• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Andi,Yogyakarta. Ghani, Mohammad A. 2003. Sumber Daya Manusia Perkebunan Dalam Perspektif. Cetakan

Pertama. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ghozali, I. 2006. Structural Equation Medeling; Metode Alternatif dengan PLS. Badan Penerbit Undip, Semarang.

Kurniawan, Arif. (2009). Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT. Bentoel Prima Malang). Skripsi. Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Administrasi.

Mangkunegara, AA. Anwar Prabu (2009), Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung. (2009), Perencanaan & Pengembangan Sumber Daya

Manusia, Refika Aditama, Bandung.

Mangkuprawira, Sjafri, (2009), Manajemen, dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kedua, Gramedia, Bogor.

Mangkunegara, Anwar Prabu, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan Kedua, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Mathis dan Jackson, (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Nurmalinda, Yuis, (2008). Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pada PT. Sinar Sosro Tj. Morawa, Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Paramita, Catarina Cori Pradnya, dan Andi (2012). Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) APJ. Semarang. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.1.No.1.

Situmorang, Syafrizal Helmi; Doli M. Ja’far; Iskandar Muda, Muslich Lutfi; Syahyunan. 2008.

(2)

Sutrisno Edy, (2011), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kedua, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berupa deskriptif kuantitatif untuk menganalisis mengenai pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung.

3.2

Penelitian ini dilakukan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung yang berlokasi di daerah Kuala Tanjung, Lima Puluh. Waktu penelitian mulai bulan Januari sampai dengan April 2013.

Tempat Dan Waktu Penelitian

3.3 Batasan Operasional Variabel

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari penelitian yang simpang siur terhadap permasalahan. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent), X: Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terdiri dari:

X1 : Program keselamatan kerja X2 : Program kesehatan kerja

(4)

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasionalisasi variabel digunakan untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian, terdiri dari :

1. Variabel bebas (independent) terdiri dari: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (X) Terdiri atas:

a. Program keselamatan kerja (X1)

Suatu program yang menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di PT. Inalum, terdiri atas: adanya penggantian alat yang berbahaya, pemakaian alat pelindung pada karyawan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja

b. Program kesehatan kerja (X2)

Program yang menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang terjadi di PT. Inalum, terdiri dari adanyta P3K, klinik 24 jam, general check up, adanya kegiatan donor darah, dan adaya asuransi kesehatan.

2. Variabel terikat (dependent), adalah : Kinerja karyawan (Y)

adalah catatan yang dihasilkan oleh para karyawan dari suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu, terdiri dari: kualitas, kuantitas, inisiatif, kerjasama dan kehandalan.

(5)

Tabel 3.1

1. adanya penggantian alat yang berbahaya,

kesehatan kerja (X2) Program yang

menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang terjadi di PT. Inalum

1. adanya P3K

2. adanya klinik 24 jam 3. general check up 4. adanya kegiatan donor darah 5. adanya asuransi kesehatan

(6)

Skala pengukuran penelitian ini menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono, (2008 : 86), skala likert merupakan skala yang mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Indikator akan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan. Setelah itu, setiap item instrumen yang menggunakan skala likert memiliki nilai yang terdiri dari:

3.5 Skala Pengukuran

Tabel 3.2 Bobot Nilai Jawaban Atas Kuisioner

No. Jawaban Bobot Nilai

3.6 Populasi Dan Sampel 1. Populasi

2. Sampel

Penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan pelaksana bagian produksi,

Smelter Casting Section (SCA) pada PT. Inalum, Kuala Tanjung, yang berjumlah 140 Orang.

Penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tekhnik random sampling dengan menggunakan rumus Slovin, (Umar, 2007:84) dengan rumus:

(7)

e = Batas Kesalahan (10%) sehingga jumlah sampel menjadi:

2

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder : 1. Data Primer

Data diperoleh langsung dari objek penelitian, dimana data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut seperti hasil kuesioner yang disebar kepada responden.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku, majalah yang dapat mendukung penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi dokumentasi

(8)

2. Kuesioner

Metode pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket yang ditujukan kepada karyawan bagian pelaksanaan produksi di PT. Inalum, Kuala Tanjung dijadikan sampel.

3. Observasi

Pengamatan data melalui pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. 3.9 Validitas dan Realibilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002:144). Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian, data yang diperoleh valid atau tidak, dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut. Adapun kriteria dari pengujian validitas adalah:

Jika r hitung ≥ r tabel maka pertanyaan dikatakan valid Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dikatakan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas

(9)

waktu dan kondisi yang berbeda, tetap menunjukkan hasil yang sama. Adapun kriteria dari pengujian reliabilitas adalah:

Jika r alpha positif atau ≥ r tabel, maka pertanyaan reliabel.

Jika r alpha negatif atau < r tabel, maka pertanyaan tidak reliabel.

Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada tenaga kerja pada PT. Inalum, Kuala Tanjung juga di bagian produksi karbon dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, dengan menggunakan Software SPSS18.00for windows:

3.10 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu cara menganalisis dimana data-data yang ada dikumpul, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterprestasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

2. Analisis Statistik

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu, yaitu: Program keselamatan kerja (X1), Program kesehatan kerja kerja (X2), terhadap variabel terikat yaitu Kinerja Karyawan sebagai variabel (Y). Penelitian menggunakan bantuan program software SPSS versi 18. dengan rumus: Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:

(10)

b1, dan 2 = Koefisien regresi

X1 = Program keselamatan kerja X2 = Program kesehatan kerja e = standar error

b. Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi berganda harus memenuhi syarat asumsi klasik sebelum data tersebut dianalisis, adapun syarat asumsi klasik tersebut (Ghozali 2006:91) meliputi:

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji data dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006:110). Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorov Smirnov.

2) Uji Multikonealiritas

Uji Multikonealiritas digunakan untuk menguji data dalam model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas (Ghozali, 2006:91). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikonealiritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS versi 18.00. Dengan ketentuan: Bila VIF ≥ 5 maka terdapat masalah multikolinearitas

Bila VIF < 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas. 3) Uji Heteroskedastisitas

(11)

lain. Jika suatu pengamatan ke pengamatan lain sama, maka disebut homoskedastisitas. Cara mendeteksinya adalah dengan pendekatan grafik dan pendekatan statistika melalui uji glejser. Pendekatan grafik dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Sementara pendekatan uji glejser dengan melihat pada variabel dependen absolut UT (absUT) dengan nilai probabilitas signifikansi diatas 5%. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan alat bantuan Statistics Package for Social Science 18.00 for Windows.

1). Uji F (Uji Sigmultan atau Serempak)

Uji F dilakukan untuk mengetahui semua variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : b1, dan b2

dibandingkan denga Ftabel pada tingkat positif (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini adalah: Terima H0 bila Fhitung < Ftabel

(12)

2). Koefisien Determinasi (R2)

Identifikasi determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama, dimana 0 < R2< 1. Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan bila R2mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja (K3) terhadap variabel Kinerja karyawan

3). Uji t (Pengaruh Parsial)

Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh yang positif atau tidak, antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent)

Nilai thitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS 18.00 for windows. Nilai thitung selanjutnya akan dibandingkan dengan tabel dengan tingkat kesalahan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k)

H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan)

Ha : bi ≠ 0 (terdapat ada pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan)

Kaidah Pengambil Keputusan:

(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Indonesia Asahan Alumunium

PT. Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) didirikan di Jakarta pada tanggal 6 Januari 1976, Inalum merupakan perusahan patungan antara Pemerintah Republik Indonesia dan beberapa penanam modal dari Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd. (NAA). Inalum yang telah memproduksi 5 juta ton aluminium batangan (ingot) pada tanggal 11 Januari 2008 ini diakui termasuk dalam 10 teratas produsen aluminium ingot dunia berdasarkan survey AME atas 143 produsen aluminium di berbagai negara. Sebagai perusahaan pertama di Indodnesia yang berhubungan dengan industri peleburan aluminium dan satu-satunya di Asia Tenggara, Inalum memiliki visi yaitu menjadi perusahaan kelas dunia dalam bidang aluminium dan industri terkait.

Misi PT. Inalum adalah

a. Menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan (stakeholder) melalui produksi aluminium ingot yang berkualitas tinggi dan produk-produk terkait serta mampu bersaing di pasar global.

b. Mendukung operasi pabrik peleburan aluminium yang menguntungkan dan berkelanjutan melalui pengoperasian pembangkit listrik tenaga air yang efektif dan efisien.

c. Mendukung pengembangan kelompok industri aluminium nasional yang pada akhirnya mendukung pengembangan ekonomi nasional.

(14)

PT. Inalum mendasarkan upayanya pada nilai-nilai perusahaan yaitu, dengan mengoperasikan pabrik peleburan aluminium dan pembangkit listrik tenaga air untuk menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan (stakeholder), perusahaan bekerja keras untuk melestarikan lingkungan dengan meyakini bahwa komitmen kepada masyarakat serta pengembangan ekonomi sekitar menjadi hal yang paling mendasar untuk mencapai misi perusahaan.

Sejak tahun 2003, PT. Inalum dapat meningkatkan produksi melampaui kapasitas produksi melampaui kapasitas produksi terpasangnya (225.000 ton). Pada tahun 2007, INALUM mampu memproduksi 241.322 ton. Teknologi yang dimiliki PT. Inalum mampu memproduksi aluminium ingot berkualitas tinggi, dengan kemurnian 99.70 %, 99,90 % dan 99,92 %. PT. Inalum memperoleh sertifikasi ISO 9001-2000 atas jaminan standar internasional untuk mutu produksi instalasi dan services. Aluminium hasil produksi PT. Inalum sebagian besar (60%) diekspor ke negara Jepang, sedangkan sebesar 40% diserap oleh pasar domestik dan diekspor ke negara lain.

(15)

baru direkrut memperoleh pendidikan pelatihan tentang teknologi, sistem dan manajemen yang ada di PT. Inalum.

PT. Inalum memperhatikan kebutuhan aluminium pada pasar Indonesia dan memenuhi kebutuhan tersebut dengan menawarkan secara langsung kepada perusahaan pabrikan di Indonesia ataupun melalui perusahaan distributor Indonesia. Setiap tahun penjualan aluminium ingot kepasar domestik semakin besar. Pada tahun 2007, PT. Inalum menjadi sumber pasokan aluminium ingot bagi 65 perusahaan di dalam negeri. Langkah nyata yang telah dilakukan oleh PT. Inalum dalam meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, antara lain :

a. Program bantuan di bidang pertanian

b. Pembangunan Tempat Pelelangan ikan dan unit keramba di Kuala Indah c. Pelaksanaan program Vocational Training Course (VTC)

d. Pemberian bantuan modal usaha bergulir dalam bentuk peralatan mesin jahit dan mekanikal, serta untuk usaha tenun kain tradisional ”Songket"

(16)

4.1.2 Struktur Organisasi

Sumber: PT. Inalum (2013)

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Inalum, Kuala Tanjung

Uraian Jabatan dari masing-masing bagian di PT. Inalum sebagai berikut.

1. GMS (General Meeting of Share Holders) : Rapat Umum Pemegang saham yang memiliki wewenang tertinggi dalam setiap kebijakan yang diambil PT. Inalum.

2. Board of Commisioner : Dewan yang mewakili setiap pemegang saham dalam memutuskan kebijakan PT. Inalum.

3. Board of Directors : Dewan Direksi yang mengawasi secara langsung setiap keputusan, baik jangka panjang dan pendek yang diambil, demi kepentingan PT. Inalum.

(17)

5. Internal Auditor : Mengawasi dan menganalisa keputusan yang telah diambil President Director serta konsekuensi dari keputusan tersebut.

6. MR (Management Representative of ISO 9002 & 14001) : Membuat kebijakan PT. Inalum mengenai mutu perusahaan sesuai standar ISO 9002 & 14001.

7. IIC (Inalum Internal Control) : Mengatur kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan urusan internal perusahaan.

8. Director Business : Memimpin bagian pemasaran dan perdagangan PT. Inalum. 9. Director Production : Memimpin bagian produksi aluminium PT. Inalum.

10.Director Power Plant : Memimpin bagian pembangkit listrik untuk kebutuhan listrik operasional PT. Inalum.

11.Director Planning & Finance : Memimpin bagian perencanaan dan finansial (keuangan) PT. Inalum.

12.Director HR : Memimpin bagian HRD yang dimiliki PT. Inalum.

4.2 Hasil Penelitian

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

(18)

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas pada Responden

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa hasil dari uji validitas dinyatakan valid. Karena nilai

corrected item total correlation menunjukkan lebih besar dari 0,361, artinya r hitung ≥ r tabel. Sementara hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas pada Responden Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items Keterangan

,941 15 Reliable

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

(19)

2. Deskriptif Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dari jawaban atas pernyataan atau kuesioner yang diajukan pada responden penelitian. Data dideskripsikan, digambarkan, diuraikan, dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penanfsiran terhadap angka tersebut, serta penampilan dari hasil yang diteliti, dalam hal ini mengenai Program keselamatan dan kesehatan kerja (variabel independent) terhadap Kinerja karyawan (variabel dependent) pada PT. Inalum, Kuala Tanjung. Penelitian yang dilakukan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.00. Jumlah responden penelitian sebanyak 60 orang dari karyawan. Analisis deskriptif pada data penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Analisis Instrumen Metode Deskriptif Descriptive Statistics

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

Tabel 4.3 menyatakan bahwa ada sebanyak 60 sampel. Nilai minimum (paling kecil) adalah 17,00 pada variabel Program keselamatan kerja. Nilai maksimum (paling besar) adalah 25,00 terdapat pada dua variabel Program kesehatan kerja, dan Kinerja karyawan. Nilai mean

(tengah) pada variabel Program keselamatan kerja dengan nilai sebesar 20,2667. Nilai mean

(20)

Penelitian ini dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada responden dan studi dokumentasi kepada 60 sampel pada PT. Inalum bagian produksi, Smelter Casting Section

(SCA). Jumlah pernyataan seluruhnya adalah 15 butir, yang terdiri dari 5 butir pernyataan untuk variabel X1 pada Program keselamatan kerja, 5 butir pernyataan untuk variabel X2 pada Program kesehatan kerja dan 5 butir pernyataan untuk variabel Y pada kinerja karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis mengenai adanya pengaruh antara Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan. Karakteristik responden pada penelitian ini dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, status karyawan, dan lama kerja.

a. Karateristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Tabel 4.4

Jenis Kelamin Responden

Sumber: PT. Inalum, 2013 (Data Diolah)

Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjawab pernyataan mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan adalah laki-laki, dengan nilai persentase sebesar 100,00 %. Dalam hal ini program K3 sangat diperlukan dalam menjalankan aktivitas kinerja perusahaan secara umum, risiko kecelakaan lebih besar bagi para karyawan, terutama mereka yang bekerja dibidang produksi maupun peleburan alumunium.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(%)

Laki-Laki 60 Orang 100,00

Perempuan 0 Orang 0,00

(21)

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden Tabel 4.5

Usia Responden

Umur Frekuensi Persentase

21 – 30 Tahun 14 Orang 23,33

31 – 40 Tahun 28 Orang 46,67

41 – 50 Tahun 18 Orang 30,00

Jumlah 60 Orang 100,00

Sumber: PT. Inalum, 2013 (Data Diolah)

Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjawab pernyataan mengenai mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan adalah karyawan yang berusia 30 – 40 tahun, sebesar 46,67 %, karyawan yang menjawab pertanyaan berusia 21- 30 tahun adalah sebesar 23,33%, dan yang berusia 41 – 50 tahun adalah sekitar 30,00 %. Karyawan yang berusia 31– 40 tahun memiliki tingkat kesadaran yang penuh akan penerapan dan pelaksanaan K3 di tempat kerja. Karyawan yang berusia 41–50 cenderung menganggap sepele terhadap resiko yang akan terjadi karena merasa memiliki pengalaman dibidangnnya bekerja. Sementara usia 21-30 tahun, bagi para karyawan yang baru bekerja cenderung lebih tinggi tingkat kecelakaan yang terjadi. Namun dengan adanya pelatihan dan pendidikan K3 mampu meminimalisasi kecelakaan kerja dan sebagai bentuk wadah membina tenaga kerja untuk menghasilkan kinerja lebih baik lagi.

c. Karateristik Berdasarkan Lama Bekerja Responden

Tabel 4.6

Lama Bekerja Responden

Masa Kerja Frekuensi Persentase (%) 1– 15 Tahun 23 Orang 38,33 16 – 30 Tahun 37 Orang 61,67

Jumlah 60 Orang 100.00

Sumber: PT. Inalum, 2013 (Data Diolah)

(22)

karyawan adalah karyawan yang sudah bekerja 16 – 30 tahun, dengan nilai persentase sebesar 61,67 % . Sementara karyawan yang bekerja 1 – 15 tahun adalah sebanyak 38,88%. Artinya karyawan yang bekerja usia 16 – 30 tahun lebih memahami akan kondisi tempat mereka bekerja, sehingga pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperhatikan. Namun realitanya yang tingkat kecelakaan yang sering terjadi adalah usia 16 – 30 tahuan pada perusahaan ini, karena ada unsur sikap mengabaikan atau menanggap sebuah aturan hanya sanksi saja yang menjadi dampaknya, padahal ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

d. Karateristik Berdasarkan Pendidikan Responden

Tabel 4.7

Pendidikan Responden

Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)

SMA 17 Orang 28,33

DIII 34 Orang 56,67

SI 9 Orang 15,00

Jumlah 60 Orang 100.00

Sumber: PT. Inalum, 2013 (Data Diolah)

(23)

e. Karateristik Responden Berdasarkan Status Responden Tabel 4.8

Status Responden

Sumber: PT. Inalum, 2013, (Data Diolah)

Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjawab pernyataan mengenai mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan adalah karyawan yang sudah berkeluarga, dengan nilai persentase sebesar 60,00 %. Dalam hal ini karyawan yang sudah berkeluarga lebih banyak dari yang masih lajang, sangat penting bagi perusahaan menerapkan program-program K3 yang dapat menunjang kinerja karyawan untuk menciptakan produksi yang jauh lebih baik. Dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan melalui program K3 mampu menjadikan seorang karyawan loyal ditempat kerjaanya. Sementara karyawan yang menjawab pertanyaan yang sudah lajang adalah sebesar 40,00%, artinya pekerjaan yang mereka lakukan dapat menjadi pengalaman atau sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan yang tentunya lebih baik lagi.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik pada penelitian ini terdiri dari uji Normalitas, Heteroskedastisitas dan Multikolinearitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas data dapat dilihat dari output SPSS melalui gambar kurva normal p-p Plot untuk menunjukkan sebaran data penelitian. Gambar kurva normal P-P Plot berikut ini dapat disimpulkan bahwa data penelitian mempunyai distribusi normal, karena sebaran data yang ada

Status Karyawan

Jumlah Persentase (%) Berkeluarga 36 Orang 60,00

Lajang 24 Orang 40,00

(24)

menyebar kesemua daerah kurva normal. Uji Normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Normal

Uji Normalitas scatter plot pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik mengikuti data di sepanjang garis diagonal hal ini berarti data berdistribusi normal. Uji Normalitas dapat dilihat juga pada One Sampel KS Tes, yaitu:

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,82211174

Most Extreme Differences Absolute ,133

Positive ,095

Negative -,133

Kolmogorov-Smirnov Z 1,033

Asymp. Sig. (2-tailed) ,236

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(25)

Data pada Tabel 4.9 Nilai Asymp.Sis (2-tailed) pada penelitian ini adalah 0,236; lebih besar dari 0,05 ( 0,236 > 0,05), artinya variabel residual pada penelitian ini memiliki distribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi, dengan kata lain heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varian yang konstan. Heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melakukan dua pendekatan yakni pendekatan statistik (uji glesjer) dan pendekatan grafik.

Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka mengalami gangguan heteroskedastisitas. Hasil analisis heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10

Hasil Analisis Instrumen Heteroskedastisitas Pendekatan Statistik (Uji Glesjer)

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Abs

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

(26)

5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini tidak terdapat adanya heteroskedastisitas dalam model regresi.

Uji heteroskedastisitas dapat juga dilihat melalui gambar scatterplot. Gambar scatterplot dapat menunjukkan indikasi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas. Suatu model regresi jika dianalisis dengan pendekatan grafik, tidak terkena heteroskedastisitas apabila pada grafik scatterplot terlihat titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu (Syafrizal, 2008: 68).

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

Gambar 4.3 Scatterplot Dependent Variable (Kinerja Kerja)

Gambar 4.3 menyatakan bahwa penyebaran residual cenderung tidak teratur, adanya titik-titik yang berpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi ini.

c. Uji Multikolinearitas

(27)

independen. Suatu variabel tidak terkena multikolinearitas, jika nilai Variance Inflation Factor

(VIF) tidak lebih besar dari 5 (VIF < 5) dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 (Tolerance > 0,1) (Situmorang, 2008:104). Uji multikolinearitas pada penelitian skripsi ini dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Hasil Analisis Instrumen Multikoliniearitas

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

Tabel 4.11 menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas, dimana hasil uji

Variance Inflation Factor (VIF) pada Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja masing-masing menunjukkan nilai kurang dari lima (VIF < 5). Nilai Variance Inflation Factor

(VIF) pada variabel Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja sebesar 1,000. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang lebih kecil dari 5 (lima) menunjukkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas dalam model penelitian skripsi ini. Nilai Tolerance pada variabel Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja sebesar 1,000. Nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 (Tolerance > 0,1) maka tidak terdapat multikolinearitas.

4. Analisis Regresi Linear Berganda

Teknik analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linear berganda, yang digunakan untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh variabel

independent terhadap variabel dependent, antara pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja Karyawan. Hasil analisis regresi linear berganda ini dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Coefficientsa

(28)

Tabel 4.12

Hasil Analisis Instrumen Regresi Linear Berganda Variables Entered/Removedb

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kinerja_K

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang dimasukkan (entered) adalah Program keselamatan dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung sehingga diperoleh persamaan:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

5. Pengujian Hipotesis

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji Signifikansi Simultan atau serempak dilakukan untuk menguji variabel independent

(29)

nilai thitung dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 18.00, dan kesimpulan. Hasil pengujian adalah:

1) Model hipotesis yang digunakan dalam uji F ini yaitu: Ho : b1 = b2 = 0

Artinya, secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen yaitu Program keselamatan kerja (X1), dan Program kesehatan kerja (X2) terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan (Y) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0

Artinya, secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen yaitu Program keselamatan kerja (X1), dan Program kesehatan kerja (X2) terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan (Y) F tabel dapat dilihat pada α = 5%

Dengan derajat pembilang = k – 1 = 2 – 1 = 1 Dengan derajat penyebut = n – k = 60 – 1 = 59 maka F tabel 0,05 (1,59) = 4,00

1) Kriteria Pengambilan Keputusan:

(30)

Tabel 4.13

Hasil Analisis Instrumen Uji F (Uji Serempak) ANOVA

a. Predictors: (Constant), P_Ksehat_K, P_Kslamat_K

b. Dependent Variable: Kinerja_K

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

Tabel 4.13 menyatakan bahwa nilai Fhitung sebesar 33,632 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 sedangkan Ftabel sebesar 4,00 dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel, yaitu 33,632 > 4,00, sedangkan tingkat signifikansi dengan nilai sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian pada Uji Sigmultan (Uji F) menyatakan bahwa H0,

b. Uji Koefisien Determinasi (R

ditolak, artinya variabel-variabel independent, yaitu Program keselamatan kerja (X1), dan Program kesehatan kerja (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

dependent, yaitu Kinerja karyawan (Y). 2

)

(31)

Tabel 4.14

Tabel Hubungan Antar Variabel

Sumber: Situmorang (2008:113)

Tabel 4.14 menjelaskan mengenai tipe hubungan antar variabel, semakin besar nilai R maka hubungan semakin erat. Nilainya adalah 0 – 1. Semakin mendekati nol berarti tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu model semakin baik. Hasil instrumen Koefisien Determinasi (R2) dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15

a. Predictors: (Constant), P_Ksehat_K, P_Kslamat_K

b. Dependent Variable: Kinerja_K

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

(32)

c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Penelitian uji t menggunakan tabel coefficients. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mengenai variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai pengaruh yang positif atau tidak. Nilai t hitung selanjutnya akan dibandingkan dengan tabel dengan tingkat kesalahan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k). Uji t menunjukkan secara individual variabel

independent (X), mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak dengan variabel dependent

yaitu (Y).

Langkah-langkah pengujian adalah menentukan model hipotesis untuk H0 atau Ha

1) Model hipotesis yang digunakan dalam Uji t adalah:

, mencari nilai tabel dengan cara menentukan tingkat kesalahan (α) dan menentukan derajat kebebasan, menentukan kriteria pengambilan keputusan, mencari nilai thitung dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS 18.00, dan kesimpulan. Hasil pengujian dari Uji t (Uji Pengaruh Parsial) adalah:

H0 : bi = 0, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X

H

dengan variabel Y. 0

2) Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k)

: bi ≠ 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

n = jumlah sampel, n = 60

(33)

Nilai t hitung

Tabel 4.16

untuk variabel konstanta yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.16.

a. Dependent Variable: Kinerja_K

Sumber: Pengolahan Data Primer (kuesioner) dengan SPSS 18.00, 2013

Tabel 4.16 menyatakan bahwa nilai t hitung pada variabel Program keselamatan kerja adalah 1,659 dan nilai ttabel adalah 1,67203 sehingga thitung < ttabel

Sementara nilai t

. Tingkat signifikansi pada variabel Program keselamatan kerja yaitu 0.103 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti menyatakan bahwa pada penelitian ini memiliki pengaruh tidak signifikan antara variabel Program keselamatan kerja terhadap variabel Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung.

(34)

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Y = 9,690 + 0,113X1 + 0,506X2 + e

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa:

1. Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung dengan nilai 33,632 dan tingkat signifikan sebesar 0,00. Artinya kedua variabel ini memiliki pengaruh besar terhadap kinerja karyawan, yang dilihat dari pengaruh simultan atau serempak (Uji F). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurmalinda (2008)dan Paramita dan Andi (2012), bahwa ada pengaruh antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap prestasi kerja karyawan. Program keselamatan dan kesehatan kerja secara sigmultan sudah diterapkan oleh perusahaan kepada para karyawan, yag mana pada dasarnya karyawan sangat memerlukan program K3 tersebut karena karyawan bekerja pada perusahaan yang memiliki kecelakaan dengan tingkat risiko yang tinggi.

2. Jika ditinjau dari pengaruh parsial bahwa:

(35)

adanya bentuk pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja, baik dengan alasan sengaja maupun tidak sengaja. Lama kerja karyawan mempengaruhi tingkat kesadaran para karyawan untuk mematuhi peraturan yang diberlakukan manajemen perusahaan untuk para karyawan. Hal ini terbukti hampir sebanyak 8% karyawan tidak mengikuti prosedur dan peraturan kerja pada tahun 2011. Walaupun jumlahnya tidak besar tetapi jika tidak ditindaklanjuti oleh perusahaan maka dapat saja mengakibatkan kinerja perusahaan menurun dari tahun ke tahun.

b. Kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai sebesar 8,001 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Hal ini dinyatakan bahwa program kesehatan kerja sudah dilaksanakan dan diterapkan oleh manajemen perusahaan, dan dengan tingkat kesadaran dan pemahaman karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Karyawan memahami bahwa kesehatan sangat mahal nilainya. Asuransi kesehatan yang ada dapat saja tidak mencukupi biaya perobatan dan perawatan jika sakit, terutama dampaknya sangat besar bagi karyawan yang sudah berkeluarga. Biaya yang dikeluarkan tentu saja lebih besar daripada mereka yng masih lajang. Intinya lebih baik mencegah daripada mengobati, sehingga dengan kesadaran penuh kesehatan sangat mahal nilainya.

(36)
(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung berdasarkan uji F (serempak atau sigmultan).

2. Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja memiliki kaitan yang erat terhadap kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung, berdasarkan Koefisien Determinan (R2

3. Program keselamatan kerja memiliki pengaruh tidak signifikan, sementara pada Program kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung, berdasarkan Uji t (parsial).

), dengan nilai sebesar 52,5% dan sisanya 48,5%, dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti motivasi, kompensasi, disiplin kerja dan lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Saran-saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

(38)

2. Mengenai pelatihan program keselamatan kerja perlu adanya penambahan materi, penjadwalan dan pelatihan tambahan (re-training) untuk menurunkan tingkat risiko kecelakaan yang terjadi

3. Perlu diadakan pembinaan atau penyuluhan tentang arti pentingnya pemakaian alat pelindung diri yang baik dan benar untuk meningkatkan kesadaran karyawan kembali akan pentingnya keselamatan kerja karyawan.

4. Perusahaan juga harus memberikan sanksi tegas terhadap karyawan yang tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat berada di tempat-tempat tertentu, misalnya di ruang produksi.

(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Hubungan Industrial

Ghani (2003:70), Hubungan Industrial (HI) adalah interaksi yang melibatkan pekerja/ serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam menyelenggarakan, melaksanakan, dan mengawasi jalannya hubungan ketenagakerjaan, dimana pekerja bertindak sebagai produsen jasa tenaga kerja, pengusaha sebagai konsumen, sekaligus pemberi kerja, dan pemerintah bertugas menciptakan koridor dan iklim yang kondusif agar segala sesuatunya berjalan sesuai dengan ketentuan/perundang-undangan yang berlaku.

Hubungan industrial merupakan suatu hubungan yang dilakukan antara pengusaha, para pekerja, dan pemerintah dalam suatu organisasi, untuk menciptakan dan memelihara keamanan dan ketentraman kerja di perusahaan, sehingga pengusaha dan para pekerja dapat menyelesaikan hak dan kewajibannyaa dengan lebih baik.

2.1.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.1.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

(40)

bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan kerja dapat menyebabkan atau membuat stress emosi dan gangguan fisik.

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER/MEN/1996, dalam penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja wajib melaksanakan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

a. Menetapkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja serta menjamin komitmen terhadap penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, sasaran, penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Mengukur, memantau, mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

1. Keselamatan Kerja

(41)

dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Pengertian program keselamatan kerja adalah menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000:161). Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan dilakukan 2 cara yaitu:

a. Usaha preventif atau mencegah

Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan. Langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu:

1) Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya) 2) Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya) 3) Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.

4) Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas respirator, dust respirator, dan lain-lain).

5) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.

6) Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. b. Usaha represif atau kuratif

(42)

persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan organisasi perusahaan.

2. Kesehatan Kerja

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha, karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Pengertian program kesehatan kerja: Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. (Mangkunegara, 2000:161). Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.

Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

(43)

1) Keadaan Tempat Lingkungan Kerja,

Terdiri dari: penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya, ruang kerja yang terlalu padat dan sesak, pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya, pengaturan udara, pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak), suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

2) Pengaturan Penerangan

Terdiri dari: pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat, ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

3) Pemakaian Peralatan Kerja

Terdiri dari: pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak, penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

4) Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

(44)

2.1.2.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun

psychis, peracunan, infeksi dan penularan. i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

(45)

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya. s. kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan

Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan dapat berjalan efektif, dan berikut adalah elemen-elemen pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja PT. Inalum, Kuala Tanjung

1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak.

2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja.

(46)

Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:

a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.

b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)

c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.

d. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.

f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.

g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

(47)

i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).

j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).

4. Beban Kerja

Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu

5. Jam Kerja

Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2000:162) usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.

2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.

3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkandan mencegah kebisingan.

(48)

5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja. 6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Program K3

Mangkunegara (2000: 162), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan sebaiknya seefektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamananya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 2.1.3 Undang undang tentang K3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, Paragraf 5: Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Pasal 86

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

(49)

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Pasal 87

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970, Bab IX Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja,

Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Pasal 13

2.1.4 Kinerja Karyawan

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Armstong dan Baron (Wibowo, 2007:7), Prestasi Kerja atau Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.

(50)

Menurut Mangkuprawira (2009:219) beberapa pengertian berikut akan memperkaya informasi mengenai prestasi atau kinerja yaitu :

1. Kinerja merupakan seperangkat hasil kerja yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.

2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. 3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan.

4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan.

6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan suskes jika yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu, yakni : (a) tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu.

8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan.

9. Kinerja sebagi fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A) < motivasi atau

(51)

Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan sebuah laporan hasil kerja karyawan selama periode tertentu pada suatu jangka waktu yang telah ditetapkan manajemen perusahaan.

2.1.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut Steers (Sutrisno, 2011: 150), umumnya orang percaya bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor, yaitu :

1. Kemampuan, perangai, dan minat seorang pekerja.

2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja. 3. Tingkat motivasi kerja.

Walaupun setiap faktor secara sendiri-sendiri dapat juga mempunyai arti yang penting, tetapi kombinasi ketiga tersebut sangat menentukan tingkat hasil tiap pekerja, yang pada gilirannya membantu prestasi organisasi secara keseluruhan.

Menurut Mangkuprawira (2009:222) unsur-unsur yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan yaitu :

1. Unsur instrinsik (Xi): a. Tingkat pendidikan

Dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan penguasaan bidang ilmu tertentu, kecerdasan intelektualnya (misalnya dalam hal menggunakan rumus-rumus matematika) akan diikuti oleh sikap menghadapi permasalahan dan keterampilan menganalisis, dan mencari alternatif pendekatan masalah.

(52)

Pengetahuan yang dikuasi tidak terbatas pada bidang ilmu-ilmu “keras”, tetapi juga “lunak” misainya pengetahuan tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik.

c. Sikap motivasi terhadap kerja

Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap pelaksanaan pekerjaanya semakin tinggi prestasi kerjanya.

2. Unsur Ekstrinsik (Xe) : a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan sosial-budaya c. Lingkungan ekonomi d. Lingkungan belajar

e. Lingkungan kerja termasuk budaya kerja f. Teknologi

2.1.4.3 Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Umar (Mangkunegara, 2009:18) aspek-aspek kinerja yaitu : 1. Mutu pekerjaan

2. Kejujuran karyawan 3. Inisiatif

4. Kehadiran 5. Sikap 6. Kerjasama 7. Kehandalan

(53)

9. Tanggung jawab

10.Pemanfaatan waktu kerja

Ada beberapa pengukuran atau indikator-indikator kinerja pegawai menurut Gomes (2003 : 142) adalah sebagai berikut :

1. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3. Job Knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. 4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperation : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi).

6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja tepat pada waktunya.

7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya.

8. Personal Qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi.

2.1.5 Pengaruh Antara K3 dengan Kinerja Karyawan

(54)

dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu: mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja secara produktif untuk menunjang tujuan perusahaan.

Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan keselamatan dan secara optimal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan meneliti mengenai pengendalian kecelakaan sudah dilakukan perusahaan dengan cermat sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan kerja tersebut. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif menuntut adanya komitmen perusahaan terhadap kondisi kerja yang aman. Akan tetapi, lebih penting lagi jika program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut didesain dan dikelola dengan baik sehingga dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja, misalnya kompensasi pekerja dan denda yang ditimbulkan. Respon dan usaha yang baik dari manajemen akan mengurangi tingkat kecelakaan dalam perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

(55)

kerja berpengaruh highly significant terhadap produktivitas kerja karyawan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja(K3) berhubungan sedang dengan peranan pimpinan.

Paramita dan Andi (2012) dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang” Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap prestasi kerja karyawan yang dimediasi variabel motivasi kerja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keselamatan kerja dan kesejahteraan (K3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh variabel motivasi kerja. PT. PLN (Persero) APJ Semarang seharusnya untuk meningkatkan K3 bagi karyawan agar motivasi kerja mereka menjadi lebih tinggi, sehingga mereka dapat memberikan performa yang maksimal.

(56)

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Mangkunegara (2000:161) Pengertian Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja, terdiri atas: mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya, pemakaian alat pelindung perorangan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. Sementara Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan, mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu, terdiri dari: kualitas, kuantitas, inisiatif, kerjasama dan kehandalan. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuat kerangka konseptualnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumber: Mangkunegara (2000) dan Ghomes (2003), (Data Diolah, 2013) Gambar: 2.1 Kerangka Konseptual Program Keselamatan Kerja

(X1)

Program Kesehatan Kerja (X2)

(57)

2.4 Hipotesis

(58)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di era globalisasi dalam dunia persaingan terbuka, tiap-tiap perusahaan industri mutlak menetapkan standar kerja untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Produk yang berkualitas dihasilkan oleh suatu perusahaan, tidak terlepas dari peranan sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan tersebut. Dalam hal ini sumberdaya manusia sebagai karyawan tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Untuk mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam memproduksi suatu barang dengan cara yang lebih efisien, perusahaan harus berupaya untuk meningkatkan kinerja seluruh karyawannya. Penggunaan alat – alat yang memiliki tekhnologi tinggi mampu menghasilkan produk yang berkualitas baik dan efisien. Namun kendala yang sering terjadi ketika karyawan berada dilapangan tidak terlepas dari keselamatan dan kecelakaan kerja. Dalam hal ini produktivitas perusahan akan meningkat apabila perusahaan juga memperhatikan faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

(59)

Perusahaan perlu memelihara kesehatan para karyawan, kesehatan ini menyangkut kesehatan fisik ataupun mental. Kesehatan para karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi yang tinggi dan kinerja yang rendah. Adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena akan lebih jarang absen bekerja dengan lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama berarti lebih produktif. Program kesehatan kerja tidak terlepas dari program keselamatan kerja, karena dua program tersebut tercakup dalam pemeliharaan terhadap karyawan.

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja , baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara. Program keselamatan kerja merupakan suatu sarana untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Program keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan kinerja karyawan atas dasar dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat ditekan sekecil-kecilnya.

(60)

Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja pada PT. Inalum,

2008 20% 10% karyawan tidak memenuhi aturan kerja

2% peralatan kerja yang tidak normal

6% karyawan menganggap prosedur kerja yang tidak jelas

2% Lain-lain

2009 14% 12% karyawan masih ada yang tidak mematuhi

aturan kerja 2% Lain-lain

2010 20% 10% karyawan masih ada yang tidak memenuhi

aturan kerja

5% karyawan ada yang tidak mengunakan alat pelindung kerja

3% karyawan menganggap prosedur kerja tidak jelas

2% Lain-lain

2011 10% 8% karyawan masih ada yang masih tidak mengikuti prosedur dan peraturan kerja 2% Lain-lain

Sumber: PT. Inalum, Kuala Tanjung (2012)

(61)

Tabel 1.2 Hasil Kinerja pada PT. Inalum, Kuala Tanjung

Tahun Fiskal Produksi (ton)

Penjualan

Ekspor (ton) Domestic (ton)

2008 245.526 152.007 97.112

2009 255.995 152.007 102.733

2010 253.803 152.006 102.002

2011 255.995 152.007 102.733

Tahun Fiskal Perusahaan = April ~ Maret

Sumber: PT. Inalum, Kuala Tanjung(2012)

Tabel 1.2 menunjukkan tingkat produksi yang dihasilkan perusahaan tersebut mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Tingkat produksi yang dicapai tidak begitu signifikan. Banyak faktor penyebabnya, kondisi pasar, permintaan dan penawaran konsumen, menurunnya aktivitas kinerja karyawan pada perusahaan tersebut, dan lainnya.

Bentuk upaya yang dilakukan oleh PT. Inalum, Kuala Tanjung untuk meminimimalisasi kondisi yang terjadi adalah dengan menerapkan Sistem Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), baik berupa kebijakan maupun peralatan (hardware), melalui program K3. Program ini sesuai dengan Undang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat 1 Tahun 2003. Undang-undang ini diberlakukan untuk semua perusahaan untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya. Harapannya program K3 yang diterapkan pada perusahaan ini diharapkan mampu menghasilkan kinerja karyawan yang maksimal tanpa kekhawatiran akan kesehatan dan keselamatannya.

1.2Perumusan Masalah

(62)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan di PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak manajemen PT. Inalum, Kuala Tanjung yang berupa informasi empiris yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi penilaian terhadap kinerja karyawan.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat pada saat perkuliahan, kemudian untuk memperdalam pengetahuan dalam bidang ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

3. Bagi Peneliti lain

(63)

ABSTRAK

“Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Alumunium (Inalum)”

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja terhadap Kinerja karyawan di PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif asosiatif dengan jenis data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan skunder. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi, SCA di PT. Inalum, Kuala Tanjung dan yang dijadikan sebagai sampel sebanyak 60 responden. Pengujian hipotesis di lakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan variabel bebas, yaitu program keselamatan kerja sebagai X1, program kesesahatan kerja sebagai X2, dan variabel terikat yaitu kinerja karyawan sebagai Y

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja karyawan. Program keselamatan kerja dan Program kesehatan kerja juga memiliki kaitan yang erat dengan Kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung berdasarkan koefisien determinan (R2). Uji parsial menunjukkan bahwa hanya Program kesehatan kerja yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sementara Program keselamatan kerja memiliki pengaruh namun tidak signifikan terhadap Kinerja karyawan. Kata Kunci: Program keselamatan kerja, Program kesehatan Kerja dan

Kinerja karyawan

(64)

ABSTRACT

"Influence of Occupational Health and Safety Employee Performance Against At PT. Indonesia shavings Alumunium (Inalum)”

The purpose of research is to find out and analyze the influence of job security programs and health programs work on employee performance in PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung.

This research includes associative descriptive study with quantitative data types. The data used in this study is primary data and secondary one. Population in this study are employees of the production, the SCA at PT. Inalum, Kuala Tanjung and that serve as a sample of 60 respondents. Hypothesis testing be done by using multiple linear regression analysis, the independent variables, namely job security program as X1, X2 program as a work kesesahatan, and employee performance that is bound variables as Y

The results showed that a concurrent program of work safety and health program and the work has a significant positive influence on employee performance. Program of work safety and health programs work also has a close connection with the performance of employees at PT. Inalum, Kuala Tanjung based determinant coefficient (R2). Partial test showed that only health program of work has a positive and significant influence on employee performance, while job security program has significant influence but not on employee performance.

Keywords: job security programs, health programs work and employee performance

(65)

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA

PT. INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM

(INALUM), KUALA TANJUNG

OLEH :

IRA WATY RAHAYU 100521074

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Inalum, Kuala Tanjung
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas pada Responden
Tabel 4.3 menyatakan bahwa ada sebanyak 60 sampel. Nilai minimum (paling kecil)
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skrining den g an sitologi vagina (Pap smear), usaha mengurangi kebiasaan merokok dan vaksinasi h epatitis B (dengan harapan m encegah lrnnk er h ati perlu pendapat

Perlu adanya komunikasi yang baik dari berbagai pihak, saling menghargai memberikan peran yang sesuai pada pasien cidera tulang belakang sehingga stressor yang ada tidak

Kebutuhan air bersih bagi nelayan payang hanya untuk keperluan air minum sebanyak 19 liter per trip, sedangkan es balok 2-3 balok (per balok = 50 kg) per trip dan kebutuhan BBM

Pada kutipan diatas merupakan bentuk ujaran kebencian dalam bentuk penyebarn berita bohong atau hoaks, yang disampaikn oleh Tri Susanti sebagai penutur dan ujaran

Data merupakan representasi dari 3 (tiga) eksperimen yang berbeda dengan hasil yang konsisten dan masing-masing eksperimen dilakukan dengan 3(tiga)x replikasi. Pada gambar

[r]

Pada tahap pembuatannya perlu diperhatikan benar berapa besar ukuran program ini nantinya, dengan tidak mendeklarasikan terlalu banyak tipe data yang tidak perlu karena semakin

REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN DAN JENIS KELAMIN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 SEMESTER