tetapan Voisin. h). Kapasitas tampung (ST ha-1 thn-1) = 1 / kebutuhan luas lahan pertahun.
Analisis Potensi Produksi Bahan Kering Rumput dan Kapasitas Tampung Berdasarkan Pengaturan Pemotongan
Pengamatan dilakukan di padang penggembalaan dengan membuat 10 plot dengan ukuran 1 x 1 m2 di setiap lokasi lalu dipagari agar hijauan tidak di makan ternak. Selanjutnya dilakukan pemotongan semua jenis hijauan setinggi 5 cm dari permukaan tanah dan menimbang hijauan pakan yang ada di dalam plot. Perhitungan potensi produksi dan kapasitas tampung berdasarkan pengaturan pemotongan menggunakan metode Halls et al. (1964) dalam Matulessy (2013) sebagai berikut: a). Produksi bahan kering hijauan 1 m2. b). Proper Use Factor (PUF) sebesar 70% karena banyaknya renggutan oleh ternak dan tingkat erosi lahan. c). Potensi produksi bahan kering hijauan yang tersedia (kg ha-1) = Produksi bahan kering hijauan 1 m2 (kg ha-1) x PUF (70%) x 1000. d). Kebutuhan konsumsi ternak (kg ST-1) = 6.29 kg x Jumlah hari interval pemotongan. e).
Kapasitas tampung (ST ha-1) = Potensi produksi bahan kering hijauan yang tersedia / kebutuhan konsumsi ternak.
Analisis Potensi Produksi dan Kualitas Nutrisi Rumput
Pada tahap penelitian ini diambil sampel rumput dari setiap plot yang terdapat di Kecamatan Mollo Utara, Noebeba dan Amanuban Selatan dan dianalisis kandungan nutrisinya dengan metode analisis Proksimat (AOAC 2005) dan Van Soest (Tillman et al. 1998). Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan pada tahap analisis potensi produksi rumput dan kapasitas tampung berdasarkan pengaturan pemotongan adalah Rancangan Acak Kelompok berpola faktorial 3 x 2 dengan 5 kali ulangan jadi terdapat 30 unit percobaan. Secara rinci sebagai berikut :
I. Faktor pertama adalah lokasi dengan ketinggian berbeda yaitu :
1. Kecamatan Mollo Utara dengan ketinggian 1 007 meter di atas permukaan laut.
2. Kecamatan Noebeba dengan ketinggan 500 meter di atas permukaan laut. 3. Kecamatan Amanuban Selatan dengan ketinggian 65 meter di atas
permukaan laut.
II. Faktor kedua adalah interval pemotongan yaitu :
1. 1 bulan (pemotongan pada musim hujan dilakukan pada bulan Februari sedangkan pemotongan pada musim kemarau dilakukan pada bulan Juni). 2. 2 bulan (pemotongan pada musim hujan dilakukan pada bulan Maret
7 Analisis Data
Data yang diperoleh di analisis statistik dengan Analisis Sidik Ragam ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel and Torrie 1993). Model matematisnya sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + σk + ijk
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan pada ketinggian lokasi yang berbeda ke-i, interval pemotongan ke-j dan kelompok ke-k.
µ = Rataan umum.
αi = Pengaruh lokasi dengan ketinggian berbeda ke-i. βi = Pengaruh interval pemotongan ke-j.
(αβ)ij = Pengaruh interaksi lokasi pada ketinggian lokasi yang berbeda ke-i dengan interval pemotongan ke-j.
σk = Pengaruh kelompok ke-k. ijk = Pengaruh galat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Karakteristik Responden Lokasi dan Topografi. Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki luas wilayah sekitar 3 955.36 km2 yang berupa daratan dan terdiri atas 32 kecamatan, 12 kelurahan, dan 228 desa. Secara astronomis, Kabupaten Timor Tengah Selatan terletak antara 9o26' - 10o10' Lintang Selatan dan 124o49' - 124o04' Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan berbatasan langsung dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Timor Tengah Utara Sebelah Barat : Kabupaten Kupang
Sebelah Selatan : Laut Timor Sebelah Timur : Kabupaten Belu
Sekitar 90.83% wilayah Kabupaten ini merupakan daerah pegunungan, sedangkan sisanya adalah daerah pantai. Kecamatan Mollo Utara merupakan salah satu wilayah yang berada di pegunungan mutis dengan ketinggian tempat 1 007 meter di atas permukaan laut, Noebeba merupakan daerah di dekat sungai oebaki dan noesaha dengan ketinggian tempat 500 meter di atas permukaan laut, sedangkan Kecamatan Amanuban Selatan berada di dekat pantai oetune dengan ketinggian tempat 65 meter di atas permukaan laut. Kecamatan-kecamatan ini memiliki padang penggembalaan yang cukup luas untuk memelihara ternak ruminansia seperti sapi, kuda dan kambing.
8
yaitu sekitar 39oC. Sedangkan tempat-tempat yang letaknya jauh dari pantai
memiliki suhu udara rata-rata 24oC.
Tabel 1 Banyaknya curah hujan, hari hujan dan suhu udara di Kecamatan Mollo Utara, Noebeba dan Amanuban Selatan tahun 2013
Lokasi Curah hujan*) Hari hujan*) Suhu udara**) Mollo Utara (1 007 m dpl) 2 713.4 mm 129 20 – 24oC
Noebeba (500 m dpl) 665 mm 55 31 – 34oC
Amanuban Selatan (65 m dpl) 665 mm 55 34 – 39oC
Keterangan : *) Badan Pusat Statistik (2014). **) Data primer (2013).
Kecamatan Mollo Utara memiliki suhu udara rata-rata 20oC-24oC dengan curah hujan sebesar 2 713.4 mm dan 129 hari hujan. Kecamatan Noebeba berkisar antara 31oC-34oC dengan curah hujan sebesar 665 mm dan 55 hari hujan sedangkan Kecamatan Amanuban Selatan berkisar antara 34oC-39oC dengan curah hujan sebesar 665 mm dan 55 hari hujan.
Karakteristik Responden. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman pertanian maupun tanaman perkebunan, sekaligus memelihara ternak sapi, kuda dan kambing sebagai usaha sampingan. Kemampuan seorang responden dalam memberikan dan menjelaskan informasi yang kita inginkan sangat dipengaruhi oleh karakternya (Simamora 2004). Karakteristik responden secara umum diantaranya status peternak, status dalam keluarga, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan perbulan.
Kepemilikan ternak sapi, kuda dan kambing yang dipelihara di Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah sebagai pemilik, baik yang dibeli ataupun warisan. Adapun wilayah tertentu yang memperoleh bantuan dari pemerintah melalui Dinas peternakan Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan sistem bagi hasil.
Peternak dengan kategori usia dewasa (17-50 tahun) sebanyak 61.7% dibandingkan dengan peternak dengan usia tua renta (>50 tahun) sebanyak 38.3%.
Sebanyak 60.6% peternak berpendidikan Sekolah Dasar (SD), 16.0% berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), 14.9% berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan sisanya tidak bersekolah sebanyak 8.5%. Untuk memelihara ternak sapi, kuda dan kambing tidak mengharuskan peternak untuk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Akan tetapi didasarkan pada pengalaman memelihara ternak dan memiliki keinginan yang besar.
Sebagian besar pekerjaan utama masyarakat di daerah ini adalah 98.9% sebagai petani. Pekerjaan sebagai PNS sebanyak 1.1% saja. Beternak sapi, kuda dan kambing merupakan usaha sampingan bagi masyarakat karena dapat menambah penghasilan atau pendapatan keluarga.
Pendapatan peternak sangat bervariasi yaitu < 500 000,-/bulan sebanyak 92.5%. Pendapatan yang sangat kecil mendominasi karena pendapatan tergantung pada penjualan hasil usaha tani atau ternak yang tidak sama setiap harinya. Pendapatan 500 000,- sampai dengan 1 000 000,-/bulan sebanyak 6.4% dan sisanya 1.1% peternak yang berpendapatan > 2 000 000,-/bulan.
9 pengembangbiakan ternak. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (Tabel 2) maka sapi merupakan ternak ruminansia besar yang paling banyak dikembangbiakan.
Tabel 2 Populasi ternak ruminansia di Kecamatan Mollo Utara, Kecamatan Noebeba dan Kecamatan Amanuban Selatan
Jenis ternak
Jumlah populasi ternak dewasa (ekor)
Kec. Mollo Utara Kec. Noebeba Kec. Amanuban Selatan Dewasa*) ST**) Dewasa*) ST**) Dewasa*) ST**) Sapi 10 658 10 658 5 866 5 866 14 659 14 659
Kuda 78 78 0 0 11 11
Kambing 783 125.28 1 281 204.96 3 241 518.56 Jumlah 11 519 10 861.28 7 147 6 070.96 17 911 15 188.56
Keterangan : *) Badan Pusat Statistik (2014). **) Hasil perhitungan satuan ternak (ST) = Jumlah populasi x standar ST (sapi dan kuda dewasa = 1, kambing = 0.16).
Pemeliharaan ternak sapi Bali di Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan perentase tertinggi yaitu 61.7% dibandingkan dengan ternak kuda dan kambing. Polpulasi ternak di Kecamatan Amanuban Selatan lebih banyak tetapi bobot badan rendah, dibandingkan populasi ternak di Kecamatan Mollo Utara dan Noebeba tetapi bobot badan lebih tinggi. Hal ini dikarenakan produksi pakan, air, konsumsi dan suhu lingkungan yang berbeda. Beragam jenis tanda pengenal untuk ternak mereka akan tetapi di kabupaten ini lebih dominan yaitu sebesar 68.1% menandai ternak dengan pemberian nomor pada telinga sedangkan yang menandai dengan cap pusaka di bagian paha sebesar 31.9%.
Ternak ruminansia seperti sapi, kuda dan kambing sangat berpotensi dipelihara di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), karena terdapat padang rumput yang sangat luas. Sistem pemeliharaan yang diterapkan di Kabupaten TTS adalah sistem pemeliharaan intensif, semi intensif dan ekstensif.
10
rumput dengan persentase sebesar 22.4%. Peternak menggembalakan ternak baik sapi, kuda dan kambing di daerah ini dilakukan pada waktu pagi dan sore hari.
Sistem perkandangan yang diterapkan di kabupaten ini adalah sistem perkandangan secara individu dengan persentase sebesar 3.2%, sistem perkandangan terpisah antara jantan, betina atau anak dengan persentase sebesar 7.4% sedangkan persentase tertinggi 89.4% diterapkan untuk sistem perkandangan campuran antara ternak jantan, betina dan anak (Gambar 2).
Kandang ternak ruminansia yang ada di daerah ini sangat sederhana dan terbuat dari bahan kayu hutan yang tersedia sangat banyak. Untuk membangun kandang tidak memerlukan keahlian khusus, akan tetapi kandang di bangun dengan cara memagari dengan kayu membentuk sebuah lingkaran atau persegi dengan atap dari daun kelapa atau daun lontar. Sebagian besar kandang tidak menggunakan atap (Gambar 2).
Gambar 2 Sistem perkandangan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Jarak rumah peternak dengan kandang bervariasi yaitu 50-100 meter sebesar 33.0% ; 100-150 meter sebesar 1.1% ; 150-200 meter sebesar 16.0% dan > 200 meter sebesar 50%. Kandang pada umumnya tidak jauh dari lahan usaha tani, sehingga ternak dapat memanfaatkan sisa hasil pertanian dan limbah kandang digunakan sebagai pupuk bagi tanaman pertanian.
Manajemen Hijauan Pakan. Kebutuhan hijauan pakan bagi ternak, semua peternak menanam di kebun kosong bekas lahan pertanian, pekarangan rumah dan pinggir jalan. Jenis rumput yang ditanam di daerah ini adalah rumput raja (kinggrass). Peternak juga memanfaatkan hijauan pakan yang tumbuh liar di sekitar sawah maupun kebun. Peternak yang memanfaatkan hijauan pakan dengan persentase terbanyak yaitu komposisi batang pisang (Musa paradisiaca L.), turi (Sesbania grandiflora Pers.), kaliandra (Calliandra sp), lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.), gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp), kabesak (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.), dan putak (Borassus flabellifer L.) sebesar 22.3% ; diikuti dengan komposisi lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.), gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp), kabesak (Acacia leucophloea
11 dan lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.), turi (Sesbania grandiflora Pers.), kaliandra (Calliandra sp), batang pisang (Musa paradisiaca L.) sebesar 11.7% ; sedangkan persentase penggunaan batang pisang (Musa paradisiaca L.), turi (Sesbania grandiflora Pers.), kaliandra (Calliandra sp) sebesar 10.6%. Penggunaan dengan komposisi yang berbeda-beda ini disebabkan oleh ketersediaan bahan pakan yang berbeda di setiap lokasi pemeliharaan atau penggembalaan ternak dan tingkat kesukaan ternak.
Kendala utama yang dihadapi peternak adalah ketersediaan hijauan pakan yang berkurang pada musim kemarau. Untuk mengantisipasi kekurangan hijauan pakan adalah dengan memanfaatkan pakan lain seperti daun kapuk, daun kabesak, batang pisang, batang ubi jalar dan batang lontar (putak).
Persentase frekuensi pemberian pakan pada ternak sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang dan sore hari) lebih banyak diterapkan di daerah ini yaitu sebesar 89.4% dibandingkan dengan frekuensi pemberian pakan yang dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore hari) yaitu sebesar 10.6%. Jumlah pemberian rumput tiap peternak berbeda, ada peternak yang memberikan 5-15 kg sebanyak 29.8%; 15-25 kg sebanyak 44.7% dan > 25 kg sebanyak 25.5% setiap hari. Sedangkan pemberian tambahan konsentrat sebanyak 10 kg setiap hari.
Peternak mencari dan mengumpulkan hijauan pakan pada pagi hari jam 07.00-10.00 WITA dan sore hari jam 15.00-16.00 WITA. Jarak pengambilan hijauan pakan berkisar 50 meter sampai dengan > 200 meter. Hijauan pakan ternak diperoleh dengan cara menanam sendiri di pekarangan rumah, lahan kosong bekas pertanian, kebun, pinggir jalan maupun mengarit dari tempat lain dengan menggunakan parang, kemudian hijauan dimasukan dalam karung atau di ikat sehingga tidak tercecer pada saat dibawa ke kandang. Setelah itu hijauan di bawa ke kandang dan diberikan pada ternak untuk dikonsumsi oleh ternak atau yang di kenal dengan sistem cut and carry (Gambar 1).
Moda penyediaan hijauan pakan ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan oleh sebagian peternak adalah dengan cara menjunjung di pundak merupakan persentase terbanyak yaitu 78.7% sedangkan menjunjung di kepala sebanyak 3.2% (Gambar 3). Ada juga peternak yang menggunakan karung, kuda dan motor untuk mengangkut hijauan pakan masing-masing sebanyak 1.1%. Peternak juga mengkobinasikan diantara beberapa moda untuk mengangkut hijauan pakan sebanyak 14.9%.
12
Manajemen Kesehatan Ternak. Penyakit ternak adalah salah satu faktor yang menghambat dalam budidaya ternak ruminansia. Sebanyak 97.8% penyakit yang menyerang ternak sangat beragam diantaranya mata buta, diare, batuk, Septichaemia Epizotica (SE), mulut luka, kepala dan paha bengkak. Sehingga peternak di daerah ini melakukan pencegahan dengan vaksinasi sebanyak 2 kali dalam setahun. Peternak juga menggunakan obat-obat tradisional untuk penyembuhan penyakit ternak.
Potensi Budidaya Ternak. Budidaya ternak ruminansia tidak terlepas dari jumlah tenaga kerja. Peternak di daerah ini menggunakan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga, tidak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Hal ini disebabkan karena jenis usaha ternak masih bersifat jenis peternakan rakyat dan masih bisa dilakukan oleh anggota keluarga.
Masyarakat menggunakan lahan yang ada untuk bercocok tanam, baik itu sawah, ladang, kebun, beternak dan sebagai tempat untuk membangun rumah (Wicaksono 2002). Sebagian besar lahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dipergunakan untuk berkebun yaitu sebanyak 83%, ladang 9.6% dan untuk sawah 7.4%. Masyarakat di daerah ini menanam jenis rumput raja (kinggrass) di pekarangan rumah, pinggir jalan dan kebun.
Kendala Kekurangan Pakan di Musim Kemarau. Kendala yang dihadapi dalam memelihara ternak di Kabupaten Timor Tengah Selatan diantaranya ketersediaan air, penyakit, obat-obatan, hijauan pakan dengan persentase tertinggi yaitu 86.2%, sedangkan sisanya peternak hanya mengalami kendala pada ketersediaan hijauan pakan saja. Kabupaten ini sebagian besar wilayahnya beriklim tropis dengan curah hujan dan jumlah hari hujan rendah sehingga kurang air maupun hijauan pakan. Penyakit menjadi kendala karena sistem peternakan yang masih tradisional dan sistem perkandangan yang kurang memadai sehingga ternak mudah terserang penyakit. Obat-obatan menjadi kendala karena peternak susah mendapatkannya, baik itu ketersediaan dan tidak memiliki uang untuk membeli obat atau vaksin.
Analisis Komposisi Botani
Komposisi botani di Kabupaten Timor Tengah Selatan secara rinci disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi botani di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada musim hujan dari interval pemotongan 1 bulan
Lokasi Komposisi botani (%)
Rumput Leguminosa Gulma Mollo Utara (1 007 m dpl) 73.27±10.25 7.10±3.71 19.63±6.67 Noebeba (500 m dpl) 64.51±6.08 20.23±4.28 15.26±3.33 Amanuban Selatan (65 m dpl) 63.98±6.33 23.46±2.77 12.56±2.73
Sumber : Hasil olahan data primer (2015), m dpl: meter di atas permukaan laut.
13 kemudian Kecamatan Noebeba terdiri dari rumput 64.51±6.08%, legum 20.23±4.28% dan Kecamatan Amanuban Selatan terdiri dari rumput 63.98±6.33%, legum 23.46±2.77% (persentase jenis spesies rumput, legum dan gulma di masing-masing lokasi dapat dilihat pada Lampiran Tabel 4, 6 dan 8). Komposisi jenis rumput lebih mendominasi padang penggembalaan di Timor Tengah Selatan dibandingkan jenis legum (Hall dan Walker 2005; Angassa et al. 2006). Hal ini disebabkan karena pertumbuhan rumput lebih cepat yaitu membentuk rumpun, mempunyai sistem perakaran yang kuat sehingga tahan terhadap injakan dan renggutan ternak, pertumbuhan kembali sangat cepat setelah pemotongan sehingga menghambat pertumbuhan legum. Walaupun rumput yang ada relatif baik namun produksinya relatif rendah, sedangkan gulma yang ada di ketiga lokasi ini cukup banyak dan beragam (Lowe et al. 2009). Komposisi botani suatu padang penggembalaan tidak konstan. Hal ini dipengaruhi oleh iklim, kondisi tanah dan sistem penggembalaan (Nunez et al. 2007). Tinggi rendahnya kualitas suatu padang penggembalaan berkaitan erat dengan komposisi botani yang terdapat pada padang penggembalaan tersebut (Junaidi dan Sawen 2010).
Analisis Produksi Bahan Kering Rumput yang Tersedia dan Kapasitas Tampung Berdasarkan Kondisi Riil
Berdasarkan pengamatan pada Kabupaten Timor Tengah Selatan diperoleh hasil produksi bahan kering rumput yang tersedia dan kapasitas tampung berdasarkan kondisi riil dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Produksi bahan kering rumput yang tersedia dan kapasitas tampung berdasarkan kondisi riil
Proper use factor/PUF (%)
Prod. BK rumput tersedia (kg ha-1 thn-1)
Kebutuhan konsumsi ternak (kg ST-1)
Tetapan voisin (y-1) s = r
Kebutuhan luas lahan per bulan (ha ST-1)
Kebutuhan luas lahan per tahun (ha ST-1)
Kapasitas tampung (ST ha-1 thn-1) Keterangan : Hasil olahan data primer (2015), m dpl: meter diatas permukaan laut.
14
sangat rendah yaitu 150 kg ha-1 thn-1 hanya mampu menampung ternak sebanyak
0.24 ST ha-1 thn-1. Jumlah populasi ternak di ketiga kecamatan lebih banyak (Tabel 2) dibandingkan dengan produksi bahan kering rumput yang tersedia (Tabel 4) sehingga terjadi overgrazing. Menurut Riwu-Kaho (1993) bahwa kapasitas tampung padang penggembalaan di Timor berkisar antara 0.70-4.60 ST ha-1 thn-1. Hal yang mempengaruhi penurunan kualitas dan kuantitas padang di Timor adalah jumlah curah hujan dan hari hujan semakin sedikit, kerusakan yang diakibatkan karena renggutan, injakan ternak (Jones and Lefeuvre 2006) dan topografi lokasi dengan kelerengan, akan terjadi pencucian unsur hara pada musim hujan (Njurumana et al. 2008) sehingga berkurangnya unsur hara dan pertumbuhan kembali yang terhambat mempengaruhi produksi bahan kering rumput.
Analisis Potensi Produksi Bahan Kering Rumput yang Tersedia dan Kapasitas Tampung Berdasarkan Pengaturan Pemotongan
Berdasarkan pengamatan pada Kabupaten Timor Tengah Selatan diperoleh hasil produksi bahan kering rumput yang tersedia dan kapasitas tampung berdasarkan pengaturan pemotongan dapat dilihat pada Tabel 5, 6, 7 dan 8. Tabel 5 Rataan potensi produksi bahan kering rumput yang tersedia (kg ha-1)
musim hujan
1 Bulan 270.75±52.54 298.50±90.19 187.80±48.16 252.35±57.60b 2 Bulan 492.56±89.58 391.32±99.30 249.47±65.49 356.78±94.88a Rataana 350.16±112.30a 344.91±65.63a 218.64±43.61b
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
15 Tabel 6 Rataan kapasitas tampung (ST ha-1) musim hujan
Interval
Rataana 1.29±0.21a 1.31±0.38a 0.83±0.24b
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (P>0.05) antara lokasi dengan interval pemotongan terhadap kapasitas tampung musim hujan. Lokasi dan interval pemotongan mempengaruhi kapasitas tampung (P<0.05). Hal ini disebabkan karena perbedaan ketinggian lokasi dan interval pemotongan, sehingga daya tampung di Kecamatan Mollo Utara sebanyak 1.29±0.21 ST dan Noebeba sebanyak 1.31±0.38 ST dibandingkan Kecamatan Amanuban Selatan yang hanya mampu menampung ternak sebanyak 0.83±0.24 ST. Menurut Damry (2009) menyatakan bahwa kapasitas tampung yang ideal adalah sebesar 2.50 ST ha-1 thn-1, sedangkan kapasitas tampung jika dilakukan pengaturan interval pemotongan 1 bulan adalah 1.34±0.30 ST lebih tinggi dari interval pemotongan 2 bulan sebesar 0.95±0.25 ST. Menurut Setyanti et al. (2013) bahwa hal ini dipengaruhi oleh jenis rumput, curah hujan, jenis tanah dan daya tumbuh kembali (regrowth).
Tabel 7 Rataan potensi produksi bahan kering rumput yang tersedia (kg ha-1) musim kemarau
1 Bulan 222.95±68.47 181.01±49.09 165.90±68.46 189.95±29.56b 2 Bulan 304.67±53.28 215.86±43.28 374.05±114.69 298.19±79.29a Rataana 263.81±57.78a 198.44±24.64b 269.98±147.18a
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
16
hijauan dengan interval pemotongan 2 bulan. Hal ini disebabkan karena tanaman membutuhkan waktu yang lebih lama untuk istirahat dan tumbuh kembali.
Tabel 8 Rataan kapasitas tampung (ST ha-1) musim kemarau
Interval
Rataan 1.00±0.26 0.77±0.28 0.94±0.08
Tabel 8 menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata (P>0.05) antara lokasi dengan interval pemotongan terhadap kapasitas tampung. Lokasi dan interval pemotongan tidak mempengaruhi kapasitas tampung (P>0.05). Daya tampung ternak di Kecamatan Mollo Utara sebanyak 1.00±0.26 ST lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Amanuban Selatan (0.94±0.08 ST) dan Noebeba (0.77±0.28 ST). Menurut Damry (2009) menyatakan bahwa kapasitas tampung yang ideal adalah sebesar 2.50 ST ha-1 thn-1, sedangkan kapasitas tampung jika
dilakukan pengaturan interval pemotongan 1 bulan adalah 1.01±0.16 ST lebih tinggi dari pada interval pemotongan 2 bulan sebesar 0.79±0.21 ST. Menurut Setyanti et al. (2013) bahwa hal ini dipengaruhi oleh jenis rumput, curah hujan, jenis tanah dan daya tumbuh kembali (regrowth).
Potensi Produksi dan Kualitas Nutrisi Rumput di Kabupaten Timor Tengah Selatan
Kandungan nutrisi rumput pada padang penggembalaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan secara rinci pada Tabel 9.
Tabel 9 Kandungan nutrisi rumput pada musim hujan dari interval pemotongan 1 bulan
Keterangan : Hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan-IPB (2013) NDF: Neutral Detergent Fiber, ADF: Acid Detergent Fiber
17 Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan kandungan nutrisi tentunya dipengaruhi oleh variasi genetik yang dimiliki oleh spesies tersebut (Hanafi et al. 2005; Orr 2008), perbedaan spesies, varietas, fase pertumbuhan, tingkat kesuburan tanah, kondisi iklim, bagian tanaman (Damry 2009) serta komposisi botani dan sistem penggembalaan yang diterapkan. Menurut Alfian et al. (2012) bahwa kondisi lokasi, umur pemanenan dan kandungan nutrisi setiap spesies mempengaruhi kualitas dan produksi hijauan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa terdapat perbedaan dominansi jenis hijauan pada ketiga kecamatan. Spesies di Kecamatan Mollo Utara didominasi rumput Paspalum conjugatum Berg., rumput Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin., dan Cyperus sp, Kecamatan Noebeba didominasi rumput Heteropogon contortus (L.) Beauv. ex R. & S., rumput Eulalia leschenaultiana (Decne.) Ohwi sedangkan Kecamatan Amanuban Selatan di dominasi rumput Eulalia leschenaultiana (Decne.) Ohwi dan
Heteropogon contortus (L.) Beauv. ex R. & S. Tingginya keragaman spesies rumput pada padang penggembalaan di Kecamatan Mollo Utara diduga karena tingkat kesuburan tanah yang lebih baik sehingga banyak spesies yang dapat tumbuh dibandingkan padang penggembalaan di Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan (Junaidi dan Sawen 2010).
Potensi produksi Bahan Kering (BK), Bahan Organik (BO), Protein Kasar (PK), dan Lemak Kasar (LK) rumput di Kabupaten Timor Tengah Selatan tersaji pada Tabel 10.
Tabel 10 Potensi produksi BK, BO, PK, dan LK rumput pada musim hujan dari interval pemotongan 1 bulan
Lokasi Potensi produksi (ton ha
-1) Potensi produksi (%)
Keterangan : Hasil olahan data primer (2015), BK: Bahan kering, BO: bahan organik, PK: Protein kasar, LK: Lemak kasar.
Hasil potensi produksi rumput di Kabupaten Timor Tengah Selatan (Tabel 10) dapat mencapai 1 208.71 ton BK, 145.37 ton BO, 150.45 ton PK, 26.45 ton LK. Potensi produksi tertinggi di Kecamatan Mollo Utara, karena wilayah ini berada dipegunungan dan memiliki suhu udara yang rendah, curah hujan yang cukup tinggi sehingga potensi produksinya lebih tinggi (Mullik dan Permana 2009). Potensi produksi rumput terendah di Kecamatan Amanuban Selatan, karena wilayah ini berada di dekat pantai dan memiliki suhu udara yang tinggi, curah hujan yang sangat rendah. Curah hujan yang rendah dapat menyebabkan penurunan laju fotosintesis sehingga produktivitas menurun.
Proses fotosintesis dapat berjalan apabila ketersediaan unsur hara, sinar matahari, air dan CO2 tercukupi bagi tanaman (Setyanti et al. 2013). Potensi
18
pada padang penggembalaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah terjadi kebakaran liar, aktifitas alih fungsi lahan untuk perumahan, tekanan penggembalaan yang berlebihan, tekanan gulma dan masih banyak terdapat tanah milik masyarakat (tanah suku).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rumput mendominasi padang penggembalaan di Kecamatan Mollo Utara sedangkan leguminosa mendominasi padang penggembalaan di Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan. Berdasarkan kondisi riil, potensi produksi bahan kering rumput dan kapasitas tampung rendah. Kondisi pengaturan pemotongan dengan interval 1 bulan di Kecamatan Mollo Utara dan dengan interval pemotongan 2 bulan di Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan potensi produksi bahan kering rumput, kapasitas tampung dan produksi nutrisi serta kualitas meningkat.
Saran
Perlu dilakukan optimalisasi pengembangan hijauan pakan domestik pada padang penggembalaan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan melakukan penundaan pemotongan 1 bulan di Kecamatan Mollo Utara dan 2 bulan di Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan untuk meningkatkan potensi produksi bahan kering dan kualitas nutrisi rumput.
Perlu dilakukan peningkatan sumber daya manusia, pengendalian ternak (pengaturan penggembalaan, distribusi ternak dan jenis ternak), pengendalian gulma, penyimpanan pakan dan direkomendasikan introduksi leguminosa di Kecamatan Mollo Utara. Perlu dilakukan pengelolaan padang penggembalaan di Kecamatan Noebeba dan Amanuban Selatan untuk memperhatikan produktivitas rumput dan ternak agar dapat menjamin ketersediaan hijauan sepanjang tahun.
19 DAFTAR PUSTAKA
Alfian Y, Hermansyah FI, Handayanta E, Lutojo, Suprayogi WPS. 2012. Analisis daya tampung ternak ruminansia pada musim kemarau di daerah pertanian lahan kering Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. J. Tropical Animal Husbandry. 1(1):33-42.
Angassa A, Tolera A, Belayneh A. 2006. The effects of physical environment on the condition of rangelands in Borana. Trop. Grasslands. 40:33-39.
[AOAC] Association of official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemist.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Timor Tengah Selatan. 2014. Timor Tengah Selatan dalam Angka.
Damry. 2009. Produksi dan kandungan nutrien hijauan padang penggembalaan alam di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso. J.Agroland. 16(4):296-300.
Dhalika T, Mansyur, Mustafa HK, Supratman H. 2006. Imbangan rumput Afrika (Cynodon plectostachyus) dan leguminosa sentro (Centrosema pubescens) dalam sistem pastura campuran terhadap produksi dan kualitas hijauan. J. Ilmu Ternak. 6(2):163-168.
[Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2013. Statistik Peternakan Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur (ID): Disnak Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Hall TJ, Walker RW. 2005. Pasture legum adaptation to six environment of the seasonally dry tropics of north Queensland. Trop. Grasslands. 39:182-196. Hanafi ND, Umar S, Bachari I. 2005. Pengaruh tingkat naungan pada berbagai
pastura campuran terhadap produksi hijauan. J. Agribisnis Peternakan. 1(3):100-105. pasture at Yapen Regency. J. Ilmu Peternakan. 5:(2)92-97.
Kamlasi Y, Mullik ML, Damidato TO. 2014. Pola produksi dan nutrisi rumput kume (Shorgum plumosum var. Timorense) pada lingkungan alamiahnya. J. Ilmu-Ilmu Peternakan. 24:(2)31-40.
Lambert G. 2007. Pasture management-an extension view. Trop. Grasslands. 41:216-219.
Lowe KF, Callow MN, Bowdler TM, Lowe SA, White JA, Gobius N. 2009. The performance of irrigated mixtures of full fescue, ryegrass and white clover in subtropical Australia. 1. The effects of sowing mixture combinations, nitrogen and oversowing on establishment, productivity, botanical composition and persistence. Trop. Grasslands. 43:4-23.
20
Manu AE. 2013. Produktivitas padang penggembalaan sabana Timor Barat. J. Pastura. 3(1):25-29.
Matulessy DN, Kastanja AY.2013. Potensi hijauan bahan pakan ternak di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. J. Agroforestri. 8:(4)286-293. Barat. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 5:(5)473-484.
Nunez P, Demanet R, Matus F, Mora ML. 2007. Grazing management, ammonia and nitrous oxide emissions: a general view. J. Soil Sc. Plant Nutr. 7(3):61-99.
Orr DM. 2008. Grazing management influences the dynamics of populations of
Stylosanthes hippocampoides (Oxley fine stem stylo). Trop. Grasslands. 42:193-201.
Pebriansyah A, Karti PDMH, Permana AT. 2012. Effect of drought stress and addition of Arbuscula Mycorrhizal Fungi (AMF) on growth and productivity of tropical grasses (Chloris gayana, Paspalum dilatatum, and Paspalum notatum). J. Pastura. 2:(1)41-48.
Quattrocchi U. 2006. CRC World Dictionary of Grasses. Volume I (A-D). New York (US). Taylor & Francis Group.
Quattrocchi U. 2006. CRC World Dictionary of Grasses. Volume II (E-O). New York (US). Taylor & Francis Group.
Quattrocchi U. 2006. CRC World Dictionary of Grasses. Volume III (P-Z). New York (US). Taylor & Francis Group.
Rahmadani F. 2014. Potensi dan tingkat keragaman hijauan pakan domestik berdasarkan ketinggian kawasan dalam mendukung usaha peternakan sapi di Kabupaten Malang [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Riwu-Kaho LM. 1993. Studi tentang rotasi merumput pada biom sabana Timor
Barat [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rukmana R. 2005. BudidayaRumputUnggul. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Salendu AHS, Elly FH. 2012. Pemanfaatan lahan di bawah pohon kelapa untuk hijauan pakan sapi di Sulawesi Utara. J. Pastura. 2(1):21-25.
Sawen D. 2012. Pertumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan benggala (Panicum maximum) akibat perbedaan intensitas cahaya. J. Ilmu Ternak dan Tanaman. 2:(1)17-20.
Setiana MA. 2009. Domestic grasses as cattle main feed on coastal area at Desa Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. International Seminar on Animal Industry 2009. p 376-379.
21 Setiana MA. 2014. Hijauan pakan [internet]. Tersedia pada:
http://massetiana.staff.ipb.ac.id/2014/03/25/hijauan-pakan/#more-128 Setyanti YH, Anwar S, Slamet W. 2013. Photosynthesis characteristic and
phospor uptake of alfalfa (Medicago sativa) in different defoliation intensity and nitrogen fertilizer. J. Anim. Agric. 2:(1)86-96.
Simamora H. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed ke-3. Yogyakarta (ID): STIE YPKN.
Som KR. 1996. Practical Sampling Techniques. 2th ed. Revised and Expanded.
Marcel Dekker, Inc. New York.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan Biometrik). Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: The Principle and Prosedure of Statistics.
Stone BC. 1983. A Guide to Collecting Pandanaceae (Pandanus, Freycinetia, Sararanga). Ann. Missouri Bot. Gard. 70 : 137-140.
Susetyo S. 1980. Padang penggembalaan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusomo S, Lebdosoekojo S.
1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University.
Tola T, Balla PT, Ibrahin B. 2007. Analisis daya dukung dan produktivitas lahan tanaman pangan di Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7(1):13-22.
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner peternak
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN PAKAN Jl. Agatis kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
Telp./Fax. (0251) 8626213, 8628149 Web: http://intp.fapet.ac.id, Email: intp@ipb.ac.id
ANALISIS POTENSI TUMBUHAN PAKAN DOMESTIK PADA PADANG PENGGEMBALAAN
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Enumerator : Vivin Elmiyati Seu (D152110091) I. Data Umum Peternak
1. Nama :
2. Status peternak :
Pemilik :
Pekerja :
3. Desa :
4. Kecamatan :
5. Kabupaten :
II.Susunan Keluarga, Umur, Pendidikan dan Aktivitas Kerja 1. Status dalam keluarga :
Kepala keluarga Ibu rumah tangga Anak
2. Umur : ... (Tahun) 3. Jenis kelamin :
Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi Tidak sekolah
5. Pekerjaan :
Pokok Sampingan Lainnya
23 500 ribu – 1 juta
> 2 juta Lainnya ...
III. Kegiatan Usaha Ternak
1. Jenis ternak yang dipelihara : Sapi
Kuda Kerbau Kambing Domba Lainnya ...
2. Jumlah ternak yang dipelihara :
Jenis ternak
Umur
Jumlah
Dewasa Muda Anak
(>12 tahun) (6-12 tahun) (0-6tahun) Sapi
Kuda Kerbau Kambing Domba
IV. Panduan Pertanyaan (Wawancara Responden Peternak)
1. Mengapa Anda menjadi peternak? dan mulai beternak tahun berapa? Alasan:...
2. Apakah dengan beternak, Anda bisa memenuhi kebutuhan keluarga Anda terutama dalam hal konsumsi?
3. Jenis ternak yang paling disukai untuk dipelihara : Alasan:...
4. Jenis ternak yang kurang disukai untuk dipelihara : Alasan: ...
5. Jumlah tenaga kerja yang ikut serta dalam memelihara ternak : a. Dari dalam keluarga ... orang
b. Dari luar keluarga ... orang 6. Jenis usaha tani yang dimiliki :
Sawah ... ha Ladang ... ha Perkebunan ... ha
7. Apakah Anda memanfaatkan rumput yang tumbuh di sawah/ladang/ perkebunan sebagai hijauan makanan ternak? (ya/tidak)
8. Sumber hijauan pakanan ternak selain berasal dari sawah/ladang/perkebunan? Sebutkan :
9. Apakah diberikan juga pakan tambahan? (ya/tidak) Jika ya, yaitu ...
24
V. Panduan pertanyaan (Ternak sapi) 1. Keterangan tentang ternak
Jenis tanda pengenal pada ternak : Nomor telinga
Cap pusaka di bagian paha
2. Manajemen Peternakan dan Kesehatan Hewan 1. Sistem pemeliharaan :
Kandang individual
Campur dengan sesama anak Pisah
2. Sistem pemeliharaan : (pilih salah satu) a. Selalu dikandangkan (sistem intensif)
b. Dikandangkan dan digembalakan (sistem semi intensif) c. Di lepas di padang pangonan (sistem ekstensif)
3. Berapa kali pemberian pakan terhadap ternak? 4. Pemberian pakan :
a. Pakan hijauan :
- Jenis hijauan diberikan pada ternak : ... - Waktu memberikan pakan hijauan : ...
- Jumlah rumput yang diberikan per ekor/hari : ... kg 1. Pagi hari (5-10 kg)
2. Siang hari (10-15 kg) 3. Sore hari (> 15 kg)
b. Pakan hijauan pakan ternak biasanya diperoleh dari : (budidaya sendiri/mengarit dari tempat lain/membeli) c. Nama lokal hijauan pakan ternak : ...
d. Bila budidaya sendiri, biasanya dilakukan di :
1. Lahan kosong yang tidak diusahakan untuk pertanian 2. Pekarangan rumah
3. Pinggir jalan 4. Sawah 5. Lainnya ...
e. Alat yang digunakan untuk mengambildan menyediakan hijauan pakan? Pisau
Parang Sabit Lainnya ...
f. Berapa jauh jarak pengambilan hijauan pakan ternak dari rumah? g. Berapa jauh jarak rumah dengan kandang?
h. Alat angkut untuk membawa hijauan pakan ternak ke kandang (ada/tidak), bila ada, yaitu ...
Sepeda motor Junjung di kepala Junjung di pundak
25 2. Rumput : Rp ... / kg
j. Apakah musim mempengaruhi penyediaan hijauan pakan? (ya/tidak) k. Adakah kesulitan dalam memperoleh hijauan dimusim kemarau?
(ya/tidak). Jika ya, alasannya ... Solusinya ...
l. Konsentrat diberikan/tidak diberikan : banyaknya ... kg/hari. m.Pakan konsentrat : ...
n. Mana yang diberikan terlebih dahulu? Hijauan
Konsentrat
o. Apakah sumber air memadai? (ya/tidak) p. Apakah ternak Anda pernah sakit? (ya/tidak)
Jika ya, yaitu ...
a. Apakah ternak Anda divaksin? (ya/tidak) Jika ya, sebutkan berapa kali dalam setahun ...
b. Adakah kendala lain yang sering dialami dalam memelihara ternak? Ketersediaan sumber air
26
Lampiran 2 Perhitungan komposisi botani di Kabupaten Timor Tengah Selatan Perhitungan :
a. Konversi ranking 1 = ranking 1 x 8.04 b. Konversi ranking 2 = ranking 2 x 2.41 c. Konversi ranking 3 = ranking 3 x 1
d. Jumlah = Konversi ranking 1 + konversi ranking 2 + konversi ranking 3
e. % Jenis = J a e a a
T a a e a a x %
Lampiran 3 Komposisi botani di Kecamatan Mollo Utara (1 007 m dpl)
Jenis hijauan Ranking Konversi Jumlah % Jenis
1 2 3 1 2 3
Paspalum conjugatum Berg
Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin.
Cyperus sp
Centella asiatica L
Calliandra sp
Ottochloa nodosa Kunth
Sporobolus berteroanus Hitchc
Ageratum conyzoides L
Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp
Oplismenus burmanii (Retz.) P. Beauv 8
Lampiran 4 Persentase jenis rumput, legum dan gulma di Kecamatan Mollo Utara (1 007 m dpl)
Jenis hijauan % Jenis
Rumput
Paspalum conjugatum Berg
Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin.
Cyperus sp
Ottochloa nodosa Kunth
Sporobolus berteroanus Hitchc
Oplismenus burmanii (Retz.) P. Beauv
26.05
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp
6.17 0.93
Jumlah 7.10±3.71
Gulma
Centella asiaticaL
Ageratum conyzoides L
Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins
14.23 3.17 2.24
27 Lampiran 5 Komposisi botani di Kecamatan Noebeba (500 m dpl)
Jenis hijauan Ranking Konversi Jumlah % Jenis
1 2 3 1 2 3
Heteropogon contortus (L.) Beauv. ex R. & S.
Eulalia leschenaultiana (Decne.) Ohwi
Capillipedium parviflorum (R. Br.) Stapf.
Gliricidia sepiumJacq. Kunth ex. Walp
Imperata cylindrica (L.) Beauv
Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins
Leucaena leucocephala LAMK.
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Mimosa invisaMar.
Lampiran 6 Persentase jenis rumput, legum dan gulma di Kecamatan Noebeba (500 m dpl)
Jenis hijauan % Jenis
Rumput
Heteropogon contortus (L.) Beauv. ex R. & S.
Eulalia leschenaultiana (Decne.) Ohwi
Capillipedium parviflorum (R. Br.) Stapf.
27.92 20.76 15.83
Jumlah 64.51±6.08
Legum
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp
Leucaena leucocephala LAMK.
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
11.63 4.98 3.63
Jumlah 20.23±4.28
Gulma
Imperata cylindrica (L.) Beauv
Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins
Mimosa invisa Mar.
8.10 5.66 1.50
Jumlah 15.26±3.33
Lampiran 7 Komposisi botani di Kecamatan Amanuban Selatan (65 m dpl)
Jenis hijauan Ranking Konversi Jumlah % Jenis
1 2 3 1 2 3
Eulalia leschenaultiana (Decne.) Ohwi
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Imperata cylindrica (L.) Beauv
Heteropogon contortus (L.) Beauv. ex R. & S.
Gliricidia sepiumJacq. Kunth ex. Walp
Leucaena leucocephala LAMK.
28
Lampiran 8 Persentase jenis rumput, legum dan gulma di Kecamatan Amanuban Selatan (65 m dpl)
Jenis hijauan % Jenis
Rumput
Eulalia leschenaultiana (Decne.) Ohwi
Heteropogon contortus (L.) Beauv. ex R. & S.
36.47 27.51
Rataan 63.98±6.33
Legum
Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.
Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex. Walp
Leucaena leucocephala LAMK.
10.99 6.56 5.91
Rataan 23.46±2.77
Gulma
Imperata cylindrica (L.) Beauv
Chromolaena odorata(L.) King & H.E. Robins
8.21 4.35
Rataan 12.56±2.73
Lampiran 9 Sidik ragam produksi bahan kering rumput tersedia musim hujan
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Sig.
Model terkoreksi 9 232754.969 25861.663 4.545 .002
Intersep 1 2782825.633 2782825.633 489.062 .000
Lokasi 2 110908.897 55454.448 9.746 .001
Interval pemotongan 1 81799.497 81799.497 14.376 .001
Kelompok 4 27748.076 6937.019 1.219 .334
Lokasi* interval pemotongan 2 12298.499 6149.249 1.081 .358
Error 20 113802.684 5690.134
Total 30 3129383.285
Total terkoreksi 29 346557.652
Lampiran 10 Uji Duncan interval pemotongan terhadap produksi bahan kering rumput tersedia musim hujan
Lokasi N Subset
b a
Amanuban Selatan (65 m dpl) 10 218.6320
Noebeba (500 m dpl) 10 344.9130
Mollo Utara (1 007 m dpl) 10 350.1550
Sig. 1.000 .878
Lampiran 11 Sidik ragam kapasitas tampung musim hujan
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Sig.
Model terkoreksi 9 3.016 .353 3.793 .006
29 Lampiran 12 Uji Duncan interval pemotongan terhadap kapasitas tampung musim
hujan
Lokasi N Subset
b a
Amanuban Selatan (65 m dpl) 10 .8180
Mollo Utara (1 007 m dpl) 10 1.2890
Noebeba (500 m dpl) 10 1.2920
Sig. 1.000 .982
Lampiran 13 Sidik ragam produksi bahan kering rumput tersedia musim kemarau
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Sig.
Model terkoreksi 9 181570.118 20174.458 4.181 .004
Intersep 1 1787178.169 1787178.169 370.343 .000
Lokasi 2 31432.503 15716.252 3.257 .060
Interval pemotongan 1 87865.985 87865.985 18.208 .000
Kelompok 4 22091.370 5522.843 1.144 .364
Lokasi* interval pemotongan 2 40180.260 20090.130 4.163 .031
Error 20 96514.836 4825.742
Total 30 2065263.123
Total terkoreksi 29 278084.955
Lampiran 14 Uji Duncan interval pemotongan terhadap produksi bahan kering rumput tersedia musim kemarau
Lokasi N Subset
b a
Noebeba (500 m dpl) 10 198.4370
Mollo Utara (1 007 m dpl) 10 263.8110
Amanuban Selatan (65 m dpl) 10 269.9770
Sig. 1.000 .845
Lampiran 15 Sidik ragam kapasitas tampung musim kemarau
Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Sig.
Model terkoreksi 9 1.204 .134 1.603 .181
Intersep 1 24.210 24.210 290.050 .000
Lokasi 2 .277 .138 1.658 .216
Interval pemotongan 1 .356 .356 4.270 .052
Kelompok 4 .163 .041 .487 .745
Lokasi* interval pemotongan 2 .409 .204 2.448 .112
Error 20 1.66 .083
Total 30 27.084
Total terkoreksi 29 2.874
Lampiran 16 Uji Duncan interval pemotongan terhadap kapasitas tampung musim kemarau
Lokasi N Subset
a
Noebeba (500 m dpl) 10 .7670
Amanuban Selatan (65 m dpl) 10 .9340
Mollo Utara (1.007 m dpl) 10 .9940