DENGAN KEBIASAAN MEROKOK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
MUHAMMAD RIZKY
110600137
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kedokteran Gigi Masyarakat
Tahun 2015
Muhammad Rizky
Perbedaan Rerata Karies Gigi Spesifik antara Tukang Becak dan Supir Angkot
dihubungkan dengan Kebiasaan Merokok.
x + 30 halaman
Merokok merupakan kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh banyak
orang. Banyak bagian tubuh yang dapat dipengaruhi akibat merokok, termasuk
rongga mulut. Salah satu kelainan pada gigi yang dapat timbul adalah karies gigi
spesifik, yaitu lubang gigi yang timbul pada bagian-bagian tertentu dan muncul pada
perokok kretek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata karies
gigi spesifik pada tukang becak dan supir angkot dan persentase karies gigi spesifik
berdasarkan elemen gigi dan permukaan gigi yang terkena. Penelitian ini adalah
survei analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara
purposif pada 50 orang tukang becak dan 50 orang supir angkot, di kawasan Pasar
Aksara dan Terminal Amplas. Sampel adalah perokok aktif yang merokok lebih dari
10 tahun, dan tidak memakai protesa atau pesawat ortodonti. Sebanyak 82%
responden tukang becak telah merokok selama lebih 15 tahun, dan 94% merokok
sebanyak 18-36 batang per hari. Seluruh responden merokok dengan jenis rokok
kretek. Sebanyak 88% responden yang memiliki kebiasaan mengeluarkan asap secara
kombinasi dari hidung dan mulut. Kategori perokok terbanyak adalah perokok berat,
yaitu 92% pada supir angkot, dan 76% pada tukang becak. Secara umum responden
yang memiliki karies gigi spesifik 43%, dengan rincian 52% pada supir angkot, dan
34% pada tukang becak. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan perbedaan
signifikan karies gigi spesifik pada bagian posterior (p=0,03), sedangkan pada bagian
(5,48%). Dapat disimpulkan bahwa pada kelompok supir angkot kemunculan karies
gigi spesifik pada bagian posterior lebih banyak daripada tukang becak sedangkan
pada bagian anterior mempunyai angka kemunculan karies gigi spesifik yang sama.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 23 Februari 2015
Pembimbing : Tanda tangan
Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D ...
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 23 Februari 2015
TIM PENGUJI
KETUA : Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan
Rerata Karies Gigi Spesifik Antara Tukang Becak Dan Supir Angkot Dihubungkan
Dengan Kebiasaan Merokok” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan
dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta penghargaan
yang tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D, Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing atas keluangan waktu, saran,
dukungan, bantuan, motivasi dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
3. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg.,M.Kes
selaku tim penguji skripsi atas keluangan waktu, saran, dukungan, dan bantuan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Yumi Lindawati, drg, penasehat akademik yang telah banyak membimbing
selama masa pendidikan.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Sahabatku Roni Rustam Afandi, Hendry DP, Ryandhika, Felix Hartanto
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua penulis, ayahanda dan ibunda tercinta Ir. H. Franky Sutrisno MT. dan Hj.
Nella Arman Saibi, drg dan kakak tersayang Annisa, dr yang telah memberi doa,
semangat, kasih sayang serta pengorbanan tak terhingga kepada penulis.
Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki
menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran dan kritik membangun. Akhirnya
penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi
khususnya Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi
Masyarakat.
Medan, Februari 2015
Penulis,
Muhammad Rizky
DAFTAR ISI
2.2 kandungan bahan kimia rokok ... 7
2.3 Faktor yang mempenharuhi kebiasaan merokok ... 8
2.4 Efek merokok terhadap rongga mulut... 8
2.5 Peran dokter gigi dalam menghentikan kebiasaan merokok ... 11
2.6 Kerangka Konsep ... 13
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 14
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 14
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 15
4.3 Kategori Perokok ... 18
4.4 Prevalensi Karies Gigi Spesifik Pada Responden Perokok ... 19
4.5 Karies Gigi Spesifik Berdasarkan Elemen Gigi dan Permukaan 19 4.6 Distribusi Karies Gigi Spesifik Berdasarkan Lama Merokok dan Jumlah Rokok... 21
4.7 Rata-Rata Karies Gigi Spesifik ... 23
BAB 5 PEMBAHASAN ... 24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Karakteristik usia responden perokok supir angkot dan tukang becak
di kota Medan ... 17
2 Karakteristik kebiasan merokok pada kelompok tukang becak dan
supir angkot... 18
3 Kategori perokok pada responden supir angkot dan tukang becak di
kota Medan... 19
4 Prevalensi karies gigi spesifik pada perokok ... 19
5 Persentase distribusi karies gigi spesifik berdasarkan elemen gigi rahang atas yang terkena pada responden tukang becak dan supir
angkot... 20
6 Persentase distribusi karies gigi spesifik berdasarkan elemen gigi rahang bawah yang terkena pada responden tukang becak dan supir
angkot... 21
7 Distribusi karies gigi spesifik berdasarkan lama merokok dan jumlah
rokok pada responden supir angkot di kota Medan ... 22
8 Distribusi karies gigi spesifik berdasarkan lama merokok dan jumlah
rokok pada responden tukang becak di kota Medan ... 22
9 Perbedaan rata-rata karies gigi spesifik pada bagian anterior pada
responden supir angkot dan tukang becak di kota Medan ... 23
10 Perbedaan rata-rata karies gigi spesifik pada bagian posterior pada
Gambar Halaman
1 Bahan rokok ... 6
2 Karies spesifik pada bagian bukal, dan labial dan karies spesifik
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Kuesioner Perbedaan Rerata Karies Gigi Spesifik Antara Tukang Becak Dan Supir Angkot Dihubungkan Dengan Kebiasaan Merokok
2 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
3 Informed Consent
4 Surat persetujuan komite etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan
5 Dokumentasi Karies Gigi Spesifik yang ditemukan pada tukang becak dan supir angkot
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merokok merupakan kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh banyak orang
di dunia, baik pada laki-laki maupun perempuan, meskipun diketahui bahwa rokok
berefek negatif terhadap tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian, orang-orang
tetap melakukan kebiasaan merokok.1 Data RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan
bahwa jumlah perokok masih belum mengalami penurunan dari tahun 2007 ke tahun
2013, bahkan cenderung meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada
tahun 2013. Rata-rata penghisap rokok pada laki-laki sebanyak 64,9%, dan pada
perempuan sebanyak 2,1%. Selain itu ditemukan juga perokok aktif pada penduduk
yang berusia 10-14 tahun sebesar 1,4%, dan pada kelompok yang tidak bekerja
sebesar 9,9%. Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap perhari adalah sekitar 12,3
batang, bervariasi dari yang terendah di Yogyakarta yaitu sebesar 10 batang, dan
yang tertinggi di Bangka Belitung yaitu sebanyak 18,3 batang. Di Sumatera Utara
ditemukan proporsi perokok dengan rata-rata perokok aktif setiap hari 24,2%, dan
yang tidak merokok sebesar 68,2%, sedangkan yang lainnya adalah perokok
kadang-kadang, dan mantan perokok. Data WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi
perokok aktif di Indonesia ditemukan pada laki-laki sebanyak 67%, dan perempuan
sebanyak 3%.2.3
Kebiasaan merokok umumnya dapat merusak hati, ginjal, paru-paru, dan
beberapa penyakit berat seperti serangan jantung, stroke, emphysema, bronkitis kronis, dan kanker pada paru-paru, laring dan mulut yang akhirnya dapat
menimbulkan kematian.1.4.5. Kebiasaan merokok juga dapat mengganggu kesehatan
gigi, dan mulut seperti halitosis, mulut kering, perubahan warna gigi, penumpukan
plak, dan kalkulus yang akan menyebabkan penyakit periodontal, karies gigi,
memperlambat proses penyembuhan luka pada rongga mulut, pergeseran gigi,
2
risiko terjadinya kanker di rongga mulut. Pada penelitian Wanakulasurya et al. tahun
2010 terlihat bahwa efek merokok terhadap kanker mulut 3,43 kali lebih besar pada
perokok aktif daripada yang tidak merokok, pada laki-laki sebesar 81-87%, dan pada
perempuan sebesar 42-47%. Efek merokok terhadap kehilangan gigi dua kali lipat
lebih besar pada perokok aktif dibandingkan yang tidak merokok dengan rasiohazard
2,1. Total skor DMFS pada perokok aktif yaitu 24,59 dan pada orang yang bukan
perokok yaitu 19,38.4.6-10
Karies gigi pada perokok adalah karies gigi spesifik, yaitu kerusakan yang
dijumpai pada permukaan labial, bukal, lingual, dan palatal terutama pada leher gigi,
dan dapat meluas sampai ke permukaan oklusal. Penelitian Farida tahun 1999 yang
dilakukan pada 1160 orang supir angkutan umum di Jakarta dijumpai 674 orang
memiliki karies gigi spesifik. Karies gigi spesifik mulai terlihat jelas pada perokok
berat yaitu pada orang yang sudah merokok selama lebih dari 10 tahun dan lebih dari
18 batang perharinya.11 Dokter gigi berperan besar dalam menghentikan kebiasaan
merokok pada masyarakat dengan memberikan motivasi kepada perokok di klinik
gigi dengan cara 5A yaitu ask (menanyakan kepada pasien apakah dia merokok),
advise(menyarankan pasien untuk berhenti merokok),assess(menilai keinginan, dan usaha pasien untuk berhenti merokok), assist (membantu pasien untuk berhenti merokok), dan arrange (mengatur pasien untuk pergi ke layanan berhenti merokok).7.12.13
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan merokok, yaitu faktor
famakologis yang berasal dari bahan kimia pada rokok, faktor sosial yang berasal dari
lingkungan sekitar, dan faktor psikologis yang berasal dari kepribadian seseorang.
Schacter mengatakan ada pengaruh dari faktor farmakologi dan psikologi terhadap
kebiasaan merokok.14.15
Penelitian ini dilakukan pada tukang becak dan supir angkot yang memiliki
tuntutan hidup yang besar, memiliki lingkungan yang sebagian besar perokok, dan
memiliki pengasilan yang tidak tetap sehingga dapat menimbulkan tekanan
Melalui penelitian ini diharapkan agar dapat diketahui perbedaan rerata karies
gigi spesifik antara tukang becak dan supir angkot dihubungkan dengan kebiasaan
merokok. Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber
informasi bagi dokter gigi dan masyarakat luas tentang akibat merokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan rerata karies gigi spesifik antara tukang becak dan supir
angkot dihubungkan dengan kebiasaan merokok?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan rerata karies gigi spesifik antara tukang becak dan supir
angkot dihubungkan dengan kebiasaan merokok.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui rerata karies gigi spesifik pada tukang becak dan supir angkot.
2. Mengetahui kebiasaan merokok pada tukang becak dan supir angkot.
3. Mengetahui persentase karies gigi spesifik berdasarkan elemen gigi dan
permukaan gigi yang terkena pada tukang becak dan supir angkot.
4. Mengetahui distribusi karies gigi spesifik berdasarkan lama merokok dan
jumlah rokok.
5. Mengetahui perbedaan rerata karies gigi spesifik antara tukang becak dan
supir angkot dihubungkan dengan kebiasaan merokok.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat:
Sumber informasi kepada masyarakat khususnya yang mempunyai kebiasaan
4
2. Bagi dokter gigi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi kepada dokter
gigi tentang efek merokok terhadap terjadinya karies gigi spesifik.
3. Bagi peneliti:
Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai pengetahuan tentang karies gigi
spesifik.
1.5 Hipotesis Penelitian
Tidak ada perbedaan rerata karies gigi spesifik antara tukang becak dan supir
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Merokok adalah kebiasaan yang sering dilakukan manusia pada skala global.
Pada zaman dahulu, rokok dibuat dengan cara menggulung tembakau pada selembar
kertas putih, sedangkan pada zaman sekarang rokok dicetak menggunakan mesin
yang bisa membuat isi tembakau dengan komposisi yang sesuai. Merokok merupakan
kegiatan atau aktivitas membakar rokok yang kemudian dihisap, dan dihembuskan
keluar sehingga orang yang disekitarnya juga bisa terhisap asap rokok yang
dihembuskannya. Perokok adalah seseorang yang merokok sekurang-kurangnya lima
batang per hari selama sekurang-kurangnya satu bulan.1
Pada dasarnya perokok dibagi atas tiga yaitu perokok aktif (firsthand smoker), perokok pasif (secondhand smoker), danthirdhand smoker.16
a. Perokok aktif (firsthand smoker)
Perokok aktif adalah orang yang langsung menghirup atau menghisap asap
tembakau, rokok yang dihisap bisa dalam bentuk rokok putih, rokok pipa, rokok
cerutu, rokok beedi, dan lain sebagainya. Ada dua tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok dihisap. Perokok berat yang menghisap
lebih dari 20 batang rokok sehari, dan perokok ringan yang menghisap kurang dari 20
batang rokok sehari.16
b. Perokok pasif(secondhand smoker)
Orang yang terkena asap rokok yang dihembuskan langsung dari perokok aktif.16
c. Thirdhand smokers
Thirdhand smokers adalah orang yang mengirup asap rokok tidak langsung dari perokok aktif.16
Pembagian kategori perokok dapat menggunakan smoking index. smoking index
dilihat dari jumlah batang rokok perhari dikalikan lama merokok pertahunnya.17
a. Perokok ringan (SI= 1-100)
6
c. Perokok berat (SI >300)
2.1 Jenis rokok
Rokok memiliki 5 komponen dasar yaitu batang tembakau, yang terlapis oleh
kertas rokok, filter, kertas pembungkus filter, dan kertas tip (Gambar 1). Rokok
memiliki ukuran panjang 74-85 mm dengan diameter 8 mm, isi tembakau sebanyak
700-800 mg, dengan ukuran standar filter 25-30 mm.18
Gambar 1. Bahan rokok: tembakau (1), kertas rokok (2), filter (3), pembungkus filter (4), kertas tip (5).
Ada beberapa jenis rokok yang sering digunakan yaitu rokok putih, rokok cigar, rokok hookah, rokok elektrik, rokok beedi, rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah), dan rokok kretek. Di Indonesia, bahan rokok ditambah cengkeh, dan
bahan-bahan lain yang dicampur untuk dapat dibuat rokok.18
Rokok putih adalah jenis rokok tanpa campuran cengkeh seperti pada rokok
kretek. Rokok cigar adalah gulungan utuh daun tembakau yang dikeringkan, dan difermentasikan. Rokok hookah adalah suatu pipa air yang digunakan untuk menghisap tembakau melalui air dingin. Nikotin dipanaskan di dalam wadah seperti
mangkok yang terletak di bagian atas hookah, dan asapnya disaring melalui air di bagian bawah hookah. Rokok elektrik adalah rokok yang dijalankan menggunakan baterai yang di desain untuk mengubah nikotin, dan bahan kimia lainnya menjadi uap
rokok yang memiliki campuran minyak cengkeh pada tembakau yang menghasilkan
bunyi kretek-kretek ketika dibakar. Rokok kretek memiliki dua cara dalam
pembuatannya yaitu:19.20
1. Sigarete Kretek Tangan (SKT), yaitu rokok kretek yang proses pembuatannya
dengan menggunakan tangan.
2. Sigarete Kretek Mesin (SKM), yaitu rokok kretek yang proses pembuatannya
dengan menggunakan mesin.
Rokok kretek memiliki komposisi tembakau sebesar 60%, dan pecahan tunas
cengkeh sebesar 40%. Cengkeh mengandung eugenol yang dianggap berpotensi
menjadi penyebab kanker pada manusia, dan terkait dengan zat kimia yang juga dapat
menjadi salah satu penyebab kanker pada tubuh, dan karies spesifik pada rongga
mulut.11.21
2.2 Kandungan bahan kimia rokok
Tiap rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen, dan setidaknya 200 di
antaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan seseorang. Bahan pada rokok yang
paling berbahaya bagi tubuh adalah karbon monoksida, nikotin, dan tar.1.22.23
a. Karbon Monoksida (CO)
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat
arang/karbon. Gas CO yang dihasilkan satu batang tembakau dapat mencapai 3-6%.
Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel
darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen, sehingga setiap ada asap tembakau di
samping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, sel darah merah akan semakin
kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO, dan bukan oksigen.22.23
b. Nikotin
Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram, dan
semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah terdapat sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 mililiternya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik
melainkan hasil pembakaran dari nikotin yang menghasilkan dibensakridin,
8
c. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan
substansi hidrokarbon yang bersifat lengket, dan menempel pada paru–paru. Kadar
tar dalam tembakau antara 0,5-35 mg/batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen
yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas, dan paru-paru.22
d. Eugenol
Eugenol merupakan bahan aktif rokok kretek. Bahan ini pada umumnya
ditemukan pada cengkeh yang memiliki 84-88% eugenol, dan minyak cengkeh yang
memiliki lebih dari 95% eugenol. Minyak cengkeh sering digunakan sebagai anastesi,
dan antiseptik topikal pada rongga mulut. Hasil uji laboratorium yang ditemukan
berkenaan dengan laporan kasus-kasus keracunan minyak cengkeh meliputi asisdosis
metabolik, elevated serum hepatic, dan aminotransferases hypoprothrombinemia.21
2.3 Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan merokok yaitu:14
1. Faktor Farmakologis
Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin. Nikotin adalah suatu zat
psikoaktif yang mempunyai efek farmakologis terhadap otak, oleh karena itu nikotin
dapat menimbulkan ketergantungan. Nikotin mempunyai dua efek, pada dosis rendah
nikotin bersifat stimulan (perangsang), sedangkan pada dosis tinggi bersifat sebagai
penenang.14
2. Faktor sosial
Faktor sosial berpengaruh besar terhadap kebiasaan merokok seperti lingkungan
rumah, lingkungan pergaulan di sekolah, dan jumlah teman yang merokok.14
3. Faktor psikologis
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kebiasaan merokok adalah
kepribadian. Kebiasaan merokok lebih sering didapatkan pada orang-orang dengan
gangguan kepribadian seperti neurosis, dan kecenderungan antisosial. Selain itu
2.4 Efek merokok tehadap rongga mulut
Kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut diantaranya
penyakit periodontal, halitosis, kandidiasis rongga mulut dan karies gigi.9
a. Penyakit Periodontal
Efek samping merokok pada jaringan periodontal berhubungan erat dengan
jumlah rokok yang dihisap/hari dan lamanya merokok. Nikotin sebagai produk hasil
pembakaran rokok menyebabkan vasokonstriksi, termasuk vasokonstriksi pembuluh
darah jaringan periodontal gigi yang akan mengakibatkan ulserasi dan nekrosis pada
jaringan gingiva sehingga memudahkan terjadinya gingivitis kronis. Komponen lain
dari hasil pembakaran rokok akan meningkatkan risiko hilangnya perlekatan
membran periodontal sehingga mengakibatkan terbentuknya poket periodontal.
Selanjutnya terjadi kerusakan tulang alveolar dan resesi gingiva dimana akar gigi
mulai terlihat yang kemudian menyebabkan gigi menjadi goyang dan kemudian
terlepas.9
b. Halitosis
Halitosis adalah bau mulut yang tidak sedap. Merokok merupakan salah satu
penyebab paling umum untuk terjadinya halitosis. Halitosis sering terjadi ketika bau
yang dihasilkan akibat menghirup komponen tembakau menetap dalam jaringan
alveolar paru-paru. Pada waktu penggunaan tembakau dihentikan, halitosis cenderung
berkurang.9
c. Kandidiasis Rongga Mulut
Kandidiasis rongga mulut adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida albicans yang mempengaruhi jaringan mukosa rongga mulut. Beberapa penelitian melaporkan bahwa merokok berhubungan dengan terjadinya kandidiasis rongga
mulut, dan merokok mungkin secara signifikan meningkatkan jumlah kandida mulut
antara 30-70%. Individu yang berhenti merokok memiliki tingkat rekurensi lebih
sedikit terhadap infeksi jamur daripada perokok. Asap rokok mengandung beberapa
faktor nutrisi bagi pertumbuhan Candida albicans. Spesies kandida memiliki implikasi penting sebagai hidrokarbon aromatik dalam asap rokok yang sampai
10
d. Karies gigi
Karies gigi adalah penyakit infeksi kronis yang menghasilkan lesi pada gigi.
Kejadian ini dianggap sebagai penyakit multifaktorial di mana asam yang dihasilkan
dari bakteri kariogenik melarutkan permukaan enamel keras gigi. Jika tidak diobati,
bakteri dan asam kemudian akan menembus ke dalam dentin sampai ke jaringan
pulpa yang dapat mengakibatkan rasa sakit yang parah, nekrosis pulpa dan akhirnya
kehilangan gigi. Karies gigi terbentuk melalui interaksi yang kompleks dari waktu ke
waktu yang terjadi akibat asam yang memproduksi bakteri, fermentasi karbohidrat,
dan banyak faktor host lainnya. Permukaan gigi rentan terkena karies gigi yang dapat
terjadi baik pada mahkota, dan akar gigi. Risiko terjadinya karies meliputi faktor
fisik, biologis, lingkungan, perilaku, dan gaya hidup. Di antara semua faktor risiko,
merokok selalu dianggap sebagai faktor utama dalam berkembangnya karies gigi.
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan asap rokok, dan karies permukaan
akar gigi.8.9.12
Karies gigi spesifik adalah karies yang umumnya dijumpai pada perokok kretek.
Hal ini terjadi akibat adanya kandungan bahan tar yang membawa bahan eugenol
berkadar tinggi yang terdapat pada rokok kretek menempel pada gigi. Eugenol dapat
masuk ke lubang mikro enamel dan mencapai perbatasan enamel dengan dentin
kemudian mengurangi kekerasan enamel. Perokok lebih rentan menderita karies gigi
spesifik jika sudah merokok lebih dari 10 tahun dan 18 batang perharinya. Lama
merokok dan jumlah rokok yang dihisap adalah faktor yang mempengaruhi derajat
kerusakan gigi. Karies gigi spesifik dijumpai pada leher gigi yaitu pada permukaan
labial gigi insisivus, dan kaninus (Gambar 2.a), permukaan bukal gigi premolar, dan
permukaan palatal gigi molar, dan premolar (Gambar 2.b), sedangkan pada bagian
lingual karies gigi spesifik tidak terlihat, karena pada bagian lingual terdapat kelenjar
ludah yang berfungsi sebagai sistem bufer dengan dukungan kadar kalsium dan fosfat
yang cukup untuk proses remineralisasi. Warna yang terlihat pada lesi adalah coklat
ke hitam-hitaman, lesinya dangkal dan bentuknya tidak beraturan, email mengelupas
Gambar 2. a. Karies spesifik pada bagian bukal dan labial, dan b. karies spesifik pada bagian palatal.
2.5 Peran dokter gigi dalam menghentikan kebiasaan merokok
Dokter gigi memiliki peran dalam usaha menghentikan kebiasaan merokok yang
terjadi di klinik gigi. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode
5A, yaitu:7.12.13
1. Ask(menanyakan)
Menanyakan pada pasien apakah dia merokok atau tidak, dan mencatat semua
jawaban yang disebutkan oleh pasien. Status merokok harus disusun menjadi masih
merokok, mantan perokok, dan tidak pernah merokok.
2. Assess(menilai)
Pada tahap ini dokter gigi menilai kesiapan pasien perokok untuk berhenti
merokok. Tahap ini terdiri atas lima stase yaitu:
a. Precontemplation(ketidaksiapan)
Pada stase ini pasien perokok belum yakin untuk berhenti merokok dalam 6
bulan ke depan.
b. Contemplation(ragu-ragu)
Pada stase ini pasien perokok mulai mempertimbangkan untuk berhenti merokok.
c. Preparation(persiapan)
Perokok berencana untuk berhenti merokok 30 hari ke depan, dan biasanya sudah
melakukan usaha berhenti merokok selama 24 jam pada setahun sebelumnya.
d. Action(bertindak)
Perokok telah berhenti merokok selama 6 bulan, dan pasien 75% berisiko untuk
12
e. Maintenance(pemeliharaan)
Perokok telah berhenti merokok lebih dari 6 bulan, dan risiko pasien untuk
kembali ke kebiasaan merokok sebesar 4%.
3. Advise(menyarankan)
Pada tahap ini dokter gigi menyarankan pasien perokok untuk berhenti merokok
secara jelas, selain itu dokter gigi juga harus bersikap suportif, dan tidak memaksa.
4. Assist(membantu)
Dokter gigi membantu pasien perokok untuk berhenti merokok dengan cara
mengatur tanggal berhenti, memberikan materi tertulis dengan strategi perilaku untuk
berhenti merokok, dan mendiskusikan terapi farmakologis.
5. Arrange(mengatur)
Dokter gigi mengatur kunjungan berkala dari pasien yang telah berhenti
merokok. Kunjungan berkala dilakukan dalam waktu 1 minggu, dan 1 bulan setelah
2.6 Kerangka Konsep
Kebiasaan merokok
- Durasi merokok
- Jumlah rokok
- Jenis rokok
- Cara merokok
Rata-rata Karies gigi Spesifik pada tukang
becak
Rata-rata Karies gigi Spesifik pada supir
14
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis rancangan penelitian ini adalah survei analitik dengan desain penelitian
Cross Sectional.
3.2. Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan pasar Aksara dan di Terminal Amplas
dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2014.
3.3. Populasi, dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah tukang becak di kawasan pasar Aksara, dan
Supir Angkot di Terminal Amplas. Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari
populasi yang memenuhi kriteria penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu sebesar 50 sampel pada tukang becak dan 50 sampel pada supir angkot.
Kriteria inklusi:
1. Bersedia dilakukan pemeriksaan.
2. Perokok aktif.
3. Merokok lebih dari 10 tahun.
Kriteria ekslusi:
1. Memakai protesa penuh.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
1. Rerata karies gigi spesifik
Rerata karies gigi spesfik adalah rata-rata orang yang memiliki kerusakan gigi
pada leher gigi yang berwarna coklat kehitam-hitaman pada permukaan labial gigi
insisivus, dan kaninus, permukaan bukal gigi premolar, dan permukaan palatal gigi
molar, dan premolar.
2. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok adalah cara merokok, durasi merokok, dan jenis rokok yang
dikonsumsi setiap hari.
a. Jumlah batang rokok adalah jumlah rokok tiap batang yang dikonsumsi oleh
responden rata-rata setiap harinya dengan minimum 1 bungkus (18 batang).
b. Cara merokok adalah metode responden mengeluarkan asap rokok dari hidung
atau dari mulut.
c. Durasi merokok adalah lamanya waktu pasien mengonsumsi rokok dengan
skala interval, yaitu: 10-15 tahun dan >15 tahun.
d. Jenis rokok adalah jenis rokok yang dikonsumsi oleh pasien yang dibedakan
menurut komposisi bahannya yaitu:
- Kretek (dengan cengkeh)
- Non kretek (tanpa cengkeh)
- Rokok kombinasi.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data kebiasaan merokok dilakukan pada responden melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pemeriksaan karies gigi spesifik
dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde.
3.6 Pengolahan, dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program
komputer. Data perbedaan rata-rata karies akan dianalisis menggunakan uji t tidak
16
3.7 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
1. Lembar persetujuan(informed consent)
Peneliti melakukan pendekatan, dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden Perokok
Semua responden perokok baik pada kelompok tukang becak maupun supir
angkot adalah laki-laki (100%). Secara umum usia terbanyak pada responden yang
berusia 41-50 tahun sebesar 36%. Pada kelompok tukang becak yang berusia 41-50
tahun sebesar 36%, sedangkan pada kelompok supir angkot yang berusia 31-40
sebesar 38% (Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik usia responden perokok supir angkot dan tukang becak di kota Medan (n=100)
Usia (tahun) Tukang becak (n=50) Supir angkot (n=50)
n % n %
Pada kelompok tukang becak, sebahagian besar 82% sudah merokok lebih dari
15 tahun. Sebanyak 94% responden merokok dengan jumlah 18-36 batang. Seluruh
responden (100%) menggunakan jenis rokok kretek. Tidak seorangpun responden
yang merokok dengan rokok non kretek. Dari cara mengeluarkan asap rokok,
sebanyak 88% responden mengeluarkan asap rokok dari hidung dan mulut, 12%
hanya dari mulut saja sedangkan yang mengeluarkan asap rokok dari hidung tidak
ada. Sama halnya seperti kelompok supir angkot, sebahagian besar kelompok supir
angkot juga sudah merokok lebih dari 15 tahun yaitu 86%. Sebanyak 58% responden
8
mengeluarkan asap rokok, sebanyak 90% responden mengeluarkan asap rokok dari
hidung dan mulut, dari mulut hanya 10% dan tidak seorangpun mempunyai kebiasaan
mengeluarkan asap rokok dari hidung (Tabel 2).
Tabel 2. Karakteristik kebiasan merokok pada kelompok tukang becak dan supir angkot (n=100)
Jumlah rokok (batang/hari) 18 - 36 47 94 29 58
>36 3 6 21 42
Secara umum persentase kategori perokok terbanyak adalah perokok berat
sebesar 84% yaitu 76% pada tukang becak dan 96% pada supir angkot. Tidak
seorangpun responden pada kategori perokok ringan (Tabel 3).
Tabel 3. Kategori perokok pada responden supir angkot dan tukang becak di kota Medan (n=100)
Kelompok Perokok ringan Perokok sedang Perokok berat n
n % n % n %
Tukang Becak - - 12 24 38 76 50
Supir Angkot - - 4 8 46 92 50
4.4 Prevalensi Karies Gigi Spesifik Pada Responden Perokok
Secara umum, prevalensi karies gigi spesifik adalah 43%. Pada kelompok
tukang becak sebanyak 34% dan pada supir angkot sebesar 52% (Tabel 4).
Tabel 4. Prevalensi karies gigi spesifik pada responden perokok (n=100)
Kelompok Ada Tidak ada n
n % n %
Tukang Becak 17 34 33 66 50
Supir Angkot 26 52 24 48 50
Total 43 43 57 57 100
4.5 Karies Gigi Spesifik Berdasarkan Elemen Gigi dan Permukaan Gigi Terkena
Pada rahang atas, dijumpai persentase karies gigi spesifik paling banyak pada
gigi molar satu (5,48%), diikuti gigi insisivus sentralis (4,81%), insisivus lateralis
(4,48%), molar dua (3,15%), premolar dua (2,82%), kaninus (2,65%) dan gigi
premolar satu (1,32%). Secara keseluruhan, permukaan yang terkena karies gigi
Tabel 5. Persentase distribusi karies gigi spesifik berdasarkan elemen gigi rahang atas yang terkena pada responden tukang becak dan supir angkot (n=602)
Elemen Gigi
Pada rahang bawah, dijumpai persentase karies gigi spesifik paling banyak pada
gigi premolar dua (3,32%), diikuti gigi molar dua (2,49%), molar satu (1,66%),
insisivus sentralis (1,49%), premolar satu (1,33%), insisivus lateralis (0,83%) dan gigi
kaninus (0,83%). Secara keseluruhan, permukaan yang terkena karies gigi paling
Tabel 6. Persentase distribusi karies gigi spesifik berdasarkan elemen gigi rahang bawah yang terkena pada responden tukang becak dan supir angkot (n=602)
Elemen Gigi
4.6 Distribusi Karies Gigi Spesifik berdasarkan Lama Merokok dan Jumlah Rokok
Pada kelompok supir angkot, persentase karies gigi spesifik lebih tinggi pada
responden yang merokok >15 tahun (88,5%) daripada yang merokok kurang 15 tahun
(11,5%) Dilihat dari jumlah rokok, persentase yang merokok >36 batang/hari
memiliki karies gigi spesifik lebih banyak (61,5%) daripada yang kurang dari 36
Tabel 7. Distribusi karies gigi spesifik berdasarkan lama merokok dan jumlah rokok pada responden supir angkot di kota Medan (n=26)
Kebiasaan merokok Karies gigi spesifik
Pada kelompok tukang becak, persentase karies gigi spesifik lebih tinggi pada
responden yang merokok >15 tahun (88,2%) daripada yang merokok kurang 15 tahun
(11,8%) Dilihat dari jumlah rokok, persentase yang merokok kurang dari 36
batang/hari memiliki karies gigi spesifik lebih banyak (94,1%) daripada yang lebih
dari 36 batang (5,9%) (Tabel 8).
Tabel 8. Distribusi karies gigi spesifik berdasarkan lama merokok dan jumlah rokok pada responden tukang becak di kota Medan (n=17)
4.7 Rata-Rata Karies Gigi Spesifik
Pada kelompok supir angkot, rata-rata karies gigi spesifik pada bagian anterior 0,30 ± 0,16 sedangkan rata-rata karies gigi spesifik pada kelompok tukang becak
0,22 ± 0,17. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara karies gigi spesifik bagian anterior pada kelompok tukang becak dan
kelompok supir angkot (p=0,17) (Tabel 9).
Tabel 9. Perbedaan rata-rata karies gigi spesifik pada bagian anterior pada responden supir angkot dan tukang becak di kota Medan (n=28)
Kelompok n Rata-rata karies gigi spesifik
(X±SD) Hasil uji statistik
Supir angkot 13 0,30 ± 0,16
p= 0,17
Tukang becak 15 0,22 ± 0,17
Total 28 0,26 ± 0,14
Pada kelompok supir angkot, rata-rata karies gigi pada bagian posterior 0,23 ± 0,23 sedangkan pada kelompok tukang becak rata-rata karies gigi pada bagian
posterior 0,08 ± 0,03. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan antara karies gigi spesifik bagian posterior pada kelompok tukang becak
dan kelompok supir angkot (p=0,03) (Tabel 10).
Tabel 10. Perbedaan rata-rata karies gigi spesifik pada bagian posterior pada responden supir angkot dan tukang becak di kota Medan (n=29)
Kelompok n Rata-rata karies gigi spesifik
(X±SD) Hasil uji statistik
Supir angkot 23 0,23 ± 0,23
p=0,03
Tukang becak 6 0,08 ± 0,03
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dijumpai 100% responden adalah laki-laki, meskipun
penelitian ini tidak mengeksklusikan wanita dari kriterianya. Hal ini mungkin
disebabkan karena proporsi perokok dalam populasi lelaki (67%) lebih tinggi
dibandingkan proporsi perokok dalam populasi wanita (3%), sebagaimana disebut
pada laporan pengguna rokok Indonesia oleh WHO 2011 dan didukung oleh data
RISKESDAS 2013. Selain itu, kebanyakan profesi supir angkot dan tukang becak
didominasi oleh laki-laki.3
Berdasarkan kelompok usia, persentase terbanyak adalah 41-50 tahun dengan
lama merokok >15 tahun, yaitu 82% pada tukang becak dan 86% pada supir angkot.
Hal ini sesuai dengan data WHO 2011 yang melaporkan bahwa rerata usia perokok
harian 45-65 tahun, sedangkan perokok sewaktu lebih banyak di usia muda (15-24
tahun). WHO 2011 membagi perokok harian (daily smoker) dan perokok sewaktu (occasional smoker).3
Baik pada kelompok perokok supir angkot maupun tukang becak termasuk
perokok berat (84%). Hal ini mungkin disebabkan karena pekerjaan supir angkot dan
tukang becak tidak memerlukan tempat khusus untuk merokok. Hal ini sesuai dengan
penelitian Singh yang membuat pembagian kategori perokok berat terkait dari jumlah
rokok perhari dan lama merokok, di mana pada penelitian ini persentase yang
merokok lebih dari 18 batang dengan lama merokok >15 tahun sebanyak 84%.17
Pada penelitian ini semua responden menggunakan rokok kretek. Tidak
seorangpun responden yang menggunakan rokok putih. Hal ini mungkin disebabkan
rokok kretek lebih banyak tersedia di pasaran, sebagaimana WHO juga menyatakan
pada tahun 2011 bahwa 79,8% perokok kretek membeli rokok di pasaran dengan
harga relatif tidak mahal. Data perokok Indonesia oleh WHO 2011 menyatakan
WHO bahwa prevalensi perokok kretek di antara orang berpendidikan tinggi lebih
rendah (25,6%) daripada orang yang berpendidikan rendah (33,9%). Dalam proses
pendidikan, kesempatan dan paparan terhadap merokok lebih sedikit dibandingkan
dengan yang tidak mengikuti pendidikan formal. Hal ini mungkin yang mendasari
sedikitnya ditemukan perokok non kretek dalam penelitian ini.3
Prevalensi karies gigi spesifik dijumpai sebanyak 43%. Persentase ini sedikit
lebih rendah dari penelitian Farida tahun 1999 tentang karies gigi spesifik pada
perokok yang menjumpai sebanyak 55,8%. Hal ini mungkin disebabkan pada
penelitian terdahulu seluruh sampelnya adalah supir angkot.11 Pada penelitian ini,
persentase karies gigi spesifik pada supir angkot sebesar 52%, tidak jauh berbeda
dengan penelitian Farida sementara prevalensi karies gigi spesifik pada tukang becak
34%. Hal ini mungkin juga disebabkan seluruh responden menggunakan rokok
kretek. Rokok kretek memiliki komposisi cengkeh yang cukup besar (40%), di mana
cengkeh mengandung eugenol yang dianggap berpotensi menyebabkan karies
spesifik pada rongga mulut.11.21 Selain itu, salah satu faktor penyerta yang mungkin
berperan adalah kebersihan gigi dan mulut oral higiene. Secara umum oral higiene
diketahui berperan terhadap timbulnya karies. Meskipun peneliti tidak memasukkan
faktor kebersihan gigi dan mulut dalam aspek penilaian, kemungkinan besar hal ini
ada pengaruhnya dalam persentase karies gigi spesifik pada perokok.
Berdasarkan pemeriksaan gigi yang dilakukan terlihat bahwa karies gigi spesifik
dijumpai hampir pada semua elemen gigi, baik pada permukaan gigi anterior maupun
posterior, terutama pada gigi molar satu rahang atas dan gigi premolar dua di rahang
bawah. Hasil ini berbeda dari penelitian Farida yang menyatakan bahwa karies gigi
spesifik dijumpai pada gigi kaninus, premolar, molar dua, dan molar tiga di bagian
bukal dan palatal.11 Meskipun tidak dijumpai perbedaan yang bermakna, namun ada
gigi yang memiliki persentase karies gigi spesifik sedikit lebih tinggi dari yang lain,
yaitu molar satu rahang atas sekitar 5,48% dari total responden memiliki karies gigi
spesifik pada bagian tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena pada penelitian
6
sebanyak 33,3%, sementara pada penelitian ini, seluruh sampel perokok yang
merokok lebih dari 18 batang per hari.
Jumlah dan lama merokok adalah salah satu hal yang berpengaruh dalam
penelitian ini, dimana data distribusi karies gigi spesifik berdasarkan jumlah rokok
menunjukkan bahwa responden supir angkot dengan persentase karies gigi spesifik
52%, dan sebagian besar merokok dengan jumlah lebih dari 36 batang per harinya.
Sebaliknya tukang becak dengan prevalensi 34% hanya merokok sekitar 18-36 batang
per harinya. Penelitian yang dilakukan Farida pada supir angkot, menunjukkan bahwa
jumlah batang rokok yang dihisap per hari memiliki pengaruh terhadap timbulnya
karies spesifik, dimana pada penelitian tersebut didapati peningkatan relative risk
2,96 (p<0.0001) pada yang merokok lebih dari 18 batang per hari. Lama merokok
juga berpengaruh terhadap karies gigi spesifik, sesuai penelitian Farida yang
menemukan bahwa pada perokok yang merokok lebih dari 15 tahun ditemukan
prevalensi karies gigi spesifik sebesar 89,3%.11
Pada penelitian ini diperoleh rata-rata karies gigi spesifik anterior pada supir
angkot adalah 0,30 ± 0,16 dan tukang becak 0,22 ± 0,12. Karies gigi spesifik pada
bagian anterior kemungkinan terjadi karena paparan langsung dari asap rokok,
sehingga kerusakan gigi cepat terjadi. Namun hal ini berbeda sama sekali dengan
penelitian Farida yang menyatakan tidak ada sama sekali ditemukan karies gigi
spesifik pada bagian anterior pada perokok. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
penelitian Farida, jumlah rokok yang paling banyak digunakan per hari adalah 7-12
batang, yaitu 33.3% dari total sampel. Sementara pada penelitian ini, seluruh sampel
merupakan perokok aktif yang berat merokok lebih dari 18 batang per hari.11
Pada penelitian ini untuk bagian posterior, diperoleh hasil uji statistik yang
menunjukkan adanya perbedaan rata-rata karies gigi spesifik antara supir angkot 0,23
± 0,23 dengan tukang becak 0,08 ± 0,03 dengan p<0.05. Perbedaan ini kemungkinan
terjadi karena adanya perbedaan jumlah sampel yang terkena karies gigi spesifik pada
tukang becak relatif jauh lebih sedikit daripada supir angkot.
peringkat ke tiga laki-laki yang merokok terbanyak. Indonesia juga merupakan
satu-satunya negara di regio Asia Tenggara yang belum bekerja sama dengan FTC
(Framework Convention on Tobacco Control)dalam membuat peraturan resmi dalam merokok di negara. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang masih
memiliki risiko tinggi terhadap paparan rokok, dan berpotensi untuk meningkat setiap
tahunnya. Tidak hanya terbatas pada kesehatan gigi dan mulut, tetapi juga kesehatan
28
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Prevalensi responden perokok yang memiliki karies gigi spesifik pada tukang
becak dan supir angkot adalah 43% dengan rata-rata pada anterior 0,26 ± 0,14 dan
posterior 0,16 ± 0,13.
2. Karies gigi spesifik hampir ditemukan pada semua gigi terutama pada gigi
molar satu rahang atas dan gigi premolar dua di rahang bawah.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata karies gigi spesifik
pada regio anterior pada kelompok supir angkot 0,30 ± 0,16 dan kelompok tukang
becak 0,22 ± 0,12 (p>0,05).
4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata karies gigi spesifik pada
regio posterior pada kelompok supir angkot 0,23 ± 0,23 dan kelompok tukang becak
0,080 ± 0,03 (p<0,05).
5. Pada kelompok supir angkot kemunculan karies gigi spesifik pada bagian
posterior lebih banyak daripada tukang becak (p<0,05) sedangkan pada bagian
anterior mempunyai angka kemunculan karies gigi spesifik yang sama (p>0,05).
6.2 Saran
1. Dokter gigi
Turut berperan serta dalam memberikan nasihat dan motivasi berhenti merokok
kepada pasien yang memiliki kebiasaan merokok serta diharapkan menjalankan
program pelayanan berhenti merokok (smoking cessation). 2. Orang-orang yang memiliki kebiasaan merokok
Diharapkan agar memperhatikan kesehatan rongga mulutnya dengan
memelihara kebersihan rongga mulut dan memeriksakan gigi setiap enam bulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Jian W, Wang Xl. The process of cigaratte smoking. In: Bernhard D. Cigarette
smoke toxicity: Linking individual chemicals to human diseases. Austria:
WILEY-VCH, 2011.
2. Kementerian Kesehatan. Laporan hasil riset kesehatan dasar, RISKESDAS
Indonesia. Depkes. Jakarta, 2013.
3. World Health Organization. Global adult tobacco survey: Indonesia report 2011,
2012.
4. Kusuma ARP. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi, dan rongga mulut.
Majalah Sultan Agung 2011; 1-8.
5. Munters E, Nawrot TS. An epidemiological appraisal of smoking-related
outcomes. In: Bernhard D. Cigarette smoke toxicity: linking individual chemicals
to human diseases. Austria: WILEY-VCH, 2011.
6. Nusair YM, Abu YMH. Prevalence, clinical picture and risk factors of dry socket
in a Jordanian dental teaching center. The J Cont Dent Pract, 2007: 8(3): 1-17.
7. Action on Smoking Health. Tobacco and oral health 2012.
8. Vellappally S, Fiala Z, Smejkalova J, Jacob V, Shriharsa P. Influence of tobacco
use in dental caries development. Cent Eur J Public Health 2007; 15(3): 116-21.
9. Alam E, Zhang W, Zheng C, Gregory RL, Windsor LJ. Smoking and oral health.
In: Bernhard D. Cigarette smoke toxicity: Linking individual chemicals to human
diseases. Austria: WILEY-VCH, 2011.
10. Warnakulasuriya S. Oral health risks of tobacco use and effects of cessation.
International Dent J 2010; 60: 7-30.
11. Soetiarto F. The relationship between habitual clove cigarette smoking and a
specific pattern of dental decay in male bus drivers in Jakarta, Indonesia. Caries
Res 1999; 33: 248-50.
12. Gordon JS, Albert DA, Crews KM, Fried J. Tobacco education in dentistry and
30
13. Anonymous. Smoking cessation guidelines: For Australian general practice.
Australia, 2004.
14. Aditama TY, Bernida I. Proses berhenti merokok. J Cermin Dunia Kedokteran
1995; 102: 37-9.
15. Schachter S. Pharmacological and psychological determinants of smoking. A New
York University honors program lecture. Ann Intern Med 1978; 88(1): 104–14.
16. Conrad A. Exposure to tobacco smoke. In: Bernhard D. Cigarette smoke toxicity:
Linking individual chemicals to human diseases. Austria: WILEY-VCH, 2011.
17. Singh N, Anggarawai AN, Dupta D, Behera D, Jindal SK. Quantified smooking
status and non-small cell lung cancer stages at presentation: anaysisi of north indian
cohort and systematic review of literature. J Thorac Dis 2012; 4(5): 474-84.
18. Zemann A. Components of cigarette. In: Bernhard D. Cigarette smoke toxicity:
Linking individual chemicals to human diseases. Austria: WILEY-VCH, 2011.
19. Santoso TZ, Choiri M, Setyanto NW. Peningkatan kualitas rokok sigaret kretek
tangan (SKT) dengan metode six sigma (studi kasus pada PT Djarum kudus-SKT
BL 53). J Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri 2013; 1(2): 392-402.
20. Department of Health and Human Services. Smoked tobacco products. Washington
DC: U.S. Department of Health & Human Services, 2014. (http://betobaccofree.hhs
.gov/about-tobacco/Smoked-Tobacco products/index.html) (22 sep 2014).
21. Barceloux DG. Medical toxicology of natural substances. New Jersey: Wiley,
2008: 437-42
22. Pillsburt HC. Review of the federal trade commission method for determining
cigarette tar and nicotine yield. In the FTC cigarette test method for determining
tar, nicotine, and carbon monoxide yields of U.S. Cigarettes. United States, 2012.
23. Zemann A. Smoke chemistry. In: Bernhard D. Cigarette smoke toxicity: Linking
KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nomor :
Tanggal :
PERBEDAAN RERATA KARIES GIGI SPESIFIK ANTARA
TUKANG BECAK DAN SUPIR ANGKOT DIHUBUNGKAN
DENGAN KEBIASAAN MEROKOK
Umur :
Pekerjaan : a. Tukang Becak A
b. Supir Angkot
PERTANYAAN
1. Sudah berapa lama anda merokok?
a. 10-15 tahun 1
b. >15 tahun Sebutkan :
2. Apakah jenis rokok yang sering anda konsumsi?
a. Rokok kretek Sebutkan :
b. Rokok non kretek Sebutkan : 2
c. Rokok kombinasi
3. Bagaimana cara anda mengeluarkan asap rokok?
a. Dari hidung 3
b. Dari mulut
c. Kombinasi
4. Berapa jumlah rokok yang anda konsumsi perharinya?
a. 1-2 bungkus 4
PEMERIKSAAN INTRA ORAL:
Ds :Karies Gigi Spesifik
S :Servikal
L :Lingual
B :Bukal
P :Palatal
1. Jumlah Ds : 5
2.
Rata-rata Ds :=
6
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
Jumlah Ds
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi/siang, saya Muhammad Rizky mahasiswa yang sedang menjalani
pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saat
ini, saya sedang mengadakan penelitian yang berjudul “Perbedaan Rerata Karies Gigi Spesifik Antara Tukang Becak Dan Supir Angkot Dihubungkan Dengan Kebiasaan Merokok”. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui perbedaan rerata
karies gigi spesifik antara tukang becak di pasar aksara dan supir angkot di terminal
amplas dihubungkan dengan kebiasaan merokok.
Penelitian diharapkan dapat memberi sumber informasi kepada masyarakat
khususnya yang mempunyai kebiasaan merokok tentang efek merokok pada
kesehatan gigi dan mulut.
Penelitian ini saya lakukan dengan menggunakan kuesioner dan melakukan
pengecekan pada rongga mulut dengan menggunakan sonde dan kaca mulut. Saya
akan bertanya kepada bapak untuk mengisi kuesioner selama dua menit, kemudian
saya akan melakukan pemeriksaan lubang gigi, tidak ada efek samping yang
ditimbulkan dari penelitian ini.
Pada penelitian ini, identitas bapak akan disamarkan. Hanya peneliti, dokter
pembimbing peneliti dan anggota komisi etik yang dapat melihat data tersebut. Bila
data ini dipublikasikan, kerahasiaan akan tetap dijaga. Biaya penelitian ini
sepenuhnya ditanggung oleh peneliti, jika selama menjalani penelitian ini terdapat
keluhan, segera diinformasikan kepada peneliti dengan nomor telepon
082274115437.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan
waktu bapak, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Menyatakan kesediaan untuk menjadi sampel dalam penelitian mengenai
Perbedaan Rerata Karies Gigi Spesifik Antara Tukang Becak Dan Supir Angkot Dihubungkan Dengan Kebiasaan Merokok dan tidak akan menyatakan keberatan maupun tuntutan dikemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan pikiran sehat/ sadar dan
tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.
Medan, Desember 2014
Pembuat pernyataan
Lampiran 5
pekerjaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
rata-rata karies gigi spesifik pada bagian anterior supir angkot 13 .301282051 .1650563230 .0457783874 tukang becak 15 .222222222 .1164396885 .0300645983
Independent Samples Test
rata-rata karies gigi spesifik pada bagian anterior Equal variances assumed 1.980 .171 1.480 26
Equal variances not assumed 1.444 21.203
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
rata-rata karies gigi spesifik pada bagian anterior Equal variances assumed .151 .0790598291 .0534207758 -.0307481482 Equal variances not assumed .163 .0790598291 .0547680639 -.0347702596
Independent Samples Test
T-Test
Group Statistics
pekerjaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
rata-rata karies gigi spesifik pada bagian posterior supir angkot 23 .233695652 .2301936803 .0479987004 tukang becak 6 .083333333 .0322748612 .0131761569
Independent Samples Test
rata-rata karies gigi spesifik pada bagian posterior Equal variances assumed 5.023 .033 1.575 27
Equal variances not assumed 3.021 24.820
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
rata-rata karies gigi spesifik pada bagian posterior Equal variances assumed .127 .1503623188 .0954663482 -.0455184477 Equal variances not assumed .006 .1503623188 .0497743543 .0478125011
Independent Samples Test
rata-rata karies gigi spesifik pada bagian posterior
Equal variances assumed .3462430854