SKRIPSI
NUR RADIAH
UJI STABILITAS WARNA FERRI SALISILAT
PADA SEDIAAN SERBUK TABUR ASAM
SALISILAT TERHADAP POLA PENYIMPANAN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
VISIBEL
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
i
SKRIPSI
NUR RADIAH
UJI STABILITAS WARNA FERRI SALISILAT
PADA SEDIAAN SERBUK TABUR ASAM
SALISILAT TERHADAP POLA PENYIMPANAN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
VISIBEL
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
Lembar Pengesahan
UJI STABILITAS WARNA FERRI SALISILAT PADA
SEDIAAN SERBUK TABUR ASAM SALISILAT
TERHADAP POLA PENYIMPANAN DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang 2013
Oleh:
NUR RADIAH 09040020
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
iii
Lembar Pengujian
UJI STABILITAS WARNA FERRI SALISILAT PADA
SEDIAAN SERBUK TABUR ASAM SALISILAT
TERHADAP POLA PENYIMPANAN DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 20 Juli 2013
Oleh : NUR RADIAH Nim : 09040020 Tim Penguji :
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. H. Amirudin Prawita., Apt Drs. H. Achmad Inoni., Apt NIP UMM. 0020124205
Penguji III Penguji IV
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan juga sholawat salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga tugas akhir yang berjudul “ Uji Stabilitas Warna Ferri Salisilat Pada Sediaan Serbuk Tabur Asam Salisilat Terhadap Pola Penyimpanan Dengan Metode Spektrofotometri Visibel “ dapat terselesaikan.
Tersusunnya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
secara moral maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini tak lupa
peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran
selama proses pengerjaan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Amirudin Prawita, Apt selaku pembimbing utama dan
Bapak Drs. Achmad Inoni., Apt selaku pembimbing serta atas segala
waktu, kesabaran, ketelitian, bimbingan serta memberikan masukan
selama peneliti menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Ibu Engrid Juni Astuti, S.Farm., Apt dan Ibu Arina Swastika Maulita,
S.Farm., Apt selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan
hingga terselesaikan tugas akhir ini.
4. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, Ibu
Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp. Mat., atas kesempatan yang diberikan
untuk mengikuti program sarjana.
5. Bapak dan Ibu tersayang dan yang kucintai yang setiap saat selalu
mendoakanku agar menjadi anak yang sukses & sholehah , serta adiku
Atun, Iin serta keluarga besar yang senantiasa memberikan kasih sayang,
perhatian, dukungan serta doa pada peneliti.
6. Ketua Program Studi Farmasi Ibu Dra. Uswatun Chasanah, Apt yang
dengan senantiasa dan sabar memberikan bimbingan dan semangat untuk
v
7. Ibu Sovia Aprina Basuki, S. Farm., Apt, selaku Kepala Laboratorium
Kimia Terpadu II, yang telah memberikan kesempatan untuk
menggunakan fasilitas laboratorium dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Ibu Ika Ratna Hidayati, S. Farm., Apt selaku dosen wali yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat selama masa pendidikan.
9. Seluruh staff pengajar Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang atas segala bimbingan dan bekal ilmu yang
diberikan selama masa pendidikan.
10.Mbak susi dan Mas Ferdy selaku laboran, terima kasih atas semua
bantuan waktu dan tenaga selama penyelesaian tugas akhir ini.
11.Teman-teman seperjuangan dalam ‘ Team Kimia ‘ Ratu, Uyan, Desi, Devi dan Martin atas kerjasamanya, bantuan serta semangat selama penelitian.
12.Teman-teman seperjuangan Uyan, Desi, Aeni, Nia, Yola, Ogik, Sari dan
mbak Aidha yang telah memberikan semangat dan dukungan serta
menemani peneliti dalam masa-masa suka dan duka.
13.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang 2009, tempat bertukar pikiran dan candaan
kalian selama dikelas, semoga kita semua menjadi orang-orang sukses
dunia wal akhirat.
14.Ibu Kos yang telah setia, perhatian dan sayang serta teman-teman kos di
Jl. Bendungan Sutami No. 28 Malang tempat berkeluh kesah selama ini,
terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
15.Semua pihak yang telah memberi bantuan kepada peneliti baik langsung
maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Tidak ada satupun kebenaran dan kesempurnaan kecuali milik Allah SWT.
Akhirnya, tugas akhir yang masih banyak kekurangan ini peneliti persembahkan
kepada almamater Fakultas Ilmu Kesehatan Univeersitas Muhammadiyah Malang
dengan harpan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Malang, Sabtu 20 Juli 2013
Penyusun
vi
RINGKASAN
UJI STABILITAS WARNA FERRI SALISILAT PADA
SEDIAAN SERBUK TABUR ASAM SALISILAT TERHADAP
POLA PENYIMPANAN DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
Nur Radiah
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia digunakan sebagai antiseptik, analgesik dan keratolitik. biasa digunakan oleh masyarakat sebagai obat topikal. Untuk melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan asam salisilat dengan konsentrasi tinggi, BPOM telah menetapkan kadar maksimum untuk asam salisilat yang diizinkan terkandung dalam produk kosmetik adalah tidak boleh lebih dari 2%. Sehingga perlu dilakukan peningkatan terhadap pengawasan mutu , salah satunya kadar bahan aktif asam salisilat dengan uji stabilitas warna ferri salisilat untuk mengetahui perubahan warna dan pengaruh kadar dari asam salisilat setelah dilakukan penyimpanan pada suhu ruangan serta memenuhi parameter validasi metode, meliputi linearitas, akurasi dan presisi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu uji stabilitas warna ferri salisilat terhadap waktu penyimpanan pada suhu ruangan. Variabel dependent yang digunakan adalah variabel waktu peyimpanan, dan variabel independent adalah kadar asam salisilat.
Kadar Asam salisilat ditetapkan dengan cara diukur absorbansinya didaerah visibel dengan bantuan alat Spektrofotometri UV single Beam 1240. Diawali dengan pembuatan larutan baku asam salisilat kemudian dilakukan pengukuran baku kerja dengan konsentari 57,76 ppm untuk mendapatkan panjang gelombang maksimum yaitu 561 nm. Kemudian pembuatan larutan sampel untuk dilakukan validasi metode analisis dan uji stabiltas warna ferri salisilat.
Uji linearitas dilakukan pada kadar 14,44; 28,88; 43,32; 57,76; 72,20 ppm. Uji akurasi dilakukan pada kadar 50%, 100%, dan 150% dengan masing-masing replikasi sebanyak 3x. Uji presisi dilakukan pada sampel serbuk tabur asam salisilat dengan kadar 57,76 yang direplikasi sebanyak 6x. Uji Stabilitas warna ferri salisilat dilakukan penyimpanan pada suhu ruangan mulai dari jam ke-0, jam ke-2, jam ke-4 dan jam ke-6, kemudian dilakukan pengukuran setiap waktu penyimpanan untuk mengetahui pengaruh kadar asam salisilat.
Uji penentuan waktu pengocokan secara optimal dilakukan pembuatan 5 larutan baku kerja yang berbeda kadar kemudian direaksikan dengan pereaksi FeCl3. Ditentukan waktu pengocokan pada menit ke-1, menit ke-2 dan menit ke-3, kemudian diukur absorbansinya.
vii
Uji stabilitas larutan ferri salisilat menunjukan ketidakstabilan terhadap penyimpanan pada suhu ruangan yaitu pada jam ke-6, larutan tersebut dinyatakan sudah mengalami perubahan kadar. Sedangkan pada jam ke-0 sampai jam ke-4 larutan ferri salisilat dinyatakan stabil, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna antara kadar asam salisilat dengan waktu penyimpanan. Asam salisilat relatif tidak stabil apabila dalam bentuk larutan ferri salisilat yang membentuk warna ungu tua. Oleh karena itu, untuk menganalisis kadar asam salisilat dari larutan ferri salisilat setelah dilakukan penyimpanan dapat digunakan metode spektrofotometri yang relatif lebih murah dengan hasil ketelitian dan ketepatan yang baik.
viii ABSTRAK
UJI STABILITAS WARNA FERRI SALISILAT PADA SEDIAAN SERBUK TABUR ASAM SALISILAT TERHADAP POLA
PENYIMPANAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
BPOM telah menetapkan kadar maksimum untuk asam salisilat yang diizinkan terkandung dalam produk kosmetik adalah tidak boleh lebih dari 2%. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan warna dan kadar asam salisilat pada larutan larutan ferri salisilat setelah dilakukan penyimpanan pada suhu ruangan. Serbuk Tabur Asam Salisilat didapat dari salah satu apotek yang ada di kota Malang, sebanyak 1 kotak. Penelitian dimulai dengan validasi metode analisis meliputi : linieritas, akurasi dan presisi, dan uji stabilitas warna. Jumlah kadar diukur didaerah visibel setiap 2 jam, dimulai dari jam 0, jam ke-2, jam ke-4 dan jam ke-6 dengan bantuan alat Spektrofotometri UV Single Beam 1240 dengan panjang gelombang maksimum 561 nm. Uji liniearitas didapatkan 0,9994. Uji Akurasi dengan hasil % Recovery 100,22%. Uji Presisi didapatkan kadar asam salisilat 0,98%. Uji Stabilitas Warna Ferri Salisilat menunjukan ketidakstabilan pada jam ke-6 daan tetap stabil sampai jam ke-4. Pada penentuan waktu pengocokan optimal tidak ada perbedaan bermakna kadar asam salisilat dengan waktu pengocokan.
ix ABSTRACT
TEST THE COLOR STABILITY OF FERRIC SALICYLATE PREPARATIONS OF SALICYLIC ACID POWDER BLUSHES AGAINST
STORAGE SCHEMES USING VISIBLE SPECTROPHOTOMETRIC METHOD
FDA has set maximum levels of salicylic acid are allowed to be contained in cosmetic products is not more than 2%. The study was conducted to determine whether there are changes in color and levels of salicylic acid in a solution of ferric salicylate solution after storage at room temperature. Loose powder Salicylic Acid derived from one of the pharmacies in the city of Malang, as many as 1 box. The study began with the analysis method validation include: linearity, accuracy and precision, and color stability test. The amount of visible content areas measured every 2 hours, starting from hour to-0, 2nd hour, 4th hour and 6th hour with the aid of UV spectrophotometry Single Beam 1240 with a maximum wavelength of 561 nm. Obtained liniearitas test 0.9994. Test results% accuracy with 100.22% Recovery. Precision testing found levels of 0.98% salicylic acid. Color Stability of Ferric Salicylate test showed instability at the 6th passage and remained stable until the 4th. At the time of determining the optimal agitation no significant difference in levels of salicylic acid agitation time.
x
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Hipotesis ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1Tinjauan Tentang Asam Salisilat ... 6
2.2Tinjauan Tentang Serbuk ... 7
2.3Tinjauan Tentang Stabilitas ... 7
2.3.1 Uji Stabilitas ... 8
2.3.2 Uji Penetapan Asam Salisilat ... 9
2.4Tinjauan Tentang Pereaksi FeCl3 ... 9
2.5Tinjauan Tentang Metode Spektrofotometri UV-VIS ... 10
2.6Validasi Metode ... 16
2.6.1 Akurasi... 16
2.6.2 Presisi... 16
2.6.3 Selektivitas... 17
2.6.4 Linieritas ... 18
2.6.5 Rentang ... 18
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 19
xi
3.2 Kerangka Konseptual ... 20
BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 21
4.1Alat ... 21
4.2Bahan ... 21
4.3Variabel Penelitian ... 21
4.3.1 Sampel Penelitian ... 21
4.3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
4.4 Rancangan Penelitian... 21
4.4.1 Pembuatan Larutan Uji ... 22
4.4.2 Pembuatan Larutan Uji Validasi ... 22
4.4.3 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 22
4.4.4 Pembuatan Larutan Baku Induk Asam Salisilat ... 22
4.4.5 Pembuatan Larutan Baku Kerja Asam Salisilat ... 23
4.4.6 Pembuatan Larutan Blanko ... 23
4.4.7 Pembuatan Larutan Uji Akurasi ... 23
4.4.8 Pembuatan Larutan Uji Presisi ... 24
4.4.9 Pelaksanaan Uji Validasi ... 24
4.5Pembuatan Larutan Sampel Uji Serbuk Tabur ... 25
4.6Penentuan Waktu Pengocokan Optimal ... 26
4.7Perhitungan Kadar ... 26
4.8Metode Pengumpulan Data ... 26
4.9Metode Analisis Data ... 27
BAB V HASIL PENELITIAN…. ... 28
5.1 Pengamatan Spektra Baku Asam Salisilat untuk λ Max ... 28
5.2 Penentuan Validasi Metode Analisis ... 29
5.2.1 Linearitas ... 29
5.2.2 Akurasi... 30
5.2.3 Presisi... 30
5.2.4 Parameter Presisi Ditunjukan dari KV ... 31
5.3 Hasil Pengamatan Uji Stabilitas Warna Ferri Salisilat ... 32
5.4 Hasil Pengamatan Larutan Baku Asam Salisilat ... 34
xii
BAB VII KESIMPULAN ... 38
7.1 Kesimpulan ... 38
7.2 Saran… ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
xiii
DAFTAR TABEL
Gambar Halaman
2.1 Tabel Persyaratan Relatif Standard Deviasi………..17
5.1 Data Serapan Baku Asam Salisilat ... 29
5.2 Hasil Perhitungan Akurasi Asam Salisilat ... 30
5.3 Hasil Pengukuran Sampel Serbuk Tabur Asam Salisilat ... 31
5.4 Hasil Pengamatan Larutan Sampel ... 32
5.5 Hasil Pengolahan Data Uji Anova Oneway Larutan Sampel ... 33
5.6 Data Hasil Pengukuran Larutan Baku Dengan Waktu Pengocokan ... 34
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Gambar Rumus bangun Asam Salisilat ... 6
2.2. Gambar Struktur Ferri Klorida ... 9
2.3. Reaksi Pembentukan Kompleks Warna Ferri Salisilat ... 10
2.4. Diagram Sistematik Spektrofotometri UV-VIS ... 13
2.5. Spektrofotometri UV-VIS Single Beam ... 13
3.1. Bagan Alir Kerangka Konseptual ... 19
5.1 Kurva Serapan Baku Kerja Asam Salisilat ... 28
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup ... 42
2. Surat Pernyataan ... 43
3. Larutan Warna Ferri Salisilat Dengan Waktu Penyimpanan ... 44
4. λ Maksimum Larutan Baku Asam Salisilat 561 nm ... 46
5. Data Absorbansi Larutan Sampel Asam Salisilat ... 47
6. Perhitungan Uji Akurasi dan Presisi ... 53
7. Daftar Tabel F ... 55
8. Daftar Nilai r Tabel ... 56
9. Data Hasil Uji Anova Oneway Larutan Ferri Salisilat ... 57
10.Rentang % Recovery Menurut AOAC 2002 ... 60
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1997. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Anonim, 2007. The United States of Pharmacopieal Convention, 31th ed. Rockville. P. 684
Anonim, 2012. Stabilitas Obat .http://wwwLaporan-Resmi-Fisika-Stabilitas-Obat blogspot.com, diakses pada tanggal 27 Desember 2012.
Anonim, 2008. Kesehatan dan Kecantikan. http://City 74, Wordpress.com, diakses pada tanggal 20 Desember 2012.
Azizah, N., 2007.Perbandingan Kinetika Reaksi Peruaraian Asam O-Pentanoilsalisilat dan Asam O-Asetil Salisilat pada pH 9 dan pH 11 dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet, Surabaya : Skripsi Program Sarjana.
BPOM, 2006. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006. Cetakan 2009. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan, hal : 583 - 607
Cahyadi, 2006. Bahan Tambahan Pangan. Direktori Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung.
Cartesen, J.T., 1990. Drug Stability, Principal and Practices. London.
Departemen Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV 1995. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997. Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI : Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Instrumen Laboratorium
Kesehatan. Departemen Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan : Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Metode Analisa Pusat Pengujian Obat dan Makanan. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI : Jakarta.
Fessenden R.J & Fessenden J.s., 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa aksara, Jakarta. Hal 612
xvii
Horwitz, W., 1989. Official Methods of Analysis of AOAC International 17th edition. AOAC Internasional, USA. Chapter 19.
Kemp, W., 1975. Organic Spectroscopy. English Languange Book Society and The Macmillan Press Ltd, Ediburgh.
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga. Universitas Indonesia : Jakarta : hal. 370 – 371 dan hal. 471-473.
Lam, H., 2004. Analytical Method Validation and Instrument Performance Verification, A John Willey & Sons, Inc : Canada
Marsela F, 2010. Fisika Farmasi Stabilitas Obat. Semarang : Laporan Penelitian. Akademi Farmasi Theresiana.
Mulja, M dan Suharman., 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press : Surabaya.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., Widdop, B. (eds)., 2004. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, 3rd ed, USA : Pharmaceutical Press, pp. 313 – 326, 651 – 1549.
Reynolds, J.E.F. (eds), 1982. Martindale, The Extra Pharmacopoeia, 28th ed, London : The Pharmaceutical Press, p. 234-244.
Rieko, K dan Panji S., 2007. Asam Salisilat Dari Fenol. Sultan Ageng Tirtayasa University : Banten : Skripsi Program Sarjana.
Simatupang, Ester, 2009. Perbedaan Kadar Asam Salisilat Dalam Sayuran Sebelum dan Sesudah Di masak yang Di jual Di pasar Swalayan Dikota Medan, Medan. Skripsi Program Sarjana.
Siswandono & Soekardjo, B. (editor), 2000. Kimia Medisinal, Edisi ke-2, Jilid ke2 ,Surabaya : Airlangga University Press, hal. 295 – 296.
Siswandono & Soekardjo, B. 2008. Kimia Medisinal. Airlangga University Press. Surabaya. Hal 278-281.
Snelling, C.R., 2006. Spectrophotometry, Determining The Purity of Aspirin, http://www2.volstate.edu//CHEM/1110/Labs/Spectrophotometry.htm, diakses tanggal 11 Desember 2012.
xviii
The United State Pharmacopeial, 1992.TheUnited States Pharmacopeia The National Folmulary 23th edition, vol 11,Rockville : The United States Pharmacopeial Convention : p. 1395 – 1397.
The United State Pharmacopeial, 1993. Complete Drug Reference. New York : p. 1206 – 1208.
Vogel, A.I. 1994. Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis. 4th Edition NewYork : p. 816 – 818.
Wasitatmadja, M, S., 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press : Jakarta
Watson, D.G., 1999. Pharmaceutical Analysis A Textbook of Pharmacy Students and Pharmaceutical Chemists. Churchill Livingstone, Edinburgh.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
dapat digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti
antiseptik dan analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang farmasi
(Supardani, dkk, 2006).
Sebagai antiseptik, asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit
dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel
epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel dermis.
Setelah beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang
baru (Rieko & Panji, 2007). Oleh karena itu, asam salisilat biasanya digunakan
untuk obat topikal.
Senyawa-senyawa yang bersifat keratolitik dan antiseptik biasa digunakan
untuk mencegah penyakit kulit, seperti timbulnya jerawat ataupun gatal-gatal di
daerah tubuh tertentu dan salah satu bahan yang sering digunakan adalah asam
salisilat. Asam salisilat juga merupakan zat anti jerawat sekaligus keratolitik yang
lazim diberikan secara topikal. Penggunaan serbuk tabur atau keratolitik
merupakan usaha yang akan mengurangi ketebalan intraseluler dalam selaput
tanduk dengan cara melarutkan semen intraseluler dan menyebabkan desintergrasi
dan pengelupasan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Asam salisilat menurut BPOM, melalui PerMenKes RI
No.772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/menkes/per/xi/1999, adalah salah satu bahan
tambahan makanan yang dilarang adalah asam salisilat. Asam salisilat dilarang
digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia, karena asam salisilat
memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan. Bahan ketika ditambah air, asam
salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat
menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan (Cahyadi, 2006).
Bahan obat asam salisilat dengan dosis yang tepat dapat memberikan efek
2
menyebabkan kerusakan pada kulit. Penggunaan topikal asam salisilat dengan
konsentrasi tinggi, pada daerah kulit yang luas, pada kulit yang rusak dan dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan keracunan sistemik akut.
Penggunaan pada sediaan kosmetik seperti serbuk tabur yang mengandung asam
salisilat, meskipun menjadikan kulit tampak mulus namun membuat kulit lebih
sensitif terhadap paparan sinar matahari, pemakaian bertahun-tahun dapat
mengendap di kulit dan menyebabkan kulit tampak biru kehitaman dan dapat
memicu timbulnya kanker melanocyt atau kanker kulit (Anief M, 1997).
Selain untuk obat topikal, bahan obat ini juga mempunyai aktivitas
analgesik-antipiretik dan antirematik, tetapi tidak digunakan secara oral karena
terlalu toksik. Yang banyak digunakan sebagai analgesik-antipiretik adalah
senyawa turunannya. Turunan asam salisilat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit yang berhubungan dengan reumatik.
Turunan asam salisilat juga dapat menimbulkan efek samping yaitu iritasi
lambung (Siswandono & Soekardjo, 2000).
Seiring berjalannya waktu, perkembangan konsumsi untuk turunan asam
salisilat di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini didukung
dengan adanya industri-industri yang menggunakan asam salisilat sebagai bahan
baku utama seperti halnya industri pembuatan aspirin, metil salisilat dan
salisilamida (Rieko & Panji, 2007).
Untuk melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan asam salisilat
dengan konsentrasi tinggi dalam sediaan kosmetik lain juga seperti cream dan gel.
BPOM telah menetapkan kadar maksimum untuk asam salisilat yang diizinkan
terkandung dalam produk kosmetik adalah tidak boleh lebih dari 2% (Anonim,
2008).
Pengawasan produk obat harus dilakukan untuk menjamin mutu dan
keamanannya. Salah satu jenis pengawasan mutu tersebut adalah menguji
stabilitas warna pada kadar senyawa aktif obat dalam pengendalian mutu bahan
obat. Penentuan kadar senyawa aktif melalui uji stabilitas warna pada pola
penyimpanan suhu ruangan, bahan obat ini memerlukan suatu metode analisis
3
Pada uji stabilitas warna tersebut akan berpengaruh terhadap kadar asam
salisilat, dimana pada pengujian ini sediaan serbuk asam salisilat direaksikan
dengan FeCl3 larutan yang terbentuk adalah warna ungu. Pembentukan warna ini
dapat dipakai untuk menentukan adanya perubahan kadar asam salisilat setelah
dilakukan penyimpanan pada suhu ruangan dengan metode spektrofotometri
Visibel (DepKes RI, 1995).
Stabilitas bahan obat adalah kemampuan suatu produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama yang dimilikinya pada saat
dibuat meliputi identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian dalam batasan waktu yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaannya (Lachman &
Lieberman, 1994). Masalah stabilitas biasanya seringkali dihadapi dalam sediaan
bentuk cair, tidak ditemukan dalam bentuk sediaan bentuk serbuk (DepKes,
1995), tetapi peneliti akan melakukan Uji Stabilitas Warna Ferri Salisilat Pada
Sediaan Serbuk Tabur Asam Salisilat Terhadap Pola Penyimpanan Dengan
Metode Spektrofotometri Visibel. Sampel serbuk tabur asam salisilat ini
didapatkan di Apotik yang ada di kota Malang, karena bahan obat ini banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai obat topikal, terlebih lagi dengan harganya
murah dan mudah didapat tetapi terkadang masyarakat tidak mengetahui dampak
buruk yang ditimbulkan apabila digunakan secara berlebihan karena obat ini juga
tidak stabil dengan kelembapan sehingga harus disimpan dalam wadah yang
tertutup baik dan rapat (Reynolds, 1982).
Dalam Farmakope Indonesia, metode standart penetapan kadar asam
salisilat dalam serbuk adalah menggunakan Thin- Layer Chromatographic (TLC).
Selain itu asam salisilat juga dapat ditetapkan secara Colorimetri dan U.V,
Spectrophotometric (Vogel, 1994).
Pada metode TLC, setelah sampel di eluasi dan didapatkan titik noda maka
disemprot dengan 5% larutan ferri klorida (Shaikh & Ahmad, 1993). Warna ungu
ini yang dapat menunjukan adanya asam salisilat. Inilah yang menjadi acuan
untuk menentukan metode baru yang murah dan memiliki ketelitian serta
ketepatan yang tinggi dalam penetapan kadar tehadap uji stabilitas warna ferri
4
juga, maka dapat dilakukan uji stabilitas karena untuk mengetahui pengaruh
kadar asam salisilat setelah dilakukan penyimpanan pada suhu ruangan.
Asam salisilat bila direaksikan dengan FeCl3 akan terbentuk warna ungu.
Pembentukan warna ini dapat dipakai sebagai dasar uji stabilitas warna ferri
salisilat untuk penetapan kadar asam salisilat dengan Spektrofotometri UV-Vis.
Senyawa berwarna tersebut biasa mengabsorbsi radiasi elektromagnetik pada
daerah visibel. Oleh karena itu, peneliti akan menetapkan kadar asam salisilat
padalarutan warna ferri salisilat dengan parameter waktu penyimpanan (DepKes
RI, 1995).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada perubahan warna pada larutan ferri salisilat setelah dilakukan
penyimpanan pada suhu ruangan ?
2. Apakah ada perubahan kadar asam salisilat pada uji stabilitas warna ferri
salisilat ?
3. Apakah parameter validasi metode analisis memenuhi persyaratan ?
4. Berapakah waktu pengocokan untuk memperoleh hasil reaksi secara
optimal ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada perubahan warna pada larutan larutan ferri
salisilat setelah dilakukan penyimpanan pada suhu ruangan.
2. Untuk mengetahui apakah ada perubahan kadar asam salisilat pada uji
stabilitas warna ferri salisilat.
3. Untuk mengetahui apakah parameter validasi metode analisis memenuhi
persyaratan.
4. Untuk mengetahui waktu pengocokan sehingga memperoleh hasil reaksi
secara optimal.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh kadar asam salisilat pada uji stabilitas warna ferri salisilat
pada sediaan serbuk tabur asam salisilat terhadap pola penyimpanan pada
5
1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui apakah ada perubahan warna pada larutan ferri salisilat
setelah dilakukan penyimpanan pada suhu ruangan.
2. Dapat mengetahui apakah ada perubahan kadar asam salisilat pada uji
stabilitas warna ferri salisilat.
3. Dapat mengetahui apakah parameter validasi metode analisis memenuhi
persyaratan.
4. Dapat menentukan waktu pengocokan untuk mendapatkan reaksi yang