• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita Di Kecamatan Pamijahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita Di Kecamatan Pamijahan"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DAN STUNTING

PADA BALITA DI KECAMATAN PAMIJAHAN

ARIS SULFIANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUMUR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita di Kecamatan Pamijahan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014 Aris Sulfiana NIM I14100003

(4)

ABSTRAK

ARIS SULFIANA. Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita di Kecamatan Pamijahan. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan indikator kesehatan didalam suatu masyarakat dan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian gizi kurang dan stunting pada balita di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan sampel sebanyak 32 balita umur 3-5 tahun yang dipilih secara acak sederhana. Hasil penelitian dilakukan uji Regresi, hasil uji menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat secara nyata berpengaruh terhadap penurunan resiko penyakit diare (p=0.036, R2=0.208). Penyakit diare secara nyata berpengaruh terhadap penurunan status gizi (BB/U) (p=0.027, R2=0.023) dan status gizi (TB/U) (p=0.019, R2=0.022). Perilaku hidup bersih dan sehat secara nyata berpengaruh terhadap penurunan resiko penyakit ISPA (p=0.014, R2=0.366). Penyakit ISPA tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan status gizi (BB/U) (p=0.187, R2=0.026) dan status gizi (TB/U) (p=0.176, R2=0.029).

Kata kunci: balita, gizi kurang, penyakit infeksi, perilaku hidup bersih dan sehat, stunting

ABSTRACT

ARIS SULFIANA. Effect of Clean and Healthy Behavior Against Nutrition Less and Stunting event the children under five years in District Pamijahan. Supervised by FAISAL ANWAR.

Clean and Healthy Behavior is an indicator of health in a society and need to be applied in everyday life. The purpose of this study was to analyze the effect of clean and healthy living behaviors on the incidence of malnutrition and stunting in children underfive years in Pamijahan, Bogor Regency. The study design used was a cross-sectional study with a sample of 32 children aged 3-5 years were selected randomly. Results of research conducted logistic regression test, the test results show a clean and healthy living behaviors significantly affect the decrease in the risk of diarrheal disease (p=0.036, R2=0.208). Diarrheal disease significantly effect the decrease in nutritional status (weight/age) (p=0.027, R2= 0.023) and nutritional status (height/age) (p=0.019, R2=0.022). Clean and healthy living behavior significantly affect the decrease in the risk of respiratory disease (p=0.014, R2=0.366). Respiratory disease does not significantly affect the decrease in nutritional status (weight/age) (p=0.187, R2=0.026) and nutritional status (height/age) (p=0.176, R2=0.029).

(5)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

PENGARUH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DAN STUNTING

PADA BALITA DI KECAMATAN PAMIJAHAN

ARIS SULFIANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUMUR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul : Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita Di Kecamatan Pamijahan

Nama : Aris Sulfiana NIM : I14100003

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan sehingga karya ilmiah mengenai stunting berhasil diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita di Kecamatan Pamijahan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan memberi saran kepada penulis.

2. Mustain dan Astimatun Fiani selaku orang tua penulis yang telah memberikan motivasi beserta doa yang selalu ditujukan kepada penulis. 3. Nia Hidayatur Rachma beserta keluarga yang telah memberikan dukungan

kepada penulis selama penyusunan karya ilmiah ini.

4. Bapak Utomo sekeluarga yang telah memberi dukungan kepada penulis selama penyusunan karya ilmiah ini.

5. Yoga Hendriyanto yang telah memberikan banyak saran dalam penulisan karya tulis ini.

6. Teman-teman kontrakan Ocha, Tazkiya, Ita, Rika, dan Vita yang telah memberi motivasi kepada penulis selama penyusunan karya ilmiah ini. 7. Teman-teman satu bimbingan Sakinah Ulfi, Irwan Setiadi, Nur Susan,

Ambarwati yang memberi semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini. 8. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya dan telah

memberikan kontribusinya dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Tujuan Umum 2

Tujuan Khusus 2

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE PENELITIAN 6

Desain, Lokasi dan Waktu 6

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 6

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Keluarga 11

Karakteristik Contoh 14

Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Penyakit Infeksi, Konsumsi Pangan, serta Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita 15 Analisis Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Tingkat Kecukupan Gizi, serta Tinggi Badan Ibu terhadap Gizi Kurang dan Stunting pada Balita 20

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan teknik pengumpulan data 7

2 Angka kecukupan zat gizi balita 8

3 Prosedur analisis data 9

4 Sebaran besar keluarga contoh 12

5 Sebaran pendidikan ayah dan ibu 12

6 Sebaran pekerjaan ayah dan ibu 13

7 Sebaran pendapatan keluarga contoh 13

8 Sebaran contoh berdasarkan umur 14

9 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 14

10 Sebaran contoh berdasarkan berat badan lahir balita 15

11 Sebaran perilaku hidup bersih dan sehat 17

12 Sebaran penyakit infeksi balita 18

13 Sebaran konsumsi pangan balita 19

14 Sebaran status gizi balita 20

15 Pengaruh penyakit infeksi terhadap status gizi (BB/U dan TB/U) 20

16 Pengaruh PHBS terhadap penyakit diare dan ISPA 22

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengaruh PHBS terhadap kejadian gizi kurang dan stunting pada balita 5

DAFTAR LAMPIRAN

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Prevalensi kurang gizi energi dan protein pada negara-negara berkembang menunjukkan bahwa rata-rata stunting pada anak umur dibawah 5 tahun sebesar > 40 %. Prevalensi stunting berangsur-angsur meningkat pada anak-anak sejak lahir sampai umur 2 tahun (Ricci & Becker 1996). Angka-angka tersebut mengindikasikan adanya masalah global yang harus diatasi karena dampaknya permanen.

Masalah gizi di Indonesia bukan hanya masalah gizi kurang dan gizi lebih, namun kependekan merupakan masalah gizi di Indonesia yang mempunyai prevalensi cukup tinggi dibanding dengan masalah gizi lebih atau gizi kurang. Menurut Riskesdas (2010) prevalensi balita yang sangat pendek di Indonesia sebesar 18.5% dan prevalensi balita pendek sebesar 17.1%. Sedangkan prevalensi sangat pendek di Jawa Barat tertinggi pada balita (umur <5 tahun). Prevalensi balita sangat pendek di Jawa Barat yaitu 16.6% dan prevalensi balita pendek di Jawa Barat sebesar 17.1%.

Stunting menandakan konsekuensi akumulasi pertumbuhan tulang yang melambat, hal ini berkaitan dengan kurangnya diet dalam jangka panjang, adanya infeksi berulang , atau keduanya (Ricci & Becker 1996). Stunting berhubungan dengan buruknya kesehatan balita, mencakup peningkatan resiko morbiditas dari penyakit menular dan kematian. Stunting juga menimbulkan masalah gizi yang cukup dan berkonsekuensi kesehatan sistem imun yang kurang baik. Banyak anak stunting tidak dapat mencapai pertumbuhan sempurna dan akan tumbuh menjadi remaja dan dewasa kerdil (Ricci & Becker 1996).

Menurut Riskesdas (2010) prevalensi stunting didaerah pedesaan lebih tinggi dibanding diperkotaan dengan selisih 8.5%. Prevalensi stunting menurut pekerjaan paling tinggi yaitu pada petani/nelayan/buruh yaitu sebesar 40%. Tingkat kesejahteraan di Kabupaten Bogor masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah keluarga miskin yang ada di pedesaan maupun di perkotaan. Keluarga miskin yang ada di pedesaan sebesar 38,7%, sedangkan dikawasan perkotaan jumlah keluarga miskin mencapai 28,8%. Jumlah keluarga miskin di Kabupaten Bogor lebih banyak tinggal di pedesaan yang erat kaitannya dengan sektor pertanian. Sedangkan penduduk miskin di Kecamatan Pamijahan masih cukup besar dan secara persentase melebihi jumlah penduduk miskin yang terdapat di Kabupaten Bogor yang mencapai 24,15 %.

(18)

2

Perilaku hidup bersih dan sehat dapat mencegah hal-hal yang dapat merugikan kesehatan. Kondisi kesehatan yang baik, tempat tinggal dan lingkungan yang bersih dapat mencegah timbulnya penyakit infeksi terutama pada balita. Penyakit infeksi merupakan faktor resiko gizi kurang dan stunting. Tingginya factor resiko stunting berpengaruh terhadap angka harapan hidup. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyebab nomor satu kematian anak di bawah lima tahun (balita) di seluruh dunia adalah penyakit infeksi diare. Di Indonesia, penyakit infeksi diare merupakan pembunuh kedua setelah penyakit infeksi ISPA (Manalu et al. 2012).

Penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwasanya perilaku hidup bersih dan sehat berpengaruh terhadap penyakit diare. Selain itu penelitian sebelumnya juga menjelaskan bahwasanya penyakit diare mempengaruhi kejadian gizi kurang dan penyakit infeksi saluran pernafasan atas mempengaruhi kejadian stunting, namun penelitian mengenai pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian gizi kurang dan stunting masih belum banyak dilakukan. Oleh sebab itu, penelitian mengenai pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian gizi kurang dan stunting pada balita ini dilakukan. Penelitian diperlukan untuk menjelaskan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga dan mengetahui pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian gizi kurang dan stunting pada balita khususnya di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Penerapan hasil penelitian tersebut membantu meningkatkan hasil intervensi yang dirancang untuk meningkatkan status kesehatan.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian gizi kurang dan stunting pada balita di Kecamatan Pamijahan.

Tujuan Khusus

Ada pun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga (besar keluarga, total pendapatan, pendidikan dan pekerjaan).

2. Mengidentifikasi karakteristik contoh (umur, jenis kelamin dan berat badan lahir).

3. Menganalisis perilaku hidup bersih dan sehat, penyakit infeksi, konsumsi pangan, serta kejadian gizi kurang dan stunting pada balita di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

(19)

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada pemerintah Kabupaten Bogor dalam mewujudkan program pembangunan kesehatan. Selain itu, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi, seperti Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam menindaklanjuti perihal yang menyebabkan kejadian gizi kurang dan stunting pada anak balita. Informasi-informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk menyusun kembali perencanaan dan strategi dalam penentuan kebijakan.

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki status kesehatan pada balita agar status gizi menjadi lebih baik. Serta masyarakat Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, supaya lebih memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat untuk keberlangsungan hidup yang berkualitas.

KERANGKA PEMIKIRAN

Stunting merupakan kondisi tinggi badan yang tidak normal karena adanya gangguan selama proses pertumbuhan. Kurang gizi merupakan keadaan yang dipengaruhi akibat kurangnya intake zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kurang gizi dan stunting pada balita lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik. Secara genetik, kurang gizi dan stunting pada balita dapat dipengaruhi oleh tinggi badan orang tua khususnya ibu. Namun hal ini akan tertutupi apabila faktor lingkungan mendukung pertumbuhan yang baik. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kurang gizi dan stunting pada balita diantaranya kondisi kebersihan lingkungan dan sosial ekonomi. Sosial ekonomi keluarga pada umumnya mempengaruhi intake zat gizi. Keluarga petani dengan sosial ekonomi rendah cenderung memiliki intake zat gizi yang rendah pula hal ini berpengaruh terhadap status gizi balita tersebut.

Penyakit infeksi yang sering terjadi pada balita yaitu diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Penyakit infeksi akan bertambah apabila kondisi kebersihan lingkungan tidak mendukung. Morbiditas penyakit infeksi ini berhubungan timbal balik dengan intake zat gizi. Rendahnya intake zat gizi akan menyebabkan penurunan imunitas sehingga rentan terhadap penyakit infeksi sedangkan penyakit infeksi dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan metabolisme sehingga mempengaruhi status gizi balita. Secara tidak langsung, sosial ekonomi keluarga yang rendah akan berdampak pada intake zat gizi yang rendah dan mempengaruhi penyakit infeksi pada balita juga meningkat.

(20)

4

adanya penyakit infeksi yang terjadi selama jangka panjang. Balita yang mengalami penyakit infeksi akan mengalami gangguan sistem pencernaan, metabolisme, dan penyerapan. Hal ini menyebabkan balita mengalami kurang gizi dan berakibat stunting dalam jangka panjang.

(21)

5

Karakteristik Keluarga: - Besar keluarga - Total pendapatan - Pendidikan - Pekerjaan

Karakteristik Balita: - Jenis kelamin - Umur

- BB lahir

Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat

Penyakit Infeksi (Diare dan ISPA):

- Frekuensi sakit - Lama sakit

Tinggi Badan Ibu Intake:

- Energi - Protein

Status Gizi Balita: - BB/U

- TB/U

Kejadian Gizi Kurang dan Stunting Balita

Keterangan:

= variabel yang diteliti

= pengaruh variabel yang diteliti

(22)

6

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi dan Waktu

Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang dipilih secara acak dari 15 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Pamijahan. Pengolahan, analisis dan interpretasi data pada penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai bulan Mei 2014.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Penentuan wilayah penelitian dilakukan secara purposive dengan ketentuan, diantaranya daerah penelitian tergolong daerah dengan pendapatan rendah dan mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani atau buruh tani. Menurut data profil kota Bogor, daerah miskin dengan pendapatan rendah adalah Kecamatan Pamijahan. Populasi ditentukan secara acak dari 15 kelurahan di Kecamatan Pamijahan dipilih satu, yaitu Kelurahan Gunung Picung yang mayoritas pekerjaannya sebagai petani atau buruh tani. Unit analisis pada penelitian ini adalah balita, sedangkan responden penelitian adalah ibu balita. Balita yang dipilih menjadi contoh adalah yang termasuk kedalam kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang digunakan adalah anak balita umur 3-5 tahun, pekerjaan ayah dominan petani atau buruh tani, tinggal bersama ibu kandung, ibu balita bersedia menjadi responden. Contoh dari dua Pendidikan Anak Umur Dini (PAUD) dan posyandu di RW 4 dan RW 8 Kelurahan Gunung Picung. Jumlah contoh (n) ditentukan secara proporsi berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Ariawan (1997) yaitu:

n = Z2(1-α/2) P(1-P) d2

keterangan:

Z= nilai sebaran baku pada taraf nyata 0.95 = 1.96

P= proporsi kejadian stunting di Kabupaten Bogor menurut Scmidt el al. (2002)=0.24

d= simpangan yang dapat diterima= 0.15 Sehingga:

N= (1,96)2(0.24)(0.76)= 31.14 0.152

(23)

7

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer didapat dari wawancara langsung kepada ibu balita menggunakan kuesioner terstruktur, serta dilakukan penimbangan dan observasi langsung. Data primer meliputi karakteristik anak balita (jenis kelamin, dan umur), status gizi balita, karakteristik keluarga (besar keluarga, TB ibu, pendidikan, pekerjaan orang tua dan pendapatan keluarga), intake zat gizi, perilaku hidup bersih dan sehat, serta penyakit infeksi (frekuensi dan lama sakit ISPA dan diare).

Data sekunder dilihat dari KMS balita. Data sekunder meliputi berat badan lahir balita yang diperoleh dari KMS. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dimulai dari proses editing, coding, entry, cleaning dan selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Program komputer yang digunakan adalah Microsoft Excel, WHO anthro dan Statistical Program for Social Science (SPSS) for Windows versi 16.0.

Karakteristik balita. Karakteristik balita meliputi umur, jenis kelamin dan berat badan lahir. Umur contoh dikategorikan menjadi 3-4 tahun dan 4-5 tahun. Data jenis kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan. Sedangkan berat badan lahir dikategorikan menjadi berat badan lahir rendah dan normal.

Status gizi balita. Status gizi anak balita diperoleh dengan BB/U menggunakan software WHO anthroplus 2007 dan dikategorikan menurut Riskesdas 2010, gizi buruk (score <-3 SD), gizi kurang (score >= -3 sampai z-score <-2), gizi baik (z-z-score >= -2 sampai z-z-score <2), dan gizi lebih (z-z-score >=2). Sedangkan stunting diperoleh dengan TB/U dan dikategorikan menurut

Data Jenis Data Teknik

Pengumpulan Instrumen Karakteristik balita (Jenis

kelamin, umur dan BB lahir)

Primer Karakteristik keluarga (besar

keluarga, TB ibu, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua)

Primer Wawancara Kuisioner

Intake zat gizi Primer Recall

2 x 24 jam

(24)

8

Riskesdas 2010, sangat pendek (score <-3 SD), pendek (score >= -3 sampai z-score <-2), dan normal (zz-score >=-2 SD).

Intake zat gizi diperoleh dari menanyakan asupan makan selama dua hari dengan metode recall 2x24 jam, kemudian dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel. Sedangkan penyakit infeksi balita diperoleh dengan menanyakan pernah dan tidaknya sakit diare dan ISPA, frekuensi dan lama sakit tersebut selama tiga bulan terakhir. Analisis kejadian diare dan ISPA tersebut dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel.

Konsumsi pangan. Konsumsi pangan balita diketahui dari metode Food Recall 2x24 jam. Konsumsi pangan dihitung berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein. Tingkat kecukupan didapat dengan menghitung asupan zat gizi terlebih dahulu. Berikut rumus untuk menghitung asupan zat gizi.

Keterangan:

Kgij = Kandungan zat gizi-I dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Asupan zat gizi yang didapat dari perhitungan diatas, kemudian digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan zat gizi. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan gizi.

Keterangan:

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi-i Ki = Asupan zat gizi-i

AKGi = Angka kecukupan zat gizi-i Tabel 2 Angka kecukupan zat gizi balita No Kelompok

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Rumah tangga dikatakan berperilaku hidup bersih dan sehat apabila rumah tangga tersebut melakukan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dirumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok didalam rumah (Kemenkes RI 2011).

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)}

(25)

9

Analisis PHBS dilakukan pengkategorian menurut Depkes (2008) dengan menggunakan Microsoft Excel. Analisis balita kurang gizi dan stunting dilakukan pengkategorian menurut Riskesdas (2010) dengan menggunakan Microsoft Excel. Kemudian dilakukan uji regresi untuk membuktikan pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian gizi kurang dan stunting pada balita.

Tabel 3 Pengolahan dan pengkategorian variabel penelitian Variabel Sub Variabel Kategori

Karakteristik

TB/U Sangat pendek (z-score <-3SD) Pendek (z-score >=-3- <-2SD) Normal (z-score >=-2SD) (Riskesdas 2010)

BB/U gizi buruk (z-score <-3 SD)

gizi kurang (z-score >= -3- <-2 SD) gizi baik (z-score >= -2- <2 SD) gizi lebih (z-score >=2 SD) (Riskesdas 2010)

Pendidikan orang tua Tidak tamat SD/sederajat SD/sederajat

SLTP/sederajat SLTA/sederajat

Akademi/Diploma/Perguruan Tinggi (Kemenkes 2010)

Pekerjaan orang tua Petani Buruh tani

Buruh tani dan lainnya Pendapatan orang tua <Rp2 250 000

≥Rp2 250 000

(26)

10

Variabel Sub Variabel Kategori Intake zat

gizi

Energi Defisit berat (<70% AKE) Defisit sedang (70-79 % AKE) Defisit ringan (80-89 % AKE) Cukup (90-119 % AKE)

Lebih (≥120% AKE)

(Depkes 1996)

Protein Defisit berat (<70% AKP) Defisit sedang (70-79 % AKP) Defisit ringan (80-89 % AKP) Cukup (90-119 % AKP)

Lebih (≥120% AKP)

(Depkes 1996)

PHBS

Sehat Pratama (3 kriteria terpenuhi) Sehat Madya (4-5 kriteria terpenuhi) Sehat Purnama (6-7 kriteria terpenuhi)

Sehat Mandiri (8-10 kriteria terpenuhi)

(Depkes 2008)

Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensia. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan rata-rata, nilai maksimal dan nilai minimum hasil penelitian. Statistik inferensia digunakan untuk menganalisis pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian gizi kurang dan stunting pada balita di Kecamatan Pamijahan dengan menggunakan uji regresi. Regresi adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen atau variabel penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel dependen.

Definisi Operasional

Contoh adalah balita berumur 3-5 tahun yang tidak cacat dan diamati status gizinya berdasarkan BB/U dan TB/U.

Status gizi balita adalah kondisi kesehatan anak balita yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan.

Status gizi (BB/U) dibagi menjadi gizi buruk score <-3 SD), gizi kurang (z-score >= -3 sampai z-(z-score <-2), gizi baik (z-(z-score >= -2 sampai z-(z-score <2), dan gizi lebih (z-score >=2).

Status gizi (TB/U) dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan perhitungan z-skor yaitu sangat stunting (z-score <-3 SD), stunting (z-score >=-3 - <-2 SD) dan normal (z-score >=-2 SD).

(27)

11

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, meliputi persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dirumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok didalam rumah.

Penyakit Infeksi adalah jenis penyakit menular yang dipengaruhi oleh sistem imun tubuh. Penyakit infeksi pada penelitian ini meliputi penyakit diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

Diare adalah kejadian buang air besar sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari dan dengan konsistensi lembek, encer atau bahkan berupa air (Latifah et al. 2002).

ISPA adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas yang diderita anak, meliputi demam, batuk, flu dan sesak nafas.

Besar keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal (hidup) di bawah satu atap yang sama dan makan dari satu dapur yang sama.

Pendidikan orang tua adalah lama pendidikan formal (pendidikan terakhir) ayah dan ibu, diklasifikasikan menjadi tidak tamat SD, SD/ sederajat, SLTP/ sederajat, SLTA/ sederajat dan Akademi/ Diploma/ Perguruan Tinggi (PT). Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang dimiliki ayah dan ibu yang

dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, meliputi petani dan buruh tani.

Pendapatan perbulan adalah jumlah pendapatan yang dinilai dengan uang (rupiah) perbulan berdasarkan standar upah umum regional yang diklasifikasikan menjadi <Rp2 250 000 dan ≥Rp2 250 000.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga yang dikaji dalam penelitian ini antara lain besar keluarga, total pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua.

Besar Keluarga

Sebaran balita berdasarkan besar keluarga berkisar dari 3-9 anggota rumah tangga dalam satu keluarga, Contoh dikategorikan berdasarkan besar keluarga kecil (≤4 anggota rumah tangga), sedang (5-6 anggota rumah tangga), dan besar

(28)

12

Tabel 4 Sebaran balita berdasarkan besar keluarga

Besar Keluarga n %

Kecil 23 71.9

Sedang 7 21.9

Besar 2 6.2

Total 32 100.0

Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata besar keluarga contoh tergolong kecil, yaitu 4.28±1.55. Keluarga contoh sebagian besar berjumlah empat orang. Contoh dalam penelitian ini rata-rata merupakan anak pertama dari pasangan umur subur.

Tingkat Pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orang tua contoh dikategorikan menjadi tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi. Berikut sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah pada tingkat pendidikan ibu dapat dilihat pada Tabel 5.

Table 5 Sebaran balita berdasarkan pendidikan ayah dan ibu

Tingkat Pendidikan Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu

n % n %

SD 17 53.1 18 56.25

SMP 7 21.9 12 37.50

SMA 8 25.0 2 6.25

Total 32 100.0 32 100.0

Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase pendidikan ayah pada tingkat SMA lebih tinggi dibanding persentase pendidikan ibu pada tingkat SMA dan persentase pendidikan ayah pada tingkat pendidikan SD lebih rendah dibanding persentase pendidikan ibu pada tingkat pendidikan SD. Rata-rata tingkat pendidikan ayah dan ibu adalah Sekolah Dasar (SD) dengan standar deviasi masing-masing 0.85 dan 0.62. Sebanyak 61.1 persen contoh berada pada pendidikan ayah dan ibu tingkat SD.

Pekerjaan orang tua

(29)

13

Tabel 6 Sebaran balita berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu

Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu

n % n %

Buruh Tani 23 71.9 0 0

Buruh Tani dan lainnya 9 28.1 0 0

Ibu Rumah Tangga 0 0 31 96.9

Lainnya 0 0 1 3.1

Total 32 100.0 32 100.0

Tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaan ayah sebagian besar sebagai buruh tani dan ibu sebagian besar tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga). Pekerjaan ayah mayoritas buruh tani, namun ada juga yang mempunyai pekerjaan sampingan lainnya seperti buruh bangunan, pedagang dan sopir. Menurut Suhanda et al. (2009) menyatakan bahwa rumah tangga petani yaitu rumah tangga dengan pekerjaan utama anggota rumah tangganya sebagai petani dan umumnya hidup dan tinggal di pedesaan. Ibu contoh mayoritas tidak bekerja (ibu rumah tangga), terdapat satu contoh dengan pekerjaan ibu sebagai pedagang.

Total Pendapatan

Total pendapatan orang tua contoh dikategorikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No.561/Kep.1636-Bangsos/2004. Total pendapatan tergolong dibawah standar Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bogor apabila kurang dari Rp2 250 000. Sedangkan total pendapatan tergolong diatas standar UMR Kabupaten Bogor apabila lebih dari atau sama dengan Rp2 250 000. Berikut sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori total pendapatan pada setiap rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran balita berdasarkan pendapatan keluarga

Total Pendapatan Total

n %

<Rp2 250 000 31 96.9

≥Rp2 250 000 1 3.1

Total 32 100.0

Total pendapatan orang tua contoh rata-rata di bawah standar upah minimum regional, hal ini sesuai dengan Riskesdas (2010) bahwa penduduk miskin banyak dipedesaan. Rata-rata total pendapatan orang tua contoh adalah Rp1 230 000 ± 494 200. Pendapatan keluarga di Kecamatan Pamijahan melebihi jumlah penduduk miskin yang terdapat di Kabupaten Bogor yang mencapai 24.15 persen. Rata-rata pendapatan keluarga berasal dari pendapatan ayah, hal ini dikarenakan ibu contoh sebagian besar merupakan ibu rumah tangga. Sedangkan total pendapatan keluarga contoh yang tergolong tinggi merupakan pendapatan berasal dari ayah dan anak mereka yang sudah bekerja.

(30)

14

rendah pada golongan keluarga kecil dan 4.3 persen total pendapatan rendah pada golongan keluarga besar.

Karakteristik Contoh

Umur

Balita yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah balita berumur 3 – 5 tahun dan tinggal satu rumah dengan orang tuanya. Menurut Uripi (2004) dalam Muqni et al. (2012) balita dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu batita (1-3 tahun) dan anak umur prasekolah (3-5 tahun). Berikut sebaran balita berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran balita berdasarkan umur

Umur n %

Masa balita merupakan masa yang rentan terhadap masalah gizi sehingga memerlukan perhatian khusus agar balita tetap hidup sehat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umur 3-5 tahun pertumbuhan balita mulai melambat. Balita pada umur ini sudah mulai mempunyai respon untuk setiap pengalamannya dengan mental. Mereka lebih imajinatif dalam bermain tanpa memperdulikan lingkungannya. Mulai suka main guru-guruan, boneka dan mulai suka menonton televisi atau maen game dan seringkali lupa makan. Menurut Ramli et al. (2009) menunjukkan bahwa prevalensi stunting tertinggi terjadi pada saat anak berumur 24-59 bulan (2-5 tahun).

Jenis Kelamin

Balita yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 32 orang. Sebaran balita menurut kategori jenis kelamin pada setiap umur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran balita berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Total perempuan berumur 40-59 bulan. Rata-rata balita dalam penelitian ini berumur 48-59 bulan. Balita laki-laki dibedakan menjadi umur 36-48 bulan dan 48-59 bulan dengan banyak balita masing-masing 6 dan 9 anak, sedangkan perempuan umur 36-48 bulan berjumlah 2 anak dan umur 48-59 bulan berjumlah 15 anak. Berat Badan Lahir

(31)

15

(≥2.5 kg). Berikut sebaran balita berdasarkan berat badan lahir dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran balita berdasarkan berat badan lahir Berat Badan

Balita laki-laki dan perempuan rata-rata mempunyai berat badan lahir

normal (≥2.5 kg), yaitu 3.08±0.42 kg. Presentase berat badan normal balita laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan balita perempuan, berurut-urut yaitu 93.3 persen dan 88.2 persen. Sedangkan presentase berat badan lahir rendah pada laki-laki lebih rendah dibanding perempuan, berurut urut yaitu 6.7 persen dan 11.8 persen. Hal ini diduga orang tua contoh mengetahui masa kehamilan dan rutin menimbang berat badan di posyandu selama hamil sehingga perkembangan janin dapat dipantau oleh petugas kesehatan.

Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Penyakit Infeksi, Konsumsi Pangan, serta Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Balita

Perilaku hidup bersih dan sehat pada balita dilihat berdasarkan sepuluh kriteria PHBS, yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dirumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok didalam rumah (Kemenkes RI 2011).

Perilaku hidup bersih dan sehat setiap anggota keluarga diperlukan untuk kesehatan balita sejak dalam kandungan terutama hingga umur dua tahun kelahiran harus diperhatikan dan rutin ditimbang setiap bulan. Sebesar 93.75 persen persalinan kehamilan ditolong oleh tenaga kesehatan dan bayi ditimbang secara rutin setiap bulan, selain itu persalinan ditolong oleh tenaga bukan tenaga kesehatan dan bayi tidak ditimbang setiap bulan. Sebesar 71.88 persen ibu memberikan ASI ekslusif kepada balita sedangkan 28.12 persen balita tidak diberi ASI ekslusif, artinya bayi sudah diberi makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan. Hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (2010) menunjukkan bahwa sebesar 29.3 persen masyarakat pedesaan memberi ASI ekslusif kepada balita. Hasil penelitian di Gunung Picung lebih tinggi dibanding hasil Riskesdas, hal ini diduga adanya peran tenaga kesehatan yang cukup baik.

(32)

16

berbusa, serta sebesar 29.6 persen dipedesaan melakukan kegiatan rumah tangga dengan menggunakan air sumur gali terlindung. Sebesar 93.75 persen balita tidak melakukan kegiatan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan atau setelah makan terutama apabila memakan dengan menggunakan sendok. Sebesar 50 persen menggunakan jamban sendiri dirumah dan tersedia septictank, sebesar 21.88 persen menggunakan jamban bersama tanpa septictank dan 28.12 persen tidak menggunakan jamban, hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil Riskesdas (2010) bahwa di pedesaan sebesar 59 persen menggunakan jamban sendiri, 8.3 persen menggunakan jamban bersama, 7.2 persen menggunakan jamban umum dan 25.5 persen tidak menggunakan jamban.

Pembuangan sampah di Kelurahan Gunung Picung masih kurang baik, sebanyak 59.38 persen sampah dibakar, sebesar 40.62 persen sampah dibuang ketempat pembuangan sampah yang nantinya diangkut oleh petugas kebersihan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Riskesdas (2010) bahwa di pedesaan sebesar 64.1 persen sampah dibakar, sebesar 14.1 persen dibuang sembarangan dan sebesar 9.6 persen masyarakat pedesaan mengolah sampah dengan baik. Menurut Riskesdas (2010), pengolahan sampah yang baik adalah ditimbun dalam tanah, diangkut petugas atau dibuat kompos. Hasil penelitian juga menunjukkan limbah rumah tangga sebesar 71.88 persen dibuang di selokan atau di sungai. Menurut Riskesdas (2010), pembuangan air limbah dipedesaan tanpa penampungan sebesar 30.6 persen, disungai 29.1 persen.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 78.12 persen anggota keluarga tidak memberantas jentik nyamuk dan sebanyak 21.88 persen memberantas jentik nyamuk sebulan sekali. Sebesar 15.63 persen rumah tangga memakan buah atau sayur setiap hari, sedangkan sebesar 84.37 persen jarang memakan buah dan sayur. Sebesar 37.5 persen anggota rumah tangga melakukan aktivitas fisik jalan kaki lebih dari atau sama dengan 30 menit setiap hari, sedangkan 62.5 persen tidak melakukan aktivitas fisik setiap hari. Sebesar 78.12 persen anggota rumah tangga merokok didalam rumah, sedangkan sebesar 21.88 persen tidak merokok. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil Riskesdas (2010) bahwa perokok dipedesaan sebesar 37.4 persen dan 83.5 persen adalah merokok didalam rumah bersama anggota keluarga lainnya.

Rumah sehat menurut Riskesdas (2010) merupakan rumah yang mempunyai atap berplafon, dinding permanen, lantai bukan tanah, tersedia jendela, ventilasi cukup, penerangan alami cukup, tidak padat huni (8 m2/orang). Berdasarkan hasil penelitian di Desa Gunung Picung sebanyak 90.62 persen rumah tangga masih dalam kriteria kurang sehat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Riskesdas (2010) bahwa kondisi rumah di pedesaan sebesar 83.2 persen kurang sehat.

(33)

17

Table 11 Sebaran balita berdsarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Kategori PHBS n %

Keluarga contoh pada penelitian ini, rata-rata mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat pada kategori sehat purnama. Rata-rata balita dengan status gizi stunting mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat kategori sehat madya. Sedangkan status gizi normal rata-rata pada kategori sehat purnama. Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga balita pada kategori sehat madya rata-rata pendapatan dibawah UMR Kabupaten Bogor. Hal ini diduga karena kurangnya alokasi uang untuk keperluan hidup bersih dan sehat seperti membeli peralatan rumah tangga. Selain itu keluarga dengan kategori sehat madya rata-rata pada keluarga dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu adalah SD.

Penyakit Infeksi pada Balita

Keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat akan terhindar dari penyakit infeksi. Menurut WHO (2007) indikator penyakit infeksi antara lain kebersihan tangan, pembersihan peralatan dan permukaan, pengendalian sumber infeksi dan ventilasi ruangan. Penyebaran dan dampak penyakit infeksi berkaitan dengan kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga, kelembaban, kebersihan, musim dan temperatur), ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin dan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan), faktor lain, seperti umur, kebiasaan merokok keluarga, kemampuan keluarga menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum dan karakteristik patogen, seperti cara penularan dan daya tular.

Keadaan lingkungan contoh dilihat berdasarkan keadaan dalam rumah dan diluar rumah. Kondisi didalam rumah meliputi kondisi dinding, atap, lantai, ventilasi tempat tidur, keberadaan serangga dirumah, sarana pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, lubang asap dapur, tempat mencuci piring dan keadaan kamar mandi. Menurut Bomela (2007) menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang meliputi sumber air, tipe rumah dan lokasi toilet mempengaruhi status gizi anak. Sedangkan kondisi diluar rumah meliputi pekarangan rumah, letak kandang, sumber polusi udara, pembuangan limbah, pembuangan sampah dan septic tank.

(34)

18

sakit diare rata-rata kurang dari 3 hari dengan frekuensi sekali dalam sebulan. Penyakit infeksi pada penelitian ini dikategorikan menjadi diare dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Berikut sebaran balita berdasarkan penyakit infeksi dilihat pada Tabel 12.

Table 12 Sebaran balita berdasarkan penyakit infeksi balita

Kategori Penyakit Infeksi Sakit Tidak Sakit Total

n % n % n %

Diare 12 37.5 20 62.5% 32 100.0

ISPA 25 78.1 7 21.9% 32 100.0

Rata-rata balita tidak mengalami diare selama sebulan, selisih balita sakit dan tidak sakit, yaitu 25 persen. Berdasarkan lama sakit diare, balita sakit diare sebesar 37.5 persen dapat dijelaskan 12.5 persen adalah balita sakit diare ≤3 hari, 21.9 persen balita sakit diare 4-7 hari dan sebesar 3.1 persen balita sakit diare lebih dari 7 hari. Berdasarkan frekuensi sakit, balita sakit diare sebesar 37.5 persen dapat dijelaskan 25.0 persen balita sakit diare sekali dalam sebulan, sebesar 9.4 persen balita sakit diare 2 kali dalam sebulan dan sebesar 3.0 persen

balita sakit diare ≥3 kali dalam sebulan.

Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masihberperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Sementara studi BHS terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi ini berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.

Rata-rata balita mengalami ISPA selama sebulan dengan selisih balita sakit dan tidak sakit, yaitu 56.2 persen. Berdasarkan lama ISPA, balita sakit ISPA sebesar 78.1 persen dapat dijelaskan sebesar 6.3 persen balita menderita ISPA ≤3 hari, 40.6 persen balita menderita ISPA 4-7 hari dan sebesar 31.2 persen balita menderita ISPA lebih dari 7 hari. Berdasarkan frekuensi sakit, balita sakit ISPA sebesar 78.1 persen dapat dijelaskan sebesar 43.7 persen balita menderita ISPA sekali dalam sebulan, sebesar 25.0 persen balita menderita ISPA 2 kali dalam sebulan dan sebesar 9.3 persen balita menderita ISPA ≥3 kali dalam sebulan. Hal ini dapat dikarenakan kondisi lingkungan yang kurang sehat terutama pada lingkungan udara. Pada balita yang terserang ISPA adalah balita yang hidup pada rumah dengan salah satu anggota keluarga sering merokok di dalam rumah. Pada umumnya tubuh mempunyai sistem kekebalan yang dapat menjaga tubuh dari pengaruh luar yang buruk. Namun dalam kondisi sistem imun yang menurun, seseorang dapat terserang penyakit terutama penyakit infeksi (Saroso 2007). Intake Zat Gizi Balita

(35)

19

menunjukkan intake energi dan protein pada balita. Tingkat kecukupan energi dan protein digolongkan menjadi defisit berat (<70 persen Angka Kecukupan Energi), defisit sedang (70-79 persen Angka Kecukupan Energi), defisit ringan (80-89 persen Angka Kecukupan Energi), normal (90-120 persen Angka Kecukupan Energi) dan lebih (≥120 persen Angka Kecukupan Energi). Berikut sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein pada balita dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran balita berdasarkan tingkat kecukupan gizi balita

Tingkat Kecukupan Energi Tingkat Kecukupan Protein

n % n %

Rata-rata tingkat kecukupan energi balita pada Tabel 13 tergolong defisit sedang (70-79 persen Angka Kecukupan Energi), yaitu 74.72±27.10 %AKE. Sedangkan tingkat kecukupan protein balita rata-rata tergolong lebih (≥120 persen Angka Kecukupan Protein), yaitu 123.76±51.51 %AKP. Sumber protein yang dikonsumsi contoh, antara lain berasal dari ikan segar, ikan asin, sosis, baso, telur, dan sebagainya. Berdasarkan hasil uji korelasi pearson menunjukkan tingkat kecukupan energi berhubungan dengan tingkat kecukupan protein (P<0.05). Rata-rata contoh dalam penelitian ini mempunyai status gizi normal dan tidak stunting. Kejadian Gizi Kurang dan Stunting pada Balita

Masalah gizi di Indonesia tidak hanya masalah gizi kurang dan lebih, namun kependekan merupakan masalah gizi yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Masalah gizi kurang dapat terjadi akibat konsumsi makan yang rendah sehingga mengakibatkan kurangnya intake energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kurangnya konsumsi makan dalam jangka panjang menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh dan memperlambat pertumbuhan.

Lambatnya pertumbuhan dalam jangka panjang menyebabkan stunting dan selama ini stunting jarang menarik perhatian masyarakat terutama masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan pada umumnya menganggap stunting merupakan keturunan dari orang tua dan tidak menjadi masalah bagi balita. Padahal, stunting merupakan masalah yang berjangka panjang pada saat dewasa. Menurut penelitian yang dilakukan Hanum (2014) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu dan status gizi (TB/U) (r=0.062, p=0.562). Selain itu, menurut Amigo et al. (1997) orang tua pendek yang diakibatkan karena malnutrisi tidak akan diturunkan kepada anak. Apabila seorang anak yang mempunyai orang tua pendek, namun jika gizi anak terpenuhi maka anak tersebut masih dapat tumbuh dengan ideal (Witjaksono 2009).

(36)

20

Hal ini dilihat dari proses posyandu yang ada di daerah tersebut hanya menimbang berat badan saja, sedangkan tinggi badan tidak dilakukan penimbangan pada balita. Keadaan status gizi (BB/U dan TB/U) pada balita dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran balita berdasarkan status gizi balita

Status Gizi n %

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata balita mempunyai status gizi (BB/U) normal, yaitu -1.19±0.86 z skor dengan selisih 62.4 persen. Status gizi (TB/U) pada balita rata-rata dalam kategori normal, yaitu -1.74±0.78 z skor, namun selisih antara normal dan stunting kurang dari 10 persen (6.2 persen). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan status gizi (TB/U) rendah banyak ditemukan pada balita perempuan. Hal ini cukup membuat perhatian agar rata-rata status gizi (TB/U) tetap dalam rata-rata normal. Sedangkan responden dengan status gizi kurang banyak ditemukan pada balita jenis kelamin laki-laki. Hal ini sejalan dengan Laporan Nasional Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa prevalensi nasional gizi kurang pada balita laki-laki yaitu 13.9 persen dan perempuan 12.1 persen.

Analisis Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Tingkat Kecukupan Gizi serta Tinggi Badan Ibu terhadap Gizi Kurang dan Stunting pada Balita

Pengaruh PHBS terhadap Gizi Kurang dan Stunting

Uji statistik regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi (BB/U dan TB/U). Variabel dependen yang dianalisa adalah skor BB/U dan TB/U. Sedangkan variabel independen adalah penyakit infeksi (diare dan ISPA), tingkat kecukupan energi dan protein dan tinggi badan ibu. Hasil uji regresi pengaruh penyakit infeksi terhadap status gizi (BB/U dan TB/U) dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Pengaruh penyakit infeksi terhadap status gizi (BB/U dan TB/U) Variabel

yang diteliti

Status Gizi (BB/U) Status Gizi (TB/U)

b R2 p b R2 p

Penyakit

Diare -0.233 0.023 0.027 -0.106 0.022 0.019

Penyakit

(37)

21

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa penyakit diare memiliki nilai R square sebesar 0.023. Nilai R square 0.023 memiliki arti sebesar 2.3 persen status gizi (BB/U) balita dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi (diare). Selebihnya dapat dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa penyakit diare secara nyata berpengaruh terhadap penurunan status gizi (BB/U) (p=0.027). Variabel diare dengan koefisien regresi (b) sebesar -0.233 menunjukkan setiap kenaikan satu poin diare, maka akan menurunkan 0.233 poin status gizi (BB/U). Menurut Assiss et al. (2005) menyatakan bahwa diare merupakan penyebab utama menurunnya pertumbuhan pada anak dibawah umur lima tahun.

Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa diare secara nyata berpengaruh terhadap penurunan status gizi (TB/U) (p=0.019). Nilai R square sebesar 0.022 memiliki arti sebesar 2.2 persen status gizi (TB/U) balita dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi (diare). Selebihnya dapat dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti. Variabel diare dengan koefisien regresi (b) sebesar -0.106 menunjukkan setiap kenaikan satu poin diare, maka akan menurunkan 0.106 poin status gizi (TB/U). Pada penelitian ini, balita dengan keadaan sehat (tidak diare) sebagian besar mempunyai status gizi (TB/U) normal, yaitu sebesar 82.4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa balita yang sering diare akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan mereka.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Brown (2003) menunjukkan adanya hubungan antara malnutrisi dan penyakit diare. Menurut Supariasa dalam Hariadi dan Ekayanti (2011), penyakit infeksi dan makanan anak merupakan penyebab langsung status gizi. Penyakit infeksi yang diderita anak dapat menyebabkan gizi kurang. Sedangkan makanan yang kurang baik menyebabkan daya tahan tubuh lemah sehingga anak mudah terserang penyakit.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan atas tidak berpengaruh nyata terhadap status gizi (BB/U) (p=0.187) dengan nilai R square sebesar 0.026. Nilai R square sebesar 0.026 memiliki arti sebesar 2.6 persen status gizi (BB/U) balita dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi saluran pernafasan atas. Selebihnya dapat dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti. Variabel ISPA dengan koefisien regresi (b) sebesar 0.240 menunjukkan setiap kenaikan satu poin ISPA, maka akan mempengaruhi sebesar 0.240 poin status gizi (BB/U).

Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan atas tidak berpengaruh nyata terhadap status gizi (TB/U) (p=0.176) dengan nilai R square sebesar 0.029. Nilai R square sebesar 0.029 memiliki arti sebesar 2.9 persen status gizi (TB/U) balita dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi saluran pernafasan atas. Selebihnya dapat dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti. Variabel ISPA dengan koefisien regresi (b) sebesar 0.246 menunjukkan setiap kenaikan satu poin ISPA, maka akan mempengaruhi 0.246 poin status gizi (TB/U).

(38)

22

Contoh yang mempunyai status gizi (TB/U) kurang (stunting) dalam penelitian ini menderita penyakit infeksi saluran pernafasan atas, dan contoh yang mempunyai status gizi (TB/U) normal juga sebagian besar menderita penyakit infeksi saluran pernafasan atas. Hal ini diduga penyakit infeksi saluran pernafasan atas yang diderita sampel tidak mempengaruhi perubahan makan sampel sehingga intake zat gizi tidak terganggu dan proses pertumbuhan juga tidak terganggu.

Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, 40 persennya adalah karena perilaku hidup bersih dan sehat (Henrik L. Blum dalam Ulfah 2008). Kelompok umur yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi adalah umur dibawah lima tahun. Perilaku hidup yang tidak bersih dan makanan yang kurang tercukupi pada balita akan menyebabkan terjadinya penurunan sistem imun tubuh. Sehingga pada kelompok balita rentan terhadap penyakit infeksi. Pada penelitian ini, perilaku hidup bersih dan sehat tingkat kategori yang lebih rendah (sehat pratama) mempunyai status gizi (TB/U) dibawah normal lebih tinggi (72.7%), sedangkan pada tingkat kategori perilaku hidup bersih dan sehat yang lebih tinggi (sehat mandiri) mempunyai status gizi (TB/U) normal lebih tinggi (71.4%). Berikut hasil uji pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap penyakit diare dan infeksi saluran pernafasan atas dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Pengaruh PHBS terhadap penyakit diare dan ISPA Variabel

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat secara nyata berpengaruh terhadap peningkatan resiko penyakit diare (p=0.036) dengan nilai R square sebesar 0.208 yang berarti sebesar 20.8 persen penyakit diare dapat dijelaskan oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Variabel PHBS dengan koefisien regresi (B) sebesar -1.264 menunjukkan setiap kenaikan satu poin PHBS, maka akan menurunkan 1.264 poin penyakit diare. Hal ini sejalan dengan penelitian sitinjak dalam Supiyan (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige yang mendapati bahwa ada hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu menggunakan air bersih (p= 0,017), menggunakan air minum (p = 0,018), menggunakan jamban (p = 0,004), dan cuci tangan pakai sabun (p = 0,000).

Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat secara nyata berpengaruh terhadap peningkatan resiko penyakit infeksi saluran pernafasan atas (p=0.014) dengan nilai R square sebesar 0.366 yang berarti sebesar 36.6 persen penyakit infeksi saluran pernafasan atas dapat dijelaskan oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Selebihnya dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Variabel PHBS dengan koefisien regresi (B) sebesar -2.030 menunjukkan setiap kenaikan satu poin PHBS, maka akan menurunkan 2.030 poin penyakit ISPA.

(39)

23

signifikan terhadap stunting, antara lain penyakit infeksi, personal higiene dan sanitasi lingkungan.

Pengaruh Tingkat Kecukupan Gizi dan Tinggi Badan Ibu terhadap Gizi Kurang dan Stunting

Hasil uji regresi tidak menyatakan adanya pengaruh tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein dan tinggi badan ibu terhadap status gizi (BB/U dan TB/U) (p≥0.05). Tingkat kecukupan energi tidak berpengaruh secara nyata terhadap status gizi (BB/U) (p=0.301) dengan nilai R square sebesar 0.003, dan TB/U (p=0.843) dengan nilai R square sebesar -0.032. Tingkat kecukupan protein tidak berpengaruh secara nyata terhadap status gizi (BB/U) (p=0.118) dengan nilai R square sebesar 0.049 dan TB/U (p=0.315) dengan nilai R square sebesar 0.001.

Tingkat kecukupan energi dan protein dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil uji regresi linier pada penelitian ini menunjukkan bahwa total pendapatan keluarga secara nyata berpengaruh terhadap peningkatan tingkat kecukupan energi (p=0.038) dengan nilai R square sebesar 0.107 dan tingkat kecukupan protein (p=0.023) dengan nilai R square sebesar 0.132. Energi dan protein pada umumnya berasal dari makanan yang dikonsumsi. Rumah tangga pada penelitian ini hampir semua tidak memanfaatkan pekarangan rumah untuk keperluan pangan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan responden membeli bahan pangan tersebut. Sehingga rumah tangga dengan total pendapatan dibawah upah minimum kabupaten cenderung membeli pangan apa adanya atau kurang dari cukup. terdapat genetik yang bersifat pendek.

(40)

24

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rentang umur balita berkisar antara 3-5 tahun dengan proporsi jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan. Rata-rata contoh mempunyai berat badan lahir normal. Besar keluarga contoh rata-rata tergolong kecil, total pendapatan keluarga rata-rata dibawah upah minimum regional (kategori rendah), pendidikan ayah dan ibu rata-rata tingkat sekolah dasar, pekerjaan ayah sebagian besar buruh tani dan pekerjaan ibu sebagian besar tidak bekerja (ibu rumah tangga).

Perilaku hidup bersih dan sehat contoh rata-rata dalam kategori sehat purnama. Contoh rata-rata tidak mengalami diare dalam tiga bulan sebelum penelitian dan rata-rata mengalami penyakit infeksi saluran pernafasan atas. Konsumsi pangan contoh dilihat dari tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat kecukupan energi contoh rata-rata tergolong defisit sedang (70-79% AKE) dan tingkat kecukupan protein contoh rata-rata tergolong lebih (≥120% AKP). Rata-rata contoh yang memiliki status gizi (BB/U) dan (TB/U) normal.

Hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat keluarga terhadap penyakit diare balita yang mempengaruhi status gizi (BB/U) dan status gizi (TB/U). Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat keluarga secara nyata berpengaruh terhadap peningkatan resiko penyakit ISPA pada balita dan tidak berpengaruh nyata terhadap status gizi (BB/U) dan status gizi (TB/U) balita.

Saran

Perlunya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dan konsumsi pangan yang beraneka ragam pada masyarakat agar balita mempunyai status gizi yang lebih baik. Selain itu, diharapkan setiap balita dilakukan pengukuran tinggi badan pada setiap posyandu. Perlunya intervensi untuk peningkatan fungsi pekarangan rumah dan konsumsi pangan terutama sumber energi agar balita yang normal tidak menjadi stunting pada saat dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Aditianti. 2010. Faktor Determinan “Stunting” pada anak umur 24-59 bulan di Indonesia [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah pascasarjana IPB.

(41)

25

Bomela N. 2007. Child Nutritional Status and Household Pattern in South Africa. African Journal of Agriculture and Development. 7; 5 http://www.ajfand.net Brown KH. 2003. Symposium: Nutrition and Infection, Prologue and Progress

Since 1968: Diarhe and malnutrition. The Journal of Nutrition: 133: 328S– 332S

Brown KH, Black RE, Becker S. 1984. Malnutrition is a determining factor in diarrheal duration, but not incidence, among young chil dren in a longitudinal study in rural Bangladesh. Am J Clin Nutr. 39:87-94. Departemen Kesehatan RI. 2008. Perkembangan Penanggulangan Gizi Buruk di

Indonesia, Jakarta (ID). Ditjen Binkesmas Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hanum F. 2014. Hubungan tinggi badan ibu, konsumsi pangan dan status gizi

anak balita [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hariyadi D, Ekayanti I. 2011. Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi Kalimantan Barat. Teknologi dan Kejuruan. 34(1): 71-80.

Latifah M, MD Djamaludin, Evi D, Sumali MA. 2002. Buku 1 Kebersihan Diri dan Lingkungan. Bogor (ID): Kerjasama Pusat Kurikulum Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dengan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Lubis I, Marjanis S, Mulyono W, Djoko Y, Noenoeng R. 1990. Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan. Bul. Penelitian Kesehatan 18(2): 26-33.

Manalu M, Marsaulina I, Ashar T. 2012. Hubungan tingkat kepadatan lalat (Musca domestica) dengan kejadian diare pada anak balita di pemukiman sekitar tempat pembuangan akhir sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang [jurnal penelitian]. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Muqni AD, Hadju V, Jafar N. 2012. The Correlation Of Birth Weight Among Maternal And Child Health Toward The Nutrition Status Of Children Under Five Years In Tamamaung Village Makassar [artikel penelitian] Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia. 1(2): 109-116.

Nasikhah R, Margawati A. 2012. Faktor Resiko Kejadian Stunting pada Balita Umur 24-36 Bulan di Kecamatn Semarang Timur [jurnal penelitian]. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Journal of Nutrition College. 1(1): 715-730. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc Proverawati A dan Rahmawati E. (2012). Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS).

Yogyakarta (ID): Nuha Medika.

Ramli et al. 2009. Prevalence and risk factors for stunting and severe stunting among under five in North Maluku Province of Indonesia. Reserch Article BMC Pediatric. http://www.biomedcentral.com/

Ricci JA, Becker S. 1996. Risk factors for wasting and stunting among children in Metro Cebu, Philippines.Am J Clin Nutr. 63:966-75

[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Kementrian Keseharan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan.

(42)

26

Schmidt MK et al. 2002.Randomised double-blind trial of the effect of vitamin A suplementation of Indonesia pregnant women on morbidity and growth of their infants during the first year of life. Eur J Clin Nutr [Internet]. {diunduh 2013 Juni 13]; 56(4):338-346. Tersedia pada: http://www.nature.com/ejcn/ journal/v56/n4/pdf/1601318a.pdf

Suhanda et al. 2009. Gold standart dan indikator garis kemiskinan rumah tangga petani di Subang. Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan. Departemen Pertanian dan Neys-Van Hoogstraten Foundation.

Supiyan, Zulfitri R, Woferst R. 2013. Hubungan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga dengan kejadian diare pada balita [jurnal penelitian]. Universitas Riau.

Susilowati SH, et al. 2010. Indikator pembangunan pertanian dan pedesaan: Karakteristik sosial ekonomi padi. Pusat Analisis Departemen Pertanian. Ulfah IM. 2008. Perilaku hidup bersih dan sehat, pengetahuan gizi dan pola asuh

kaitannya dengan diare anak balita, di Cikarawang Bogor [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

(43)

27

Lampiran 1 Kuisioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DAN STUNTING PADA BALITA PETANI

DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR

Kode Responden :...

Nama balita Umur

Desa/Kelurahan Tanggal

No Hp

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUMUR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(44)

28

FORMULIR

PENGARUH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DAN STUNTING PADA BALITA PETANI DI

KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama ibu :

Umur :

Menyatakan setuju untuk berpartisipasi dalam KEGIATAN ini secara sukarela dan bebas tanpa ada paksaan, dengan catatan apabila suatu saat merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Bogor,...2014, Pembuat pernyataan,

(45)

29

A. Karakteristik Keluarga

1. Jumlah Anggota Keluarga : …….

No Nama 2. Pendapatan Per Bulan

1. Ayah = Rp ………...

2. Ibu = Rp ………

3. Anak = Rp ………

4. Anggota keluarga lainnya = Rp ……… 5. Total Pendapatan = Rp ……….

6. Riwayat sakit ISPA(batuk,pilek,demam) 3 bulan lalu

(46)

30

8. Apakah balita mempunyai riwayat penyakit kronis (masih diderita sampai sekarang)? (ya/tidak)

Jika ya, penyakit apa yang diderita balita? 9. Apakah bayi diberikan ASI ekslusif ? (ya/tidak) Berapa bulan ASI itu diberikan?

10. Pemberian imunisasi (coret yang tidak diberikan) :s BCG

Dinding : (tembok, batu, kayu, lainnya…….)* Atap : (genting, asbes, lainnya …….)* Lantai : (Ubin, beton, tanah, lainnya……….)*

No Kriteria Keterangan

1. Apakah terdapat sarana 2. Kurang dari 10 meter 3. lainnya

(47)

31

9. Apakah dapur terdapat lubang asap

1. Ya 2. Tidak 10. Apakah terdapat sarana bebas

jentik nyamuk demam berdarah (Aides Aegipty)

1. Ya 2. Tidak 11. Apakah dirumah tidak

terdapat tikus atau serangga lain?

1. Ya 2. Tidak 12. Apakah terdapat pekarangan

rumah yang dimanfaatkan untuk anggota keluarga

1. Pekarangan dimanfaatkan 2. Punya pekarangan tidak

dimanfaatkan

14. Apakah mempunyai kandang yang terpisah dari rumah

(48)

32

D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

1. Apakah ibu melakukan persalinan ditolong oleh

Berapa lama ibu memberi ASI ekslusif?

a. 2 bulan b. 4 bulan c. 6 bulan

d. Lainnya (……….)

4.

Apakah bayi dan balita ditimbang setiap bulan?

a. Ya, Setiap bulan c. Kadang- kadang b. Jarang

5. Apakah ibu menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga ? (mencuci piring, baju, mandi)

a. Ya b. Tidak 6.

Apakah ibu mencuci tangan pakai sabun?

c. Ya, Setiap hari d. Kadang- kadang a. Jarang

7.

Apakah Ibu membersihkan jentik nyamuk secara berkala (seminggu/sebulan sekali)?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

8.

Apakah keluarga beraktivitas fisik setiap hari (minimal 30 menit) ? 10. Apakah keluarga ibu ada yang merokok didalam

(49)

33

Waktu Nama Hidangan

Bahan Makanan

Porsi Konsumsi

Keterangan Jumlah URT Berat

1 2 3 4 5 6

Pagi

Selingan

Siang

Selingan

(50)

34

Selingan

Catatan : ………...

……… ……… ………

F. Form Food Recall 24 jam

Nama Balita : Alamat : Tgl wawancara : Hari ke :

Waktu Nama Hidangan

Bahan Makanan

Porsi Konsumsi

Keterangan Jumlah URT Berat

1 2 3 4 5 6

Pagi

Selingan

(51)

35

Selingan

Malam

Selingan

Catatan : ………...

……… ……… ………

(52)

36

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gresik pada tanggal 12 Januari 1992 dari ayah Mustain dan ibu Astimatun Fiani. Penulis adalah putri kedua dari enam bersaudara. Penulis pernah bersekolah di MI-MTs Manbaul Ulum Assa’adah, Desa Kramat, Kecamatan Duduksampeyan. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA N 1 Manyar sebagai siswa berprestasi 3 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manumur.

Penulis mendapatkan beasiswa Bidikmisi selama 4 tahun di Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif sebagai anggota Ecoagrifarma selama periode 2011-2012 dan periode 2012-2013, serta anggota Club Gizi Olahraga, Himpunan Mahasiswa Gizi. Penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan, antara lain panitia Liga Gizi Masyarakat 2013, panitia Seminar and Natural and Medicine Expo in

Harmony CINNAMON 2013, panitia Seminar Herbal “TOFFEL” 2012, panitia

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran kejadian gizi kurang dan stunting pada balita
Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data
Tabel 2 Angka kecukupan zat gizi balita
Tabel 3 Pengolahan dan pengkategorian variabel penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Survei larva merupakan kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air yang menjadi tempat perkembangbiakan larva Aedes untuk mengetahui ada tidaknya larva. Pemeriksaan

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, karena di dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara hasil belajar teknologi informasi dengan

Hasil dari penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik kelas VII-A SMP Negeri 1 Kebomas melalui model pembelajaran kooperatif Teams

Bangsa Jerman kemudian memandang persatuan (Einheit), pembagian kekuasaan agar tidak tertumpuk pada satu orang (die Macht verteilen), dan kemampuan untuk membangun

 Makanan masuk ke dalam lambung dalam bentuk gumpalan (bolus, bola) terdiri atas bahan makanan setengah padat yang telah dikunyah dan sebagian dibasahi liur.  Di dalam lambung

Hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis yang disusun oleh penulis yang menyatakan bahwa perguruan tinggi, metode pembelajaran, minat mata kuliah dan jurusan asal

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan semua kegiatan kurikuler yang wajib dilaksanakan oleh semua mahasiswa sebagai latihan untuk menerapkan materi – materi atau

Raja baru itu menawarkan belanda ini kembali pada bantuan untuk melawan musuh- musuhnya dan kebebasan dari perdagangan untuk orang jawa selain jawa, dan untuk semua orang