KAJIAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN
WILAYAH PROVINSI BANTEN
EFITA MEY LINA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Bantenadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
EFITA MEY LINA. Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Banten. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA.
Pelaksanaan pembangunan wilayah di Provinsi Banten belum optimal karena tingginya angka pengangguran dan meningkatnya jumlah penduduk miskin.Pemerintah perlu melakukan perencanaan terintegrasi untuk mengembangkan sektor-sektor yang mampu menggerakan perekonomian daerah.Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis sektor unggulan Provinsi Banten. Metode dalam penelitian ini adalah analisis Input-Output dengan menggunakan data Tabel Input-Output Provinsi Banten transaksi domestik atas dasar harga domestik produsen tahun 2010, klasifikasi 58 sektor yang diagregasi mejadi 9 sektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor unggulan diProvinsi Banten adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi. Sub-sektor yang mampu untuk mendukung ketiga sektor unggulan ini adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sekor industri kertas dan barang dari kertas, sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan motor, sektor angkutan darat dan sektor angkatan udara.Sektor pertanian memiliki potensi sebagai sektor basis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan wilayah di Banten Selatan.
Kata Kunci: sektor unggulan, Provinsi Banten, analisis input-output
ABSTRACT
EFITA MEY LINA. Study of Regional Economic Leading Sector of Banten Province. Supervised by BAMBANG JUANDA.
Implementation of regional develompment in Banten Province hasn’t been optimal because the high number of unemployment and increasing of number of poor people.Government needs to do an integrated planning to expand some sectors,which are able to drive economic region. The main purpose of this study is to analyze the leading sectors of Banten Province. The method of this research is Input-Output table analysis of Banten Province at producer domestic prices in 2010, the classification of 58 sectors aggregated into 9 sectors. Result of the research showed leading sectors in Banten Province are manufacturing industry sector, trade, hotel, and restaurant sector, and transport and communication sector. Sub-sectors that are able to support them are food, beverages, and tobacco industry sector, papper and printing products industry sector, computers, electronics, optics, and electrical equipment industry sector, wholesale, retail trade, and repair of motor vehicles sector, road transport sector and air transport sector.Agriculture sector has a potential as basic sector to increase economic growth and domestic income in South Banten.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
KAJIAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN
WILAYAH PROVINSI BANTEN
EFITA MEY LINA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Banten Nama : Efita Mey Lina
NIM : H14100039
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S. Pembimbing
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini adalahsektor unggulan, dengan judul Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Terima kasih kepada Dr. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Dr. Muhammad Findi Alexandi, S.E, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.Ungkapan terima kasih disampaikan kepadaIbu Hastuti,S.P, M.P, M.Si yang memberikan bantuan dan saran dalam penelitian ini.Terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua, Togar Situmorang (alm) dan Maria Linda Sitanggang, serta kedua adik Elvira Nathasya Aulya dan Ellycia Cathleen Angelica untuk segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan, Nindya, Elli, Lundu, dan Gagas untuk saran, kritik dan bimbingan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para sahabat, Yola, Laura, Novia, Vina, Dea, Revi, Tuty, Ellisa, Desi, Kartini, dan Dian untuk perhatian dan motivasi yang selalu diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Pembangunan Ekonomi 4
Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah 5
Tabel Input Output 6
Sektor Unggulan 9
Penelitian Terdahulu 9
Kerangka Pemikiran 10
METODE PENELITIAN 12
Jenis dan Sumber Data 12
Metode Analisis 12
Definisi Operasional Data 16
GAMBARAN UMUM 18
Letak Astronomis, Geografis dan Iklim 18
Kependudukan 20
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 21
Pertumbuhan Ekonomi 22
HASIL DAN PEMBAHASAN 23
Struktur Perekonomian Provinsi Banten 23
Analisis Keterkaitan 29
Analisis Dampak Penyebaran 33
Analisis Angka Pengganda (Multiplier) 34
Analisis Sektor Basis 39
Penentuan Sektor Unggulan 42
2012-2017 44 Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah untuk Sektor Unggulan 49
SIMPULAN DAN SARAN 52
Simpulan 53
Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 55
RIWAYAT HIDUP 79
DAFTAR TABEL
1 PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten atas dasar
harga konstan2000 3
2 Ilustrasi tabel input-output 8
3 Rumus multiplieroutput, pendapatan dan tenaga kerja 14 4 Klasifikasi kabupaten/kota dan luas wilayah Provinsi Banten 19
5 Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota 20
6 Struktur angkatan kerja Provinsi Banten (Februari 2013) 21 7 Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama, tahun 2012-2013 (ribu orang) 21 8 Garis kemiskinan, jumlah dan persentase penduduk miskin 22 9 Laju pertumbuhan ekonomi PDRB Banten menurut lapangan usaha
tahun 2013 22
10 PDRB per kapita Provinsi Banten atas dasar harga berlaku menurut
kabupaten/kota tahun 2010-2012 23
11 Struktur permintaan sektor ekonomi Provinsi Banten 24 12 Struktur konsumsi rumah tangga terhadap sektor-sektor perekonomian
Provinsi Banten 25
13 Struktur konsumsi pemerintah terhadap sektor-sektor perekonomian
Provinsi Banten 25
14 Investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten 26 15 Net ekspor sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten 26 16 Struktur nilai tambah bruto sektor-sektor perekonomian Provinsi
Banten 27
17 Struktur tenaga kerja sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten 29 18 Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 9 Sektor 30
19 Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 Sektor 31
20 Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 9 sektor 31
21 Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
22 Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 Sektor 33 23 Indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan sektor-sektor
perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor 34 24 Nilai multiplier output sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 9 sektor 35
25 Nilai multiplier output sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 Sektor 36
26 Nilai multiplier pendapatan sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 sektor 36
27 Nilai multiplier pendapatan sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 sektor 37
28 Nilai multiplier tenaga kerja sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 9 sektor 38
29 Nilai multiplier tenaga kerja sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 Sektor 39
30 Nilai LQ sektor ekonomi Provinsi Banten 39
31 Nilai LQ sektor ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun
2010 40
32 Nilai LQ sektor ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun
2011 40
33 Nilai LQ tenaga kerja sektoral Provinsi Banten tahun 2010 41 34 Kuadran nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan
klasifikasi 9 sektor 42
35 Total peringkat multiplier sektor ekonomi klasifikasi 9 sektor 43 36 Kuadran nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan
klasifikasi 58 sektor 43
37 Total peringkat multiplier sektor ekonomi klasifikasi 58 sektor 44 38 Target capaian fokus layanan urusan pilihan RPJMD Provinsi Banten 47 39 Data belanja APBD Provinsi Banten 2013 menurut urusan 50 40 Alokasi APBD menurut urusan dan PDRB atas dasar harga konstan
2000 untuk sektor unggulan Provinsi Banten tahun 2010-2013 51 41 Anggaran belanja pemerintah Provinsi Baten tahun 2012-2013 52
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 11
2 Daya penyebaran dan derajat kepekaan 16
3 Peta administratif Provinsi Banten 19
4 Anggaran penerimaan dan belanja Provinsi Banten tahun 2011-2014 49
DAFTAR LAMPIRAN
1 Klasifikasi sektor-sektor ekonomi berdasarkan tabel input-output
2 Tabel input-output Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor tahun 2010
(Rp juta) 58
3 Matriks koefisien teknis klasifikasi 9 sektor 60 4 Matriks kebalikan leontief terbuka klasifikasi 9 sektor 61
5 Multiplier output klasifikasi 9 sektor 62
6 Multiplier pendapatan klasifikasi 9 sektor 62
7 Multiplier tenaga kerja klasifikasi 9 sektor 62
8 Matriks koefisien teknis klasifikasi 58 sektor 63 9 Matriks kebalikan leontief terbuka klasifikasi 58 sektor 69
10Multiplier output klasifikasi 58 sektor 75
11Multiplier pendapatan klasifikasi 58 sektor 76
12Multiplier tenaga kerja klasifikasi 58 sektor 77 13Anggaran belanja pemerintah Provinsi Banten menurut urusan tahun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persaingan dunia pada tahun 2014 yang semakin maju menuntut Indonesia untuk terus meningkatkan daya saing dan pembangunan nasional. Partisipasi daerah didalam pelaksanaan pembangunan dilakukan melalui pembangunan daerah yang merupakan bagian lanjutan dari pembangunan nasional. Suatu rancangan pembangunan wilayah yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan wilayah diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengatur perekonomian, menggali dan mengembangkan potensi wilayah masing-masing. Salah satu ciri otonomi daerah yang tercantum dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 adalah daerah otonom memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan sendiri untuk pembiayaan pembangunan daerah (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Pelimpahan sebagian kewenangan sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah ditujukan agar daerah dapat melaksanakan tugas rutin dan meningkatkan pelayanan publik.
Peran masyarakat serta pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di wilayah tersebutsangat diperlukan dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah. Pemerintah berperan sebagai regulator dalam pembuatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah sehingga tujuan utama otonomi daerah yaitu kemandirian daerah terwujud. Provinsi Banten adalah salah satu wilayah pemekaran yang dulu termasuk dalam Provinsi Jawa Barat. Sejak tahun 1963, panitia Provinsi Banten terbentuk untuk mendirikan provinsi sendiri yang terpisah dari Jawa Barat. Baru pada tahun 2000, Banten secara resmi dinyatakan mandiri menjadi Provinsi Banten melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000. Seiring dengan perkembangan terjadi juga pemekaran wilayah, sehingga saat ini Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten dan empat kota.
Pelaksanaan otonomi daerah sering menimbulkan beberapa permasalahan yang disebabkan minimnya koordinasi dan kurangnya pengawasan pemerintah daerah. Tarigan (2005) berpendapat baik dalam perencanaan pembangunan nasional maupun daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan melalui pendekatan regional dan pendekatan sektoral. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi beberapa kegiatan dalam ruang wilayah, sedangkan pendekatan sektoral memfokuskan pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut. Salah satu pendekatan sektoral yang sekaligus melihat kaitan pertumbuhan antara satu sektor dengan sektor lainnya dan sebaliknya, dikenal dengan analisis input-output.
2
pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun 2012 - 2017 memfokuskan kinerja pembangunan daerah pada tiga sektor yaitu sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor pertanian. Ketiganya diharapkan mampu mencapai target kontribusi tertinggi terhadap PDRB sebesar 44.3 persen untuk sektor industri, 17.25 persen untuk sektor perdagangan, dan 12.63 persenuntuk sektor pertanian (Bappeda Provinsi Banten, 2011). Revitalisasi pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan yang berdaya saing merupakan bagian dari tahapan-tahapan yang diprioritaskan provinsi Banten untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Dampak pembangunan suatu sekor ekonomi terhadap perekonomian wilayahnya tidak bisa dilihat dari kontribusi terhadap PDRB saja. Daryanto dan Hafizrianda (2010) berpendapat bahwa kontribusi sektor terhadap penciptaan PDRB belum cukup untuk menggambarkan perekonomian wilayah secara keseluruhan karena hanya melihat pada efek langsung saja. Hal yang lebih utama adalah bagaimana sektor tersebut mampu menggerakkan seluruh roda perekonomian wilayah dengan mengkaji ketergantungan struktural antar berbagai sektor serta keterkaitan serta efek sebarnya. Penelitian lebih lanjut mengenai kajian sektor unggulan perlu dilakukan untuk menganalisis struktur dan ketergantungan antar sektor ekonomi.
Perumusan Masalah
Salah satu aspek keberhasilan suatu pembangunan daerah dapat dilihat dari pertumbuhan perekonomian daerah. Provinsi Banten merupakan provinsi yang yang lahir pada tahun 2000, dengan pertumbuhan PDRB sebesar 5.86 persen pada tahun 2013 (BPS 2014). Struktur perekonomian Provinsi Banten didominasi oleh dua sektor utama yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang kontribusinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kedua sektor tersebut menjadi sektor dominan dalam perekonomian Banten dengan kontribusi sekitar 72 092 miliar rupiah atau 68 persen dari total PDRB Banten yang ditunjukkan pada tabel 1. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah 7.91 persen, sedangkan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan cukup rendah yaitu 3.92 persen.
3 menganggur mengalami penurunan. Angka ini jauh di atas tingkat pengangguran terbuka nasional yaitu 6.14 persen sehingga menjadikan Provinsi Banten sebagai provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi.
Tabel 1 PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bantenatas dasar harga konstan2000
Sektor Ekonomi
Nilai (Miliar Rupiah) Laju
Pertumbuhan Tahun 2013
(%)
2012 2013
Pertanian 7 208.03 7 737.73 7.35
Pertambangan dan Penggalian 107.36 110.77 3.18
Industri Pengolahan 48 517.64 50 417.71 3.92
Listrik, Gas dan Air Bersih 3 661.16 3 808.12 4.01
Bangunan 2 842.27 3 117.52 9.68
Perdagangan, Hotel dan Restoran 20 087.54 21 675.52 7.91
Pangangkutan dan Komunikasi 9 331.13 10 052.73 7.73
Keuangan, Persewaan dan Jasa Peusahaan 3 762.24 4 082.69 8.52
Jasa-jasa 4 475.04 4 853.28 8.45
PDRB 99 992.41 105 856.07 5.86
Sumber: BPS Provinsi Banten2014
Penjabaran kondisi perekonomian diatas menunjukkan perlu adanya evaluasi kebijakan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Banten mengenai pengembangan sektor-sektor perekonomian. Perencanaan terintegrasi perlu dilakukan sehinga mampu menggambarkan ketergantungan struktural antar berbagai sektor dalam perekonomian secara konsisten. Identifikasi sektor unggulan di Provinsi Banten dapat dilakukan melalui analisis Input-Output sehingga memberikan deskripsi detail mengenai perekonomian regional.Hasil identifikasi ini juga dapat membantu pemerintah dalam merecanakan kebijakan dan anggaran belanja untuk menyelesaikan permasalahan perekonomian regional Banten.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yang didasarkan dari uraian di atas adalah:
1. Bagaimana struktur perekonomian regional provinsi Banten yang ditinjau berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto dan tenaga kerja?
2. Bagaimana keterkaitan, dampak penyebaran, dan efek pengganda (multiplier) sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Banten?
4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis struktur perekonomian regional Provinsi Banten yang ditinjau berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto dan tenaga kerja.
2. Menganalisis keterkaitan, dampak penyebaran dan efek pengganda(multiplier)sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Banten. 3. Mengidentifikasi sektor unggulan dalam struktur perekonomian Provinsi
Banten.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pembuat kebijakan dan pemerintah, khususnya pemerintah daerah Provinsi Banten, sebagai evaluasi dan bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pembangunan secara terintegrasi.
2. Sebagai bahan pustaka, informasi, dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
3. Sebagai wawasan bagi para pembaca mengenai analisis multisektoral dalam perekonomian Provinsi Banten.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis struktur perekonomian, keterkaitan, penyebaran dan efek pengganda pada setiap sektor ekonomi Provinsi Banten, yang bisa digunakan untuk menentukan sektor unggulan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Input-Output Provinsi Banten Tahun 2010 klasifikasi 58 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang beragam ke dalam satuan sektor yang memiliki persamaan. Jenis Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel Input-Output transaksi domestik atas dasar harga produsen. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis input output dan diolah dengan aplikasi Input Output Analysis for Practitioners (IOAP)Complementary Version 1.01 dan Microsoft Excel 2007.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Ekonomi
5 tingkat pertumbuhan GNI keseluruhan dan GNI per kapita, yang akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain, yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata (Todaro dan Smith 2006).Pandangan yang dianut beberapa negara Dunia Ketiga pada tahun 1950-an berhasil meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi sesuai target, namun gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Pada era ekonomi baru, pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro dan Smith 2006).
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinsikan sebagai sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan rill per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad 1999). Pembangunan harus dilakukan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Tiga tujuan inti pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) yaitu:
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup yang pokok.
2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya memperbaiki kesejahteraan materil, tetapi juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa.
3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan.
Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah
Keadaan sosial ekonomi yang berbeda dari setiap daerah memberikan implikasi bahwa cakupan pemerintah untuk pembangunan masing-masing daerah juga berbeda. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad 1999). Pemerintah dituntut untuk mampu menaksir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
Objek ekonomi pembangunan mencakup seluruh wilayah dari suatu negara, sedangkat objek ekonomi regional adalah wilayah tertentu dari suatu negara. Banyak teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang umumnya bersifat makro dan berlaku untuk perekonomian nasional. Teori yang langsung terkait dengan kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
6
juga berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar yang seterusnya akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut (Priyarsono et al 2007). Spesilisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan kemajuan teknologi, sehingga akan terjadi peningkatan upah dan keuntungan. Pada saat yang bersamaan pertumbuhan penduduk akan meningkatkan akumulasi kapital dan tabungan untuk alat-alat modal. Pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya digunakan atau tercapai kondisi stationary state.
David Ricardo mempunyai pandangan yang bertentangan dengan Smith. Ricardo berpendapatperkembangan penduduk yang berjalan cepat, pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah (Priyarsono et al 2007). Pada taraf ini para pekerja akan menerima tingkat upah minimal, yang hanya cukup untuk hidup (subsistence level). Jumlah penduduk yang rendah dan sumber daya melimpah akan menghasilkan keuntungan tinggi bagi pengusaha, dan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi. Produksi akan meningkat sehingga membutuhkan tambahan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja yang meningkat akan meningkatkan upah dan mendorong pertambahan penduduk. Tenaga kerja yang banyak akan menurunkan tambahan hasil yang diciptakan oleh seorang pekerja.
Teori Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan oleh Roy F. Harrod pada tahun 1948 dan Evsey D. Domar pada tahun 1957. Asumsi yang mendasari teori ini adalah (1) perekonomian tertutup, (2) produksi bersifat constant return to scale (CRS), (3) hasrat menabung konstan dan (4) tingkat pertumbuhan angkatan kerja konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Teori ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai jika tingkat pertumbuhan output (growth) sama dengan tingkat pertumbuhan modal (capital) dan sama dengan tingkat pertumbuhan angkatan kerja. Peranan modal untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh rasio modal-output, yaitu rasio tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru terhadap kenaikan output (Priyarsono et al 2007).
Kondisi pertumbuhan yang mantap sulit dicapai karena rasio modal-output dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja bersifat independen dalam perekonomian tertutup. Pada perekonomian daerah yang bersifat terbuka, daerah dapat melakukan kegiatan ekspor-impor barang dan jasa untuk menjaga keseimbangan penawaran dan permintaan barang.
Tabel Input Output
7 pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total. Pengaruh langsung merupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh secara tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Pengaruh total adalah pengaruh secara keseluruhan dalam perekonomian dimana sektor yang bersangkutan berada.
Pengertian Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor dengan bentuk penyajian matriks (Priyarsonoet al 2007). Sepanjang baris Tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, selain itu pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.
Jensen dan West dalamPriyarsonoet al(2007) menyatakan terdapat tiga asumsi dasar dalam menyusun suatu Tabel Input-Output, yaitu:
1. Keseragaman (homogenitas)
Prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal dengan susunan input tunggal dan tidak ada subtitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda.
2. Kesebandingan (proportionality)
Prinsip dimana hubungan antara output dan input bersifat linier danhomogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional.
3. Penjumlahan (additivitas)
Prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengaruh diluar sistem input-output diabaikan.
Struktur Tabel Input-Output
Tabel Input-Output memuat dua neraca yang saling terintegrasi, yakni neraca endogen dan neraca eksogen. Neraca endogen memuat seluruh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas produksi yaitu input antara dan output antara. Faktor-faktor yang merupakan komponen dari permintaan akhir dan input primer dimasukkan dalam neraca eksogen (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Tabel Input-Output terdiri atas suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran. Keseluruhan sistem adalah suatu seri yang mengkorelasikan baris (output) dan kolom (input). Gambaran lengkap mengenai format Tabel Input -Output dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 memperlihatkan empat kuadran yang ada dalam Tabel Input-Output. Penjelasan mengenai masing-masing kuadran adalah sebagai berikut:
1. Kuadran I (Intermediate quadrant)
8
pada kuadran ini. Kuadran ini berperan penting karena menunjukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2. Kuadran II (Final demand quadrant)
Kuadran ini menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. 3. Kuadran III (Primary input quadrant)
Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri atas pendapatan rumah tangga, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung netto.
4. Kuadran IV (Primary input-final demand quadrant)
Kuadran ini menunjukkan input primer permintaan akhir dari transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.
Tabel 2Ilustrasi tabel input-output
Alokasi Output Permintaan Antara Permintaan Total
Sektor Produksi Akhir Output
Susunan Input 1 2 ... N
x11 x21 ... x1n Y1 X1
x12 x22 ... x2n Y2 X2
Input Sektor . . . .
Antara Produksi . . . .
. . . .
xn1 xn2 ... xnm Yn Xn
Upah dan Gaji Rumah Tangga W1 W2 ... Wn
Surplus Usaha S1 S2 ... Sn
Input Primer Lainnya P1 P2 ... Pn
Total Input X1 X2 ... Xn
Sumber: Miller dan Blair(1985) dalam Priyarsonoet al(2007)
Kelebihan dan Keterbatasan Analisis Input-Output
Peranan yang penting sebagai alat perencanaan pembangunan membuat model Input-Output terus menerus dikembangkan untuk keperluan analisis ekonomi. Kelebihan dari penggunaan analisis Input-Output (Priyarsono et al 2007) adalah sebagai berikut:
1. Mampu memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga di berbagai sektor produksi.
9 3. Mampu mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.
4. Mampu menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
Tabel Input-Output sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yakni koefisien input ataupun koefisien teknis diasumsikan konstan selama periode analisis. Teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan sehingga perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kualitas dan harga output. Keterbatasan juga disebabkan oleh besarnya dana atau biaya dalam penyusunan Tabel Input-Output dengan menggunakan metode survei. Akibatnya, publikasi rutin dan analisis Tabel Input-Output tidak bisa dilakukan setiap tahun kecuali menggunakan teknik updating Tabel Input-Output.
Sektor Unggulan
Suatu sektor dijadikan sebagai sektor unggulan apabila sektor itu berperan paling efektif sebagai motor penggerak dalam pembangunan wilayah secara berkelanjutan. Arsyad (1999) menyatakan sektor unggulan secara umum memilki ciri-ciri, (1) perkembangannya relatif cepat, (2) industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan dampak tidak langsung, (3) memiliki keterkaitan tinggi antar industri, dan (4) inovatif.
Arief dalam Daryanto dan Hafizrinda (2010) menjelaskan empat cara untuk mendeteksi sektor unggulan dalam metode Input-Output, yaitu:
1. Sektor mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi.
2. Sektor bisa menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi.
3. Sektor yang mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi.
4. Sektor yang mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.
Penelitian Terdahulu
10
Penelitan Samiun (2008) menganalisis perekonomian Provinsi Maluku Utara dengan pendekatan multisektoral. Metode analisis yang digunakan adalah analisis updating input-output Tabel Input Output 2001, analisis LocationQuotient, analisis Shift Share, dan analisis deskriptif. Hasil studi menunjukkan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan, sektor angkutan laut dan sektor bangunan. Indikator keterkaitan, angka pengganda, penggunaan input, kontribusi PDRB dan aspek keberlanjutan menunjukkan bahwa sektor pertanian bukan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara sebagaimana dijabarkan sebelumnya dalam kebijakan perekonomian. Sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi khususnya pada subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan perikanan, namun memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang sangat rendah.
Penelitian Syahara (2012) menganalisis perekonomian regional Provinsi Jambi dengan pendekatan multisektoral analisis input-output. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor-sektor yang memiliki peranan besar dalam perekonomian Provinsi Jambi dilihat dari nilai keterkaitan, nilai daya penyebaran adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada aspek nilai pengganda output dan pengganda pendapatan, sektor yang perlu mendapat prioritas adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Penelitian Tounsi et al (2013) mengidentifikasi sektor kunci di negara Maroko melalui analisis input-output tahun 1998 dan 2007. Sektor kunci ditentukan melalui Rasmussenapproach sehingga terbentuk klasifikasi produktivitas sektor-sektor yang kemudian diberikan rank. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan jumlah sektor kunci dari empat sektor pada tahun 1998 menjadi dua sektor di tahun 2007, yaitu sektor industri makanan dan tembakau dan sektor industri lainnya. Hasil kedua, pengurutan rank pada sektor sangat sensitif terhadap keakuratan data dan tahun di mana klasifikasi tersebut direalisasikan.
Penelitian Walida (2013) menganalisis penentuan sektor kunci perekonomian wilayah Kabupaten Belitung Timur menggunakan Tabel Input-Output Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor kunci pada daerah Kabupaten Belitung Timur adalah sektor pertambangan dan sektor konstruksi. Hasil penentuan sektor kunci diperoleh dengan menggunakan analisis indeks nilai pengganda aktual. Sektor dengan nilai multiplier output tipe I dan tipe II terbesar adalah sektor konstruksi. Jika dilihat angka penyebaran, sektor dengan nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu berturut-turut adalah industri pengolahan), konstruksi, pertambangan dan penggalian.
Kerangka Pemikiran
11 perekonomian daerah melalui keterkaitan antar sektor. Analisis input-output berfungsi untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang dapat meningkatkan output sektor lainnya melalui keterkaitan (linkage), dampak penyebaran, efek pengganda (multiplier)antar sektor. Strategi pembangunan melalui pendekatan multisektoral ditujukan untuk membantu pemerintah provinsi Banten dalam merancang kebijakan yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan mengatasi masalah-masalah pembangunan regional.Berikut adalah gambaran dalam kerangka penelitian ini
.
Gambar 1Kerangka pemikiran Keterangan :
= fokus utama penelitian = bukan fokus utama penelitian
Kondisi Perekonomian Wilayah Provinsi Banten
Permasalahan Pembangunan Provinsi Banten: Pengangguran Tinggi dan Jumlah Penduduk
Miskin Meningkat
Perencanaan Pengembangan Sektor-sektor Ekonomi
Analisis Input-Output Analisis Location
Quotient
Analisis Struktur Perekonomian
Analisis Keterkaitan
Analisis Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan
Analisis
Multiplier
Sektor Basis
Penentuan Sektor Unggulan
Rekomendasi Alokasi Anggaran untuk Pengembangan Sektor
Unggulan
12
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data diperoleh dari Tabel Input-Output Provinsi Banten transaksi domestik atas dasar harga produsen tahun 2010 klasifikasi 58 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor, serta beberapa data sekunder lainnya dari Badan Pusat Statistika (BPS), Bank Indonesia, dan instansi lain yang terkait. Analisis ini dilakukan dengan bantuan software Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP) Complementary Version 1.0.1 dan Microsoft Excel2007.
Metode Analisis
Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan dalam analisis Input-Output dikembangkan oleh Chenery-Watanabe (1958) dan Rasmussen (1956). Konsep keterkaitan ini mencakup keterkaitan ke belakang yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam alokasi pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam alokasi penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan langsung dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukan dari matriks kebalikan Leontief.
1. Keterkaitan langsung ke depan
Fungsinya untuk menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor-sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus keterkaitan langsung ke depan adalah sebagai berikut:
F(d)i = keterkaitan langsung ke depan sektor i
αij = unsur matrik koefisien teknis
n = jumlah sektor
2. Keterkaitan langsung ke belakang
Fungsinya untuk menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus keterkaitan langsung ke belakang adalah sebagai berikut:
13
αij = unsur matrik koefisien teknis
n = jumlah sektor
3. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan adalah sebagai berikut:
F(d+i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
n = jumlah sektor
4. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total Rumus keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang adalah sebagai berikut:
B(d+i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor j
αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
n = jumlah sektor
Analisis Dampak Penyebaran
Dua indeks keterkaitan Rasmussen lainnya yaitu indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK) dapat digunakan untuk melihat keterkaitan ke depan dan ke belakang dari suatu sektor dalam perekonomian.Kedua indeks ini merupakan perbandingan dampak baik ke depan maupun ke belakang, terhadap rata-rata seluruh dampak sektor (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Suatu sektor dikatakan memiliki koefisien penyebaran dan derajat kepekaan yang tinggi apabila nilai indeksnya lebih besar dari satu.
1. Indeks daya penyebaran
14
αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
n = jumlah sektor
2. Indeks kepekaan penyebaran
Kepekaan penyebaran atau daya penyebaran ke depan digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Jika sektor i mempunyai nilai indeks kepekaan penyebaran lebih besar dari satu, artinya secara relatif sektor i dapat memenuhi permintaan akhir sebanyak di atas kemampuan rata-rata dari sektor lainnya. Rumus indeks kepekaan penyebaran adalah sebagai berikut:
Sdi =
Sdi = indeks kepekaan penyebaran sektor i
αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
n = jumlah sektor
Analisis Angka Pengganda (Multiplier)
Analisis angka pengganda (multiplier) dibutuhkan dalam memproyeksikan dampak dari perubahan variabel-variabel endogen yaitu suatu sektor tertentu apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen yaitu permintaan akhir. Tiga variabel yang menjadi fokus utama dalam analisis angka pengganda adalah output produksi, pendapatan rumah tangga, dan tenaga kerja (Tabel 3).
Tabel 3Rumus multiplieroutput, pendapatan dan tenaga kerja
Nilai Multiplier
Output (Rp) Pendapatan (Rp) Tenaga Kerja (Orang)
Efek Awal 1 hj ej Sumber: Daryanto, 1990 dalam Priyarsono et al, 2007
Keterangan:
15 hi = Koefisien Pendapatan Rumah Tangga
ei = Koefisien Tenaga Kerja
αij = Matrik kebalikan Leontief model terbuka
α*ij = Matrik kebalikan Leontief model terbuka
Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multipler tipe I dan multiplier tipe II berikut:
Tipe 1 = Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri Efek Awal
Tipe II =
Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri + Efek Induksi Konsumsi
Efek Awal
Analisis Location Quotient
Location Quotient (LQ) merupakan metode untuk menghitung perbandingan relatif antara pendapatan suatu sektor di daerah bawah (kota/provinsi) terhadap pendapatan sektor yang bersangkutan di daerah atas (provinsi/nasional). Secara matematis LQ dirumuskan sebagai berikut .
LQ =
Sib = Pendapatan sektor i pada Provinsi Banten.
Sb = Pendapatan total semua sektor Provinsi Banten.
Sia = Pendapatan sektor i nasional.
Sa = Pendapatan total semua sektor nasional.
Nilai LQ >1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektorbasis (B), sedangkan nilai LQ<1 disebut sektor nonbasis (NB). Dua asumsi utama dalam metode LQ adalah (1) pola konsumsi rumah tangga di daerah bawah identik dengan daerah atasnya dan (2) kedua daerah mempunyai fungsi produksi yang linier dengan produktivitas di tiap sektor yang sama bersarnya.
Analisis Sektor Unggulan
16
2 Kuadran II Kuadran I
Indeks
Derajat 1
Kepekaan Kuadran IV Kuadran III
0 1 2
Indeks Daya Penyebaran
Sumber: Daryanto dan Hafizrianda (2010)
Gambar 2Daya penyebaran dan derajat kepekaan
Kriteria multiplier berfungsi sebagai proxy untuk menentukan sektor-sektor prioritas dalam perencanaan pembangunan. Nilai multiplier tipe I dan tipe II setiap sektor dijumlahkan untuk ketiga jenis multiplier yaitu multiplier output, multiplier pendapatan, dan multiplier tenaga kerja. Total nilai multiplier yang ada kemudian diurutkan dari yang tertinggi ke terendah dan diberi peringkat (rank). Rank masing-masing sektor untuk ketiga jenis multiplier kemudian dijumlahkan untuk dilihat total peringkatnya. Tiga sektor dari klasifikasi 9 sektor dan enam sub-sektor dari klasifikasi 58 sektor dengan total rank terkecil serta memiliki nilai IDP dan IDK lebih dari satu akan ditetapkan sebagai sektor unggulan.
Definisi Operasional Data
Output
Pengertian output dalam Tabel Input-Output adalah nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di suatu wilayah, tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Bagi unit usaha yang produksinya berupa barang, maka output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang dengan harga produsen per unit barang. Bagi unit usaha yang bergerak di bidang jasa, maka outputnya adalah nilai penerimaan dari jasa yang diberikan ke pihak lain.
Transaksi Antara
17
Input Primer
Input Input primer adalah balas jasa atau pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input antara.
a. Upah dan gaji
Upah dan gaji adalah penerimaan yang diterima pekerja berupa uang atau barang yang dibayarkan oleh pengusaha atas pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
b. Surplus usaha
Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah/gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.
c. Penyusutan
Penyusutan yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan barang modal adalah penyisihan pendapatan yang akan digunakan untuk pembelian barang modal baru yang digunakan dalam proses produksi.
d. Pajak tak langsung netto
Pajak tak langsung netto adalah pajak tak langsung dikurangi dengan subsidi. Pajak tak langsung yang dibayar pemerintah hanyalah pajak atau retribusi atas kegiatan di sekor real estate dan pajak atas commodities produced. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen dan menjadi tambahan pendapatan bagi produsen.
Permintaan Akhir dan Impor
Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Konsumsi penduduk suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya konsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor.
b. Pengeluaran konsumsi pemerintah
18
c. Perubahan modal tetap
Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor termasuk barang modal bekas dari luar daerah.
d. Perubahan stok
Perubahan stok adalah selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (1) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, dan (3) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. e. Ekspor dan impor
Pada Tabel Input-Output regional yang dimaksud dengan ekspor dan impor barang dan jasa adalah meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor barang keluar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b) yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor, dan biaya pemuatan barang barang sampai ke kapal yang akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor.
GAMBARAN UMUM
Letak Astronomis, Geografis dan Iklim
Provinsi Banten adalah salah satu wilayah pemekaran yang dulu termasuk dalam Provinsi Jawa Barat dan terbentuk melalui Undang-undang No.23 Tahun 2000 (BPS 2013). Kota Serang merupakan ibukota dari Provinsi Banten. Provinsi Banten secara geografis terletak di ujung barat Pulau Jawa, berjarak sekitar 90 km dari DKI Jakarta serta memiliki luas sebesar 9 662.92 km2. Provinsi Banten memiliki 55 pulau yang tersebar diwilayah provinsi maupun diperbatasannya. Letak geografis Provinsi Banten mempunyai posisi yang strategis, yaitu sebagai jalur penghubung antara pulau Jawa dan pulau Sumatra.Wilayahnya, berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat di sebelah timur, Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah selatan, dan Selat Sunda di sebelah barat.
19 persen – 86 persen. Hujan turun setiap bulannya, dengan jumlah hari dan curah hujan dalam setahun masing-masing sebanyak 170 hari dan 1 386 mm.
Sumber : Peta Tematik Indonesia
Gambar 3Peta administratif Provinsi Banten
Provinsi Banten pada awalnya terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang dan dua kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Seiring perkembangan pembangunan, telah terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang. Kabupaten Tangerang dimekarkan menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Provinsi Banten saat ini terdiri dari empat kabupaten dan empat kota (Tabel 4).
Tabel 4Klasifikasi kabupaten/kota dan luas wilayah Provinsi Banten Kabupaten/Kota Ibukota Luas (km2) Persentase (%) Kabupaten Pandeglang Pandeglang 2 746.89 28.43 Kabupaten Lebak Rangkasbitung 3 426.56 35.46 Kabupaten Tangerang Tigaraksa 1 011.86 10.47
Kabupaten Serang Ciruas 1 734.28 17.95
Kota Tangerang Tangerang 153.93 1.59
Kota Cilegon Purwakarta 175.50 1.82
Kota Serang Serang 266.71 2.76
Kota Tangerang Selatan Pamulang 147.19 1.52
Provinsi Banten Kota Serang 9 662.92 100.00
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2013
Ekosistem wilayah provinsi Banten pada dasarnya terdiri dari :
20
b. Kawasan Banten Bagian Tengah yang merupakan kawasan pertanian dan perkebunan, sebagian berupa pemukiman perdesaan.
c. Kawasan Banten Selatan merupakan kawasan lindung Gunung Halimun Salak, Kendeng hingga Malingping, Bayah berupa pegunungan yang menyimpan potensi sumber daya alam. DAS Cibaliung-Malingping merupakan cekungan sumber air.
d. Banten Bagian Barat (DAS Cidano dan lereng Gunung Karang-Aseupan dan Pulosari sampai DAS Ciliman wilayah Pandeglang dan Serang Bagian Barat) yang kaya akan potensi air, merupakan kawasan pertanian.
e. Ujung Kulon sebagai Taman Nasional Konservasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus).
Kependudukan
Data BPS Provinsi Banten pada publikasi Banten Dalam Angka 2013 menunjukkan pada tahun 2012,jumlah penduduk di provinsi Banten adalah sebesar 11.24 juta jiwa meningkat dengan laju pertumbuhan 2.16 persen dari tahun 2011. Kepadatan penduduk di provinsi Banten sebesar 1164 jiwa/km2 tidaklah merata karena sebagian besar penduduknya tinggal di Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang yang merupakan kawasan pusat bisnis dan konsentrasi industri. Kota Tangerang adalah kota dengan kepadatan penduduk terbesar di Provinsi Banten yaitu 12464 jiwa/km2, sedangkan Kabupaten Lebak merupakan daerah dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu 362 jiwa/km2.
Tabel 5Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota
21 daerah tersebut. Jumlah angkatan kerja Provinsi Banten pada bulan Februari 2013 sebanyak 5.47 juta orang dengan proporsi 4.92 juta orang atau sekitar 89.90 persen bekerja dan 579 ribu orang atau sekitar 10.09 persen pengangguran (Tabel 6). Tingginya angka tingkat pengangguran mengindikasikan bahwa pembangunan daerah di provinsi Banten belum berjalan secara baik.
Tabel 6Struktur angkatan kerja Provinsi Banten (Februari 2013)
No Uraian Jumlah Orang Persen (%)
1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 7 979 536
2 Angkatan Kerja 5 475 876
Bekerja 4 922 981 89.90
Pengangguran 552 895 10.10
3 Bukan Angkatan Kerja 2 503 660
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2013
Sebagian besar penduduk Banten bekerja di sektor perdagangan dan industri seperti yang ditunjukkan pada tabel 7. Selama kurun waktu Februari 2013sampai dengan Agustus 2013 terjadi shifting lapangan pekerjaan sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini terindikasi dari terjadinya drop out tenaga kerja pada sektor pertanian sebesarkurang lebih 11 ribu orang dan bertambahnya penyerapan tenaga kerja pada sektor industrisebanyak kurang lebih 171 ribu orang.
Tabel 7 Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, tahun 2012-2013 (ribu orang)
Lapangan Pekerjaan Utama 2012 2013
Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian 732.33 602.90 706.39 695.20
Industri 1019.43 1190.20 1029.99 1201.70
Perdagangan 1195.67 1122.20 1243.49 1094.30
Jasa Kemasyarakatan 993.35 869.50 932.14 785.30
Lainnya 79.60 821.00 84.35 860.50
Total 4 020.38 4 605.80 3 996.36 4 637.00
Sumber: BI,2014
22
Tabel 8Garis kemiskinan, jumlah dan persentase penduduk miskin Periode Garis Kemiskinan
(Rp/Kapita/Bulan)
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)
Penduduk Miskin (%) Maret 2013
Perdesaan 242 331 292.45 7.72
Perkotaan 273 828 363.80 4.76
Kota + Desa 263 397 656.24 5.74
September 2013
Perdesaan 264 632 268.25 7.22
Perkotaan 300 109 414.46 5.27
Kota + Desa 288 734 682.71 5.89
Sumber: BI, 2014
Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja pembangunan daerah dapat dinilai dari gambaran hasil pelaksanaan pembangunan, salah satunya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat wilayah menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB atas dasar harga konstan berfungsi untuk melihat pertambahan pendapatan wilayah dari satu waktu ke waktu berikutnya secara rill.
Tabel 9 Laju pertumbuhan ekonomi PDRB Banten menurut lapangan usaha tahun 2013
Sektor ekonomi Laju Pertumbuhan (%)
Pertanian 7.35
Pertambangan dan Penggalian 3.18
Industri Pengolahan 3.92
Listrik, Gas, dan Air Bersih 4.01
Bangunan 9.68
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7.91
Pengangkutan dan Komunikasi 7.73
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 8.52
Jasa-Jasa 8.45
PDRB 5.86
Sumber: BPSProvinsi Banten , 2014
23 Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor bangunan yang tumbuh 9.68 persen. Sektor dengan persentase pertumbuhan ekonomi paling rendah selama tahun 2013 adalah sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 3.18 persen.
PDRB per kapita diperoleh dari PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (BPS, 2013). PDRB per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah selama satu tahun. Kota Cilegon adalah kota dengan PDRB per kapita tertinggi di Provinsi Banten, dengan pendapatan tahun 2013 sebesar 97.15 juta rupiah (Tabel 10). Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang sedikit disertai PDRB kota Cilegon yang besar karena adanya industri-industri besar besi dan baja penghasil nilai tambah yang tinggi. Kota dengan PDRB per kapita terendah adalah Kabupaten Lebak , daerah berbasis pertanian dengan PDRB yang cukup rendah. Tabel 10PDRB per kapita Provinsi Banten atas dasar harga berlaku menurut
kabupaten/kota tahun 2010-2012
Kabupaten / Kota PDRB per kapita (Rp juta)
2010 2011 2012
Kabupaten Pandeglang 7.55 8.12 9.01
Kabupaten Lebak 7.02 7.53 8.18
Kabupaten Tangerang 12.30 13.53 14.61
Kabupaten Serang 9.05 9.86 10.75
Kota Tangerang 31.65 34.45 36.94
Kota Cilegon 83.46 89.62 97.15
Kota Serang 9.79 10.68 11.65
Kota Tangerang Selatan 9.00 9.97 10.88
Sumber: BPS Provinsi Banten , 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Perekonomian Provinsi Banten
Gambaran mengenai struktur perekonomian provinsi Banten diperoleh dari Tabel Input-Output Provinsi Banten tahun 2010. Struktur perekonomian regional Provinsi Banten yang ditinjau berdasarkan struktur permintaan, struktur konsumsi rumah tangga, struktur konsumsi pemerintah, struktur investasi, struktur surplus perdagangan, struktur nilai tambah bruto dan struktur tenaga kerja.
Struktur Permintaan
24
adalah sebesar Rp 555 triliun, yang terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 166 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 389 triliun (Tabel 11).
Tabel 11Struktur permintaan sektor ekonomi Provinsi Banten
Sektor ekonomi
Pertanian 13039706 7.82 13428640 3.45 26468346 4.76
Pertambangan
Konstruksi 5312228 3.19 37518398 9.64 42830627 7.70
Perdagangan,
Jasa-jasa 5374178 3.22 27641562 7.10 33015739 5.94
Total 166678932 100.00 389205941 100.00 555884872 100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Besarnya kontribusi setiap sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi Banten ditunjukkan pada tabel 11. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp 252 triliun atau sebesar 45.44 persen dari total permintaan Provinsi Banten. Kontribusinya terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 51 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 201 triliun. Jumlah permintaan akhir yang lebih besar dari permintaan antara mengindikasikan bahwa output sektor industri pengolahan lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung bukan sebagai input pada sektor lain dalam perekonomian Provinsi Banten. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor transportasi dan komunikasi menempati peringkat kedua dan ketiga dalam kontribusi total permintaan. Sektor Penggalian memiliki total permintaan terkecil yaitu Rp 373 miliar atau sebesar 0.07 persen dari total permintaan provinsi Banten.
Struktur Konsumsi Rumah Tangga
25 19.66persen dan ketiga sektor transportasi dan komunikasi sebesar Rp 14 triliun atau sebesar 18.29 persen.
Tabel 12Struktur konsumsi rumah tangga terhadap sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
Sektor ekonomi Konsumsi rumah tangga
Jumlah (Rp juta) Persen (%)
Pertanian 3542865 4.54
Pertambangan dan Penggalian 66 0.00
Industri Pegolahan 23798507 30.49
Listrik, Gas dan Air Bersih 2476966 3.17
Konstruksi 845891 1.08
Perdagangan, Hotel dan Restoran 15340674 19.66
Transportasi dan Komunikasi 14271354 18.29
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8271211 10.60
Jasa-jasa 9499966 12.17
Total 78047501 100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Struktur Konsumsi Pemerintah
Jumlah konsumsi pemerintah berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Banten tahun 2010 adalah Rp 10.77 triliun. Tabel 13 menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan pada sektor jasa yaitu sebesar Rp 7.28 triliun atau sekitar 67.62 persen dari total keseluruhan konsumsi pemerintah. Berdasarkan tabel Input-Output provinsi Banten klasifikasi 58 sektor, sekitar Rp 4.52 triliun dialokasikan pemerintah untuk jasa administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Alokasi untuk subsektor ini lebih besar dibandingkan alokasi untuk subsektor jasa lainnya.
Tabel 13 Struktur konsumsi pemerintah terhadap sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
Sektor ekonomi Konsumsi pemerintah
Jumlah (Rp juta) Persen (%)
Pertanian 10167 0.09
Pertambangan dan Penggalian 0 0.00
Industri Pegolahan 184595 1.71
Listrik, Gas dan Air Bersih 79893 0.74
Konstruksi 932357 8.66
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1398016 12.98
Transportasi dan Komunikasi 684233 6.35
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 198641 1.84
Jasa-jasa 7284201 67.62
Total 10772103 100.00
26
Struktur Investasi
Total investasi merupakan penjumlahan dari pembentukan modal tetap dan perubahan stok. Total keseluruhan investasi Provinsi Banten pada tahun 2010 adalah Rp 55.87 triliun. Pada tabel 14 ditunjukkan bahwa sektor konstruksi mempunyai investasi terbesar yaitu Rp 35.58 triliun atau 63.71 persen dari total investasi provinsi Banten. Sektor selanjutnya yaitu sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 12.52 triliun atau sekitar 23.41 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 4.05 triliun atau sekitar 7.26 persen dari total investasi provinsi Banten.
Tabel 14Investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
Sektor ekonomi
Pertambangan dan Penggalian 63 1563 1626 0.01
Industri Pegolahan 6965691 5558239 12523930 22.41
Listrik, Gas dan Air Bersih 0 64335 64335 0.12
Konstruksi 35595792 0 35595792 63.71
Perdagangan, Hotel dan Restoran 2946124 1109157 4055281 7.26 Transportasi dan Komunikasi 1632048 531228 2163276 3.87 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
0 0 0 0.00
Jasa-jasa 142383 -100 142283 0.25
Total 47899120 7974754 55873874 100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Struktur Ekspor dan Impor
Total ekspor bersih diperoleh dari selisih antara total ekspor dan total impor. Jumlah ekspor bersih Provinsi Banten berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Banten Tahun 2010 adalah sebesar Rp 244.51 triliun.
Tabel 15Net ekspor sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
Sektor ekonomi Net ekspor (Ekspor - Impor)
Jumlah (Rp juta) Persen (%)
Pertanian 8548252 3.50
Pertambangan dan Penggalian 169214 0.07
Industri Pegolahan 164656264 67.34
Listrik, Gas dan Air Bersih 6172761 2.52
Konstruksi 144366 0.06
Perdagangan, Hotel dan Restoran 25549097 10.45
Transportasi dan Komunikasi 22573472 9.23
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5983939 2.45
Jasa-jasa 10715114 4.38
Total 244512479 100.00
27 Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor bersih Provinsi Banten adalah sektor industri pengolahan dengan nilai kontribusi sebesar Rp 164.65 triliun atau 67.34 persen dari total keseluruhan ekspor bersih (Tabel 15). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran berada pada urutan kedua dalam dengan nilai Rp 25.54 triliun atau sebesar 10.45 persen dari total ekspor bersih Provinsi Banten. Sektor transportasi dan komunikasi menempati urutan ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 22.57 triliun atau sebesar 9.23 persen dari total ekspor bersih Provinsi Banten.
Struktur Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah bruto (NTB) adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Nilai tambah bruto (NTB) pada Tabel Input Output Provinsi Banten Tahun 2010 dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha, penyusustan, pajak tidak langsung dan subsidi. Pajak tidak langsung netto merupakan selisih antara pajak tidak langsung dengan subsidi. Besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output atau nilai yang diproduksi atau yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Tabel 16 menunjukkan total NTB yang dihasilkan oleh Provinsi Banten Tahun 2010 adalah sebesar Rp 230.81 triliun dengan perincian dari upah dan gaji sebesar Rp 73.15 triliun, surplus usaha Rp 11.80 triliun, penyusutan sebesar Rp 30.85 triliun, dan pajak tidak langsung netto sebesar Rp 8.72 triliun.
Tabel 16 Struktur nilai tambah bruto sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
Pertanian 6907764 7748274 0.89 618229 383250 15657516 Pertambangan dan
Penggalian
117656 125099 0.94 33165 7703 283622
Industri Pegolahan
23680580 50324857 0.47 12057278 3743495 89806210
Listrik, Gas dan Air Bersih
1458901 3574545 0.41 1144638 722331 6900415
Konstruksi 6124161 6156194 0.99 1227830 643076 14151261 Perdagangan,
Hotel dan Restoran
7615349 22455080 0.34 2089374 2025005 34184807
Transportasi dan Komunikasi
7910448 11054397 0.72 9548854 428408 28942106
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
3143905 14817888 0.21 1711554 672867 20346214
Jasa-jasa 16198408 1816252 8.92 2427115 100494 20542269
Total 73157170 118072586 13.89 30858036 8726628 230814421
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
28
triliun. Sektor industri pengolahan adalah sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi di Provinsi Banten.Sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi pada surplus usaha adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 50.32 triliun, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai Rp 22.45 triliun dan ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 14.81 triliun.
Rasio upah gaji dan surplus usaha dapat digunakan untuk mengukur keseimbangan distribusi pendapatan antara pemilik modal dan tenaga kerja. Jika rasio upah gaji dengan surplus usaha suatu sektor bernilai satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi keseimbangan dalam pendistribusian pendapatan pada suatu sektor perekonomian. Sektor jasa merupakan satu-satunya sektor yang memiliki rasio upah gaji dan surplus usaha lebih besar dari satu yaitu 8.92 karena besarnya pendapatan pekerja lebih rendah dibandingkan surplus usaha pemilik modal.Hal ini terjadi akibat faktor produksi yang digunakan yang digunakan pada sektor tersebut adalah padat karya.Pada sektor-sektor lainnya terjadi ketidakseimbangan antara upah dan gaji yang diterima pekerja dengan surplus usaha yang diterima oleh pemilik modal.
Unsur selanjutnya dari nilai tambah bruto adalah nilai penyusutan (pengurangan dari nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi). Sektor yang memberikan nilai penyusutan tertinggi pada perekonomian Provinsi Banten tahun 2010 adalah sektor industri pengolahan dengan nilai Rp 12.05 triliun serta transportasi dan komunikasi menempati urutan kedua tertinggi dimana nilai penyusatannya sebesar Rp 9.54 triliun yang diikuti oleh sektor jasa dengan nilai penyusutan sebesar Rp 2.42 triliun.
Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung yang dibayar pemilik modal dengan subsidi yang diberikan pemerintah pada sektor tersebut. Pajak tak langsung netto yang terdapat pada perekonomian Provinsi Banten tahun 2010 terbesar berasal dari sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 3.74 triliun, diikuti sektor perdagagan, hotel, dan restoran dengan nilai pajak tak langsung netto sebesar Rp 2.02 triliun, urutan ketiga sektor listrik, gas, dan air bersih yang memiliki nilai pajak tak langsung netto sebesar Rp 722.31 miliar.
Struktur Tenaga Kerja
Analisis struktur tenaga kerja ditujukan untuk mengukur tingkat produktivitas tenaga kerja sektoral yang dilihatberdasarkan rasio perbandingan antara nilai tambah sektoral dengan jumlahtenaga kerja masing-masing sektor. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor ekonomi Provinsi Banten tahun 2010 sebanyak 4 151 126 orang (Tabel 17). Sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu sektor industri pengolahan sekitar 23.92 persen, kemudian sektor perdagangan, hotel, dan restoran 19.42 persen dan sektor jasa20.40 persen dari total tenaga kerja yang ada di Provinsi Banten.
29 pekerja tetapi mampu menghasilkan nilai tambah bruto yang tinggi sehingga menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi.
Tabel 17Struktur tenaga kerja sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
Sektor ekonomi
Industri Pegolahan 89806210 23680580 993266 90.42 23.84 Listrik, Gas dan Air
Bersih
6900415 1458901 28024 246.23 52.06
Konstruksi 14151261 6124161 202673 69.82 30.22
Perdagangan, Hotel
Jasa-jasa 20542269 16198408 846908 24.26 19.13
Total 230814421 73157170 4151126 55.60 17.62
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Upah per tenaga kerja dihitung melalui rasio upah dan gaji dengan jumlah tenaga kerja masing-masing sektor. Sektor listrik, gas, dan air bersih memiliki upah per tenaga kerja tertinggi yaitu Rp 52.06 juta/TK/tahun atau sekitar Rp 4.33 juta/TK/bulan. Upah per tenaga kerja yang besar disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit tetapi upah dan gaji keseluruhan yang diterima pekerja besar. Sektor dengan upah per tenaga kerja terendah adalah sektor penggalian yaitu Rp 4.32 juta/TK/tahun atau sekitar Rp 360.08 ribu/TK/bulan. Jumlah ini jauh dari Upah Minimum Provinsi Banten tahun 2010 yaitu Rp 955.300 ribu/TK/bulan.
Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan terbagi menjadi dua yaitu, keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Nilai keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang diperoleh dari nilai matriks kebalikan Leontief.
Keterkaitan ke Depan