Peraturan Perundang-undangan:
- Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 23/PMK.03/2008
- Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2011 Sebagaimana Telah Beberapa
kali di Ubah Terahir Dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
- Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan Tata
Cara Perpajakan
- Pasal 12 ayat 1 s/d 3 Undang-undang KUP
http//www.depkeu.go.id, Surat Ketetapan Pajak
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Pengertian Pajak
Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan
tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar - besarnya kemakmuran rakyat. (Siti Resmi:2011:18)
Beberapa kutipan pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli
lainnyaadalah sebagai berikut:
1. Menurut S.I. Djajadiningrat, Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah sera dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung,
untuk memelihara keseahteraan secara umum (Siti Resmi:2011:1)
2. Menurut Dr. N. J. Feldmann, Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak
oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan
secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakanuntuk
menutup pengeluaranpengeluaran umum. (Siti Resmi:2011:2)
3. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro S.H. pajak adalah iuran rakyat
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkna, dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
B.Tatacara Pemungutan Pajak
1. Stelsel pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
a. Stelsel nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
b. Stelsel anggapan
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang
– undang. Mis : pada suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditentukan
besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
2. Asas Pemungutan Pajak
31
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
yang bertempat tinggal ditempatnya, baik penghasilan yang berasal dari
dalam maupun luar negri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
c. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
3.Sistem Pemungutan Pajak
a.Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
Ciri – cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus
b. Wajib pajak bersifat pasif
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
b.Self assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.
Ciri – cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
wajib pajak sendiri
b. Wajib pajak bersifat aktif.
c. Fiskus hanya dapat mengawasi.
c.With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.Ciri –cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.
C. Jenis- Jenis Pajak
1. Jenis Pajak Menurut Pemungutannya
Dalam hal ini pajak dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Pajak langsung
Pajak langsung adalah pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Dalam arti
administratif pajak langsung dikarenakan pada waktu tertentu dan periodik,
33
Contoh: Pajak Penghasilan yang menjadi beban orang atau badan yang
bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dilimpahkan atau digeserkan
kepada orang lain. Dimana pungutan dapat dilakukan pada setiap saat atau
sewaktuwaktu dan besarnya tidak dituliskan dalam surat ketetapan
pajak.Contoh: PPN, dimana produsen sebagai Wajib Pajak dapat
menggeserkan beban pajak tersebut kepada pembeli.
2. Jenis pajak berdasarkan kewenangan pemungutan
Dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Pajak Negara (Pusat)
Pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
penyelenggaraan pungutan di daerah dilakukan oleh Kantor Pelayanan
Pajak setempat dan hasilnya digunakan untuk membiayai rumah
tangga Negara pada umumnya.Contoh: PPh, PBB, PPh atas barang
dan jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
b. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pungutannya ada pada
Pemerintah Daerah, baik pada tingkat propinsi, kotamadya ataupun
rumah tangga daerah.Contoh: Pajak kendaraan bermotor, bea balik
nama dan sebagainya.
3. Jenis pajak menurut sifatnya
Menurut sifatnya pajak dibagi dua, yaitu:
a. Pajak perorangan atau subjektif
Adalah pajak yang pungutannya berpangkal pada diri pribadi atau
subyeknya.Contoh: pajak penghasilan.
b. Pajak yang bersifat kebendaan atau objektif
Adalah pajak yang pungutannya berpangkal pada objek atau benda,
dipungut karena keadaan, perbuatan dan keadilan yang dilakukan
orang. Contoh: cukai rokok, tidak memandang apakah subyeknya
orang kaya, orang miskin, bujangan atau sudah berkeluarga. Siapapun
yang merokok dikenakan bea cukai rokok.
D. Surat Ketetapan Pajak
Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak hanya terbatas kepada wajib pajak tertentu
yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena
ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak. Surat ketetapan
pajak meliputi :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran poko pajak, besarnya sanksi administrasi
35
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
A. Fungsi Surat Ketetapan Pajak Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai :
1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata
atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan
atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
2. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang
B. Persyaratan Pengajuan
b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan
disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan
c. 1 (satu) keberatan harus diajukan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak jenis
pajak, 1 (satu) pemotongan pajak, atau 1 (satu) pemungutan pajak
d. WP telah melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang
telah disetujui WP dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
e. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh
pihak ketiga kecuali WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut
tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan WP .
f. Surat keberatan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal surat keberatan
ditandatangani oleh bukan WP, surat keberatan tersebut harus dilampiri
dengan surat kuasa khusu
C. Pembetulan Ketetapan Pajak
Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak
mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh
Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
D. Kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang dapat dibetulkan
Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada kesalahan atau
37
1. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama,
alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa atau Tahun
Pajak dan tanggal jatuh tempo
2. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan
atau perkalian dan atau pembagian suatu bilangan
3. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan
pajak.
E. Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan
Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau kekeliruan, antara
lain:
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
- Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
- Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
- Surat Tagihan Pajak (STP);
- Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
- Surat Keputusan Keberatan
- Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi;
- Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak
F. Jangka waktu penyelesaian permohonan Wajib Pajak
Jangka waktu penyelesaian permohonan pembetulan Wajib Pajak harus
diselesaikan oleh DirekturJenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
tanggal surat permohonan pembetulanditerima. Apabila jangka waktu tersebut
telah lewat Direktur Jenderal Pajak tidak memberikansuatu keputusan, maka
permohonan pembetulan yang diajukan dianggap dikabulkan.
G.Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
1. Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat
mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan atau bukan karena
kesalahan WP.
2. Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus
memenuhi ketentuan:
a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan
yang jelas dan meyakinkan
b. Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan
Pajak yang mengenakan sanksi administrasi tersebut
c. Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya STP,
SKPKB atau SKPKBT, kecuali apabila WP dapat menunjukan bahwa jangka
waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya
d. Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan diajukan atas suatu
39
3. Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal permohonan diterima.Apabila jangka waktu tersebut telah
lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi keputusan maka permohonan
dianggap diterima.
H. Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar
1. Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat
mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar
2. Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar
harus memenuhi ketentuan:
a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia untuk suatu surat
ketetapan pajak
b. Menyebutkan jumlah pajak yang menurut penghitungan WP seharusnya
terhutang.
3. Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama
12 bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut
telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi keputusan maka
I. Permintaan penjelasan/pemberian keterangan tambahan
a.Untuk keperluan pengajuan permohonan , WP dapat meminta
penjelasan/keterangan tambahan, dan Kepala KPP wajib menjawabnya secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan, pemotongan atau pemungutan.
Catatan :WP harus tetap memperhatikan jangka waktu pengajuan permohonan di
atas.
b. WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat
keputusan atas permohonan diterbitkan dan lain-lain. Perlu diperhatikan bahwa
pengajuan permohonan tidak menunda kewajiban membayar pajak.
J.Pembetulan Ketetapan Pajak
Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak
mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh
Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
1. Kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang dapat dibetulkan
Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada kesalahan atau
kekeliruan dari :
a. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama,
alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa atau Tahun
Pajak dan tanggal jatuh tempo
b. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan
41
c. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan
pajak.
K. Jangka waktu penyelesaian permohonan Wajib Pajak
Jangka waktu penyelesaian permohonan pembetulan Wajib Pajak harus
diselesaikan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima.Apabila jangka waktu
tersebut telah lewat Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan,
maka permohonan pembetulan yang diajukan dianggap dikabulkan.
L. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009
b. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Kerentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana
Telah Beberapa kali di Ubah Terahir Dengan Undang-undang Nomor 16
Tahun 2009.
c. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 23/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Menteri Keuangan
M. Daluwarsa Penetapan Pajak
Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak akhir Masa Pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
N. Penyampaian Surat Ketetapan Pajak Nihil
a. Disampaikan oleh kepala kantor KPP tempat WP terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan kepada wajib pajak secara langsung.
b. Dikirim lewat Pos dengan bukti pengirima surat
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Kendala Yang Terjadi Dalam Penyampaian Surat Ketetapan Pajak Nihil.
Adapun kendala yang terjadi dalam penyampaian SKPNtidak sampaiketangan
wajib pajak adalah sebagai berikut :
1. Alamat wajib pajak yang tidak jelas.
2. Wajib pajak Pindah
3. Perusahaan ekspedisi /pos tidak dapat menemukan alamat wajib pajak yang
bersangkutan
4. Tidak adanya penghuni rumah saat surat tersebut diantarkan.
B. Hal-hal yang Dilakukan Untuk Mengatasi Tidak Sampainya SKPN.
1. Biodata dan alamat wajib pajak harus benar-benar Asli
2. Hendaknya wajib pajak melaporkan setip kali pindah dan mencatatkan
alamat terbaru secara benar.
3. Mengirim surat ketetapan dengan jasa pos dan ekspedisi yang
terpercaya dan bisa bertanggung jawab .
C. Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Nihil
1. Dasar Hukum
- Peraturan Mentri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tanggal 6
februari 2008 tentang tata cara penerbitan surat ketetapan pajak dan
- Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 27 /PJ/2012 tentang bentuk
dan isi nota penghitungan , bentuk da nisi surat ketetapan pajak serta
bentuk dan isi surat tagihan pajak.
- Peraturan Derektur Jendral Pajak Nomor 29/PJ/2013 tentang bentuk
dan isi nota perhitungan , bentuk dan isi surat tagihan pajak atas
pajak penjualan bagi kontraktor perjanjian karya pengusaha
pertambangan batu bara generasi.
2. Surat Edaran Terkait
- Surat edaran terkait dari Direktur Jendral Pajak Nomor SE-24/PJ/2013
tentang kode nota penghitungan dank ode ketetapan perjenis pajak.
3. Pihak Yang Terkait
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
2. Kepala Seksi Pelayanan
3. Kepala Seksi Penagihan
4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
5. Ketua kelompok Pemeriksa
6. Ketua Tm Pemeriksa
7. Anggota Tim Pemeriksa
8. Pelaksana seksi Pelayanan
9. Wajib Pajak
4. Input
45
b. Nota Penghitungan Pajak (NPK)
5. Output
a. Surat Ketetapan Pajak
6. Prosudur Kerja
1. Setelah SOP Tata Cara Pemeriksaan , Anggota Tim pemeriksa
melakukan input data nota perhitungan pajak. Mencetak konsep nota
Penghitungan pajak dan penyampaiannya kepada ketua tim.
2. Ketua tim Pemeriksa meneliti dan memarraf konsep nota penghitungan
Pajak kemudian meneriskannya kepada ketua kelompok pemeriksa.
3. Ketua kelompok Pemeriksa meneliti .menyetujui dan memaraf konsep
nota perhitungan pajak kemudian meneruskannya kepada kepala kantor
pelayanan pajak4. Kepala kantor pelayanan pajak meneliti dan memaraf
konsep nota perhitungan pajak dan selajutnya Menyampaikan kepada
kepala seksi pelayanan
5. Kepala seksi Pelayanan menugaskan pelaksana seksi pelayanan untuk
mencetak surat ketetapan pajak.
Surat ketetapan pajak diterbitkan dalam rangkap 4 (dalam hal yang di
terbitkan adalahSKPN atau SKPLB ) atau rangkap 5 (dalam Hal yang di
terbitkan adalah STP ,SKPKB atau SKPKBT ) yaitu:
Lembar ke-1 :Untuk wajib pajak
Lembar ke-2 :Untuk seksi penagihan (di buat dalam hal SPT,
Lembar ke-3 :Untuk seksi pengawasan
Lembar ke-4 : Untuk arsip seksi pelayana
Lembar ke-5 :Untuk seksi atau unit pembuat nota penghitungan
7. Pelaksana seksi Pelayanan Melakukan Pencetakan Surat ketetapan pajak
dan menyampaikannya ke kepala seksi Pelayanan.
8. Surat ketetapan pajak yang sudah di cetak di paraf oleh kepala kantor
pelayanan pajak
9. Kepala kantor pelayanan pajak menandatangani surat ketetapan pajak
10.Proses di lanjuktan ke SOP tata cara Penatausahaan Dokumen WP dan
SOP Tata cara penyampaian Dokumen di KPP
47
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2015
KETERANGAN :
- Data di atas adalah Surat Ketetapan Pajak Nihil yang terbit sepanjang
tahun 2012-2014 di Kantor Playanan Pajak Pratama Medan Timur
- Jumlah SKPN setiap pribadi bisa saja berbeda , karena tidak tertutup
kemungkinnan 1 WP bisa memiliki 2 , 3 atau lebih SKPN oleh sebab
KPP Pratama Medan Timur
No Jenis SKPN
Tahun Terbit
2012 2013 2014
Jumlah WP Jumlah SKP Jumlah WP Jumlah SKP Jumlah WP Jumlah SKP 1
SKPN - PPh Final dan Fiskal Luar
Negeri 14 20 28 30 13 17
2 SKPN - PPH Pasal 21 26 21 37 40 24 36
3 SKPN - PPH Pasal 23 14 15 21 33 9 9
4 SKPN - PPH Pasal 25/29 Badan 17 21 18 22 9 10
5
SKPN - PPH Pasal 25/29 Orang
Pribadi 2 2 0 0 0 0
6 SKPN - PPH Pasal 26 0 0 2 2 1 5
itu penulis tidak menjumlah hasil dari tabel di atas , terlebih jumlah
wajib pajak yang sulit untuk di hitung.
- Sepanjang tahun 2012-2014 penulis melihat terus terjadi peningkatan
setiap tahunnya . Dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa WP
semakin taat dan jujur melakukan pembayaran perpajakan
D. Tata Cara Penyampaian SKPN di KPP Medan Timur
1. Menurut data yang penulis ketahui dari hasil riset di KPP tersebut bahwa
penyampaian yang di lakukan sepangjang 5 tahun ke belakang ini hanya
melalui pengiriman via pos / ekspedisi
2. Setia data yang tidak sampai kepada WPakan di bukukan dan tidak pernah
dihitung/dicatat lagi sepanjang 3 tahun kebelakang.
3. Perihal tidak sampainya SKPN ini akan sangat merugikan WP , karena setiap
surat ketetapan yang keluar/terbit memiliki batas waktu setelah tanggal di
terbitkan , dan bila tanggal tersebut lewat maka WP tidak berhak mengajukan
keberatan dalam bentuk apapun, karena akan di Tolak.
4. Setiap ingin memunuhi panggilan dari KPP mengenai surat ketetapan pajak ,
harus membawa atau melampirkan surat ketetapan yang telah di kirimkan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
Dari uraian pada bab – bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan antara lain :
• Surat Ketetapan Pajak Nihil berfungsi sebagai sarana untuk mendata jumlah
wajib pajak yang tidak terutang pajak lagi.
• Surat Ketetapan Pajak Nihil diterbitkan oleh Seksi Pelayanan berdasarkan
Nota Perhitungan yang dibuat oleh seksi PDI
• Surat Ketetapan Pajak ini di terbitkan apabila pajak terutang dan kredit pajak
sama (tidak terutang pajak)
• Surat Ketetapan Pajak Nihil ini di sampaikan kepada WP melalu pos/ekspedisi
• Dikembalikannya Sukan Ketetapan Pajak Nihil kepada KPP karna beberapa
faktor salah 1nya data WP yg tidak jelas atau pindah
• Penyampaian Surat Ketetapan Pajak ini sangat penting , karena apabila dalam
tempo waktu yang telah di berikaa tidak juga melaporkan SKPNnya maka
B.Saran
Dari permasalahan yang terjadi dilapangan serta berdasarkan pengamatan
penulis, ada beberapa masukan yang ingin penulis berikan. Hal ini berkaitan dengan
penerapan Pasal 12 ayat 1 s/d 3 Undang –Undang KUP Tentang Ketentuan Umum
dan Tatacara Perpajakan pada Surat Ketetapan Pajak . Saran – saran dari penulis
sebagai berikut :
• Penyampaian Surat Ketetapan Pajak Nihil hendaknya bisa lebih efisien
tidak mengalami kendala apa bila pihak-pihak terkait dapat saling
mengerti posisi dan kewajiban masing-masing.
• Wajib pajak hendaknya memberikan keterangan tentang biodata serta
alamat yang sebenarnya dengan lengkap dan jelas
• Hendaknya wajib pajak melaporkan setip kali pindah dan mencatatkan
alamat terbaru secara benar.
• Pengirim surat ketetapan dengan jasa pos dan ekspedisi yang
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A.Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, dan masa itu
kantor pelayanan pajak masih disebut Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan
negara Republik Indonesia berubah nama menjadi kantor Inspeksi Keuangan.
Kemudian berubah lagi menjadi kantor Inspeksi Pajak dengan Induk Organisasinya
adalah Direktorat Jendral Pajak.
Di Sumatera Utara sendiri pada tahun 1976 berdiri 3 (tiga) kantor inspeksi
pajak, yaitu :
1.Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan.
2.Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
3.Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Pajak Medan Selatan dipecah menjadi 2 (dua), yaitu
Kantor Pajak Medan Selatan dan Kantor pajak medan Kisaran. Untuk memudahkan
dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat, maka didirikannyalah Kantor Inspeksi Medan Timur.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat.
Maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktora Jendral Pajak yang
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 Januari 1994
didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor ini merupakan pecahan
dari 3 (tiga) Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1.Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2.Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3.Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan
berubah menjadi 4 (empat) wilayah kerja, yaitu :
1.Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2.Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3.Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4.Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor
443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak” maka Kantor Pelayanan Pajak di Kota medan menjadi enam wilayah
kerja, yaitu :
1.Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2.Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3.Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
4.Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
16
6.Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Setelah adanya moderenisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur mulai beroprasi pada tanggal 27 Mei 2008,
berdasarkan keputusan Direkorat Jendral Pajak Nomor 95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei
2008.
B.Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur di dirikan pada tanggal 1 April
1994 Berdasarkan keputusan Mentri Keuangan Nomor 758/KMK.01/1993 tertanggal
3 Agustus 1993. Kantor ini beralamatkan di Jl. Pangeran Diponegoro Nomor 30 A
Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan. Adapun wilayah kerjanya adalah :
1.Kecamatan Medan Tembung
2.Kecamatan Medan Timur
3.Kecamatan Medan Perjuangan
C.Visi Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Keberhasilan program moderenisasi di lingkungan Direktorat Jendral Pajak
khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, tidak hanya membawa
paradigma dan perubahan prilaku pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur. Tetapi lebih jauh juga dapat dampak positif terhadap pembangunan dan
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan
visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan
misi tersebut adalah sebagai berikut :
Visi Direktorat Jendral Pajak
“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan moderen yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas
dan propesionalisme yang tinggi”.
Misi Direktorat Jendral Pajak
”menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang – undang perpajakan
yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara melalui sistem Administrasi Perpajakan yang efektif dan efisien”.
Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
“Menjadi kantor pelayanan pajak terbaik tingkat nasional dalam menunjang
penerimaan negara melalui pelayanan prima”.
Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
“Mencapai kinerja yang optimal melalui pelayanan, penyuluhan dan pengawasan
berdasarkan ketentuan perpajakan.
Moto Pelayanan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur“Janji Layanan“
D.Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta
posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan
18
pemisahan kegiatan pekerjaan antara satu dengan yang lainnya dan bagaimana
hubungan aktifitas dan fungsi dibatasi.
Struktur organisasi yang ada di kantor pelayanan pajak pratama medan timur
adalah sebagai berikut :
1.Sub bagian umum
2.Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3.Seksi Pelayanan
4.Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
5.Seksi Penagihan
6.Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7.Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8.Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9.Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Adapun wilayah kerja di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur antara lain:
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II Kelurahan Sidodadi.
2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Kelurahan Sei Kera HilirI dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II,
Kelurahan
Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Padau Hilir dan
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur,
Kelurahan Indri Kasih, Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir dan
Kelurahan Printis.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II,
20
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur
No. Unit
Jumlah Pegawai
(Orang)
1 Sub Bagian Umum 7
2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 10
3 Seksi Pelayanan 14
4 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 15
5 Seksi Penagihan 4
6 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 6
7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 7
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8
Jumlah 87 Orang
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2015
E.Uraian Tugas dan Fungsi
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB,
dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas
Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib
atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam
hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga
serta perlengkapan.
Adapun tugasnya sebagai berikut:
a. Penatausahaan surat masuk dan keluar
b. Menyusun tanggapan/ tindak lanjut terhadap surat hasil
pemeriksaan/ laporan hasil pemeriksaan dari Ditjen
Kemenkeu/BPK/ Unit Fungsional Pemeriksaan lainnya.
c. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota
masyaraakat melalui pos maaupun secara langsung.
d. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban
pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian
Barang-barang milik negara dan lain sebagaainya.
e. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sessuai dengan
peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010.
f. Pengadministrasian hak-hak pegawai antaraa lain hak cuti,
asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pengsiun
22
g. Pengadministrasian gaji pegawai.
h. Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaaan barang-barang
kebutuhan kantor.
i. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola sistem
akuntansi instansi.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka
penerimaan pajak, pengalokasian, pelayanan dukungan teknis computer,
pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
Adapun tugasnya sebagaai berikut:
a. Menyusun rencana penerimaan pajak berdassaarkan ekonomi dan
keuangan.
b. Menatausahaan penerimaan pajak.
c. Membuat laporan monitoring penerimaan pajak dan extra effort.
d. Perbaikan komputer dan aplikasi komputer.
e. Penatausahaan alat keterangan.
f. Penatausahaan surat-surat masuk pada seksi pengolaan data dan
informasi.
g. Pengaturan jaringan komputer keseluruh pegawai serta
4. Seksi Pelayanan
Melaksaanakan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang
berlaku. Adapun tugasnya sebagai berikut.
a. Menatausahakan surat-surat permohonan dari wajib pajak dan
surat-surat lainnya pada tempat pelayanan terpadu(TPT)
b. Menatausahakan surat-surat masuk untuk seksi pelayanan.
c. Penatausaahakan arsip/berkas perpajakan.
d. Menyelesaikan registrasi wajib pajak dan pengukuhan pengusaha
kena pajak serta permohonan NPWP.
e. Menyelesaikan permohonan penghapusan NPWP dan pengukuhan
PKP.
f. Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum.
g. Pemberitahuan wajib pajak keluar/ pindah masuk.
h. Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN atau SPT
masa PPh pemotong dan pemungut yang telah diterima kembali
dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
i. Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh.
24
k. Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.
l. Mencetak surat teguran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh,
SPT masa PPh, SPT masa PPN, yang tidak di sampaikan atau
disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan.
m. Menerbitka Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan
Pajak(STP).
n. Melaksanakan penyuluhan perpajakan.
o. Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang
dibutuhkan oleh wajib pajak
5. Seksi Penagihan
Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak
serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.Adapun tugasnya sebagai
berikut:
a. Menatausahakan surat masuk ke seksi penagihan.
b. Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan
pajak.
c. Menerbitkan dan menyampaikan surat teguran kepadaa wajib pajak.
d. Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.
e. Menerbitkan SPMP (surat perintah melakukan penyitaan) dan
f. Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak
kepada pimpinan bank.
g. Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggakan pajak yang
telah disita.
h. Melakukan penelitian administratif dan penelitian setempat terhadap
piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin
ditagih lagi.
i. Melakukan penelitian atas usulan penghapusan piutang pajak.
j. Menjawab konfirmasi data tunggakan wajib pajak.
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
Adapun tugasnya sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat masuk ke seksi pemeriksaan dan kepatuhan
internal.
b. Mengusulkan wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.
c. Menerbikan surat perintah pemeriksaan (SP2), surat pemberitahuan
(SPT) pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan pajak.
d. Menatausahakan laporan hasil pemeriksaan (LPH) dan nota
perhitungan (Nothit).
26
f. Membuat laporan tentang wajib pajak patuh.
g. Pengawasan / kepatuhan internal.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan,
pendataan subjek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Adapu tugasnya sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat yang masuk ke seksi ekstensifikasi perpajakan.
b. Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.
c. Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan data
perpajakan.
d. Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan monografi fiska.
e. Pembuatan daftar biaya komponen bangunan (DBKB).
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Melaksanakan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, dan
Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak
dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4
(empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya
didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).
a. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak
b. Melaksanakan peneliatian dan analisa kepatuhan material wajib pajak.
c. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak
benar.
d. Pengusulan wajib pajak / PKP fiktif.
e. Pengusulan wajib pajak patuh.
f. Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat
Keterangan Fiskal (SKF).
g. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.
h. Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada
wajib pajak.
i. Mengirimkan himbauan perbaikan surat pemberitahuan (SPT).
j. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka
pengawasan dan wajib pajak.
k. Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data maching).
l. Membuat surat keterangan bebas (SKB).
9. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksaan Pajak
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan
berkoordinasi, integrasi,sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi
Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan
28
a. melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap.
b. Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.
c. Membuat nota perhitungan (Nothit) pajak, daftar kesimpulan hasil
pemeriksaan (DKHP) dan alat keterangan (Alket).
Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang tertuang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan
tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara. Oleh
sebab itu peran pajak sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara,
termasuk di negara Indonesia yang tergolong negara sedang berkembang, yang
menggunakan pajak sebagai salah satu pendapatan utama. Pajak inilah yang
digunakan untuk membiayai pembangunan nasional yang sedang berjalan.
Pemerintah dalam hal ini, Derektorat Jendral Pajak sebagai istitusi yang
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai sebagai atministrator dalam hal pengumpulan
pajak memiliki beban yang cukup berat dalam pencapaian target penerimaan pajak.
Disamping itu Wajib Pajak juga mimiliki peran yang tidak kalah penting dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Untuk itu sudah seharusnya setiap golongan
menyadari akan kewajibannya masing-masing, dimana pemerintah memiliki peran
sebagai aparat/pengawas pajak dan wajib pajak sebagai pembayar/penyetor pajak.
Namun sayangnya kesadaran akan kewajiban seringkali tidak ditaati oleh para wajib
pajak, walaupun pemerintah telah banyak melakukan upaya-upaya agar kesadaran
wajib pajak bisa meningkat setiap tahunnya .
Adapun sistem pemungutan pajak di Indonesia sejak tahun 1984
2
pajak untuk membayar, menghitung dan melaporkan jumlah pajak terutangnya
sendiri , dalam hal ini negara memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk jujur
dan taat dalam melaksanakan kewajiban negaranya , namun kebebasan ini seringkali
di salah gunakan oleh wajib pajak , hal ini lah yang menjadi kendala fiskus dalam
meningkatkan ke patuhan wajib pajak di indonesia. Oleh sebab itu negara dalam hal
ini pemerintah dan wajib pajak membuat undang-undang KUP dimana di atur dalam
pasal 12 Ayat (1) Setiap wajib pajak membayar pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan
pada adanya surat ketetapan pajak. Ayat (2) Jumlah pajak yang terutang menurut
surat pemberitahuan yang di sampaikan oleh wajib pajak adalah jumlah pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan . Ayat
(3) Apabila Direktur Jendral Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang
menurut surat pemberitahuan sebagaimana dimaksut pada ayat(2) tidak
benar,Direktur Jendral Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.
Dari undang-undang KUP di atas menjelaskan , apabila DJP menemukan data
yang berbeda dengan laporan wajib pajak (SPT) secara self assessment maka akan
di lakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan ini , produknya adalah ketetapan pajak.
Ketetapan pajak ini masih terbagi lagi dalam berberapa golongan , salah satunya
adalah surat ketetapan pajak nihil (SKPN) yaitu apabila setelah di lakuka
pemeriksaan oleh fiskus menemukan jumlah pajak yang terutang dengan jumlah
Selanjutnya setelah penerbitan surat ketetapan pajak nihil tersebut harus di
kirimkan oleh kantor pelayanan pajak (KPP) kepada wajib pajak , baik secara
langsung maupun melalui pos/ekspedisi. Produk ketetapan tersebut harus sampai ke
tangan wajib pajak, karena surat ketetapan pajak tersebut sebagai syarat dalam
mengajukan proses hukum selanjutnya.
Surat ketetapan yang tidak sampai ke tangan wajib pajak akan menjadi suatu
masalah bagi wajib pajak , karena wajib pajak tidak dapat memenuhi jangka waktu
pengajuan keberatan,yaitu 3 bulan terhitung setelah tanggal terbit, apabila jangka
waktu tersebut lewat maka syarat formal tidak terpenuhi otomatis surat keberatan
tersebut di tolak.
Menurut penulis permasalah tersebut merupakan masalah yang serius , karena
itupenulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih dalam tentang diterbitkanya
SKPN dan bagaimana tata cara penyampaian SKPN, agar penulis bisa mengerti
tentang hal tersebut dan proses apa saja yang di laksanakan oleh kantor pelayanan
pajak apabila surat ketetapan dalam hal ini SKPN di kembalikan oleh post/ekspedisi.
Berdasarkan hal-hal tersebut menarik penulis untuk mengangkatnya menjadi
subuah karya ilmiah yang berjudul “Tata Cara Penyampaian Surat Ketetapan
Pajak Nihil Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur” B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Setiap pekerjaan selalu memiliki tujuan yang sesuai dengan yang diinginkan
dan ditentukan pada waktu sebelumnya. Demikian halnya dengan praktik kerja
4
mempunyai tujuan dan manfaat tersendiri, khususnya bagi mahasiswa yang
bersangkutan.
1. Tujuan PKLM
a. Untuk Mengetahui Berapa Banyak Wajib Pajak Sepanjang Tahun 2011-2014 Yang Memperoleh Surat Ketetapan Pajak Nihil di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Timur.
b. Untuk Mengetahui Tata Cara Penyampaian Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
c. Untuk Mengetahui Cara,Menanggulangi Masalah Penyampaian SKPN Yang Tidak Sampai pada wajib pajak di Kantor PelayananPajak (KPP) Pratama
Medan Timur.
2. Manfaat PKLM
Praktik Kerja Lapangan Mandiri tentunya memiliki manfaat buat berbagai
pihak, diantaranya adalah:
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi
pemerintah dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
b. Untuk mengetahui Tata Cara Penyampaian Surat Ketetapan Pajak Nihil di
c. Untuk Mengetahui Dampak yang Terjadi Bila Penyampaian Surat Ketetapan
Pajak Ini Tidak Sampai
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
a. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi, baik berupa saran maupun kritik
yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk
meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut.
b. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
c. Sebagai sarana meningkatkan hubungan baik dan kerjasama dengan pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Program studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Timur.
b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan dengan instansi pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan
uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui
6
c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum
yang berlaku di program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
C. Uraian Teoritis a. Pengertian SKP
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat ketetapan
tersebut dihasilkan dari proses pemeriksaan (pajak) yang dilaksanakan oleh petugas
fungsional pemeriksa pajak maupun penyidik pajak atau hasil penelitian dari petugas
pengawasan dan konsultasi pajak.
1.1Fungsi Surat Ketetapan Pajak Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai
a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata
atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan
atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
1.2 Jenis-Jenis Ketetapan Pajak
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Adalah surat ketetapan pajak
kekurangan pembayaran poko pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah
yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan sebelumnya.
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak..
2. Pembetulan Ketetapan Pajak
Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak
mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh
Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak
3. Kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang dapat dibetulkan
Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada kesalahan atau
kekeliruan dari :
a. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama,
alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak, jenis pajak, Masa atau Tahun
8
b. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan
atau perkalian dan atau pembagian suatu bilangan
c. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan
pajak.
4. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009
b. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Kerentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana
Telah Beberapa kali di Ubah Terahir Dengan Undang-undang Nomor 16
Tahun 2009.
c. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 23/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Menteri Keuangan
Republik Indonesia
5. Pembetulan Ketetapan Pajak
Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak
mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh
6. Persyaratan Pengajuan
a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan
disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan
c. 1 (satu) keberatan harus diajukan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak jenis
pajak, 1 (satu) pemotongan pajak, atau 1 (satu) pemungutan pajak
d. WP telah melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang
telah disetujui WP dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
e. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh
pihak ketiga kecuali WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu
tersebuttidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan WP .
f. Surat keberatan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal surat keberatan
ditandatangani oleh bukan WP, surat keberatan tersebut harus dilampiri
dengan surat kuasa khusu
7. Jangka waktu penyelesaian permohonan Wajib Pajak
Jangka waktu penyelesaian permohonan pembetulan Wajib Pajak harus
diselesaikan oleh DirekturJenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
tanggal surat permohonan pembetulanditerima. Apabila jangka waktu tersebut telah
lewat Direktur Jenderal Pajak tidak memberikansuatu keputusan, maka permohonan
10
8. Daluwarsa Penetapan Pajak
Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak akhir Masa Pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
9. Penyampaian Surat Ketetapan Pajak Nihil
a. Disampaikan oleh kepala kantor KPP tempat WP terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan kepada wajib pajak secara langsung.
b. Dikirim lewat Pos dengan bukti pengirima surat
c. Dikirim lewat Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam laporan Praktik kerja lapangan mandiri ini, maka yang menjadi ruang
lingkup penulisan adalah.
a. Tata cara penyampaian surat ketetapan Pajak nihil
b. Masalah yang di timbulkan bila tata cara penyampaiannya salah
c. jumlah penerbitan SKPN setiap tahunnya mulai 2011 -2014 yang tersalurkan
dengan baik maupun jumlah yang di kembalikan / tidak sampai.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri maka penulis menggunakan
metode sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Mengajukan judul, penentuan judul, pengesahan judul, pembuatan Proposal
perbaikan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, persetujuan penentuan Dosen
Pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing, pembuatan surat
izin untuk Praktik Kerja Lapangan Mandiri ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data - data yang menyangkut masalah yang akan di
bahas melalui buku-buku, majalah, Undang - Undang, keputusan Menteri Keuangan,
keputusan Menteri Keuangan, keputusan Direktur Jendral Pajak dan bahan - bahan
lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.
3. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data - data yang berhubungan dengan
apa yang dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri nantinya yang diperlukan
dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
Dalam pengumpulan data sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Contoh data
primer adalah yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus,
12
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa
absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data
yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.
F. Metode Pengumpulan Data
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan
dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan metode :
1. Wawancara (Interview)
Dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) mengenai hal - hal yang menjadi objek pembahasan.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk Mempermudah penulisan laporan PKLM, maka penulis terlebih dahulu
membuat uraian garis-garis besar laporan PKLM tersebut sesuai dengan standar yang
ditetapkan, terdiri dari :
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini.bab ini
terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis,ruang
lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan
BAB II: GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana praktik
kerja lapangan mandiri dilakukan dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan
diuraikan penulis adalah kantor pelayanan pajak pratama Medan Timur, struktur
organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instantsi tersebut serta gambaran lain.
BAB III: GAMBARAN DATA
Pada bab ini penulis akan menyampaikan tentang Prosedur di kluarkannya
surat ketetapan pajak pajak nihil serta tata cara penyampaian surat ketetapan pajak
nihil tersebut
BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Dalam bab ini penulis akan meganalisis jumlah penyampaian surat ketetapan
setiap tahunnya serta berapa banyak surat yang harus kembali serta dampak yang di
alami oleh wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
berdasarkan kemampuan penulis kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan
interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang di ajukan.
BAB V: KESIMPLAN
Dalam bab ini penulis akan memaparka bagaimana kesimpulan dari objek
yang telah diteliti serta saran-saran yan membangun bagi pihak-pihak yang
1
LAPORAN TUGAS AKHIR
TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
OLEH:
Nama : Cut Heltrisa NIM : 122600029
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikanstudi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Esayang telah
memberikan karunia kesehatan dan kesempatan,serta berkat yang tak terhingga
setiap hari kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Sehingga tugas
akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapaigelar Ahli Madia (Amd.)
Administrasi Perjakanan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara dengan judul “Tata Cara Penyampain Surat Ketetapan Pajak
Nihil Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulisan
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini pula, Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik USU
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Ibu Arlina, S.H, M. Hum selaku Sekretaris, Program Studi Diploma III
ii
4. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku dosen pembimbing saya yang
banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan.yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama
mengikuti perkuliahan
6. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda (Yuhelmi Yunus Bsc)
dan ibunda (Tetty Pandiangan Spd) yang selalu memberikan dukungan dan
arahan , baik secara moril material dan doa yang tak pernah putus untuk
penulis ,dan rasa syukur yang tak terhingga karena telah dibesarkan dan
dibimbing oleh kedua orang tua yang luar biasa.
7. Kepada saudara perempuan (kakak) Cut Helvirianti.SE , saudara laki-laki
(abang) Yurehan, sertakedua adik Cut Helfrina dan Yuraldi yang telah setia
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
Karya Tulis ini.
8. Kepada Ann Albert Sitorus, Oryza Sativa Sinaga, Mey Hedriana Sihotang ,
sebagai sahabat yang selama ini mendukung , membantu serta menyemangati
9. Kepada Norman Risky Sibayang, Rezky Ketsyah ,Vicky Frans sialagan, Agus
Abdilah Hasibuan dan Terkhusus untuk Dina Isranita Hutagalung yang
selama ini dari awal hingga akhir terus bersama-sama saling menyemangati ,
10.Kepada kakanda Marisi Sihombing ,sebagai kakak yang selalu mendukung
menyemangati serta mendoakan , May Santri sebagai teman pelayanan serta
abangda Harjoin Sidabutar yang terus memberikan dukungan dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
11.Teman – teman seperjuangan Administrasi Perpajakan 2012
12.Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu . Penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan , saran dan semangat
yang di brikan .
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan – rekan mahasiswa demi penyempurnaan
Tugas Akhir ini.
Akhir kata, Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
yang sebesar–besarnya bagi kita semua. Amin.
Medan, juni 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prektik Kerja Lapangan Mandiri...1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri...4
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri...4
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri...4
C. Uraian Teoritis...6
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri...10
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri...11
F. Metode Pengumpulan Data...12
G. Sistematika Penulisan Laporan...13
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur...15
B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur……..17
C. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur serta Nilai – nilai Kementrian Keuangan...18
E. Uraian Tugas dan Fungsi...21
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTEK KERJA LAPANGAN A. Pengertian Pajak...30
B. Tata Cara Pemungutan Pajak...31
C. Jenis-jenis Pajak...33
D. Surat Ketetapan Pajak ...35
E. Ketetapan Pajak yang dapat di betulkan...38
F. Jangka Waktu Penyelesaian Pemohonan WP...39
G. Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi...39
H. Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar……..40
I. Permintaan Penjelasan/Pemberian Keterangan Tambahan………41
J. Pembetulan Ketetapan Pajak………..41
K. Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan WP………...42
L. Dasar Hukum...42
M. Daluwarsa Penetapan Pajak………...43
N. Penyampaian Ketetapan Pajak Nihil………..43
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI A. Kendala Yang Terjadi Dalam Penyampaian Surat Ketetapan Pajak Nihil...44
B. Hal-hal Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Ketidaksampaian SKPN………...44
vi
D. Tata Cara Penyampaian SKPN di KPP Medan Timur………..49
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………....50
B. Saran………..51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur...19
Tabel Data Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Nihil Sepanjang Tahun 2012/2014 di
KPP Medan