• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lhoknga Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lhoknga Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

(2)

Lampiran 1. Kegiatan Penelitian

a. Pengambilan sampel b. pengukuran arus

c. Pengukuran DO dengan winkler d. pengukuran pH dan suhu

(3)

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung Pantai Lhoknga

1. Selain Pantai Lhoknga, pantai apalagi yang pernah anda kunjungi?... 2. Kegiatan yang dilakukan :

a. Penelitian b. Berwisata c. Memancing d.lainnya(sebutkan)...

penginapan dalam kawasan rumah saudara penginapan di sekitar kawasan Pantai Lhoknga lainnya (sebutkan) ...

5. Bagaimanakah pengalaman wisata yang anda rasakan dalam mengunjungi lokasi wisata ini?

a. sangat menyenangkan b. cukup menyenangkan c. kurang menyenangkan

6. Sudah berapa kali kunjungan anda ke Pantai Lhoknga? ……kali

7. Frekuensi kunjungan : 1x setahun 2x setahun >2x setahun 8. Berapa lama waktu yang anda habiskan di lokasi wisata ini ?

(4)

Lampiran 1. Lanjutan

b. 4 jam d. > 6 jam 9. Kegiatan wisata yang dilakukan :

Berenang Surfing Jalan-jalan Melihat pemandangan 3. Ketersediaan air bersih (air tawar) :

a. Kurang memedai b. Cukup memadai c. memadai d. melimpah 4. Transportasi :

a. Kurang memedai b. Cukup memadai c.sangat memadai 5. Kios makanan dan minuman :

a. Kurang memedai b. Cukup memadai c.sangat memadai 6. Jalan :

a. Kurang baik b. Cukup Baik c. Sangat Baik 7. Listrik :

a. tersedia b. Tidak tersedia 8. Ketersediaan tempat sampah :

a. Kurang memedai b. Cukup memadai c.sangat memadai 9. Tempat ibadah :

a. tersedia b. Tidak tersedia 10. Kondisi jalan menuju Pantai Lhoknga?

a. Baik b. Cukup baik d. tidak baik 11. Jarak dari wisata Pantai Lhoknga dari pusat kota?

a. <5 km c. 10-15 km b. 5-10 km d. >15 km

12. waktu tempuh dari pusat kota ke wisata Pantai? a. < 1 jam c. 3-4 jam

b. 1-2 jam d. >5 jam B.2. Kualitas Ekologi

1. Apa saja daya tarik sumberdaya untuk wisata di Pantai Lhoknga? a. Pasir pantai b. Tumbuhan pesisir

(5)

Lampiran 1. Lanjutan

2. Kondisi SDA untuk ekowisata pantai : 1. Keindahan alam/pantai :

a. Kurang indah (tidak ada panorama) b. Cukup indah (panorama cukup indah) c. Indah (panorama indah, laut jernih)

d. Sangat indah (panorama indah, laut yang jernih, ombak yang besar) 2. Kondisi pasir pantai :

a. Kurang (abu – abu kehitaman) b. Cukup (coklat kehitaman) c. Baik (coklat)

d. Sangat baik (warna putih kecoklatan) 3. Kejernihan air laut :

a. Kurang (sangat keruh) c. Baik (terlihat tidak sampai dasar) b. Cukup (keruh) d. Sangat baik (terlihat sampai dasar)

4. Kenyamanan pantai untuk kegiatan wisata (kelapangan, ketentraman dan keamanan) :

a. Kurang nyaman c. Nyaman

b. Cukup nyaman d. Sangat nyaman

5. Menurut bapak/ibu, bagaimana kesadaran masyarakat di Pantai Lhoknga akan pentingnya kelestarian lingkungan

a. Kurang c. Baik e. Tidak tahu b. Cukup d. Sangat baik

B.3. Kriteria Penilaian Daya Tarik

1. Keunikan Sumberdaya Alam Pantai Lhoknga?

a. Pantai c. Fauna

b. Flora d. Pasir Putih

2. Banyaknya Sumberdaya Alam yang Menonjol ? a. Pasir Putih c. Flora

b. Fauna d. Air

3. Kegiatan Wisata yang dilakukan ?

a. mandi dan berenang d. Bersampan/Berperahu b. Melihat flora dan fauna laut e. Wisata Pantai

c. memancing f. Surfing/olahraga

(6)

Lampiran 1. Lanjutan B.4. Pengetahuan ekowisata

1. Apakah bapak / ibu mengerti tentang ekowisata : a. Ya b. Tidak

(7)

Lampiran 3. Perhitungan Sampel Pengunjung

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kab Aceh Besar

� = + � �

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi

(8)

Lampiran 4. Baku Mutu Air Laut untuk Wisata

5. Padatan tersuspensi totalb mg/l 20

6. Suhuc °C alami 3(c)

10. PAH (Pollaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003

11 . PCB (Poliklor Bifeni) mg/l nihil(1)

12. Surfaktan (detergen) mg/l MBAS 0,001

13. Minyak dan Lemak mg/l 1

14. Pestisidaf mg/l nihil1(f)

Logam terlarut

15. Raksa (Hg) mg/l 0,002

16. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,002

(9)

Lampiran 4. Lanjutan

Keterangan:

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai

dengan metode yang digunakan)

2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada,

baik internasionalmaupun nasional.

3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,

malam dan musim)

4. Pengamatan oleh manusia (visual).

5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan

tipis (thin layer) denganketebalan 0,01mm

a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman

euphotic

b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi

rata-rata musiman

c. c.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami

d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata

musiman

f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor

g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi

(10)
(11)

Lampiran 6. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5

Diinkubasi selama 5 hari

Pada temperatur 20° C dihitung nilai Dihitung nilai DO akhir DO

awal

Keterangan:

1. Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan nilai DO

2. Nila BOD= Nilai Awal-Nilai DO akhir Sampel Air

Sampel Air Sampel Air

(12)
(13)

Lampiran 8. Perhitungan Indeks Kesesuaian Kawasan Wisata Pantai Lhoknga

No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor

1. Kedalaman perairan 5 0,63 3 15

2. Tipe Pantai 5 pasir putih 3 15

3. Lebar Pantai 5 60 m 3 15

4. Material Dasar Perairan 3 Pasir 3 9

5. Kecepatan arus 3 0,2 3 9

6. Kemiringan Pantai (0) 3 3 3 9

7. Kecerahan perairan (m) 1 5 2 2

8. Penutupan Lahan Pantai 1 Kelapa, lahan terbuka 3 3

9. Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 3

10. Ketersediaan air tawar (km) 1 >0,5 3 3

JUMLAH 83

IKW = ∑ (Nmax) � Ni %

IKW = ∑ ( ) � %

IKW = ∑ , � %

(14)

Lampiran 8. Lanjutan

No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor

1. Kedalaman perairan 5 0,82 3 15

2. Tipe Pantai 5 pasir putih 3 15

3. Lebar Pantai 5 55 m 3 15

4. Material Dasar Perairan 3 Pasir 3 9

5. Kecepatan arus 3 0,26 2 6

6. Kemiringan Pantai (0) 3 7 3 9

7. Kecerahan perairan (m) 1 5,6 2 2

8. Penutupan Lahan Pantai 1 Kelapa, lahan

terbuka 3 3

9. Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 3

10. Ketersediaan air tawar (km) 1 >0,5 3 3

JUMLAH 80

IKW = ∑ (Nmax) � Ni %

IKW = ∑ ( ) � %

IKW = ∑ , � %

(15)

Lampiran 8. Lanjutan

No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor

1. Kedalaman perairan 5 0,89 3 15

2. Tipe Pantai 5 pasir putih 3 15

3. Lebar Pantai 5 58 m 3 15

4. Material Dasar Perairan 3 Pasir 3 9

5. Kecepatan arus 3 0,3 2 6

6. Kemiringan Pantai (0) 3 11 2 6

7. Kecerahan perairan (m) 1 6,7 2 2

8. Penutupan Lahan Pantai 1 Kelapa, lahan

terbuka 3 3

9. Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 3

10. Ketersediaan air tawar (km) 1 >0,5 3 3

JUMLAH 77

IKW = ∑ ( Ni

Nmax) � %

IKW = ∑ ( ) � %

IKW = ∑ , � %

(16)
(17)

Lampiran 10. Tabulasi Kuisioner Pengunjung

No Kriteria Jumlah Presentase (%)

data umum responden jenis kelamin

1.

laki-laki 45 53,57142857

Perempuan 39 46,42857143

Total 84 100

Umur

2.

<24 36 42,85714286

25-34 25 29,76190476

35-44 15 17,85714286

>45 8 9,523809524

Total 84 100

3.

Pendidikan

SMP 0 0

SMA 36 42,85714286

D3 27 32,14285714

S1 21 25

(18)

Lampiran 10. Lanjutan

Rombongan Wisata/tour 12 14,28571429

Keluarga 22 26,19047619

Lainnya 12 14,28571429

Total 84 100

2.

Frekuensi Kunjungan

1x setahun 24 28,57142857

2x setahun 10 11,9047619

Melihat Pemandangan 27 32,14285714

Duduk-duduk 8 9,523809524

sangat menyenangkan 38 45,23809524

cukup menyenangkan 45 53,57142857

kurang menyenangkan 1 1,19047619

Total 84 100

6.

sambutan masyarakat

baik sekali 23 27,38095238

Baik 54 64,28571429

cukup 6 7,142857143

kurang baik 1 1,19047619

(19)

Lampiran `10. Lanjutan

No Kriteria Jumlah Presentase (%)

Sarana Prasarana

1.

Penginapan

sangat baik 7 8,333333333

Baik 26 30,95238095

cukup memadai 27 32,14285714

kurang memadai 5 5,952380952

Total 84 100

4.

Transportasi

sangat memadai 34 40,47619048

cukup memadai 40 55,55555556

kurang memadai 10 13,88888889

Total 84 109,9206349

5.

Akses Jalan

Sangat baik 59 70,23809524

cukup baik 25 29,76190476

kurang baik 0 0

Total 84 100

6.

Kios Makanan

sangat memadai 39 46,42857143

cukup memadai 45 53,57142857

kurang memadai 0 0

Total 84 100

7.

Ketersediaan Tempat Sampah

sangat memadai 16 19,04761905

cukup memadai 45 53,57142857

kurang memadai 23 27,38095238

Total 84 100

8.

Listrik

Tersedia 27 32,14285714

tidak tersedia 57 67,85714286

(20)

Lampiran 10. Lanjutan

sangat indah 48 57,14285714

Indah 29 34,52380952

cukup indah 7 8,333333333

kurang indah 0 0

Total 84 100

3.

Kondisi Pasir

sangat baik 52 61,9047619

Baik 30 35,71428571

sangat baik 41 48,80952381

Baik 35 41,66666667

sangat nyaman 38 45,23809524

Nyaman 27 32,14285714

cukup nyaman 19 22,61904762

kurang nyaman 0 0

Total 84 100

6.

kesadaran masyarakat

sangat baik 16 19,04761905

Baik 22 26,19047619

Cukup 27 32,14285714

Kurang 0 0

Tidak tahu 19 22,61904762

(21)

Lampiran 10. Lanjutan

pasir putih 19 22,61904762

Fauna 0 0

mandi dan berenang 28 33,33333333

melihat flora dan fauna laut 0 0

Memancing 0 0

Berperahu 0 0

wisata pantai 31 36,9047619

surfing/olahraga 25 29,76190476

Total 84 100

4.

Kebersihan

sangat baik 20 23,80952381

Baik 41 48,80952381

Cukup 23 27,38095238

Kurang 0 0

(22)

Lampiran 10. Lanjutan

No Kriteria Jumlah Presentase (%)

Pengetahuan ekowisata

1.

Mengerti tentang ekowisata

ya 65 77,38095238

Tidak 19 22,61904762

Total 84 100

2.

Setuju 76 90,47619048

tidak setuju 8 9,523809524

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, L. 2009. Dampak Pemgunjung Kawasan Wisata Terhadap Kelestarian Sumberdaya Pantai Ancol Jakarta Utara. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

BPS Kabupaten Aceh Besar, 2011. Pokja AMPL Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar. Diakses http://www.ppsp.nawasis.info pada tanggal 12 september 2014.

BPS Kabupaten Aceh Besar. Perwakilan Provinsi NAD [Terhubung Berkala]. Diakseshttp://bandaaceh.bpk.go.id pada tanggal Oktober 2014.

Dahuri. R., J. Rais, S. P. Ginting., dan M. J. Sitepu, 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

Dirhamsyah, 2006. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terintegrasi Di Indonesia. Oseana, 31(1): 21 – 26.

Djunaedi. A dan M.N. Basuki, 2002. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3 (3).

Handayawati, Budiono dan Soemarno, 2010. Potensi Wisata Pantai-Bahari diakses http://marno.lecture.ub.ac.id tanggal 15 september 2014.

Iskandar. C. K., 2010. Kajian Sumberdaya Pantai Pasca Tsunami 2004 Untuk Pengembangan Wisata Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Juliana, S. Lachmuddin dan Z. Muhammad, 2013. Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Bahari Di Perairan Bandengan Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Jurnal Perikanan Dan Kelautan Tropis Vol IX-1.

Mahfudz. F. D., 2012. Ekologi, Manfaat dan Rehabilitasi Hutan Pantai Indonesia. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Manado.

Manafi. M. R., A. Fahrudin., D.G. Bengen dan M. Boer. 2009. Aplikasi Konsep Daya Dukung Untuk Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Kecil (Studi Kasus Gugus Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Jilid 16, Nomor 1: 63-71. Sulawesi Tenggara.

Mendrofa. F., D. Yoswati dan M. Ghalib, 2013. Coastal Ecotourism Potential Of Sorake Beach, South Niasregency In North Sumatra Province. Diakses http://www.jom.unri.ac.id. Pada tanggal 27 september 2014.

(24)

Rahmawati, A. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan Wisata Pantai (Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur). [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ramli, M. 2009. Strategi Pengembangan Wisata di Pulau Bawean Kabupaten Seresik. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rasyid, A. 2010. Distribusi Suhu Permukaan Pada Musim Peralihan Barat-Timur Terkait Dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil Di Perairan Spermonde.Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 20 (1): 1-7. ISSN: 0853-4489.

Rochmanto. B. dan S. A. Franscies. 2012. Karakteristik Morfologin Pantai Mallusetasi Berdasarkan Data Spasial Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Teknik Universitas Hasanuddin. Makasar.

Sari. T. E dan Usman, 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17 : 88-100.

Setiawan. N , 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Setyobudiandi, I., A. Fahruddin, A. M. Rajab, 2013. Daya Dukung Perairan Pulau Liukang Loe Untuk Aktivitas Ekowisata Bahari. Depik, 2(3): 114-125. Sitorus. H, 2013. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Berkelanjutan.

Universitas Nomensen. Medan.

Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51. 2004. Baku Mutu Air Laut. Jakarta.

Supriharyono, 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati Di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Tambunan. J. M., S. Anggoro, H. Purnaweni, 2013. Kajian Kualitas Lingkungan dan Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. ISBN 978-602-17001-1-2.

Tjiptoherijanto. P, 1995, Arah Kebijaksanaan Makro Pemerintah dalam Mengantisipasi Pasar Global, makalah Seminar Bisnis STIEIPWI. Jakarta.

Tuwo. A, 2011.Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internatinal. Surabaya.

Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.

(25)

Yulianda. F, 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. BogorPerairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertania Bogor.

Yulianda. F., A. Fahrudin, A.A. Hutabarat, S. Harteti, Kusharjani, H.S. Kang, & L. Adrianto, 2010. Pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu. Pusdiklat Kehutanan-Departemen Kehutanan RI, SECEM-Korea International Cooperation Agency, Bogor.

(26)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

dengan bulan April 2015. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di kawasan

objek wisata Pantai Lhoknga Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. Peta

lokasi dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera,

Global Positioning System (GPS) untuk menentukan titik koordinat, refraktometer

untuk mengukur salinitas, DO meter (metode winkler) untuk mengukur oksigen

terlarut dalam air, gayung untuk mengambil sampel air, Secchi Disc untuk

mengukur kecerahan perairan, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet, meteran untuk

(27)

untuk mengukut tingkat keasaman perairan, botol sampel untuk wadah sampel

air, water pass untuk mengukur tingkat kemiringan.

Bahan yang digunakan aquades, regent untuk mengukur DO, air sampel,

data sekunder dari berbagai instansi dan data hasil kuisioner untuk pengunjung

serta hasil wawancara para pengunjung dan penduduk.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini diawali dengan mengevaluasi kondisi perairan kawasan

Pantai Lhoknga. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan konsep pengembangan

wisata alam dengan melihat potensi sumberdaya alam dan sumberdaya

manusianya. Seluruh data sumberdaya alam dilihat dari data kualitas air sebagai

perbandingan dengan kulaitas perairan yang baik untuk pengelolaan kawasan

wisata yang berkelanjutan.

Pengumpulan data menggunakan data primer berdasarkan pendekatan

eksploratif dengan metode survey dan pengukuran langsung di lapangan. Variabel

yang diteliti adalah parameter kualitas perairan serta daya dukung kawasan,

mengenai keadaan umum kawasan Pantai Lhoknga. Didalam data primer

menggunakan data wawancara dan data observasi lapangan, wawancara meliputi

penentuan jumlah responden, sementara data observasi lapangan dengan data

yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan (insitu) pada parameter

lingkungan dalam penelitian ini. Dokumentasi kegiatan penelitian dapat dilihat

pada Lampiran 1.

Data sekunder diperoleh dari studi pustaka berupa buku penunjang,

(28)

informasi yang terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Parawisata Aceh

Besar/Banda Aceh, Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Besar/Banda Aceh,

BAPPEDA Aceh Besar dan Kepala Desa (Geuchik) Desa Lhoknga Kecamatan

Lhoknga.

Penentuan Responden

Penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling.

Pertimbangan menggunakan metode purposive sampling, karena metode

pengambilan sampel dengan cara ini sengaja memilih responden berdasarkan

kebutuhan data yang diinginkan dengan ketentuan peran serta (partisipasi)

responden dalam kegiatan wisata, pertimbangan lain adalah memberikan

informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. Kuisioner penelitian untuk

pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 2.

Responden terdiri dari responden wisatawan yang hadir pada kawasan

pantai Lhoknga. Responden pengunjung terdiri dari para pengunjung yang

melakukan wisata di Pantai Lhoknga. Kuisioner diberikan kepada pengunjung,

sehingga data yang diperoleh dapat mendukung pengamatan di lokasi. Teknik

yang digunakan dalam pengambilan data menggunakan accident sampling, yaitu

responden yang kebetulan berada di dalam kawasan wisata Pantai Lhoknga.

Untuk menentukan besarnya jumlah responden atau sampel, peneliti

mengguanakan rumus Slovin (Setiawan, 2007) yaitu sebagai berikut:

(29)

Keterangan :

N = Populasi n = Sampel

d = Galat Pendugaan (10%).

Berdasarkan Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Aceh

Besar 2014, jumlah populasi pengunjung sebanyak 136 orang per minggu atau

544 orang per bulan. Berdasarkan data ini, maka jumlah sempel menurut rumus

Slovin adalah 84 orang. Perhitungan sampel pengunjung dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Deskripsi Area

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik purpossive sampling

untuk penentuan stasiun. Pertimbangan menggunakan metode purposive sampling

karena Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu.

a. Stasiun 1.

Stasiun 1 terletak di sebelah selatan Pantai Lhoknga. Secara geografis

terletak pada 5°2’23” LU dan 95°4’43”BT. Daerah ini merupakan daerah yang

dijadikan tempat berenang bagi anak-anak dan dekat dengan dermaga kapal PT

(30)

Gambar 3. Stasiun 1

b. Stasiun 2.

Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Lhoknga. Secara geografis

terletak pada 5°27’ 13” LU dan 95° 4’ 38” BT. Pada daerah ini pengunjung hanya

menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk menikmati pemandangan alam Serta

aktivitas berenang pada usia dewasa. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada

Gambar 4.

(31)

c. Stasiun 3

Stasiun ini terletak di sebelah Utara Pantai Lhoknga. Secara geografis

terletak pada 5°27’ 22”LU dan 95° 14’ 39” BT. Daerah ini merupakan daerah

yang dijadikan tempat aktivitas surfing, berenang dan menikmati pemandangan .

Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Stasiun 2

Analisis Data Kondisi kualitas air

Parameter kualitas air yang dianalisis adalah suhu, salinitas, pH,

kecerahan, DO (oksigen terlarut), BOD (Biochemical Oxygen Demand), bau,

sampah. Hasil pengukuran parameter kualitas air akan di bandingkan dengan

KEP- 51/MEN KLH 2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari. KEP-

(32)

Fisika a. Suhu

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer. Termometer di

celupkan pada perairan, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada

setiap stasiun. Suhu yang di ukur adalah suhu permukaan air. Hasil pengukuran

merupakan suhu rata-rata. Satuan dari suhu adalah oC.

b. Kecerahan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Secchi Disc sebanyak tiga

kali ulangan pada setiap stasiun. Secchi Disc dimasukkan ke dalam perairan

secara perlahan-lahan, kemudian setelah mulai tidak tampak diukur kedalamannya

(D1). Secchi Disc diturunkan sedikit lagi sampai tidak tampak, kemudian diangkat

secara perlahan-lahan. Setelah tampak kembali catat kedalamannya (D2). Nilai

kecerahan dihitung dengan menggunakan rumus : kecerahan=D +D Satuan dari

kecerahan adalah meter (m).

c. Bau

Pengukuran bau dilakukan dengan menggunakan indera penciuman

terhadap air sampel yang diambil pada setiap stasiun. Air tersebut diambil dengan

menggunakan botol sampel. Air sampel tersebut dihirup apakah berbau tidak enak

atau tidak.

d. Sampah

Pengukuran dilakukan secara visual menggunakan indera penglihatan.

(33)

Kimia a. pH

Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan secara langsung pada setiap

stasiun dengan 3 kali ulangan. Pengukuran dilakukan menggunakan pH meter,

yaitu dengan mencelupkan pH meter pada permukaan perairan, sampai pH meter

menunjukkan angka keasaman yang stabil.

b. DO (Oksigen terlarut)

Contoh air diambil dari tiap stasiun masing-masing sebanyak tiga kali

ulangan. Air diambil menggunakan botol winkler atau Botol BOD 125 ml,

ditambah 20 tetes MnSO4 dan 20 tetes NaOH + KI. Botol kemudian dikocok dan

didiamkan hingga terbentuk endapan, ditambahkan 20 tetes H2SO4, dikocok

hingga larut. Air sampel diambil sebanyak 50 ml, dimasukkan ke dalam labu

erlenmeyer. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 (normalitas 0.0247) hingga

berwarna kuning menggunakan alat suntik. Setelah itu ditambah Amilum hingga

larutan berwarna biru dan dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 (normalitas

0.0247) sampai larutan tidak berwarna. Bagan kerja metode winkler untuk

mengukur DO air dapat dilihat pada Lampiran 5.

c. BOD5

Air sampel diambil setiap stasiun sebanyak 3 kali ulangan. Pengukuran

BOD5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler. Sampel air diinkubasi

selama 5 hari pada suhu 20oC kemudian diukur nilainya dengan metode winkler

dimana nilai BOD5 didapat dari pengurangan DO awal – DO akhir. Bagan kerja

(34)

d. Salinitas

Air sampel diambil, diteteskan sebanyak satu tetes pada Refraktometer

kemudian dilihat nilainya dan dicatat. Dari tiap stasiun dilakukan sebanyak tiga

kali ulangan. Nilai salinitas yang diperoleh dari masing-masing stasiun di rata-rata

Setiap pengukuran dengan menggunakan refraktometer dibersihkan dengan

menggunakan aquades agar nilainya kembali ke nol.

Analisis Indeks Kesesuaian Wisata

Kegiatan wisata yang dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan

potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai

persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai obyek wisata yang akan

dikembangkan.

Menurut Yulianda (2007) rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata

pantai dan wisata bahari adalah:

IKW = ∑ (Nmax) � Ni %

Keterangan :

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai Parameter ke-i

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang

diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat

persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter

(35)

Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk wisata pantai.

No. Parameter Bobot Kategori

S1

Keterangan : Jumlah = (Skor x Bobot) dimana nilai maksimum = 84 S1 = Sangat sesuai dengan nilai 83 – 100 %

S2 = Sesuai dengan nilai 50 - <83 %

S3 = Sesuai bersyarat dengan nilai 17 - <50 % N = Tidak sesuai dengan nilai <17 %

Kelas S1: Kawasan ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk

(36)

pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh nyata terhadap

penggunaan dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan perlakuan

yang diberikan.

Kelas S2: Kawasan ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas

ini akan meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.

Kelas S3: Kawasan ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas

akan lebih meningkatkan masukan/tingkat perlakuan yang diperlukan.

Kelas N : Kawasan ini mempunyai pembatas permanen, sehingga menghambat

segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.

Kegiatan wisata pantai merupakan semua aktivitas yang berlangsung di

kawasan pantai seperti menikmati keindahan alam pantai, olahraga, berenang,

berkemah dan aktivitas lainnya. Parameter yang dijadikan kriteria kesesuaian

lahan untuk wisata pantai antara lain :

a. Kedalaman Perairan

Perairan yang relatif dangkal merupakan kondisi yang sangat menunjang

diadakannya wisata pantai dimana para wisatawan dapat bermain air maupun

berenang dengan aman. Kedalaman 0 – 5 meter merupakan syarat yang paling

sesuai untuk wisata pantai. Toleransi juga diberikan untuk kedalaman >5 – 10

meter, sedangkan kedalaman >10 meter dianggap kurang ideal untuk kegiatan ini.

b. Material Dasar Perairan

Material dasar perairan sangat menentukan kecerahan perairan. Daerah di

(37)

wisata pantai. Toleransi diberikan pada substrat pasir berkarang atau karang

berpasir dengan hancuran karang yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan

karangnya maupun pasir berlumpur dengan perlakuan khusus. Substrat lumpur

maupun karang merupakan lokasi yang tidak sesuai untuk kegiatan berenang dan

bermain air.

c. Kecepatan Arus

Kecepatan arus berkaitan dengan keamanan wisatawan dalam

melaksanakan aktivitasnya. Kecepatan arus yang relatif lemah berkisar antara 0-

0,17 m/dtk merupakan syarat yang ideal untuk aktivitas berenang, bermain air dan

aktivitas lainnya. Kecepatan arus 0,17 – 0,34 m/dtk masih masuk dalam kategori

sesuai dan kecepatan arus di atas 0,51 masuk dalam kategori tidak sesuai.

d. Kecerahan Perairan

Wilayah dengan kondisi perairan yang cerah merupakan lokasi yang

paling sesuai untuk wisata pantai. Wisatawan dapat bermain air, berenang dan

aktivitas lainnya. Kecerahan perairan >30 meter merupakan syarat yang sangat

sesuai atau diinginkan untuk wisata pantai. Toleransi diberikan untuk kecerahan

perairan >10 meter, sedangkan untuk kecerahan perairan <10 meter dianggap

tidak sesuai untuk kegiatan wisata pantai.

e. Ketersediaan Air Tawar

Ketersediaan air tawar merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

wisata pantai. Selain untuk konsumsi juga digunakan untuk MCK dan mandi

setelah bermain air laut dan pasir pantai. Ketersediaan air tawar dilihat dari

(38)

<0,5 km merupakan syarat yang paling sesuai, sedangkan jarak >2 km merupakan

jarak yang tidak sesuai untuk wisata pantai.

f. Tipe Pantai

Dalam kaitannya dengan wisata pantai, pantai berpasir merupakan lokasi

yang paling ideal untuk wisata pantai. Wisatawan dapat berjemur, berolah raga,

menikmati pemandangan, bermain dengan santai. Toleransi juga diberikan pada

pantai berpasir dengan sedikit karang maupun pada daerah yang sedikit terjal,

sedangkan pantai berlumpur, berkarang maupun terjal dianggap tidak sesuai untuk

kegiatan ini.

g. Lebar Pantai

Lebar pantai berkaitan dengan luasnya lahan pantai yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas wisata pantai. Lebar pantai yang sangat

sesuai untuk wisata pantai adalah lebih dari 15 meter, sedangkan untuk lebar

pantai kurang dari 3 meter dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai.

h. Kemiringan Pantai

Kemiringan pantai berkaitan dengan berbagai aktivitas yang dapat

dilakukan di pantai. Wisatawan sebagian besar menyukai pantai yang landai

karena lebih mudah untuk melakukan berbagai aktivitas. Kemiringan pantai yang

kurang dari 10o dianggap paling sesuai untuk wisata pantai, sedangkan

kemiringan pantai yang lebih dari 45o dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai

karena dianggap curam.

(39)

Lahan pantai yang nyaman untuk berbagai aktivitas adalah pantai yang

aman. Pantai yang aman disini merupakan pantai yang bebas dari biota berbahaya

seperti bulu babi, lepu dan hiu

j. Penutupan Lahan Pantai

Penutupan lahan pantai merupakan faktor sekunder pada kegiatan wisata

pantai. Adanya rencana pengembangan pada suatu daerah untuk wisata pantai,

penutupan lahan yang ada dapat diubah sesuai dengan perencanaan.

Analisis Daya Dukung Kawasan

Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan

memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara

lestari. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung

pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya

Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang

secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu

tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan Daya Dukung

Kawasan (DDK) tersebut dapat dilihat dalam persamaan berikut

(Yulianda dkk, 2010).

DDK = K xLpLt x WpWt

Keterangan :

DDK = Daya Dukung Kawasan

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) Lp = Luas area atau panjang area yang dimanfaatkan (m) Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m)

Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari (jam)

(40)

Potensi ekologis wisatawan ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis

kegiatan yang dilakukan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh wisatawan

ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan alam dalam memberi

toleransi kepada wisatawan sehingga keaslian sumberdaya alam akan tetap

terjaga. Potensi ekologis wisatawan dan luas area kegiatan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi ekologis wisatawan (K) dan luas area kegiatan (Lt).

No. Jenis

1 orang setiap 50 m panjang pantai

2. Wisata

olahraga 1 50

1 orang setiap 50 m panjang pantai

3. Berenang 1 50 1 orang setiap 50 m panjang pantai

4. Berjemur 1 50 1 orang setiap 50 m panjang pantai

5. Memancing 1 10 1 orang setiap 10 m panjang pantai

Sumber : Modifikasi Yulianda (2007)

Waktu kegiatan wisatawan (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu

yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu

wisatawan diperhitungkan dengan mempertimbangkan waktu yang disediakan

untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu

hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 10 jam (07.00 - 17.00). Prediksi waktu yang

(41)

Tabel 3. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata

No. Jenis kegiatan Waktu yang

dibutuhkan Wp - (jam)

Total waktu 1 hari

Wt - (jam)

1. Berenang 2 4

2. Berjemur 2 4

3. Rekreasi pantai 3 6

4. Olahraga air 2 4

5. Memancing 3 6

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Umum Daerah Penelitian Kondisi geografis, luas dan batas wilayah

Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh.

Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º LU dan

95,0º-95,8º BT dengan luas wilayahnya 2.974,12 km2. Ibu kota Kabupaten Aceh Besar

adalah Kota Jantho. Kabupaten ini terdiri atas 23 kecamatan, 68 pemukiman dan

604 desa (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2010).

Adapun batas wilayah Kabupaten Aceh besar adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Selat Malaka dan Kota Banda Aceh,

Sebelah Timur : Kabupaten Pidie,

Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Jaya,

Sebelah Barat : Samudera Hindia.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Besar terdiri atas perbukitan dan

areal sawah yang terbentang di sepanjang jalur darat. Wilayah Aceh Besar

memiliki jalur darat yang baik mengingat jalur ini merupakan jalur penghubung

antara kabupaten lain dan Kota Banda Aceh serta jalur industri bagi PT Semen

Andalas Indonesia (SAI).

Pantai Lhoknga merupakan salah satu pantai yang terdapat di Wilayah

Aceh Besar. Pantai Lhoknga terletak di Kecamatan Lhoknga daerah Mukim

(43)

Analisis Kualitas Perairan Pantai Lhoknga

Analisis Kualitas perairan Pantai Lhoknga dilakukan dengan mengambil di

bagian pantai. Pengambilan sampel dilakukan satu bulan sekali pada bulan

Desember-Februari. Parameter pengamatan yang digunakan dalam penentuan

kualitas perairan di pantai Lhoknga terdiri atas sepuluh (10) parameter, yang

meliputi pengukuran kedalaman, suhu, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO),

Biochemical Oxygen Demand (BOD5), arus, kemiringan, kecerahan, dan lebar.

Hasil pengukuran kaulitas perairan Pantai Lhoknga dapat dilihat pada Lampiran 7.

Rata-rata parameter kualitas air Pantai Lhoknga dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Parameter Kualiatas Air Pantai Lhoknga

Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Suhu °C 30,33 28,33 29,67

Arus m/detik 0,2 0,26 0,30

Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau

Kedalaman m 0,63 0,82 0,89

Analisis Kesesuaian Wisata menggunakan matriks kesesuaian yang

disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan

pada daerah tersebut.

Indeks kesesuaian yang diukur yaitu rekreasi pantai, wisata berenang dan

(44)

Lhoknga. Perhitungan indeks kesesuaian kawasan wisata pantai Lhoknga dapat

dilihat pada Lampiran 8. Hasil Pengukuran Indeks Kesesuain Wisata Pantai

Lhoknga stasiun 1 dapat dilihat pada Tabel 5, hasil Pengukuran Indeks

Kesesuaian Wisata Pantai Lhoknga stasiun 2 dapat dilihat pada Tabel 6, hasil

Pengukuran Indeks Kesesuaian Wisata Pantai Lhoknga stasiun 3 dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 5. Hasil Pengukuran Indeks Kesesuain Wisata Pantai Lhoknga Stasiun 1

No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor

1. Kedalaman perairan (m) 5 0,63 3 15

Tabel 6. Hasil Pengukuran Indeks Kesesuain Wisata Pantai Lhoknga Stasiun 2

No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor

(45)

JUMLAH 80

IKW = Σ 0 X 100% =95,2%

Tabel 7. Hasil Pengukuran Indeks Kesesuain Wisata Pantai Lhoknga Stasiun 3

No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor

1. Kedalaman perairan (m) 5 0,89 3 15

Berdasarkan hasil pengukuran pada stasiun 1,2 dan 3 diperoleh rata-rata

indeks keseuaiaan wisata Pantai Lhoknga sebesar 95,2% masuk dalam katagori

sangat sesuai (S1).

Analisis Daya Dukung Kawasan

DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat

ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan

gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan daya dukung kawasan wisata

Pantai Lhoknga dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari hasil pengukuran Daya

(46)

Tabel 8. Daya Dukung Kawasan Pantai Lhoknga

Jenis Kegiatan Panjang Area DDK

Rekreasi Pantai 1321 53

Berenang 1000 40

Berjemur 1059 42

Olahraga Air 500 20

Memancing 100 20

Total 175

Persepsi Wisatawan Terhadap Kawasan Pantai Lhoknga

Wisatawan yang menjadi responden sebanyak 84 orang. Tabulasi

pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 10. Persentase jumlah pengunjung

sekitar di kawasan Pantai Lhoknga berdasarkan jenis kelamin laki-laki adalah

sebesar 54% (84 responden). Sementara itu, perempuan dengan persentase sebesar

46% (84 responden).

Dilihat dari segi umur, reponden terbagi menjadi empat kelompok umur.

Kelompok umur tersebut antara lain kelompok umur <24 tahun, 25-34tahun,35-44

tahun, dan >45 tahun. Wisatawan yang menjadi responden berdasarkan usia pada

kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 6.

. Gambar 6. Komposisi Umur Wisata Responden

Pendidikan wisatawan yang mengujung kawasan wisata Pantai Lhoknga

(47)

(SMA), Akademik D3 dan Sarjana Strata 1 (S1). Wisatawan yang menjadi

responden berdasarkan jenjang pendidikan pada Kawasan Pantai Lhoknga

disajikan pada Gambar 7.

. Gambar 7. Komposisi Pendidikan Responden

Pengunjung pada kawasan wisata Pantai Lhoknga datang bersama teman,

rombongan wisata/tour, kelaurga dan lainnya. Persentase wisatawan yang hadir

bersama kelompok tersebut disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Komposisi Kehadiran Bersama Responden

Frekuensi kunjungan responden meliputi 1 kali setahun, 2 kali setahun dan

>2 kali setahun. Persentase frekuensi kunjungan wisatawan disajikan pada

Gambar 9.

43%

32%

25% SMA

D3

(48)

Gambar 9. Komposisi Frekuensi Kunjungan Responden

Wisatawan (responden) menghabiskan waktu pada kawasan wisata Pantai

Lhoknga antara lain 2 jam, 4 jam, 6 jam, >6 jam dan lainnya (3/5) jam. Persentase

waktu yang dihabiskan wisatawan disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Komposisi Waktu yang Dihabiskan Responden

Aktivitas wisatawan berdasarkan tujuan kedatangan terbagi atas berenang,

melihat pemandangan, duduk-duduk, surfing, memancing dan jalan-jalan.

Persentase wisatawan berdasarkan tujuan kedatangan disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Komposisi Tujuan Kedatangan Responden 21%

32%

10% 16%

7% 14%

Berenang

Melihat Pemandangan

Duduk-duduk

Surfing

Memancing

(49)

Pengalaman yang dirasakan wisatawan pada kawasan wisata Pantai

Lhoknga terbagi tiga kategori antara lain sangat menyenangkan, cukup

menyenangkan dan kurang menyenangkan. Persentase berdasarkan pengalama

yang di rasakan wisatawan disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Komposisi Pengalaman Wisata Responden

Sambutan masyarakat terhadap wisatawan pada kawasan wisata Pantai

Lhoknga terbagi empat kategori antara lain baik sekali, baik, cukup dan kurang

baik. Persentase berdasarkan sambutan masyrakat terhadap wisatawan disajikan

pada Gambar 13.

(50)

Persepsi Wisatawan Terhadap Sarana Prasarana Wisata Kawasan Pantai Lhoknga

Persepsi Wisatawan terhadap penyediaan penginapan pada kawasan wisata

Pantai Lhoknga meliputi empat kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan

kurang. Persentase Kondisi Penginapan Menurut Responden pada Gambar 14.

Gambar 14. Kondisi Penginapan Menurut Responden

Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian air bersih (tawar) pada kawasan

wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni memadai, cukup memadai dan

kurang memadai. Persentase terhadap ketersediaan air bersih (tawar) disajikan

pada Gambar 15.

Gambar 15. Kondisis Ketersediaan Air Bersih (air tawar)

Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian transportasi pada kawasan

wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori sangat memadai, cukup memadai

dan kurang memadai. Persentase terhadap ketersediaan transportasi disajikan pada

Gambar 16.

62% 32%

6%

memadai

cukup memadai

(51)

Gambar 16. Kodisi Ketersediaan Transportasi

Persepsi wisatawan terhadap akses jalan menuju kawasan wisata Pantai

Lhoknga meliputi dua katagori yakni sangat baik dan cukup baik. Persentase

akses jalan menuju kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Kodisi Akses Jalan Menuju Kawasan Pantai Lhoknga

Persepsi wisatawan terhadap ketersedian kios makanan dan minuman pada

kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi dua katagori yakni sangat baik dan

cukup baik. Persentase terhadap ketersediaan kios makanan dan minuman

disajikan pada Gambar 18.

(52)

Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian tempat sampah pada kawasan

wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat memadai, cukup

memadai dan kurang memadai. Persentase terhadap ketersediaan tempat sampah

disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19. Kondisi Ketersedian Tempat Sampah

Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian listrik pada kawasan wisata

Pantai Lhoknga meliputi dua katagori yakni sangat tersedia dan tidak tersedia.

Persentase terhadap ketersediaan listrik disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20. Kondisi Ketersediaan Listrik

Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian tempat ibadah pada kawasan

wisata Pantai Lhoknga hanya satu katagori yakni sangat tersedia. Persentase

(53)

Gambar 21. Kondisi Ketersediaan Tempat Ibadah

Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Ekologi Pada Kawasan Pantai Lhoknga

Persepsi wisatawan terhadap sumberdaya pada kawasan wisata Pantai

Lhoknga hanya terdiri dua katagori yakni pantai dan air laut Persentase terhadap

sumberdaya pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 22.

Gambar 22. Komposisi Sumberdaya Pantai Lhoknga

Persepsi wisatawan terhadap keindahan alam pada kawasan wisata Pantai

Lhoknga meliputi empat katagori yakni sangat indah, indah dan cukup indah.

Persentase terhadap keindahan alam pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada

(54)

Gambar 23. Kondisi Keindahan Alam Pantai Lhoknga

Persepsi wisatawan terhadap kondisi pasir pada kawasan wisata Pantai

Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat baik, baik dan cukup. Persentase

terhadap pasir pantai pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 24.

Gambar 24. Kondisi Pasir Pantai Lhoknga

Persepsi wisatawan terhadap kejernihan air laut pada kawasan wisata

Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat baik, baik dan kurang.

Persentase terhadap kejernihan air laut pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan

pada Gambar 25.

(55)

Persepsi wisatawan terhadap daya tingkat kenyamanan pada kawasan

wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat nyaman, nyaman dan

cukup nyaman. Persentase terhadap tingkat kenyamanan pada kawasan Pantai

Lhoknga disajikan pada Gambar 26.

Gambar 26. Kondisi Kenyamanan Pantai Lhoknga

Persepsi wisatawan terhadap kesadaran masyarakat tentang kelestarian

lingkungana pada kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi empat katagori yakni

sangat baik, baik, cukup dan tidak tahu. Persentase terhadap daya kesadaran

masyarakat terhadap kelestarian lingkungana pada kawasan Pantai Lhoknga

disajikan pada Gambar 27.

(56)

Penilaian Daya Tarik

Persepsi wisatawan terhadap daya tarik sumberdaya alam pada kawasan

wisata Pantai Lhoknga meliputi dua katagori yakni Pantai dan pasir putih.

Persentase terhadap daya tarik sumberdaya alam pada kawasan Pantai Lhoknga

disajikan pada Gambar 28.

Gambar 28. Kondisi Keunikan Sumberdaya Alam Pantai Lhoknga

Persepsi wisatawan terhadap daya tarik sumberdaya alam yang menonjol

pada kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi dua katagori yakni Pantai dan Air.

Persentase terhadap daya tarik sumberdaya alam yang menonjol pada kawasan

Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 29.

(57)

Persepsi wisatawan terhadap daya tarik kegiatan yang dilakukan pada

kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni mandi dan

berenang,wisata pantai serta surfing/olahraga. Persentase terhadap daya tarik

kegiatan yang dilakukan pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar

30.

Gambar 30. Komposisi Persentase Kegiatan yang Dilakukan Wisatawan

Persepsi wisatawan terhadap kebersihan pada kawasan wisata Pantai

Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat baik, baik dan cukup. Persentase

terhadap kebersihan pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 31.

(58)

Pengetahuan Ekowisata

Pengetahuan wisatawan terhadap ekowisata meliputi dua katagori yakni ya

mengerti (ya) tidak mengerti (tidak). Persentase terhadap pengetahuan ekowisata

disajikan pada Gambar 32.

Gambar 32. Kondisi Pemahaman Tentang Ekowisata

Pengembangan ekowisata pada kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi

dua persepsi yaitu setuju dan tidak setuju. Persentase persepsi pengembangan

ekowisata pada kawasan wisata Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 33.

(59)

Pembahasan

Kualitas Perairan Pantai Lhoknga

Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut

dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan

laut. Soesono (1974) diacu Rasyid (2010), mengatakan bahwa suhu adalah salah

satu sifat fisika air laut yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan

organisme perairan, disamping itu suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah

oksigen terlarut dalam air.

Suhu Pantai Lhoknga yang diamati relatif tinggi namun masih tergolong

normal yaitu sebesar 28,3°C-30,3°C. Hal ini disebabkan pengukuran suhu

dilakukan pada siang hari, sehingga radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam

badan air intensitasnya cukup besar untuk memanaskan perairan. Aktivitas

pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai rata-rata suhu tertinggi terdapat

stasiun 1 yaitu sebesar 30,3°C, sedangkan nilai suhu terendah pada stasiun 3

sebesar 28,3°C. Adapun ketentuan suhu menurut KEP-51/MENKLH/2004 adalah

berkisar 27-29oC. Angka ini sedikit lebih rendah dari hasil pengamatan. Hasil

pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 3. Menurut Rahmawati (2009) bahwa

suhu air permukaan di perairan laut Nusantara umumnya berkisar antara 28–31°C,

segingga suhu air permukaan yang diperoleh tersebut sesuai dengan suhu perairan

laut Nusantara pada umumnya.

Kisaran suhu dapat saja berubah pada waktu pengukuran yang berbeda

tergantung pada cuaca dan kondisi perairan. Menurut Nontji (2005) diacu

Iskandar (2010), secara alami suhu air permukaaan memang merupakan lapisan

(60)

dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-faktor meteorologi yang berperan

adalah angin dan penguapan, kelembapan udara, kecepatan angin dan intensitas

radiasi matahari. Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola

musiman.

Pengukuran kedalaman menggunakan papan skala pada setiap stasiun.

Nilai tertinggi pada stasiun 3 yaitu 0.89 m, sedangkan nilai terendah pada stasiun

1 yaitu 0,63 m. Pada setiap stasiun menunjukan syarat yang paling sesuai untuk

wisata pantai, menurut hasil penelitian Edward, dkk (2002) diacu Juliana (2013),

menyatakan bahwa kedalam perairan yang berkisar 3,2-35,5 meter masih layak

dijadikan wisata bahari berenang, snorkling dan selam.

Kecerahan adalah ukuran transparansi dari suatu perairan dan

menunjukkan kemampuan dari cahaya matahari untuk menembus lapisan air. Dari

setiap stasiun pengamatan terlihat bahwa sebagian besar nilai kecerahan di bawah

kisaran baku mutu. Nilai kecerahan seluruh stasiun berkisar 0,63-0,89 meter yang

artinya berada di luar kisaran baku mutu. Hal ini terkait dengan perbedaan

kedalaman di setiap stasiun. Mengingat Pantai Lhoknga merupakan jenis Pantai

berpasir maka perbedaan nilai kecerahan dapat disebabkan oleh adanya partikel

yang terbawa oleh arus dimana pola arus ini dapat mengangkat pasir yang halus

serta adanya gelombang dan angin yang melepaskan energi di Pantai dan

mengangkut pasir yang halus (Dahuri, 2004 diacu Iskandar, 2010). Nilai

kecerahan yang diperoleh menunjukkan bahwa Pantai Lhoknga dapat digunakan

untuk aktivitas berenang.

Kecepatan arus Pantai Lhoknga yang diamati sebesar 0,2-0,30 m/s. Nilai

(61)

kecepatan arus relatif sedang pada stasiun 2 yaitu 0,26 m/s dan stasiun 3 sebesar

0,30 m/s. Adapun kecepatan arus pada setiap stasiun termasuk dalam katagori

arus lambat sampai sedang.

Kecepatan arus dapat dibedakan dalam 4 kategori yakni kecepatan arus

0-0,25 m/detik yang disebut arus lambat, kecepatan arus 0-0,25-0,50 m/detik yang

disebut arus sedang, kecepatan arus 0,50-1 m/detik yang disebut arus cepat, dan

kecepatan arus diatas 1 m/detik yang disebut arus sangat cepat (Harahap diacu

Sari dan Usman, 2012). Namun menurut Yustishar, dkk (2012) berdasarkan

keterangan dari Stasiun Meteorologi Maritim Semarang kecepatan arus < 10 m/s

masih dalam batas aman untuk melakukan kegiatan di pantai. Juliana, dkk (2013)

menyatakan kecepatan arus yang layak untuk wisata bahari berenang berkisar

0,20-0,4 m/detik, snorkling 0,15-40 m/detik dan olahraga air seperti jet ski,

banana boot, berperahu berkisar 0,15-0,40 m/detik.

Perairan Pantai Lhoknga tidak berbau. Hal ini menunjukkan bahwa belum

ada bahan pencemar yang masuk ke perairan pantai yang dapat menimbulkan bau.

Perairan Pantai Lhoknga termasuk pantai yang masih alami karena tidak

mengeluarkan bau dan kondisi ini harus dijaga kealamiahannya agar pada saat

wisatawan melakukan kegiatan wisata tetap merasa nyaman dan tidak terganggu.

Derajat keasaman (pH) merupakan sifat kimia yang berperan penting

untuk mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam perairan.

Selain itu, ikan dan organisme lainnya hidup pada pH tertentu, sehingga dengan

diketahuinya nilai pH, kita dapat mengetahui apakah air tersebut sesuai atau tidak

untuk menunjang kehidupan organisme perairan. Nilai rata-rata pH tertinggi pada

(62)

8,06. Nilai pH pada lokasi pengamatan masih sesuai dengan baku mutu air laut

KEP-51/MENKLH/2004 antara 6-8,5. Menurut Iskandar (2010), parameter pH

merupakan parameter yang harus diukur dalam menentukan lokasi wisata karena

didasarkan pada aktivitas berenang yang umumnya dilakukan di lokasi wisata.

Nilai pH yang tidak sesuai dengan baku mutu dapat menyebabkan iritasi pada

mata.

Salinitas merupakan kandungan garam yang ada di dalam air laut.

Salinitas merupakan komponen yang berperan penting dalam mengontrol densitas

air laut dan juga mempengaruhi biota laut. Nilai rata-rata salinitas di perairan

Pantai Lhoknga sebesar 29,66-31 ppt. Nilai salinitas yang diperoleh tersebut

masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari

(KEP-51/MENKLH/2004) karena perubahan salinitas yang ada masih dibawah 5 % dari

salinitas rata-rata musiman. Nilai salinitas yang sesuai dengan baku mutu tersebut

rnunjukkan bahwa perairan Pantai Lhoknga sesuai untuk kegiatan wisata.

Oksigen terlarut (DO) merupakan jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut

dalam air. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis oleh

fitoplankton atau tanaman air lainnya dan difusi dari udara. Nilai oksigen terlarut

(DO) di perairan Pantai Lhoknga termasuk normal yaitu berkisar 6,06-6,8 mg/l.

Nilai oksigen terlarut tersebut sesuai dengan baku mutu air laut

KEP-51/MENKLH/2004 yaitu nilainya lebih dari 5 mg/l.

Hasil pengukuran oksigen terlarut di Pantai Lhoknga memiliki nilai sesuai

baku mutu. Oleh sebab itu, dilihat dari parameter oksigen terlarut, Pantai Lhoknga

(63)

Hasil pengukuran contoh air diperoleh nilai BOD5 sebesar 1,43-2,66. Nilai

tersebut lebih kecil dari baku mutu dimana nilai baku mutunya sebesar 10. Hal

tersebut menunjukkan kandungan bahan organik yang ada di Pantai Lhoknga

relatif rendah. Jumlah bahan organik yang rendah akan mencegah terjadinya

ledakan populasi plankton (blooming algae) dan sebaliknya.

Analisis Kesesuaian Wisata Pantai

Kesesuaian wilayah untuk wisata pantai ditentukan dari kegiatan yang

dilakukan di pantai tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan di Pantai Lhoknga

adalah berenang, berjalan-jalan di sepanjang pinggiran Pantai, duduk santai,

wisata olah raga, surfing dan aktivitas lainnya. Surfing hanya dilakukan jika

keadaan ombak dan angin cukup memungkinkan untuk melakukan kegiatan

surfing. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian peruntukkan

wilayah sebagai kawasan wisata pantai adalah menggunakan Indeks Kesesuaian

Wisata (IKW). Analisis diukur dengan memberikan bobot dan skor pada

parameter yang telah ditentukan. Hasil analisis indeks kesesuaian wisata disajikan

pada Tabel 5,Tabel 6 dan Tabel 7.

Penghitungan IKW dilakukan pengukuran pada tiga stasiun yaitu stasiun 1

yang terletak pada 5°2’23” LU dan 9°54’43” BT; stasiun 2 terletak pada 5°27’

13” LU dan 95°4’ 38” BT serta stasiun 3 yang terletak pada 5°27’ 22”LU dan 95°

14’ 39” BT. Titik-titik stasiun tersebut berada sejajar dengan garis pantai dimana

Di setiap stasiun dilakukan pengukuran kedalaman perairan, kecerahan, kecepatan

(64)

kemiringan pantai, penutupan lahan dan ketersediaan air tawar dilakukan di

sekitar garis pantai dan pesisir pantai.

Kedalaman Pantai Lhoknga berkisar antara 0,63 meter sampai 0,89 meter.

Tipe Pantai Lhoknga adalah pasir putih kecoklatan dengan lebar pantai yang dapat

digunakan untuk kegiatan wisata antara 100 meter sampai dengan 150 meter.

Material dasar laut di Pantai Lhoknga adalah sedikit karang, kecerahan berkisar

antara 0,63 sampai dengan 0,89 meter, penutupan lahan pantai adalah lahan

terbuka dan terdapat pohon cemara laut. Sepanjang kawasan Pantai Loknga tidak

ditemukan adanya biota berbahaya.

Nilai rata-rata Indeks Kesesuaian wisata di Pantai Lhoknga dari stasiun 1,

2 dan 3 sebesar 95,2% masuk pada kriteria S1 yaitu sangat sesuai. Pada umumnya

kriteria tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat faktor pembatas yang serius

untuk dijadikan sebagai kawasan wisata seperti berenang, memancing, surfing,

olahraga air dan aktivitas lainnya.

Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lhoknga

DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat

ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan

gangguan pada alam dan manusia (Yulianda, 2007). Aktivitas yang biasa

dilakukan di kawasan Pantai Lhoknga antara lain berenang, surfing (jika

gelombang pantai memungkinkan), memancing, berjemur dan rekreasi pantai.

Rekreasi pantai meliputi jalan-jalan di pinggir pantai, duduk santai, melihat

pemandangan, foto-foto dan mengobrol. Untuk dapat melakukan

(65)

yang melakukan aktivitas tersebut merasa nyaman. Daya dukung di kawasan

Pantai Lhoknga disajikan pada Tabel 8.

Rekreasi Pantai dapat dilakukan di sepanjang Pantai Lhoknga dengan

panjang area 1.321 meter. Untuk dapat melakukan kegiatan ini dengan nyaman

diperkirakan membutuhkan panjang area 50 meter. Adapun waktu yang

disediakan oleh pihak pengelola adalah 6 jam per hari dan umumnya waktu yang

dihabiskan oleh wisatawan untuk kegiatan ini adalah 3 jam. Berdasarkan hasil

perhitungan diketahui bahwa nilai daya dukung untuk rekreasi pantai adalah 53

orang. Dari hasil perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat melakukan

rekreasi pantai dengan santai dan nyaman. Kegiatan rekreasi pantai yang

umumnya dilakukan di Pantai Lhoknga meliputi jalan-jalan di pinggiran pantai,

melihat pemandangan, duduk santai, foto-foto dan mengobrol. Kegiatan rekreasi

pantai ini merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh wisatawan.

Aktivitas berenang dapat dilakukan di sepanjang Pantai Lhoknga dengan

panjang area 1.000 meter. Untuk dapat berenang dengan nyaman diperkirakan

membutuhkan panjang area 50 meter. Adapun waktu yang disediakan oleh pihak

pengelola adalah 4 jam per hari dan umumnya waktu yang dihabiskan oleh

wisatawan untuk berenang adalah 2 jam. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui

bahwa nilai daya dukung untuk aktivitas berenang adalah 40 orang. Dari hasil

perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat melakukan aktivitas berenang

dengan nyaman. Namun wisatawan harus berhati-hati ketika melakukan aktivitas

berenang mengingat ombak di Pantai Lhoknga cukup besar.

Aktivitas berjemur dapat dilakukan di sepanjang Pantai Lhoknga dengan

(66)

membutuhkan panjang area 50 meter. Adapun waktu yang disediakan oleh pihak

pengelola adalah 4 jam per hari dan umumnya waktu yang dihabiskan oleh

wisatawan untuk berjemur adalah 2 jam. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui

bahwa nilai daya dukung untuk aktivitas berjemur adalah 42 orang. Dari hasil

perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat melakukan aktivitas berjemur

dengan santai dan nyaman.

Aktivitas olahraga air (surfing) yang dilakukan ketika ombak besar.

Aktivitas surfing dapat dilakukan di Pantai Lhoknga dengan panjang area 500

meter. Untuk dapat melakukan aktivitas surfing diperkirakan membutuhkan

panjang area 50 meter. Adapun waktu yang disediakan oleh pihak pengelola

adalah 4 jam dan umumnya waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk

melakukan aktivitas surfing adalah 2 jam. Berdasarkan hasil perhitungan

diketahui bahwa daya dukung untuk aktivitas surfing adalah 20 orang. Dari hasil

perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat melakukan aktivitas surfing

dengan nyaman.

Kegiatan memancing dapat dilakukan di sepanjang Pantai Lhoknga

dengan panjang area 200 meter. Untuk dapat memancing dengan nyaman

diperkirakan membutuhkan panjang area 10 meter. Adapun waktu yang

disediakan oleh pihak pengelola adalah 6 jam per hari dan umumnya waktu yang

dihabiskan oleh wisatawan untuk memancing adalah 3 jam. Berdasarkan hasil

perhitungan diketahui bahwa nilai daya dukung untuk kegiatan memancing adalah

20 orang. Dari hasil perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat

(67)

Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lhoknga rata-rata berjumlah 543

per bulan. Jumlah ini masih berada di bawah batas maksimal daya dukung yang

dapat ditampung di Pantai Lhoknga. Pengelola Pantai Lhoknga harus

meningkatkan jumlah wisatawan karena jumlah wisatawan masih berada di bawah

batas maksimal yang dapat ditampung di Pantai Lhoknga.

Data Umum dan Persepsi Wisatawan Terhadap Pantai Lhoknga

Sarana prasarana merupakan faktor yang cukup penting mengingat

penyediaan dan pembangunan sarana prasarana berkaitan erat dengan

pembangunan kawasan wisata di Pantai Lhoknga. Beberapa sarana prasarana yang

terdapat di Pantai Lhoknga antara lain areal parkir, kamar mandi/WC, mushola,

kios makanan dan minuman. Secara umum kondisi dari sarana prasarana ini masih

cukup baik dan terawat. Namun ada beberapa sarana prasarana yang harus

diperbaiki seperti kamar mandi dan areal parkir yang harus diperluas mengingat

wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata ini terus meningkat.

Berdasarkan jenis kelamin, responden yang berwisata ke Pantai Lhoknga

terdiri atas laki-laki dan perempuan. responden lebih banyak berjenis kelamin

laki-laki adalah sebesar 54% (84 responden). Sementara itu, perempuan dengan

persentase sebesar 46% (84 responden). Jumlah wisatawan Pantai Lhoknga

perbulan rata-rata mencapai 543 jiwa per bualan. Wisatawan berusia antara lain

kelompok umur <24 tahun 43%, 25-34tahun 30%, 35-44 tahun 18%, dan >45

tahun 9% (Gambar 6). Tjiptoherijanto (1995) menyatakan struktur umur

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15

(68)

tua, usia 65 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan wisatawan yang berkunjung ke

Pantai Lhoknga memiliki kelompok umur produktif lebih banyak dari kelompok

umur yang tidak produktif. Dari sini dapat diketahui bahwa daerah wisata Pantai

Lhoknga merupakan daerah sumber wisatawan yang potensial dan diketahui pula

bahwa kelompok umur produktif yang banyak mengadakan perjalanan wisata.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan

ekowisata pantai. Dalam pengelolaan ekowisata pantai yang berkelanjutan

dibutuhkan tingkat pemahaman yang baik akan pentingnya melestarikan

lingkungan hidup dan sumberdaya lainnya. Berdasarkan tingkat pendidikan di

Pantai Lhoknga diketahui bahwa 25% berpendidikan S1, 43% berpendidikan

SMA dan 32% berpendidikan D3 (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa

wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lhoknga memiliki pendidikan yang cukup

tinggi sehingga diharapkan memiliki kecenderungan akan pentingnya

melestarikan dan menjaga sumberdaya di kawasan Pantai Lhoknga seperti dengan

tidak membuang sampah sembarangan serta memiliki kesadaran dalam menjaga

sarana prasarana yang terdapat di Pantai Lhoknga.

Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lhoknga hadir tidak sendiri

melainkan bersama kelompok. Wisatawan yang berkunjung bersama teman 45%,

rombongan wisata/tour 15%, keluarga 26% dan kelompok lainya 14%

(Gambar 8). Hal ini menunjukan bahwa Pantai Lhoknga lebih dominan

dikunjungi bersama teman dan keluarga.

Frekuensi kunjungan sangat mempengaruhi tingkat kehadiran pada

kawasan Pantai Lhoknga. Wisatawan yang berkunjung 1 kali setahun 29%, 2 kali

Gambar

Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Gambar 4. Stasiun 2
Gambar 5. Stasiun 2
Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk wisata pantai.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, terdapat perbedaan pada bobot yang dihasillkan dengan menggunakan metode entropy dengan bobot awal karena pada bobot entropy data yang mempunyai range

Menurut Abu Hassan bin Kassim (2003) oleh Chan (1988) mendapati 46% responden kajiannya menghadapi masalah memahami topik jirim. Memandangkan topik jirim ini merupakan topik

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi untuk mengungkap mitos yang selama ini dijaga oleh masyarakat desa adat Piliana serta

bahwa harga patokan Mineral bukan Logam yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota Padang Nomor 25 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Walikota Padang

Fungsi lain dari Availability Management yang juga tidak kalah pentingnya ialah dapat dijadikan sebagai tolakukur atas kinerja yang dilakukan sebuah department IT.Dengan kinerja

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 untuk melaksanakan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 74 Tahun 2013 tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Kebutuhan

Pagu Raskin adalah Alokasi Jumlah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin (RTS-PM) atau jumlah beras yang dialokasikan bagi RTS-PM Raskin untuk tingkat Kota

Melalui program ini alat dikendalikan dengan interface tiga buah tombol untuk mengacak angka, menampilkan angka dan mereset