• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Perkawinan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Perkawinan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PERKAWINAN DAN LINGKUNGAN

PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN

SUAMI ISTRI BEKERJA

RISDA RIZKILLAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kualitas Perkawinan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis saya ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

RISDA RIZKILLAH. Kualitas Perkawinan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan TIN HERAWATI.

Meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita baik yang sudah menikah dan memiliki anak terjadi dalam beberapa periode ini. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi yang dialami oleh keluarga, sehingga wanita harus membantu perekonomian keluarga di sektor publik. Badan Pusat Statistik membagi pekerjaan di sektor publik ke dalam dua jenis yaitu pekerjaan formal dan pekerjaan informal. Pekerjaan formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan/pegawai, sedangkan sisanya adalah informal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik keluarga dan pekerjaan istri, kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja dengan menggunakan disain cross sectional. Tempat penelitian di pilih secara purposive, yaitu di Kota Bogor pada Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah. Waktu penelitian terhitung mulai bulan Desember 2013 hingga September 2014. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal atau informal pada keluarga dengan suami istri bekerja. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified disproportional random sampling berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal) dengan contoh sebanyak 120 orang.

Hasil penelitian menunjukkan keluarga dengan istri berjenis pekerjaan formal memiliki pendidikan (istri dan suami), pendapatan (istri, suami, dan per kapita) yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Pada anak usia 0-36 bulan, dimensi dengan sebaran contoh terbanyak pada kategori tinggi adalah dimensi keterlibatan ibu, sedangkan sebaran terbanyak pada kategori rendah adalah dimensi penerimaan perilaku anak. Pada anak usia 37-72 bulan, komponen dengan sebaran terbanyak pada kategori tinggi adalah stimulasi bahasa dan sebaran terbanyak pada kategori rendah adalah penerimaan. Kualitas lingkungan pengasuhan berhubungan positif signifikan dengan kualitas perkawinan, pendidikan istri, dan lama jam kerja. Pada dimensi kebahagiaan perkawinan aspek yang paling tinggi berada pada aspek komitmen perkawinan dan terendah adalah kepribadian pasangan, sedangkan pada dimensi kepuasan perkawinan, aspek dengan capaian tertinggi berada pada aspek ekonomi dan terendah pada cinta dan hubungan intim. Kualitas pengasuhan berhubungan negatif sangat signifikan dengan besar keluarga. Berdasarkan hasil uji pengaruh, kualitas perkawinan, pendidikan istri, dan besar keluarga merupakan variabel yang mempengaruhi kualitas lingungan pengasuhan.

(5)

SUMMARY

RISDA RIZKILLAH. Marital and Parenting Environment Quality in Dual Earner Family. Supervised by EUIS SUNARTI dan TIN HERAWATI

The Increasing of women’s labor force participation occur within this

period. This happens because the growing economic needs experienced by the family, so women should help the family economy. Women who only have a responsibility in the domestic sector, now should have a responsibility in the public sector. Central Bureau of Statistics divides jobs in public sector into two types, namely formal and informal. Formal sector category includes laborers / employees / employee, while the rest are informal.

This study aims to analyze the characteristics of family and wife’s job characteristic, marital quality, and parenting environment quality in dual earner family. The research design uses cross-sectional design. Bogor city (west and central district) selected purposively as study location. Time study starting from December 2013 to September 2014. Samples in this study were working mothers who have children aged 0-6 years who worked in formal or informal job in a dual earner family. Sampling techniques performed disproportional stratified random sampling based on the type of job (formal or informal) with a sample of 120 people.

The results showed, family with a wife who working in formal jobs have wives and husbands education, wives and husbands income, and per capita income higher than the wife who working in informal job. However, families with wives who working in informal job, have the score of age (husband, wife, and last child), a long marriage, and family size higher than the wives who working in formal job. In children aged 0-36 months, component with distribution of the largest sample in the high category is the involvement of mother, while the highest distribution in the low category is acceptance of child's behavior. In the children age 37-72 months, the component with the largest distribution in the high category is stimulation of language and the highest distribution in the low category is acceptance.

The parenting environment quality significantly positively associated with

marital quality, wife’s education, and long working hours. The average of marital

quality has a fairly high attainment, in the aspects of marital happiness the highest attainment is the commitment of marriage and lowest aspect is partner's personality, while the dimensions of marital satisfaction, the highest attainment are economic aspect and the lowest is love and intimate relationships. Parenting environment quality significantly negatively associated with family size. Based on

the regression test, the marital quality, the wife’s education, and family size

become variables that affect the parenting environment quality.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

KUALITAS PERKAWINAN DAN LINGKUNGAN

PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN

SUAMI ISTRI BEKERJA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul : Kualitas Perkawinan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Suami Istri Bekerja

Nama : Risda Rizkillah NIM : I251130126

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Euis Sunarti,MSi Ketua

Dr. Tin Herawati, SP., MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dr. Ir. Herien Puspitawati, MSc., MSc.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir.Dahrul Syah, MScAgr.

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Rasa syukur juga penulis haturkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi motivator kehidupan bagi penulis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS. dan Dr. Tin Herawati, SP, M.Si selaku pembimbing tesis atas bimbingan, doa, dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua Drs. Lukman Al Hakim, M.Pd dan Dra. Cucu Sumiati serta keluarga besar yang

telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya yang tidak pernah berhenti. Selain itu, terima kasih kepada rekan penelitian yaitu Fitri Apriliana Hakim, Fitri Meliani, dan Nurlita Tsania yang telah berjuang bersama untuk mencapai target penelitian agar selesai tepat pada waktunya serta teman-teman

IKA ‘05 atas bantuan dan saran yang telah diberikan. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang terdapat didalamnya.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 9

Latar Belakang 9

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Keluarga 4

Teori Struktur Fungsional 5

Teori Sosial Konflik 5

Teori Gender 6

Karakteristik Pekerjaan Istri 6

Karakteristik Anak 7

Kualitas Perkawinan 8

Kualitas Lingkungan Pengasuhan 9

Penelitian Terdahulu 10

KERANGKA PIKIR 13

METODE PENELITIAN 14

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 14

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh 14

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 15

Pengolahan dan Analisis Data 16

Definisi Operasional 18

KUALITAS PERKAWINAN DAN LINGKUNGAN PENGASUHAN MENURUT JENIS PEKERJAAN ISTRI PADA KELUARGA DENGAN

SUAMI ISTRI BEKERJA 19

Abstrak 19

Abstract 19

Pendahuluan 20

Tujuan Penelitian 20

Manfaat Penelitian 20

Metode Penelitian 21

Hasil 22

Pembahasan 35

(12)

KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEKERJAAN ISTRI, KUALITAS

PERKAWINAN, DAN KUALITAS LINGKUNGAN PENGASUHAN 39

Abstrak 39

Abstract 39

Pendahuluan 40

Tujuan Penelitian 41

Manfaat Penelitian 41

Metode Penelitian 41

Hasil 42

Pembahasan 50

PEMBAHASAN UMUM 53

SIMPULAN 55

SARAN 56

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 61

(13)

DAFTAR TABEL

1 Penelitian terdahulu 11

2 Variabel, skala, dan pengolahan data 16

3 Model Regresi Linier 17

4 Rata-rata dan uji beda karaktersitik keluarga 22

5 Sebaran keluarga berdasarkan jam kerja dan jenis pekerjaan (%) 23 6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan istri dan jenis pekerjaan (%) 23 7 Sebaran keluarga berdasarkan pengalaman bekerja dan jenis pekerjaan

(%) 24

8 Rata-rata dan uji beda karaktersitik pekerjaan 24 9 Rata-rata capaian variabel dan dimensi kualitas perkawinan (%) dan

uji beda berdasarkan jenis pekerjaan 24

10 Sebaran istri berdasarkan kategori kualitas perkawinan dan jenis

pekerjaan (%) 25

11 Rata-rata capaian (%) dan uji beda indikator kebahagiaan perkawinan

berdasarkan jenis pekerjaan 26

12 Rata-rata capaian (%) dan uji beda indikator kepuasan perkawinan

berdasarkan jenis pekerjaan 27

13 Sebaran contoh berdasarakan kategori lingkungan pengasuhan dan

jenis pekerjaan (%) 28

14 Sebaran keluarga (%) dan uji beda tanggap rasa dan kata berdasarkan

jenis pekerjaan 29

15 Sebaran keluarga (%) dan uji beda penerimaan terhadap perilaku anak

berdasarkan jenis pekerjaan 29

16 Sebaran keluarga (%) dan uji beda pengorganisasian lingkungan anak

berdasarkan jenis pekerjaan 30

17 Sebaran keluarga (%) dan uji beda penyediaan mainan anak

berdasarkan jenis pekerjaan 30

18 Sebaran keluarga (%) dan uji beda keterlibatan ibu berdasarkan jenis

pekerjaan 31

19 Sebaran keluarga (%) dan uji beda variasi asuhan berdasarkan jenis

pekerjaan 31

20 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi belajar berdasarkan jenis

pekerjaan 32

21 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi Bahasa berdasarkan jenis

pekerjaan 32

22 Sebaran keluarga (%) dan uji beda lingkungan fisik berdasarkan

pekerjaan 33

23 Sebaran keluarga (%) dan uji beda kehangatan dan penerimaan

berdasarkan jenis pekerjaan 33

24 Sebaran keluarga (%) dan uji beda stimulasi akademik berdasarkan

jenis pekerjaan 34

25 Sebaran keluarga (%) dan uji beda modelling berdasarkan jenis

pekerjaan 34

26 Sebaran keluarga (%) uji beda variasi pengalaman berdasarkan jenis

(14)

27 Sebaran keluarga (%) dan uji beda berdasarkan lingkungan pengasuhan (penerimaan) serta jenis pekerjaan 35

28 Karaktersitik keluarga dan pekerjaan istri 42

29 Rata-rata capaian variabel dan dimensi kualitas perkawinan (%) 43 30 Sebaran istri (%) berdasarkan kategori kualitas perkawinan 43

31 Rata-rata capaian kebahagiaan perkawinan (%) 43

32 Rata-rata capaian kepuasan perkawinan (%) 44

33 Sebaran rata-rata skor (%) menurut komponen lingkungan pengasuhan

anak 45

34 Sebaran contoh (%) berdasarakan kategori pencapaian lingkungan

pengasuhan 46

35 Sebaran koefisien korelasi antara variabel utama dengan karakteristik

keluarga 47

36 Pengaruh kualitas perkawinan dan jenis pekerjaan istri terhadap

kualitas lingkungan pengasuhan anak 47

37 Pengaruh karakteristik keluarga, pekerjaan istri, dan kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan pengasuhan anak 48 38 Pengaruh dimensi kualitas perkawinan dan jenis pekerjaan terhadap

kualitas lingkungan pengasuhan anak 49

39 Sebaran koefisien regresi pengaruh karakteristik keluarga, anak, dan pekerjaan istri serta kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan

pengasuhan anak 49

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir 14

2 Teknik penarikan contoh 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia menurut jenis pekerjaan 62 2 Sebaran contoh berdasarkan kelompok pendidikan menurut jenis

pekerjaan 62

3 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan menurut jenis pekerjaan 62 4 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita per bulan menurut

jenis pekerjaan 62

5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga menurut jenis pekerjaan 63 6 Sebaran contoh berdasarkan lama pernikahan menurut jenis pekerjaan 63 7 Sebaran keluarga (%) berdasarkan lama pengalaman kerja menurut jenis

pekerjaan 63

8 Sebaran keluarga (%) berdasarkan jumlah pindah kerja menurut jenis

pekerjaan 64

9 Sebaran keluarga (%) berdasarkan jam kerja menurut jenis pekerjaan 64 10 Sebaran keluarga (%) berdasarkan lama perjalanan ke tempat kerja

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita baik yang sudah menikah dan memiliki anak terjadi dalam beberapa periode ini. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi yang dialami oleh keluarga, sehingga wanita harus membantu perekonomian keluarga dengan terjun langsung ke sektor publik. Selain itu, meningkatnya pendidikan wanita juga menjadi salah satu alasan wanita bekerja di sektor publik karena wanita ingin mengaktualisasikan diri di masyarakat sejalan dengan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan selama dibangku pendidikan. Hal tersebut menyebabkan wanita yang dahulunya hanya memiliki tanggungjawab di sektor domestik kini harus memiliki tanggungjawab di sektor publik. Hasil Sakernas 2013 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi Angkatan Kerja di Kota Bogor pada tahun 2013 adalah 59.74 persen, lebih tinggi 0.14 persen dibandingkan tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas pelan namun pasti semakin banyak yang memasuki dunia kerja dimana persentase penduduk usia kerja yang bekerja sebesar 90.20 persen (BPS 2014). Secara umum status pekerjaan utama dapat dikelompokan menjadi dua besaran yaitu sektor formal dan sektor informal. Berusaha dengan buruh tetap dan sebagian dari pekerja/buruh/karyawan merupakan bagian dari sektor formal. Sedangkan berusaha sendiri tanpa bantuan, berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di sektor pertanian, pekerja bebas di sektor non pertanian, pekerja tak dibayar merupakan bagian dari sektor informal (Dinaskertrans 2012).

Fenomena istri bekerja menyebabkan perempuan memiliki peran ganda yang dapat menyebabkan perempuan mengalami ketidakseimbangan kerja-keluarga, terlebih perempuan dan laki-laki yang bekerja mengaku bahwa pembagian peran dalam keluarga menjadi salah satu permasalahan yang menyebabkan konflik dalam pernikahan (Boss et al. 1993). Selain itu, kondisi dimana suami dan istri sama-sama bekerja di luar rumah dapat membuat waktu yang digunakan bersama semakin terbatas, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan menurunnya kualitas perkawinan baik bagi suami maupun istri. Kualitas perkawinan yang tidak baik dapat menyebabkan kurangnya interaksi antara suami-istri, dan orangtua-anak sehingga terjadi ketidakberfungsian keluarga yang dapat memberikan dampak buruknya pengasuhan yang diberikan pada anak, kurang perhatian, kasih sayang, dan rangsangan untuk perkembangan anak, dimana anak akan merasakan kurangnya waktu dari ibu karena pada kenyataannya masih banyak perempuan yang bekerja lebih dari jam kerja normal, selain itu Abrar dan Ghouri (2010) juga menyatakan keluarga dengan pola nafkah ganda memiliki kerumitan dalam melakukan perannya salah satunya adalah pengasuhan.

(16)

2

2013). Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa peran pengasuhan pada ibu sudah semakin berkurang padahal masa kanak-kanak merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan merupakan masa kritis bagi anak sehingga kualitas pengasuhan yang baik mutlak diperlukan. Orangtua, terutama ibu merupakan orang pertama dan utama yang mempengaruhi proses sosialisasi anak. Untuk itu, penting untuk dilakukannya penelitian terkait kualitas perkawinan dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja.

Perumusan Masalah

Biaya keluarga setelah memiliki anak cenderung membengkak karena biaya anak secara simultan merupakan bagian dari anggaran keluarga. Hal tersebut menyebabkan istri harus kembali bekerja penuh waktu secepatnya setelah anaknya lahir agar dapat menjaga pendapatan keluarga namun mengorbankan waktu perawatan penuh ibu untuk anaknya dan tidak dapat mendampingi anak tiap waktu (Duvall 1977). Beberapa bukti hasil survei nasional tentang bagaimana perasaan wanita yang berperan ganda disimpulkan oleh Wright bahwa berperan ganda sebagai wanita pekerja dan ibu rumah tangga mengandung untung rugi bagi mereka, dimana wanita bekerja dapat menikmati pendapatan dari luar rumah dan sebagai akibat dari itu tingkat kemandirian mereka bertambah, mereka semakin tertarik untuk keluar rumah dan sebagainya tetapi mereka juga harus membayar keuntungan yang mereka dapatkan tersebut dengan memiliki kemungkinan stres yang lebih tinggi. Sebaliknya, hidup sebagai ibu rumah tangga dalam beberapa hal lebih mudah dan dipastikan tidak begitu rumit, tetapi pekerjaan mereka kemudian hampir dapat dipastikan tidak memuaskan dan terasa lebih rendah (Hurlock 1980).

Beban ganda yang dimiliki dapat menimbulkan kesulitan bagi wanita untuk membagi waktunya antara di rumah dan di tempat kerja, terlebih ketika wanita bekerja pada jenis pekerjaan formal yang tidak memiliki fleksibilitas waktu kerja, dimana ia harus fokus dengan pekerjaannya disaat jam kerja dan tidak boleh mencampuradukkan masalah keluarga ketika sedang bekerja, tidak dapat memperhatikan anak sambil bekerja di kantor, dan tidak dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga sama sekali ketika sedang bekerja di sektor publik.

Permasalah tidak hanya terjadi pada wanita dengan jenis pekerjaan formal, tapi terjadi juga pada wanita dengan jenis pekerjaan informal dimana karakteristik pekerjaan informal seperti waktu yang fleksibel, pendapatan yang tidak stabil juga menjadi kesulitan tersendiri bagi wanita karena wanita harus berpikir lebih keras untuk mengatur kehidupannya di pekerjaan dan di rumahtangga. Wanita dengan jenis pekerjaan informal harus lebih kreatif dalam mengatur pekerjaan dan keluarga agar memiliki kualitas yang sama-sama baik pada pekerjaan maupun keluarga. Pendapatan yang tidak stabil pada wanita dengan jenis pekerjaan informal terkadang dapat membuat wanita bekerja lebih lama dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal dan waktu yang fleksibel juga dapat membuat wanita justru tidak fokus mengasuh anak karena mengasuh anak sambil melakukan pekerjaan.

(17)

3 menyesuaikan diri dan menjalankan perannya dengan baik. Hall dan Moss (2001) dalam Kusumowardhani (2012) juga menyatakan bahwa semakin banyaknya

pasangan suami istri bekerja sering dianggap sebagai “biang keladi” atau

penyebab utama meningkatnya angka perceraian secara drastis. Pada tahun 2012 terjadi kasus perceraian sebanyak 777 kasus di kota bogor (BPS 2013). Selain itu, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama MA RI, juga menyatakan bahwa kasus perceraian meningkat pada tahun 2007 sebesar 157.771 kasus menjadi 223.371 kasus pada tahun 2009. Penyebab terbesar (77 528 kasus) pemicu perceraian adalah salah satu pihak baik suami atau istri meninggalkan kewajiban.

Kualitas perkawinan yang tidak baik dapat memberikan kecenderungan dilakukannya pengasuhan anak yang tidak baik, karena pengasuhan anak yang baik dapat terwujud ketika orangtua dapat berinteraksi dengan baik, memberikan kasih sayang, dan kehangatan pada anak. Penelitian Sunarti (2008) mengelaborasi bahwa pada lingkungan pengasuhan masih terdapat ibu yang menunjukkan perilaku negatif terhadap anaknya seperti berteriak, menunjukkan kekecewaan, memukul, dan memarahi anak, hal tersebut menunjukkan masih terbatasnya kemampuan ibu dalam pengorganisasian lingkungan anak, juga penyediaan mainan anak. Selain itu Bowlby (1969) dalam Puspitawati (2012) menyatakan bahwa perkembangan anak menekankan pada peran utama pengasuh, terutama selama tahun pertama kehidupan anak dalam menetapkan dasar bagi bayi untuk mengembangkan bonding atau keterikatan yang sehat dan pengertian diri. Meninjau kepada fenomena diatas penelitian ini ingin menjawab pertanyaan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja ?

2. Adakah perbedaan kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan informal? 3. Adakah hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan,

kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja?

4. Adakah pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan, dan kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja?

Tujuan Penelitian Umum :

Menganalisis pengaruh kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan pengasuhan.

Khusus :

1. Menganalisis kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja

(18)

4

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja

4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, dan kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan pengasuhan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keluarga dengan suami istri bekerja, karakteristik pekerjaan khususnya istri, kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan. Berdasarkan informasi tersebut, penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian-penelitian selanjutnya. Bagi keluarga, diharapkan dapat lebih memahami kualitas perkawinan dan membentuk kualitas lingkungan pengasuhan yang baik. Bagi pemerintah dan instansi bermanfaat sebagai acuan dalam membuat kebijakan yang dapat mendukung keluarga dengan suami istri bekerja. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kehidupan keluarga.

TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga

(19)

5 Teori Struktur Fungsional

Pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga salah satunya adalah pendekatan teori struktural fungsional. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip dan sebagai sebuah sistem akan mempunyai tugas seperti umumnya yang dihadapi oleh setiap sistem sosial. Teori struktural-fungsional mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian diakomodasi dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999). Asumsi dasar dalam teori struktural fungsional yaitu (1) masyarakat selalu mencari titik keseimbangan, (2) masyarakat memerlukan kebutuhan dasar agar titik keseimbangan terpenuhi, (3) untuk memenuhi kebutuhan dasar, fungsi-fungsi harus dijalankan, dan (4) untuk memenuhi semua ini, harus ada struktur tertentu demi berlangsungnya suatu keseimbangan atau homeostatik (Klein dan White 1996).

Prasyarat dalam teori struktural-fungsional menjadikan suatu keharusan yang wajib ada agar keseimbangan sistem tercapai salah satunya keseimbangan kerja-keluarga, baik pada tingkat masyarakat maupun tingkat keluarga. Levy menyatakan bahwa prasyarat struktural yang harus dipenuhi oleh keluarga agar dapat berfungsi, yaitu meliputi: (1) diferensiasi peran yaitu alokasi peran/tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga, (2) alokasi solidaritas yang menyangkut distribusi relasi antaranggota keluarga, (3) alokasi ekonomi yang menyangkut distribusi barang dan jasa antar anggota keluarga untuk mencapai tujuan keluarga, (4) alokasi politik yang menyangkut distribusi kekuasaan dalam keluarga, dan (5) alokasi integrasi dan ekspresi yaitu meliputi cara/teknik sosialisasiinternalisasi maupun pelestarian nilai-nilai maupun perilaku pada setiap anggota keluarga dalam memenuhi tuntutan norma-norma yang berlaku (Megawangi 1999).

Teori Sosial Konflik

(20)

6

individu, grup, sumberdaya yang langka, atau kombinasi dari ketiganya (Klein dan White 1996).

Teori Gender

Fenomena istri yang bekerja di sektor publik dapat dianalisis menggunakan teori gender. Istilah “gender” dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan (ciptaan Tuhan) dan bentukan budaya (konstruksi sosial). Seringkali orang mencampuradukkan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak berubah) dengan yang bersifat non-kodrati (gender) yang bisa berubah dan diubah. Perbedaan peran gender ini juga menjadikan orang berpikir kembali tentang pembagian peran yang dianggap telah melekat, baik pada perempuan maupun laki-laki (Sasongko 2009).

Konflik dalam pembagian peran keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja dapat diminimalisir dengan melakukan kerjasama gender yang dilakukan akan membantu meringankan beban kerja pihak yang terdominasi dengan kerjasama, sehingga menguntungkan bagi suami dan istri (Megawangi 2009).

Supartiningsih (2003) menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki bukanlah dua makhluk yang berbeda sama sekali,tetapi juga tidak benar-benar sama. Perempuan dan laki-laki adalah diri yang satu meski menempati dua raga yang

berbeda. Mereka bukan “lawan jenis” tapi “pasangan jenis”. Mereka dicipta bukan untuk saling menindas dan menguasai tetapi saling mengutuhkan sehingga tercapai kemampuan bertanggungjawab, kedewasaan bersikap dan ketenangan diri. Pada keluarga dengan suami istri bekerja, suami dan istri adalah pasangan yang harus saling mengutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain, dimana suami memiliki dominasi di sektor publik dan istri membantunya dan pada sektor domestik istri yang memiliki dominasi kemudian suami membantunya.

Masih terdapat permasalahan di seputar gender meliputi ketimpangan dan kesenjangan dan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Ketimpangan dan kesenjangan tersebut dapat diamati melalui sistem sosio-kultural, pengakuan hak-hak perempuan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia perempuan, dan sistem yang kurang demokratis (Sulistiyani 2007). Potensi wanita sebagai istri dan ibu rumah tangga, merupakan faktor penting penentu keberhasilan strategi pengarusutamaan gender. Pemberdayaan perlu dilakukan melalui teknologi tepat guna dan inovatif, perlindungan terhadap tenaga kerja wanita, meningkatkan efektifitas penyuluhan dan pelatihan, perbaikan regulasi, fasilitas, dan tingkat upah, pelatihan dan pembinaan ketrampilan industri rumahtangga. Kesempatan kerja agar berimbang antar gender dan mengikutsertakan mereka dalam segala kegiatan pembangunan. Pemberdayaan wanita melalui strategi pengarusutamaan jender (gender mainstreaming), untuk mewujudkan kesejahteraan rumah tangga (Elizabeth 2007).

Karakteristik Pekerjaan Istri

(21)

7 publik dapat bekerja di sektor formal atau informal. Badan Perencanaan Pembangungan Nasional (Bappenas 2009) menjelaskan ciri-ciri kegiatan sektor informal, yaitu: manajemen sederhana, tidak memerlukan izin usaha, modal rendah, padat karya, tingkat produktivitas rendah, tingkat pendidikan formal biasanya rendah, penggunaan teknologi sederhana, sebagian besar pekerja adalah keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, mudahnya keluar masuk usaha, dan kurangnya dukungan dan pengakuan pemerintah. Contoh dari kegiatan informal seperti pedagang asongan, pedagang di pasar, tukang becak dan sebagainya. Di sisi lain, terdapat pekerjaan di sektor formal yang diceriminkan oleh pekerja manajerial (white collar) yang terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha di bidang jasa contohnya antara lain karyawan swasta, guru, dosen, dan perawat.

Berdasarkan BPS (2012) penduduk yang bekerja di sektor formal bertambah sebesar 4.0 juta orang dengan persentase yang meningkat dari 34.24 persen pada Februari 2011 menjadi 37.29 persen pada Februari 2012. Di sisi lain, penduduk yang bekerja di sektor informal berkurang sebesar 2.4 juta orang dengan persentase menurun dari 65.76 persen pada Februari 2011 menjadi 62.71 persen pada Februari 2012. Penurunan ini berasal dari hampir seluruh komponen penduduk yang bekerja di sektor informal, kecuali pekerja bebas di nonpertanian.

Wanita bekerja memiliki waktu yang digunakan untuk bekerja di sektor publik (jam kerja). Jam kerja adalah waktu untuk yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam kerja bagi para pekerja di sektor swasta telah diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pada Pasal 77 ayat 1, UU No.13 tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pengusaha wajib untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem. Kedua sistem tersebut yaitu untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.

Berdasarkan kedua sistem jam kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintah telah memberikan batasan jam kerja yaitu 40 jam dalam 1 minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka sisa kelebihan waktu kerja biasa waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur.

Karakteristik Anak

(22)

8

semakin mendekatkan diri pada orang-orang lain disamping anggota keluarganya (Monks dan Knoers 2004).

Jenis kelamin dalam kehidupan manusia dibagi menjadi dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Terdapat dua jenis hormon yang dapat berpengaruh pada jenis kelamin seseorang yaitu hormon estrogen dan androgens. Hormon estrogen berpengaruh utama pada karakteristik perkembangan fisik perempuan dan membantu regulasi menstruasi, sedangkan hormon androgens utamanya berfungsi pada karakteristik perkembangan alat kelamin laki-laki. Hurlock (1980) menyatakan anak harus belajar untuk berperilaku sesuai dengan pola-pola yang digariskan dalam streotip. Hal ini sebagian dilakukan dengan meniru tapi lebih banyak melalui latihan langsung dimana anak diperlihatkan bagaimana meniru suatu model dan di dorong melakukannya ataupun dimarahi kalau gagal melakukannya. Disamping cara langsung, anak juga dihadapkan dengan cara-cara tidak langsung. Anak tidak diberi kesempatan untuk belajar berperilaku yang tidak sesuai dengan kelompok seksnya.

Bronstein (2006) dalam Santrock (2009) menyatakan bahwa orangtua sering melakukan perbedaan dalam berinteraksi kepada anak permpuan dan anak laki-laki. Perbedaan interaksi tersebut dimulai sejak anak masih bayi dan berlanjut hingga remaja. Pada beberapa budaya ibu mensosialisasikan anak perempuannya untuk lebih penurut dan tanggung jawa dibandingkan anak laki-laki. Mereka juga lebih memberikan pembatasan pada otonomi anak perempuan. Ayah lebih menunjukkan perhatian lebih pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, terlibat pada beberapa aktivitas anak laki-laki, dan melakukan usaha lebih untuk mengembangkan perkembangan intelektual anak laki-laki. Puspitawati dan Setioningsih (2009) menyatakan bahwa orang tua yang memiliki anak berjenis kelamin laki-laki mempunyai tingkat kualitas perkawinan yang lebih tinggi dibanding dengan orang tua yang memiliki anak berjenis kelamin perempuan. Penerimaan keluarga responden kepada anak laki laki lebih besar daripada anak perempuan. Penelitian Hernawati, Tanziha, dan Hastuti (2003) menunjukkan bahwa orangtua tidak membedakan jenis kelamin anak dalam memberikan penilaian terhadap anak, baik nilai psikologis, nilai sosial, nilai ekonomi, dan nilai religius.

Kualitas Perkawinan

Kualitas perkawinan didefinisikan sebagai hal yang dirasakan, hasil yang evaluatif (atau keuntungan) dalam sebuah pernikahan yang merupakan hasil dari imbalan dikurangi biaya dalam pernikahan. Hal tersebut meliputi "seluruh rentang istilah (contoh: kepuasan perkawinan, kebahagiaan, kurangnya tekanan peran dan konflik, komunikasi, integrasi, penyesuaian, dan sebagainya) yang telah menjadi variabel dependen dalam penelitian pernikahan (Lewis dan Spanier 1979 dalam Nye 1982).

(23)

9 kepuasan berhubungan dengan pernikahan sering perasaan sekilas yang bisa berubah secara drastis dalam beberapa menit, sedangkan kualitas perkawinan adalah konsep multidimensional yang mengakui kompleksitas besar hubungan perkawinan.

Waite et al. (2009) menunjukkan bahwa relatif sedikit penilaian tentang peringkat kebahagiaan perkawinan. Misalnya, penilaian yang sangat negatif mungkin seringkali mencerminkan krisis lokal dalam pernikahan, seperti perselisihan emosional. Ketidakstabilan relatif dari peringkat ketidakbahagiaan perkawinan selama periode lima tahun membuat kita menduga bahwa ini adalah benar. Sementara orang-orang yang dinilai pernikahannya tidak bahagia lebih mungkin untuk bercerai atau terpisah dalam lima tahun ke depan dari orang-orang yang dinilai pernikahan mereka bahagia, lebih dari tiga-perempat dari pernikahan tidak bahagia dan bahagia tetap menikah. Temuan yang didapatkan adalah kebanyakan perceraian terjadi pada orang yang menilai perkawinannya bahagia sebelumnya namun orang yang menilai bahwa perkawinannya tidak bahagia justru tetap menikah, hal ini menunjukkan bahwa kita harus mengetahui lebih banyak apa yang orang-orang pikirkan ketika mereka mendeskripsikan kebahagiaan perkawinan.

Penelitian Blair (1998) menunjukkan bahwa penilaian istri terkait kualitas perkawinan secara substansial terkait dengan persepsi mereka tentang keadilan, namun ternyata kualitas perkawinan mereka juga secara signifikan dipengaruhi oleh rasa kepuasan kerja. Kebahagiaan dalam pekerjaan istri dikaitkan dengan penilaian yang lebih tinggi pada kualitas perkawinan. Hasil penelitian Ritonga (2007) juga menunjukkan bahwa tingkat pendapatan berkorelasi positif dengan kepuasan, kebahagiaan, dan kualitas perkawinan yang dirasakan contoh (istri), artinya semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, maka semakin tinggi kepuasan, kebahagiaan, dan kualitas perkawinan. Suami, dalam penilaian mereka tentang kualitas perkawinan juga terbukti rentan terhadap persepsi mereka terhadap keadilan. Khazaei, Rostami, dan Zaryabi (2011) menyatakan bahwa Kepuasan perkawinan terkait dengan tingkat dan kualitas kesehatan secara umum, kepuasan hidup dan rasa kesepian. Persepsi seksual memiliki hubungan positif dengan perilaku yang dapat memberikan kelangsungan pernikahan dan pada kenyataannya merupakan miniatur dari hubungan umum. Aktivitas seksual adalah penting untuk titik bahwa aktivitas seksual bisa menjadi tanda adanya masalah dalam pernikahan.

Kualitas Lingkungan Pengasuhan

(24)

10

baik dan menyenangkan pada anak. Stimulasi merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam merangsang pertumbuuhan dan perkembangan anak. Apabila stimulasi dilakukan dengan baik maka anak akan memiliki perkembangan yang lebih baik dibandingkan anak yang kurang mendapatkan stimulasi (Rusyantia 2006). Pendidikan yang dimiliki oleh ibu juga menentukan baik buruknya lingkungan penngasuhan yang diberikan kepada anak, dimana ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung memberikan pengasuhan yang lebih baik dibandingkan ibu dengan pendidikan yang rendah karena orangtua dengan pendidikan tinggi akan lebih dapat menerima dengan mudah pengetahuan dan akses pengetahuan salah satunya pengetahuan mengenai pengasuhan anak (Myers 1992).

Salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas lingkungan asuh adalah home inventory. Menurut Caldwell dan Bradley (1984), instrumen HOME didasarkan pada 12 premis teoritis dan empiris mengenai pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak, diantaranya :

1. Perkembangan anak dapat ditingkatkan oleh iklim emosional yang positif 2. Perkembangan anak dapat ditingkatkan melalui kontak dengan sejumlah

orang dewasa disekitar anak

3. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan masukan sensoris yang beragam dan terpola

4. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan kebutuhan anak secara optimal

5. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan hadirnya orang yang selalu tanggap secara fsik, kata dan rasa terhadap perilaku anak

6. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan pengorganisasian lingkungan fisik dan temporal yang baik

7. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan tersedianya lingkungan yang memiliki larangan sosial yang minimal mengenai perilaku motorik dan eksploratik

8. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman kultural yang beragam

9. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan tersedianya alat permainan yang memfasilitasi koordinasi proses sensori motorik

10.Perkembangan anak memerlukan kontak dengan orang dewasa yang memberi nilai terhadap pencapaian perilaku anak

11.Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan kesempatan mendapakan pengalaman kegiatan yang kumulatif

12.Perkembangan optimal memerlukan pemenuhan kebutuhan fisik dasar dan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan keselamatan.

Penelitian Terdahulu

(25)

11 pekerjaan yaitu sektor formal dan sektor informal. Namun, topik mengenai suami istri bekerja saat ini semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi, sehingga kontribusi istri yang bekerja di luar rumah semakin meningkat. 2011 Almasitoh Stres kerja ditinjau

dari konflik peran

2009 Parveen Investigating

Occupational Stress

1995 Ahmad Role Conflict and

Coping Behaviour of

2011 Alam et.al. Work family conflict of women managers in

(26)

12

2007 Ritonga CH Kajian Ketahanan Keluarga Petani :

2008 Ismail Kajian dimentions of

marital quality : contoh sangat bervariasi, namun lingkungan pengasuhan pada kelompok anak 0-3 tahun lebih rendah dibandingkan untuk anak 3-6 tahun 2009 Latifah et al. Kualitas tumbuh

kembanga, 2011 Hastuti et al. Kualitas lingkungan

(27)

13

KERANGKA PIKIR

Salah satu teori yang melandasi ilmu keluarga adalah teori struktural-fungsional. Teori tersebut mengakui segala keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian diakomodasi dalam fungsi seseorang dalam sebuah sistem. Pembagian fungsi terjadi pada struktur keluarga. Pada keluarga tradisional, suami berperan di sektor publik yang berfungsi sebagai pencari nafkah sedangkan istri berperan di sektor domestik yang berfungsi sebagai pengelola rumah tangga dan pengasuh anak. Namun, semakin meningkatnya pendidikan wanita dan semakin terbukanya lapangan kerja untuk wanita, terjadi pergeseran tipe keluarga menjadi keluarga modern, dimana istri ikut berperan di sektor publik sehingga istri memiliki peran ganda.

Wanita yang bekerja di sektor publik dapat bekerja pada jenis pekerjaan formal atau informal. Peran ganda yang dimiliki oleh wanita menyebabkan wanita mendapatkan tuntutan baik dari sektor domestik dan sektor publik. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kesulitan pada wanita terlebih ketika wanita memiliki jam kerja yang panjang, lama perjalanan yang cukup lama, dan pengalaman bekerja yang sedikit. Apabila pekerja adalah seorang istri dan seorang ibu maka kesulitan dalam pembagian peran dan waktu dapat terjadi, dimana pendidikan, pendapatan, dan usia istri dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kualitas perkawinan dan pengasuhan anak. Apabila pembagian peran dan waktu tidak dikelola dengan baik, maka akan berakibat tidak tercapainya pemenuhan peran dan fungsi istri pada keluarga sehingga dapat menurunkan kualitas perkawinan yang dirasakan dan cenderung mengarahkan orangtua kepada praktik pengasuhan anak yang negatif.

(28)

14

Gambar 1 Kerangka pikir

METODE PENELITIAN

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung bertema keseimbangan kerja-keluarga yang menggunakan disain cross sectional. Pemilihan tempat penelitian di pilih secara purposive, yaitu di Kota Bogor pada Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Pasir Jaya, Menteng, dan Cilendek Barat) dan Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan Panaragan). Waktu penelitian terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan terhitung mulai bulan Desember 2013 hingga September 2014.

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal atau informal pada keluarga dengan suami istri bekerja di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified disproportional random sampling berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal) dengan contoh sebanyak 120 orang. Teknik penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2. Karakteristik Keluarga:

(29)

15

Gambar 2 Teknik penarikan contoh istri bekerja di Kota Bogor

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder didapatkan melalui studi literatur dari buku, internet, dan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penggalian informasi yang dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi:

1. Karakteristik keluarga dan pekerjaan istri .

2. Kualitas perkawinan yang terdiri dari kebahagiaan perkawinan dan kepuasan perkawinan. Kuesioner milik Conger et.al.(1990) yang dikembangkan oleh Sunarti et. al. (2005) dengan nilai Cronbach’s alpha 0.934.

3. Data kualitas lingkungan asuh diperoleh dengan menggunakan HOME (Home Observation for Measurement of the Environment) inventory milik Caldwell dan Bradley (1984), yang dibagi dalam dua kategori, yaitu :

a. Umur 0-36 bulan, terdiri atas tanggap rasa dan kata, penerimaan terhadap perilaku anak, pengorganisasian lingkungan anak, penyediaan mainan untuk anak, keterlibatan ibu/pengasuh terhadap anak dan kesempatan variasi asuhan anak dengan nilai Cronbach’s alpha 0.802. b. Umur 37-72 bulan meliputi stimulasi belajar, stimulasi bahasa,

lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik,

Kecamatan Bogor Barat Kecamatan Bogor Tengah

(30)

16

modeling, variasi pengalaman dan penerimaan dengan nilai Cronbach’s alpha 0.862.

Tabel 2 Variabel, skala, dan pengolahan data

Varibel Skala Pengolahan data

Karakteristik keluarga

Besar keluarga Rasio 1. Keluarga kecil (0-4 orang)

2. Keluarga sedang (5-7 orang) 3. Keluarga besar (≥ 8 orang)

Usia suami-istri Rasio Rataan data

Pendidikan suami-istri Rasio Rataan data

Pekerjaan suami-istri Nominal 1) PNS; 2)Wiraswasta; 3)Swasta; 4)Buruh; 5) Guru; 7) PRT; 8)Lainnya Pendapatan suami-istri Rasio Ratan data

Pendapatan per kapita Rasio Rataan data

Lama pernikahan Rasio Rataan data

Usia anak Rasio Rataan data

Jenis kelamin anak Nominal 1) Laki-laki; dan 2) Perempuan Karakteristik pekerjaan

Jenis pekerjaan Nominal 1) Formal; dan 2) Informal

Lama jam kerja Rasio Rataan data

Lama perjalanan ke tempat kerja Rasio Rataan data Lama pengalaman bekerja Rasio Ratan data Kualitas perkawinan

- Kebahagiaan perkawinan (20 item)

- Kepuasan perkawinan (20 item)

Ordinal

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Proses pengolahan data diawali dengan proses editing, coding, entrying, skoring, dan cleaning data. Selanjutnya data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(31)

17 pendapatan keluarga; pekerjaan suami-istri; dan lama pernikahan, usia anak, jenis kelamin anak), karakteristik pekerjaan (jenis pekerjaan; lama jam kerja; lama perjalanan kerja, dan lama pengalaman kerja istri), kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan. Kategori pengelompokkan untuk kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan dibedakan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Kualitas perkawinan terdiri dari 40 item pertanyaan dimana 20 item mengukur kebahagiaan perkawinan dan 20 item mengukur kepuasan perkawinan. Diukur dengan skor 1 hingga 4, dimana semakin tinggi skor maka semakin baik kualitas perkawinan. Skor maksimal kualitas perkawinan adalah 80 dan skor minimumnya adalah 40. Sedangkan pada kualitas lingkungan penngasuhan anak dibagi menjadi kualitas lingkungan pengasuhan anak usia 0-36 bulan yang terdiri 45 item dimana skor minimum 0 dan maksimum 45 dan kualitas lingkungan pengasuhan pada anak usia 37-72 bulan yang terdiri dari 55 item dengan skor manimum 0 dan maksimum 55. Pada pengolahan data variabel ini dilakukan index atau capaian dimana capaian rata-rata skor kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan anak didapatkan dari rumus yang disajikan sebagai berikut:

Y = X – nilai minimum x 100 Nilai Maksimum – nilai minimum

Keterangan:

Y = Skor dalam persen;

X = Skor yang diperoleh untuk setiap contoh

2. Analisis uji beda menganalisis perbedaan kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan berdasarkan jenis pekerjaan istri (formal atau informal) pada keluarga dengan suami istri bekerja.

3. Analisis hubungan melihat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan, kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja

4. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan, dan kualitas perkawinan terhadap kualitas lingkungan pengasuhan anak.

(32)

18

Definisi Operasional

Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh keluarga responden seperti usia (suami, isteri, dan anak terakhir), pekerjaan (suami dan isteri), pendidikan (suami dan isteri), pendapatan keluarga atau per kapita, besar keluarga, jenis kelamin anak, dan lama pernikahan.

Karakteristik pekerjaan adalah pekerjaan istri yang dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal), lama perjalanan kerja, lama jam kerja, dan lama pengalaman bekerja.

Usia suami, isteri, dan anak adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun terakhir suami, isteri, dan anak terakhir.

Pendidikan suami dan isteri adalah lama pendidikan formal yang diperoleh suami dan isteri dalam tahun.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga.

Lama pengalaman bekerja adalah lama contoh memiliki pengalaman bekerja dalam tahun.

Lama pernikahan adalah lama contoh menikah dalam tahun.

Lama Jam Kerja adalah alokasi waktu yang digunakan istri dalam bekerja di sektor publik termasuk saat perjalanan (dalam jam)

Pekerjaan Formal adalah pekerjaan di suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap dan sesuai standar yang legal, dan di luar rumah.

Pekerjaan Informal adalah pekerjaan tidak di suatu instansi, bisa bekerja sendiri, jam kerja tidak tetap, gaji tidak tetap, dan diluar rumah.

Kualitas perkawinan adalah kualitas perkawinan yang diukur berdasarkan kebahagiaan dan kepuasan menurut persepsi isteri.

Kepuasan perkawinan diukur berdasarkan persepsi istri dalam menilai kehidupan perkawinannya yang bersifat dinamis diukur dari aspek ekonomi, cinta, pengasuhan anak, cinta dan hubungan intim.

Kebahagiaan perkawinan diukur berdasarkan suatu kenikmatan yang relatif permanen, yang dirasakan isteri dalam menilai kehidupan perkawinannya dilihat dari aspek ekonomi, komunikasi dengan keluarga pasangan, pengasuhan anak, kepribadian pasangan, komitmen perkawinan, dan hubungan intim

(33)

19

KUALITAS PERKAWINAN DAN LINGKUNGAN

PENGASUHAN MENURUT JENIS PEKERJAAN ISTRI PADA

KELUARGA DENGAN SUAMI ISTRI BEKERJA

Marital and Parenting Environment Quality According to Wife’s Type of Job in Dual Earner Family

Abstrak

Peran ganda yang dimiliki oleh perempuan dapat mempengaruhi kualitas perkawinan dan lingkungan pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan dari karakteristik keluarga, kualitas perkawinan dan lingkungan pengasuhan antara istri yang bekerja di sektor formal dengan istri yang bekerja di sektor informal. Contoh dalam penelitian ini adalah istri yang bekerja di sektor formal atau informal yang memiliki anak 0-6 tahun yang diambil secara stratified disproportional random sampling sebanyak 120 orang di kecamatan Bogor Tengah dan Bogor Barat. Data dikumpulkan melalui wawancara istri menggunakan kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa kualitas perkawinan lebih tinggi pada istri dengan jenis pekerjaan formal dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal terutama pada aspek ekonomi, komunikasi dengan keluarga pasangan, pengasuhan anak, dan hubungan intim. Kualitas lingkungan pengasuhan juga lebih tinggi pada istri dengan jenis pekerjaan formal terutama pada komponen stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, modelling, dan variasi pengalaman anak pada anak usia 4-6 tahun.

Abstract

Dual role that women have can affect marital quality and parenting environment quality. This study aims to analyze the differences of family characteristic, marital and parenting environment quality between wives who working in formal sector and informal sector. The sample in this study are working wives in formal or informal sector that had children aged 0-6 years old taken in stratified disproportional random sampling of 120 people in central Bogor and west Bogor District. The data was collected by interviewed the wives using a questionnaire. The result shows that marital quality is higher in wives who working in formal sector than wives who working in informal sector especially in economic aspect, communication with spouse, parenting, and intimate relationship. Parenting environment quality is also higher in wives who working in formal sector than wives who working in informal sector especially in the compnents of academic stimulation, language stimulation, physical environment, modelling, and child experience variation inchildren aged 4-6 years.

(34)

20

Pendahuluan

Semakin meningkatnya biaya hidup suatu keluarga, keinginan aktualisasi diri pada wanita, dan terbukanya lapangan kerja yang dikhususkan untuk wanita membuat peningkatan tenaga kerja wanita. Fakta banyaknya perempuan bekerja dapat dilihat berdasarkan data BPS (2010) yang menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan meningkat sebesar 3.53 persen pada tahun 2010. Selain itu menurut data statistik BPS (2012) lebih dari 41 juta penduduk berjenis kelamin perempuan dan berumur 15 tahun ke atas adalah seorang pekerja. Hal ini menyebabkan terjadinya beban ganda pada wanita yang dapat menimbulkan kesulitan bagi wanita dalam membagi waktunya untuk pekerjaan dan keluarga.

Secara umum wanita di Indonesia bekerja pada salah satu dari dua jenis pekerjaan yaitu formal dan informal. Cherlin (2002) menyatakan kriteria pekerjaan di sektor formal adalah memiliki pendapatan minimum sesuai standar hukum, relatif berlangsung lama dan aman, mendapatkan tunjangan dan asuransi kesehatan, memiliki kemungkinan untuk kenaikan pangkat, dan memiliki serikat kerja, sedangkan pekerjaan informal merupakan pekerjaan sementara atau kasual, terkadang memberikan upah minimun tidak sesuai standar, memiliki sedikit keamanan, tidak memiliki tunjangan, dan tidak memiliki kemungkinan naik pangkat. Apabila perempuan turut andil dalam kegiatan bekerja, maka perempuan akan memiliki peran ganda yaitu bertanggung jawab pada tugas pekerjaan dan tugas keluarga. Peran ganda bagi perempuan merupakan sesuatu yang sulit, karena perempuan menghabiskan waktu lebih banyak untuk aktivitas rumah tangga dan jauh lebih banyak waktu untuk anak, sehingga mereka harus membuat penyesuaian yang lebih pada jadwal kerja mereka (Friedman dan Greenhaus 2000). Karir ganda dapat memunculkan masalah baru apabila pasangan tidak dapat menyimbangkan baik masalah pekerjaan maupun masalah keluarga (Christine dan Mula 2010). Selain itu seseorang yang tidak mampu mengintegrasikan kepentingan kerja-keluarga cenderung akan mengalami ketegangan atau konflik (Hatta 2011). Beban kerja yang dirasakan istri dapat membuat efek atau pengalaman negatif diperan lainnya seperti peran sebagai ibu rumah tangga (Foley dan Yue 2005) yang dapat mempangaruhi kualitas perkawinan dan lingkungan pengasuhan.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis karakteristik keluarga dan pekerjaan istri, kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan

2. Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan pada istri dengan jenis pekerjaan formal dengan informal

Manfaat Penelitian

(35)

21 dibentuk oleh istri yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal maupun informal, memberikan informasi terkait komponen kualitas lingkungan pengasuhan yang baik. Bagi pemerintah dan pihak swasta, dapat digunakan sebagai landasan untuk membuat kebijakan pekerjaan yang ramah keluarga, dan bagi pembaca, dapat memberikan pandangan terkait kehidupan keluarga dengan suami istri bekerja.

Metode Penelitian

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung bertema keseimbangan kerja-keluarga yang menggunakan disain cross sectional. Pemilihan tempat penelitian di pilih secara purposive, yaitu di Kota Bogor pada Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Pasir Jaya, Menteng, dan Cilendek Barat) dan Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan Panaragan). Waktu penelitian terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan terhitung mulai bulan Desember 2013 hingga September 2014.

Teknik Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun pada keluarga dengan suami istri bekerja di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified disproportional random sampling berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau informal) dengan contoh sebanyak 120 orang.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner meliputi: 1) karakteristik keluarga dan pekerjaan istri; 2) kualitas perkawinan yang terdiri dari kebahagiaan perkawinan dan kepuasan perkawinan menggunkan kuesioner milik Conger et al. (1990) yang dikembangkan oleh Sunarti et al. (2005) terdiri dari 40 pernyataan dimana 20 pernyataan mengukur kebahagiaan perkawinan dan 20 pernyataan mengukur kepuasan perkawinan dengan pilihan jawaban 1 (tidak pernah) hingga 4(selalu); 3) kualitas lingkungan pengasuhan diperoleh dengan menggunakan HOME (Home Observation for Measurement of the Environment) inventory milik Caldwell dan Bradley (1984), yang dibagi dalam dua kategori usia 0-36 bulan yang terdiri dari 45 item dan usia 37-72 bulan yang terdiri dari 55 item dengan pilihan jawaba Ya=1 dan Tidak=0.

Pengolahan dan Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik keluarga dan pekerjaan istri (jumlah anggota keluarga ; usia suami, istri, dan anak terakhir; pendidikan suami-istri; pendapatan keluarga; pekerjaan suami-istri; dan lama pernikahan, jenis pekerjaan istri, lama jam kerja, lama perjalanan kerja, lama pengalaman kerja istri), kualitas perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan. Kategori pengelompokkan untuk kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan dibedakan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

(36)

22

keluarga suami istri bekerja berdasarkan jenis pekerjaan (formal dan informal). Uji beda dilakukan menggunakan Independent Sample T-Test.

Hasil

Karkteristik Keluarga

Berdasarkan rata-rata dan uji beda karakteristik keluarga, usia suami dan istri dengan jenis pekerjaan informal memiliki rata-rata lebih besar (40.6 tahun) dan (36.6 tahun) dibandingkan usia suami dan istri dengan jenis pekerjaan formal (36.2 tahun) dan (33.2 tahun). Berdasarkan pendidikan istri dan suami, keluarga dengan istri yang memiliki jenis pekerjaan formal memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi (14.5 tahun) dibandingkan keluarga dengan istri yang memiliki jenis pekerjaan informal (9.4 tahun). Keluarga dengan istri yang berjenis pekerjaan formal memiliki pendapatan keluarga yang lebih tinggi (Rp7 992 300) dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (Rp4 096 700) dengan rata-rata pendapatan keluarga Rp6 044 125. Berdasarkan lama pernikahan, istri dengan jenis pekerjaan informal memiliki rata-rata lama pernikahan yang lebih tinggi (13.5 tahun) dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal (7.8 tahun).

Berdasarkan hasil uji beda rata-rata karakteristik keluarga, terdapat perbedaan yang signifikan antara istri dengan jenis pekerjaan formal dan istri dengan jenis pekerjaan informal pada seluruh item karakteristik keluarga dimana p-value < 0.05 kecuali item kontribusi pendapatan istri. Hasil menunjukkan bahwa istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki kontribusi pendapatan keluarga (44.3%) lebih besar dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (39.6%). Secara keseluruhan, istri memiliki kontribusi pendapatan sebesar 42 persen. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun kontribusi pendapatan suami lebih besar dibandingkan istri namun persentase kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga sudah tergolong cukup tinggi. (Tabel 4).

Tabel 4 Rata-rata dan uji beda karaktersitik keluarga

Karakteristik keluarga Total Jenis Pekerjaan P-Value Formal Informal

Usia Istri (tahun) 34.8 33.2 36.6 0.003**

Pendidikan Istri (tahun) 12 14.5 9.4 0.000**

Pendapatan Istri (Rp Ribu) 2607 3583.3 1632.7 0.002**

Usia Suami (tahun) 38.3 36.2 40.6 0.000**

Pendidikan Suami 12 13.8 10.2 0.000**

Pendapatan Suami (Rp Ribu) 3437 4410 2465 0.014**

Usia Anak Terakhir (tahun) 3.7 3.3 4.1 0.010**

Jumlah Anggota Keluarga 4.5 4.2 4.8 0.004**

Pendapatan Keluarga (Rp Ribu) 6044 7992.3 4096.7 0.004**

Pendapatan Per-kapita (Rp Ribu) 1441 1974 907.1 0.001**

Lama Pernikahan (tahun) 10.6 7.8 13.5 0.000**

Kontribusi pendapatan istri (%) 42.0 44.3 39.6 0.056

(37)

23 Karkteristik pekerjaan istri

Karakteristik pekerjaan istri dalam penelitian ini meliputi jenis pekerjaan istri (formal dan infromal), jam kerja istri, dan lama pengalaman bekerja. Berdasarkan jam kerja lebih dari separuh istri dengan jenis pekerjaan informal (55.0%) bekerja kurang dari sama dengan delapan jam, sedangkan istri dengan jenis pekerjaan formal 71.7 persen bekerja lebih dari delapan jam (Tabel 5).

Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan jam kerja dan jenis pekerjaan (%)

Jam kerja (jam)

Sepertiga istri dengan jenis pekerjaan formajl memiliki pendapatan dengan kategori Rp1 501 000 – Rp3 000 000, walaupun persentasenya sangat kecil (1.7%) terdapat istri dengan jenis pekerjaan formal yang memiliki pendapatan lebih dari Rp10 000 000. Pada istri dengan jenis informal persentase terbesar (35.0%) istri

Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan istri dan jenis pekerjaan (%)

(38)

24

Tabel 7 Sebaran keluarga berdasarkan pengalaman bekerja dan jenis pekerjaan (%)

Pengalaman kerja (Tahun)

Jenis Pekerjaan

Formal Informal

% %

0-5 13.3 18.3

6-10 50.0 26.7

11-15 20.0 23.3

15-20 10.0 18.3

21-25 3.3 10.0

>25 3.3 3.3

(Rata-rata±SD) (7.8±5.4) (13.5±6.2)

Rata-rata dan uji beda karakteristik pekerjaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada item lama perjalanan kerja (α=0.000) dan

jumlah pindah kerja (α=0.01β) dimana istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki waktu perjalanan untuk bekerja lebih lama dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal dengan rata-rata waktu perjalanan 1.1 jam. Berdasarkan jumlah pindah kerja, istri dengan jenis pekerjaan informal lebih sering berpindah atau berganti pekerjaan dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan formal (Tabel 8).

Tabel 8 Rata-rata dan uji beda karaktersitik pekerjaan

Karakteristik Rataan P-Value

Total Formal Informal

Lama pengalaman bekerja 6.6 10.2 12.4 0.063

Jumlah pindah kerja 2.2 1 2 0.012*

Lama jam kerja 7.6 7.9 7.4 0.240

Lama perjalanan bekerja 1.1 1.7 0.6 0.000**

Keterangan: * Signifikan pada p<0.05; ** Signifikan pada p<0.01

Kualitas Perkawinan

Kualitas perkawinan pada penelitian ini diukur berdasarkan dua dimensi yaitu dimensi kebahagiaan dan kepuasan perkawinan menurut persepsi istri dalam menilai kehidupan perkawinannya. Hasil capaian variabel dan dimensi kualitas perkawinan menunjukkan bahwa capaian dengan persentase (>80%) hanya terdapat pada kualitas dan kebahagiaan perkawinan pada istri dengan jenis pekerjaan formal, pada istri dengan jenis pekerjaan informal tidak terdapat capaian yang mencapai 80 persen (Tabel 9).

Tabel 9 Rata-rata capaian variabel dan dimensi kualitas perkawinan (%) dan uji beda berdasarkan jenis pekerjaan

Variabel Total Jenis Pekerjaan P-value

Formal Informal

Kualitas Perkawinan 75.7 80.2 71.1 0,000**

- Kebahagiaan Perkawinan 75.7 80.7 70.8 0,000**

- Kepuasan Perkawinan 75.6 79.7 71.5 0,003**

(39)

25 pekerjaan informal, dimana capaian kualitas perkawinan (71.1%), kebahagiaan perkawinan (70.8%), dan kepuasan perkawinan (71.5%).

Hasil uji beda variabel dan dimensi kualitas perkawinan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada kualitas perkawinan

(α= 0.000), kebahagiaan perkawinan (α= 0.000), dan kepuasan perkawinan (α= 0.00γ) dimana istri dengan jenis pekerjaan formal memiliki kualitas, kebahagiaan, dan kepuasan perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal (Tabel 9).

Tabel 10 Sebaran istri berdasarkan kategori kualitas perkawinan dan jenis pekerjaan (%)

Berdasarkan kategori kualitas perkawinan, istri dengan jenis pekerjaan formal lebih dari separuhnya (63.3%) masuk ke dalam kategori kualitas perkawinan yang tinggi sedangkan pada istri dengan jenis pekerjaan informal hanya 30.0 persen yang masuk dalam kategori kualitas perkawinan tinggi. Sebaran terbanyak (50%) istri dengan jenis pekerjaan informal masuk dalam kategori sedang. Pada kategori rendah, hanya 5 persen istri dengan jenis pekerjaan formal yang amsuk pada kategori tersebut sedangkan pada istri dengan jenis pekerjaan informal 20 persen masuk dalam kategori rendah (Tabel 10).

a. Kebahagiaan perkawinan

Kebahagiaan perkawinan merupakan salah satu dari dimensi kualitas perkawinan yang diukur berdasarkan suatu kenikmatan relatif permanen yang dirasakan istri dalam menilai kehidupan perkawinan meliputi beberapa aspek yaitu: aspek ekonomi, komunikasi pengasuhan anak, kepribadian pasangan, komitmen perkawinan, dan hubungan intim.

Hasil uji beda indikator kebahagiaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada dimensi kebahagiaan perkawinan dari aspek ekonomi (α=0.000), komunikasi dengan keluarga pasangan (α=0.009), pengasuhan anak (α=0.000), dan hubungan intim (α=0.004), dimana istri yang bekerja dengan jenis pekerjaan formal lebih baik dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Istri dengan jenis pekerjaan formal lebih sering tidak bersitegang dengan pasangan mengenai uang untuk makanan (87.8%), pakaian (90.0%), perawatan rumah (91.1%), pendidikan anak (87.2%), dan pengobatan (92.2%) dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal dimana capaian tidak bersitegang mengenai uang untuk makanan (74.4%), pakaian (77.8%), perawatan rumah (76.1%), pendidikan anak (70.0%), dan pengobatan (78.9%).

Pada aspek komunikasi dengan keluarga pasangan, hanya item tidak merasa terasing ditengah keluarga pasangan yang memiliki perbedaan sangat

signifikan (α=0.01γ), dimana istri dengan jenis pekerjaan formal lebih tinggi

Gambar

Tabel 1 Penelitian terdahulu
Gambar  2 Teknik penarikan contoh istri bekerja di Kota Bogor
Tabel 2  Variabel, skala, dan pengolahan data
Tabel 4 Rata-rata dan uji beda karaktersitik keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ikan yang lebih muda dan benih memerlukan kadar protein yang tinggi, karena dalam fase pertumbuhan, sedangkan ikan tua atau dewasa kebutuhan akan protein lebih rendah,

Lebih daripada itu, dalam Renstra ini telah termuat visi, misi, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam bidang perpustakaan dan kearsipan yang nantinya akan

Berbeda halnya dengan kondisi optimasi konsentrasi substrat, untuk kurva pertumbuhan sel bakteri kondisi pH (Gambar 4), suhu fermentasi (Gambar 6), ko-substrat (Gambar 8),

Dari 1 g α-selulosa yang digunakan dalam proses isolasi melalui proses hidrolisis dan didialisis selama 8 hari dengan menggunakan membran dialisis hanya diperoleh

Melihat latar belakang politik yang begitu rumit, yang turut mengiringi perjalanan Lekra sebagai sebuah lembaga, dimulai dari kedekatannya dengan PKI, para pendirinya yang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Prophetic Parenting dalam membentuk karakter pribadi Islami pada Anak di Kuching, Sarawak, Malaysia,

Pada buah yang tidak disarung apabila kondisi lingkungan mendukung perkembangan spora, akan memberi peluang yang lebih besar untuk diserang penyakit busuk buah

Dari uraian tersebut peneliti tertarik mengangkat judul Penelitian Skripsi tentang Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha terhadap Minat Berwirausaha