• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam System Of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi, (Kasus : Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam System Of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi, (Kasus : Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1

I. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI : KUESIONER

Nama :

Umur :

Lama Bertani

System of Rice Intensification(SRI) :

LuasLahan :

JumlahTanggungan :

Pendidikan :

Biayaproduksi rata-rata (Rp)

PolaSystem of Rice Intensification (SRI) :

PolaKonvensional :

Produksi rata-rata (ton/Ha)

PolaSystem of Rice Intensification (SRI) :

PolaKonvensional :

II. Bagaimana perkembangan penerapan System of Rice Intensification (SRI)

sejak dimulai sampai dengan sekarang di desa Anda?

III. Ceritakan pengalaman Anda dalam menerapkan System of Rice

(3)

IV. Evaluasi System Of Rice Intensification Model CIPP (Context, Input, Process, Product)

Penilaian

SKOR NILAI

A 3

B 2

C 1

Context (Konteks)

1. Perencanaan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam penerapan budidaya padi sawah dengan polaSystem of Rice Intensification (SRI), dapat dikatakan :

a. Baik, jika memenuhi 4 – 5 kriteriaberikut :

• Adanya materi/informasi yang jelas, terstruktur dan akurat tentang pola SRI

• Adanya inovasi baru yang sesuai kebutuhan dalam menerapkan pola SRI

• Adanya motivasi dan keberanian untuk mengubah pola budidaya usahataninya

• Adanya antusiasme petani untuk menerapkan pola SRI pada usahataninya

• Adanya pemahaman petani tentang pemanfaatan SRI untuk masa mendatang

b. Cukup baik, jika hanya memenuhi 2 – 3 kriteria dari limakriteria diatas

(4)

2. Perencanaan peningkatan tingkat partisipasi antar-lembaga (dinas/instansi terkait) dalam penerapan pola SRI, dapat dikatakan :

a. Baik, jika memenuhi 4 kriteriaberikut :

• Adanya kesediaan antar-lembaga untuk berbagi informasi yang sistematis, efektif dan transparan

• Adanya kesamaan persepsi/interpretasi terhadap partisipasi antar-lembaga

• Adanya keterlibatan antar-lembaga dalam setiap kegiatan penerapan pola SRI

• Adanya tenaga profesional yang bertanggung jawab menyampaikan informasi

b. Cukup baik, jikamemenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1kriteria atau tidak satupundari

empatkriteria diatas terpenuhi

3. Perencanaan pembentukan petaniberkompetensi yang tidak tergantung pada penggunaan sarana produksi kimia (anorganik)

a. Baik, jika memenuhi4kriteria berikut :

• Adanya komitmen untuk untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia

• Adanya pemahaman tentang bahaya penggunaan bahan-bahan kimia

• Adanya usaha untuk membatasi diri atau cara mengantisipasi penggunaan bahan-bahan kimia

• Adanya pembekalan informasi dan keterampilan untuk mengelola limbah organik menjadi sarana produksi organik b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari

empatkriteria diatas terpenuhi

(5)

• Penerapan pola SRI dapat meminimalisir pengeluaran biaya produksi (biaya benih, pupuk, pestisida, pemeliharaan, tenaga kerja)

• Penerapan pola SRI dapat mengurangi jumlah curahan waktu bekerja

• Penerapan pola SRI dapat meningkatkan jumlah rata-rata produksi yang lebih besar daripada pola konvensional,sehingga pendapatan petani bertambah

• Penerapan pola SRI tidak memiliki resiko gagal panen yang lebih besar daripada pola konvensional

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari

empatkriteria diatas terpenuhi

5. Perencanaan peningkatan jumlah petani dalam penerapan pola SRI, dapat dikatakan :

a. Baik, jika memenuhi 3 kriteria berikut :

• Penyuluh (fasilitator) melakukan sosialisasi kepada petani yang belum memulai pola SRI

• Adanya penambahan luas lahan dari musim ke musim untuk menerapkan pola SRI

• Adanya sarana produksi yang memadai dan terjangkau untuk merangsang petani menerapkan pola SRI

b. Cukup baik, jika hanya memenuhi 2 dari tigakriteria diatas

(6)

Input (Masukan)

1. Kesiapan petani dalam penerapan pola SRI pada usahatani padi sawah a. Baik, jika memenuhi 4 kriteria berikut :

• Petani bersedia diberikan materi penyuluhan dan pembinaan pola SRI

• Petani secara sukarela menerapkan pola SRI, atas dasar keinginan merubah pola budidaya yang lebih baik dan inovatif

• Petani bersedia mengikuti prosedur dan anjuran yang diberikan penyuluh sesuai dengan pola SRI yang benar

• Petani memiliki rasa optimis dan percaya diri akan keberhasilan usahataninya

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari

empatkriteria diatas terpenuhi

2. Ketersediaan sarana produksi yang mendukung pola SRI a. Baik, jika memenuhi 4 – 5 kriteria berikut :

• Adanya sarana produksi yang terjangkau oleh petani (pupuk benih unggulan, pupuk, pestisida, obat-obatan berbasis organik, tenaga kerja, sumber pengairan, alat produksi pertanian)

• Adanya sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan menjadi sarana produksi.

• Adanya pemberian bantuan (subsidi) sarana produksi dari pemerintah setempat

• Adanya modal usaha yang cukup untuk menerapkan pola SRI

• Adanya wadah untuk mengangkut hasil panen

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari limakriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteriaatau tidak satupun dari lima

kriteria diatas terpenuhi

(7)

• Materi penyuluhan sesuai kebutuhan dan sasaran pelaksana pola SRI

• Proses penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami petani

• Penyuluh yang bertugas memiliki jiwa yang bertanggung jawab, jujur, sabar, tegas dan komunikatif sehingga petani merasa nyaman dan bersifat terbuka apabila mengalami kendala di lapangan

• Ada pengaruh atau dampak positif yang dirasakan petani dari kegiatan penyuluhan

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari limakriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari lima

kriteria diatas terpenuhi

4. Frekuensi diskusi kelompok dan kegiatan penyuluhan

a. Baik, jika semua anggota kelompok menghadiri diskusi kelompok dan penyuluhan

b. Cukup baik, jika >50% anggota kelompok menghadiri kelompok dan penyuluhan

c. Tidak baik, jika tidak ada kegiatan diskusi kelompok rutin

Process (Proses) 1. Persiapan Benih

a. Baik, jika memenuhi 4 – 5 kriteria sebagai berikut :

• Menggunakan varietas benih unggulan yang memenuhi syarat-syarat benih bagus

(8)

• Melakukan pengujian benih dalam larutan air garam sesuai indikator telur ayam/bebek yang mengapung dalam larutan

• Merendam benih terpilih dalam air biasa selama 24 jam, lalu dikeringkan 2-3 hari

• Benih disemai pada media tanah dan kompos (1:1) dan menjaga kelembapan semaian

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari limakriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi1 kriteria atau tidak satupun dari lima

kriteria diatas terpenuhi

2. Pengolahan tanah

a. Baik, jika memenuhi4 kriteria sebagai berikut :

• Melakukan pendangiran mekanis dengan membusukkan sisa-sisa tanaman

• Memastikan kondisi lahan tidak tergenang air

• Pengolahan tanah membentuk struktur lumpur dan permukaan tanah rata

• Melakukan penyemprotan MOL dekomposer

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari

empatkriteria diatas terpenuhi

3. Penanaman bibit padi

a. Baik, jika memenuhi 4 kriteria berikut :

• Umur bibit 7-10 hari setelah semai

• Jarak tanam bibit 30 x 30 cm (atau lebih jarang)

• Menanam 1 bibit per satu lubang, dangkal, perakaran horizontal L

• Kondisi air saat tanam adalah macak-macak

(9)

4. Perlakuan pemupukan

a. Baik, jika memenuhi4kriteria berikut :

• Mengutamakan pupuk organik (kompos, kandang, daun)

• Mengaplikasikan pupuk organik seminggu sebelum penanaman dan pada saat perataan

• Penggunaan pupuk kompos 5-7 ton/ha/musim tanam

• Tidak menambah pupuk kimia lain

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari

empatkriteria diatas terpenuhi

5. Pemeliharaan

a. Baik, jika memenuhi 4 – 5kriteria berikut :

• Menjaga genangan air ± 2-3 cm setelah 7-10 hari setelah tanam

• Pencegahan hama dan penyakit menggunakan pestisida nabati

• Melakukan penyiangan mekanis dan fisik minimal 3 kali per musim tanam

• Tanaman digenangi saat berbunga

• Tanaman yangmatang susu tidak digenangi lagi sampai panen b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari limakriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari lima

kriteria diatas terpenuhi

6. Partisipasi dan komunikasi petani dalam penerapan pola SRI a. Baik, jika memenuhi 4 kriteria berikut :

• Petani menghadiri setiap pertemuan/kegiatan penyuluhan secara rutin

(10)

• Adanya jaringan komunikasi yang terbentuk selama penerapan pola SRI (informasi/pesan yang disampaikan bias tersebarluaskan dengan cepat dan mudah)

• Adanya komunikasi timbal-balik (adanya respon/tanggap pendengar terhadap pesan yang disampaikan pembicara dan ada dampak yang dirasakan atas penyampaian informasi tersebut)

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari

empatkriteria diatas terpenuhi

Product (hasil)

1. Produksi padi yang sehat dan berkelanjutan a. Baik, jika memenuhi 5kriteria berikut :

• Jumlah produksi terbukti meningkat

• Produksi padi telah terjual dengan harga yang lebih tinggi

• Produksi padi telah memberikan efek aman dan nyaman bagi konsumen

• Lahan menjadi lebih gembur, subur, terstruktur dan tidak tercemar bahan kimia

• Serangan hama dan penyakit menjadi lebih sedikit (berkurang) b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari

empatkriteria diatas terpenuhi

2. Kemampuan petani memanfaatkan sarana produksi dan teknologi usahatani

a. Baik, jika memenuhi 4 kriteria berikut :

(11)

• Petani sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam usahataninya

• Petani mudah mendapatkan informasi dan sarana produksi b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria tidak satupun dari empatkriteria

diatas terpenuhi

3. Petani memiliki peluang pengembangan inovasi dan motivasi dalam usaha tani pola SRI

a. Baik, jika memenuhi 4 kriteria berikut :

• Petani memiliki kesempatan untuk melanjutkan usahatani dengan pola SRI

• Petani memiliki komitmen untuk menerapkan pola SRI

• Petani memiliki agen pemasaran yang baik

• Petani memiliki standar produksi yang lebih tinggi setelah menerapkan pola SRI

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 – 3 kriteria dari empatkriteria diatas c. Tidak baik, jika memenuhi 1 kriteria atau tidak satupun dari

empatkriteria diatas terpenuhi

4. Dinamika kelompok

a. Baik, jika memnuhi 3 – 4 kriteria berikut :

• Terjadi transfer pengetahuan dan pengalaman antar-petani, baik yang belum menerapkan pola SRI

• Petani mampu bersama-sama mencari solusi untuk memecahkan masalah dan kendala yang dihadapi

• Petani mendapat apresiasi positif dari petani lain

• Petani merasa terdorong untuk semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas usahataninya

b. Cukup baik, jika memenuhi 2 kriteria dari empatkriteria diatas

(12)

Lampiran 2. Daftar Petani Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang yang Menerapkan Pola Tanam

System of Rice Intensification (SRI)

N0. Nama Petani Usia Konvensional SRI Konvensional SRI

(13)

Lampiran 3a. Penilaian Kinerja Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification Aspek Context (Konteks)

(14)

Lampiran 3b. Penilaian Kinerja Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification Input (Masukan)

Nomor Sampel

Penilaian Indikator Bobot Penilaian

(15)

Lampiran 3c. Penilaian Kinerja Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification Process (Proses)

Nomor Sampel

Penilaian Indikator Bobot Penilaian

(16)

Lampiran 3d. Penilaian Kinerja Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification Product (Hasil)

Nomor Sampel

Penilaian Indikator Bobot Penilaian

(17)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta

Adiratma, E. Roekasah. 2004. Stop Tanam Padi? Memikirkan Kondisi Petani Padi Indonesia dan Upaya meningkatkan Kesejahteraan. Penebar Swadaya. Bandung

Andoko , A.2010. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta Anonimous

Arifin,Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Remaja Rosdakarya. Bandung

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin. 2009. Evaluasi Program Pendidikan :Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan cetakan ketiga. Bumi Aksara. Jakarta

Berkalaar. 2001. Sejarah Perkembangan SRI. www.google.com. Diakses pada tanggal 18 Januari 2016

Departemen Pertanian. 2009. Inovasi Teknologi Padidiakses tanggal 18 Januari 2016

Daniel, dkk. 2006. PRA (Participatory Rural Appraisal) Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembangunan Pertanian. Sinar Grafika Offset. Jakarta

Ekstensia. 2003. Membangun Sistem Penyuluhan Pertanian Partisiaptif. Edisi KhususTahun IX. Decenterlize Agriculture and Forestry Extension Project. Jakarta

Hasan, Hamid . 2009. Evaluasi Kurikulum cetakan kedua. Remaja Rosdakarya. Bandung

diakses pada tanggal 18 Januari 2016

http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-penyuluhan.html

(18)

Khudri, Saidul. 2016. Skripsi: Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Kurniadiningsih,Yanti

diakses pada tanggal 18 Januari 2016

Kuswara dan Alik Sutaryat. 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of Rice Intencification). Kelompok Studi Petani (KSP). Ciamis

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada Kondisi SRI (System of Rice Intensification). Tesis Pascasarjana. Universitas Padjajaran. Bandung

Nurhadi. 2012. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of

Rice Intensification)diakses pada tanggal 18

Januari 2016

Pandiangan, Johannes Kapri. 2011. Skripsi :Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Desa Buah Nabar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara

Richardson, Madison Nicole. 2012. SRI di Jawa : Salah Satu Pelajaran SRI di Jatim. Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACISIS). FISIP. Universitas Muhammadiyah Malang

Sihombing, Riwanto. 2014. Skripsi :Studi Pelaksanaan SRI (System Of Rice Intensification) Petani Pemula Dan Petani Berpengalaman Di Desa Aras Kecamatan Air putih Kabupaten Batubara Sumatera Utara. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara

Siregar, Hadrian. 1981. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta

Sirait, T. 2006. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia. Bogor

Sugeng, H., 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang

(19)

Rozak, Achmad Miftahur. 2013. Teknik Evaluasi Program Model CIPP (Context, Input, Process, Product)

diakses pada tanggal 27 Oktober 2015

Sanders, Isaac and Michael Worthen B. 1984. Hand Book In Research And Evaluation. Edits Publisher. San Diego

Uphoff, Norman.The System of Rice Intensification (SRI) as a System of AgriculturalInnovati

Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian , Perikanan Dan Kehutanan ( SP3K)

Uphoff, Norman.M.W. Weerakoon, dan W.M.A.D.B Wickramasinghe Sumith D. Abeysiriwardena. 2009. System of Rice Intensification (SRI) As a Method of Stand Establishment in Rice. American-Eurasian Journal of Agricultural & Environmental Science

Uphoff, Norman and Anischan Gani. 2004. Opportunities for Rice Self-Sufficiency with the System of Rice Intensification (SRI). Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Jakarta

Van den Baan, A.W dan H,S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta

Wardana, P, dkk. 2005. Kajian Perkembangan System of Rice Intensification (SRI) di Indonesia. Kerjasama Yayasan Padi Indonesia dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu daerah dipilih dengan sengaja yang berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang merupakan desa pelaksana SRI (System of Rice Intensification) yang berkelanjutan, dimulai dari tahun 2012 sampai saat ini.

3. 2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling (pengambilan sampel secara sengaja). Sampel diambil sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan (Sugiyono, 2001)

Dimana petani yang menjadi sampel penelitian adalah petani yang sampai pada musim tanam terakhir tahun 2015 menerapkan SRI (System of Rice Intensification), dan peneliti mengambil sampel sebanyak 30 orang dengan teknik sensus yaitu dengan mengambil semua petani dalam kelompok yang menerapkan SRI sebagai sampel penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(21)

pengamatan dan diskusi di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, yaitu ketua kelompok tani, kepala desa, penyuluh, dan instansi terkait lainnya maupun media lain yang sesuai dengan penelitian ini.

3. 3 Metode Analisis Data

Untuk mengevaluasi identifikasi masalah dianalisis dengan model evaluasi CIPP yang dipadukan dengan metode skoring dengan cara memberikan pertanyaan kepada sampel penelitian. Dengan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) akan diberikan pertanyaan mengenai SRI dan pertanyaan tersebut hanya diberikan kepada petani karena petani yang akan melakukan penilaian terhadap penerapan SRI. Dari setiap model memiliki indikator-indikator penilaian yang diikuti dengan kriteria-kriteria berdasarkan dari teori yang dibangun. Setiap jawaban dari sampel tersebut diberi skor berdasarkan pemberian skor atas penerapan SRI. Skor penilaiannya ditentukan sebagai berikut.

• Skor 3 diberikan jika jawaban “a (baik)”

• Skor 2 diberikan jika jawaban “b (cukup baik)”

(22)

Tabel 2.Penerapan Pola System of Rice Intensification (SRI) di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

No. Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 1. Perencanaan Pola SRI dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani tentang usaha tani padi sawah organik sistem SRI.

2. Perencanaan Pola SRI dapat mengembangkan tingkat partisipasi antar-lembaga

3. Perencanaan Pola SRI dapat membentuk petani mandiri yang tidak tergantung sarana produksi kimia

4. Perencanaan Pola SRI dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani.

5. Perencanaan Pola SRI dapat meningkatkan jumlah petani dalam penerapan pola SRI

2 Input 1. Kesiapan petani dalam penerapan Pola SRI 2. Ketersediaan sarana produksi pertanian 3. Pendampingan dan pelatihan

4. Frekuensi diskusi kelompok dan kegiatan penyuluhan

3. Process 1. Persiapan benih 2. Pengolahan tanah 3. Penanaman

4. Perlakuan pmupukan 5. Pemeliharaan

6. Partisipasi dan komunikasi petani dalam penerapan Pola SRI

4. Product 1. Produksi padi sawah yang sehat dan berkelanjutan setelah penerapan pola SRI.

2. Kemampuan petani memanfaatkan sarana produksi organik dan teknologi dalam mengelola usaha tani sehingga penggunaan dan pengelolaan biaya produksi lebih efisien.

3. Peluang pengembangan inovasi dan motivasi dalam usaha tani Pola SRI

4. Dinamika kelompok

(23)

Untuk mengetahui hasil penjumlahan skor penilaian dari masing-masing indikator penerapan Pola SRI oleh petani, dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 3.Skor Kinerja Penerapan Pola System of Rice Intensification (SRI) di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Model CIPP Jumlah Parameter Skor Nilai Rentang

Penilaian

Context 5 1 – 3 5 – 15

Input 4 1 – 3 4 – 12

Process 6 1 – 3 6 – 18

Product 4 1 – 3 4 – 12

Total 19 19 – 57

Sumber : Indikator-Indikator Penerapan Pola System of Rice Intensification (SRI) di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang (diolah)

Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana pelaksanaan Pola SRI (System of Rice Intensification) yang telah berjalan. Skor nilai pelaksanaan berada diantara 19 – 57 dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah jarak/selisih antara data terbesar dan terkecil (Subagyo, 1992).

Penilaian kinerja dikategorikan dalam 3 kriteria yaitu baik, cukup baik, dan tidak baik. Keterangan:

• Skor ≥ 44,4 – 57 : Penerapan Pola SRI (System Of Rice Intensification) baik

• Skor ≥ 31,7 – ≤ 44,3 : Penerapan Pola SRI (System Of Rice Intensification) cukup baik

(24)

Untuk menilai indikator dari masing – masing dimensi evaluasi, dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Kategori Penilaian per Dimensi Kinerja Menurut Model Evaluasi CIPP

Sumber : Lampiran 1

Dapat dilihat dari tabel 4,masing – masing indikator memiliki kategori skor yang berbeda sesuai dengan jumlah parameter dan range indikator yang dimiliki. Untuk dimensi context, range indikator sebesar 3,33. Untuk dimensi input dan product, range indikator masing – masing sebesar 2,66. Dan untuk dimensi process, range indikator sebesar 4. Dari penentuan kategori skor tersebut selanjutnya akan dimasukkan kedalam kategori penilaian baik, cukup baik, hingga tidak baik.

3. 5 Definisi dan Batasan Operasional

(25)

3. 5. 1 Definisi Operasional

1) Penyuluhan partisipatif adalah pendidikan non-formal bagi petani maupun anggota masyarakat pertanian lainnya melalui upaya pemberdayaan dan pengembangan kemampuan untuk memecahkan masalah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah.

2) Petani padi adalah perorangan beserta keluarganya yang mengutamakan budidaya tanaman padi.

3) SRI (System of Rice Intensification) adalah cara budidaya padi pada lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan petani / kelompok tani / P3A / Gapoktan dan kearifan lokal. 4) Evaluasi adalah suatu proses penafsiran melalui penilaian yang berdasarkan

ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria tertentu.

5) Model CIPP adalah model evaluasi yang berlandaskan pada empat dimensi yaitu dimensi context, dimensi input, dimensi process, dan dimensi product dengan maksud membandingkan pelaksanaan kesepakatan dari berbagai dimensi dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan kesepakatan yang dievaluasi.

(26)

7) Kriteria baik adalah hasil penerapan SRI (System Of Rice Intensification) dengan skor > 44,3 - 57

8) Kriteria cukup baik adalah hasil penerapan SRI (System Of Rice Intensification) dengan skor > 31,6 - < 44,3

9) Kriteria tidak baik adalah hasil penerapan SRI (System Of Rice Intensification) dengan skor 19 - < 31,6

3. 5. 2 Batasan Operasional

1) Daerah penelitian adalah Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.

2) Waktu penelitian adalah tahun 2016.

(27)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografis Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

Penelitian ini dilakukan di Desa Kramat Gajah yang terletak di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Galang memiliki luas wilayah 150,29 Km2 yang terdiri dari 28 desa. Letak geografis berada pada 02”57’- 03”16’ LU dan 98”33’ – 99”27’ BT. Jarak tempuh dari pusat Pemerintahan Kecamatan ke Pemerintahan Kabupaten berjarak ± 16 Km dengan waktu tempuh 15 – 20 menit perjalanan. Kemiringan lahan di Kecamatan Galang antara % dengan rata-rata curah hujan mm/tahun, dengan pH berkisar antara dengan kedalaman lapisan tanah cm dan memiliki iklim kemarau dan penghujan. Desa Kramat Gajah memiliki luas tanah sawah potensial 103 ha dan lahan pemukiman 37 ha.

Adapun batas-batas geografis Desa Kramat Gajah adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau

• Sebelah Selatan : Desa Timbang Deli, Kecamatan Galang

• Sebelah Timur : Menteng, Sungai Ular

(28)

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Kramat Gajah berjumlah jiwa dengan 548 KK, terdiri dari 884 jiwa laki-laki dan 935 jiwa perempuan. Berdasarkan mata pencahariannya, maka distribusi penduduk Desa Kramat Gajah dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.Distribusi Penduduk Desa Kramat Gajah menurut Mata Pencaharian Tahun 2016

Sumber : Kantor Kepala Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang 2016

Tabel menunjukkan bahwa sebanyak 67,67% (425 orang) penduduk di Desa Kramat Gajah memiliki mata pencaharian sebagai petani, 1,43% (9 orang) penduduk sebagai PNS, 12,74 % (80 orang) penduduk sebagai buruh, 12,58 % (79 orang) penduduk sebagai wiraswasta, 0,5 % (3 orang) penduduk sebagai TNI/POLRI, dan 5,1 % (32 orang) penduduk sebagai karyawan.

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Petani 425 67,67

2. PNS 9 1,43

3. Buruh 80 12,74

4. Wiraswasta 79 12,58

5. TNI/POLRI 3 0,5

6. Karyawan 32 5,1

(29)

Adapaun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Kramat Gajah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Kramat Gajah Tahun 2016

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Jalan Aspal ± 4 Km

2. Masjid 3 unit

3. Posyandu 3 unit

4. Puskesmas Pembantu 1 unit

5. Balai Desa 1 unit

6. SD Negeri 1 unit

7. Madrasah Ibtidaiyah 1 unit

8. TK 1 unit

9. PAUD 1 unit

10. Kilang Padi 1 unit

11. Kios Saprotan 2 unit

(30)

4. 3 Karakteristik Petani

Karakteristik petani yang dimaksud adalah meliputi umur, pengalaman bertani pola System of Rice Intensification (SRI), luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga.

Tabel 6.Karakteristik Petani Penerap Pola Tanam SRI di Desa Kramat Gajah Tahun 2016

Uraian Satuan Range Rataaan

Umur Tahun 29 – 65 48,87

Sumber : Lampiran 2

(31)

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Lama pendidikan formal petani sampel berada pada range 6 – 12 dengan rataan 9,8 tahun. Dengan demikian wawasan dan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usahataninya sudah tergolong cukup baik.

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengelola usahataninya adalah lama bertani pola System of Rice Intensification (SRI). Rataan lama bertani atau pengalaman bertani SRI adalah 2,7 tahun dengan range 1,5 – 5 tahun. Dapat diasumsikan bahwa petani sampel adalah petani berpengalaman dibidangnya.

Jumlah tanggungan adalah semua orang yang berada dalam keluarga atau rumah tangga dan ditanggung oleh kepala keluarga (jiwa). Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani sampel adalah 2,77 jiwa dengan rentang 2- 4 jiwa.

Besar biaya produksi dan produksi petani dengan pola konvensional dan pola SRI juga berbeda dan beragam pula. Rata-rata biaya produksi pola konvensional adalah Rp. 6096666,67 dengan rentang Rp. 2000000 – Rp. 12500000. Sedangkan pada pola SRI rata-rata sebesar Rp. 5620000 dengan rentang berkisar Rp. 1500000 –Rp. 9500000.

(32)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Latar Belakang Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Oleh Petani Padi Sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

Lahan sawah sebagai salah satu variabel utama produksi padi yang menentukan, saat ini luas lahan sawah di Indonesia tercatat 8.132.346 Ha (hasil audit Lahan Kementan tahun 2012). Rata-rata indeks pertanaman (IP) adalah 140 % dan produktivitas rata-rata nasional adalah 5,16 ton/ha. Dari total lahan tersebut harus dapat menyediakan pangan khususnya padi untuk sekitar 237,6 Juta orang penduduk Indonesia (BPS,2010). Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkurangnya tingkat kesuburan lahan, maka diperlukan upaya perbaikan kesuburan lahan sawah melalui penambahan asupan pupuk organik kedalam tanah, sekaligus diharapkan dapat meningkatkan produksi.

(33)

percepatan swasembada padi serta membuka peluang untuk ekspor beras premium.

Pelaksanaan pertanian tanaman padi System of Rice Intensification (SRI) telah dilaksanakan di Indonesia sejak 2006. Produksi dan produktivitas SRI cukup memberikan harapan dibanding dengan pola pertanaman konvensional yang dilakukan selama ini. Praktek pertanian pola SRI, pada dasarnya adalah praktek budidaya padi sehat yang menekankan pentingnya untuk perbaikan kesuburan tanah dengan bahan organik, memperkuat manajemen pengelolaan tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan mendorong kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan pertanian ramah lingkungan.

(34)

daerah penelitian sesuai dengan percobaan – percobaan di 25 negara yang telah diuji sebelumnya, yaitu 7- 10 ton/Ha.

Selain dari hasil produksi yang meningkat, petani juga menilai bahwa melalui System of Rice Intensification (SRI), petani mengeluarkan biaya produksi yang relatif lebih rendah dikarenakan biaya input seperti biaya benih dan biaya pupuk yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan pola konvensional. Penggunaan benih dengan pola konvensional dapat mencapai 30 – 40 kg/ha, sedangkan jika dengan pola System of Rice Intensification (SRI) hanya menggunakan benih sebanyak 5kg saja untuk setiap 1 hektar lahan. Walaupun bukan menjadi daya tarik utama bagi petani dalam penggunaan benih tersebut, namun melalui cara tersebut petani secara perlahan mengetahui bahwa tidak selamanya penggunaan benih yang belebihan dapat menghasilkan buah yang lebih banyak pula. Petani menyadari bahwa dengan benih yang sedikitpun dan dengan pengelolaan yang berorientasi pada bahan organik maka hasil yang diperoleh pun akan memuaskan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip System of Rice Intensification (SRI) yang lebih bertujuan untuk menjaga kualitas, bukan kuantitas semata.

(35)

petani yang memiliki lahan di dataran yang lebih rendah, masih perlu usaha yang lebih tertata untuk mengontrol kesimbangan kadar air lahannya karena lebih mudah tergenang dan permukaan yang tidak rata. Pengendalian hama juga memanfaatkan hewan peliharaan seperti bebek sebagai pengendali hama hayati.

Pada pemeliharaannya, petani juga menyadari bahwa dengan pola System of Rice Intensification (SRI), serangan hama pada tanaman padi semakin berkurang. Petani mengatakan bahwa dengan pola SRI, hama seperti keong lebih sedikit jumlahnya. Hal tersebut disebabkan karena jarak tanam yang lebih lebar memungkinkan petani untuk membasmi hama lebih cepat dan tepat, sehingga penyebarannya lebih sedikit. Bahkan beberapa petani mengatakan, hama seperti keong tidak terlalu berpengaruh lagi terhadap hasil produksi padi. Selain itu, kondisi lahan yang tidak tergenang air secara terus – menerus menyebabkan penyakit – penyakit tanaman padi tidak berkembang.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa yang melatarbelakangi penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang, yaitu :

1. Hasil produksi padi dengan pola System of Rice Intensification (SRI) jauh lebih banyak (± 8000 kg/Ha) dibandingkan dengan pola konvensional (hanya ± 6500 kg/Ha).

(36)

3. Proses pemeliharaan tanaman padi lebih mudah karena menurunnya serangan hama dan penyakit. Serangan hama wereng menjadi lebih sedikit karena jarak tanam yang lebar sehingga penanganannya lebih cepat diberantas. Selain itu, hama keong juga menjadi lebih sedikit karena secara mekanis bisa ditangani lebih cepat.

5.2 Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI)

di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi skor secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya, melalui kegiatan pengumpulan data atau fakta serta membandingkannya dengan ukuran dan cara pengukuran tertentu yang telah ditetapkan. Evaluasi terhadap pelaksanaan penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI oleh petani padi sawah di daerah penelitian.

Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu evaluasi konteks (melayani keputusan perencanaan), evaluasi input (untuk menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud), evaluasi proses (membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan), dan evaluasi produk (meninjau kembali keputusan).

(37)

pada masing-masing dimensi model evaluasi CIPP tersebut merupakan item-item penciri yang menggambarkan situasi penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) oleh petani di daerah penelitian.

(38)

Tabel 7.Penerapan Pola System of Rice Intensification (SRI) di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang

No. Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 6. Perencanaan Pola SRI dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani tentang usaha tani padi sawah organik sistem SRI.

7. Perencanaan Pola SRI dapat mengembangkan tingkat partisipasi antar-lembaga

8. Perencanaan Pola SRI dapat membentuk petani mandiri yang tidak tergantung sarana produksi kimia

9. Perencanaan Pola SRI dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani.

10.Perencanaan Pola SRI dapat meningkatkan jumlah petani dalam penerapan pola SRI

2 Input 5. Kesiapan petani dalam penerapan Pola SRI 6. Ketersediaan sarana produksi pertanian 7. Pendampingan dan pelatihan

8. Frekuensi diskusi kelompok dan kegiatan penyuluhan

3. Process 7. Persiapan benih 8. Pengolahan tanah 9. Penanaman

10.Perlakuan pmupukan 11.Pemeliharaan

12. Partisipasi dan komunikasi petani dalam penerapan Pola SRI

4. Product 5. Produksi padi sawah yang sehat dan berkelanjutan setelah penerapan pola SRI.

6. Kemampuan petani memanfaatkan sarana produksi organik dan teknologi dalam mengelola usaha tani sehingga penggunaan dan pengelolaan biaya produksi lebih efisien.

7. Peluang pengembangan inovasi dan motivasi dalam usaha tani Pola SRI

8. Dinamika kelompok

(39)

Untuk melihat penilaian masing – masing indikator dan kriteria dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 8. Kategori Penilaian per Dimensi Kinerja Menurut Model Evaluasi CIPP

Model CIPP

Rentang Penilaian

Range Kategori Skor Kategori Penilaian

(40)

Tabel 9. Hasil Transformasi Nilai Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) oleh Petani Padi Sawah

No Uraian

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Adapun kriteria penilaian dari skor yang diperoleh adalah sebagai berikut :

• Skor ≥ 44,4 – 57 : Penerapan Pola SRI (System Of Rice Intensification) baik

• Skor ≥ 31,7 – ≤ 44,3 : Penerapan Pola SRI (System Of Rice Intensification) cukup baik

• Skor 19 – ≤ 31,6 : Penerapan Pola SRI (System Of Rice Intensification) tidak baik

(41)

maka persentase ketercapaian indikator tersebut adalah 79,53%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa context (konteks) atau perencanaan penerapan pola tanam SRI belum mencapai nilai optimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Petani perlu meningkatkan perencanaan pelaksanaan SRI sebesar 20,47%.

Pada indikator pertama context (konteks), kriteria yang belum terpenuhi adalah motivasi untuk menerapkan pola SRI pada usahataninya. Dibandingkan dengan kriteria lain, kriteria ini paling sedikit mendapat perhatian petani. Petani masih mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah untuk mendukung kelanjutan program ini. Petani menilai bahwa bantuan saprotan mampu mendorong petani untuk lebih konsisten menerapkan pola SRI tersebut.

Pada indikator kedua context (konteks), tidak ada kriteria penilaian yang tidak terpenuhi karena petani menilai paling sedikit 2 kriteria sudah terpenuhi.

Pada indikator ketiga context (konteks), kriteria yang belum terpenuhi adalah pembekalan informasi dan keterampilan untuk mengelola limbah organik menjadi sarana produksi organik. Rendahnya nilai kriteria ini karena pengetahuan untuk mengelola masih minim pula.

(42)

Pada indikator kelima context (konteks), kriteria yang belum terpenuhi adalah adanya penambahan luas lahan dari musim ke musim untuk menerapkan pola SRI. Hal dikarenakan perkembangan penerapan pola SRI masih lambat. Banyak petani yang masih meragukan keberhasilan pola tanam seperti ini.

Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa indikator penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah berdasarkan input (masukan) dengan nilai yang diharapkan 4 – 12 dan nilai yang diperoleh 9,23, maka persentase ketercapaian indikator tersebut adalah 76,92 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa input (masukan) penerapan pola tanam SRI belum mencapai nilai optimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Pada dimensi input ini perlu ditingkatkan sebesar 20,68% untuk mencapai nilai yang optimal.

Pada indikator pertama input (masukan), kriteria yang belum terpenuhi adalah petani bersedia mengikuti prosedur dan anjuran yang diberikan penyuluh sesuai dengan pola SRI yang benar. Petani masih belum siap karena kondisi lapangan yang sewaktu – waktu tidak sesuai dengan teori yang disampaikan.

(43)

Pada indikator ketiga input (masukan), semua kriteria sudah berjalan dengan baik. Namun untuk beberapa kondisi, materi penyuluhan dan informasi yang disampaikan belum mampu mengatasi masalah yang terjadi di lapangan.

Pada indikator keempat input (masukan), meskipun jadwal pertemuan kelompok maupun dengan penyuluh telah ditetapkan, keikusertaan petani belum sepenuhnya. Hanya > 50 % dari jumlah anggota yang mengikuti pertemuan secara rutin. Artinya kebanyakan petani telah mengikuti kegiatan-kegiatan pertemuan.

Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa indikator penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah berdasarkan process (proses) dengan nilai yang diharapkan 6 – 18 dan nilai yang diperoleh 13,83, maka persentase ketercapaian indikator tersebut adalah 76,83 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa process (proses) penerapan pola tanam SRI belum mencapai nilai optimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Untuk dimensi process ini, petani diharapkan mampu meningkatkan proses pengimplementasian SRI sebesar 23,33% untuk mencapai nilai yang optimal.

Pada indikator pertama process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah melakukan pengujiian benih dalam larutan air garam sesuai indikator telur ayam/bebek yang mengapung. Petani menilai bahwa pengujian tersebut tidak perlu dilakukan karena benih yang dibeli sudah membeli sertifikat dan hasil uji lab yang jelas.

(44)

tergenang air. Hal ini disebabkan karena petani merasa cukup dengan membusukkan sisa tanaman sehingga tidak perlu tambahan dekomposer lagi. Di beberapa waktu juga petani masih membiarkan air yang tergenang di lahan sawah.

Pada indikator ketiga process (proses), tidak ada kriteria penilaian yang tidak terpenuhi karena petani menilai paling sedikit 2 kriteria sudah terpenuhi.

Pada indikator keempat process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah penggunaan pupuk kompos 5-7 ton/ha dan tidak menambah pupuk kimia lain. Walaupun petani sudah mengurangi penggunaan pupuk kimia, namun petani masih belum memiliki banyak modal memperoleh pupuk kompos sebanyak itu. Hal ini menyebabkan petani masih menambah pupuk kimia untuk beberapa kali musim tanam selanjutnya.

Pada indikator kelima process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah tanaman yang matang susu tidak digenangi lagi sampai panen. Petani sudah mengontrol kondisi air, tetapi saat akan panen petani merasa kesulitan untuk mengaturnya karena takut mengganggu tanaman.

Pada indikator keenam process (proses), kriteria yang belum terpenuhi adalah petani menghadiri setiap pertemuan /kegiatan penyuluhan secara rutin. Petani menilai bahwa informasi dari penyuluhan dapat menyebar dari mulut ke mulut dan diskusi antar-petani.

(45)

penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa product (hasil) penerapan pola tanam SRI belum mencapai nilai optimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Dimensi product ini merupakan dimensi yang paling penting menjadi tolak ukur apakah penerapan pola SRI layak untuk dilanjutkan atau tidak. Untuk mencapai nilai yang optimal, dibutuhkan sebesar 23,42% lagi dari hasil yang dicapai. Namun hal tersebut tidak begitu sulit untuk dicapai mengingat dimensi context, input, process,hingga dimensi product memiliki keterkaitan yang saling berhubungan dan nilai – nilai yang telah dicapai sudah baik.

Pada indikator pertama product (hasil), kriteria yang belum terpenuhi adalah produksi padi telah terjual dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan menurut petani, pedagang pengumpul masih belum berani untuk membeli dengan harga beli yang lebih tinggi karena menganggap kualitas padi belum sempurna menjadi padi organik.

Pada indikator kedua product (hasil), kriteria yang belum terpenuhi adalah petani samasekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam usahataninya. Hal ini dikarenakan beberapa petani masih ada yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia namun dengan jumlah yang jauh relative sedikit atau berupa tambahan saja.

Pada indikator ketiga product (hasil), kriteria yang belum terpenuhi adalah petani memiliki agen pemasaran yang baik. Petani masih menjual hasil produksinya ke pedagang pengumpul biasa sehingga hal ini tidak mendorong petani untuk meningkatkan standar produksi yang lebih tinggi lagi.

(46)

Berdasarkan data pada Tabel 9 dan uraian di atas, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah di daerah penelitian dengan nilai yang diharapkan 57 dan nilai yang diperoleh 44,02, maka persentase ketercapaian penerapan pola tanam tersebut adalah 77,23%. Maka, berdasarkan kriteria penilaian skor penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) dapat diartikan bahwa kinerja penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang sudah berjalan dengan cukup baik.

a) Dimensi Context (Konteks)

Tabel 10.Penilaian Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Context (Konteks) No. Indikator Kinerja

Penerapan 1. Perencanaan peningkatan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani dalam penerapan budidaya padi sawah dengan pola SRI

3,00 2,77 92,33 %

2. Perencanaan peningkatan tingkat partisipasi antar-lembaga (dinas/instansi terkait) dalam penerapan pola SRI

3,00 2,67 89 %

3. Perencanaan pembentukan petani berkompetensi yang tidak tergantung pada penggunaaan sarana

produksi kimia (anorganik)

3,00 2,33 77,67 %

4. Perencanaan peningkatan produktivitas dan efektivitas usahatani padi sawah

dengan pola SRI

3,00 2,43 81 %

5. Perencanaan peningkatan jumlah petani dalam penerapan pola SRI

3,00 1,73 57,67 %

(47)

Penerapan pola tanam SRI oleh petani berdasarkan context (konteks) dapat dikatakan telah dilakukan dengan baik memperoleh skor sebesar 11,93, maka persentase ketercapaian adalah 79,53 %. Artinya petani menanggapi dengan baik setiap perencanaan yang telah dirumuskan dan disusun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Indikator pertama pada context (konteks) penerapan SRI yaitu perencanaan metode SRI dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani tentang usaha tani padi sawah organik sistem SRI dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,77 , maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 92,33 %. Artinya petani meskor bahwa perencanaan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam usaha tani padi sawah sudah sangat baik. Para petani sudah bisa menerima setiap informasi/materi yang disampaikan dan memahami pemanfaatan pola SRI tersebut sehingga petani memiliki antusiasme dan keberanian untuk mengubah pola budidaya padi sawahnya.

Indikator kedua pada context (konteks) penerapan SRI yaitu perencanaan peningkatan tingkat partisipasi antar-lembaga (dinas/instansi terkait) dalam penerapan pola SRI, dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,67, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 89 %. Artinya petani menilai bahwa melalui partisipasi dengan lembaga/dinas yang terkait (penyuluh) sudah terlaksana dengan baik.

(48)

sarana produksi kimia (anorganik).skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,33, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 77,67%. Artinya, petani menilai perencanaan pembentukan petani yang mandiri yang tidak tergantung pada sarana produksi kimia sudah cukup baik, karena untuk beberapa situasi petani masih mengandalkan sarana kimia tersebut.

Indikator keempat pada context (konteks) penerapan SRI yaitu perencanaan peningkatan produktivitas dan efektivitas usahatani padi sawah dengan pola SRI, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,43, maka persentase ketercapaian indicator ini adalah 81 %. Artinya dalam perencanaan ini sudah berjalan dengan baik.

Indikator kelima pada context (konteks) penerapan SRI adalah perencanaan peningkatan jumlah petani dalam penerapan pola SRI, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 1,73, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 57,67 %. Artinya, perencanaan ini belum berjalan dengan baik. Petani lain masih berasumsi penerapan pola System of Rice Intensification (SRI) tidak mampu menghasilkan keuntungan yang sewajarnya.

(49)

Tabel 11.Hasil Transformasi Skor Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam

System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Context (Konteks)

Indikator

Penilaian

Baik Cukup Baik Tidak Baik

1 25 (83,33 %) 3 (10 %) 2 (6,67 %)

2 20 (66,67 5) 10 (33,33 %) 0

3 14 (46,67 %) 12 (40 %) 4 (13,33 %) 4 16 (53,33 %) 11 (36,67 %) 3 (10 %)

5 9 (30 %) 4 (13,33 %) 17 (56,67 %)

Rataan 16,8 8 5,2

56 % 26,67 % 17,33 %

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel yang menyatakan bahwa perencanaan penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah sudah dilakukan dengan baik yaitu 17 orang (56 %), 8 orang (26,67 %) menyatakan cukup baik, dan 5 orang (17,33%) menyatakan tidak baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pencapaian tujuan dari penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.

b) Dimensi Input (Masukan)

(50)

Tabel 12.Penilaian Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Input (Masukan) No. Indikator Kinerja

Penerapan 1. Kesiapan petani dalam

penerapan metode SRI

3 2,47 82,33 %

2. Ketersediaan sarana produksi pertanian

3 2,13 71 %

3. Pendampingan dan pelatihan yang diberikan penyuluh sebagai fasilitator

3 2,7 90 %

4. Frekuensi diskusi kelompok dan kegiatan penyuluhan

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

Penerapan pola tanam SRI oleh petani berdasarkan input (masukan) dapat dikatakan telah dilakukan dengan cukup baik memperoleh skor 9,23, maka persentase ketercapaian adalah 76,92 %. Artinya petani menilai kesiapan, ketersediaan sarana produksi, pendampingan serta frekuensi pertemuan kelompok telah terlaksana dengan cukup baik, namun belum memnuhi nilai yang optimal.

Indikator pertama pada input (masukan) penerapan SRI yaitu kesiapan petani dalam penerapan metode SRI dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,47 , maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 82,33 %. Artinya kesiapan petani untuk menerapkan prinsip pola tanam SRI sudah baik, akan tetapi belum sepenuhnya mengikuti semua proses sesuai prinsipnya.

(51)

beberapa ketersedian sarana produksi yang masih sangat terbatas diperoleh, yaitu pupuk organik.

Indikator ketiga pada input (masukan) penerapan SRI yaitu pendampingan dan pelatihan yang diberikan penyuluh sebagai fasilitator skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,7, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 90 %. Artinya, pendampingan dan pelatihan yang diberikan penyuluh sebagai fasilitator dinilai sudah berjalan dengan baik.

Indikator keempat pada input (masukan) penerapan SRI yaitu frekuensi diskusi kelompok dan kegiatan penyuluhan, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,23, maka persentase ketercapaian indicator ini adalah 74,33 %. Artinya, frekuensi diskusi dan pertemuan penyuluhan berjalan cukup, akan tetapi belum semua petani secara aktif mengikuti kegiatan pertemuan yang ada.

Dari indikator input (masukan) dapat diketahui hasil transformasi penerapan pola tanam SRI pada petani padi sawah di daerah penelitian. Hasil transformasi nilai tersebut, dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Hasil Transformasi Skor Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam

System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Input (Masukan)

Indikator

(52)

Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel yang menyatakan bahwa setiap input yang diperlukan dalam penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah sudah dilakukan dengan baik yaitu 14 orang (46,67 %), 14 orang (45 %) menyatakan cukup baik, dan 2 orang (8,33%) menyatakan tidak baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa input untuk mendukung pencapaian tujuan dari penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.

c) Dimensi Process (Proses)

Penilaian terhadap penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) petani pada indikator process (proses) dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penilaian Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Process (Proses) No. Indikator Kinerja

Penerapan

6. Partisipasi dan komunikasi petani dalam penerapan

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

(53)

perlakuan pemupukan, pemeliharaan hingga partisipasi dan komunikasi yang dilakukan telah berjalan dengan cukup baik karena belum memenuhi nilai yang optimal.

Indikator pertama pada process (proses) penerapan SRI yaitu persiapan benih dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,53 , maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 84,33 %. Artinya, dalam persiapan benih petani telah mengikuti prinsip dasar pola tanam SRI dengan baik.

Indikator kedua pada process (proses) penerapan SRI yaitu pengolahan tanah, dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,07, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 69 %. Artinya, pada proses pengolahan tanah petani masih belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip SRI. Hal ini dikarenakan petani belum mampu melakukan penyemprotan decomposer dan lahannya masih tergenang.

Indikator ketiga pada process (proses) penerapan SRI yaitu penanaman bibit padi skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,83, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 94,33 %. Artinya, penanaman bibit padi sudah berjalan dengan baik mendekati sempurna. Petani telah mampu menanam bibit dengan baik sesuai dengan prinsip SRI.

(54)

kesulitan untuk mendapatkan asupan pupuk organik yang memadai, disamping harganya yang cukup mahal.

Indikator kelima pada process (proses) penerapan SRI yaitu pemeliharaan, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,57, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 85,67%. Dalam proses pemeliharaan, petani sudah menerapkannya dengan baik sesuai dengan prinsip SRI.

Indikator keenam pada process (proses) penerapan SRI yaitu partisipasi dan komunikasi petani dalam penerapan pola SRI, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,2, maka persentase ketercapaian indicator ini adalah 73,3 %. Artinya partisipasi daan komunikasi yang terjalin selama penerapan SRI ini sudah berjalan dengan cukup baik. Petani dan penyuluh mampu bertukar informasi, walaupun belum semua petani secara rutin mengikuti jadwal pertemuan.

Dari indikator process (proses) dapat diketahui hasil transformasi penerapan pola tanam SRI pada petani padi sawah di daerah penelitian. Hasil transformasi nilai tersebut, dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Hasil Transformasi Skor Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam

System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Process (Proses)

(55)

Data pada Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel yang menyatakan bahwa setiap proses berjalannya penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah sudah dilakukan dengan baik yaitu 15 orang (48,33 %), 10 orang (33,33 %) menyatakan cukup baik, dan 5 orang (16,67 %) menyatakan tidak baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses yang dijalankan untuk mendukung pencapaian tujuan dari penerapan pola tanam SRI oleh petani padi sawah di daerah penelitian sudah berjalan dengan baik.

d) Dimensi Product (Hasil)

Penilaian terhadap penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) petani pada indikator product (hasil) dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penilaian Penerapan Pola Tanam System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Product (Hasil) No. Indikator Kinerja Penerapan Skor yang

Diharapkan

Skor yang Diperoleh

Persentase Ketercapaian 1. Produksi padi sawah yang

sehat dan berkelanjutan setelah penerapan metode SRI.

3 2,37 79 %

2. Kemampuan petani

memanfaatkan sarana produksi organik dan teknologi dalam mengelola usaha tani

3 1,83 61 %

3. Peluang pengembangan

inovasi dan motivasi dalam usaha tani pola SRI

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

(56)

ketercapaian adalah 75,75 %. Artinya petani menilai bahwa hasil yang berupa produksi yang berkualitas, pemanfaatan sarana produksi dan teknologi usahatani, peluang pengembangan inovasi dan motivasi serta dinamika kelompok yang dicapai telah berjalan dengan cukup baik dan belum memenuhi nilai yang optimal. Dimensi yang paling akhir dinilai ini juga dipengaruhi oleh dimensi sebelumnya yaitu dimensi input dan process yang masih dikategorikan cukup baik.

Indikator pertama pada product (hasil) penerapan SRI yaitu produksi padi sawah yang berdaya saing tinggi, sehat dan berkelanjutan setelah penerapan metode SRI dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,37 , maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 79 %. Artinya, sebagian besar petani menilai baik bahwa adanya produksi yang berdaya saing tinggi, sehat dan berkelanjutan. Petani sendiri mengonsumsi beras dengan perasaan yang lebih puas dan nyaman serta lahan yang minim dengan bahan kimia.

Indikator kedua pada product (hasil) penerapan SRI yaitu kemampuan petani memanfaatkan sarana produksi organik dan teknologi dalam mengelola usaha tani, dengan skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 1,83, maka persentase ketercapaian indikator ini adalah 61 %. Artinya kemampuan petani memanfaatkan sarana produksi masih belum baik. Akan tetapi petani telah memaksimalkan penggunaan limbah organik menjadi sarana produksi berbasis organik.

(57)

%. Artinya, petani menilai baik peluang pengembangan inovasi dan motivasi usahatani pola SRI ini. Petani secara konsisten menerapkan pola SRI dan berusaha untuk memaksimalkannya sesuai dengan prinsip yang dianjurkan.

Indikator keempat pada product (hasil) penerapan SRI yaitu dinamika kelompok, skor yang diharapkan 3,00 dan skor yang diperoleh 2,66, maka persentase ketercapaian indicator ini adalah 88,67 %. Artinya petani menilai baik dinamika kelompok yang berjalan. Petani menyadari bahwa untuk berinovasi dalam usahataninya diperlukan informasi dari pihak lain dan terdorong untuk menjaga kualitas, bukan kuantitas semata.

Dari indikator product (hasil) dapat diketahui hasil transformasi penerapan pola tanam SRI pada petani padi sawah di daerah penelitian. Hasil transformasi nilai tersebut, dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.

Tabel 17. Hasil Transformasi Skor Pelaksanaan Penerapan Pola Tanam

System of Rice Intensification (SRI) Pada Petani Padi Sawah pada Indikator Product (Hasil)

Indikator

Sumber : Lampiran 3 (diolah)

(58)
(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Hasil penelitian menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product)

menunjukkan bahwa kinerja pelaksanaan penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) oleh petani padi sawah di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang sudah berjalan dengan cukup baik dengan skor keseluruhan yang diperoleh sebesar 44,02 dari skor yang diharapkan yaitu sebesar 57, dengan persentase ketercapaian sebesar 77,23%.

Adapun hasil penilaian dari setiap dimensi evaluasi kinerja pelaksanaan penerapan pola tanam System of Rice Intensification (SRI) adalah sebagai berikut :

a) Pada dimensi context, telah berjalan dengan baik dengan skor tertinggi 2,77 (92,33%) adalah perencanaan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam penerapan budidaya padi sawah dengan pola System of Rice Insentification (SRI). Sedangkan indikator dengan skor terendah 1,73 (57,67%) adalah perencanaan peningkatan jumlah petani dalam penerapan pola SRI.

(60)

2,13 (71%) adalah Ketersediaan sarana produksi yang mendukung pola SRI.

c) Pada dimensi process, telah berjalan dengan cukup baik dengan skor tertinggi 2,83 (94,33%) adalah penanaman bibit padi, sedangkan indikator dengan skor terendah 1,6 (53,33%) adalah perlakuan pemupukan.

d) Pada dimensi product, telah berjalan dengan cukup baik dengan skor tertinggi 2,66 (88,67%) adalah dinamika kelompok. Sedangkan indikator dengan skor terendah 1,83 (61%) adalah kemampuan petani memanfaatkan sarana produksi organik dan teknologi dalam mengelola usaha tani.

6.2 Saran

1) Kepada Petani

(61)

2) Kepada Pemerintah

Pemerintah diharapkan dapat memberikan pengawasan dan pendampingan langsung dengan teknis lapangan kepada petani untuk melanjutkan penerapan System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian. Pemerintah dapat membuat program pelatihan berupa Sekolah Lapang (SL) bagi pemberdayaan masyarakat (petani) untuk memastikan bahwa setiap petani memperoleh informasi dan pemahaman yang benar dan tepat untuk menerapkan System of Rice Intensification (SRI) yang lebih baik dan sempurna lagi. Juga pemerintah diharapkan mampu membekali pengetahuan, keterampilan serta pengalaman petani ataupun kelompok tani untuk memanfaatkan limbah organik menjadi sarana produksi yang memadai.

3) Kepada Mahasiswa/Peneliti

(62)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Padi

Padi merupakan bahan makanan pokok sehari hari pada kebanyakan penduduk di negara Indonesia. Padi dikenal sebagai sumber karbohidrat terutama pada bagian endosperma, bagian lain daripada padi umumnya dikenal dengan bahan baku industri, antara lain : minyak dari bagian kulit luar beras (katul), sekam sebagai bahan bakar atau bahan pembuat kertas dan pupuk. Padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat digantikan oleh bahan makanan yang lain, oleh sebab itu padi disebut juga makanan energi (AAK, 1990).

Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan dalam waktu yang sangat dekat, dimana terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas tunas baru (Siregar, 1981).

(63)

konstan sepanjang tahun. Ketinggian tempat untuk tanaman padi adalah 0-65 m diatas permukaan laut (AAK, 1990).

Tanaman padi memerlukan sinar matahari. Hal ini sesuai dangan syarat tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup didaerah berhawa panas. Angin juga memberi pengaruh positif dalam proses penyerbukan dan pembuahan. Musim berhubungan erat dengan hujan yang berperan dalam penyediaan air dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapat hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan dengan catatan apabila pengairan baik (AAK, 1990).

2.1.2 Perkembangan Budidaya Padi Metode System Of Rice Intensification

(SRI)

(64)

Dalam penelitian Richardson (2010), sejak menciptakan ICM tersebut, hasil ujian tersebut memberikan harapan. Daftar berikutnya adalah contoh-contoh dari berbagai tempat di Indonesia di mana SRI sudah dilaksanakan:

Timur Barat: Pada tahun 2002, LSM ADRA bekerja sama dengan tujuh petani padi yang memakai metode SRI. Rata-rata hasil panen 4,4 ton/ha di tahun itu, sewaktu petani tersebut memakai metode konvensional. Ketika mereka menukar metode SRI rata-rata hasil panen 7-11 ton/ha, hasilnya pun setinggi ini yang dapat mempengaruhi prinsip penyimpan air SRI.

Nusa Tenggara Timur: VECO Indonesia, “LSM pertanian berbasis di Bali, adalah salah satu lembaga internasional yang mengenalkan metode ini pada petani antara lain di Flores, Jawa, Sulawesi, Bima, dan Bali .” Menurut Hendrikus AM Gego, Field Coordinator VECO Indonesia di Nusa Tenggara Timur, “Produksi padi petani di masing-masing daerah yang menerapkan metode SRI meningkat hingga 78 persen.

Jawa Timur: Di Kecamatan Sukorejo Kabubaten Pasuruan, dari 1.450 KK yang hidup di desanya 50 persen masyarakat di sana menggunakan sistem SRI. SRI diperkenalkan PT HM Sampoerna Tbk pada 2007 lalu. Sejak memperkenalkan SRI itu hasil panen mencapai berat 9,3 ton/ha. Dibandingkan hasil panen dengan sistem konvensional yang dihasilkan 6-6,5 ton/ha, hasilnya meningkat. IR 64 dan hibrida terkenal di daerah itu.

(65)

satu lubang, ukuran 20x20 cm. Sekarang sejak pakai SRI, cuma satu (bibit), anakannya banyak dalam 1 lubang ukurannya 30 x 30 cm”.

Lampung, Sumatra: Rata-rata hasil panen jika memakai metode konvensional seberat 3 ton/ha. Petani padi pernah mampu mencapai rata-rata hasil seberat 8,5 ton/ha ketika memakai SRI (Richardson, 2010).

Adapun tujuan pengembangan SRI (System of Rice Intensification) menurut Pedoman Teknis Pengembangan SRI TA 2015 adalah :

a) Memperbaiki tingkat kesuburan tanah/lahan sawah melalui pemberian asupan bahan organik/kompos/pupuk hayati

b) Meningkatkan produksi dan produktifitas serta hasil panen, efisiensi penggunaan benih dan penggunaan air

c) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan partisipasi petani dalam budidaya padi organik pola SRI

(Kementerian Pertanian, 2015).

Pemilihan metode budidaya padi organik secara SRI bisa menghasilkan produk akhir berupa beras organik yang memiliki kualitas tinggi sebagai beras sehat, dilihat dari beberapa aspek berikut:

a) Aspek lingkungan, dengan menghilangkan penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia dan manajemen penggunaan air yang terukur secara tidak langsung telah membantu mengkonservasi lingkungan.

(66)

c) Produktivitas tinggi, bagi produsen atau petani, penerapan metode ini bisa

meningkatkan hasil panen yang pada giliranya menghasilkan keuntungan maksimal.

d) Kualitas yang tinggi, produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dibanding dengan produk konvensional, sehingga harganya pun tentunya akan lebih baik (Berkelaar, 2008).

2.1.3 Prinsip-Prinsip Budidaya Padi Organik Metode SRI

1) Pengolahan tanah sawah sehat adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional, dengan memberikan asupan bahan organik seperti kotoran hewan, hijauan, limbah organik, jerami yang proses dekomposisinya dipercepat dengan menggunakan mikroorganisme lokal (MOL). Selanjutnya untuk pengelolaan airnya dibuat parit keliling atau melintang petakan sawah dengan kedalaman 40 cm dan lebar 40 cm dan dibuat garis jarak tanam dengan menggunakan caplak.

2) Persemaian SRI, dilakukan dengan cara kering (tidak digenang) dan dilakukan penyiraman setiap hari. Persemaian bisa dilakukan dilahan sawah / darat, pekarangan dengan dilapisi plastik dan di nampan / yang dilapisi daun pisang supaya akar bibit padi tidak tembus ke tanah dan memudahkan pada saat pindah tanam dari persemaian. Sebagai media tumbuh persemaian berupa campuran tanah dengan bahan organik dengan perbandingan 1:1. Kebutuhan benih 10 kg per ha, sebelum benih disemai perlu dilakukan uji benih bermutu / bernas dengan menggunakan larutan garam.

Gambar

Tabel 2.Penerapan Pola System of Rice Intensification (SRI) di Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
Tabel 3.Skor Kinerja Penerapan Pola System of Rice Intensification (SRI) di
Tabel 4. Kategori Penilaian per Dimensi Kinerja Menurut Model Evaluasi CIPP
Tabel menunjukkan bahwa sebanyak 67,67% (425 orang) penduduk di Desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum mitigasi lingkungan adalah merupakan upaya-upaya untuk mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi atau telah terjadi karena adanya rencana kegiatan atau

Sebaik apapun penanganan panen dan pascapanen pada buah, jika tidak didukung dengan kualitas buah yang baik, susut produk tidak akan dapat diminimalisasikan.. • Sentra pengemasan

[r]

bahwa dalam rangka pelaksanaan layanan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin di Kabupaten Bantul melalui program JAMKESOS yang diselenggarakan oleh Badan

Penyusunan Buku Inkesra merupakan salah satu bentuk publikasi statistik bidang sosial yang rutin dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Maksud dan tujuan

[r]

tidak akan efektif untuk menghapus- kan kegiatan ekonomi informal di perkotaan. Di samping itu, sering terdapat kasus di mana kebijakan pembatasan dan pelarangan tersebut

Tesis ini merupakan kajian pengalaman dan profesionalisme pengkaji sebagai editor buku sastera yang bertugas di Dewan Bahasa dan Pustaka semenjak tahun 1990 dan