• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik Di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik Di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PE DI RS

MUH

UNI

KARAKTERISTIK PE

PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF K RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PADA TAHUN 2012

Oleh :

UHAMMAD AKBAR BATUBARA 100100321

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF K

F KRONIK

(2)

DI RS

MUH

UNI

RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

UHAMMAD AKBAR BATUBARA 100100321

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi . Prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1 sampai 46% pada komunitas masyarakat kelas menengah ke bawah di Negara -negara berkembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk m engetahui karakteristik penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012. Sampel penelitian ini adalah seluruh penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tek niktotal sampling. Penelitian ini merupakan penelitian desk riptif dengan desain retrospektif cross sectional study.

Hasil penelitian dari 255 penderita OMSK didapatkan laki-laki sebanyak 132 orang (51,8%) dan perempuan 123 orang (48,2%). Usia terbanyak 11-20 tahun, 59 orang (23,1%) dan terendah adalah usia >60 tahun, 15 orang (5,9%) . Tipe OMSK tersering adalah tipe benigna 224 orang (87,8%). Kemudian, untuk gejala klinis tersering adalah telinga berair 196 orang (76,9%). Dan jenis terapi yang banyak diberikan adalah medikamentosa 228 orang (89,4%).

(5)

ABSTRACT

Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is included in one of the major health problem which can be found in many population in the world and it is one of the cause of significant morbidity and motility. The prevalence rate of CSOM in the world states 1 to 46% in the middle to low class in developing countries . This research is conducted in order to recognize the char acteristic of patients with CSOM at RSUP Haji Adam Malik Medan in 201 2. The samples of this research are the patients of this disease at RSUP Haji Adam Malik Medan in 201 2. The samples were taken by applying total sampling technique. The gathered data is secondary data from medical records of CSOM’s patients.

This research is descriptive kind of research with retrospective cross sectional designed study.

The result of this research, out of 280 CSOM’s patients comprised 132 males (51,8%) and 123 females (48,2%). Highest number of age is 1 1-20 which is 59 persons (23,1%), and the lowest number of age is >60 which is 15 persons(5,9%). The most frequence CSOM is ‘benigna’, with the number of 224 persons (87,8%). Afterwards, the most frequence clinical sympthom is runny ears, with number of 196 persons (76,9%).. Last but not least, the most number of theraphy applys to the patients is medicamentosa, comprises 228 persons (89,4%).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian yang berjudul ‘Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik di RSUP Haji Medan Pada Tahun 2012’. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang dokter umum, proposal penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tidak terhingga saya ucapk an kepada kedua orangtua, kakak, dan adik, yang telah memberikan dukungan sebesar -besarnya selama penulis menjalani kuliah di FK USU.

Selama penulisan karya tulis ini, saya telah banyak mendapatkan dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih sebes ar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, Kedua orangtua saya, drs. H. Nasrun Batubara, MM, dan ir. Hj. Chairunita Lubis. Serta saudara -saudara yang saya sayangi, Nazira Addini Batubara, Skm, Andi ilham Batubara, dan M. Yan Fachruzi Batubara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD -KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Dwi Rita Anggraini, M.kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya selama perkuliahan.

4. dr. M. Pahala H. Harahap, Sp.THT-KL selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah, atas kesabaran dan waktu yang telah diberikan kepada saya untuk membimbing dan mengarahkan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

(7)

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu selama masa pendidikan. 7. Seluruh teman, sahabat, dan sejawat saya di Fakultas Kedokteran USU,

khususnya, M. Harmen Reza Siregar, M. Aga Firza Diandra, Pratama Putra Nasution, Tri Widi Wibowo, M. Aulia Erizal, Luthfi Farhan, Irsazulhato Mulana Nasution, Davis Pratama, Nanda Pasha, Al G hazali, Egi Erico, Rizki Lubis, dan seluruh sahabat kantin lama FK USU yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Kepada sahabat saya Tommy Syahdi dan Samir Yasif, yang juga telah membantu dan meluangkan waktu nya untu k saya dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. 8. Dan juga teman saya satu dosen pembimbing, Sindry Johnson, yang

banyak membantu disaat menjumpai dosen pembimbing dan dosen penguji.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal ini.

Medan, Desember 2013

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan... ... ... ii

Abstrak... ... ... ...iii

Abstract ... ... ... ...iv

Kata Pengantar ... ... ... v

Daftar Isi ... ... ... ...vii

Daftar Tabel ... ... ... x

Daftar Singkatan... ... ... xi

Daftar Lampiran ... ... ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... ... ....1

1.1 Latar Belakang... ... ....1

1.2 Rumusan Masalah... ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... ... 4

2.1 Anatomi Telinga ... ... ..4

2.1.1 Anatomi Telinga Luar ... ... 4

2.1.2 Anatomi Telinga Tengah ... ... 4

2.1.2.1 Membran Timpani ... ... 4

2.1.2.2 Kavum Timpani ... ... 5

2.1.2.3 Prosesus Mastoideus ... ... 6

2.1.2.4 Tuba Eustachius ... ... 6

2.1.3 Telinga Dalam... ... 6

2.2 Fisiologi Pendangaran ... ... 7

(9)

2.5 Epidemiologi OMSK ... ... 8

2.6 klasifikasi ... ... ... 8

2.6.1 Tipe Benigna ... ... 8

2.6.2 Tipe Maligna ... ... 9

2.7 Gejala Klinis... ... ...10

2.8 Penatalaksanaan ... ... ..11

2.9 Komplikasi ... ... ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL..13

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... ... 13

3.2 Definisi Operasional ... ... 13

3.3 Variabel dan Alat ukur ... ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 16

4.1 Jenis Penelitian ... ... ...16

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... ... 16

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... ... 16

4.4 Tekhnik Pengumpulan Data ... ... 16

4.5 Pengolahan dan Analisa Data... ... 17

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1 Pengolahan dan Analisa Data ... ... 18

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... ...18

5.1.2 Karakteristik Subjek ... ... 18

5.1.3 Deskripsi Karakteristik Subjek ... ...18

5.2 Pembahasan ... ... ... 22

5.2.1. Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan Usia ... 22

5.2.2. Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 22

(10)

5.2.4 Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan

Gejala Klinis ... ... 23

5.2.5. Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Terapi ... ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 25

6.1. Kesimpulan ... ... ...24

6.2. Saran ... ... ... 24

(11)

Nomor

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 3.3.1 Tabel Variabel dan alat ukur 15

Tabel 5.1 Tabel Distribusi Berdasarkan Usia 19

Tabel 5.2 Tabel Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin 19

Tabel 5.3 Tabel Distribusi Berdasarkan Tipe OMSK 20

Tabel 5.4 Tabel Distribusi Berdasarkan 20

(12)

DAFTAR SINGKATAN

OMSK : Otitis Media Supuratif Kronik RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Surat Persetujuan Ikut Dalam Penelitian

Lampiran 3 Data Penelitian

(14)

ABSTRAK

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi . Prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1 sampai 46% pada komunitas masyarakat kelas menengah ke bawah di Negara -negara berkembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk m engetahui karakteristik penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012. Sampel penelitian ini adalah seluruh penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tek niktotal sampling. Penelitian ini merupakan penelitian desk riptif dengan desain retrospektif cross sectional study.

Hasil penelitian dari 255 penderita OMSK didapatkan laki-laki sebanyak 132 orang (51,8%) dan perempuan 123 orang (48,2%). Usia terbanyak 11-20 tahun, 59 orang (23,1%) dan terendah adalah usia >60 tahun, 15 orang (5,9%) . Tipe OMSK tersering adalah tipe benigna 224 orang (87,8%). Kemudian, untuk gejala klinis tersering adalah telinga berair 196 orang (76,9%). Dan jenis terapi yang banyak diberikan adalah medikamentosa 228 orang (89,4%).

(15)

ABSTRACT

Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is included in one of the major health problem which can be found in many population in the world and it is one of the cause of significant morbidity and motility. The prevalence rate of CSOM in the world states 1 to 46% in the middle to low class in developing countries . This research is conducted in order to recognize the char acteristic of patients with CSOM at RSUP Haji Adam Malik Medan in 201 2. The samples of this research are the patients of this disease at RSUP Haji Adam Malik Medan in 201 2. The samples were taken by applying total sampling technique. The gathered data is secondary data from medical records of CSOM’s patients.

This research is descriptive kind of research with retrospective cross sectional designed study.

The result of this research, out of 280 CSOM’s patients comprised 132 males (51,8%) and 123 females (48,2%). Highest number of age is 1 1-20 which is 59 persons (23,1%), and the lowest number of age is >60 which is 15 persons(5,9%). The most frequence CSOM is ‘benigna’, with the number of 224 persons (87,8%). Afterwards, the most frequence clinical sympthom is runny ears, with number of 196 persons (76,9%).. Last but not least, the most number of theraphy applys to the patients is medicamentosa, comprises 228 persons (89,4%).

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel -sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing -masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak -anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah (Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007).

Otitis media supuratif kro nik adalah suatu infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007). Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna (Helmi,2001).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat dibe rikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gi zi buruk) atau hygiene buruk. Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorea yang bersifat purulen atau mukoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo(Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007).

(17)

Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993 -1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7 -18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK ( Boesoirie TS, Lasminingrum L , 2007).

Sampai saat ini belum ada data mengenai otitis media supuratif kronik di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2012. Dari data yang diperoleh dalam 3 tahun terakhir di RSUP Haji Adam Malik, penderita OMSK terus meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP H aji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai data dan latar belakang yang di dapatkan penulis dalam urai an tersebut di atas memberi alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang karakterisitik penderita Otitis Media Supuratif Kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Memperoleh data mengenai karakteristik penderita Otitis Media Supuratif Kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah penderita Otitis Me dia Supuratif Kronis yang berobat di R.S.U.P Haji Adam Malik Tahun 2012.

2. Mengetahui kelompok usia pada penderita Otitis Media Supuratif Kronis.

3. Mengetahui perbandingan jenis kelamin pada penderita Otitis Media Supuratif Kronis.

(18)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengalaman dan menambah ilmu serta wawasan dalam melakukan penelitian bagi penulis.

2. Memberikan informasi tambahan kepada RSUP H aji Adam Malik Medan.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga

Untuk memahami tentang gangguan pendengaran, perlu diketahui dan dipelajari anatomi telinga dan fisiologi pendengaran. Telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah dan telinga dalam (Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J, 2011).

2.1.1 Anatomi telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½-3 cm (Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J, 2011).

2.1.2. Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari : • Membran timpani. • Kavum timpani. • Prosesus mastoideus. • Tuba Eustachius.

2.1.2.1. Membran Timpani

(20)

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :

1. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga. 2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani. 3. Stratum fibrosum (lamina proparia) yang letaknya antara stratum

kutaneum dan mukosum (Paparella MM, Adams GL, Levine SC.,1997)

Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian : 1. Pars tensa

2. Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :

a. Plika maleolaris anterior ( lipatan muka).

b. Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang) (Paparella MM, Adams GL, Levine SC.,1997)

2.1.2.2. Kavum Timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posteri or (Berman S,2006).

Atap kavum timpani.

Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. B agian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama (Berman S,2006).

Lantai kavum timpani

(21)

Dinding medial.

Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam (Berman S,2006).

2.1.2.3. Prosesus Mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini (Miura MS,2005).

Pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas :

1. Prosesus Mastoideus Kompakta ( sklerotik), di mana tidak ditemui sel-sel.

2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel -sel kecil saja. 3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang lu as, dimana sel-sel

disini besar (Loy AHC, Tan AL, Lu PKS,2002). 2.1.2.4. Tuba Eustachius

Tuba Eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm(Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007).

Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian). 2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3

bagian) (Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007). 2.1.3 Telinga Dalam

(22)

2.2. Fisiologi pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke kokhlea. Getaran tersebut menggetarkan mem bran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. G etaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulka n gerakrelativeantara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel -sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pe lepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. K eadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis (Soetirto I,Hendarmin H,Bashiruddin J ,2011).

2.3. Definisi Otitis media supuratif kronik

Otitis media supuratif kronik adalah s uatu radang kronis telinga t engah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007).

2.4. Etiologi OMSK

(23)

OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell -mediated (seperti infeksi HIV ) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis (Djaafar ZA,2001;Helmi,2001).

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :

 Infeksi yang menetap pada telinga tengah yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.

 Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.

 Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.

 Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi (Djaafar ZA,2001;Helmi,2001).

2.5. Epidemiologi OMSK

OMSK ini prevalensinya tinggi pada beberapa negara dan yang paling sering adalah negara-negara yang dalam keadaan sosio -ekonomi rendah. Faktor epidemiologi yang paling banyak diperbincangkan adalah bahwa otitis media akut dapat berujung pada otitis media kronis (Ya tes, 2008).

2.6. Klasifikasi

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

2.6.1. Tipe Benigna (Tipe tubotimpanal = tipe jinak )

(24)

mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek. (Nursiah, 2003).

Secara klinis penyakit penyakit OMSK tipe benigna terbagi atas : •OMSK aktif

OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara a ktif. •OMSK tenang

Keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering (Soetirto I,Hendarmin H,Bashiruddin J,2011).

2.6.2. Tipe Maligna (Tipe atikoantral = tipe ganas )

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu mas sa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotik (Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007).

Bentuk perforasi membran timpani adalah :

Perforasi sentral Lokasi pada pars tensa, bisa antero -inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total.

Perforasi marginal Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggi r postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

Perforasi atik Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma(Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007).

(25)

timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori metapl asi) (Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD, 2007).

2.7. Gejala Klinis

1. Telinga Berair (Otorea)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe benigna, cairan yang keluar mukopus ya ng tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai ada nya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Su atu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis (Helmi,2001).

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpa ni serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat ( Couzos S, Lea T, Mueller R, Murray R, Culbong M,2003).

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

(26)

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum (Berman S,2006).

2.8. Penatalaksanaan (Djaafar, Helmi, & Restuti, 2007)

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang -ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :

a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar

b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal

c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid

d. Gizi dan higien yang kurang

(27)

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan , maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran tympani yang perforasi, dan mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat ( Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD, 2007).

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau infeksi yang berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoid ektomi dan tonsilektomi (Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD, 2007).

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Karakteristik penderita Otitis Media Supuratif kronik

Pada penelitian kali ini kerangka konsep tentang karakteristik penderita otitis media supuratif kronis pada tahun 2012 di RSUP Haji Adam Malik akan diuraikan berdasarkan variable katagorik. Variabel kat agorik mencakup: angka kejadian, usia terbanyak, jenis kelamin penderita, tipe OMSK pada penderita, gejala klinis, komplikasi pada otitis media supuratif kronik ,dan terapi yang diberikan pada penderita OMSK.

3.2. Definisi operasional

Penderita OMSK adalah pasien yang dinyatakan menderita otitis media supuratif kronis berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dal am rekam medis.

 Jumlah penderita adalah banyaknya pasien otitis media supuratif kronik yang berobat jalan atau rawat inap dan tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011.

 Jumlah penderita pada tahun 2012

 Kelompok usia

 Jenis kelamin

 Tipe OMSK

 Gejala klinis

(29)

 Kelompok usia adalah lamanya hidup penderita otitis media supuratif kronik yang dihitung berdasarkan tahun sejak pasien lahir sampai terdiagnosa otitis media supuratif kronik sesuai yang tercatat dalam rekam medis yang dikatagorikan atas:  0 -10 tahun

 11- 20 tahun  21-30 tahun  31- 40 tahun  41-50 tahun  51- 60 tahun  > 60 tahun

 Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita otitis media supuratif kronik sesuai yang tercatat dalam rekam medis yang dikatagorikan: laki laki dan perempuan.

 Gejala klinis adalah gejala yang dijumpai pada pen derita otitis media supuratif kronik, baik tipe benigna maupun maligna. Sesuai dalam rekam medis.

 Tipe Otitis media supuratif kronik ada 2 yaitu tipe benigna dan maligna yang tercatat dalam rekam medis.

(30)

3.3 Variabel dan Alat Ukur

3.3.1 Tabel variabel dan alat ukur

VARIABEL

ALAT UKUR

CARA UKUR HASIL UKUR SKALA

UKUR

Melihat data rekam medik

Melihat data rekam medik

Melihat data rekam medik

Melihat data rekam medik

(31)

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif yang akan menggambarkan karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP H Adam Malik pada tahun 2012. Pendekatan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan desain cross sectional bersifat retrospective. Dimana pada penelitian kali ini akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis dari RSUP H Adam Malik Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian adalah pada bulan Juli sampai November 2013 dan tempat penelitian dilakukan di RSUP H Adam Malik.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh penderita OMSK yang berobat di RSUP H Adam Malik untuk tahun 2012. Sampel penelitian adalah seluruh populasi yang didapat dari rekam medis. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(32)

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengolahan dan Analisa Data 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 dan lokasinya terlet ak di Jalan Bunga Lau No.17 Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2 Karakteristik Subjek

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 255 orang yaitu penderita otitis media supuratif kronik yang berobat di Poliklinik THT -KL RSUP H. Adam Malik Medan.

5.1.3 Deskripsi Karakteristik Subjek

(34)

Tabel 5.1 Distribusi Berdasarkan Usia

Umur (tahun) Frekuensi (n) Persen (%)

0-10 44 17,3

11-20 59 23,1

21-30 52 20,4

31-40 37 14,5

41-50 28 11,0

51-60 20 7,8

>60 15 5,9

Total 255 100

Pada tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa dari 255 penderita otitis media supuratif kronik, proporsi yang terbesar terjadi pada kelompok usia 11 -20 tahun (23,1%). Sementara proporsi terkecil ditemukan pada kelompok >60 (5, 9%).

Tabel 5.2 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 132 51,8

Perempuan 123 48,2

Total 255 100

(35)

Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Tipe OMSK

Tipe OMSK Frekuensi (n) Persen (%)

Benigna 224 87,8

Maligna 31 12,2

Total 255 100

Berdasarkan tabel 5.3, angka kejadian menurut tipe OMSK yang paling banyak diderita oleh penderita otitis media supuratif kronik adalah tipe benigna (87,8%), sedangkan tipe maligna (12,2%) memiliki proporsi yang kecil .

Tabel 5.4 Distribusi Berdasarkan Gejala Klinis

Gejala Klinis Frekuensi (n) Persen (%)

Telinga Berair 196 76,9

Nyeri Telinga 27 10,6

Gangguan Pendengaran 13 5,1

Tinnitus 12 4,7

Vertigo 7 2,7

Total 255 100

(36)

Tabel 5.5 Distribusi Berdasarkan Jenis Terapi

Tipe OMSK Frekuensi (n) Persen (%)

Benigna : Medikamentosa 224 87,8

Operatif 0 0

Maligna : Medikamentosa 0 0

Operatif 31 12,2

Total 255 100

(37)

5.2 Pembahasan

5.2.1. Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian yg ditemukan oleh penulis, didapat bahwa proporsi penderita otitis media supuratif kronik terbesar dalam penelitian ini terdapat pada kelompok usia antara 11-20 tahun sebanyak 59 penderita (23,1%). Hasil penelitian ini sama dengan yg ditemukan oleh Boesoirie S (2007), menurutnya proporsi penderita otitis media supuratif kronik terbesar ada pada kelompok umur 11-20 tahun dan sudah terbukti da lam banyak penelitian. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bakari et al(2010) selama 2 tahun, dengan 64 penderita dari total 128 penderita adalah usia < 10 tahun.

Tingginya insidensi OMSK pada anak dan dewasa muda disebabkan oleh anatomi tuba eustachius yang relatif pendek dan lurus, status ekonomi yang rendah, hygiene dan perilaku sehat yang k urang baik, status imun yang rendah, tinggal di pemukiman yang padat, dan terpaparnya anak -anak oleh asap rokok (Smith-Vaughanet al, 2009)

5.2.2. Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian, didapat bahwa kejadian otitis media supuratif kronik di RSUP H. Adam Malik Medan yang lebih besar terdapat pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 132 penderita (51,8%) sedangkan pada perempuan sebanyak 123 penderita (48,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Adhikari (2009), dengan hasil penelitian yang dil akukan di Nepal selama 4 tahun, jenis kelamin yang terbanyak menderita OM SK adalah laki-laki sebesar 64,2%. Menurut Srivastava et al (2010), menyatakan bahwa laki-laki lebih sering menderita OMSK disebabkan karena laki -laki memiliki kebiasaan bekerja di luar rumah, sehingga laki-laki lebih sering terpapar terhadap kontaminan dan penularan.

5.2.3. Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan Tipe OMSK

(38)

(12,2%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhikar i (2009), dimana tipe benigna sebanyak 88 ,9%.

OMSK tipe maligna merupakan komplikasi dari OMSK benigna yang berlangsung lama. Rendahnya tingkat kejadian OMSK tipe maligna disebabkan oleh tingginya tingkat kesadaran pasien OMSK dengan tipe benigna untuk mencari pengobatan awal, sehingga mengurangi angka terjadinya komplikasi (Wijaya, 2012).

5.2.4. Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan Gejala Klinis

Dari hasil penelitian, terlihat bahwa gejala klinis yang paling banyak diderita oleh penderita otitis media supuratif kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah gejala klinis telinga berair sebanyak 196 penderita (76,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wijaya (2012) yaitu gejala klinis yang terbanyak diderita oleh penderita OMSK adalah keluhan telinga berair sebanyak 65,4%. Hal ini berkaitan dengan produksi cairan yang meningkat sebagai respon infeksi pada telinga tengah (Hendley, 2002)

5.2.5. Gambaran Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Terapi

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, terlihat bahwa jenis terapi yang banyak diberikan kepada penderita otitis media supuratif kronik adalah dengan cara medikamentosa sebanyak 228 penderita (89,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suryanti (2003) di RS Soetomo Surabaya, dimana jenis terapi yang banyak di lakukan adalah medikamentosa 64, 3%.

Berdasarkan penelitian Arquedas et al (1994) mengatakan bahwa antimikroba oral sangat efektif untuk pengobatan kebanyakan pasien dengan kasus OMSK tanpa kolesteatom (benigna), sejalan dengan penelitian, seluruh pasien OMSK tipe benigna di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012 dapat di sembuhkan dengan terapi medikamentosa saja. Sementara tidak ditemui pasien tipe benigna yang mendapatkan terapi operatif.

(39)
(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian , peneliti mendapat kesimpulan sebagai berikut:

a. Jumlah total penderita otitis media supuratif kronik (OMSK) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2012 adalah sebanyak 255 orang.

b. Pasien OMSK berdasarkan usia penderita terbanyak adalah pada usia 11-20 tahun.

c. Pasien OMSK berdasarkan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki. d. Pasien OMSK berdasarkan tipe OMSK tersering yaitu tipe benigna. e. Pasien OMSK berdasark an gejala klinis terbanyak adalah telinga

berair.

f. Pasien OMSK berdasarkan jenis terapi yang banyak diberikan adalah medikamentosa.

6.2 Saran

a. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar meningkatkan kualitas dan kelengkapan data rekam medik, agar mempermudah peneliti dan tenaga medis lainnya untuk m elakukan pengamatan dan penelitian terhadap pasien.

b. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih mengembangkan penelitian seperti menambah rentang waktu, variabel, ataupun memperluas lokasi penelitian.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aboet A, 2007. Radang telinga tengah menahun. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap.USU. Medan.

Adhikari P, Joshi S, Barat D, Kharel B, 2009. Chronic Suppurative Otitis Media in Urban Private School Children of Nepal. Braz J Otorhinolaryngol. Available from : http://www.ispub.com/journal/the -internet-journal-of-otorhinolaryngology/volume -10-number-2/prevalence-of-chronic-suppurative-otitis-media-in-nepalese-children-experiences-of-free-health-camps.html

Adoga AS, Ma’an EN, Malu D, et al, 2010. Swab and aspiration specimen collection methods and antibiogram in chronic suppurative otitis media at Jos University Teaching Hospital: Which is superior?. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/209354 23[Akses 7 Desember 2013]

Akinpelu AV, Amusa HB, Komolafe EO et al, 2007.Challenges in management of chronic suppurative otitis media in a developing country. The Journal of Laryngology and Otology. Nigeria. 122. p 16 -20.

Alabbasi AM, Alsaimary IE, Najim JM, 2010. Prevalence and patterns of chronic suppurative otitis media and hearing impairment in Basrah city. Available from :http://www.basra-science-journal.org/cont38A1/8.pdf

Arquedas, A, Loaiza, C, Herrera, JF, Mohs, E, 1994. Antimicrobial Therapy for children with chronic suppurative otitis media without cholesteatoma. Pediatr Infect Dis J.,13(10): 878-882.

Bakari AA, Adoga AA, Afolabi OA, et al, 2010.Pattern of Chronic Suppurative Otitis Media at the National Ear Care Centre Kaduna, Nigeria. Available from : http://dspace.unijos.edu.ng/bitstream/10485/1198/1/Pattern%20of%20Chronic%2

0Suppurative%20Otitis%20Media%20at%20the.pdf [Akses 7 Desember 2013] Berman S. Otitis media ini developing countries. Pediatrics. July 2006. Available from URL:http://www.pediatrics.org

(42)

Couzos S, Lea T, Murray RB, Culbong M. ‘We are not just participants- we are

in charge’: the NACCHO ear trial and the process for Aboriginal community-controlled health research. Ethn Health. 2005.

Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD, 2007. ’ Kelainan Telinga Tengah ’, Dalam Soepardi EA,Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti D (Ed) Buku Ajar Ilmu Kesehatan TelingaHidung Tenggorok Kepa la & Leher, Edisi Keenam, Balai Penerbit FK-UI,Jakarta.

Dhingra PL, 2004. Cholesteatoma and Chronic Suppurative Otitis Media, in Disease of Ear, Nose, and Throat. 3rd ed. Elsevier. New Del hi. p 66-73.

Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001 .

Hendley J. O. 2002. Otitis Media. New England Journal of Medicine 347 (15), 1169-1174.

Islam MR, Taous A, Hossain MM, et al, 2010. Comparative study of tubotympanic and atticoantral variety of Chronic suppurative otitis media. Available from : http://www.banglajol.info/index.php/BJO/article/view/6846 [Akses 7 Desember 2013].

Kong K, Coates HLC, 2009. Natural History, definitions, risk factors and burden of otitis media. MJA. Australia. 191(9). p S39 -S43.

Loy AHC, Tan AL, Lu PKS. Microbiology of chronis suppurative otitis media in Singapore. Singapore Med J. 2002

Memon MA, Matiullah S, Ahmed Z, Marfani MS. 2008. Frequency of Un-Safe Chronic Suppurative Otitis Media in Patients with Discharging Ear. In: Journal Liaquat University of Medical & Health Sciences May -August 2008, hal 102-105. Available from: www.lumhs.edu.pk/jlumhs/Vol07No02/pdfs/v7n2oa10.pdf

(43)

Nursiah S, 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP.H.Adam Malik Medan . Available from : http://library.usu.ac.id/download/fk/tht -siti%20nursiah.pdf.

Paparella MM, Adams GL, Levine SC, 1997. ‘Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid’ dalam Adams GL, Boies LR, Higler PA (Ed). Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam. EGC. Jakarta

Smith-Vaughan Heidi, Marsh Robyn, Leach Amanda. 2009. Otitis Media : an Ongoing Microbial Challenge. In: Microbiology Australia Official Journal of the Australian Society for Microbiology Incorporation Volume 30, pg. 181 -184

Soepardi, EA , Nurbaiti, Jenny, Restuti, DR, 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Ke pala & Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi 6, Jakarta

Soetirto I, Hendarmin H,Bashiruddin J, ‘Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga’, Dalam Soepardi EA,Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti D (Ed) Buku Ajar Ilmu Kesehatan TelingaHidung Tenggorok Kepala & Leher, Edisi Keenam, Balai Penerbit FK-UI,Jakarta.2011.

Soetjipto, D, 2007. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Available from : http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13

Srivastava, A, Singh, RK, Varshney, S, Gupta, P, Bist, SS, Bhagat, S, Gupta, N, 2010. Microbiological Evaluation of Active Tubotympanic Type of Chronic Suppurative Otitis Media. Nepalese Journal of ENT Head & Neck Surgery , 1(2): 14-16.

Wijaya, WN, 2012. Proporsi adan Karakteristik Pasien Penderita Oti tis Media Supuratif Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2010 -2011. Medan: Universitas Sumatera Utara.

(44)

Prevention of Blindness and Deafness, Geneva, Switzerland, 2004. Available from : http://www.who.int/pbd/deafness/activities/hearing_care/otitis_media.pdf

(45)
(46)

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-10 44 17.3 17.3 17.3

11-20 59 23.1 23.1 40.4

21-30 52 20.4 20.4 60.8

31-40 37 14.5 14.5 75.3

41-50 28 11.0 11.0 86.3

51-60 20 7.8 7.8 94.1

Valid benigna 224 87.8 87.8 87.8

maligna 31 12.2 12.2 100.0

Total 255 100.0 100.0

Valid telingaberair 196 76.9 76.9 76.9

nyeritelinga 27 10.6 10.6 87.5

gangguanpendengaran 13 5.1 5.1 92.5

tinnitus 12 4.7 4.7 97.3

vertigo 7 2.7 2.7 100.0

(47)

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 132 51.8 51.8 51.8

perempuan 123 48.2 48.2 100.0

Total 255 100.0 100.0

-terapiomsk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid medikamentosa 224 87.8 87.8 87.8

medikamentosa+operatif 31 12.2 12.2 100.0

Total 255 100.0 100.0

(48)

-no

Jenis Kelamin

tipe

omsk gejala klinis jenis terapi usia

1 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

2 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 0-10

3 perempuan benigna vertigo medikamentosa 0-10

4 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

5 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 20-11

6 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

7 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

8 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

9 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

10 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

11 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

12 laki-laki maligna telinga berair Medikamentosa+operatif 21-30

13 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

14 laki-laki maligna nyeri telinga medikamentosa+operatif 0-10

15 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 51-60

16 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

17 laki-laki maligna telinga berair Medikamentosa+operatif 11-20

18 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 21-30

19 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

20 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

21 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif >61

22 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

23 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 41-50

24 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

25 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

26 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 21-30

27 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 41-50

28 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

29 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif 31-40

30 perempuan benigna telinga berair medikamentosa >61

31 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa >61

32 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

33 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

34 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

35 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

36 laki-laki maligna nyeri telinga medikamentosa+operatif 0-10

(49)

38 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 11-20

39 laki-laki benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa 31-40

40 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

41 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

42 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 0-10

43 perempuan benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa 11-20

44 perempuan benigna telinga berair medikamentosa >61

45 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

46 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

47 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

48 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

49 laki-laki benigna tinnitus medikamentosa >61

50 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

51 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

52 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 41-50

53 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif 21-30

54 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

55 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

56 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

57 laki-laki maligna nyeri telinga medikamentosa+operatif 11-20

58 perempuan maligna telinga berair medikamentosa 21-30

59 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

60 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

61 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

62 laki-laki benigna tinnitus medikamentosa 0-10

63 laki-laki benigna vertigo medikamentosa 11-20

64 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 21-30

65 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

66 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

67 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 41-50

68 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

69 laki-laki benigna vertigo medikamentosa 21-30

70 perempuan benigna vertigo medikamentosa 0-10

71 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif 11-20

72 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

73 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

74 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

75 perempuan benigna telinga berair medikamentosa >61

(50)

77 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

78 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

79 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

80 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

81 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 51-60

82 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

83 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 31-40

84 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 21-30

85 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

86 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

87 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

88 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 51-60

89 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

90 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

91 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

92 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 51-60

93 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 41-50

94 perempuan benigna tinnitus medikamentosa 41-50

95 laki-laki benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa 21-30

96 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

97 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

98 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

99 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 51-60

100 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 41-50

101 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

102 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

103 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

104 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

105 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

106 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 41-50

107 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 21-30

108 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 41-50

109 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

110 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 31-40

111 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 21-30

112 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 11-20

113 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 0-10

114 perempuan benigna

gangguan

(51)

pendengaran

116 laki-laki benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa 0-10

117 laki-laki benigna tinnitus medikamentosa 31-40

118 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

119 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

120 laki-laki benigna tinnitus medikamentosa 31-40

121 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

122 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

123 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

124 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

125 perempuan benigna tinnitus medikamentosa 21-30

126 laki-laki benigna vertigo medikamentosa 41-50

127 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif 31-40

128 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

129 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

130 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

131 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

132 laki-laki benigna vertigo medikamentosa 11-20

133 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 51-60

134 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

135 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 51-60

136 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

137 perempuan benigna vertigo medikamentosa 21-30

138 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

139 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

140 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 51-60

141 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

142 perempuan benigna tinnitus medikamentosa 11-20

143 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif 21-30 144 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif >61

145 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

146 perempuan benigna tinnitus medikamentosa 11-20

147 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

148 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

149 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

150 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

151 laki-laki benigna tinnitus medikamentosa 31-40

152 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

153 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

(52)

155 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 21-30

156 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 0-10

157 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

158 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

159 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

160 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

161 laki-laki benigna nyeri telinga medikamentosa 0-10

162 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

163 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 31-40

164 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

165 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 51-60

166 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

167 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa >61

168 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

169 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

170 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 11-20

171 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

172 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 31-40

173 perempuan benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa 41-50

174 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

175 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 31-40

176 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

177 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa >61

178 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 51-60

179 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

180 perempuan benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa 11-20

181 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 51-60

182 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

183 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 51-60

184 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

185 perempuan maligna tinnitus medikamentosa+operatif 41-50

186 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

187 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 51-60

188 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

189 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

190 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif 31-40

191 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 31-40

(53)

194 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 51-60

195 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

196 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

197 perempuan benigna telinga berair medikamentosa >61

198 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

199 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

200 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

201 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

202 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

203 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 51-60

204 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 11-20

205 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

206 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 41-50

207 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif >61

208 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 51-60

209 laki-laki benigna tinnitus medikamentosa >61

210 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

211 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

212 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 41-50

213 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 41-50

214 perempuan maligna

gangguan

pendengaran medikamentosa+operatif 21-30

215 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

216 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

217 laki-laki maligna telinga berair medikamentosa+operatif 11-20

218 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

219 perempuan benigna tinnitus medikamentosa 51-60

220 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

221 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

222 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

223 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif 11-20

224 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

225 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 31-40

226 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

227 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

228 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

229 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

230 perempuan benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa 11-20

231 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

(54)

233 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 11-20

234 laki-laki benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa >61

235 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

236 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

237 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

238 perempuan benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa >61

239 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

240 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

241 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 0-10

242 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

243 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 41-50

244 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 11-20

245 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 0-10

246 perempuan benigna nyeri telinga medikamentosa 11-20

247 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

248 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 21-30

249 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 11-20

250 perempuan benigna

gangguan

pendengaran medikamentosa 51-60

251 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 21-30

252 perempuan maligna telinga berair medikamentosa+operatif 51-60

253 laki-laki benigna telinga berair medikamentosa 41-50

254 perempuan benigna telinga berair medikamentosa 31-40

(55)
(56)

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Berdasarkan Usia
Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Tipe OMSK
Tabel 5.5 Distribusi Berdasarkan Jenis Terapi

Referensi

Dokumen terkait

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari.. 3 bulan,

LATAR BELAKANG: Otitis media supuratif kronis merupakan suatu infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa gejala klinis dan komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) berhubungan dengan tipe bakteri dan perubahan pola

Pola Kuman Aerob dan Uji Sensitifitas Pada Penyakit Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) di RSUP.. Adam Malik Medan;

Penelitian yang dilakukan berjudul “Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronis pada Anak di RSUP Haji Adam Malik periode 2012 - 2014”.. Penulis mendapat dukungan dan masukan

METODE: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita otitis media supuratif kronis pada anak di RSUP

Hubungan Otitis Media Supuratif Kronis dengan Rinitis Alergi di RSUP H... Hubungan Otitis Media Supuratif Kronis dengan Rinitis Alergi di

otitis media supuratif kronis dengan rinitis alergi, untuk mengetahui seberapa.. besar pengaruh rinitis alergi sebagai faktor risiko otitis media