• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi Spasial dan Temporal Struktur Komunitas dan Biomassa Ikan di Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Variasi Spasial dan Temporal Struktur Komunitas dan Biomassa Ikan di Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL STRUKTUR

KOMUNITAS DAN BIOMASSA IKAN DI PERAIRAN PESISIR

KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN

NINA NURMALIA DEWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Variasi Spasial dan Temporal Struktur Komunitas dan Biomassa Ikan di Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

NINA NURMALIA DEWI. Variasi Spasial dan Temporal Struktur Komunitas dan Biomassa Ikan di Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Dibimbing oleh MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL dan YUSLI WARDIATNO.

Pesisir Kabupaten Tangerang merupakan salah satu pesisir yang memiliki sumber daya ikan yang cukup melimpah, namun pengaruh antropogenik yang terjadi dapat mempengaruhi keberadaan ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur komunitas dan mengestimasi biomassa total ikan yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengelolaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni dan Agustus 2013 di tiga stasiun, yaitu Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir. Data primer yang dikumpulkan adalah jumlah dan bobot ikan per jenis. Hasil tangkapan ikan yang tertangkap di tiga stasiun terdiri dari 8 ordo, 37 famili, dan 58 spesies. Nilai indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi di tiga stasiun selama dua bulan pengamatan bervariasi, namun terdapat dominansi ikan dari famili Leiognathidae di stasiun Kronjo yang juga memiliki kisaran biomassa ikan yang tinggi.

Kata kunci: Biomassa, indeks dominansi, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman

ABSTRACT

NINA NURMALIA DEWI. Spatial and Temporal Variation of Community Structure and Biomass of Fish in Tangerang Coastal Waters, Banten Province. Supervised by MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL and YUSLI WARDIATNO.

(5)

NINA NURMALIA DEWI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL STRUKTUR

(6)
(7)

Judul skripsi : Variasi Spasial dan Temporal Struktur Komunitas dan Biomassa Ikan di Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Nama : Nina Nurmalia Dewi

NIM : C24100026

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc Pembimbing I

Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang atas segala karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Variasi Spasial dan Temporal Struktur Komunitas dan Biomassa Ikan di Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang Provinsi Banten” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi kepada Penulis.

2. Beasiswa BIDIK MISI DIKTI yang telah memberikan beasiswa selama perkuliahan.

3. PT. Kapuk Naga Indah yang bekerja sama dengan LPPM IPB yang telah mendanai penelitian ini.

4. Bapak Furqon Alfahmi dari Sub Bidang Informasi Meteorologi Maritim Badan Meteorologi dan Geofisika Pusat yang telah membantu dalam pengumpulan data sekunder.

5. Ir Zairion, MSc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi selama perkuliahan.

6. Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc dan Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat dan saran untuk Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.

7. Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku penguji tamu dan Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi komisi Pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti.

8. Keluarga penulis, Bapak Slamet Tova, Ibu Wati Rosmawati, Adik-adik beserta keluarga besar Penulis yang telah memberikan banyak motivasi, doa, dan dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil.

9. Tim Tangerang (Fani, Andini, Febi, Inggar, Serli, Akrom, Lusita, Runi, Anissa, Dhini, Ka Ana, Mas Aris, Ka Zulmi, Kak Dede, Kak Adang). 10. Kak Sudirman, SPi yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan. 11. Teman seperjuangan dari SMA dan TPB (Anggi, Nely, dan Farida).

12. Sahabat Penulis (Noor, Lulu, Anis, Ita, Kak Nianitari, Tiwi, Rinrin, Wida, Kak Sri Wahyuni, Kak Panji, seluruh teman-teman MSP 47 dan SDP 2013) atas semangat, dukungan, dan do’a kepada Penulis.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan dan Manfaat Penelitian 3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian 3

Pengumpulan Data 4

Pengambilan dan Penanganan Contoh 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil 8

Komposisi hasil tangkapan 8

Struktur komunitas 8

Biomassa total ikan 15

Pembahasan 16

Komposisi hasil tangkapan 16

Struktur komunitas 17

Biomassa total ikan 18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 24

(10)

1 Jumlah tarikan pengambilan contoh ikan di setiap stasiun pada bulan

Juni dan Agustus 2013 4

2 Komposisi hasil tangkapan bulan Juni dan bulan Agustus 2013 (nama latin dan nama umum sudah disesuaikan dengan Fishbase (2014)) 9 3 Persentase hasil tangkapan ikan berdasarkan jenis makanannya (%) 13 4 Jumlah spesies antarstasiun pada bulan Juni dan Agustus 2013 13 5 Koefisien variasi (%) biomassa total ikan pada bulan Juni dan Agustus

2013 16

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir rumusan masalah struktur komunitas dan biomassa ikan

di perairan pesisir Kabupaten Tangerang 2

2 Lokasi penelitian di tiga stasiun pesisir Kabupaten Tangerang (A:

Kronjo, B: Cituis, C: Tanjung Pasir) 3

3 Penetapan luas area sapuan (a) biomassa total ikan dengan metode

swept area (sumber: google 2014) 8

4 Indeks keanekaragaman di stasiun Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir 13 5 Indeks keseragaman di stasiun Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir 14 6 Indeks dominansi di stasiun Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir 14 7 Biomassa total ikan di stasiun Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar beberapa ikan yang tertangkap selama penelitian 24

2 Hasil tangkapan berdasarkan jenis makanan 30

3 Uji statistik jumlah spesies 34

4 Gambaran kondisi lingkungan pesisir Kabupaten Tangerang 35 5 Uji statistik indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks

dominansi 35

6 Pola arus permukaan di perairan pesisir Kabupaten Tangerang bulan

Juni 2013 (Balitbang KP 2013) 36

7 Pola arus permukaan di perairan pesisir Kabupaten Tangerang bulan

Agustus 2013 (Balitbang KP 2013) 36

8 Data kecepatan arus, kecepatan angin, dan tinggi gelombang di beberapa titik pesisir Kabupaten Tangerang (BMKG 2013) 37

9 Uji statistik data oseanografis 38

(11)

Latar Belakang

Salah satu komoditas utama perikanan Indonesia adalah sumber daya ikan, yang meliputi ikan pelagis, demersal, dan ikan karang. Menurut Mallawa (2006), sumber daya ikan pelagis terdiri dari pelagis kecil dan pelagis besar. Ikan pelagis kecil merupakan ikan neritik yang penyebarannya berada di dekat pantai. Ikan ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar, sehingga merupakan salah satu sumber daya yang paling melimpah di perairan Indonesia. Ikan pelagis besar dan ikan demersal di Indonesia terdiri dari banyak jenis dan menyebar hampir di seluruh wilayah pengelolaan, tetapi produktivitasnya berbeda pada setiap perairan. Perairan Laut Jawa memiliki kurang lebih 100 jenis ikan demersal ekonomis penting yang termasuk ke dalam 20 famili. Sumber daya ikan karang konsumsi, termasuk komoditas perikanan yang banyak diminati oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri karena permintaannya yang terus meningkat dan harganya cukup tinggi. Hal tersebut mendorong nelayan untuk melakukan penangkapan ikan karang dengan cara legal maupun ilegal yang dapat mengakibatkan kualitas dan kuantitas ikan tersebut menurun.

Sumber daya ikan banyak ditemukan di wilayah pesisir. Salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi sumber daya perikanan adalah pesisir Kabupaten Tangerang. Saat ini wilayah pesisir Kabupaten Tangerang banyak dipengaruhi oleh kegiatan antropogenik, di antaranya menurut berita Republika (2013) telah terjadi penumpukan sampah di sepanjang 51 km garis pantai Tangerang yang disebabkan oleh limbah produk industri dan meningkatnya volume sampah akibat jumlah penduduk yang semakin padat. Menurut Rice dan Gislason (1996), dengan meningkatnya permintaan untuk sumber daya laut dan pembuangan air tercemar dari industri pesisir, menyebabkan terjadinya perubahan struktur komunitas biota laut di banyak daerah.

Keberadaan ikan dalam suatu ekosistem tidak terlepas dari kondisi oseanografis yang berada di lingkungan sekitarnya. Menurut Fulton dan Bellwood (2005), kondisi oseanografis berfungsi untuk menunjang metabolisme atau siklus hidup sehari-hari biota.

Keanekaragaman ikan juga dipengaruhi oleh adanya keberadaan mangrove yang ada di wilayah pesisir. Menurut Chong et al. 1990 in Primavera (1998), mangrove memiliki fungsi penting di dalam rantai makanan, yang dapat menunjang kehidupan berbagai jenis biota air.

(12)

Perumusan Masalah

Keanekaragaman dan biomassa ikan di alam, diduga memiliki keberadaan yang tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan oleh kegiatan antropogenik, perubahan kondisi oseanografis, dan keberadaan ekosistem mangrove.

Kondisi perairan yang dipengaruhi oleh masukan dari luar dapat mempengaruhi struktur komunitas suatu perairan. Menurut Wilhm dan Dorris (1968); Bechtel dan Copeland (1970) in Jin (2004), banyak studi menemukan adanya polusi yang masuk ke dalam perairan dapat menyebabkan terjadinya penurunan keanekaragaman spesies. Menurut Jin (2004), hal tersebut telah terjadi di Laut Bohai, Cina.

Kondisi oseanografis seperti arus dan tinggi gelombang dapat mempengaruhi keberadaan dan sebaran ikan. Menurut Wibisono (2005), arus merupakan parameter yang sangat penting bagi lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut dan biota yang hidup di dalamnya, termasuk dalam menentukan pola migrasi ikan.

Keberadaan mangrove menjadi faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan biota di suatu perairan. Menurut Sheridan dan Hays (2003), kawasan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi akibat memperoleh energi berupa zat-zat makanan yang terbawa oleh pasang surut air laut, sehingga kawasan mangrove dapat memberikan dukungan terhadap keragaman jenis flora dan fauna laut. Oleh karena adanya faktor-faktor tersebut, diperlukan kajian untuk mengetahui struktur komunitas dan mengestimasi biomassa sumber daya ikan yang ada di pesisir Kabupaten Tangerang agar dapat diketahui pengelolaan yang lestari (Gambar 1).

(13)

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur komunitas sumber daya ikan dan mengestimasi biomassa sumber daya ikan secara spasial dan temporal di perairan pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar untuk pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan di perairan pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pengambilan data dilakukan secara one day fishing pada tanggal 8 sampai 11 Juni 2013 yang mewakili bulan Juni, dan 26 sampai 30 Agustus 2013 yang mewakili bulan Agustus. Contoh ikan yang diambil berasal dari tiga stasiun, yaitu Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

(14)

Pengumpulan Data

Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi jumlah dan bobot ikan per jenis. Data sekunder yang diambil adalah pola arus permukaan selama dua bulan pengamatan yang didapatkan dari Balitbang KP (2013), data mengenai kecepatan angin, kecepatan arus, dan tinggi gelombang yang didapatkan dari BMKG (2013), dan data luasan mangrove pesisir Kabupaten Tangerang yang didapatkan dari DKP Kabupaten Tangerang (2013).

Pengambilan dan Penanganan Contoh

Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan contoh yang didasarkan pada kondisi di lapangan sesuai dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini, pengambilan contoh disesuaikan dengan luasan masing-masing stasiun, agar didapatkan data yang lebih representatif. Luasan total masing-masing stasiun dengan batas kewenangan kabupaten 4 mil, untuk Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir yaitu 124.42 km2, 110 km2, dan 71.5 km2.

Contoh ikan yang diambil selama penelitian, terdiri dari beberapa tarikan. Jumlah tarikan pengambilan contoh ikan di setiap stasiun selama dua bulan pengamatan disajikan pada Tabel 1. Adanya perbedaan jumlah tarikan di stasiun Cituis pada kedua bulan dikarenakan pengaruh faktor gelombang yang cukup tinggi pada bulan Juni di stasiun Cituis, sehingga hanya dilakukan empat kali tarikan.

Tabel 1 Jumlah tarikan pengambilan contoh ikan di setiap stasiun pada bulan Juni dan Agustus 2013 kemudian disortir berdasarkan jenis, lalu dihitung jumlahnya, dan diukur bobotnya.

Analisis Data

Komposisi jenis

(15)

dikelompokkan berdasarkan habitat dan jenis makanannya yang didapatkan dari studi literatur.

Struktur komunitas

Indeks keanekaragaman

Keanekaragaman diperlukan untuk menjelaskan kehadiran jumlah individu pada setiap spesies dalam suatu komunitas (Odum 1971). Keanekaragaman ikan dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener (Magurran 1988) dengan rumus sebagai berikut. mengetahui berapa besar kesamaan penyebaran jumlah individu setiap spesies pada tingkat komunitas. Indeks keseragaman berdasarkan Magurran (1988) adalah sebagai berikut. H′ = indeks keanekaragaman s = jumlah spesies

Indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai E mendekati 1, sebaran individu antarjenis merata (seragam). Nilai E mendekati 0, berarti sebaran individu antarjenis tidak merata atau ada sekelompok jenis tertentu yang dominan (Odum 1971).

Indeks dominansi

(16)

D = pi 2

ni = jumlah individu spesies ke-i

N = jumlah total individu

pi = proporsi individu spesies ke-i (ni/N)

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1. Apabila indeks dominansi mendekati 0 berarti hampir tidak ada jenis yang mendominasi, sedangkan apabila indeks dominansi mendekati 1, berarti ada salah satu jenis yang mendominasi (Odum 1971).

Biomassa total ikan

Estimasi biomassa total ikan dilakukan berdasarkan data hasil tangkapan jaring trawl yang diperoleh selama penelitian. Analisis data yang digunakan adalah metoda swept area. Metode ini didasarkan pada luas area sapuan trawl (a), panjang alur sapuan (D), dan panjang tali ris atas (hr) (Gambar 3). Panjang alur sapuan diperoleh dari lama waktu penarikan jaring (t) oleh kapal yang bergerak dengan kecepatan (v) (Sparre dan Venema 1999). Kecepatan penarikan pada penelitian ini berkisar antara 3-6 km/jam dengan waktu penarikan selama satu jam. Secara matematik rumus panjang alur sapuan dinyatakan sebagai berikut.

D=vxt (4)

Luas area sapuan trawl yang diperoleh adalah sebagai berikut.

a = D x hr x X2 (5)

Jika X

2 adalah fraksi panjang tali ris atas, maka lebar area yang disapu trawl

atau bukaan sayap trawl dinyatakan sebagai berikut.

H = Hr x X2 (6)

Nilai X2 berkisar antara 0.4 (Shindo 1973 in Sparre dan Venema 1999) dan

0.66 (SCSP 1978 in Sparre and Venema 1999), namun menurut Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) menyarankan X2 = 0.5 sebagai kompromi terbaik.

Persamaan untuk luas area sapuan trawl (a) adalah sebagai berikut.

(17)

Apabila Cw merupakan hasil tangkapan dalam bobot pada satu tarikan, dugaan biomassa total (B) di perairan tersebut dengan luas A km2, adalah sebagai berikut.

digunakan di Asia Tenggara adalah 0.5 (Isarankura 1971; Saeger, Martosubroto dan Pauly 1980 in Sparre dan Venema 1999). Nilai X1 yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 0.5.

Koefisien variasi biomassa digunakan untuk mengetahui seberapa besar variasi biomassa total ikan pada setiap stasiunnya selama dua bulan pengamatan. Menurut Blanchard dan Boucher (2001) rumusnya adalah sebagai berikut.

CV=STDEV

B x 100 (10)

Keterangan:

CV = koefisien variasi STDEV = standar deviasi

B = rata-rata biomassa total ikan dari setiap tarikan

Uji statistik

(18)

Gambar 3 Penetapan luas area sapuan (a) biomassa total ikan dengan metode swept area (sumber: google 2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan ikan disajikan pada Tabel 2 dan Lampiran 1. Berdasarkan Tabel 2, komposisi hasil tangkapan ikan di tiga stasiun terdiri dari 8 ordo, 37 famili, dan 58 spesies. Ordo yang memiliki famili dan spesies terbanyak adalah ordo Perciformes dengan jumlah famili sebanyak 24 famili dan 40 spesies

Berdasarkan habitatnya, ikan yang tertangkap terdiri dari ikan demersal, pelagis, dan karang. Ikan demersal yang didapatkan selama penelitian sebanyak 18 spesies, ikan pelagis sebanyak 14 spesies, dan ikan karang sebanyak 23 spesies. Famili ikan demersal yang dominan tertangkap adalah Leiognathidae yang meliputi Sequtor insidiator, Leiognathus equulus, dan Eubleekeria splendens. Famili ikan pelagis yang paling dominan tertangkap adalah Clupeidae yang spesiesnya adalah Stolephorus indicus, sedangkan famili ikan karang dominan adalah Terapontidae yang spesiesnya yaitu Terapon theraps.

Hasil tangkapan ikan berdasarkan jenis makanannya hasil tangkapan ikan terdiri dari ikan karnivora, planktivora, omnivora, dan herbivora (Lampiran 2). Persentase jenis ikan berdasarkan jenis makanannya disajikan pada Tabel 3.

Struktur komunitas

(19)

Tabel 2 Komposisi hasil tangkapan bulan Juni dan bulan Agustus 2013 (nama latin dan nama umum sudah disesuaikan dengan Fishbase (2014))

Tingkatan taksonomi Nama Latin Nama lokal Nama umum D P K Rentang Jumlah

Juni Agustus

Ordo Aulopiformes

Famili Synodontidae Saurida undosquamis Bloso Brushtooth lizardfish √ * *

Ordo Clupeiformes

Famili Clupeidae Sardinella gibbosa Tembang Goldstripe sardinella * *

Dussumieria elopsoides Japuh Slender rainbow sardine √ * **

Anodontostoma chacunda Slanget Chacunda gizzard shad √ * **

Hilsa kelee Mata belo Kelee shad √ *

Famili Chirocentridae Chirocentrus dorab Parang-parang Dorab wolf-herring √ *

Famili Engraulidae Thryssa hamiltonii Bilis Hamilton's thryssa √ ** *

Encrasicholina devisi Teri bulat Devis' anchovy √ - *

Stolephorus indicus Teri Indian anchovy √ *** ***

Famili Pristigasteridae Ilisha elongata Kemprit Elongate ilisha √ * *

Ordo Mugiliformes

Famili Mugilidae Moolgarda engeli Belanak Kanda * *

OrdoPerciformes

(20)

Tabel 2 Komposisi hasil tangkapan bulan Juni dan bulan Agustus 2013 (nama latin dan nama umum sudah disesuaikan dengan Fishbase (2014)) (Lanjutan)

Tingkatan taksonomi Nama Latin Nama lokal Nama umum D P K Rentang Jumlah

Juni Agustus

Ambassis miops Beseng Flag-tailed glass perchlet √ - **

Famili Apogonidae Ostorhinchus fasciatus Kada gemuk Broadbanded cardinalfish √ - *

Beseng cardinal - *

Famili Caesionidae Caesio cuning Ekor kuning Redbelly yellowtail fusilier *

Famili Carangidae Parastromateus niger Bawal hitam Black Pompret √ * *

Carangoides malabaricus Kuwe Malabar trevally √ * *

Scomberoides tol Talang Needlescaled queenfish √ * *

Selaroides leptolepis Selar kuning Yellowstripe scad √ * *

Alepes kleinii Gapret Razorbelly scad √ - **

Megalaspis cordyla Tengkek Torpedo scad √ *

Famili Drepaneidae Drepane punctata Bulan Spotted sicklefish √ - *

Famili Gobiidae Karsten totoyensis Gobi Blind goby √ - *

Famili Haemulidae Pomadasys argenteus Gerok Silver grunt √ * **

Famili Lactariidae Lactarius lactarius Bagas False trevally √ - **

Famili Leiognathidae Secutor insidiator Pepetek Pugnose ponyfish

*** ****

Leiognathus equulus Pepetek Common ponyfish √

(21)

Tabel 2 Komposisi hasil tangkapan bulan Juni dan bulan Agustus 2013 (nama latin dan nama umum sudah disesuaikan dengan Fishbase (2014)) (Lanjutan)

Tingkatan taksonomi Nama Latin Nama lokal Nama umum D P K Rentang Jumlah

Juni Agustus

Famili Lutjanidae Lutjanus sp. Kakap merah √ - *

Lutjanus russellii Kakap ekor kuning/jenaha Russeli's snapper √ - *

Famili Menidae Mene maculata Kantung semar Moonfish √ - *

Famili Mullidae Upeneus sulphureus Kuniran Sulphur goatfish √ ** **

Famili Nemipteridae Nemipterus japonicus Kurisi Japanese threadfin bream √ **

Famili Polynemidae Eleutheronema tetradactylum Kuro Fourfinger threadfin - *

Famili Scatopagidae Scatophagus argus Kiper Spotted scat √ * *

Famili Sciaenidae Aspericorvina jubata Totot Prickly croaker √ * *

Argyrosomus amoyensis Samge Amoy Croaker √ * ***

Argyrosomus sp. Tigawaja - *

Johnius belangerii Gulamah Belanger's croaker √ *

Famili Serranidae Epinephelus areolatus Kerapu Areolate grouper √ - *

Famili Scombridae Rastrelliger brachysoma Kembung bentrong Short mackerel √ * *

Rastrelliger kanagurta Kembung banyar Indian mackerel √ * *

Scomberomorus commerson Tenggiri Narrow-barred Spanish mackerel √ * *

Famili Siginidae Siganus javus Baronang Streaked spinefoot √ * *

Famili Sillaginidae Sillago sihama Rejung Silver sillago √ - *

(22)

Tabel 2 Komposisi hasil tangkapan bulan Juni dan bulan Agustus 2013 (nama latin dan nama umum sudah disesuaikan dengan Fishbase (2014)) (Lanjutan)

Tingkatan taksonomi Nama Latin Nama lokal Nama umum D P K Rentang Jumlah

Juni Agustus

Famili Stromateidae Pampus argenteus Bawal putih Silver pomfret √ * *

Famili Terapontidae Terapon theraps Kerong Largescaled terapon √ ** *

Terapon jarbua Kerong Jarbua terapon √ - *

Famili Trichiuridae Trichiurus lepturus Layur Largehead hairtail √ * *

Ordo Pleuronectiformes

Famili Cynoglossidae Cynoglossus abbreviatus Lidah Three-lined tongue sole √ * *

Famili Psettodidae Psettodes erumei Sebelah Indian halibut √ *

-Ordo Scorpaeniformes

Famili Platycephalidae Platycephalus indicus Baji baji Bartail flathead * *

Ordo Siluriformes

Famili Ariidae Hexanematichthys sagor Manyung Sagor catfish √ * *

Ordo Tetraodontiformes

Famili Monachantidae *

Famili Tetraodontidae Lagocephalus inermis Buntal Smooth blaasop * *

Famili Triacanthidae Triacanthus biaculeatus Tiga duri Short-nosed tripodfish √ *

-*

(23)

Tabel 3 Persentase hasil tangkapan ikan berdasarkan jenis makanannya (%)

Tabel 4 Jumlah spesies antarstasiun pada bulan Juni dan Agustus 2013 Tarikan

Berdasarkan Tabel 4, jumlah spesies yang didapatkan selama penelitian di tiga stasiun selama dua bulan pengamatan bervariasi. Secara spasial, jumlah spesies tertinggi terdapat di stasiun Kronjo dan jumlah spesies terendah terdapat di stasiun Tanjung Pasir. Secara temporal, jumlah spesies pada bulan Agustus lebih tinggi dibandingkan bulan Juni untuk ketiga stasiun.

Struktur komunitas juga dilihat dari indeks biologi. Sebaran kisaran indeks biologi ikan pada bulan Juni dan Agustus 2013, yang meliputi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi di perairan pesisir Kabupaten Tangerang disajikan pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6.

(24)

Gambar 5 Indeks keseragaman di stasiun Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir

Gambar 6 Indeks dominansi di stasiun Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir

Secara spasial, apabila dilihat dari nilai mediannya pada bulan Juni stasiun Cituis memiliki nilai indeks keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan Kronjo dan Tanjung Pasir, sedangkan pada bulan Agustus stasiun Kronjo memiliki nilai indeks keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan Cituis dan Tanjung Pasir. Secara temporal, nilai indeks keanekaragaman pada bulan Agustus di stasiun Kronjo dan Tanjung Pasir lebih besar dibandingkan bulan Juni, demikian juga dengan indeks dominansinya. Indeks keanekaragaman pada bulan

(25)

Juni di stasiun Cituis lebih besar dibandingkan bulan Agustus, demikian juga dengan indeks dominansinya.

Biomassa total ikan

Biomassa total ikan pada bulan Juni dan Agustus 2013 di stasiun Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir disajikan pada Gambar 7. Secara spasial, biomassa total ikan di stasiun Kronjo lebih besar dibandingkan Cituis dan Tanjung Pasir. Secara temporal, kisaran biomassa di stasiun Kronjo dan Cituis lebih besar pada bulan Agustus dibandingkan bulan Juni, sedangkan kisaran biomassa total ikan di stasiun Tanjung Pasir pada bulan Juni lebih besar dibandingkan bulan Agustus.

Gambar 7 Biomassa total ikan di stasiun Kronjo, Cituis, dan Tanjung Pasir

Koefisien variasi digunakan untuk mengetahui variasi biomassa total ikan yang ada di tiga stasiun perairan pesisir Kabupaten Tangerang. Koefisien variasi biomassa total ikan pada bulan Juni dan Agustus 2013 disajikan pada Tabel 5. Nilai koefisien variasi biomassa tertinggi pada bulan Juni terdapat di stasiun Tanjung Pasir, sedangkan pada bulan Agustus terdapat di stasiun Kronjo. Nilai koefisien variasi biomassa terendah pada bulan Juni, terdapat di stasiun Kronjo, sedangkan pada bulan Agustus, terdapat di stasiun Tanjung Pasir.

(26)

Tabel 5 Koefisien variasi (%) biomassa total ikan pada bulan Juni dan Agustus 2013

Pembahasan

Komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan yang didapatkan selama penelitian, berbeda dari hasil penelitian di lokasi lain. Pada penelitian ini ditemukan 58 spesies ikan, sedangkan di perairan Estuari Tagus ditemukan sebanyak 63 spesies ikan (Estrada et al. 2008), 76 spesies ikan di Teluk Kendari (Asriyana et al. 2009), 55 spesies ikan di Estuari Zeeschelde (Maes et al. 1998), dan 105 spesies ikan di Estuari Mayangan (Zahid et al. 2011). Adanya perbedan jumlah spesies di pesisir Kabupaten Tangerang dengan penelitian-penelitian di lokasi lainnya, dikarenakan adanya perbedaan ekosistem yang di dalamnya memiliki perbedaan komposisi biota. Selain itu, dapat disebabkan juga oleh perbedaan luas lokasi pengambilan contoh, waktu pengamatan, alat tangkap yang digunakan, dan pengaruh kegiatan antropogenik yang ada di lingkungan sekitar.

Beberapa sumber daya ikan demersal yang memiliki hasil tangkapan tinggi pada penelitian ini adalah ikan pepetek meliputi jenis Leiognathus equulus, Sequtor insidiator, dan Eubleekeria splendens (Tabel 2). Ikan pepetek banyak dijumpai di wilayah pesisir dan sekitar mulut muara. Salah satu spesies dari famili Leiognathidae, yaitu Leiognathus equulus merupakan jenis ikan yang mendiami perairan dangkal dan muara-muara sungai (Kottelat et al. 1993). Selain itu, ikan pepetek hidup di lingkungan bentopelagik (dasar perairan hingga mencapai permukaan), sebagian besar hidup di laut, beberapa di air payau dan air tawar. Ikan pepetek hidup pada kedalaman 10-110 m, dan biasanya ditemukan dalam gerombolan besar (James 1984 in Novitriana 2004).

Menurut Saadah (2000), secara alami ikan famili Leiognathidae memiliki tingkat pertumbuhan dan rekruitmen yang relatif tinggi. Badrudin et al. (1998) in Saadah (2000), mengatakan bahwa ikan pepetek memiliki daya tahan terhadap penangkapan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan ruaya ikan pepetek tidak terlalu jauh dan aktivitas geraknya relatif rendah. Selain itu, tingginya ikan pepetek L. equulus yang didapatkan pada bulan Agustus, dikarenakan bulan tersebut merupakan puncak pemijahan ikan pepetek L. equulus (Novitriana 2004).

(27)

Sumber daya ikan pelagis tertinggi adalah ikan teri atau Stolephorus indicus (Tabel 2). Tingginya ikan Stolephorus indicus yang didapatkan selama penelitian, dikarenakan ikan ini termasuk ikan yang bergerombol. Gerombolan ikan teri biasanya berada di pesisir dan memasuki daerah estuari (Fishbase 2014). Menurut Hutomo et al. (1987) Stolephorus indicus banyak ditemukan di Pantai Jawa terutama pada bulan Juli dan Agustus.

Sumber daya ikan karang tertinggi adalah ikan kerong atau Terapon theraps (Tabel 2). Hal ini diduga karena ikan kerong merupakan ikan karang yang sifatnya bergerombol. Saat dewasa, ikan ini hidup di daerah perairan pantai dan sering ditemukan di daerah payau (Fishbase 2014).

Berdasarkan jenis makanannya, dalam penelitian ini jenis ikan karnivora lebih banyak dibandingkan ikan pemakan jenis makanan lainnya (Tabel 3 dan Lampiran 2). Walaupun demikian, jumlah dari setiap jenisnya tidak terlalu banyak dan cenderung memiliki ukuran yang kecil. Apabila dilihat dari jumlah tangkapan, ikan planktivora, seperti ikan pepetek, didapatkan dalam jumlah yang tinggi. Adanya dominansi ikan planktivora dapat menjadi indikasi telah terjadinya overfishing. Menurut Pauly (1998), menurunnya jumlah ikan karnivora atau predator di suatu perairan mengindikasikan telah terjadinya fishing down the food web yang dapat disebabkan oleh adanya overfishing di perairan tersebut.

Struktur komunitas

Hasil tangkapan di stasiun Kronjo memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dibandingkan kedua stasiun lainnya (Tabel 4). Secara keseluruhan, jumlah spesies antarstasiun berbeda nyata (Kruskal Wallis, p<0.05), tetapi antarbulan pengamatan tidak berbeda nyata (Mann Whitney, p>0.05). Jumlah spesies antarbulan pengamatan untuk stasiun Kronjo antara bulan Juni dan Agustus berbeda nyata (Mann Whitney, p<0.05), sedangkan untuk stasiun Cituis dan Tanjung Pasir tidak berbeda nyata (Mann Whitney, p>0.05) (Lampiran 3).

(28)

Agustus dikarenakan tingginya hasil tangkapan ikan famili Leiognathidae yang meliputi Sequtor insidiator, Leiognathus equulus, dan Eubleekeria splendens. Tingginya nilai indeks dominansi di stasiun Cituis pada bulan Juni dikarenakan melimpahnya ikan Stolephorus indicus yang tertangkap, sedangkan tingginya nilai indeks dominansi di stasiun Tanjung pasir pada bulan Agustus dikarenakan melimpahnya ikan Argyrosomus amoyensis.

Salah satu indikasi tingginya spesies yang didapatkan di stasiun Kronjo adalah karena stasiun Kronjo memiliki luasan mangrove yang lebih luas dibandingkan kedua stasiun lainnya (Lampiran 4). Keberadaan mangrove sangat berpengaruh terhadap keberadaan ikan. Menurut Laegdsgaard dan Johnson (1995), Kuo et al. (1999), Ikejima et al. (2003), Mumby et al. (2004) in Nip dan Wong (2010), mangrove merupakan nursery ground yang penting untuk ikan. Ikan-ikan dari laut lepas akan menuju ke kawasan mangrove untuk mencari makanan, melakukan pemijahan, bahkan sebagai tempat perlindungan. Selain itu, menurut Wang et al. (2009), adanya tumbuhan mangrove memungkinkan biota terlindung dari predator dan gelombang dengan cara bersembunyi di bagian akar mangrove.

Keberadaan suatu spesies di dalam suatu perairan juga dipengaruhi oleh penyebaran, tingkah laku, adanya spesies lain (predator atau kompetitor), dan beberapa faktor fisika dan kimia perairan. Ada tidaknya spesies yang dipengaruhi oleh penyebaran, dikarenakan kebutuhan migrasi untuk memijah, menghindari lingkungan yang buruk, dan mencari makan (Krebs 1972). Suatu organisme dapat bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang biak karena adanya energi yang tersedia dalam makanannya. Hal ini diduga dapat mempengaruhi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi yang ada di ketiga stasiun penelitian. Nilai ketiga indeks tersebut antarstasiun tidak berbeda nyata (Kruskal Wallis, p>0.05), dan antarbulan pengamatan serta antarbulan dalam setiap stasiun juga tidak berbeda nyata (Mann Whitney, p>0.05) (Lampiran 5).

Biomassa total ikan

Biomassa total ikan di tiga stasiun tidak terlalu tinggi, kecuali di stasiun Kronjo pada bulan Agustus yang disebabkan oleh melimpahnya ikan pepetek. Apabila dilihat dari kondisi lingkungan, status mutu air di di tiga stasiun selama musim timur tahun 2013 yaitu tercemar sedang, walaupun ada beberapa titik di stasiun Tanjung Pasir yang tercemar ringan (Lampiran 4). Kondisi lingkungan pesisir Kabupaten Tangerang yang sudah tercemar akibat pengaruh antropogenik, dapat menyebabkan biota khususnya ikan mendapat tekanan lingkungan, sehingga dapat menyebabkan populasinya menjadi berkurang. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi rendahnya biomassa total ikan di pesisir Kabupaten Tangerang. Menurut Zahid et al. (2011) kekayaan biologis di suatu ekosistem dapat mencerminkan kesehatan lingkungannya.

(29)

dibandingkan Cituis dan Tanjung Pasir, sehingga menjadi indikasi tingginya biomassa total ikan di stasiun tersebut.

Secara temporal, kisaran biomassa total ikan pada bulan Agustus lebih tinggi dibandingkan bulan Juni untuk stasiun Kronjo dan Cituis, sedangkan untuk stasiun Tanjung Pasir biomassa total ikan pada bulan Juni lebih besar dibandingkan bulan Agustus. Perbedaan biomassa total ikan pada kedua bulan tersebut tidak terlepas dari perbedaan kondisi oseanografis, seperti angin, arus, dan tinggi gelombang (Lampiran 6, Lampiran 7, dan Lampiran 8). Menurut Balitang KP (2013), bahwa pada bulan Juni, pola arus permukaan pesisir Kabupaten Tangerang sebagian besar berasal dari arah selatan, dan pada bulan Agustus berasal dari arah timur (Lampiran 6 dan Lampiran 7). Menurut Wyrtki (1961), bulan Juni sampai September merupakan angin musim timur, pada musim tersebut arus datang dari sebelah timur menuju arah barat Laut Jawa. Bulan Juni merupakan awal musim timur, sehingga arus yang bergerak tidak tepat berasal dari arah timur, tetapi juga berasal dari arah selatan pesisir Kabupaten Tangerang.

Nilai kecepatan arus dan kecepatan angin di beberapa titik sebelah utara pesisir Kabupaten Tangerang pada bulan Agustus lebih besar dibandingkan bulan Juni (Lampiran 8) (BMKG 2013). Arus yang tinggi membuat ikan tidak perlu mengeluarkan energi lebih banyak untuk melakukan pergerakan. Ikan tersebut akan terbawa dengan sendirinya oleh arus hingga sampai di wilayah pesisir.

Apabila dilihat dari pola arus permukaan yang didapatkan dari Balitbang KP (2013), pada bulan Agustus pola arus cenderung menuju ke wilayah pesisir Kabupaten Tangerang (Lampiran 7), sehingga ikan yang tertangkap memiliki biomassa yang lebih tinggi khususnya untuk stasiun Kronjo dan Tanjung Pasir. Hal ini berbeda dengan bulan Juni yang memiliki pola arus yang menjauhi wilayah pesisir (Lampiran 6) sehingga biomassa ikan yang tertangkap lebih sedikit.

Tingginya gelombang pada bulan Agustus (Lampiran 8) menyebabkan ikan-ikan yang ada di pesisir Kabupaten Tangerang bergerak menuju pesisir yang terdapat mangrove dengan tujuan untuk berlindung. Hal tersebut mengindikasikan tingginya biomassa total ikan pada bulan Agustus dibandingkan bulan Juni khususnya untuk stasiun Kronjo dan Cituis. Kondisi oseanografis baik kecepatan angin, kecepatan arus, dan tinggi gelombang yang didapatkan dari BMKG (2013) berbeda nyata antara bulan Juni dan bulan Agustus (Mann Whitney, p<0.05) (Lampiran 9). Hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi fluktuasi biomassa total ikan di pesisir Kabupaten Tangerang.

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Keanekaragaman spesies dan biomassa total ikan di pesisir Kabupaten Tangerang bervariasi secara spasial dan temporal. Secara keseluruhan, biomassa total ikan di pesisir Kabupaten Tangerang tidak terlalu tinggi. Biomassa total ikan di Kronjo lebih besar dibandingkan Cituis dan Tanjung Pasir. Biomassa total ikan di Kronjo dan Cituis lebih tinggi pada bulan Agustus dibandingkan bulan Juni, sedangkan untuk Tanjung Pasir biomassa total ikan pada bulan Juni lebih besar dibandingkan bulan Agustus. Adanya variasi kenaekaragaman spesies dan perbedaan biomassa total ikan pada setiap stasiun selama dua bulan pengamatan dapat disebabkan oleh perbedaan luasan mangrove, kondisi lingkungan, dan kondisi oseanografis yang berbeda.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai struktur komunitas dan biomassa total ikan pada waktu musim barat, sehingga dapat dibandingkan hasilnya pada setiap periode musimnya. Hal ini dikarenakan ikan merupakan sumber daya yang senantiasa bergerak setiap waktu. Saran pengelolan untuk pesisir Kabupaten Tangerang adalah perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan oleh seluruh stakeholders terkait dengan kondisi perairan yang mendapat banyak pengaruh antropogenik dan degradasi lingkungan agar sumber daya ikan tetap lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Allen G, Swainston R, Ruse J. 1999. Marine Fishes of Tropical Australia and South-east Asia : A Field Guide For Anglers and Divers. Singapore (SG) : Periplus Editions (HK) Ltd.

Asriyana, Rahardjo MF, Sukimin S, Lumban Batu DF, Kartamihardja ES. 2009. Keanekaragaman Ikan di Perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Iktiologi Indonesia. 9(2) : 97-112

Balitbang KP [Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan]. 2013. Data arus permukaan di perairan Tangerang. Jakarta(ID): KKP.

BMKG [Badan Meteorologi dan Geofisika]. 2014. Data Angin, Arus dan Gelombang Pesisir Tangerang Bulan Juni dan Agustus 2013. Jakarta (ID): BMKG.

(31)

Brower JE dan Zar JH. 1989. Field and Laboratory Methods For General Ecology 3th Ed. Wm. C. Brown Company Publishers Dubuque.

DKP [Dinas Kelautan dan Perikanan] Kabupaten Tangerang. 2013. Profil Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang. Banten (ID). DKP Kab. Tangerang.

Effendie, M I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta (ID). Yayasan Pustaka Nusatama.

Estrada, Costa MJ, Vasconcelos R. 2007. Estimating Fish Community Diversity from Environmental Features in The Tagus Estuary (Portugal). J. Appl. Ichthyol. 24 (2008): 150–162.

FAO. [Food And Agriculture Organization]. 2001. The Living Marine Of The Western Central Pacific Volume 5 Bony fishes part 3 (Menidae to Pomacentridae). Edited by Carpenter KE and Niem VH. Rome: FAO

Fishbase. 2014. Klasifikasi dan jenis makanan ikan. [internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada : http://www.fishbase.org.

Fulton CJ, Belwood DR. 2005. Wave Energy and Swimming Performance Shape Coral Reef Fish Assemblages. The Royal Society Science Biology Australia 272 (1565): 827-832.

Google. 2014. Metode swept area. [internet]. [diunduh 2014 Feb 9]. Tersedia dari : http://www.google.com.

Hutomo M, Burhanuddin, Djamali A, S. Matosewojo. 1987. Sumberdaya ikan teri di Indonesia. Pusat Penelitian dan pengembangan Oseanogologi. LIPI. Jakarta. 80 hlm.

Jiang RJ. Xue LJ. Zhang HL, Zhu ZJ. 2013. Feeding habits of Ilisha elongata in the East China Sea. Marine Fisheries 2013-02.

Jin X. 2004. Long-term Changes in Fish Community Structure in The Bohai Sea China. Journal of Estuarine, Coastal and Shelf Science 59(2004): 163-171. Kailola PJ, Thomas GT. 1984. Trawled Fishes of Southern Indonesia and

Northwestern Australia. Canberra (AU): Australian Development Assistance Bureau ; Jakarta (ID): Directorate General of Fisheries ; Eschborn (DE): German Agency for Technical Cooperation.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan air tawar Indonesia Bagian Barat. Jakarta (ID). Periplus Editions Limited.

Krebs CJ. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. New York (US). Harper and Rows Publ.

LPPM [Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat]. 2013. Kajian Status Terkini Sumberdaya Perikanan dan Pencemaran Perairan Laut dari Ujung Barat teluk Jakarta hingga Ujung Barat Pesisir Kabupaten Tangerang. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Maes JA , Van Damne PA, Cottenie K, Ollevier F. 1998. Seasonal Patterns in The Fish and Crustacean Community of a Turbid Temperate Estuary (Zeeschelde Estuary, Belgium). Estuarine, Coastal and Shelf Science. 47 (1998): 143–151.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement Croom. London (GB). Ltd London.

(32)

Nip THM, Chong KW. 2010. Juvenile Fish Assemblages in Mangrove and Non-Mangrove Soft-Shore Habitats in Eastern Hong Kong. Zoological Studies 49(6): 760-778.

Novitriana R, Ernawati Y. Rahardjo MF. 2004. Aspek Pemijahan Ikan Petek Leiognathus Equulus, Forsskal 1775 (Fam. Leiognathidae) Di Pesisir Mayangan Subang, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia 4(1).

Odum EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi [Terjemahan dari Fundamentals Of Ecology ,3 Edition]. Samingan Tjahjono. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.697 hlm.

Odum EP. 1971. Fundamentals Of Ecology. United State of America (US): Sounders Toronto.

Pauly D. 1998. Fishing down marine food webs. Science 279: 860-863.

Primavera JH. 1998. Mangroves as nurseries: shrimp populations in mangrove and non-mangrove habitats. Estuarine,Coastal and Shelf Science. 46: 457– 464.

Putri IM. 2012. Makanan ikan bilis (Thryssa hamiltonii, Gray 1835) di perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 12(1):93-97. Rahardjo MF. Murniati B. Charles PHS. Ahmad Z. 2006. Komposisi Makanan

Ikan Selanget, Anodontostoma chacunda, H.B. 1822 (Pisces: Clupeidae) di Perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Journal of Fisheries Sciences. 8(2). Republika. 2013. Lautan Sampah di Pesisir Pantai Bukti Pemkab Tangerang Tak

Cakap [internet]. [diunduh 2014 Feb 9]. Tersedia dari : http://www.republika.co.id.

Ridho MR, Nurhakim S. 2005. Kebiasaan makanan ikan beloso (Saurida undosquamis) di Perairan Laut Cina Selatan, bagian Selatan (LCS). Fakultas Biologi Universitas Jendral Soedirman. 22(1) :1-5.

Rice J, Gislason H. 1996. Patterns of Changes in The Size Spectra of Numbers and Diversity of The North Sea Fish Assemblage, as Reflected in Surveys and Models. ICES Journal of Marine Science 53: 1214-1225.

Saadah. 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan Petek (Leiognathus splendens Cuv.) di Perairan Teluk Labuan, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schuster WH, Djajadiredja RR. 1952. Local Common Names of Indonesian Fishes. Bandung (ID): W van Hoeve.

Sparre P. Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku E-manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitiaan dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 438 hal.

Sheridan P, Hays C. 2003. Are Mangroves Nursery Habitat for Transient Fishes And Decapods?. Wetland, Vol. 23(2):449-458.

Wang M, Huang ZSF, Wang W. 2009. Are Vegetated Areas Mangroves Attractive to Juvenile and Small Fish ? The case of Dongzhai-gang Bay, Hainan Island, China. Estuarine Coastal and Shelf Science 85: 208-217. Whittaker RH. 1970. Communities and Ecosystem. London (GB): MacMillan

&Co.

(33)

Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of The South Asian Waters. The University of California, California (US). Scripps Institution of Oceanography.

(34)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar beberapa ikan yang tertangkap selama penelitian

Alepes kleinii Ambassis vachellii

Anodontostoma chacunda Argyrosomus amoyensis

Argyrosomus sp. Caesio cuning

(35)

Cynoglossus abbreviatus Drepane punctata

Dussumieria elopsoides Eleutheronema tetradactylum

Encrasicholina devisi Epinephelus areolatus

(36)

Ilisha elongata Johnius belangerii

Karsten totoyensis Lactarius lactarius

Lagocephalus inermis Lutjanus russellii

(37)

Nemipterus japonicus Ostorhinchus fasciatus

Pampus argenteus Parastromateus niger

Platycephalus indicus

Pomadasys argenteus

(38)

Rastrelliger kanagurta Sardinella gibbosa

Scatophagus argus Scomberoides tol

Secutor insidiator Siganus javus

(39)

Scomberomorus commerson Stolephorus indicus

Terapon jarbua Terapon theraps

Thryssa hamiltonii Trichiurus lepturus

(40)

Lampiran 2 Hasil tangkapan berdasarkan jenis makanan

 Kronjo Juni

Jenis Ikan Jenis makanan

Anodontostoma chacunda Planktivora (Rahadrjo et.al 2006)

Aspericorvina jubata Karnivora (Kailola dan Tarp 1984)

Caesio cuning Planktivora (Fishbase 2014)

Carangoides malabaricus Karnivora (Fishbase 2014)

Cynoglossus abbreviatus Karnivora (Fishbase 2014)

Dussumieria elopsoides Planktivora (Fishbase 2014)

Hexanematichthys sagor Karnivora (Fishbase 2014)

Hilsa kelee Karnivora (Fishbase 2014)

Ilisha elongata Karnivora (Jiang et.al 2013)

Johnius belangerii Karnivora (Fishbase 2014)

Lagocephalus inermis Omnivora (Fishbase 2014)

Eubleekeria splendens Planktivora (FAO 2001)

Leiognathus equulus Planktivora (Lisnawati 2004)

Moolgarda engeli Planktivora (Fishbase 2014)

Nemipterus japonicus Karnivora (Fishbase 2014)

Pampus argenteus Planktivora (Fishbase 2014)

Platycephalus indicus Karnivora (Fishbase 2014)

Pomadasys argenteus Karnivora (Fishbase 2014)

Psettodes erumei Karnivora (Fishbase 2014)

Rastrelliger kanagurta Planktivora (Fishbase 2014)

Sardinella gibbosa Karnivora (Fishbase 2014)

Saurida undosquamis Karnivora (Ridho et.al 2005)

Scatophagus argus Omnivora (Fishbase 2014)

Scomberomorus commerson Karnivora (Fishbase 2014)

Selaroides leptolepis Karnivora (Fishbase 2014)

Secutor insidiator Omnivora (Fishbase 2014)

Siganus javus Herbivora (Fishbase 2014)

Sphyraena jello Karnivora (Fishbase 2014)

Stolephorus indicus Planktivora (Fishbase 2014)

Terapon theraps Karnivora (Fishbase 2014)

Thryssa hamiltonii Karnivora (Putri 2012)

Triacanthus biaculeatus Omnivora (Fishbase 2014)

Trichiurus lepturus Karnivora (Fishbase 2014)

(41)

Lampiran 2 Hasil tangkapan berdasarkan jenis makanan (Lanjutan)

 Kronjo Agustus

Jenis Ikan Jenis makanan

Alepes kleinii Planktivora (Fishbase 2014)

Ambassis vachellii Omnivora (Fishbase 2014)

Apogonidae Karnivora ( Kailola dan Tarp 1984)

Anodontostoma chacunda Planktivora (Rahardjo et.al 2006)

Aspericorvina jubata Karnivora (Kailola dan Tarp 1984)

Carangoides malabaricus Karnivora (Fishbase 2014)

Cynoglossus abbreviatus Karnivora (Fishbase 2014)

Drepane punctata Karnivora (Fishbase 2014)

Dussumieria elopsoides Planktivora (Fishbase 2014)

Eleutheronema tetradactylum Karnivora (Fishbase 2014)

Hexanematichthys sagor Karnivora (Fishbase 2014)

Hilsa kelee Karnivora (Fishbase 2014)

Lactarius lactarius Karnivora (Fishbase 2014)

Lagocephalus inermis Omnivora (Fishbase 2014)

Eubleekeria splendens Planktivora (FAO 2001)

Leiognathus equulus Planktivora (Lisnawati 2004)

Lutjanus russellii Karnivora (Fishbase 2014)

Lutjanus sp. Karnivora (Kailola dan Tarp 1984)

Mene maculata Karnivora (Fishbase 2014)

Ostorhinchus fasciatus Karnivora (Fishbase 2014)

Pampus argenteus Planktivora (Fishbase 2014)

Parastromateus niger Karnivora (Fishbase 2014)

Platycephalus indicus Karnivora (Fishbase 2014)

Pomadasys argenteus Karnivora (Fishbase 2014)

Argyrosomus amoyensis Karnivora (Fishbase 2014)

Rastrelliger brachysoma Planktivora (Fishbase 2014)

Rastrelliger kanagurta Planktivora (Fishbase 2014)

Sardinella gibbosa Karnivora (Fishbase 2014)

Scatophagus argus Omnivora (Fishbase 2014)

Scomberoides tol Karnivora (Fishbase 2014)

Scomberomorus commerson Karnivora (Fishbase 2014)

Secutor insidiator Planktivora (FAO 2001)

Siganus javus Herbivora (Fishbase 2014)

Sillago sihama Karnivora (Fishbase 2014)

Sphyraena jello Karnivora (Fishbase 2014)

(42)

Lampiran 2 Hasil tangkapan berdasarkan jenis makanan (Lanjutan)

 Kronjo Agustus

Jenis Ikan Jenis makanan

Terapon jarbua Omnivora (Fishbase 2014)

Terapon theraps Karnivora (Fishbase 2014)

Thryssa hamiltonii Karnivora (Putri 2012)

Trichiurus lepturus Karnivora (Fishbase 2014)

Upeneus sulphureus Karnivora (Fishbase 2014)

 Cituis Juni

Jenis Ikan Jenis makanan

Caesio cuning Planktivora (Fishbase 2014)

Chirocentrus dorab Karnivora (Fishbase 2014) Dussumieria elopsoides Planktivora (Fishbase 2014) Hexanematichthys sagor Karnivora (Fishbase 2014) Lagocephalus inermis Omnivora (Fishbase 2014) Eubleekeria splendens Planktivora (FAO 2001) Leiognathus equulus Planktivora (Lisnawati 2004) Megalaspis cordyla Karnivora (Fishbase 2014) Moolgarda engeli Planktivora (Fishbase 2014) Nemipterus japonicus Karnivora (Fishbase 2014) Pampus argenteus Planktivora (Fishbase 2014) Parastromateus niger Karnivora (Fishbase 2014) Platycephalus indicus Karnivora (Fishbase 2014) Rastrelliger kanagurta Planktivora (Fishbase 2014) Sardinella gibbosa Karnivora (Fishbase 2014)

Scatophagus argus Omnivora (Fishbase 2014)

Scomberoides tol Karnivora (Fishbase 2014)

Scomberomorus commerson Karnivora (Fishbase 2014) Selaroides leptolepis Karnivora (Fishbase 2014)

Secutor insidiator Planktivora (FAO 2001)

Stolephorus indicus Planktivora (Fishbase 2014)

Terapon theraps Karnivora (Fishbase 2014)

(43)

Lampiran 2 Hasil tangkapan berdasarkan jenis makanan (Lanjutan)

 Cituis Agustus

Jenis Ikan Jenis makanan

Ambassis vachellii Omnivora (Fishbase 2014)

Anodontostoma chacunda Planktivora (Rahardjo et.al 2006)

Argyrosomus sp. Karnivora (Kailola dan Tarp 1984)

Caesio cuning Planktivora (Fishbase 2014)

Drepane punctata Karnivora (Fishbase 2014)

Dussumieria elopsoides Planktivora (Fishbase 2014)

Epinephelus areolatus Karnivora (Fishbase 2014)

Hexanematichthys sagor Karnivora (Fishbase 2014)

Ilisha elongata Karnivora (Jiang et. al 2013)

Lactarius lactarius Karnivora (Fishbase 2014)

Eubleekeria splendens Planktivora (FAO 2001)

Leiognathus equulus Planktivora (Lisnawati 2004)

Moolgarda engeli Planktivora (Fishbase 2014)

Pampus argenteus Planktivora (Fishbase 2014)

Parastromateus niger Karnivora (Fishbase 2014)

Platycephalus indicus Karnivora (Fishbase 2014)

Pomadasys argenteus Karnivora (Fishbase 2014)

Rastrelliger brachysoma Planktivora (Fishbase 2014)

Rastrelliger kanagurta Planktivora (Fishbase 2014)

Sardinella gibbosa Karnivora (Fishbase 2014)

Saurida undosquamis Karnivora (Ridho et.al 2005)

Scatophagus argus Omnivora (Fishbase 2014)

Scomberomorus commerson Karnivora (Fishbase 2014)

Selaroides leptolepis Karnivora (Fishbase 2014)

Secutor insidiator Planktivora (FAO 2001)

Sillago sihama Karnivora (Fishbase 2014)

Sphyraena jello Karnivora (Fishbase 2014)

Stolephorus indicus Planktivora (Fishbase 2014)

Terapon theraps Karnivora (Fishbase 2014)

Thryssa hamiltonii Karnivora (Putri 2012)

Trichiurus lepturus Karnivora (Fishbase 2014)

Upeneus sulphureus Karnivora (Fishbase 2014)

 Tanjung Pasir Juni

Jenis Ikan Jenis makanan

Dussumieria elopsoides Planktivora (Fishbase 2014)

Johnius belangerii Karnivora (Fishbase 2014)

(44)

Lampiran 2 Hasil tangkapan berdasarkan jenis makanan (Lanjutan)

 Tanjung Pasir Juni

Jenis Ikan Jenis makanan

Lagocephalus inermis Omnivora (Fishbase 2014)

Platycephalus indicus Karnivora (Fishbase 2014)

Argyrosomus amoyensis Karnivora (Fishbase 2014)

Scatophagus argus Omnivora (Fishbase 2014)

Secutor insidiator Planktivora (FAO 2001)

Terapon theraps Karnivora (Fishbase 2014)

Upeneus sulphureus Karnivora (Fishbase 2014)

 Tanjung Pasir Agustus

Jenis ikan Jenis makanan

Ambassis vachellii Omnivora (Fishbase 2014)

Cynoglossus abbreviatus Karnivora (Fishbase 2014)

Hexanematichthys sagor Karnivora (Fishbase 2014)

Karsten totoyensis Karnivora (Fishbase 2014)

Lagocephalus inermis Omnivora (Fishbase 2014)

Platycephalus indicus Karnivora (Fishbase 2014)

Argyrosomus amoyensis Karnivora (Fishbase 2014)

Saurida undosquamis Karnivora (Ridho et.al 2005)

Secutor insidiator Planktivora (FAO 2001)

Terapon jarbua Omnivora (Fishbase 2014)

Lampiran 3 Uji statistik jumlah spesies

Banyaknya Jenis

p-value

taraf

nyata kesimpulan

Banyaknya Jenis antar stasiun 0.000 0.05 berbeda nyata

Banyaknya jenis antar bulan 0.164 0.05

tidak berbeda nyata

(45)

Lampiran 4 Gambaran kondisi lingkungan pesisir Kabupaten Tangerang

Sebab Akibat

Kronjo

Luas mangrove 48.5 haa Kualitas air tercemar sedang b Sungai yang bermuara : Cipasilian, Cimandiri, Cimauk, Cileuleus

Cituis

Luas mangrove 8.402 ha a Kualitas air tercemar sedang b

Sungai yang bermuara : Cirarab, anak sungai Cisadane

Tanjung Pasir

Luas mangrove 2.5 ha a

Kualitas air tercemar ringan hingga sedangb

Sungai yang bermuara : Cisadane

Kronjo memiliki jumlah spesies dan biomassa total ikan paling tinggi pada bulan Juni maupun Agustus dibandingkan Cituis dan Tanjung Pasir.

a

Sumber : DKP Kabupaten Tangerang (2013)

b

Sumber : LPPM (2013)

Lampiran 5 Uji statistik indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi

(46)

Lampiran 5 Uji statistik indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks

Indeks dominansi antar bulan per stasiun

Lampiran 6 Pola arus permukaan di perairan pesisir Kabupaten Tangerang bulan Juni 2013 (Balitbang KP 2013)

(47)

Lampiran 8 Data kecepatan arus, kecepatan angin, dan tinggi gelombang di beberapa titik pesisir Kabupaten Tangerang (BMKG 2013)

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

cm

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

K

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

(48)

Lampiran 8 Data kecepatan arus, kecepatan angin, dan tinggi gelombang di

Lampiran 9 Uji statistik data oseanografis

Data Oseanografis p-value taraf nyata Kesimpulan

Kecepatan Arus antar bulana 0.021 0.05 berbeda nyata

Tinggi gelombang antar bulana 0.021 0.05 berbeda nyata

Kecepatan angin antar bulana 0.021 0.05 berbeda nyata

a

Sumber : BMKG (2013)

Lampiran 10 Uji statistik biomassa total ikan

Biomassa Ikan

p-value

taraf

nyata Kesimpulan

Biomassa total ikan antar stasiun 0.005 0.05 berbeda nyata

Biomassa total ikan antar bulan

0.712 0.05

tidak berbeda nyata

(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nina Nurmalia Dewi. Lahir di Subang, 23 September 1992. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Wati Rosmawati dan Slamet Tova. Penulis mulai mengikuti pendidikan di sekolah dasar di SDN CISALAK 3 lulus pada tahun 2004. Melanjutkan di SMPN 1 CISALAK lulus pada tahun 2007 dan dilanjutkan sekolah di SMAN 1 SUBANG lulus pada tahun 2010. Penulis lulus menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1  Diagram alir rumusan masalah struktur komunitas dan biomassa ikan di perairan pesisir Kabupaten Tangerang
Gambar 2  Lokasi penelitian di tiga stasiun pesisir Kabupaten Tangerang (A: Kronjo, B: Cituis, C: Tanjung Pasir)
Tabel 1  Jumlah tarikan pengambilan contoh ikan di setiap stasiun pada bulan Juni dan Agustus 2013
Gambar 3  Penetapan luas area sapuan (a) biomassa total ikan dengan metode swept area (sumber: google 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil perhitungan dengan menggunakan model regresi penuh ( Full Model Regression ) diperoleh dengan nilai koefisien regresi beberapa karakteristik perilaku

masyarakat dalam melakukan pendaftaran tanah yang diperoleh melalui warisan di.

[r]

Industri yang berkembang di Tuban adalah industri terasi yang merupakan oleh- oleh khas Tuban.Peluang industri terasi didukung dengan adanya pengembangan kawasan

Penelitian ini bertujuan mengkaji struktur diameter tegakan pohon berdasarkan distribusi kelas diameter pohon pada berbagai tipe vegetasi yang terdapat di Gunung

Pada gilirannya media baru yang dalam bentuk media sosial juga ikut menambah daftar ustaz selebriti yang kini lebih diminati anak muda dengan memiliki follower yang begitu

Tidak lupa juga hal yang diperhatian oleh peneliti adalah kondisi ekonomi para petani dan bentuk-bentuk strategi yang mereka lakukan sehingga masih bertahan