i SKRIPSI
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
SUSANTI LOUIS 100503027
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
i
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH RASIO
KEUANGAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai
tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau
lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin
dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan
penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Medan, Oktober 2013
Yang membuat pernyataan,
NIM : 100503027 Susanti Louis
ii ABSTRAK
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTARDI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 13 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 19.0 .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Komposisi Aset (KA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Return on Equity (ROE) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. Secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR) lebih memiliki kemampuan daripada Kompisisi Aktiva (KA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dalam mempengaruhi Return on Equity (ROE) perusahaan perbankan yang terdafftar di BEI.
Kata kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Komposisi Aset (KA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Equity (ROE).
iii ABSTRACT
THE EFFECT OF FINANCIAL RATIO TO THE PROFITABILITY OF BANKING COMPANIES LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine whether the financial ratio impact to the profitability of banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 13 banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2012.
Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on
a
linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 19.0.
The result of this study indicate that the Capital Adequacy Ratio ( CAR ) , Composition of Assets ( KA ) , Net Interest Margin ( NIM ) , Operating Expenses to Operating Income simultaneously effect to the Return on Equity ( ROE ) of Banking Companies listed in IDX . Partially Capital Adequacy Ratio ( CAR ) has more ability than the Composition Assets , Net Interest Margin ( NIM ) , Operating Expenses to Operating Income in influencing the Return on Equity ( ROE ) of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange.
Keywords : Capital Adequacy Ratio (CAR), Composition of Assets, Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses to
iv KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta
‘alla atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Tingkat Profitabilitas
pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Penulis
telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak
selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua oarang tua saya yang
sangat saya kagumi dan cintai, Bun Han dan Alpiani yang tidak pernah lelah
memberikan kasih sayang, doa, nasehat serta semangat yang tulus hingga saat
ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi
v
4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing saya
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Sucipto, M.Si., Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah
membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Yang sangat saya cintai abang dan adik saya Syahromi Hasibuan, Dellaneira
Findy Louis, dan M. Azzam Louis yang selalu memberikan doa, semangat serta
kasih sayang yang tulus selama ini. Teman-teman angkatan 2010 teristimewa
Septia Widi Cahyati, Yusnita, Elvira, Dian Prandana serta semua keluarga dan
pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan
yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Oktober 2013
Penulis,
NIM : 100503027 Susanti Louis
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...x
BAB I PENDAHULUAN ...1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...24
vii
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ...36
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...36
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ...36
4.3 Uji Asumsi Klasik ...40
4.3.1 Uji Normalitas ...40
4.3.2 Uji Multikolinearitas ...44
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas...45
4.3.4 Uji Autokorelasi ...47
4.4 Pengujian Hipotesis ...48
4.4.1 Uji Parsial (t-test) ...49
4.4.2 Uji Simultan (F-test) ...52
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi ...54
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ...55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...57
5.1 Kesimpulan ...57
5.2 Keterbatasan Penelitian ...59
5.3 Saran ...60
DAFTAR PUSTAKA ...61
LAMPIRAN...63
viii DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu ...20
3.1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perbankan ...25
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...28
4.1 Statistik Deskriptif ...37
4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ...43
4.3 Uji Multikolinearitas ...44
4.4 Uji Autokorelasi ...48
4.5 Hasil Uji t ...49
4.6 Hasil Uji F ...53
ix DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ...21
4.1 Uji Normalitas (1) : Grafik Histogram...41
4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots ...42
x DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Capital Adequacy Ratio (CAR) ...63
Lampiran 2 Komposisi Aset (KA) ...64
Lampiran 3 Net Interest Margin (NIM) ...65
Lampiran 4 Biaya Op. terhadap Pendapatan Op. (BOPO) ...66
Lampiran 5 Return on Equity (ROE) ...67
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...68
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas ...69
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinearitas ...70
Lampiran 9 Hasil Uji Heterokedastisitas ...70
Lampiran 10 Hasil Uji Autokorelasi ...71
Lampiran 11 Hasil Uji Hipotesis ...72
Lampiran 12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...73
ii ABSTRAK
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTARDI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 13 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 19.0 .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Komposisi Aset (KA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Return on Equity (ROE) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. Secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR) lebih memiliki kemampuan daripada Kompisisi Aktiva (KA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dalam mempengaruhi Return on Equity (ROE) perusahaan perbankan yang terdafftar di BEI.
Kata kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Komposisi Aset (KA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Equity (ROE).
iii ABSTRACT
THE EFFECT OF FINANCIAL RATIO TO THE PROFITABILITY OF BANKING COMPANIES LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine whether the financial ratio impact to the profitability of banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 13 banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2010-2012.
Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on
a
linear regression analysis model performed with the aid of the computer program SPSS version 19.0.
The result of this study indicate that the Capital Adequacy Ratio ( CAR ) , Composition of Assets ( KA ) , Net Interest Margin ( NIM ) , Operating Expenses to Operating Income simultaneously effect to the Return on Equity ( ROE ) of Banking Companies listed in IDX . Partially Capital Adequacy Ratio ( CAR ) has more ability than the Composition Assets , Net Interest Margin ( NIM ) , Operating Expenses to Operating Income in influencing the Return on Equity ( ROE ) of banking companies listed on Indonesia Stock Exchange.
Keywords : Capital Adequacy Ratio (CAR), Composition of Assets, Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses to
12 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.
Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering pula disebut
lembaga kepercayaan. Masyarakat akan mau menitipkan uangnya apabila
masyarakat yakin dan percaya bahwa uangnya akan dikelola dengan baik dan pada
saat tertentu simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank juga
akan mau menempatkan uang tesebut atau menyalurkan kredit kepada masyarakat
apabila pihak bank percaya bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk
membayar dan mengembalikan pinjaman pada saat jatuh tempo.
Perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan dalam mempertemukan pihak yang
membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana (saver).
Dalam kegiatan perkreditan, bank berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat bagi
kelancaran usaha mereka. Sedangkan dengan kegiatan penyimpanan dana, bank
menawarkan kepada masyarakat akan keamanan dananya dengan jasa-jasa bank
yang ditawarkan.
Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah banyak mengalami
perkembangan dari dulu hingga sekarang. Perubahan ini tidak hanya disebabkan
13
perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian,
politik, hukum, dan sosial. Perkembangan dunia perbankan di Indonesia dapat
dikelompokkan kedalam empat periode, antara lain kondisi sebelum deregulasi,
kondisi sesudah deregulasi, kondisi saat krisis ekonomi tahun 1990-an, dan kondisi
pada saat sekarang ini.
Kondisi perbankan di Indonesia sebelum deregulasi ditandai dengan masih
besarnya pengaruh penguasa sehingga perbankan hanya difokuskan untuk melayani
perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah. Pada periode kedua yaitu kondisi
perbankan sesudah deregulasi ditandai dengan tingkat inflasi yang tinggi sehingga
membuat perbankan tidak dapat memobilisasi dana dengan baik. Namun, pada
periode ini pemerintah mulai menetapkan kebijakan-kebijakan deregulasi terkait
dunia perbankan, hal ini membuat meningkatnya kepastian hukum akan usaha
perbankan dan mendorong tingkat persaingan bank yang semakin kuat dan
kepercayaan masyarakat terhadap bank meningkat.
Deregulasi dan penerapan kebijakan-kebijakan sektor riil dan moneter
menyebabkan sektor perbankan mampu melakukan mobilisasi dana lebih cepat dan
perbankan memiliki peran yang lebih besar. Namun, perkembangan yang pesat
pada masa setelah deregulasi tidak berlangsung cukup lama. Perkembangan ini
menjadi terhenti dan bahkan mengalami kemunduran total akibat adanya krisis
ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 1990-an. Krisis ekonomi ini membuat
sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat, adanya spread negatif, jumlah bank
14
drastis. Pemulihan dari krisis ekonomi kearah kondisi perbankan yang lebih baik
ditandai dengan menculnya Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Pada kondisi
bank terakhir ini, praktik perbankan yang lebih baik ini lebih mengarah kepada
manajemen pengelolaan risiko dan penerapan prinsip kehati-hatian (prudential
banking) yang konsisten.
Perkembangan perbankan enam tahun terakhir menunjukkan kemajuan,
salah satunya dapat dilihat dari jumlah bank mengalami pertumbuhan sebesar
92,48% setiap tahun, hal ini juga tidak terlepas dari bagaimana perbankan
Indonesia mampu menjaga kesehatan bank. Dalam rangka menjaga kesehatan bank,
bank dapat berpedoman pada Peraturaan Bank Indonesia terkait indikator penilaian
kesehatan bank. Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/1/PBI/2011 tentang penilaian kesehatan bank yang menyatakan bahwa
penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan pendekatan risiko (risk-based bank
rating). Penilaian kesehatan bank menggunakan pendekatan ini didasarkan pada
lima faktor antara lain Profil Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance
(GCG), Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan (Capital). Perbedaan metode
RGEC dengan metode sebelumnya yang kita kenal dengan istilah CAMEL hanya
terletak pada Profil Risiko. Mengingat perubahan kompleksitas usaha dan profil
risiko, penerapan pengawasan konsolidasi, serta perubahan penilaian kondisi bank
yang diterapkan secara internasional maka Bank Indonesia melakukan
15
faktor yang dinamakan profil risiko, sehingga penilaian kesehatan RGEC dapat
berjalan efektif dalam menghadapi perubahan yang ada.
Kelima faktor dalam penilaian kesehatan bank tersebut memiliki banyak
rasio keuangan bank yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan bank. Didalam
penelitian ini, peneliti membahas empat rasio keuangan antara lain Capital
Adequacy Ratio (CAR), Komposisi Aset (KA), Net Interest Margin (NIM), dan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Keempat rasio
keuangan bank ini dianggap peneliti sudah dapat mewakili dari faktor Profil Risiko
(Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earnings), dan
Permodalan (Capital).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Dengan menghitung CAR
maka kita dapat menilai kesehatan bank dari aspek permodalan (capital).
Komposisi Aset (KA) adalah perbandingan antara aset likuid primer dan sekunder
dengan total aset. Dengan menghitung KA berarti kita dapat menilai kesehatan
bank dari aspek risk profile dan good corporate governance.
Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan pendapatan bunga bersih
dengan rata-rata total aset produktif. BOPO (Biaya Operasional terhadap
16
pendapatan operasional. Dengan menghitung NIM dan BOPO maka kita dapat
menilai kesehatan bank dari aspek rentabilitas (earnings).
Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa rasio keuangan sangat penting
dalam menilai tingkat kesehatan bank dan profitabilitas bank. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh rasio
keuangan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Komposisi Aset (KA), Net Interest
Margin (NIM), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Komposisi Aset (KA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap tingkat profitabilitas pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial
17 1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, peneliti selanjutnya, dan bagi
perusahaan perbankan.
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai
pengaruh rasio keuangan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan perbankan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian-penelitian
selanjutnya mengenai rasio keuangan perusahaan perbankan.
3. Bagi Perusahaan Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam melihat pengaruh
rasio keuangan terhadap profitabilitas perusahaan perbankan dan sebagai tolak ukur
18 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Bank
Bank didefinisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan sebagai “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”. Bank juga didefinisikan sebagai “suatu badan usaha yang kegiatan
utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau pihak lainnya, kemudian
mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta meyediakan
jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran” (Latumaerissa, 2011 : 135).
Menurut Kasmir ( 2004 : 11), bank dapat diartikan sebagai “lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank
lainnya”. Pengertian bank lebih spesifik dapat diartikan sebagai lembaga
intermediasi yang mempelancar sistem pembayaran dan menjadi sarana dalam
19
Berdasarkan definisi di atas memberi tekanan bahwa usaha utama bank
adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan yang merupakan
sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank
tidak semata-mata memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik, tetapi
juga kegiatan usahanya diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat.
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau
sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik, bank dapat berfungsi sebagai
agent of trust, agent of development, dan agent of service.
a. Agent of trust
Fungsi ini menunjukkan bahwa aktivitas intermediasi yang dilakukan oleh dunia
perbankan dilakukan berdasarkan asas kepercayaan, dalam pengertian bahwa
kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank tentu harus didasari rasa
percaya dari masyarakat atau nasabah terhadap kredibilitas dan eksistensi dari
masing-masing bank, karena tanpa rasa percaya masyarakat tidak akan menitipkan
dananya di bank yang bersangkutan. Kepercayaan itu berkaitan dengan masalah
keamanan dana masyarakat yang ada di setiap bank. Sebaliknya bank dalam
kedudukannya sebagai kreditur yaitu pihak yang memberikan pinjaman kredit
kepada masyarakat, dalam menjalankan aktivitas kredit harus merasa yakin dan
percaya terhadap calon penerima kredit atau debitur. Kepercayaan tersebut meliputi
20
dengan tujuan permintaan kredit, sehingga tujuan nasabah tercapai dan tujuan bank
juga tercapai.
b. Agent of development
Fungsi ini berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam menunjang kelancaran
transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi. Semua kegiatan
ekonomi dilakukan dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran, alat
kesatuan hitung, dan alat pertukaran. Oleh karena itu, bank sebagai lembaga
keuangan tentu mempunyai peran yang sangat strategis, sehingga dari aspek ini
bank berfungsi untuk menjembatani semua kepentingan pelaku ekonomi dalam
transaksi ekonomi yang dilakukan.
c. Agent of service
Industri perbankan adalah lembaga yang bergerak di bidang jasa keuangan maupun
jasa nonkeuangan. Sebagai bank, disamping memberikan pelayanan jasa keuangan
sebagaimana kegiatan intermediasi yang selalu dilakukan, maka bank juga turut
serta dalam memberikan jasa pelayanan yag lain seperti jasa transfer (payment
order), jasa kotak pengaman (safety box), dan jasa penagihan (collection) yang saat
ini telah mengalami perubahan nama city clearing.
Latumaerissa ( 2011 : 137) menyatakan penggolongan bank antara lain :
21
b. Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana, sebagai contoh : BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, BCA, Bank Mega, Bank Danamon, Bank Permata, dan Bank Panin.
c. Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta commercial paper, sebagai contoh : Bank Jatim, Bank Maluku, Bank Sumut, dan Bank Papua.
d. Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa.
e. Bank Perkreditan Rakyat, adalah kantor bank di kecamatan yang merupakan unsur penghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dananya di sektor pertanian dan pedesaan.
2.1.2Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu
perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses
posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang
bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi
serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:14/14/PBI/2012, dalam
rangka transparansi kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan
laporan keuangan, yang terdiri atas:
22
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu Bank dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun.
b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang disusun
berdasarkan standar akuntansi keuangan dan dipublikasikan setiap triwulan, sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.
c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan Keuangan Publikasi Bulanan adalah laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum dan dipublikasikan setiap bulan, sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.
d. Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki anak
perusahaan, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku serta menyampaikan laporan tersebut.
e. Laporan Publikasi Lain.
Dari laporan keuangan diatas biasanya mencakup :
a. Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada
23
b. Laporan Laba Rugi, menyajikan informasi mengenai seluruh hasil operasi
(pendapatan) dan beban yang dikeluarkan (beban usaha) dalam kegiatan selama
periode tertentu dalam rangka memperoleh laba.
c. Laporan Perubahan Ekuitas, memberikan informasi mengenai perubahan jumlah
modal pemilik dan sumber-sumber yang mengakibatkan perubahannya.
d. Laporan Arus Kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai
akibat dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama periode yang
bersangkutan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan, menginformasikan kebijakan akuntansi yang
memperngaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan bank.
2.1.3 Profitabilitas
Menurut Harahap ( 2011 : 304), Profitabilitas adalah “ukuran spesifik dari
performance sebuah bank, dimana ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan
dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai
tingkat return, dan minimalisasi risiko yang ada”. Profit yang diraih bank
merupakan cerminan kinerja sebuah bank dalam menjalankan bisnisnya.
Nugroho (2012 : 17) menyatakan bahwa “profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva atau modal yang
dimilikinya”. Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank
24
“Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan”
(Kuncoro, 2002 : 548). Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan perbankan, salah satunya dengan menggunakan rasio
Return on Equity (ROE).
ROE = ���������
�����������
ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal
yang tersedia untuk mendapatkan net income. “Semakin tinggi ROE semakin baik,
berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning
juga semakin besar” (Harahap, 2005).
Menurut Permatasari (2012 : 36), ROE merupakan titik awal yang baik
dalam analisis kondisi keuangan bank karena alasan berikut :
a. Jika ROE suatu bank relatif rendah dibandingkan dengan bank lain, ROE akan cenderung mengurangi akses bank dalam memperoleh modal baru yang mungkin akan digunakan dalam memperluas atau mempertahankan posisi kompetitif di pasar.
b. ROE yang rendah akan membatasi pertumbuhan bank karena peraturan BI mengharuskan aset menjadi jumlah tertentu dari modal ekuitas.
c. ROE dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang membantu untuk mengidentifikasi tren dalam kinerja bank.
Ekuitas terdiri dari dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-in
capital) dan laba ditahan (retained earnings). Modal setoran terdiri dari modal
25
komponen lain yang merefleksikan transaksi pemilik, misalnya saham treasury dan
modal donasi.
2.1.4 Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan. Rasio keuangan hanya menyerdahanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan ini, kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan
dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh
informasi dan memberikan penilaian.
Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio
yang penting, misalnya rasio ideal mengenai likuiditas untuk bank tidak sama
dengan rasio pada perusahaan industri, perdagangan, atau jasa. Rasio keuangan
sangat penting bagi analisis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan
laporan keuangan yang diumumkan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor: 13/1/PBI/2011 menjelaskan bahwa “penilaian tingkat kesehatan bank
menggunakan pendekatan risiko (risk-based bank rating)”. Penilaian ini meliputi
profil risiko (risk profile), good corporate governance, rentabilitas (earnings), dan
permodalan (capital).
Sudarini ( 2005 : 195) menyatakan “Analisis rasio keuangan dapat
26
keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan perusahaan, tidak terkecuali
perusahaan perbankan”.
a. CAR (Capital Adequacy Ratio)
Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha
bank. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai
kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap
bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank disebut juga Capital
Adequacy Ratio (CAR).
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut
dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber diluar bank. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan
bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif berisiko.
“Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu
membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas” (Harahap, 2005).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2009 : 116) :
CAR = ���������
�����������������������������
b. Komposisi Aset
Perusahaan yang memiliki aset tidak berwujud dan aset lancar yang besar
27
aset lancar dan aset tidak berwujud lebih mudah diselewengkan dibandingkan aset
berwujud. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011, rasio
untuk menghitung komposisi aset dari bank sebagai berikut :
Komposisi aset = �������������������������������������
���������
Aset likuid primer adalah aset yang sangat likuid untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas atas penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban jatuh tempo,
yang terdiri dari kas, penempatan pada Bank Indonesia, surat berharga kategori
tersedia untuk dijual, dan seluruh surat berharga pemerintah.
Aset likuid sekunder adalah sejumlah aset likuid dengan kualitas lebih
rendah untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atas penarikan dana pihak ketiga dan
kewajiban jatuh tempo, yang terdiri dari surat berharga pemerintah kategori trading
dengan kualitas baik, surat berharga pemerintah kategori HTM, dam surat berharga
pemerintah kategori trading dan AFS dengan nilai haircut 25%.
c. NIM (Net Interest Margin)
Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan pendapatan bunga
bersih dengan rata-rata total aset produktif. Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Aset produktif terdiri dari giro pada bank
28
rekapitulasi pemerintah, efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan
derivatif, kredit yang diberikan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi,
penyertaan saham, serta komitmen dan kontinjensi dengan risiko kredit.
Nilai aset bersih yang digunakan adalah aset produktif bersih yaitu
aset produktif dikurangi penyisihan kerugian. Semakin besar rasio ini artinya ada
peningkatan pendapatan bunga atas aset produktif yang dikelola bank sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
NIM = ��������������������ℎ
����−����������������������
d. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
“Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan operasi” (Dendawijaya,
2009). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Mengingat bank bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana
dan menyalurkannya dana maka biaya operasional dan pendapatan operasional
didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Rasio ini dapat dirumuskan
29
BOPO = ����������������
���������������������
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dijelaskan sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel
30
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menggambarkan
hubungan antara suatu teori dengan faktor-faktor penting yang diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
profitabilitas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah CAR, KA, NIM, dan
BOPO. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
31 Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha
bank dimana Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan pemenuhan permodalan
minimum bank. Ketentuan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk rasio yang sering
disebut dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Semakin tinggi CAR berarti
semakin kuat kemampuan bank untuk menanggung risiko dari usaha bank dan
tentunya akan berkontribusi bagi profitabilitas.
Komposisi Aset (KA) merupakan perbandingan antara aset likuid
primer dan likuid sekunder dengan total aset. Semakin tinggi KA berarti bank telah
menerapkan corporate governance dengan baik sehingga hal ini akan
meningkatkan profitabilitas bagi bank. Net Interest Margin (NIM) merupakan
perbandingan pendapatan bunga dengan total aset produktif. Semakin tinggi NIM
berarti manajemen bank semakin mampu dalam mengelola aset produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin
rendah BOPO berarti bank semakin mampu dalam mengendalikan biaya
operasionalnya. Efisiensi dalam mengendalikan operasionalnya akan berdampak
pada keuntungan yang diperoleh bank semakin besar. Keuntungan yang semakin
32 2.4 Hipotesis
Menurut Sekaran ( 2006 : 135 ), Hipotesis dapat didefinisikan sebagai “hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang
diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji”. Berdasarkan kerangka
konseptual yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
�1 : CAR ( �1) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
�2 : KA ( �2) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
�3 : NIM ( �3) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
�4: BOPO ( �4) berpengaruh terhadap ROE (Y) pada Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
33
bersama-sama terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan Perbankan yang
34 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2006 :
30), desain kausal adalah “penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab
akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel
dependen ( variabel yang dipengaruhi)”.
3.2 Populasi dan Sampel
Kuncoro ( 2009 : 118 ) menyatakan “Populasi adalah kelompok elemen
yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana
kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian”. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh bank yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010, 2011, dan 2012.
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi tersebut” (Erlina, 2008 : 56). Penulis menggunakan teknik purposive
sampling. “Purposive Sampling method adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu” (Kuncoro, 2009 : 120). Beberapa pertimbangan sampel
35
1. Perusahaan perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2010, 2011, dan 2012.
2. Laporan keuangan periode 2010, 2011, dan 2012 perusahaan tersebut telah diaudit
oleh auditor independen.
3. Perusahaan perbankan tersebut memperoleh laba selama periode pengamatan.
4. Perusahaan perbankan tersebut menerbitkan dan mempublikasikan laporan
keuangan tahunan selama periode pengamatan.
Berdasarkan beberapa pertimbangan sampel tersebut, maka sampel yang diambil
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perbankan
36
Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh sampel perusahaan perbankan yang
berjumlah 13 , dengan time series 3 tahun pengamatan.
3.3Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. “Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Erlina : 2008). Data tersebut
berupa laporan keuangan perusahaan perbankan yang bersumber dari situs Bank
Indonesia yait
37
dan data cross-section. Kuncoro ( 2009 : 125 ) menyatakan “data time series adalah
data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu,
sedangkan data cross-section adalah data yang dikumpulkan pada suatu titik
tertentu”.
3.4Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan.
Pada tahapan pertama, peneliti melakukan studi pustaka yakni berasal dari
buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tahapan kedua adalah
pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload dari situs Bursa Efek
Indonesia yait
melalui media internet untuk memperoleh laporan keuangan tahunan setiap
perusahaan perbankan.
3.5Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Jogiyanto (2004 : 62), “Definisi Operasional menjelaskan
karakteristik dari objek kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset”. Variabel
bebas (independent variable) adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel
lainnya. Variabel independen yang digunakan adalah CAR, KA, NIM, dan BOPO.
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
38
Berikut ini merupakan tabel yang menyajikan konsep dan operasionalisasi dari
variabel yang diteliti :
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Jenis
Variabel
Nama
Variabel
Definisi Pengukuran Skala
39
3.6 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS 19. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis statistik.
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel yang diteliti terhadap
profitabilitas, maka penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda
dengan terlebih dahulu melakukan pengujian asumsi klasik.
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik
Peneliti melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis,
antara lain :
a. Uji Normalitas
“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal” (Ghozali, 2006 :
40
mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Normalitas data dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data
melalui sebuah grafik. Data yang menyebar disekitar dan mengikuti arah garis
diagonal menandakan bahwa data berdistribusi normal dan memenuhi asumsi
normalitas. Uji statistik juga dapat digunakan untuk menguji apakah residual
berdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05
maka data residual berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi lebih kecil
dari 0.05 maka data residual tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
“Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
menemukan adanya korelasi antar variabel independen” (Ghozali, 2006 : 91).
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara
satu dengan yang lainnya. model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan
melihat Variance In Factor (VIP) dan korelasi diantara variabel independen. Jika
VIP > 10, maka terjadi multikolinearitas diantara variabel independen.
c. Uji Heteroskesdastisitas
“Uji heteroskesdastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
41
ke pengamatan lain tetap dinamakan homokedastisitas, sebaliknya jika varians dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda dinamakan
heteroskesdastisitas.
Heteroskesdastisitas dapat dilihat dengan mengamati grafik scatterplot
antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. “Deteksi ada tidaknya
heteroskesdastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot dengan dasar analisis berikut” (Ghozali, 2006 : 105 ) :
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskesdastisitas.
d. Uji Autokorelasi
“Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 atau sebelumnya” (Erlina, 2008 :106). Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan dilakukannya uji statistik Run Test. Suatu persamaan regresi dinyatakan
terbebas autokorelasi jika hasil uji statistik run test-nya tidak signifikan atau di atas
42
Pengambilan keputusan pada uji run test didasarkan pada acak tidaknya
data. Apabila data bersifat acak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak
terkena autokorelasi. Acak tidaknya data mempunyai batasan sebagai berikut:
1. Apabila nilai probabilitas ≥ α = 0,05 maka observasi terjadi secara acak.
2. Apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi secara tidak acak.
Selain itu, pengujian juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin-Watson, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada ditemukan autokorelsi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada ditemukan autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada ditemukan autokorelasi negatif
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Model regresi yang digunakan sebagai berikut :
Y = �+����+����+���� +���� + e
Keterangan :
Y = Profitabilitas
� = Konstanta
43
�1 = Capital Adequacy Ratio
�2 = Komposisi Aktiva
�3 = Net Interest Margin
�4 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
e = error atau variabel pengganggu
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,
digunakan uji signifikansi parsial (t-test) dan uji signifikansi simultan (F-test).
a. Uji Signifikansi Parsial (t-test)
“Uji t digunakan utuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen”
(Ghozali, 2006 : 84). Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen jika variabel dependen tersebut memiliki nilai
signifikansi (sig) dibawah 0.05.
b. Uji Signifikansi Simultan (F-test)
“Uji F digunakan untuk menunjukkan bahwa semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen” (Ghozali, 2006 : 84). Variabel-variabel independen dikatakan
mempunya pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap variabel dependen
44 c. Koefisien Determinasi (��)
“Koefisien Determinasi (�2) digunakan untuk menentukan besarnya
variabel dapat dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independennya
dengan kisaran nilai antara 0 dan 1” (Ghozali, 2006 : 83). Nilai yang mendekati 1
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
45 BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari internet
melalui situs
data laporan keuangan bank yang dipublikasikan setelah diaudit oleh auditor
independen pada tahun 2010-2012. Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi
berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan
menggunakan software SPSS versi 19. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan,
diperoleh 13 perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria dan menjadi sampel
dalam penelitian ini selama periode tahun 2010-2012.
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai
46
yang digunakan dalam penelitian. Adapun keterangan dari nilai deskripsi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata (mean) adalah jumlah seluruh angka pada data yang dibagi dengan
jumlah data yang ada,
2. Median adalah nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari angka terkecil
ke angka tertinggi,
3. Range adalah selisih dari nilai tertinggi dengan nilai terendah dalam suatu
kumpulan data,
4. Standard deviation adalah nilai simpangan baku. Semakin kecil nilainya, maka data
yang digunakan mengelompok di sekitar nilai rata-rata,
5. Variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata data dan kemudian
dibagi dengan jumlah data dikurangi 1(n-1) atau nilai kuadrat dari std.deviation.
Statistik data penelitian disajikan dalam tabel berikut :
47
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan penggambaran tentang data yang
digunakan dalam penelitian ini :
1. Variabel CAR memiliki nilai minimum yaitu 0,0941 dan nilai maksimum yaitu
0,2929, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,159333, hal ini menunjukkan bahwa
bank-bank yang menjadi sampel memiliki nilai CAR positif, artinya bank-bank
tersebut mempunyai kecukupan modal positif pada periode pengamatan. Standard
deviation variabel ini adalah 0,0373663 dan variance 0,001. Rentang nilai (range)
senilai 0,1980 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai
minimum.
2. Variabel KA memiliki nilai minimum yaitu 0,0882 dan nilai maksimum yaitu 0,6,
dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,241738, hal ini menunjukkan bahwa
bank-bank yang menjadi sampel memiliki nilai KA positif, artinya bank-bank-bank-bank tersebut
mempunyai komposisi aset yang baik pada periode pengamatan. Standard
deviation variabel ini adalah 0,1157543 dan variance 0,013. Rentang nilai (range)
senilai 0,5118 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai
minimum.
3. Variabel NIM memiliki nilai minimum yaitu 0,0102 dan nilai maksimum yaitu
0,1077, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,053982, hal ini menunjukkan bahwa
48
tersebut mempunyai komposisi aktiva yang baik pada periode pengamatan.
Standard deviation variabel ini adalah 0,0175525 dan variance 0. Rentang nilai
(range) senilai 0,0975 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian
ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan
nilai minimum.
4. Variabel BOPO memiliki nilai minimum yaitu 0,5281 dan nilai maksimum yaitu
0,9296, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,776826, hal ini menunjukkan bahwa
bank-bank yang menjadi sampel memiliki nilai BOPO positif, artinya tidak satu
sampel pun dalam penelitian ini yang miliki nilai BOPO negatif. Standard
deviation variabel ini adalah 0,0986167 dan variance 0,010. Rentang nilai (range)
senilai 0,4015 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai
minimum.
5. Variabel ROE memiliki nilai minimum yaitu 0,0226 dan nilai maksimum yaitu
0,4383, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,212921, hal ini menunjukkan bahwa
bank-bank yang menjadi sampel memiliki nilai ROE positif, artinya bank-bank
tersebut mempunyai laba bersih positif pada periode pengamatan. Standard
deviation variabel ini adalah 0,1058110 dan variance 0,011. Rentang nilai (range)
senilai 0,4157 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai
49 4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dapat dilakukan secara kasat mata yaitu dapat
dilihat pada grafis histogram dan grafik PP Plots. Suatu data akan berdistribusi
normal jika nilai probabilitas yang diharapkan sama dengan nilai probabilitas
pengamatan. Pada grafik PP Plots, kesamaan antara nilai probabilitas harapan
dengan probabilitas pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang
merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan garis probabilitas
pengamatan.
Berikut ini adalah hasil pengujian normalitas data dalam bentuk grafik
50 Gambar 4.1
Uji Normalitas (1) : Grafik Histogram
51 Gambar 4.2
Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots
Sumber: Diolah dengan SPSS, 2013
Grafik histogram memperlihatkan bahwa pola distribusi yang norrmal dan
grafik normal probability plot menggambarkan titik-titik yang menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal pada normal probability plot.
kedua grafik ini menunjukkan bahwa normalitas data terpenuhi.
Pengujian normalitias dapat juga dapat diuji secara statistik dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Santoso (2003:34) memberikan pedoman
pengambilan keputusan tentang data-data yang mendekati atau merupakan
distribusi normal yang dapat dilihat dari:
52
2. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.
Hasil dari uji normalitas dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov
ditunjukkan oleh tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Mean .159333 .241738 .053982 .776826 .21292
1
Std.
Deviation
.037366
3
.1157543 .0175525 .0986167 .10581
10
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Diolah dengan SPSS, 2013
Dari tabel diatas, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov antara lain 0,821;
0,577; 1,031; 0,84 dan 0,6 sedangkan nilai signifikansi antara lain 0,511; 0,894;
0,238; 0,48 dan 0,744. Nilai-nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi secara normal.
53
Untuk melihat ada tidaknya gejala multikolinearitas, peneliti melihat
besaran korelasi antar variabel independen dan besarnya tingkat kolinearitas yang
masih dapat ditolerir yaitu : tolerance > 0,10 dan VIF (Variance Inflation Factor)
< 10. Uji multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF menunjukkan
hasil seperti pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya gejala
multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai tolerance dan
VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
54
tolerance 0,513; KA memiliki nilai tolerance 0,556; NIM memiliki nilai tolerance
0,716; BOPO memiliki nilai tolerance 0,687. Jika dilihat dari VIF, masing-masing
variabel independen lebih kecil dari 10 yaitu CAR memiliki VIF 1,948; KA
memiliki VIF 1,797; NIM memiliki VIF 1,397; BOPO memiliki VIF 1,455.
Kesimpulan yang diperoleh adalah tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam
variabel independennya.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan dasar analitis
sebagai berikut :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada akan membentuk pola tertentu
yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka
0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat ditunjukan pada gambar 4.3 berikut
55 Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Dari grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y tidak membentuk pola
tertentu atau tidak teratur. Titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang
lain mengindikasikan bahwa adanya data observasi yang sangat berbeda dengan
data penelitian lainnya. Maka dapat di simpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi ini sehingga model ini layak untuk
digunakan untuk melihat pengaruh CAR, KA, NIM, BOPO terhadap profitabilitas
56 4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Adanya autokorelasi dapat
diuji dengan menggunakan Uji Durbin-Watson, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada ditemukan autokorelasi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada ditemukan autokorelasi.
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada ditemukan autokorelasi negatif
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate Durbin-Watson
1 .680a .462 .399 .0820251 1.526
a. Predictors: (Constant), CAR, KA, NIM, BOPO
b. Dependent Variabel: ROE
57
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson menunjukkan angka sebesar 1,526. Karena angka tersebut terletak diantara -2 dan
+2 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi adanya autokorelasi dalam
penelitian ini.
4.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis secara statistik
dilakukan dengan menggunakan analisis uji parsial (t-test) dan uji simultan (F-test).
4.4.1 Uji Parsial (t-test)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara parsial.
Tabel 4.5 Hasil Uji t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .541 .148 3.670 .001
CAR -1.682 .497 -.594 -3.385 .002
KA .105 .154 .115 .682 .500
NIM 1.593 .896 .264 1.778 .084
58
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara parsial
dari masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut :
�� : CAR ( ��) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Nilai t hitung variabel CAR diperoleh sebesar -3,385 dan nilai signifikansi sebesar
0,002. Nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh sebesar 0,002 lebih kecil dari
tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa CAR berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROE)
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Maka �1 diterima karena
didukung oleh data dan sesuai dengan ekspektasi penelitian.
�� : KA ( �� ) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Nilai t hitung variabel KA diperoleh sebesar 0,682 dan nilai signifikansi sebesar
0,5. Nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh sebesar 0,5 lebih besar dari tingkat
signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROE)
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Maka �2 ditolak karena tidak
didukung oleh data dan tidak sesuai dengan ekspektasi penelitian.
59 Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Nilai t hitung variabel NIM diperoleh sebesar 1,778 dan nilai signifikansi sebesar
0,084. Nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh sebesar 0,084 lebih besar dari
tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa NIM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas
(ROE) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Maka �3 ditolak karena
tidak didukung oleh data dan tidak sesuai dengan ekspektasi penelitian.
��: BOPO ( �� ) berpengaruh terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Nilai t hitung variabel BOPO diperoleh sebesar -1,36 dan nilai signifikansi sebesar
0,183. Nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh sebesar 0,183 lebih besar dari
tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas
(ROE) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Maka �4 ditolak karena
tidak didukung oleh data dan tidak sesuai dengan ekspektasi penelitian.
Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Y = 0,541+ (-1,682)�� + 0,105�� + 1,593�� + (-0,221)�� + �
Dimana:
60
a = Konstanta
�1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
�2 = Komposisi Aset (KA)
�3 = Net Interest Margin (NIM)
�4 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
� = tingkat kesalahan pengganggu
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing
variabel menjelaskan bahwa :
a. Konstanta sebesar 0,541 menyatakan bahwa apabila tidak ada variabel bebas maka
nilai ROE adalah sebesar 0,541.
b. Koefisien CAR sebesar -1,682 menunjukkan bahwa setiap kenaikan CAR akan
menyebabkan ROE meningkat sebesar nilai koefisiennya.
c. Koefisien KA sebesar 0,105 menunjukkan bahwa setiap kenaikan KA akan
menyebabkan ROE meningkat sebesar nilai koefisiennya.
d. Koefisien NIM sebesar 1,593 menunjukkan bahwa setiap kenaikan NIM akan
menyebabkan ROE meningkat sebesar nilai koefisiennya.
e. Koefisien BOPO sebesar -0,221 menunjukkan bahwa setiap kenaikan BOPO akan
menyebabkan ROE menurun sebesar nilai koefisiennya.
61
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki
pengaruh secara bersama-sama ataupun simultan terhadap variabel terikat, apabila
nilai signifikan yang diperoleh kurang dari 0,05.
Tabel 4.6 Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .197 4 .049 7.309 .000a
Residual .229 34 .007
Total .425 38
a. Predictors: (Constant), BOPO, KA, NIM, CAR
b. Dependent Variable: ROE
Sumber : Diolah dengan SPSS, 2013
��: CAR ( �� ), KA ( �� ), NIM ( �� ), dan BOPO ( �� ) berpengaruh
secara bersama - sama terhadap ROE ( Y ) pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Uji F pada tabel anova diperoleh nilai F sebesar 7,309 dan nilai signifikan sebesar
0,000 yaitu lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa CAR, KA,
62
profitabilitas (ROE) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. Maka �5
diterima karena didukung oleh data dan sesuai dengan ekspektasi penelitian.
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (��)
Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar
presentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi ini teletak
diantara nol dan satu.
Tabel 4.7
Nilai Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .680a .462 .399 .0820251
Sumber : Diolah dengan SPSS, 2013
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terjadi korelasi atau hubungan yang signifikan
antara CAR, KA, NIM, dan BOPO sebagai variabel independen dan ROE sebagai
variabel dependen. Hal ini terlihat dari nilai R sebesar 0,680 atau 68% yang lebih
besar dari 50%. Nilai R Square diperoleh sebesar 0,462 yang berarti 46,2% variasi
atau perubahan dalam ROE dapat dijelaskan oleh CAR, KA, NIM. Sisanya
sebesar 53,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam