Lampiran 1. Kegiatan Penelitian
a. Pengambilan sampel b. pengukuran arus
c. Pengukuran DO dengan winkler d. pengukuran pH dan suhu
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung Pantai Lhoknga
1. Selain Pantai Lhoknga, pantai apalagi yang pernah anda kunjungi?... 2. Kegiatan yang dilakukan :
a. Penelitian b. Berwisata c. Memancing d.lainnya(sebutkan)...
penginapan dalam kawasan rumah saudara penginapan di sekitar kawasan Pantai Lhoknga lainnya (sebutkan) ...
5. Bagaimanakah pengalaman wisata yang anda rasakan dalam mengunjungi lokasi wisata ini?
a. sangat menyenangkan b. cukup menyenangkan c. kurang menyenangkan
6. Sudah berapa kali kunjungan anda ke Pantai Lhoknga? ……kali
7. Frekuensi kunjungan : 1x setahun 2x setahun >2x setahun 8. Berapa lama waktu yang anda habiskan di lokasi wisata ini ?
Lampiran 1. Lanjutan
b. 4 jam d. > 6 jam 9. Kegiatan wisata yang dilakukan :
Berenang Surfing Jalan-jalan Melihat pemandangan 3. Ketersediaan air bersih (air tawar) :
a. Kurang memedai b. Cukup memadai c. memadai d. melimpah 4. Transportasi :
a. Kurang memedai b. Cukup memadai c.sangat memadai 5. Kios makanan dan minuman :
a. Kurang memedai b. Cukup memadai c.sangat memadai 6. Jalan :
a. Kurang baik b. Cukup Baik c. Sangat Baik 7. Listrik :
a. tersedia b. Tidak tersedia 8. Ketersediaan tempat sampah :
a. Kurang memedai b. Cukup memadai c.sangat memadai 9. Tempat ibadah :
a. tersedia b. Tidak tersedia 10. Kondisi jalan menuju Pantai Lhoknga?
a. Baik b. Cukup baik d. tidak baik 11. Jarak dari wisata Pantai Lhoknga dari pusat kota?
a. <5 km c. 10-15 km b. 5-10 km d. >15 km
12. waktu tempuh dari pusat kota ke wisata Pantai? a. < 1 jam c. 3-4 jam
b. 1-2 jam d. >5 jam B.2. Kualitas Ekologi
1. Apa saja daya tarik sumberdaya untuk wisata di Pantai Lhoknga? a. Pasir pantai b. Tumbuhan pesisir
Lampiran 1. Lanjutan
2. Kondisi SDA untuk ekowisata pantai : 1. Keindahan alam/pantai :
a. Kurang indah (tidak ada panorama) b. Cukup indah (panorama cukup indah) c. Indah (panorama indah, laut jernih)
d. Sangat indah (panorama indah, laut yang jernih, ombak yang besar) 2. Kondisi pasir pantai :
a. Kurang (abu – abu kehitaman) b. Cukup (coklat kehitaman) c. Baik (coklat)
d. Sangat baik (warna putih kecoklatan) 3. Kejernihan air laut :
a. Kurang (sangat keruh) c. Baik (terlihat tidak sampai dasar) b. Cukup (keruh) d. Sangat baik (terlihat sampai dasar)
4. Kenyamanan pantai untuk kegiatan wisata (kelapangan, ketentraman dan keamanan) :
a. Kurang nyaman c. Nyaman
b. Cukup nyaman d. Sangat nyaman
5. Menurut bapak/ibu, bagaimana kesadaran masyarakat di Pantai Lhoknga akan pentingnya kelestarian lingkungan
a. Kurang c. Baik e. Tidak tahu b. Cukup d. Sangat baik
B.3. Kriteria Penilaian Daya Tarik
1. Keunikan Sumberdaya Alam Pantai Lhoknga?
a. Pantai c. Fauna
b. Flora d. Pasir Putih
2. Banyaknya Sumberdaya Alam yang Menonjol ? a. Pasir Putih c. Flora
b. Fauna d. Air
3. Kegiatan Wisata yang dilakukan ?
a. mandi dan berenang d. Bersampan/Berperahu b. Melihat flora dan fauna laut e. Wisata Pantai
c. memancing f. Surfing/olahraga
Lampiran 1. Lanjutan B.4. Pengetahuan ekowisata
1. Apakah bapak / ibu mengerti tentang ekowisata : a. Ya b. Tidak
Lampiran 3. Perhitungan Sampel Pengunjung
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kab Aceh Besar
� = + � ��
n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi
Lampiran 4. Baku Mutu Air Laut untuk Wisata
5. Padatan tersuspensi totalb mg/l 20
6. Suhuc °C alami 3(c)
10. PAH (Pollaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003
11 . PCB (Poliklor Bifeni) mg/l nihil(1)
12. Surfaktan (detergen) mg/l MBAS 0,001
13. Minyak dan Lemak mg/l 1
14. Pestisidaf mg/l nihil1(f)
Logam terlarut
15. Raksa (Hg) mg/l 0,002
16. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,002
Lampiran 4. Lanjutan
Keterangan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai
dengan metode yang digunakan)
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada,
baik internasionalmaupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,
malam dan musim)
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan
tipis (thin layer) denganketebalan 0,01mm
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman
euphotic
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi
rata-rata musiman
c. c.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata
musiman
f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi
Lampiran 6. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5
Diinkubasi selama 5 hari
Pada temperatur 20° C dihitung nilai Dihitung nilai DO akhir DO
awal
Keterangan:
1. Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan nilai DO
2. Nila BOD= Nilai Awal-Nilai DO akhir Sampel Air
Sampel Air Sampel Air
Lampiran 8. Perhitungan Indeks Kesesuaian Kawasan Wisata Pantai Lhoknga
No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor
1. Kedalaman perairan 5 0,63 3 15
2. Tipe Pantai 5 pasir putih 3 15
3. Lebar Pantai 5 60 m 3 15
4. Material Dasar Perairan 3 Pasir 3 9
5. Kecepatan arus 3 0,2 3 9
6. Kemiringan Pantai (0) 3 3 3 9
7. Kecerahan perairan (m) 1 5 2 2
8. Penutupan Lahan Pantai 1 Kelapa, lahan terbuka 3 3
9. Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 3
10. Ketersediaan air tawar (km) 1 >0,5 3 3
JUMLAH 83
IKW = ∑ (Nmax) � Ni %
IKW = ∑ ( ) � %
IKW = ∑ , � %
Lampiran 8. Lanjutan
No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor
1. Kedalaman perairan 5 0,82 3 15
2. Tipe Pantai 5 pasir putih 3 15
3. Lebar Pantai 5 55 m 3 15
4. Material Dasar Perairan 3 Pasir 3 9
5. Kecepatan arus 3 0,26 2 6
6. Kemiringan Pantai (0) 3 7 3 9
7. Kecerahan perairan (m) 1 5,6 2 2
8. Penutupan Lahan Pantai 1 Kelapa, lahan
terbuka 3 3
9. Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 3
10. Ketersediaan air tawar (km) 1 >0,5 3 3
JUMLAH 80
IKW = ∑ (Nmax) � Ni %
IKW = ∑ ( ) � %
IKW = ∑ , � %
Lampiran 8. Lanjutan
No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor
1. Kedalaman perairan 5 0,89 3 15
2. Tipe Pantai 5 pasir putih 3 15
3. Lebar Pantai 5 58 m 3 15
4. Material Dasar Perairan 3 Pasir 3 9
5. Kecepatan arus 3 0,3 2 6
6. Kemiringan Pantai (0) 3 11 2 6
7. Kecerahan perairan (m) 1 6,7 2 2
8. Penutupan Lahan Pantai 1 Kelapa, lahan
terbuka 3 3
9. Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 3
10. Ketersediaan air tawar (km) 1 >0,5 3 3
JUMLAH 77
IKW = ∑ ( Ni
Nmax) � %
IKW = ∑ ( ) � %
IKW = ∑ , � %
Lampiran 10. Tabulasi Kuisioner Pengunjung
No Kriteria Jumlah Presentase (%)
data umum responden jenis kelamin
1.
laki-laki 45 53,57142857
Perempuan 39 46,42857143
Total 84 100
Umur
2.
<24 36 42,85714286
25-34 25 29,76190476
35-44 15 17,85714286
>45 8 9,523809524
Total 84 100
3.
Pendidikan
SMP 0 0
SMA 36 42,85714286
D3 27 32,14285714
S1 21 25
Lampiran 10. Lanjutan
Rombongan Wisata/tour 12 14,28571429
Keluarga 22 26,19047619
Lainnya 12 14,28571429
Total 84 100
2.
Frekuensi Kunjungan
1x setahun 24 28,57142857
2x setahun 10 11,9047619
Melihat Pemandangan 27 32,14285714
Duduk-duduk 8 9,523809524
sangat menyenangkan 38 45,23809524
cukup menyenangkan 45 53,57142857
kurang menyenangkan 1 1,19047619
Total 84 100
6.
sambutan masyarakat
baik sekali 23 27,38095238
Baik 54 64,28571429
cukup 6 7,142857143
kurang baik 1 1,19047619
Lampiran `10. Lanjutan
No Kriteria Jumlah Presentase (%)
Sarana Prasarana
1.
Penginapan
sangat baik 7 8,333333333
Baik 26 30,95238095
cukup memadai 27 32,14285714
kurang memadai 5 5,952380952
Total 84 100
4.
Transportasi
sangat memadai 34 40,47619048
cukup memadai 40 55,55555556
kurang memadai 10 13,88888889
Total 84 109,9206349
5.
Akses Jalan
Sangat baik 59 70,23809524
cukup baik 25 29,76190476
kurang baik 0 0
Total 84 100
6.
Kios Makanan
sangat memadai 39 46,42857143
cukup memadai 45 53,57142857
kurang memadai 0 0
Total 84 100
7.
Ketersediaan Tempat Sampah
sangat memadai 16 19,04761905
cukup memadai 45 53,57142857
kurang memadai 23 27,38095238
Total 84 100
8.
Listrik
Tersedia 27 32,14285714
tidak tersedia 57 67,85714286
Lampiran 10. Lanjutan
sangat indah 48 57,14285714
Indah 29 34,52380952
cukup indah 7 8,333333333
kurang indah 0 0
Total 84 100
3.
Kondisi Pasir
sangat baik 52 61,9047619
Baik 30 35,71428571
sangat baik 41 48,80952381
Baik 35 41,66666667
sangat nyaman 38 45,23809524
Nyaman 27 32,14285714
cukup nyaman 19 22,61904762
kurang nyaman 0 0
Total 84 100
6.
kesadaran masyarakat
sangat baik 16 19,04761905
Baik 22 26,19047619
Cukup 27 32,14285714
Kurang 0 0
Tidak tahu 19 22,61904762
Lampiran 10. Lanjutan
pasir putih 19 22,61904762
Fauna 0 0
mandi dan berenang 28 33,33333333
melihat flora dan fauna laut 0 0
Memancing 0 0
Berperahu 0 0
wisata pantai 31 36,9047619
surfing/olahraga 25 29,76190476
Total 84 100
4.
Kebersihan
sangat baik 20 23,80952381
Baik 41 48,80952381
Cukup 23 27,38095238
Kurang 0 0
Lampiran 10. Lanjutan
No Kriteria Jumlah Presentase (%)
Pengetahuan ekowisata
1.
Mengerti tentang ekowisata
ya 65 77,38095238
Tidak 19 22,61904762
Total 84 100
2.
Setuju 76 90,47619048
tidak setuju 8 9,523809524
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, L. 2009. Dampak Pemgunjung Kawasan Wisata Terhadap Kelestarian Sumberdaya Pantai Ancol Jakarta Utara. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
BPS Kabupaten Aceh Besar, 2011. Pokja AMPL Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar. Diakses http://www.ppsp.nawasis.info pada tanggal 12 september 2014.
BPS Kabupaten Aceh Besar. Perwakilan Provinsi NAD [Terhubung Berkala]. Diakseshttp://bandaaceh.bpk.go.id pada tanggal Oktober 2014.
Dahuri. R., J. Rais, S. P. Ginting., dan M. J. Sitepu, 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Dirhamsyah, 2006. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terintegrasi Di Indonesia. Oseana, 31(1): 21 – 26.
Djunaedi. A dan M.N. Basuki, 2002. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3 (3).
Handayawati, Budiono dan Soemarno, 2010. Potensi Wisata Pantai-Bahari diakses http://marno.lecture.ub.ac.id tanggal 15 september 2014.
Iskandar. C. K., 2010. Kajian Sumberdaya Pantai Pasca Tsunami 2004 Untuk Pengembangan Wisata Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Juliana, S. Lachmuddin dan Z. Muhammad, 2013. Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Bahari Di Perairan Bandengan Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Jurnal Perikanan Dan Kelautan Tropis Vol IX-1.
Mahfudz. F. D., 2012. Ekologi, Manfaat dan Rehabilitasi Hutan Pantai Indonesia. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Manado.
Manafi. M. R., A. Fahrudin., D.G. Bengen dan M. Boer. 2009. Aplikasi Konsep Daya Dukung Untuk Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Kecil (Studi Kasus Gugus Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Jilid 16, Nomor 1: 63-71. Sulawesi Tenggara.
Mendrofa. F., D. Yoswati dan M. Ghalib, 2013. Coastal Ecotourism Potential Of Sorake Beach, South Niasregency In North Sumatra Province. Diakses http://www.jom.unri.ac.id. Pada tanggal 27 september 2014.
Rahmawati, A. 2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan Wisata Pantai (Kasus Pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan, Jawa Timur). [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ramli, M. 2009. Strategi Pengembangan Wisata di Pulau Bawean Kabupaten Seresik. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rasyid, A. 2010. Distribusi Suhu Permukaan Pada Musim Peralihan Barat-Timur Terkait Dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil Di Perairan Spermonde.Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 20 (1): 1-7. ISSN: 0853-4489.
Rochmanto. B. dan S. A. Franscies. 2012. Karakteristik Morfologin Pantai Mallusetasi Berdasarkan Data Spasial Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Teknik Universitas Hasanuddin. Makasar.
Sari. T. E dan Usman, 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17 : 88-100.
Setiawan. N , 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Setyobudiandi, I., A. Fahruddin, A. M. Rajab, 2013. Daya Dukung Perairan Pulau Liukang Loe Untuk Aktivitas Ekowisata Bahari. Depik, 2(3): 114-125. Sitorus. H, 2013. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Berkelanjutan.
Universitas Nomensen. Medan.
Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51. 2004. Baku Mutu Air Laut. Jakarta.
Supriharyono, 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati Di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Tambunan. J. M., S. Anggoro, H. Purnaweni, 2013. Kajian Kualitas Lingkungan dan Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. ISBN 978-602-17001-1-2.
Tjiptoherijanto. P, 1995, Arah Kebijaksanaan Makro Pemerintah dalam Mengantisipasi Pasar Global, makalah Seminar Bisnis STIEIPWI. Jakarta.
Tuwo. A, 2011.Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internatinal. Surabaya.
Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Yulianda. F, 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. BogorPerairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertania Bogor.
Yulianda. F., A. Fahrudin, A.A. Hutabarat, S. Harteti, Kusharjani, H.S. Kang, & L. Adrianto, 2010. Pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu. Pusdiklat Kehutanan-Departemen Kehutanan RI, SECEM-Korea International Cooperation Agency, Bogor.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai
dengan bulan April 2015. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di kawasan
objek wisata Pantai Lhoknga Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. Peta
lokasi dapat di lihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera,
Global Positioning System (GPS) untuk menentukan titik koordinat, refraktometer
untuk mengukur salinitas, DO meter (metode winkler) untuk mengukur oksigen
terlarut dalam air, gayung untuk mengambil sampel air, Secchi Disc untuk
mengukur kecerahan perairan, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet, meteran untuk
untuk mengukut tingkat keasaman perairan, botol sampel untuk wadah sampel
air, water pass untuk mengukur tingkat kemiringan.
Bahan yang digunakan aquades, regent untuk mengukur DO, air sampel,
data sekunder dari berbagai instansi dan data hasil kuisioner untuk pengunjung
serta hasil wawancara para pengunjung dan penduduk.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini diawali dengan mengevaluasi kondisi perairan kawasan
Pantai Lhoknga. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan konsep pengembangan
wisata alam dengan melihat potensi sumberdaya alam dan sumberdaya
manusianya. Seluruh data sumberdaya alam dilihat dari data kualitas air sebagai
perbandingan dengan kulaitas perairan yang baik untuk pengelolaan kawasan
wisata yang berkelanjutan.
Pengumpulan data menggunakan data primer berdasarkan pendekatan
eksploratif dengan metode survey dan pengukuran langsung di lapangan. Variabel
yang diteliti adalah parameter kualitas perairan serta daya dukung kawasan,
mengenai keadaan umum kawasan Pantai Lhoknga. Didalam data primer
menggunakan data wawancara dan data observasi lapangan, wawancara meliputi
penentuan jumlah responden, sementara data observasi lapangan dengan data
yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan (insitu) pada parameter
lingkungan dalam penelitian ini. Dokumentasi kegiatan penelitian dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Data sekunder diperoleh dari studi pustaka berupa buku penunjang,
informasi yang terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Parawisata Aceh
Besar/Banda Aceh, Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Besar/Banda Aceh,
BAPPEDA Aceh Besar dan Kepala Desa (Geuchik) Desa Lhoknga Kecamatan
Lhoknga.
Penentuan Responden
Penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling.
Pertimbangan menggunakan metode purposive sampling, karena metode
pengambilan sampel dengan cara ini sengaja memilih responden berdasarkan
kebutuhan data yang diinginkan dengan ketentuan peran serta (partisipasi)
responden dalam kegiatan wisata, pertimbangan lain adalah memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. Kuisioner penelitian untuk
pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 2.
Responden terdiri dari responden wisatawan yang hadir pada kawasan
pantai Lhoknga. Responden pengunjung terdiri dari para pengunjung yang
melakukan wisata di Pantai Lhoknga. Kuisioner diberikan kepada pengunjung,
sehingga data yang diperoleh dapat mendukung pengamatan di lokasi. Teknik
yang digunakan dalam pengambilan data menggunakan accident sampling, yaitu
responden yang kebetulan berada di dalam kawasan wisata Pantai Lhoknga.
Untuk menentukan besarnya jumlah responden atau sampel, peneliti
mengguanakan rumus Slovin (Setiawan, 2007) yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
N = Populasi n = Sampel
d = Galat Pendugaan (10%).
Berdasarkan Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Aceh
Besar 2014, jumlah populasi pengunjung sebanyak 136 orang per minggu atau
544 orang per bulan. Berdasarkan data ini, maka jumlah sempel menurut rumus
Slovin adalah 84 orang. Perhitungan sampel pengunjung dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Deskripsi Area
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik purpossive sampling
untuk penentuan stasiun. Pertimbangan menggunakan metode purposive sampling
karena Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu.
a. Stasiun 1.
Stasiun 1 terletak di sebelah selatan Pantai Lhoknga. Secara geografis
terletak pada 5°2’23” LU dan 95°4’43”BT. Daerah ini merupakan daerah yang
dijadikan tempat berenang bagi anak-anak dan dekat dengan dermaga kapal PT
Gambar 3. Stasiun 1
b. Stasiun 2.
Stasiun 2 terletak di bagian tengah Pantai Lhoknga. Secara geografis
terletak pada 5°27’ 13” LU dan 95° 4’ 38” BT. Pada daerah ini pengunjung hanya
menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk menikmati pemandangan alam Serta
aktivitas berenang pada usia dewasa. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada
Gambar 4.
c. Stasiun 3
Stasiun ini terletak di sebelah Utara Pantai Lhoknga. Secara geografis
terletak pada 5°27’ 22”LU dan 95° 14’ 39” BT. Daerah ini merupakan daerah
yang dijadikan tempat aktivitas surfing, berenang dan menikmati pemandangan .
Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Stasiun 2
Analisis Data Kondisi kualitas air
Parameter kualitas air yang dianalisis adalah suhu, salinitas, pH,
kecerahan, DO (oksigen terlarut), BOD (Biochemical Oxygen Demand), bau,
sampah. Hasil pengukuran parameter kualitas air akan di bandingkan dengan
KEP- 51/MEN KLH 2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari. KEP-
Fisika a. Suhu
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer. Termometer di
celupkan pada perairan, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada
setiap stasiun. Suhu yang di ukur adalah suhu permukaan air. Hasil pengukuran
merupakan suhu rata-rata. Satuan dari suhu adalah oC.
b. Kecerahan
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Secchi Disc sebanyak tiga
kali ulangan pada setiap stasiun. Secchi Disc dimasukkan ke dalam perairan
secara perlahan-lahan, kemudian setelah mulai tidak tampak diukur kedalamannya
(D1). Secchi Disc diturunkan sedikit lagi sampai tidak tampak, kemudian diangkat
secara perlahan-lahan. Setelah tampak kembali catat kedalamannya (D2). Nilai
kecerahan dihitung dengan menggunakan rumus : kecerahan=D +D Satuan dari
kecerahan adalah meter (m).
c. Bau
Pengukuran bau dilakukan dengan menggunakan indera penciuman
terhadap air sampel yang diambil pada setiap stasiun. Air tersebut diambil dengan
menggunakan botol sampel. Air sampel tersebut dihirup apakah berbau tidak enak
atau tidak.
d. Sampah
Pengukuran dilakukan secara visual menggunakan indera penglihatan.
Kimia a. pH
Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan secara langsung pada setiap
stasiun dengan 3 kali ulangan. Pengukuran dilakukan menggunakan pH meter,
yaitu dengan mencelupkan pH meter pada permukaan perairan, sampai pH meter
menunjukkan angka keasaman yang stabil.
b. DO (Oksigen terlarut)
Contoh air diambil dari tiap stasiun masing-masing sebanyak tiga kali
ulangan. Air diambil menggunakan botol winkler atau Botol BOD 125 ml,
ditambah 20 tetes MnSO4 dan 20 tetes NaOH + KI. Botol kemudian dikocok dan
didiamkan hingga terbentuk endapan, ditambahkan 20 tetes H2SO4, dikocok
hingga larut. Air sampel diambil sebanyak 50 ml, dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 (normalitas 0.0247) hingga
berwarna kuning menggunakan alat suntik. Setelah itu ditambah Amilum hingga
larutan berwarna biru dan dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 (normalitas
0.0247) sampai larutan tidak berwarna. Bagan kerja metode winkler untuk
mengukur DO air dapat dilihat pada Lampiran 5.
c. BOD5
Air sampel diambil setiap stasiun sebanyak 3 kali ulangan. Pengukuran
BOD5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler. Sampel air diinkubasi
selama 5 hari pada suhu 20oC kemudian diukur nilainya dengan metode winkler
dimana nilai BOD5 didapat dari pengurangan DO awal – DO akhir. Bagan kerja
d. Salinitas
Air sampel diambil, diteteskan sebanyak satu tetes pada Refraktometer
kemudian dilihat nilainya dan dicatat. Dari tiap stasiun dilakukan sebanyak tiga
kali ulangan. Nilai salinitas yang diperoleh dari masing-masing stasiun di rata-rata
Setiap pengukuran dengan menggunakan refraktometer dibersihkan dengan
menggunakan aquades agar nilainya kembali ke nol.
Analisis Indeks Kesesuaian Wisata
Kegiatan wisata yang dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan
potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai
persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai obyek wisata yang akan
dikembangkan.
Menurut Yulianda (2007) rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata
pantai dan wisata bahari adalah:
IKW = ∑ (Nmax) � Ni %
Keterangan :
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai Parameter ke-i
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang
diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat
persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter
Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk wisata pantai.
No. Parameter Bobot Kategori
S1
Keterangan : Jumlah = (Skor x Bobot) dimana nilai maksimum = 84 S1 = Sangat sesuai dengan nilai 83 – 100 %
S2 = Sesuai dengan nilai 50 - <83 %
S3 = Sesuai bersyarat dengan nilai 17 - <50 % N = Tidak sesuai dengan nilai <17 %
Kelas S1: Kawasan ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk
pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh nyata terhadap
penggunaan dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan perlakuan
yang diberikan.
Kelas S2: Kawasan ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas
ini akan meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan.
Kelas S3: Kawasan ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas
akan lebih meningkatkan masukan/tingkat perlakuan yang diperlukan.
Kelas N : Kawasan ini mempunyai pembatas permanen, sehingga menghambat
segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Kegiatan wisata pantai merupakan semua aktivitas yang berlangsung di
kawasan pantai seperti menikmati keindahan alam pantai, olahraga, berenang,
berkemah dan aktivitas lainnya. Parameter yang dijadikan kriteria kesesuaian
lahan untuk wisata pantai antara lain :
a. Kedalaman Perairan
Perairan yang relatif dangkal merupakan kondisi yang sangat menunjang
diadakannya wisata pantai dimana para wisatawan dapat bermain air maupun
berenang dengan aman. Kedalaman 0 – 5 meter merupakan syarat yang paling
sesuai untuk wisata pantai. Toleransi juga diberikan untuk kedalaman >5 – 10
meter, sedangkan kedalaman >10 meter dianggap kurang ideal untuk kegiatan ini.
b. Material Dasar Perairan
Material dasar perairan sangat menentukan kecerahan perairan. Daerah di
wisata pantai. Toleransi diberikan pada substrat pasir berkarang atau karang
berpasir dengan hancuran karang yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
karangnya maupun pasir berlumpur dengan perlakuan khusus. Substrat lumpur
maupun karang merupakan lokasi yang tidak sesuai untuk kegiatan berenang dan
bermain air.
c. Kecepatan Arus
Kecepatan arus berkaitan dengan keamanan wisatawan dalam
melaksanakan aktivitasnya. Kecepatan arus yang relatif lemah berkisar antara 0-
0,17 m/dtk merupakan syarat yang ideal untuk aktivitas berenang, bermain air dan
aktivitas lainnya. Kecepatan arus 0,17 – 0,34 m/dtk masih masuk dalam kategori
sesuai dan kecepatan arus di atas 0,51 masuk dalam kategori tidak sesuai.
d. Kecerahan Perairan
Wilayah dengan kondisi perairan yang cerah merupakan lokasi yang
paling sesuai untuk wisata pantai. Wisatawan dapat bermain air, berenang dan
aktivitas lainnya. Kecerahan perairan >30 meter merupakan syarat yang sangat
sesuai atau diinginkan untuk wisata pantai. Toleransi diberikan untuk kecerahan
perairan >10 meter, sedangkan untuk kecerahan perairan <10 meter dianggap
tidak sesuai untuk kegiatan wisata pantai.
e. Ketersediaan Air Tawar
Ketersediaan air tawar merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
wisata pantai. Selain untuk konsumsi juga digunakan untuk MCK dan mandi
setelah bermain air laut dan pasir pantai. Ketersediaan air tawar dilihat dari
<0,5 km merupakan syarat yang paling sesuai, sedangkan jarak >2 km merupakan
jarak yang tidak sesuai untuk wisata pantai.
f. Tipe Pantai
Dalam kaitannya dengan wisata pantai, pantai berpasir merupakan lokasi
yang paling ideal untuk wisata pantai. Wisatawan dapat berjemur, berolah raga,
menikmati pemandangan, bermain dengan santai. Toleransi juga diberikan pada
pantai berpasir dengan sedikit karang maupun pada daerah yang sedikit terjal,
sedangkan pantai berlumpur, berkarang maupun terjal dianggap tidak sesuai untuk
kegiatan ini.
g. Lebar Pantai
Lebar pantai berkaitan dengan luasnya lahan pantai yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas wisata pantai. Lebar pantai yang sangat
sesuai untuk wisata pantai adalah lebih dari 15 meter, sedangkan untuk lebar
pantai kurang dari 3 meter dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai.
h. Kemiringan Pantai
Kemiringan pantai berkaitan dengan berbagai aktivitas yang dapat
dilakukan di pantai. Wisatawan sebagian besar menyukai pantai yang landai
karena lebih mudah untuk melakukan berbagai aktivitas. Kemiringan pantai yang
kurang dari 10o dianggap paling sesuai untuk wisata pantai, sedangkan
kemiringan pantai yang lebih dari 45o dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai
karena dianggap curam.
Lahan pantai yang nyaman untuk berbagai aktivitas adalah pantai yang
aman. Pantai yang aman disini merupakan pantai yang bebas dari biota berbahaya
seperti bulu babi, lepu dan hiu
j. Penutupan Lahan Pantai
Penutupan lahan pantai merupakan faktor sekunder pada kegiatan wisata
pantai. Adanya rencana pengembangan pada suatu daerah untuk wisata pantai,
penutupan lahan yang ada dapat diubah sesuai dengan perencanaan.
Analisis Daya Dukung Kawasan
Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara
lestari. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung
pengembangan ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya
Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang
secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu
tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan Daya Dukung
Kawasan (DDK) tersebut dapat dilihat dalam persamaan berikut
(Yulianda dkk, 2010).
DDK = K xLpLt x WpWt
Keterangan :
DDK = Daya Dukung Kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang) Lp = Luas area atau panjang area yang dimanfaatkan (m) Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m)
Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari (jam)
Potensi ekologis wisatawan ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis
kegiatan yang dilakukan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh wisatawan
ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan alam dalam memberi
toleransi kepada wisatawan sehingga keaslian sumberdaya alam akan tetap
terjaga. Potensi ekologis wisatawan dan luas area kegiatan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Potensi ekologis wisatawan (K) dan luas area kegiatan (Lt).
No. Jenis
1 orang setiap 50 m panjang pantai
2. Wisata
olahraga 1 50
1 orang setiap 50 m panjang pantai
3. Berenang 1 50 1 orang setiap 50 m panjang pantai
4. Berjemur 1 50 1 orang setiap 50 m panjang pantai
5. Memancing 1 10 1 orang setiap 10 m panjang pantai
Sumber : Modifikasi Yulianda (2007)
Waktu kegiatan wisatawan (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu
yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu
wisatawan diperhitungkan dengan mempertimbangkan waktu yang disediakan
untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu
hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 10 jam (07.00 - 17.00). Prediksi waktu yang
Tabel 3. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata
No. Jenis kegiatan Waktu yang
dibutuhkan Wp - (jam)
Total waktu 1 hari
Wt - (jam)
1. Berenang 2 4
2. Berjemur 2 4
3. Rekreasi pantai 3 6
4. Olahraga air 2 4
5. Memancing 3 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Umum Daerah Penelitian Kondisi geografis, luas dan batas wilayah
Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh.
Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º LU dan
95,0º-95,8º BT dengan luas wilayahnya 2.974,12 km2. Ibu kota Kabupaten Aceh Besar
adalah Kota Jantho. Kabupaten ini terdiri atas 23 kecamatan, 68 pemukiman dan
604 desa (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2010).
Adapun batas wilayah Kabupaten Aceh besar adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Selat Malaka dan Kota Banda Aceh,
Sebelah Timur : Kabupaten Pidie,
Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Jaya,
Sebelah Barat : Samudera Hindia.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Besar terdiri atas perbukitan dan
areal sawah yang terbentang di sepanjang jalur darat. Wilayah Aceh Besar
memiliki jalur darat yang baik mengingat jalur ini merupakan jalur penghubung
antara kabupaten lain dan Kota Banda Aceh serta jalur industri bagi PT Semen
Andalas Indonesia (SAI).
Pantai Lhoknga merupakan salah satu pantai yang terdapat di Wilayah
Aceh Besar. Pantai Lhoknga terletak di Kecamatan Lhoknga daerah Mukim
Analisis Kualitas Perairan Pantai Lhoknga
Analisis Kualitas perairan Pantai Lhoknga dilakukan dengan mengambil di
bagian pantai. Pengambilan sampel dilakukan satu bulan sekali pada bulan
Desember-Februari. Parameter pengamatan yang digunakan dalam penentuan
kualitas perairan di pantai Lhoknga terdiri atas sepuluh (10) parameter, yang
meliputi pengukuran kedalaman, suhu, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO),
Biochemical Oxygen Demand (BOD5), arus, kemiringan, kecerahan, dan lebar.
Hasil pengukuran kaulitas perairan Pantai Lhoknga dapat dilihat pada Lampiran 7.
Rata-rata parameter kualitas air Pantai Lhoknga dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Parameter Kualiatas Air Pantai Lhoknga
Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Suhu °C 30,33 28,33 29,67
Arus m/detik 0,2 0,26 0,30
Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Kedalaman m 0,63 0,82 0,89
Analisis Kesesuaian Wisata menggunakan matriks kesesuaian yang
disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan
pada daerah tersebut.
Indeks kesesuaian yang diukur yaitu rekreasi pantai, wisata berenang dan
Lhoknga. Perhitungan indeks kesesuaian kawasan wisata pantai Lhoknga dapat
dilihat pada Lampiran 8. Hasil Pengukuran Indeks Kesesuain Wisata Pantai
Lhoknga stasiun 1 dapat dilihat pada Tabel 5, hasil Pengukuran Indeks
Kesesuaian Wisata Pantai Lhoknga stasiun 2 dapat dilihat pada Tabel 6, hasil
Pengukuran Indeks Kesesuaian Wisata Pantai Lhoknga stasiun 3 dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Indeks Kesesuain Wisata Pantai Lhoknga Stasiun 1
No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor
1. Kedalaman perairan (m) 5 0,63 3 15
Tabel 6. Hasil Pengukuran Indeks Kesesuain Wisata Pantai Lhoknga Stasiun 2
No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor
JUMLAH 80
IKW = Σ 0 X 100% =95,2%
Tabel 7. Hasil Pengukuran Indeks Kesesuain Wisata Pantai Lhoknga Stasiun 3
No. Parameter Bobot Hasil Pengukuran Skor Bobot x skor
1. Kedalaman perairan (m) 5 0,89 3 15
Berdasarkan hasil pengukuran pada stasiun 1,2 dan 3 diperoleh rata-rata
indeks keseuaiaan wisata Pantai Lhoknga sebesar 95,2% masuk dalam katagori
sangat sesuai (S1).
Analisis Daya Dukung Kawasan
DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat
ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan daya dukung kawasan wisata
Pantai Lhoknga dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari hasil pengukuran Daya
Tabel 8. Daya Dukung Kawasan Pantai Lhoknga
Jenis Kegiatan Panjang Area DDK
Rekreasi Pantai 1321 53
Berenang 1000 40
Berjemur 1059 42
Olahraga Air 500 20
Memancing 100 20
Total 175
Persepsi Wisatawan Terhadap Kawasan Pantai Lhoknga
Wisatawan yang menjadi responden sebanyak 84 orang. Tabulasi
pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 10. Persentase jumlah pengunjung
sekitar di kawasan Pantai Lhoknga berdasarkan jenis kelamin laki-laki adalah
sebesar 54% (84 responden). Sementara itu, perempuan dengan persentase sebesar
46% (84 responden).
Dilihat dari segi umur, reponden terbagi menjadi empat kelompok umur.
Kelompok umur tersebut antara lain kelompok umur <24 tahun, 25-34tahun,35-44
tahun, dan >45 tahun. Wisatawan yang menjadi responden berdasarkan usia pada
kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 6.
. Gambar 6. Komposisi Umur Wisata Responden
Pendidikan wisatawan yang mengujung kawasan wisata Pantai Lhoknga
(SMA), Akademik D3 dan Sarjana Strata 1 (S1). Wisatawan yang menjadi
responden berdasarkan jenjang pendidikan pada Kawasan Pantai Lhoknga
disajikan pada Gambar 7.
. Gambar 7. Komposisi Pendidikan Responden
Pengunjung pada kawasan wisata Pantai Lhoknga datang bersama teman,
rombongan wisata/tour, kelaurga dan lainnya. Persentase wisatawan yang hadir
bersama kelompok tersebut disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Komposisi Kehadiran Bersama Responden
Frekuensi kunjungan responden meliputi 1 kali setahun, 2 kali setahun dan
>2 kali setahun. Persentase frekuensi kunjungan wisatawan disajikan pada
Gambar 9.
43%
32%
25% SMA
D3
Gambar 9. Komposisi Frekuensi Kunjungan Responden
Wisatawan (responden) menghabiskan waktu pada kawasan wisata Pantai
Lhoknga antara lain 2 jam, 4 jam, 6 jam, >6 jam dan lainnya (3/5) jam. Persentase
waktu yang dihabiskan wisatawan disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Komposisi Waktu yang Dihabiskan Responden
Aktivitas wisatawan berdasarkan tujuan kedatangan terbagi atas berenang,
melihat pemandangan, duduk-duduk, surfing, memancing dan jalan-jalan.
Persentase wisatawan berdasarkan tujuan kedatangan disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Komposisi Tujuan Kedatangan Responden 21%
32%
10% 16%
7% 14%
Berenang
Melihat Pemandangan
Duduk-duduk
Surfing
Memancing
Pengalaman yang dirasakan wisatawan pada kawasan wisata Pantai
Lhoknga terbagi tiga kategori antara lain sangat menyenangkan, cukup
menyenangkan dan kurang menyenangkan. Persentase berdasarkan pengalama
yang di rasakan wisatawan disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12. Komposisi Pengalaman Wisata Responden
Sambutan masyarakat terhadap wisatawan pada kawasan wisata Pantai
Lhoknga terbagi empat kategori antara lain baik sekali, baik, cukup dan kurang
baik. Persentase berdasarkan sambutan masyrakat terhadap wisatawan disajikan
pada Gambar 13.
Persepsi Wisatawan Terhadap Sarana Prasarana Wisata Kawasan Pantai Lhoknga
Persepsi Wisatawan terhadap penyediaan penginapan pada kawasan wisata
Pantai Lhoknga meliputi empat kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan
kurang. Persentase Kondisi Penginapan Menurut Responden pada Gambar 14.
Gambar 14. Kondisi Penginapan Menurut Responden
Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian air bersih (tawar) pada kawasan
wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni memadai, cukup memadai dan
kurang memadai. Persentase terhadap ketersediaan air bersih (tawar) disajikan
pada Gambar 15.
Gambar 15. Kondisis Ketersediaan Air Bersih (air tawar)
Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian transportasi pada kawasan
wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori sangat memadai, cukup memadai
dan kurang memadai. Persentase terhadap ketersediaan transportasi disajikan pada
Gambar 16.
62% 32%
6%
memadai
cukup memadai
Gambar 16. Kodisi Ketersediaan Transportasi
Persepsi wisatawan terhadap akses jalan menuju kawasan wisata Pantai
Lhoknga meliputi dua katagori yakni sangat baik dan cukup baik. Persentase
akses jalan menuju kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17. Kodisi Akses Jalan Menuju Kawasan Pantai Lhoknga
Persepsi wisatawan terhadap ketersedian kios makanan dan minuman pada
kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi dua katagori yakni sangat baik dan
cukup baik. Persentase terhadap ketersediaan kios makanan dan minuman
disajikan pada Gambar 18.
Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian tempat sampah pada kawasan
wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat memadai, cukup
memadai dan kurang memadai. Persentase terhadap ketersediaan tempat sampah
disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19. Kondisi Ketersedian Tempat Sampah
Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian listrik pada kawasan wisata
Pantai Lhoknga meliputi dua katagori yakni sangat tersedia dan tidak tersedia.
Persentase terhadap ketersediaan listrik disajikan pada Gambar 20.
Gambar 20. Kondisi Ketersediaan Listrik
Persepsi wisatawan terhadap Ketersedian tempat ibadah pada kawasan
wisata Pantai Lhoknga hanya satu katagori yakni sangat tersedia. Persentase
Gambar 21. Kondisi Ketersediaan Tempat Ibadah
Persepsi Wisatawan Terhadap Kualitas Ekologi Pada Kawasan Pantai Lhoknga
Persepsi wisatawan terhadap sumberdaya pada kawasan wisata Pantai
Lhoknga hanya terdiri dua katagori yakni pantai dan air laut Persentase terhadap
sumberdaya pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 22.
Gambar 22. Komposisi Sumberdaya Pantai Lhoknga
Persepsi wisatawan terhadap keindahan alam pada kawasan wisata Pantai
Lhoknga meliputi empat katagori yakni sangat indah, indah dan cukup indah.
Persentase terhadap keindahan alam pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada
Gambar 23. Kondisi Keindahan Alam Pantai Lhoknga
Persepsi wisatawan terhadap kondisi pasir pada kawasan wisata Pantai
Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat baik, baik dan cukup. Persentase
terhadap pasir pantai pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 24.
Gambar 24. Kondisi Pasir Pantai Lhoknga
Persepsi wisatawan terhadap kejernihan air laut pada kawasan wisata
Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat baik, baik dan kurang.
Persentase terhadap kejernihan air laut pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan
pada Gambar 25.
Persepsi wisatawan terhadap daya tingkat kenyamanan pada kawasan
wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat nyaman, nyaman dan
cukup nyaman. Persentase terhadap tingkat kenyamanan pada kawasan Pantai
Lhoknga disajikan pada Gambar 26.
Gambar 26. Kondisi Kenyamanan Pantai Lhoknga
Persepsi wisatawan terhadap kesadaran masyarakat tentang kelestarian
lingkungana pada kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi empat katagori yakni
sangat baik, baik, cukup dan tidak tahu. Persentase terhadap daya kesadaran
masyarakat terhadap kelestarian lingkungana pada kawasan Pantai Lhoknga
disajikan pada Gambar 27.
Penilaian Daya Tarik
Persepsi wisatawan terhadap daya tarik sumberdaya alam pada kawasan
wisata Pantai Lhoknga meliputi dua katagori yakni Pantai dan pasir putih.
Persentase terhadap daya tarik sumberdaya alam pada kawasan Pantai Lhoknga
disajikan pada Gambar 28.
Gambar 28. Kondisi Keunikan Sumberdaya Alam Pantai Lhoknga
Persepsi wisatawan terhadap daya tarik sumberdaya alam yang menonjol
pada kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi dua katagori yakni Pantai dan Air.
Persentase terhadap daya tarik sumberdaya alam yang menonjol pada kawasan
Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 29.
Persepsi wisatawan terhadap daya tarik kegiatan yang dilakukan pada
kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi tiga katagori yakni mandi dan
berenang,wisata pantai serta surfing/olahraga. Persentase terhadap daya tarik
kegiatan yang dilakukan pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar
30.
Gambar 30. Komposisi Persentase Kegiatan yang Dilakukan Wisatawan
Persepsi wisatawan terhadap kebersihan pada kawasan wisata Pantai
Lhoknga meliputi tiga katagori yakni sangat baik, baik dan cukup. Persentase
terhadap kebersihan pada kawasan Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 31.
Pengetahuan Ekowisata
Pengetahuan wisatawan terhadap ekowisata meliputi dua katagori yakni ya
mengerti (ya) tidak mengerti (tidak). Persentase terhadap pengetahuan ekowisata
disajikan pada Gambar 32.
Gambar 32. Kondisi Pemahaman Tentang Ekowisata
Pengembangan ekowisata pada kawasan wisata Pantai Lhoknga meliputi
dua persepsi yaitu setuju dan tidak setuju. Persentase persepsi pengembangan
ekowisata pada kawasan wisata Pantai Lhoknga disajikan pada Gambar 33.
Pembahasan
Kualitas Perairan Pantai Lhoknga
Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut
dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan
laut. Soesono (1974) diacu Rasyid (2010), mengatakan bahwa suhu adalah salah
satu sifat fisika air laut yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
organisme perairan, disamping itu suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah
oksigen terlarut dalam air.
Suhu Pantai Lhoknga yang diamati relatif tinggi namun masih tergolong
normal yaitu sebesar 28,3°C-30,3°C. Hal ini disebabkan pengukuran suhu
dilakukan pada siang hari, sehingga radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam
badan air intensitasnya cukup besar untuk memanaskan perairan. Aktivitas
pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai rata-rata suhu tertinggi terdapat
stasiun 1 yaitu sebesar 30,3°C, sedangkan nilai suhu terendah pada stasiun 3
sebesar 28,3°C. Adapun ketentuan suhu menurut KEP-51/MENKLH/2004 adalah
berkisar 27-29oC. Angka ini sedikit lebih rendah dari hasil pengamatan. Hasil
pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 3. Menurut Rahmawati (2009) bahwa
suhu air permukaan di perairan laut Nusantara umumnya berkisar antara 28–31°C,
segingga suhu air permukaan yang diperoleh tersebut sesuai dengan suhu perairan
laut Nusantara pada umumnya.
Kisaran suhu dapat saja berubah pada waktu pengukuran yang berbeda
tergantung pada cuaca dan kondisi perairan. Menurut Nontji (2005) diacu
Iskandar (2010), secara alami suhu air permukaaan memang merupakan lapisan
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-faktor meteorologi yang berperan
adalah angin dan penguapan, kelembapan udara, kecepatan angin dan intensitas
radiasi matahari. Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola
musiman.
Pengukuran kedalaman menggunakan papan skala pada setiap stasiun.
Nilai tertinggi pada stasiun 3 yaitu 0.89 m, sedangkan nilai terendah pada stasiun
1 yaitu 0,63 m. Pada setiap stasiun menunjukan syarat yang paling sesuai untuk
wisata pantai, menurut hasil penelitian Edward, dkk (2002) diacu Juliana (2013),
menyatakan bahwa kedalam perairan yang berkisar 3,2-35,5 meter masih layak
dijadikan wisata bahari berenang, snorkling dan selam.
Kecerahan adalah ukuran transparansi dari suatu perairan dan
menunjukkan kemampuan dari cahaya matahari untuk menembus lapisan air. Dari
setiap stasiun pengamatan terlihat bahwa sebagian besar nilai kecerahan di bawah
kisaran baku mutu. Nilai kecerahan seluruh stasiun berkisar 0,63-0,89 meter yang
artinya berada di luar kisaran baku mutu. Hal ini terkait dengan perbedaan
kedalaman di setiap stasiun. Mengingat Pantai Lhoknga merupakan jenis Pantai
berpasir maka perbedaan nilai kecerahan dapat disebabkan oleh adanya partikel
yang terbawa oleh arus dimana pola arus ini dapat mengangkat pasir yang halus
serta adanya gelombang dan angin yang melepaskan energi di Pantai dan
mengangkut pasir yang halus (Dahuri, 2004 diacu Iskandar, 2010). Nilai
kecerahan yang diperoleh menunjukkan bahwa Pantai Lhoknga dapat digunakan
untuk aktivitas berenang.
Kecepatan arus Pantai Lhoknga yang diamati sebesar 0,2-0,30 m/s. Nilai
kecepatan arus relatif sedang pada stasiun 2 yaitu 0,26 m/s dan stasiun 3 sebesar
0,30 m/s. Adapun kecepatan arus pada setiap stasiun termasuk dalam katagori
arus lambat sampai sedang.
Kecepatan arus dapat dibedakan dalam 4 kategori yakni kecepatan arus
0-0,25 m/detik yang disebut arus lambat, kecepatan arus 0-0,25-0,50 m/detik yang
disebut arus sedang, kecepatan arus 0,50-1 m/detik yang disebut arus cepat, dan
kecepatan arus diatas 1 m/detik yang disebut arus sangat cepat (Harahap diacu
Sari dan Usman, 2012). Namun menurut Yustishar, dkk (2012) berdasarkan
keterangan dari Stasiun Meteorologi Maritim Semarang kecepatan arus < 10 m/s
masih dalam batas aman untuk melakukan kegiatan di pantai. Juliana, dkk (2013)
menyatakan kecepatan arus yang layak untuk wisata bahari berenang berkisar
0,20-0,4 m/detik, snorkling 0,15-40 m/detik dan olahraga air seperti jet ski,
banana boot, berperahu berkisar 0,15-0,40 m/detik.
Perairan Pantai Lhoknga tidak berbau. Hal ini menunjukkan bahwa belum
ada bahan pencemar yang masuk ke perairan pantai yang dapat menimbulkan bau.
Perairan Pantai Lhoknga termasuk pantai yang masih alami karena tidak
mengeluarkan bau dan kondisi ini harus dijaga kealamiahannya agar pada saat
wisatawan melakukan kegiatan wisata tetap merasa nyaman dan tidak terganggu.
Derajat keasaman (pH) merupakan sifat kimia yang berperan penting
untuk mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam perairan.
Selain itu, ikan dan organisme lainnya hidup pada pH tertentu, sehingga dengan
diketahuinya nilai pH, kita dapat mengetahui apakah air tersebut sesuai atau tidak
untuk menunjang kehidupan organisme perairan. Nilai rata-rata pH tertinggi pada
8,06. Nilai pH pada lokasi pengamatan masih sesuai dengan baku mutu air laut
KEP-51/MENKLH/2004 antara 6-8,5. Menurut Iskandar (2010), parameter pH
merupakan parameter yang harus diukur dalam menentukan lokasi wisata karena
didasarkan pada aktivitas berenang yang umumnya dilakukan di lokasi wisata.
Nilai pH yang tidak sesuai dengan baku mutu dapat menyebabkan iritasi pada
mata.
Salinitas merupakan kandungan garam yang ada di dalam air laut.
Salinitas merupakan komponen yang berperan penting dalam mengontrol densitas
air laut dan juga mempengaruhi biota laut. Nilai rata-rata salinitas di perairan
Pantai Lhoknga sebesar 29,66-31 ppt. Nilai salinitas yang diperoleh tersebut
masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari
(KEP-51/MENKLH/2004) karena perubahan salinitas yang ada masih dibawah 5 % dari
salinitas rata-rata musiman. Nilai salinitas yang sesuai dengan baku mutu tersebut
rnunjukkan bahwa perairan Pantai Lhoknga sesuai untuk kegiatan wisata.
Oksigen terlarut (DO) merupakan jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut
dalam air. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis oleh
fitoplankton atau tanaman air lainnya dan difusi dari udara. Nilai oksigen terlarut
(DO) di perairan Pantai Lhoknga termasuk normal yaitu berkisar 6,06-6,8 mg/l.
Nilai oksigen terlarut tersebut sesuai dengan baku mutu air laut
KEP-51/MENKLH/2004 yaitu nilainya lebih dari 5 mg/l.
Hasil pengukuran oksigen terlarut di Pantai Lhoknga memiliki nilai sesuai
baku mutu. Oleh sebab itu, dilihat dari parameter oksigen terlarut, Pantai Lhoknga
Hasil pengukuran contoh air diperoleh nilai BOD5 sebesar 1,43-2,66. Nilai
tersebut lebih kecil dari baku mutu dimana nilai baku mutunya sebesar 10. Hal
tersebut menunjukkan kandungan bahan organik yang ada di Pantai Lhoknga
relatif rendah. Jumlah bahan organik yang rendah akan mencegah terjadinya
ledakan populasi plankton (blooming algae) dan sebaliknya.
Analisis Kesesuaian Wisata Pantai
Kesesuaian wilayah untuk wisata pantai ditentukan dari kegiatan yang
dilakukan di pantai tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan di Pantai Lhoknga
adalah berenang, berjalan-jalan di sepanjang pinggiran Pantai, duduk santai,
wisata olah raga, surfing dan aktivitas lainnya. Surfing hanya dilakukan jika
keadaan ombak dan angin cukup memungkinkan untuk melakukan kegiatan
surfing. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian peruntukkan
wilayah sebagai kawasan wisata pantai adalah menggunakan Indeks Kesesuaian
Wisata (IKW). Analisis diukur dengan memberikan bobot dan skor pada
parameter yang telah ditentukan. Hasil analisis indeks kesesuaian wisata disajikan
pada Tabel 5,Tabel 6 dan Tabel 7.
Penghitungan IKW dilakukan pengukuran pada tiga stasiun yaitu stasiun 1
yang terletak pada 5°2’23” LU dan 9°54’43” BT; stasiun 2 terletak pada 5°27’
13” LU dan 95°4’ 38” BT serta stasiun 3 yang terletak pada 5°27’ 22”LU dan 95°
14’ 39” BT. Titik-titik stasiun tersebut berada sejajar dengan garis pantai dimana
Di setiap stasiun dilakukan pengukuran kedalaman perairan, kecerahan, kecepatan
kemiringan pantai, penutupan lahan dan ketersediaan air tawar dilakukan di
sekitar garis pantai dan pesisir pantai.
Kedalaman Pantai Lhoknga berkisar antara 0,63 meter sampai 0,89 meter.
Tipe Pantai Lhoknga adalah pasir putih kecoklatan dengan lebar pantai yang dapat
digunakan untuk kegiatan wisata antara 100 meter sampai dengan 150 meter.
Material dasar laut di Pantai Lhoknga adalah sedikit karang, kecerahan berkisar
antara 0,63 sampai dengan 0,89 meter, penutupan lahan pantai adalah lahan
terbuka dan terdapat pohon cemara laut. Sepanjang kawasan Pantai Loknga tidak
ditemukan adanya biota berbahaya.
Nilai rata-rata Indeks Kesesuaian wisata di Pantai Lhoknga dari stasiun 1,
2 dan 3 sebesar 95,2% masuk pada kriteria S1 yaitu sangat sesuai. Pada umumnya
kriteria tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat faktor pembatas yang serius
untuk dijadikan sebagai kawasan wisata seperti berenang, memancing, surfing,
olahraga air dan aktivitas lainnya.
Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lhoknga
DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat
ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia (Yulianda, 2007). Aktivitas yang biasa
dilakukan di kawasan Pantai Lhoknga antara lain berenang, surfing (jika
gelombang pantai memungkinkan), memancing, berjemur dan rekreasi pantai.
Rekreasi pantai meliputi jalan-jalan di pinggir pantai, duduk santai, melihat
pemandangan, foto-foto dan mengobrol. Untuk dapat melakukan
yang melakukan aktivitas tersebut merasa nyaman. Daya dukung di kawasan
Pantai Lhoknga disajikan pada Tabel 8.
Rekreasi Pantai dapat dilakukan di sepanjang Pantai Lhoknga dengan
panjang area 1.321 meter. Untuk dapat melakukan kegiatan ini dengan nyaman
diperkirakan membutuhkan panjang area 50 meter. Adapun waktu yang
disediakan oleh pihak pengelola adalah 6 jam per hari dan umumnya waktu yang
dihabiskan oleh wisatawan untuk kegiatan ini adalah 3 jam. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui bahwa nilai daya dukung untuk rekreasi pantai adalah 53
orang. Dari hasil perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat melakukan
rekreasi pantai dengan santai dan nyaman. Kegiatan rekreasi pantai yang
umumnya dilakukan di Pantai Lhoknga meliputi jalan-jalan di pinggiran pantai,
melihat pemandangan, duduk santai, foto-foto dan mengobrol. Kegiatan rekreasi
pantai ini merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh wisatawan.
Aktivitas berenang dapat dilakukan di sepanjang Pantai Lhoknga dengan
panjang area 1.000 meter. Untuk dapat berenang dengan nyaman diperkirakan
membutuhkan panjang area 50 meter. Adapun waktu yang disediakan oleh pihak
pengelola adalah 4 jam per hari dan umumnya waktu yang dihabiskan oleh
wisatawan untuk berenang adalah 2 jam. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
bahwa nilai daya dukung untuk aktivitas berenang adalah 40 orang. Dari hasil
perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat melakukan aktivitas berenang
dengan nyaman. Namun wisatawan harus berhati-hati ketika melakukan aktivitas
berenang mengingat ombak di Pantai Lhoknga cukup besar.
Aktivitas berjemur dapat dilakukan di sepanjang Pantai Lhoknga dengan
membutuhkan panjang area 50 meter. Adapun waktu yang disediakan oleh pihak
pengelola adalah 4 jam per hari dan umumnya waktu yang dihabiskan oleh
wisatawan untuk berjemur adalah 2 jam. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
bahwa nilai daya dukung untuk aktivitas berjemur adalah 42 orang. Dari hasil
perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat melakukan aktivitas berjemur
dengan santai dan nyaman.
Aktivitas olahraga air (surfing) yang dilakukan ketika ombak besar.
Aktivitas surfing dapat dilakukan di Pantai Lhoknga dengan panjang area 500
meter. Untuk dapat melakukan aktivitas surfing diperkirakan membutuhkan
panjang area 50 meter. Adapun waktu yang disediakan oleh pihak pengelola
adalah 4 jam dan umumnya waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk
melakukan aktivitas surfing adalah 2 jam. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui bahwa daya dukung untuk aktivitas surfing adalah 20 orang. Dari hasil
perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat melakukan aktivitas surfing
dengan nyaman.
Kegiatan memancing dapat dilakukan di sepanjang Pantai Lhoknga
dengan panjang area 200 meter. Untuk dapat memancing dengan nyaman
diperkirakan membutuhkan panjang area 10 meter. Adapun waktu yang
disediakan oleh pihak pengelola adalah 6 jam per hari dan umumnya waktu yang
dihabiskan oleh wisatawan untuk memancing adalah 3 jam. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui bahwa nilai daya dukung untuk kegiatan memancing adalah
20 orang. Dari hasil perhitungan tersebut diperkirakan wisatawan dapat
Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lhoknga rata-rata berjumlah 543
per bulan. Jumlah ini masih berada di bawah batas maksimal daya dukung yang
dapat ditampung di Pantai Lhoknga. Pengelola Pantai Lhoknga harus
meningkatkan jumlah wisatawan karena jumlah wisatawan masih berada di bawah
batas maksimal yang dapat ditampung di Pantai Lhoknga.
Data Umum dan Persepsi Wisatawan Terhadap Pantai Lhoknga
Sarana prasarana merupakan faktor yang cukup penting mengingat
penyediaan dan pembangunan sarana prasarana berkaitan erat dengan
pembangunan kawasan wisata di Pantai Lhoknga. Beberapa sarana prasarana yang
terdapat di Pantai Lhoknga antara lain areal parkir, kamar mandi/WC, mushola,
kios makanan dan minuman. Secara umum kondisi dari sarana prasarana ini masih
cukup baik dan terawat. Namun ada beberapa sarana prasarana yang harus
diperbaiki seperti kamar mandi dan areal parkir yang harus diperluas mengingat
wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata ini terus meningkat.
Berdasarkan jenis kelamin, responden yang berwisata ke Pantai Lhoknga
terdiri atas laki-laki dan perempuan. responden lebih banyak berjenis kelamin
laki-laki adalah sebesar 54% (84 responden). Sementara itu, perempuan dengan
persentase sebesar 46% (84 responden). Jumlah wisatawan Pantai Lhoknga
perbulan rata-rata mencapai 543 jiwa per bualan. Wisatawan berusia antara lain
kelompok umur <24 tahun 43%, 25-34tahun 30%, 35-44 tahun 18%, dan >45
tahun 9% (Gambar 6). Tjiptoherijanto (1995) menyatakan struktur umur
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15
tua, usia 65 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan wisatawan yang berkunjung ke
Pantai Lhoknga memiliki kelompok umur produktif lebih banyak dari kelompok
umur yang tidak produktif. Dari sini dapat diketahui bahwa daerah wisata Pantai
Lhoknga merupakan daerah sumber wisatawan yang potensial dan diketahui pula
bahwa kelompok umur produktif yang banyak mengadakan perjalanan wisata.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan
ekowisata pantai. Dalam pengelolaan ekowisata pantai yang berkelanjutan
dibutuhkan tingkat pemahaman yang baik akan pentingnya melestarikan
lingkungan hidup dan sumberdaya lainnya. Berdasarkan tingkat pendidikan di
Pantai Lhoknga diketahui bahwa 25% berpendidikan S1, 43% berpendidikan
SMA dan 32% berpendidikan D3 (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa
wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lhoknga memiliki pendidikan yang cukup
tinggi sehingga diharapkan memiliki kecenderungan akan pentingnya
melestarikan dan menjaga sumberdaya di kawasan Pantai Lhoknga seperti dengan
tidak membuang sampah sembarangan serta memiliki kesadaran dalam menjaga
sarana prasarana yang terdapat di Pantai Lhoknga.
Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lhoknga hadir tidak sendiri
melainkan bersama kelompok. Wisatawan yang berkunjung bersama teman 45%,
rombongan wisata/tour 15%, keluarga 26% dan kelompok lainya 14%
(Gambar 8). Hal ini menunjukan bahwa Pantai Lhoknga lebih dominan
dikunjungi bersama teman dan keluarga.
Frekuensi kunjungan sangat mempengaruhi tingkat kehadiran pada
kawasan Pantai Lhoknga. Wisatawan yang berkunjung 1 kali setahun 29%, 2 kali