• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen pada Minat Pembelian Ulang (Study Pada Konsumen Toserba Luwes Palur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen pada Minat Pembelian Ulang (Study Pada Konsumen Toserba Luwes Palur)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KEPUASAN KONSUMEN PADA MINAT PEMBELIAN ULANG

(Study Pada Konsumen Toserba Luwes Palur)

SKRIPSI

Disusun untuk Melengkapi Tugas–Tugas dan Memenuhi Syarat–Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret

Oleh:

GRIENDA AGUSTIN F. 1208519

S1 SWADANA TRANSFER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

commit to user

ii

Grienda Agustin NIM. F.1208519

Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen pada Minat Pembelian Ulang

(Study Pada Konsumen Toserba Luwes Palur).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dimensi kualitas pelayanan (reliability, tangibles, empathy, responsiveness, assurance) terhadap kepuasan pelanggan, serta pengaruh kepuasan pelanggan terhadap minat pembelian ulang pada konsumen Toserba Luwes Palur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Toserba Luwes Palur dengan sampel yang digunakan sebanyak 187 orang responden dari 200 eksemplar kuesioner yang disebar. Adapun teknik pengambilan

sampel menggunakan Purposive Sampling. Metode analisis menggunakan metode

kuantitatif dengan bantuan AMOS 16 untuk menganalisis model struktural.

Hasil penelitian yang telah dicapai dalam penelitian ini adalah: Hipotesis pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima dalam penelitian ini terbukti bahwa kualitas jasa tidak berpengaruh signifikan pada kepuasan konsumen (p > 0,05). Sedangkan hipotesis keenam dalam penelitian ini terbukti bahwa kepuasan konsumen

berpengaruh signifikan secara langsung terhadap repurchase intention (p < 0,05)

pengunjung/konsumen Toserba Luwes Palur.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa kualitas layanan yang diberikan Toserba Luwes Palur masih belum dapat meningkatkan kepuasan konsumennya (masih dinilai kurang memuaskan), sedangkan apabila konsumen merasa puas atas kualitas layanan dari Toserba Luwes Palur maka konsumen akan memiliki minat untuk melakukan pembelian ulang kembali (berbelanja) di Toserba Luwes Palur.

Saran yang diajukkan agar Toserba Luwes Palur meningkatkan kualitas

layanan, baik peningkatan performance dari para pelayan ataupun perbaikan

fasilitas-fasilitas yang ada demi kenyamanan berbelanja para konsumen, sehingga konsumen dapat merasa puas untuk berbelanja di Toserba Luwes Palur yang pada akhirnya menumbuhkan minat membeli ulang konsumen untuk berbelanja di Toserba Luwes Palur.

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam usaha,

yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu

(Ali bin Abu Thalib)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan

sungguh - sungguh urusan yang lain dan hanya kepada

hendaknya kamu berharap.

(Q.S. Al Insyiroh : 6-8)

Yang disebut keberanian bukanlah bagaimana seseorang mampu tegak

atau jatuh, tetapi bagaimana ia sanggup bangkit kembali.

(6)

commit to user

vi

Dengan setulus hati kupersembahkan karya ini untuk :

Ø Kedua Orang tuaku yang selalu menyayangi, memberi dukungan

dan senantiasa mendoakanku.

Ø Adikku tercinta Gisella Aswarani Gustami yang selalu

memberikan kasih sayang dan dukungan moril.

Ø Heru Sugiyanto yang selalu setia mengiringi langkahku dan

memberikan semangat hidup bagiku.

Ø Sahabatqu dan Teman - teman seangkatan Manajemen Non

Reguler 2008 yang selalu memberikan dukungan dan perhatian.

Ø Mas Budy, mas Setyo, Dr. Comp yang telah banyak membantu

atas waktu, bimbingan, saran dan arahan yang berguna bagi

penulis.

Ø Teman - teman di kantor RSUD Dr. Moewardi yang selalu

memberikan dukungan.

(7)

commit to user

vii

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji dan rasa syukur yang tidak

terhingga kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul : Pengaruh

Persepsi Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen pada Minat Pembelian Ulang (Study Pada Konsumen Toserba Luwes Palur) dengan segenap kemampuan yang ada sehingga dapat terselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai

pihak. Penyusunan skripsi ini tanpa adanya bantuan, bimbingan dan sumbangan

pemikiran dari berbagai pihak yang sangat besar arti dan nilainya, penulis yakin akan

lebih banyak mengalami kesulitan dan hambatan untuk menyelesaikannya. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak yang

telah memberikan bantuannya, baik moral, material dan fasilitas terhadap penulis

pada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo M. Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. Endang Suhari, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

(8)

commit to user

viii

keikhlasan dan kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan waktu

kepada penulis.

5. Ibu Endang, Selaku Pimpinan Supermaket Luwes Palur Karanganyar atas

kesempatan yang telah diberikan izin untuk mengadakan penelitian dan

menyusun skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis

7. Keluarga Besar, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, ilmu – ilmu yang bermanfaat, serta do’a dan dukungan moril maupun material secara penuh.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, mendukung, dan membimbing penulis dalam menulis skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah penulis terima

dengan berlipat ganda. Meskipun penulis berusaha menyusun skripsi sebaik mungkin,

namun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ada

dalam penulisan skripsi ini, maka demi Skripsi yang lebih baik penulis mengharapkan

kritik dan saran demi kesempurnaan Skripsi ini. Harapan penulis semoga Skripsi ini

bermanfaat.

Surakarta, 30 November 2010

(9)

commit to user

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAKS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Jasa ... 10

B. Kualitas Pelayanan ... 16

C. Kepuasan Konsumen ... 24

D. Repurchase Intention (Tingkat Pembelian Ulang) ... 27

E. Penelitian Terdahulu ... 28

F. Kerangka Pemikiran ... 30

BAB III : METODE PENELITIAN ... 33

(10)

commit to user

x

C. Definisi Operasional ... 34

D. Pengujian Statistik ... 38

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Faktor Demografi Responden ... 51

B. Uji Kualitas Data ... 54

C. Uji Kecukupan Sampel ... 68

D. Penilaian Model Fit ... 72

E. Uji Hipotesis ... 74

F. Pembahasan ... 76

BAB V : PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Keterbatasan Penelitian ... 79

C. Saran ... 80

(11)

commit to user

xi

Tabel 3.1 Goodness Of Fit Indicies ... 50

Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 51

Tabel 4.2 Distribusi Usia Responden ... 52

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Terakhir Responden ... 53

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Validitas Konstruk Awal ... 56

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Validitas Konstruk Setelah Reduksi Item Tidak Valid ... 57

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 58

Tabel 4.7 Validitas Reliability ... 61

Tabel 4.8 Validitas Responsiveness ... 62

Tabel 4.9 Validitas Assurance ... 63

Tabel 4.10 Validitas Empathy ... 63

Tabel 4.11 Validitas Tangible ... 64

Tabel 4.12 Validitas Satisfaction ... 65

Tabel 4.13 Validitas Repurchase Intention ... 65

Tabel 4.14 Reliabilitas Konstruk ... 67

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas ... 69

Tabel 4.16 Hasil Uji Outlier ... 71

Tabel 4.17 Evaluasi Goodness of Fit Indices ... 73

(12)

commit to user

xii

Gambar 2.1. Model Gap Kualitas Pelayanan ... 23

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 30

Gambar 4.1 Frekuensi Jenis Kelamin Responden ... 52

Gambar 4.2 Frekuensi Usia Responden ... 53

Gambar 4.3 Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden ... 54

Gambar 4.4 Model Analisis Konfirmatori Faktor (CFA) ... 59

Gambar 4.5 Hasil Model Analisis Konfirnatori Faktor (CFA) ... 60

(13)

commit to user

xiii

1. Ijin Penelitian untuk Penulisan Skripsi

2. Kuesioner

3. Skor Item Pertanyaan

4. Perhitungan SPSS Uji Validitas Reliability

5. Perhitungan SPSS Uji Validitas Tangibles

6. Perhitungan SPSS Uji Validitas Emphaty

7. Perhitungan SPSS Uji Validitas Responsiveness

8. Perhitungan SPSS Uji Validitas Assurance

9. Perhitungan SPSS Uji Validitas Consumer Satisfaction

10. Perhitungan SPSS Uji Validitas Repurchase Intention

11. Perhitungan SPSS Uji Reliabilitas Reliability

12. Perhitungan SPSS Uji Reliabilitas Tangibles

13. Perhitungan SPSS Uji Reliabilitas Emphaty

14. Perhitungan SPSS Uji Reliabilitas Responsiveness

15. Perhitungan SPSS Uji Reliabilitas Assurance

16. Perhitungan SPSS Uji Reliabilitas Consumer satisfaction

17. Perhitungan SPSS Uji Realibilitas Repurchase Intention

(14)

commit to user

ABSTRAK

Grienda Agustin NIM. F.1208519

Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen pada Minat Pembelian Ulang

(Study Pada Konsumen Toserba Luwes Palur).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dimensi kualitas pelayanan (reliability, tangibles, empathy, responsiveness, assurance) terhadap kepuasan pelanggan, serta pengaruh kepuasan pelanggan terhadap minat pembelian ulang pada konsumen Toserba Luwes Palur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Toserba Luwes Palur dengan sampel yang digunakan sebanyak 187 orang responden dari 200 eksemplar kuesioner yang disebar. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Metode analisis menggunakan metode kuantitatif dengan bantuan AMOS 16 untuk menganalisis model struktural.

Hasil penelitian yang telah dicapai dalam penelitian ini adalah: Hipotesis pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima dalam penelitian ini terbukti bahwa kualitas jasa tidak berpengaruh signifikan pada kepuasan konsumen (p > 0,05). Sedangkan hipotesis keenam dalam penelitian ini terbukti bahwa kepuasan konsumen berpengaruh signifikan secara langsung terhadap repurchase intention (p < 0,05) pengunjung/konsumen Toserba Luwes Palur.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa kualitas layanan yang diberikan Toserba Luwes Palur masih belum dapat meningkatkan kepuasan konsumennya (masih dinilai kurang memuaskan), sedangkan apabila konsumen merasa puas atas kualitas layanan dari Toserba Luwes Palur maka konsumen akan memiliki minat untuk melakukan pembelian ulang kembali (berbelanja) di Toserba Luwes Palur.

Saran yang diajukkan agar Toserba Luwes Palur meningkatkan kualitas layanan, baik peningkatan performance dari para pelayan ataupun perbaikan fasilitas-fasilitas yang ada demi kenyamanan berbelanja para konsumen, sehingga konsumen dapat merasa puas untuk berbelanja di Toserba Luwes Palur yang pada akhirnya menumbuhkan minat membeli ulang konsumen untuk berbelanja di Toserba Luwes Palur.

(15)

commit to user ABSTRACT

Grienda Agustin NIM. F.1208519

The Influences Of Service Quality Perception And Consumer Satisfaction Toward Repurchase Intention.

(Case Study On Toserba Luwes Palur Consumer)

The purpose of the research is to test the influences of service quality dimension (reliability, tangibles, empathy, responsiveness, assurance) toward consumer satisfaction, also the influence of consumer satisfaction toward repurchase to Toserba Luwes Palur consumer. The object of the research is the consumers of Toserba luwes Palur that use 187 respondents as the sample from the 200 sheets of questioner that spreading. The research use Purposive sampling as the sampling method. The analysis method use quantitative method using AMOS 16 to analyze structural model.

The result of the research is that the first, second, third, fourth, and the fifth hypotheses in this research are proof, that service quality does not have straight significant influence toward consumer satisfaction (p>0,05). Whereas the sixth hypotheses in this research is proven to be valid that consumer satisfaction have straight significant influence toward repurchase intention (p<0,05)Toserba Luwes consumer.

It indicate that service quality gives by Toserba Luwes have still not increase the consumer satisfaction (not good enough), meanwhile, if consumer feel satisfied with service quality from Toserba Luwes Palur then consumer will have repurchase intention (go shopping) in Toserba Luwes Palur.

The suggestion that recommend is toserba Luwes Palur needs to raise service quality, include increasing shop assistant performance and improving the facilities to keep consumer feel comfortable, so that consumer is satisfied go shopping in Toserba luwes Palur,as the result will emerge repurchase intention go shopping in Toserba Luwes Palur.

(16)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan jaman, keberadaan bisnis ritel atau eceran di

tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan

masyarakat lebih cenderung memilih sagala sesuatunya yang mudah dan

cenderung praktis. Yang dulunya masyarakat berbelanja di pasar tradisional,

sekarang mereka lebih cenderung berbelanja di pasar modern. Karena berbelanja

di pasar modern juga jauh lebih menarik dan efisien waktu. Selain karena

tempatnya bersih, para konsumen juga akan lebih mudah untuk mencari

barang-barang yang mereka perlukan dengan harga yang terjangkau sesuai kondisi

keuangan mereka, dan disisi lain pasar modern juga selalu berusaha menjaga

kualitas produknya. Pasar modern itu juga tampil dengan berbagai macam bentuk

dan ukuran, contohnya mall, department store, shopping center, dan

hypermarket.

Perkembangan industri retail yang sangat cepat menuntut produsen

menyiapkan saluran distribusi yang efektif. Sebagian produsen tidak langsung

menjual barang mereka kepada pemakai akhir. Diantara produsen dan pemakai

terdapat saluran pemasaran, sekumpulan perantara pemasaran yang melakukan

(17)

commit to user

yang menghubungkan produsen dengan pelanggan akhir. Saluran terakhir yang

menghubungkan produsen dengan pelanggan akhir adalah pengecer.

Menurut Kotler (2000) usaha eceran meliputi semua kegiatan yang

terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen

akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Pengecer adalah usaha bisnis

yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran, organisasi

apapun yang menjual kepada konsumen akhir baik itu produsen, grosir, atau

pengecer dikatakan melakukan usaha eceran.

Keberhasilan perusahaan retail sangat ditentukan oleh kualitasnya baik

kualitas barang yang diperdagangkan maupun kualitas pelayanannya, sehingga

kepuasan pelanggan akan tercapai perusahaan retail lokal atau nasional perlu

meningkatkan daya saingnya. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam

peningkatan daya saing, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia,

peningkatan kualitas produk dijual, peningkatan kualitas layanan, peningkatan

kualitas manajemen dan peningkatan efisiensi. Retail merupakan salah satu jenis

saluran distribusi jasa yang berbeda dengan jenis industri manufaktur, hal ini

menyebabkan kesukaran dalam mengukur kinerja industri retail. Alat pengukur

kinerja jasa dikembangkan oleh (Parasuraman, 1988) untuk mengukur

satisfaction konsumen perusahaan jasa yaitu SERVQUAL (Kualitas layanan). Perusahaan yang bergerak dibidang jasa atau retail akan sangat

memperhatikan faktor-faktor yang akan dapat membentuk terciptanya minat dari

(18)

commit to user

akan sangat mengharapkan agar para konsumen dapat loyal dan melakukan

pembelian ulang. Bahkan tidak hanya sampai disitu saja, akan tetapi harapan

jangka panjang perusahaan jasa dan retail adalah terciptanya pemasaran dari

mulut ke mulut atau word of mouth.

Kualitas layanan atau service quality adalah salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi kepuasan bagi pembeli, tidak jarang seorang konsumen akan

merasa puas hanya karena bentuk layanan yang ramah yang diberikan oleh

karyawan perusahaan jasa atau retail. Kualitas layanan tidak hanya

mengandalkan bagusnya kualitas dari pelayan atau karyawan saja yang

berhadapan langsung dengan konsumen, akan tetapi terdapat lima dimensi yang

telah meliputi segenap aspek yang berkenaan langsung dengan konsumen itu

sendiri. Bagi konsumen terutama bagi ibu rumah tangga kecenderungan akan

lebih peka terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh sebuah perusahaan

retail, apabila mereka merasa tidak berkenan kecenderungan komplain akan

tinggi, begitupun sebaliknya apabila mereka merasa nyaman, mereka akan

cenderung lebih senang menghabiskan waktu untuk berlama-lama dalam

berbelanja.

Kepuasan konsumen akan sangat memiliki pengaruh baik jangka pendek

atau bagi jangka panjang kemajuan suatu perusahaan yang bergerak dibidang

jasa atau retail. Di mana kepuasan akan memiliki imbas atau pengaruh bagi

faktor lain, terutama bagi minat pembelian ulang dari konsumen. Kepuasan

(19)

commit to user

kualitas baik dari sebuah produk ataupun layanan yang telah dirasakan oleh

konsumen. Konsumen akan cenderung memiliki keinginan kembali apabila dia

merasa telah puas atas sebuah service quality (kualitas layanan) karena merasa

nyaman atas kenyamanan dari tempat dia berbelanja (tangible), merasa senang

dan merasa dihargai karena pelayanan yang ramah dan tanggap atas keluhan

yang dirasakannya (reliability dan responsiveness), ataupun karena pengaruh dari

faktor dimensi assurance dan emphaty yang diberikan oleh perusahaan retail

tempat konsumen berbelanja.

Keunggulan suatu jasa tergantung pada keunikan serta kualitas yang

diperlihatkan oleh jasa tersebut. Jasa secara spesifik harus memperlihatkan

kebutuhan dan keinginan pelanggan karena jasa yang dirasakan dan dinikmati

langsung oleh pelanggan akan segera mendapat penilaian sesuai atau tidak sesuai

dengan harapan dan penilaian pelanggan. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan

pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan.

Menurut Kotler (1997:50) kualitas harus dirasakan oleh pelanggan, usaha

kualitas harus dimulai dengan kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan persepsi

pelanggan minat konsumen untuk berbelanja dipengaruhi oleh banyak faktor,

yang paling mendasar seperti pakaian, makanan, keamanan dan lain sebagainya

yang mendesak untuk dipenuhi, karena hal inilah pemasar harus pintar-pintar

mengambil hati para konsumen untuk berbelanja. Selain pelayanan yang ramah,

(20)

commit to user

cukup luas dan tata ruang yang menarik menjadi daya tarik tersendiri bagi para

konsumen untuk menjadi pelanggan tetap.

Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Toserba Luwes Palur.

Alasan memilih objek ini adalah toko yang termasuk dalam kategori pasar

modern dimana konsumen dapat mengambil sendiri barang-barang yang akan

mereka beli. Namun tidak semua jenis barang bisa diambil sendiri oleh

konsumen sehingga konsumen harus meminta bantuan pramuniaga. Selain itu,

toko ini juga tidak membatasi kuantitas barang yang akan dibeli konsumen.

Harga jual barang ditoko ini juga relatif lebih murah sehingga dapat terjangkau

oleh semua kalangan masyarakat. Masyarakat yang menjadikan harga sebagai

bahan pertimbangan, lebih memilih belanja di toko ini karena dapat menghemat

pengeluaran.

Toserba Luwes mempunyai letak yang strategis, yaitu di tepi-tepi jalan,

sehingga mudah dijangkau oleh alat transportasi apapun. Retail (eceran) ini

memiliki tata ruang yang rapi, nyaman, menawarkan produk yang cukup lengkap

dan harga yang ditawarkan sebanding dengan mutu dan kualitas produk yang

ditawarkan. Ketika memasuki Luwes, para konsumen bisa merasakan keramahan

dari para pegawai Luwes.

Berbagai pelayanan yang dimiliki oleh Toserba Luwes yang diberikan

kepada pelanggan Toserba Luwes terangkum dalam lima dimensi kualitas

pelayanan dari Tjiptono (2001:70) antara lain adalah kehandalan (reliability),

(21)

commit to user

fisik (tangible). Dimensi – dimensi inilah yang harus diperhatikan oleh retailer

dalam bisnis eceran, sehingga berbagai pengalaman yang dapat mengakibatkan

kegagalan tidak akan terjadi. Tidak sedikit pelanggan beralih ke produk yang

sesuai dengan yang diharapkannya. Apabila hal ini terjadi tentunya sangat

merugikan perusahaan, dalam kegiatan operasionalnya. Mengingat untuk

mendapatkan pelanggan baru lebih besar biayanya, dibandingkan dengan

pengorbanan dalam mempertahankan pelanggan lama.

Untuk itulah Luwes Palur harus berusaha semaksimal mungkin untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh para

pelanggan. Pemberian atau pelayanan jasa yang diberikan Toserba Luwes

mungkin dapat mengalami kegagalan dalam memberikan kepuasan kepada para

pelanggan apabila retail tidak mengetahui bentuk layanan yang sesungguhnya

yang diinginkan pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan

Toserba Luwes mungkin akan memberikan kepuasan terhadap pelanggan yang

kemudian akan menciptakan minat bagi pelanggan untuk melakukan pembelian

ulang pada toserba tersebut. Melihat hal tersebut, maka untuk mengatahui apakah

kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan dapat menimbulkan pembelian ulang

pada Toserba Luwes, maka perlu diteliti pengaruh persepsi kualitas pelayanan

dan kepuasan konsumen terhadap minat pembelian ulang konsumen.

Penelitian Jamal dan Anastasiadou (2007) menguji efek/ pengaruh secara

individu dari service quality (kualitas layanan) dalam membentuk loyalitas

(22)

commit to user

satisfaction), juga menguji pengaruh langsung expertise (keahlian) terhadap loyalitas maupun menguji pengaruhnya dalam memoderasi hubungan kepuasan

terhadap loyalitas dengan menggunakan metode SEM. Hellier, Geursen, Car, dan

Rickard (2002) meneliti pengaruh persepsi kualitas (perceived quality) terhadap

repurchase intention (minat pembeliaan ulang) dengan terlebih dahulu melalui

kehadiran (dimediasi/perantara) variabel lainnya yaitu: perceived equity,

perceived value, customer satisfaction, customer loyalty, expected switching

cost, dan brand preference dengan pengujian menggunakan metode SEM.

Terdapat perbedaan model, dalam penelitian ini hanya menguji pengaruh kualitas

layanan (service quality) secara individu terhadap repurchase intention dengan

melalui kepuasan konsumen (customer satisfaction) terlebih dahulu (dimediasi).

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas maka peneliti tertarik

untuk meneliti pengaruh persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen

pada minat pembelian ulang di Toserba Luwes Palur. Maka peneliti mengambil

judul “PENGARUH PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN DAN

KEPUASAN KONSUMEN PADA MINAT PEMBELIAN ULANG (STUDY PADA KONSUMEN TOSERBA LUWES PALUR)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

(23)

commit to user

1. Apakah reliability berpengaruh pada kepuasan pelanggan pada konsumen

Toserba Luwes Palur?

2. Apakah tangibles berpengaruh pada kepuasan pelanggan pada konsumen

Toserba Luwes Palur?

3. Apakah empathy berpengaruh pada kepuasan pelanggan pada konsumen

Toserba Luwes Palur?

4. Apakah responsiveness berpengaruh pada kepuasan pelanggan pada

konsumen Toserba Luwes Palur?

5. Apakah assurance berpengaruh pada kepuasan pelanggan pada konsumen

Toserba Luwes Palur?

6. Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh pada minat pembelian ulang pada

konsumen Toserba Luwes Palur?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk menguji pengaruh reliability pada kepuasan pelanggan pada konsumen

Toserba Luwes Palur.

2. Untuk menguji pengaruh tangibles pada kepuasan pelanggan pada konsumen

Toserba Luwes Palur.

3. Untuk menguji pengaruh empathy pada kepuasan pelanggan pada konsumen

(24)

commit to user

4. Untuk menguji pengaruh responsiveness pada kepuasan pelanggan pada

konsumen Toserba Luwes Palur.

5. Untuk menguji pengaruh assurance pada kepuasan pelanggan pada konsumen

Toserba Luwes Palur.

6. Untuk menguji pengaruh kepuasan pelanggan pada minat pembelian ulang

pada konsumen Toserba Luwes Palur.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk

menentukan langkah yang sebaiknya diambil dalam mengatur strategi-strategi

pemasaran di masa yang akan datang dan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam hal pengaruh persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan

pelanggan terhadap minat pembelian ulang.

2. Bagi Penulis

Melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat memahami dan

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari “Universitas Sebelas

Maret Surakarta”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti

empiris mengenai pengaruh persepsi kualitas layanan dan kepuasan konsumen

(25)

commit to user

3. Bagi Pihak Lain

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian tentang pembelian ulang

(26)

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jasa

1. Definisi Jasa

Definisi jasa menurut Kotler dalam Tjiptono (2006: 6) adalah setiap

tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain,

yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikian

sesuatu. Produksinya mungkin saja terkait atau nungkin juga tidak terkait

dengan produk fisik. Menurut Wyckof dalam Tjiptono, (2005: 260), kualitas

jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

keunggulan yang diharapkan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat di tawarkan oleh

satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun produknya bisa berkaitan dengan poduk

fisik atau tidak (Kotler, 2002:486), sedangkan menurut Lamb et. al

(2001:482) jasa adalah hasil dari penggunaan manusia dan mesin terhadap

sejumlah orang atau objek. Jasa meliputi suatu perbuatan, kinerja atau upaya

yang tidak bisa diproses secara fisik.

Kotler (2000) dalam Tjiptono dan Chandra (2005: 11) mendefinisikan

(27)

commit to user

pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu”.

Jasa yang ditawarkan ke pasar dapat dibedakan menjadi lima

kategori (Tjiptono, 2006: 6) yaitu:

a. Produk fisik murni: penawaran semata-mata hanya terdiri atas produk

fisik, tanpa ada jasa atau pelayaan yang menyertai produk tersebut;

b. Produk fisik dengan jasa pendukung: pada kategori ini penawaran terdiri

atas produk fisik yang disertai dengan satu atau beberapa jasa untuk

meningkatkan daya tarik dengan satu atau beberapa jasa untuk

meningkatkan daya tarik pada konsumennya;

c. Hybrid: penawaran terdiri dari barang dan jasa yang sama besar porsinya;

d. Jasa utama yang didukung dengan barang dan jasa minor: penawaran

terdiri atas suatu jasa pokok bersama-sama dengan jasa tambahan

(pelengkap) dan/atau barang-barang pendukung;

e. Jasa murni: penawaran hampir seluruhnya berupa jasa.

Pelayanan penjualan yang baik, khususnya untuk produk industri

manufaktur berupa: after sales services (pelayanan purna jual), pelayanan

teknik pemeliharaan produk, serta pemberitahuan cara penggunaan dan cara

pemeliharaan pada barang. Pelayanan ini merupakan unsur dari upaya

keberhasilan pemasaran atau penjualan suatu barang/ jasa (Prawirosentono,

(28)

commit to user 2. Karaktersitik Jasa

Ada empat karaktersitik pokok pada jasa yang membedakannya

dengan barang, keempat karakteristik tersebut meliputi (Tjiptono,

2004:24-27):

1) Intangibility

Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, dicium,

atau didengar sebelum dibeli. Konsep dari intangibility ini sendiri

memiliki dua pengertian (Berry dalam Tjiptono, 2004:25), yaitu:

a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa

b. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau

dipahami secara rohaniah.

2) Inseparability

Jasa umumnya diproduksi secara khusus dan dikonsumsi pada waktu

bersamaan. Jika jasa diberikan oleh seseorang, maka orang tersebut adalah

bagian dari jasa tersebut.

3) Variability

Jasa sangat beragam, karena tergantung kepada siapa yang menyediakan

(29)

commit to user

4) Perishability

Jasa tidak dapat disimpan, keadaan tidak tahan lama di jasa bukanlah

suatu masalah jika permintaannya stabil, karena mudah untuk melakukan

persiapan pelayanan sebelumnya.

3. Klasifikasi Jasa

Klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria (Evans dan

Berman dalam Tjiptono, 2006: 8) yaitu :

a. Segmen Pasar

Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa

kepada konsumen akhir dan jasa kepada konsumen orgnisasional.

Perbedaan utama antara kedua segmen tersebut adalah alasan dalam

memilih jasa, kuantitas jasa yang dibutuhkan dan kompleksitas pengerjaan

jasa tersebut.

b. Tingkat Keberwujudan (Intangibility)

Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik

dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi

tiga macam yaitu :

1) Rented Goods Service

Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan

produk-produk tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu

(30)

commit to user

2) Owned Goods Service

Produk-produk yang dimiliki konsumen dimodifikasi,

dikembangkan atau ditingkatkan kinerjanya atau dipelihara oleh

perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga termasuk perubahan bentuk pada

produk jasa yang dimiliki konsumen.

3) Non Goods Service

Karakteristik khusus pada jenis adalah jasa personal yang

bersifat intangibility (tidak berbentuk produk khusus) yang ditawarkan

kepada pelanggan.

c. Ketrampilan Penyedia Jasa

Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa terdiri atas

professional service dan non-professional service. Pada jasa yang memerlukan keterampilan tinggi dalam proses operasinya, pelanggan

cenderung sangat selektif dalam memilih penyedia jasa. Sebaliknya jika

tidak memerlukan keterampilan yang tinggi, seringkali loyalitas pelanggan

rendah karena penawarannya sangat banyak.

d. Tujuan Organisasi Jasa

Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat dibagi menjadi

(31)

commit to user

e. Regulasi

Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated service

(misalnya pialang, angkutan umum dan perbankan) dan nonregulated

service (misalnya makelar, katering dan jasa pengecatan rumah).

f. Tingkat Intensitas Karyawan

Berdasarkan intensitas karyawan, jasa dapat dikelompokkan

menjadi dua macam yaitu equipment-based service dan people-based

service. People-based service biasanya ditemukan pada perusahaan yang memerlukan banyak tenaga ahli. Sementara perusahaan yang bersifat

equipment-based service mengandalkan penggunaan mesin dan peralatan yang canggih yang dapat dikendalikan dan dipantau secara otomatis atau

semi otomatis.

g. Tingkat Kontak Penyedia Jasa dan Pelanggan

Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi

menjadi high contact service dan low contact service. Pada jasa yang tingkat kontak dengan pelanggannya tinggi, keterampilan interpersonal

karyawan harus diperhatikan oleh perusahaan jasa. Sebaliknya pada jasa

yang tingkat kontak dengan pelanggannya rendah, justru keahlian teknis

(32)

commit to user B. Kualitas Pelayanan

1. Definisi Kualitas Pelayanan

Goetsch dan Davis (1994) (dalam Tjiptono dan Chandra, 2005:110),

mendefinisikan kualitas sebagai “kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi

atau melebihi harapan”.

Kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen mempunyai hubungan

atau keterkaitan yang kuat. Beberapa studi empiris banyak dilakukan dalam

menentukan variabel-variabel kualitas pelayanan. Hal ini banyak dilakukan

para peneliti dengan cara eksplorasi mengenai faktor-faktor yang mendukung

kualitas pelayanan.

A P a r a s u r a m a n , V.A Zeitaml dan L.L Berry (1985) pada riset

penelitian mereka memaparkan kualitas pelayanan dan faktor-faktor yang

menentukan dengan mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai derajat

ketidak cocokan antara harapan normatif pelanggan pada jasa pelayanan dan

persepsi pelanggan yang diterima.

J a d i definisi kualitas pelayanan secara umum adalah bahwa kualitas

harus dihubungkan dengan harapan harapan pelanggan dengan memuaska

kebutuhan dan permintaan mereka. Perlu dipakai disini bahwa meskipun

definisi ini berorientasi kepada konsumen, namun tidak harus

(33)

commit to user

harus selalu menuruti atau tunduk dengan keinginan pelanggan, belum tentu

mereka (konsumen) benar.

Kualitas telah menjadi harapan dan impian bagi semua orang baik

konsumen maupun produsen. Kata ”kualitas” mengandung banyak definisi

dan makna. Orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan.

Beberapa contoh definisi yang sering dijumpai antara lain: (Tjiptono, 1997:2)

1. Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan

2. Kecocokan untuk pemakaian

3. Perbaikan/penyempurnaan berkelanjutan

4. Bebas dari kerusakan/cacat

5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat

6. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal

7. Sesuatu yang bias membahagiakan pelanggan.

Dengan melihat definisi tersebut, maka pengertian kualitas berbeda

makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat

tergantung pada konteksnya. Crosby memberikan definisi kualitas yaitu

kesesuaian terhadap persyaratan/tuntutan, lebih menekankan pada proses

top-down (dalam Tjiptono, 2004:12). Berbeda lagi dengan pendapat Juran kualitas

yang lebih berorientasipada harapan pelanggan, yaitu kecocokan untuk

pemakaian (fitness for use). Sedangkan dalam Taguchi mendefinisikan

(34)

commit to user

masyarakat setelah produk tersebut dikirim, selain kerugian-kerugian yang di

sebabkan fungsi intrinsik produk (dalam Tjiptono, 2004:12).

Tak ada definisi yang sempurna tentang kualitas pada pengertian

diatas. Tetapi dari definisi-definisi tersebut merupakan usaha mereka untuk

menunjukkan bahwa setiap orang memerlukan definisi operasional mengenai

kualitas. Definisi operasional merupakan deskripsi dalam ukuran-ukuran yang

dapat dikuantifikasikan mengenai apa yang diukur dan langkah-langkah ysng

perlu dilakukan untuk mengukurnya secara konsisten. Tujuan pengukuran ini

adalah untuk menentukan kinerja aktual proses tersebut (Tjiptono, 2004:11).

2. Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono dan Gregorius, 2005:133)

dimensi kualitas pelayanan (SERVQUAL) terdiri dari:

1) Reliability (keandalan), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertamakali tanpa membuat

kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang

disepakati.

2) Responsiveness (daya tanggap), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan pada karyawan untuk membantu para pelanggan dan

merespons permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan

(35)

commit to user

3) Assurance (jaminan), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan

perusahaan bidsa menciptakan rasa aman bagi pelanggannya. Jaminan

juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap

pertanyaan atau masalah pelanggan.

4) Empathy (empati), berarti perusahaan memahami masalah para pelangggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta

memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam

operasi yang nyaman.

5) Tangible (berwujud), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan

karyawan.

3. Prinsip - Kualitas Pelayanan:

Menurut Wolkins etal., (1993) dalam Tjiptono dan Chandra (2005:137-138)

prinsip kualitas pelayanan terdiri atas:

1) Kepemimpinan

Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen

dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin dan

(36)

commit to user

2) Pendidikan

Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer puncak sampai

karyawan operasional, wajib mendapatkan pendidikan mengenai

kualitas.

3) Perencanaan Strategik

Proses perencanaan strategik harus mencakup pengukuran dan tujuan

kualitas yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk

mencapai visi dan misinya.

4) Review

Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagi

manajemen untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini

menggambarkan mekanisme yang menjamin adanya perhatian

terus-menerus terhadap upaya mewujudkan sasaran kualitas.

5) Komunikasi

Implmentasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses

komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan, maupun

stakeholder lainnya. 6) Total Human Reward

Reward dan recognition merupakan aspek krusial dalam implementasi strategi kualitas. Strategi karyawan berprestasi perlu diberi imbalan dan

(37)

commit to user 4. Model Kualitas Pelayanan

Parasuraman, Zeithaml dan Berry (dalam Kotler, 2000:439)

membentuk sebuah model kualitas pelayanan untuk mengidentifikasikan

lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa

yaitu:

1) Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu

dapat merasakan atau memahami apa yang diinginkan para pelanggan

secara tepat. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu

jasa seharusnya didesain, dan jasa-jasa pendukung apa saja yang

diinginkan konsumen.

2) Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen

dan spesifikasi kualitas pelayanan.

Manajemen mungkin belum menetapkan standar mutu atau standar

mutu yang sangat jelas; atau mungkin manajemen telah menetapkan

standar mutu yang jelas tetapi tidak realistis; atau mungkin standar

mutu ini jelas dan realistis, tetapi manajemen tidak memiliki

(38)

commit to user

3) Kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian

kualitas pelayanan.

Ada beberapa penyebab terjadinya gap ini, misalnya karyawan kurang

terlatih (belum menguasai tugasnya), beban kerja melampaui batas,

tidak dapat memenuhi standar kinerja, atau bahkan tidak mau

memenuhi standar kinerja yang ditetapkan. Selain itu mungkin pula

karyawan dihadapkan pada standar-standar yang kadangkala saling

bertentangan satu sama lain.

4) Kesenjangan antara penyampaian kualitas pelayanan dan komunikasi

eksternal.

Seringkali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan

atau janji yang dibuat oleh perusahaan adalah apabila janji yang

diberikan ternyata tidak dapat dipenuhi. Akibatnya komunikasi

eksternal yang dilakukan mendistorsi harapan konsumen dan

menyebabkan terjadinya persepsi negatif terhadap kualitas jasa

lembaga tersebut.

5) Kesenjangan antara jasa yang dialami dan kualitas pelayanan yang

diharapkan.

Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja prestasi

perusahaan secara berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan

(39)

commit to user

1. Definisi Kepuasan Konsumen

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat) menurut

(40)

commit to user

Tjiptono dan Chandra (2004:195) sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai

upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.

Definisi dari kepuasan pelanggan menurut Kotler (2002: 46) adalah

merupakan tingkat yang dirasakan sebagai hasil perbandingan antara kinerja

actual (perceived performance) dengan harapan pelanggan (person’s

expection).

Adapun definisi kepuasan menurut beberapa ahli (Tjiptono dan

Chandra, 2005: 198) adalah sebagai berikut:

a. Howard dan Sheth (1969), mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan

adalah situasi kognitif pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau

ketidaksepadanan antara hasil yang didapatkan dibandingkan dengan

pengorbanan yang dilakukan;

b. Westbrook dan Reilly (1983), berpendapat bahwa kepuasan pelanggan

merupakan respons emosional terhadap pengalaman-pengalaman

berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai, ritel, atau

bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli),

serta pasar secara keseluruhan. Respons emosional dipicu oleh proses

evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap

objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan,

keinginan dan hasrat) individual;.

c. Kotler (2000), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat

(41)

commit to user

rasakan dibandingkan dengan harapannya.

Tjiptono (2004:146) mengemukakan bahwa sebenarnya konsep

kepuasan konsumen masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat

merupakan proses yang sederhana maupun kompleks dan rumit. Untuk dapat

mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara lebih baik, maka perlu

dipahami pula sebab-sebab kepuasan. Pelanggan tidak hanya lebih banyak

kecewa pada jasa daripada barang, tetapi mereka juga jarang mengeluh. Salah

satu alasannya adalah karena mereka juga ikut terlibat dalam proses

penciptaan jasa.

Kotler (2002:42) mengemukakan bahwa “kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan

harapan-harapannya”. Oliver (dalam Tjiptono dan Chandra, 2005:196) mengemukakan

kepuasan konsumen adalah penilaian bahwa bentuk/model produk atau jasa,

atau produk/jasa itu sendiri memberikan tingkat pemenuhan berkaitan dengan

konsumsi yang menyenangkan.

2. Pengukuran Kepuasan Konsumen

Ada beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk

mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing.

(42)

commit to user

metode untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu: sistem keluhan dan saran,

ghost shopping, lost customer analysis, dan survei kepuasan pelanggan.

a. Sistem Keluhan dan Saran. Setiap organisasi yang berorientasi pada

pelanggan (customer-oriented) perlu menyediakan kesempatan dan akses

yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan

saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa

berupa kotak saran yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis (yang

mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu komentar (yang

bisa diisi langsung maupun dikirim via pos kepada perusahaan), saluran

telephon khusus bebas pulsa, websites, dan lain-lain. Informasi-informasi

yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan

masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya

untuk bereaksi secara tanggap dan cepat untuk mengatasi

masalah-masalah yang timbul;

b. Ghost Shopping (Mystery Shooping). Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan memperkerjakan

beberapa orang ghost shoppres untuk berperan atau berpura-pura sebagai

pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Mereka diminta

berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk/ jasa

perusahaan;

(43)

commit to user

pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya

dapat mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan selanjutnya;

d. Survei Kepuasan Pelanggan. Sebagian riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode survei. Melalui survei,

perusahaan akan memperoleh tanggapan dan kebalikan secara langsung

dari pelanggan dan juga memberikan kesan positif bahwa perusahaan

menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.

D. Repurchase Intention (Tingkat Pembelian Ulang)

Merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek.

Purchase Intention juga merupakan minat pembelian ulang yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang (Assael, 1998). Banyak

sekali faktor yang dapat mempengaruhi konsumen untuk pembelian ulang suatu

produk yang telah dikonsumsinya. Faktor yang paling menonjol adalah faktor

kepuasan yang bukan hanya berasal dari baiknya kualitas produk tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor lain seperti pelayanan pada saat dan sesudah pembelian,

cara pembayaran dan lain-lain.

Repurchase intention didefinisi sebagai pertimbangan individu terkait dengan pembelian ulang suatu produk dari suatu perusahaan, yang dipengaruhi

oleh kondisi lingkungan sekitarnya (Lihat Hellier et al., 2003, dan

Atchariyachanvanich et al., 2006). Definisi ini menjelaskan bahwa semakin baik

(44)

commit to user

Sebaliknya, semakin buruk kondisi lingkungan, semakin rendah peluang

terjadinya pembelian ulang. Hal ini memberikan pemahaman bagi pemasar terkait

dengan stimulus-stimulus yang didesain untuk mempengaruhi niat pembelian

ulang.

E. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan Hellier et al (2003) dengan judul

Customer Repurchase Intention A general structural equation model” menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan secara

langsung pada repurchase intention tidak didukung dalam penelitian tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Jamal et al (2003) dengan judul

Investigating the effects of service quality dimensions and expertise on loyalty

mengemukakan bahwa semua dimensi dari kualitas pelayanan (Reliability,

Tangibles, Empathy, Responsiveness, Assurance) mempunyai hubungan secara

langsung dan pengaruh yang signifikan pada kepuasan pelanggan dan Tangibility

muncul sebagai faktor terkuat dalam membentuk kepuasan pelanggan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, oleh Hexana (2008)

“Pengaruh Persepsi Kualitas Layanan Terhadap Niat Pembelian Ulang Dengan

Kepuasan Sebagai Variabel Moderating” (Studi Kasus Pada Toko Swalayan

Relasi Jaya Pabelan Solo). Penelitian ini menggunakan sampel yang diambil dari

100 mahasiswa dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive

(45)

commit to user

F yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel persepsi

kualitas layanan terhadap pembelian ulang pada toko swalayan Relasi Jaya

Pabelan Solo adalah terbukti signifikan dan terdapat pengaruh yang signifikan

pada variabel persepsi kualitas layanan dan variabel kepuasan pelanggan pada

niat pembelian ulang pada toko Swalayan Relasi Jaya Pabelan Solo adalah

terbukti signifikan serta terdapat juga pengaruh yang signifikan variabel persepsi

kualitas layanan pada niat pembelian ulang dan kepuasan sebagai variabel

moderating pada toko Swalayan Relasi Jaya Pabelan Solo adalah terbukti

signifikan.

Penelitian Ti Bei dan Ching Chiao (2001), Hasil analisis regresi pertama

sevqual, product, price fairness berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hasil analisis regresi kedua diperoleh hasil sevqual, product, price fairness berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen. Hasil regresi

ketiga menunjukkan product, price fairness dengan dimediasi kepuasan

konsumen berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen, sedangkan sevice

(46)

commit to user Tabel 2.1 Posisi Studi Peneliti

(tahun)

Variabel Independen

Variabel Mediasi Variabel Moderasi

Perceived quality · Perceived

value

·Satisfaction Niat

pembelian

Sumber : Hasil Rangkuman Penelitian Tahun 2010

F. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka dasar digunakan untuk memudahkan arah dalam penelitian. Dari

(47)

commit to user G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau reposisi tentatif hubungan

antara dua variabel atau lebih terhadap permasalahan yang diteliti sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka teori dan konsep yang

disusun, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

Anderson et. al (1994) telah menunjukkan bahwa serqual mempunyai efek

positif terhadap kepuasan dan konseskuensi kemudian terhadap profitabilitas

perusahaan. Menurut para peneliti hasil ekonomis yang dicapai dengan

meningkatkan kepuasan konsumen adalah menunjukkan efek jangka panjang dan Sumber : Jamal (2006)

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Pembelian Ulang dengan dimediasi Kepuasan Konsumen

Service Quality

Repurchase Intention Reliability

Customer Satisfaction Tangibles

Empathy

Responsiveness

(48)

commit to user

memiliki efek langsung pada minat beli. Service recovery (pemulihan servis)

merupakan respon positif terhadap kebutuhan konsumen dan mungkin

meningkatkan hubungan antara konsumen dan perusahaan. Akan tetapi penting

untuk diperhatikan bahwa strategi service recovery yang tidak dilaksanakan

dengan hati-hati mungkin mengarah pada ketidakpuasan konsumen. Maxham and

Netemeyer (dalam Lin, 2002) juga menekankan pentingnya servis recovery yang

efektif untuk peningkatan kepuasan konsumen ketika suatu masalah atau

kesalahan terjadi.

Kepuasan pelanggan erat dikaitkan dengan dimensi kualitas pelayanan

(SERVQUAL) menurut Jamal et al (2003) dimensi kualitas pelayanan

(Reliability, Tangibles, Empathy, Responsiveness, Assurance) mempunyai hubungan secara langsung dan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan

pelanggan. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H 1 : Diduga ada pengaruh dimensi Realibility dari Kualitas Pelayanan pada Kepuasan Pelanggan

H 2 : Diduga ada pengaruh dimensi Tangibles dari Kualitas Pelayanan pada Kepuasan Pelanggan

H 3 : Diduga ada pengaruh dimensi Empathy dari Kualitas Pelayanan pada Kepuasan Pelanggan

H 4 : Diduga ada pengaruh dimensi Responsiveness dari Kualitas Pelayanan pada Kepuasan Pelanggan

(49)

commit to user

Repurchase intention didefinisi sebagai pertimbangan individu terkait

dengan pembelian ulang pada penelitian yang dilakukan oleh Hellier et al, 2003,

dikaitkan dengan faktor kepuasan pelanggan. Pada penelitiannya ia

mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif secara

langsung pada Repurchase intention. Maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

(50)

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain survey, yaitu metode pengumpulan

data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden

individu (Jogiyanto, 2004:115). Penelitian ini melalui penyebaran kuesioner

terhadap pengunjung toserba Luwes palur.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Menurut Sugiyono (1997) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek dan subjek yang menjadi kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah para konsumen yang

sedang berbelanja di Toserba Luwes Palur yang beralamatkan di jalan raya

Solo –Karanganyar Km 6,7 desa Dagen, Jaten, Karanganyar.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang hendak diketahui yang

dianggap biasa mewakili populasi (Djarwanto; 1996). Sampel yang

disarankankan dalam penggunaan SEM adalah lebih dari 100 atau minimal 5

(51)

commit to user

tidak memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel seluruhnya, maka

penelitian akan menggunakan rekomendasi untuk menggunakan maksimun

likelihood yaitu penarikan sampel antara 100-200 sampel (Ferdinand, 2006). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 konsumen

yang berbelanja di Toserba Luwes Palur lebih dari 3 kali. Dalam penelitian ini

sebanyak 200 responden, ada 13 kuesioner yang tidak di isi dengan lengkap

atau kuesioner yang rusak/ tidak kembali sehingga yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 187 kuesioner.

c. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik non probability sampling, dengan menggunakan metode purposive

sampling. Purposive sampling adalah cara pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan penyesuaian diri dengan kriteria tertentu sehingga dapat

meningkatkan ketepatan sampel (Sekaran, 2006:136). Sampel diambil dengan

menggunakan kriteria tertentu, yaitu untuk menjadi responden antara lain

pernah berbelanja di Toserba Luwes Palur lebih dari 3 kali dengan berniat

untuk berbelanja kembali di Toserba Luwes Palur.

C. Definisi Operasional

1. Variabel bebas (independen). Variabel bebas pada penelitian ini adalah

kualitas pelayanan. Variabel bebas merupakan variabel yang diharapkan

(52)

commit to user

lima dimensi kualitas pelayanan yaitu dimensi reliability, responsiveness,

assurance, empathy, dan tangible. Skala yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala likert, skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,

1999). Skala ini berinteraksi 1-5 dengan pilihan jawaban sebagai berikut :

SS : Sangat Setuju : memiliki skor 5 (lima)

S : Setuju : memiliki skor 4 (empat)

N : Netral : memiliki skor 3 (tiga)

KS : Kurang Setuju : memiliki skor 2 (dua)

TS : Tidak Setuju : memiliki skor 1 (satu)

a) Reliability (keandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan (dalam Tjiptono dan

Gregorius, 2005:133). Indikator dari variabel Reliability diambil dari

penelitian Eugene Sivadas and Jamie L. Baker-Prewitt (2000) meliputi :

· Memiliki petugas penjualan yang melengkapi barang-barang seperti

yang dijanjikan.

· Memiliki petugas penjualan yang menunjukkan minat yang

sungguh-sungguh dalam memecahkan masalah pelanggan.

· Memiliki petugas penjualan yang melakukan pelayanan dengan tepat

pertama kali.

· Memiliki petugas penjualan yang memberikan pelayanan mereka pada

(53)

commit to user

b) Responsiveness (daya tanggap) yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap (dalam

Tjiptono dan Gregorius, 2005:133). Indikator dari variabel

Responsiveness diambil dari penelitian Eugene Sivadas and Jamie L. Baker-Prewitt (2000) meliputi :

· Memiliki petugas penjualan yang mampu memberi tahu konsumen

kapan sebenarnya mereka akan dibantu (dilayani).

· Memiliki petugas penjualan yang memberikan pelayanan yang cepat.

· Memiliki petugas penjualan yang mau membantu konsumen setiap

saat.

· Memiliki petugas penjualan yang tidak pernah terlalu sibuk untuk

melayani permintaan pelanggan.

c) Assurance (keyakinan) yaitu para karyawan yang selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk

menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan (dalam Tjiptono

dan Gregorius, 2005:133). Indikator dari variabel Assurance diambil dari

penelitian Eugene Sivadas and Jamie L. Baker-Prewitt (2000) meliputi :

· Memiliki petugas penjualan yang perilakunya menanamkan

kepercayaan dalam diri pelanggan.

· Membuat pelanggan merasa aman dalam bertransaksi dengan toko

(54)

commit to user

· Memiliki petugas penjualan yang selalu sopan santun dengan

pelanggan.

d) Emphaty (perhatian) yaitu perusahaan memahami masalah para pelanggan dan bertindak demi kepentingan pelanggan (dalam Tjiptono dan

Gregorius, 2005:133). Indikator dari variabel Emphaty diambil dari

penelitian Eugene Sivadas and Jamie L. Baker-Prewitt (2000) meliputi :

· Memiliki petugas penjualan yang memberi pelanggan perhatian

khusus.

· Memiliki jam kerja yang menyenangkan bagi semua pelanggan.

· Memiliki petugas penjualan yang memberikan perhatian pribadi.

· Memiliki petugas penjualan yang didalam hatinya menganggap

kepentingan pelanggan adalah yang paling penting.

· Memiliki petugas penjualan yang memahami kebutuhan khusus

pelanggan mereka.

· Memiliki petugas penjualan yang selalu sopan santun dengan

pelanggan

e) Tangibles (bukti nyata) yaitu berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan (dalam Tjiptono

dan Gregorius, 2005:133). Indikator dari variabel Tangibles diambil dari

penelitian Eugene Sivadas and Jamie L. Baker-Prewitt (2000) meliputi :

(55)

commit to user

· Memiliki peralatan yang tidak ketinggalan jaman.

· Memiliki penyajian barang-barang yang menarik secara visual.

· Memiliki petugas penjualan yang berpenampilan rapi.

· Memiliki fasilitas umum yang lengkap

2. Variabel terikat (dependen). Variabel terikat pada penelitian ini adalah

Repurchase intention. Repurchase intention didefinisi sebagai pertimbangan individu terikat dengan pembelian ulang suatu produk dari suatu perusahaan,

yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya (Hellier et al,2003).

Setiap pertanyaan akan diukur dengan skala likert 1 (sangat tidak setuju)

sampai 5 (sangat setuju). Indikator dari variabel Repurchase intention diambil

dari penelitian Eugene Sivadas and Jamie L. Baker-Prewitt (2000) meliputi :

a) Saya berniat melakukan pembelian ulang di Toserba Luwes Palur

b) Saya akan berbelanja di Luwes Palur lagi.

c) Saya berniat belanja produk yang sama di Luwes Palur.

d) Saya tidak akan berubah niat untuk berbelanja di Luwes Palur.

e) Saya dan teman berniat untuk kembali berbelanja di Luwes Palur untuk

mencari kebutuhan lainnya.

3. Variabel mediasi. Variabel mediasi pada penelitian ini adalah kepuasan

pelanggan. Variabel mediasi (intervening) adalah variabel yang secara teoritis

(56)

commit to user

menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.

Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel

independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung

mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen

(Sugiyono,2006:39). Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau

kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan

harapan-harapannya (Kotler :2002:42). Setiap pertanyaan akan diukur dengan skala

likert 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas). Indikator dari variabel

kepuasan konsumen diambil dari penelitian Eugene Sivadas and Jamie L.

Baker-Prewitt (2000) meliputi :

a) Toserba Luwes Palur memberikan apa yang saya harapkan.

b) Secara umum saya merasa puas berbelanja di Toserba Luwes Palur.

D. Pengujian Statistik

Pengujian statistik diawali dengan pengujian validitas dan reliabilitas data

penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan keandalan data,

sehingga data tersebut dapat diuji dengan menggunakan metode statistik apapun

jenisnya. Dengan demikian, hasil yang diperoleh mampu menggambarkan

(57)

commit to user 1. Uji Kualitas Instrumen Penelitian

Pengujian kualitas instrumen penelitian dalam penlitian ini

menggunakan dua tahap, yang meliputi: 1) pengujian tryout (pretest) dengan

menggunakan sampel kecil yaitu 50 orang responden, dimana dalam

pengujian tahap ini (dianalisis) menggunakan bantuan program SPSS versi

15; dan 2) pengujian sampel besar (sampel penelitian), dimana pengujian

dalam tahap penelitian langsung menggunakan bantuan Amos versi 16 dengan

analisis first order confirmatory factor analysis (First Order CFA). Adapun penjelasan dan kriteria dari kedua pengujian adalah sebagai berikut:

a. Pretest (sampel kecil)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah instrumen

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian telah valid dan handal

(layak) ataukah tidak.

1) Uji Validitas Konstruk (CFA)

Uji validitas bertujuan mengetahui ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sekaran, 2006).

Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan

Confirmatory Factor Analysis dengan bantuan software SPSS for windows versi 15, di mana setiap item pertanyaan harus mempunyai

Gambar

Gambar Model Gap Kualitas Pelayanan
Tabel 2.1 Posisi Studi
 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Pembelian Ulang
TABEL 1 GOODNESS-OF-FIT INDICIES
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat penutupan paling rendah ditemukan pada pengendalian secara manual, tetapi produksi gabah yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan yangnyata dengan perlakuan yang

Pengembangan media pembelajaran Obstetri Pediatri berbasis Multimedia untuk penguasan konsep Kesehatan Reproduksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan

Tahun 2OI2 tentang Statuta Universitas Negeri Malang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OI2 Nomor

getting further information about how the procedure of outgoing letters at Regional Investment Coordination Board were applied. The

Three selected short stories in Dubliners entitled Eveline, The Boarding House and Clay reflected women’s experience in their daily life in facing the oppression, which

menghitung harga pokok produksi pada Depot Kusen Panda Sakti.

Hasil keluaran dari sistem pakar berupa identifikasi status gizi akan digunakan sebagai masukan algoritma genetika untuk mencari menu makanan yang sesuai kebutuhan

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham