• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suhu Dan Konsentrasi NACL Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Suhu Dan Konsentrasi NACL Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP

TEGANGAN PERMUKAAN LARUTAN PENCUCI TANGAN

SKRIPSI

ELISA PUTRI KAROLINA

090822041

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP

TEGANGAN PERMUKAAN LARUTAN PENCUCI TANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains.

ELISA PUTRI KAROLINA 090822041

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI NaCl

TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN LARUTAN PENCUCI TANGAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : ELISA PUTRI KAROLINA

Nomor Induk Mahasiswa : 090822041

Program Studi : SARJANA (S1)/ KIMIA EKSTENSI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di, Medan, September 2011

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Abdi Negara Sitompul Dr. Marpongahtun, M.Sc NIP. 194607161974031001 NIP.196111151988032002

Diketahui/ Disetujui oleh:

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP

TEGANGAN PERMUKAAN LARUTAN PENCUCI TANGAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, september 2011

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaan Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan penulisa skripsi ini, dengan judul “Pengaruh Suhu dan Konsentrasi NaCl Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan”.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta, ayahanda S.Purba dan ibunda T.Sembiring yang telah memberikan dukungan moril, spiritual, maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini,antara lain:

1. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc dan Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul selaku dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Kimia FMIPA USU

3. Kepala dan Staf Laboratorium Kimia Fisika dan Polimer yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

4. Abang dan adik penulis, Jhon Hendrik dan Jonatan Ricardo yang telah memberikan dukungan dan doanya.

5. Teman-teman semasa D3 (Dina, Domi, Netti, Susi, Dewi, Santi, Helga, Floren, Risna, Mutiara, Widya, Mery, Juli, Lia, Erix,) yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa walaupun dari jarak jauh. Bisa mengenal kalian adalah salah satu hal berharga di hidupku.

6. Bang Osbal yang telah mau bekerja sama dan membantu selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Juga buat Bang Ian yang telah memberikan bantuan, semangat dan doanya.

7. Teman-teman semasa SMA khususnya Tasya, Fida, Asril, Ayub, Anes, Johan, Meylini, Sulaiman, Cristian yang selalu memberi dukungan, semangat dan doanya.

8. Rekan-rekan seperjuangan Kimia Ekstensi stambuk 2009.

Penulis menyadari bahwa cara penulisan skrispsi ini serta isinya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, september 2011

(6)

ABSTRAK

(7)

T

HE EFFECT OF TEMPERATURE AND CONCENTRATION OF NACL

TO SURFACE TENSION OF HANDWASHING LIQUID

ABSTRACT

The investigation of The effect of Temperature and concentration of NaCl to Surface Tension of Hand Wash Liquid was carried out. The investigation was done by measuring the surface tension of hand wash liquid with various temperature (300C,

400C, 500C) and various concentration of NaCl (10%, 20%, 30%). The surface

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRAC vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 3

1.3. Pembatasan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 4

1.6. Metodologi Penelitian 4

1.7. Lokasi Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deterjen 5

2.2. Komponen Penyusun Deterjen 7

2.2.1.Builder 8

2.2.2.Filler 8 2.2.2.Aditif 8 2.2.4.Surfaktan 8

2.2.4.1. Pembagian surfaktan 9

2.3.Koloid 10

2.3.1.Pembagian koloid 11

2.4.Kegunaan Koloid pada Bahan Pencuci 11

2.5.Tegangan Permukaan 11

2.5.1.Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan 11

2.5.2.Pengukuran tegangan permukaan 13

2.5.2.1.Metode kenaikan pipa kapiler 13

2.5.2.2.Metode cincin du NuOy 16

2.5.2.3. Metode tekanan gelembung maksimum 17

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan – bahan 18

3.2 Alat – alat 18

3.3 Metode Penelitian 19

3.3.1. Populasi 19

3.3.2. Sampling 19

3.3.3. Persiapan 19

3.3.3.1. Pencucian alat 19

(9)

3.3.3.3. Kalibrasi piknometer 20

3.3.3.4. Pembuatan larutan 20

3.3.3.4.1. Pembuatan larutan Natrium klorida 10% 21 3.3.3.4.2. Pembuatan larutan Natrium klorida 20% 21 3.3.3.4.3. Pembuatan larutan Natrium klorida 30% 21 3.3.3.4.4. Pembuatan larutan SLES 33,3 % 21 3.3.3.4.5. Pembuatan larutan SLS 33,3 % 21 3.3.3.4.6. Prosedur pembuatan bahan pencuci tangan (1 L) 21

3.3.4. Pengumpulan data 22

3.3.4.1. Penentuan densitas 22

3.3.4.2. Penentuan tegangan permukaan 22

3.4. Pengolahan Data 23

3.4.1. Penentuan kesalahan 23

3.4.1.1. Sumber kesalahan sistematik 23

3.4.1.2. Kesalahan random (Intermediate) 24 3.4.1.3. Kesalahan gabungan dari kesalahan random 24 3.4.2. Penentuan ketidakpastian dalam significant figure 24 3.4.2.1. Perhitungan ketidakpastian persentase NaCl 24 3.4.2.2. Perhitungan ketidakpastian pipet volume 10 mL 25 3.4.2.3. Perhitungan ketidakpastian gelas ukur 10 mL 26 3.4.2.4.Perhitungan ketidakpastian gelas ukur 100 mL 27

3.5. Analisis Data 28

3.5.1. Analisis variansi 28

3.5.2. Analisis regresi 29

3.5.3. Uji hipotesa 30

3.6. Skema Pengambilan Data 32

3.6.1. Skema pembuatan larutan pencuci tangan 32

3.6.2. Skema penentuan densitas 33

3.6.3. Skema penentuan tegangan permukaan 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 36

4.2. Pembahasan 37

4.2.1. Hipotesa satu 37

4.2.2. Hipotesa dua 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 40

5.2. Saran 40

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Lambang Umum Surfaktan 9

Gambar 2.2. Struktur Surfaktan Liniear Alkilbenzen Sulfonat 9 Gambar 2.3. Proses kenaikan Cairan pada Pipa Kapiler 15

Gambar 2.4. Tensiometer Du Nuoy 16

Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Nilai 38 Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Data Hasil Perhitungan Nilai Tegangan Permukaan 36 Berdasarkan Variasi Konsentrasi NaCl

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Densitas Larutan Pencuci 43

Tangan dengan Variasi Konsentrasi NaCl dan Suhu Larutan Pencuci Tangan

Tabel 2. Data Statistik Nilai Tegangan Permukaan 44 Berdasarkan Variasi Konsentrasi NaCl

Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Efek Konsentrasi NaCl 44 Terhadap Nilai Tegangan Permukaan Larutan

Pencuci Tangan

Tabel 4. Data Statistik Nilai Tegangan Permukaan 45 Berdasarkan Variasi Suhu

Tabel 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Efek Suhu Terhadap Nilai 45 Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan

Tabel 6. Data Anaalisis Regresi Efek Konsentrasi NaCl 46 Terhadap Nilai Tegangan Permukaan Larutan

Pencuci Tangan

Tabel 7. Hasil perhitungan analisis regresi untuk nilai 46 Tegangan Permukaan larutan pencuci tangan

berdasarkan efek Konsentrasi NaCl

Gambar1.Grafik analisa regresi untuk nilai Tegangan Permukaan 47 larutan pencuci tangan berdasarkan efek konsentrasi NaCl

Tabel 8. Data Ananlisis Regresi Efek Suhu Larutan Pencuci 47 Tangan Terhadap Nilai Tegangan Permukaan

Larutan Pencuci Tangan

Tabel 9. Hasil perhitungan analisis regresi untuk nilai 48 Tegangan Permukaan larutan pencuci tangan berdasarkan

Efek Suhu larutan Pencuci Tangan

(13)

ABSTRAK

(14)

T

HE EFFECT OF TEMPERATURE AND CONCENTRATION OF NACL

TO SURFACE TENSION OF HANDWASHING LIQUID

ABSTRACT

The investigation of The effect of Temperature and concentration of NaCl to Surface Tension of Hand Wash Liquid was carried out. The investigation was done by measuring the surface tension of hand wash liquid with various temperature (300C,

400C, 500C) and various concentration of NaCl (10%, 20%, 30%). The surface

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu

pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan

sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih

baik serta sifat tidak membentuk endapan dengan ion-ion logam divalen dalam air

sadah. Deterjen merupakan garam natrium dari asam sulfonat.

Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah

jenis kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya

surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik yang

larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari molekul

surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian ini

menetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air,

bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan mendispersikan

kotoran.1

Bahan baku untuk pembuatan deterjen ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu

bahan aktif, bahan pengental (filler), dan bahan tambahan (additif). Bahan aktif yang

digunakan adalah jenis surfaktan yang merupakan bahan utama pembuatan deterjen

karena bahan ini mempunyai kemampuan mengikat dan mengangkat kotoran.

Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan

hidrogen pada permukaan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan

permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Filler (pengisi)

adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan

daya cuci, pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar

1

(16)

volume, tapi juga berfungsi meningkatkan kekuatan ionik dalam larutan pencuci.

Contoh Sodium sulfat, sodium klorida. Sedangkan bahan tambahan (additif) yang

digunakan hanya bertujuan sebagai komersialisasi produk, misalnya pewangi atau

pewarna.2

Semua cairan memiliki tegangan permukaan, tetapi tegangan permukaan air

lebih tinggi dari yang lainnya. Tegangan permukaan dari air bisa diturunkan dengan

penambahan zat pembasah seperti sabun atau deterjen. Sabun dan deterjen adalah

surfaktan (zat aktif permukaan). Ketika suatu deterjen ditambahkan ke butiran air

dalam permukaan yang berminyak, tegangan permukaan akan menurun,

butiran-butiran akan hancur, dan air akan menyebar. 3

Tegangan permukaan cairan dapat didefinisikan sebagai gaya per satuan

panjang pada permukaan cairan yang melawan ekspansi dari luas permukaan.

Tegangan permukaan cairan γ, berbeda-beda bergantung pada jenis cairan dan suhu. Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan

permukaan tergantung sifat zat terlarutnya. Makin kecil nilai γ suatu cairan, makin besar kemampuan cairan tersebut membasahi benda. Hubungan ini banyak

dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari; misalnya untuk menghasilkan cucian

pakaian agar lebih bersih dapat digunakan air panas atau air sabun.4

Penelitian mengenai sifat-sifat deterjen dan dampaknya terhadap perairan yang

telah dilakukan Manik, J.M (1987), yang menyimpulkan bahwa secara fisika deterjen

merupakan zat yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan zat cair.

Bhattacharya (2004) telah meneliti tentang studi tegangan permukaan

poly(vinil alcohol) yang dipengaruhi konsentrasi, suhu dan penambahan zat

chaotropic telah dilakukan oleh, yang menyimpulkan bahwa suhu dan konsentrasi

dapat meningkatkan dan menurunkan tegangan permukaan molekul polimer tersebut.

2

http:// wordpress.com/2010/08/28/surfaktant-deterjen-sabun-revisi/.

3

Matta, M.S, 1986. General, Organic & Biological Chemistry. Cuming Publishing Company, Inc.

California

4

(17)

Syahra (2004) telah meneliti pengaruh konsentrasi deterjen komersil dan

komposisi linier alkilbenzen sulfonat pada beberapa merek dagang deterjen cair

terhadap tegangan antar permukaan air-minyak tanah.

Lebih lanjut berdasarkan peneliti terdahulu oleh Rangkuti (2010) yang

meneliti pengaruh penambahan NaCl terhadap viskositas bahan pencuci tangan cair,

maka dianggap perlu melakukan penelitian bagaimana pengaruh suhu dan konsentrasi

zat yang terlarut yakni NaCl dapat mempengaruhi tegangan permukaan larutan

pencuci tangan. Hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian bagaimana

pengaruh suhu dan konsentrasi NaCl dapat mempengaruhi tegangan permukaan

larutan pencuci tangan.

1.2. Perumusan Masalah

1. Adakah pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan (γ) larutan pencuci

tangan

2. Adakah pengaruh konsentrasi NaCl terhadap tegangan permukaan (γ) larutan

pencuci tangan

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian dengan menentukan

tegangan permukaan (γ) larutan pencuci tangan setelah pemasan dan penambahan zat pengental. Tegangan permukaan (γ) larutan pencuci tangan ditentukan dengan menggunakan metode kenaikan pipa kapiler. Variasi suhu yang digunakan adalah

300C, 400C, 500C. Jenis zat pengental yang digunakan adalah Natrium Klorida (NaCl) dengan varisi konsentrai yang digunakan adalah 10%, 20%, 30%.

(18)

1. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan (γ) larutan

pencuci tangan

2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaClterhadap tegangan permukaan (γ) larutan pencuci tangan.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka akan diperoleh penjelasan bagaimana

suhu dan konsentrasi NaCl mempengaruhi nilai tegangan permukaan (γ) dari larutan pencuci tangan.

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan melakukan variasi suhu dan

konsentrasi NaCl sebagai zat pengental pada bahan pencuci tangan dengan tujuan

mengetahui pengaruhnya terhadap tegangan permukaan. Variasi suhu yang digunakan

adalah 30oC, 40oC, 50oC. Variasi konsentrasi NaClyang digunakan adalah 10%, 20%, dan 30% (sebagai variabel bebas). Tegangan permukaan larutan pencuci tangan di uji

dengan menggunakan metode kenaikan pipa kapiler menggunakan alat tensiometer

kapiler (sebagai variabel terikat). Faktor yang mempengaruhi yaitu faktor pengadukan

yang menentukan tingkat kehomogenan bahan pencuci tangan (sebagai variabel tetap).

1.7. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dilaboratorim Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Deterjen

Suatu deterjen (dari bahasa Latin detergere, menyeka) adalah molekul yang

sama seperti sabun, membentuk missel dalam air dan emulsi lemak dan minyak.

Deterjen sintetis yang biasa sering digunakan adalah natrium alkilbenzenesulfonat,

Deterjen mirip dengan sabun yang memiliki sebuah grup ion dan suatu

hidrokarbon berantai panjang tetapi pasti menguntungkan. Ketidak untungan sabun

muncul bila digunakan dalam air sadah, yang mengandung kation logam-logam

tertentu seperti Ca, Mg, Ba, Fe, dan Fe. Kation-kation tersebut menyebabkan

garam natrium atau kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi

garam-garam karboksilat yang tidak larut.5

Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang

bersifat tidak dapat didegradasi oleh jasad renik (biodegradable). Deterjen ini

mengakibatkan masalah polusi berat pada tahun 1950-an, yaitu berupa buih pada

unit-unit penjernihan serta di sungai dan danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil

benzenasulfonat yang tidak bercabang. Deterjen jenis ini mudah didegradasi secara

biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi di lingkungan kita.6

Deterjen pertama kali dikenalkan pada tahun 1933 yang dianggap lebih efektif

dalam air sadah. Deterjen memiliki dua kesamaan karakteristik struktur yang

dilakukan oleh sabun:

5

Richey, G.H., 1983. Chemistry. The Pennsylvania State University. New Jersey.

6

(20)

1. Memiliki suatu rantai panjang, nonpolar, hidrofobik, hidrokarbon, yang mana

larut dalam lemak dan minyak

2. Mereka memiliki suatu ujung polar dan hidrofilik yang mana larut dalam air.

Sebagian besar deterjen sekarang ini adalah biodegradable. Yang berarti bahwa

deterjen tersebut dapat secara cepat dimetabolisme oleh mikroorganisme dalam suatu

kotoran pembuangan tanaman dan tidak dibebaskan kedalam lingkungan. Untuk

deterjen yang biodegradable, rantai panjang alkil harus diputus. Deterjen yang

digunakan pada tahun 1950-1960an memiliki rantai bercabang yang tidak

biodegradable.7

Sebagian besar kotoran pada pakaian atau kulit melekat menjadi suatu lapisan

tipis dari minyak. Jika lapisan minyak dapat diubah menjadi partikel-partikel kotoran

maka akan mudah dibersihkan. Suatu molekul sabun terdiri dari panjangnya

hidrokarbon dimana rantai atom karbon dengan sifat polar atau grup ionik pada

ujungnya. Rantai karbon adalah lipofilik (mengikat atau larut dalam lemak dan

minyak), dan ujung polarnya adalah hidrofilik (mengikat atau larut dalam air). Ketika

sabun tercampur dengan air, akan terbentuk suatu dispersi koloid. Larutan sabun ini

terdiri dari agregat molekul sabun yang disebut misel. Ujung nonpolar atau hidrofilik

dari molekul secara langsung menuju pusat micelles ujung molekul yang polar atau

hidrofilik membentuk ’permukaan’ dari misel yang hadir pada air. Ekor lipofilik pada

molekul sabun tidak larut dalam minyak. Ujung hidrofilik memperpanjang minyak

jatuh ke dalam air.8

7

Bailey, S.P,. 1985. Organic Chemistry. Third edition. California Polytechnic State

University.

San Luis Obispo.

8

Hart, H., 1991. Organic Chemistry A Short Course. Eight edition. Houghton Mifflin

Company.

(21)

Pencucian adalah proses membersihkan suatu permukaan benda padat dengan

bantuan larutan pencuci melalui suatu proses kimia-fisika yang disebut deterjenasi.

Sifat utama dari kerja deterjenasi adalah membasahi permukaan yang kotor kemudian

melepaskan kotoran. Pembasahan berarti penurunan tegangan muka padatan-cair.

Pencucian pada permukaan atau pelepasan kotoran berlangsung dengan jalan

mendispersikan dan mengemulsi kotoran, lalu dengan bantuan aksi mekanik kotoran

menjadi terlepas dari permukaan benda padat. Kotoran padat dapat melekat karena

adanya pengaruh: ikatan minyak, gaya listrik statik, dan ikatan hidrogen. Penambahan

sedikit alkali membantu daya deterjensi dari sabun, tetapi dapat mendorong terjadinya

hidrolisa. Alkali digunakan untuk menjaga pH larutan. Deterjen cair biasanya

menggunakan bahan pelarut organik sebagai pelengkap dan penambah daya

deterjenasi dan diperlukan untuk kotoran-kotoran yang sulit dihilangkan atau

berlemak.9

2.2.Komponen Penyusun Deterjen

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:

2.2.1.Builder

Builder adalah suatu bahan yang dapat menambah kerja dari bahan penurun

tegangan permukaan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air.

Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat

mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya.

Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses

pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan

mensuspensikan kotoran yang telah lepas.

9

Schwartz, A.M. 1958. Surface Aktive Agents and Detergents. Interscience Publisher,

(22)

Dalam pembuatan detergen, builder sering ditambahkan dengan maksud

menambah kekuatan daya cuci dan mencegah mengendapnya kembali

kotoran-kotoran yang terdapat pada pakaian yang akan dicuci. Contohnya: Sodium Tri Poli

Phosphat (STPP), Nitril Tri Acetat (NTA), Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

2.2.2.Filler

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai

kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas Bahan ini berfungsi

sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna

untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam

campuran bahan baku sabun semata-mata ditinjau dari aspek ekonomis. Namun selain

digunakan sebagai pembantu proses, bahan pengisi ini juga berfungsi meningkatkan

kekuatan ionik dalam larutan pencuci. Contoh Sodium sulfat, sodium klorida.

2.2.3.Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih

menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan

langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud

komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl

Cellulose (CMC).

2.2.4.Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang

sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat

mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Aktifitas surfaktan

diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian

polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan

minyak/lemak (lipofilik). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan

air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. 10

10

(23)

ekor hidrofobik ekor hidrofilik

Gambar.2.1. Lambang umum untuk suatu surfaktan 2.2.4.1. Pembagian Surfaktan

a. Surfaktan anionik

Surfaktan anionik merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya

mengandung muatan negatif. Contoh dari jenis surfaktan anionik adalah Linier Alkil

Benzene Sulfonat (LAS), Alkohol Sulfat (AS), Alkohol Eter Sulfat (AES), Alpha

Olefin Sulfonat (AOS).

SO3-Na+

Gambar 2.2. Struktur Linier Alkilbenzen Sulfonat

b. Surfaktan kationik

Surfaktan ini merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya

mengandung muatan positif. Surfaktan ini terionisasi dalam air serta bagian aktif pada

permukaannya adalah bagian kationnya. Contoh jenis surfaktan ini adalah ammonium

kuarterner.

c. Surfaktan nonionik

Surfaktan yang tidak terionisasi di dalam air adalah surfaktan nonionik yaitu surfaktan

dengan bagian aktif permukaanya tidak mengandung muatan apapun, contohnya:

(24)

d. Surfaktan ampoterik

Surfaktan ini dapat bersifat sebagai non ionik, kationik, dan anionik di dalam larutan,

jadi surfaktan ini mengandung muatan negatip maupun muatan positip pada bagian

aktif pada permukaannya. Contohnya: Sulfobetain (RN+(CH3)2CH2CH2SO3-.

Surfaktan-surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan

ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Mereka melakukan ini dengan menaruh

kepala-kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya

terentang menjauhi permukaan air. 11

2.3.Koloid

Koloid merupakan dispersi partikel kecil dari suatu material ke dalam material

lain. “kecil” berarti diameternya kurang dari 500 nm (sekitar panjang gelombang

sinar). Secara umum, partikel itu merupakan kumpulan dari sejumlah atom atau

molekul, tetapi terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop optik biasa. Partikel ini

melewati kertas saring, tetapi dapat dideteksi dengan hamburan sinar, sedimentasi dan

osmosis.

Nama yang diberikan kepada koloid bergantung pada kedua fasa yang terlibat.

Sol adalah disperse padatan dalam cairan (seperti kumpulan atom panas dalam air)

atau padatan dalam padatan (seperti kaca rubi, yang merupakan sol emas dalam kaca,

dan mendapatkan warnanya karena hamburan). Aerosol merupakam dispersi cairan

dalam gas (seperti kabut) dan padatan dalam gas (seperti asap); partikelnya seringkali

cukup besar untuk dilihat dengan mikroskop. Emulsi merupakan disperi cairan dalalm

cairan (seperti susu).12

11

(25)

12

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

2.3.1.Pembagian Koloid

Berdasarkan cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid disperse, koloid

asosiasi dan koloid makromolekul.

1. Koloid Dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran (dispersi)

partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium (fasa pendispersi)

dengan membentuk agregat molekul atau atom yang sangat banyak.

Contohnya: disperse koloid emas (Au) dan Belerang (S)

2. Koloid asosiasi, yaitu kolid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi)

molekul-molekul kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk

agregat-agregat molekul yang disebut misel. Contoh: larutan sabun dan

deterjen.

3. Koloid Makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat besar (makromolekul), contoh: protein dan polimer tinggi sepereti karet

dan plastik.

Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat

acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat

padat. Untuk sistem koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan

partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu

sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel

cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga

terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel

sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.

Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown

yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan

(26)

Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid,

maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium

pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya

semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka

gerak Brown semakin lambat

2.4.Kegunaan Koloid pada Bahan Pencuci

Larutan pencuci atau deterjen dapat digunakan untuk membersihkan kotoran

pada pakaian. Fungsi dari zat ini adalah sebagai pengemulsi minyak dalam air. Sabun

akan terionisasi dalam air menjadi Na+ dan anion asam lemak. Bagian ujung lemak yang bermuatan negatip bersifat polar sehingga larut dalam air dan ujung lainnya

bersifat non polar dan cenderung larut dalam minyak. Hal ini menyebabkan kotoran

yang berupa tetesan-tetesan minyak larut dalam air sehingga mudah lepas pada saat

pembilasan.

2.5.Tegangan Permukaan

Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin meregang, sehingga permukaannya

seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya

tarik menarik antara partikel sejenis di dalam zat cair sampai ke permukaan.

Di dalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis di

dekatnya dengan gaya yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa

(resulton) gaya yang bekerja pada masing-masing molekul. Pada permukaan cairan,

tiap molekul ditarik oleh molekul sejenis di dekatnya dengan arah hanya kesamping

dan ke bawah, tetapi tidak ditarik oleh molekul di atasnya karena diatas permukaan

(27)

Akibatnya terdapat perbedaan gaya tarik, sehingga ada sisa gaya yang bekerja

pada lapisan atas cairan. Gaya tersebut mengarah ke bawah karena molekul di bawah

permukaan cairan jumlahnya lebih banyak dan jarak antara molekul lebih rapat.

Adanya gaya atau tarikan ke bawah menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan

berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut dengan tegangan permukaan.

Adanya tegangan permukaan menyebabkan permukaan cairan sepereti ditutupi

oleh hamaparan selaput yang elastis, sehingga mampu menahan suatu benda untuk

terapung. Selain itu, akibat adanya tegangan permukaan zat cair selalu berusaha untuk

menyusut atau mendapatkan luas permukaan terkecil karena bentuk ini dianggap

mempunyai energi yang paling rendah (paling stabil). Bentuk yang paling memenuhi

keadaan ini adalah bujur telur(sferik). Sifat cenderung untuk memperkecil luas

permukaan inilah yang menyebabkan tetesan-tetesan cairan berbentuk bulat

Fenomena lain yang berhubungan dengan tegangan permukaan adalah

terbentuknya meniscus apabila cairan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Air yang

membasahi dinding kapiler dan akan naik sehingga lebih tinggi daripada permukaan

air sekitarnya, spons yang dapat menyerap air ataupun air yang dapat meresap ke

dalam tanah merupakan beberapa contoh yang menunjukkan bahwa tegangan

permukaan itu memang ada.13

Tegangan permukkan (γ) suatu cairan dapat didefinisikan sebagai banyaknya kerja yang dibutuhkan untuk memperluas permukaan cairan sebanyak satu satuan

luas. Pada satuan cgs, γ dinyatakan dalam erg cm-2 atau dyne cm-1. Dalam satuan SI, γ dinyatakan dalam N m-1. Kedua besaran tadi saling berhubungan berdasarkan hubungan 1 dyne cm-1 = 10-3 N m-1. 14

13

Yazid. E. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

14

(28)

2.5.1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan cairan γ, berbeda-beda bergantung pada jenis cairan dan suhu. Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar seperti

air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin

karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.

Perubahan pada temperatur menyebabkan suatu perubahan dalam tegangan

permukaan suatu cairan. Ketika temperature dinaikkan, ada peningkatan energi kinetic

dari molekul cairan (KE∞T) dimana molekul-molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antara molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya

menurun atau adanya penurunan gaya intermolecular. Ini menghasilkan penurunan

pada fungsi tekanan kedalam pada permukaan dari cairan. Dengan kata lain tegangan

permukaan menurun dengang meningkatnya temperatur.15

Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan

permukaan tergantung sifat zat teralarutnya. Zat terlarut dengan susunan kimia sama

hampir tidak berpengaruh. Untuk air adanya elektrolit anorganik dan non elektrolit

tertentu seperti sukrosa dan gliserin menaikkan tegangan permukaan. Sedangkan

adanya zat-zat sepereti sabun, detergen dan alcohol adalah efektif dalam menurunkan

tegangan permukaan atau tegangan antara muka. Zat ini sering disebut dengan surface

active agents atau surfaktan.

Penurunan tegangan permukaan oleh sabun menyebabkan perlusan film air

dengan pembentukan gelembung atau busa. Ada hubungan antara besar kecilnya

tegangan permukaan cairan dengan kemampuannya untuk membasahi benda. Makin

kecil nilai γ suatu cairan, makin besar kemampuan cairan tersebut membasahi benda.

.

15

Bahl, B.S., 1994. Essentials of Physical Chemistry. S.Chand & Company LTD.

(29)

Hubungan ini banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari; misalanya unutk

menghasilkan cucian pakaian agar lebihi bersih dapat digunakan air panas atau air

sabun. Keduanya dapat menurunkan γ air,sehingga meningkatkan kemampuapn air membasahi kotoran pakaaian. Akibatnya kotoran mudah larut dan terbawa oleh air

pada saat pembilasan. Alcohol dan antiseptic yang dipakai mengobati luka selain

memiliki daya bunuh kuman yang baik juga memiliki γ yang rendah, sehingga dapat membasahi seluruh permukaan luka.16

2.5.2.Pengukuran Tegangan Permukaan 2.5.2.1.Metode Kenaikan Pipa Kapiler

Tegangan permukaan yang dapat diukur selain antara permukaan cairan dan

gas, juga tegangan permukaan antara suatu cairan dengan cairan lain.

Cara yang paling sederhana dan mudah adalah dengan menggunkan metode

kapiler. Pada metoda ini, sebuah tabung kapiler yang bersih dengan jari-jari

diamasukkan ke dalam cairan yang akan diukur tegangan permukaannya. Permukaan

cairan akan naik sampai gaya gravitasi sama dengan gaya ke atas yang disebabkan

tegangan permukaan.17

Pada gambar 2.4 ditunjukkan suatu pipa kapiler kaca dimasukkan kedalam suatu

wadah berisi air yang akan ditentukan. Semua cairan yang membasahai gelas akan

naik ke dalam pipa, dan inilah kenaikan pipa kapiler yang dapat digunakan untuk

menentukan tegangan permukaaan.

16

Yazid, E, Op Cit. 17

(30)
[image:30.595.218.417.85.273.2]

Gambar2.3. Proses Kenaikan Cairan pada Pipa Kapiler

Kenaikan cairan dapat dimengerti jika ini diasumsikan bahwa film tipis

diadsorbsi dari cairan yang ada dalam dinding kapiler. Supanya mengurangi total area

permukaan, cairan manaiki pipa. Kesetimbangan dicapai ketika energi bebas pada

keadaan minimum, dengan kata lain kenaikan dapat mengeluarkan energy bebas yang

berlebih ke dalam kerja yang tersusun pada kolom cairan yang disimpan dengan

penurunan tegangan permukaan.

Penurunan pada area permukaan yang dihasilkan dari kenaikan cairan dengan suatu

jumlah dl adalah 2πr dl, dan hubungan penurunan dalam energy permukaan adalah:

dGenergy permukaan = γ d A

= γ (2 π r ) dl

Pengeluaran energy bebas dalam kenaikan suatu jumlah cairan dengan volume π r2 dl dan densitas ρ terhadap tinggi l adalah:

dGgravitasi = (π r2 dl ρ) gl

ketika kolom cairan telah dinaiki pada kapiler hingga mencapai tinggi yang

(31)

γ (2πr) dl = πr2 dl ρgl

dan: γ =

2.5.2.2.Metode Cincin du NuOy

Prinsip dari Metode cincin du Nouy bergantung pada kenyataan bahwa gaya yang

diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina-iridium yang dicelupkan pada

permukaan adalah sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antarmuka.

Gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin dengan cara ini diberikan oleh suatu

[image:31.595.219.414.341.528.2]

kawat spiral dan dicatat dalam suatu dyne pada suatu penunjuk yang dikalibrasi. 19

Gambar 2.4. Tensiometer Du Nuoy

cincin keliling x

dyne dalam dial pembacaan

2

 x faktor koreksi

18

Borrow, G.M., 1961. Physical Chemistry. Mc Graw Hill Book Company,Inc. New

York.

19

Martin,A., (1993), Farmasi Fisik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

(32)

Pertama tekanan dikenakan, jari-jari gelembung sangat besar, sementara

gelembung itu mengembang, jari-jarinya akan semakin kecil sampai mencapai nilai

minimum. Pada keadaan ini jari-jari gelembung sama dengan jari-jari tabung gelas.

Bila tekanan terus dinaikkan, jari-jari gelembung akan membesar kembali sampai

akhirnya gelembung itu lepas dari tabung gelas dan naik ke permukaan cairan.

Tekanan maksimum diperoleh pada saat jari-jari minimum.

Tekanan maksimum ini bukan hanya disebabkan perbedaan tekanan pada

kedua sisi gelembung, tetapi juga disebabkan oleh karena adanya tekanan hidrostatik

(yang bergantung pada ketinggian tabung gelas dalam cairan). Jadi tekanan

maksimum yang terbaca pada manometer:

ΔPmaks = + g h (ρ – ρ0)

Dimana: r : jari-jari tabung

h: jarak ujung tabung gelas dari permukaan cawan

ρ: densitas larutan

ρ0: densitas uap cairan (biasanya diabaikan karena ρ0 << ρ)

20

Danill, F., 1956. Experimental Physical Chemistry. Sixth Edition. McGraw Hill

Book Company,Inc.

(33)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini adapun bahan dan alat-alat yang digunakan adalah sebagai

berikut:

3.1 Bahan – bahan

- Natrium Lauril Eter Sulfat (SLES)

- Natrium Lauril Sulfat (SLS)

- Natrium Klorida (NaCl)

- Etilena Diamina Tetra Acetat (EDTA)

- Zat pewarna kuning sintetik

- Parfum Lemon

- Aquades

3.2 Alat – alat

- Tensiometer Kapiler Fisher

- Piknometer 5 mL (presisi ±0,01 mL) Iwaki

- Gelas ukur

10 mL (presisi ±0,02 mL) Pyrex

- Gelas ukur

100 mL (presisi ±0,05 mL) Pyrex

- Gelas

Beaker 1000 mL (presisi ±0,8 mL) Pyrex

- Gelas

Beaker 250 mL (presisi ±0,2 mL) Pyrex

- Neraca

(34)

- Pipet

Volume 10 mL (presisi ±0,02 mL) Pyrex

- Pengaduk (Magnetic Stirer) Fisher

- Botol Aquades

- Thermometer

- Thermostat

3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Populasi

Dalam penelitian eksperimen ini yang digunakan sebagai populasi sasaran adalah

bahan pencuci tangan.

3.3.2. Sampling

Berdasarkan sifat kehomogenan dari populasi, maka teknik sampling yang digunakan

adalah teknik rancangan acak lengkap kelompok, dengan dua variabel berubah yaitu

konsentrasi NaCl dan suhu larutan pancuci tangan yang masing-masing variabel

terdiri dari tiga variasi (disain percobaan 2x3) dimana replikasi dilakukan tiga kali

untuk setiap perlakuan dari masing-masing sampel dan eksperimen dilakukan secara

acak dan randomisasi.

3.3.3. Persiapan

3.3.3.1. Pencucian Alat

Larutan pencuci dibuat dari 2,0 g Kalium Bikromat yang dilarutkan dengan 5 ml

aquadest, dipanaskan hingga semua garam larut, kemudian didinginkan. Lalu

ditambahkan 60 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan sambil diaduk. Alat-alat

kaca diisi dengan larutan tersebut dan dibiarkan selama 15 menit. Kemudian larutan

dikeluarkan dan alat kaca dibilas dengan aquadest paling sedikit 4 kali. Lalu

perhatikan apakah air mengalir tanpa meninggalkan tetesan pada dinding, jika tidak

pembersihan harus diulang.

(35)

Alat-alat kaca volumetrik dikalibrasi dengan menghitung berat larutan (biasanya

akuades) yang diisi dalam alat volumetric yang telah diketahui densitas dan

temperaturnya. Data penimbangan terlebih dahulu dikoreksi dengan persamaan:

W1 = W2 + W2

Dimana: W1 = berat sesungguhnya

W2 = berat dari pengukuran

Lalu volume alat pada temperature kalibrasi (T) ditentukan dengan mengalikan

densitas larutan dengan berat yang dikoreksi. Sehingga volume ini dikoreksi terhadap

temperatur standar 200C.

3.3.3.3. Kalibrasi Piknometer

Piknometer kosong dibersihkan dan ditimbang, masanya adalah m0, diisi piknometer

dengan air yang baru didestilasi dan bebas dari udara, dibiarkan piknometer selama 1

jam di dalam oven atau thermostat yang diatur pada temperature antara 50C dari temperature yang akan ditentukan (secara normal 20, 40, atau 600C), disesuaikan level air pada tabel densitas air yang telah ditentukan, dicatat temperature t2 dari yang

ditentukan, yang mendekati 0,10C, ditimbang dan dicatat total massanya sebagai m2.

Volume Vt dari piknometer adalah sebagai berikut:

Dimana: mo adalah massa piknometer kosong (g)

m2 adalah massa piknometer kosong yang telah terisi air (g)

adalah densitas air pada t20C

(36)

3.3.3.4. Pembuatan Larutan

3.3.3.4.1. Pembuatan Larutan Natrium Klorida 10%

NaCl ditimbang sebanyak 33,3 g, dimasukkan ke dalam beaker glass 1 L dan

ditambahkan aquades 300 g lalu diaduk hingga homogen.

3.3.3.4.2. Pembuatan Larutan Natrium Klorida 20%

NaCl ditimbang sebanyak 75 g, dimasukkan ke dalam beaker glass 1 L dan

ditambahkan aquades 300 g lalu diaduk hingga homogen.

3.3.3.4.3. Pembuatan Larutan Natrium Klorida 30%

NaCl ditimbang sebanyak 128,57 g, dimasukkan ke dalam beaker glass 1 L dan

ditambahkan aquades 300 g lalu diaduk hingga homogen.

3.3.3.4.4. Pembuatan Larutan SLES 33,3 %

Sodium Lauril Eter Sulfat ditimbang sebanyak 500 g, dimasukkan ke dalam ember 10

L ditambahkan aquades sebanyak 1000 g, kemudian diaduk sampai homogen.

3.3.3.4.5. Pembuatan Larutan SLS 33,3 %

Sodium Lauril Sulfat ditimbang sebanyak 500 g, dimasukkan ke dalam ember 10 L

ditambahkan aquades sebanyak 1000 g, kemudiam diaduk sampai homogen.

3.3.3.4.6. Prosedur Pembuatan Bahan Pencuci Tangan (1 L)

Ke dalam beaker glass 1000 mL, dimasukkan 150 mL larutan Sodium Lauril Eter

Sulfat. Ditambahkan 20 mL sodium lauril sulfat sambil diaduk hingga larutan

homogen. Kedalam larutan homogen ditambahkan 50 mL larutan NaCl 10% dan

diaduk hingga homogen. Ditambahkan 1 ml parfum Lemon dan 2 g zat pewarna

kuning sintetik sambil diaduk. Ditambahkan Etilena Diamina Tetra Acetat sebanyak 2

g dan diaduk hingga homogen dengan kecepatan pengadukan 2000rpm ditambahkan

aquades hingga menunjukkan volume larutan 500 mL sambil diaduk hingga larutan

(37)

sama dilakukan pembuatan bahan pencuci tangan untuk variasi konsentrasi NaCl 20%

dan 30%

3.3.4. Pengumpulan data 3.3.4.1. Penentuan Densitas

1. Piknometer 5 mL (kosong) ditimbang pada neraca analitik dan dicatat

massanya

2. Larutan pencuci tangan di pipet 5 mL dan dimasukkan ke dalam piknometer

3. Piknometer berisi ditimbang pada neraca analitik dan dicatat massanya.

4. Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali

5. Densitasnya dihitung

6. Dilakukan percobaan yang sama dengan larutan pencuci tangan dengan variasi

konsentrasi NaCl 10%, 20% dan 30%

Nilai Densitas dihitung berdasarkan persamaan berikut :

d =

dimana : d = densitas larutan (g/mL)

M = massa (g)

V = volume (mL)

3.3.4.2. Penentuan Tegangan Permukaan a. Pengaruh Suhu

1. Larutan pencuci tangan dipanaskan dalam thermostat sampai suhu 300C 2. Larutan pencuci tangan dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam

tensiometer kapiler

3. Larutan pencuci tangan dihisap perlahan-lahan dan dibiarkan turun sampai

setimbang

(38)

5. Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali

6. Tegangan permukaannya dihitung

7. Dilakukan percobaan yang sama dengan dengan variasi suhu 400C, 500C

b. Pengaruh Konsentrasi NaCl

1. Larutan pencuci tangan dengan konsentrasi NaCl 10% dipipet sebanyak 10

ml dan dimasukkan ke dalam tensiometer kapiler

2. Larutan pencuci tangan dihisap perlahan-lahan dan dibiarkan turun sampai

setimbang

3. Tinggi larutan pencuci tangan dalam kapiler kaca dicatat

4. Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali

5. Tegangan permukaannya dihitung

6. Dilakukan percobaan yang sama terhadap larutan pencuci tangan dengan

konsentrasi NaCl 20%, 30%.

Tegangan Permukaan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:

γ

=

dimana : d = densitas

g = gravitasi

h = tinggi larutan dalam kapiler kaca

r = jari-jari kapiler

3.4. Pengolahan Data 3.4.1. Penentuan Kesalahan

(39)

a. Kesalahan instrument, yaitu bersumber dari alat atau instrumentnya sendiri,

misalnya penyimpangan nol dalam pembacaan skala. Kesalahan ini dapat

diminimalkan dengan cara kalibrasi atau penggunaan blangko.

b. Kesalahan metode, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

kenaikan pipa kapiler.

c. Kesalahan personal, yaitu kesalahan yang dilakukan seorang peneliti ataupun

karena kesalahan prosedur. Kesalahan ini dapat diminimalkan dengan

maningkatkan ketelitian dan kedisplinan peneliti.

3.4.1.2. Kesalahan Random (Intermediate)

Tipe kesalahan ini disebabkan oleh banyaknya variabel bebas dan pengulangan dalam

setiap pengukuran kimia dan fisika. Kesalahan terjadi ketika sebuah sistem

pengukuran diteruskan hingga kesensifitas maksimumnya. Terdapat banyak

kontributor kesalahan random, namun tidak ada yang dapat diidentifikasi dan di hitung

karena sangat kecil dan tidak dapat di deteksi tersendiri. Kesalahan ini dapat di lihat

dari rata-rata yang merefleksikan ketelitian.

3.4.1.3. Kesalahan Gabungan dari Kesalahan Random

Kebanyakan hasil akhir dalam kimia fisika dihasilkan dari perhitungan

pengukuran-pengukuran yang digabungkan. Hal ini penting untuk memastikan bagaimana

kesalahan pengukuran individual mempengaruhi hasil akhir.

3.4.2. Penentuan ketidakpastian dalam significant figure

Data yang diperoleh ditentukan nilai ketidakpastiannya berdasarkan sumber- sumber

ketidakpastian. Baik pada saat menimbang, pengukuran volume maupun penggunaan

alat untuk setiap penentuan dalam penelitian ini. Kemudian data yang diperoleh

dianalisa secara statistik dengan analisis varians (ANAVA) dan grafik dengan tingkat

signifikansi 5 % untuk menerima atau menolak hipotesa yang diajukan.

3.4.2.1. Perhitungan ketidakpastian persentase NaCl

Parameter yang di ukur adalah persentaselarutan NaClyang tergantung pada berat

(40)

Massa ( m NaCl )

Sertifikat kalibrasi timbangan tercantum ± 0,15 mg untuk linieritas. Produsen

timbangan merekomendasikan untuk menggunakan distribusi rektangular untuk

mendapatkan kontribusi linier deviasi standar.

3 15 , 0

= 0,087 mg

u(m NaCl) =

2

087 , 0

2x = 0,123 mg

Kemurnian NaCl

PNaCl = 98% = 100% ± 2,00%

= 1,0 ± 0,02

u(PNaCl) =

3 02 , 0

= 0,0115

Massa Molar Natrium Klorida (MNaCl )

Dari tabel IUPAC, berat atom dan daftar ketidakpastian untuk unsur-unsur

pembentukan natrium klorida adalah atom Na dan Cl.

U(MNaCl) =

2 2

Cl

Na s

s

(41)

3.4.2.2. Perhitungan Ketidakpastian Pipet volume 10 mL (VT1)

Ketidakpastian pipet volume 10 mL dengan presisi ± 0,02 mL dapat di hitung dari

penggabungan dua pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi dan

pengaruh suhu.

a. Kalibrasi

u(V10_cal) =

6 02 , 0

= 0,0081 mL

b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi

Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri adalah 200C, sedangkan suhu laboratorium bervariasi antara ± 100C. Ketidakpastian dapat di hitung dari perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian volume air (γ = 2,1 x 10-40C), dan koefisien rektangular di mana akan memberikan

± V x ∆t x γ

± 10 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,021 mL

u(V10_temp) =

3 021 , 0

= 0,0121 mL

ketidakpastian gabungan pipet volume 10 mL

u(V10) =

 

2 _ 10 2

_

10 cal uV temp

V

u

= 0,0146 mL

3.4.2.3. Perhitungan Ketidakpastian gelas ukur 10 mL

a. Kalibrasi

u(V10_cal) = 6 05 , 0

(42)

b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi

± V x ∆t x γ

± 10 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,021 mL

u(V10_temp) = 3 021 , 0

= 0,0121 mL

c. Perulangan

u(V50_rep) = 3 05 , 0

= 0,02886 mL

ketidakpastian gabungan gelas ukur 50 ml

u(V50) =

 

 

2 _ 50 2 _ 50 2 _

50 cal uV temp uV rep

V

u  

= 0,03768 mL

3.4.2.4. Perhitungan Ketidakpastian gelas ukur 100 mL

a. Kalibrasi

u(V100_cal) =

6 5 , 0

= 0,2041 mL

b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi

± V x ∆t x γ

± 50 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,105 mL

u(V50_temp) =

3 105 , 0

(43)

c. Perulangan

u(V50_rep) =

3 5 , 0

= 0,2886 mL

ketidakpastian gabungan gelas ukur 50 ml

u(V50) =

 

 

2 _ 50 2 _ 50 2 _

50 cal uV temp uV rep

V

u  

= 0,3587 mL

3.5. Analisis Data 3.5.1. Analisis Variansi

Dalam menguji hipotesa yang telah diajukan maka di pakai rancangan acak kelompok

sederhana. Dalam rancangan ini tidak terdapat lokal kontrol, sehingga sumber

keragaman yang diamati hanya perlakuan yang di ragam sebanyak kelompok.

a. Analisis jumlah kuadrat untuk nilai Tegangan Permukaan

Analisis jumlah kuadrat untuk nilai tegangan permukaan berdasarkan pengaruh

suhu dan konsentrasi NaCl dapat dihitung melalui persamaan di bawah ini, data

untuk menghitung jumlah kuadrat dapat dilihat dari data statistik pada tabel 2 dan 4

pada lampiran:

1. Jumlah kuadrat total (JKT)

JKT = -

2. Jumlah kuadrat antar kelompok (JKA)

JKA = + + -

(44)

JKD = JKT – JKA

4. Rata-rata kuadrat antar kelompok (RKA)

RKA =

5. Rata-rata kuadrat dalam kelompok (RKD)

RKD =

FHitung =

Analisis sidik ragam

Derajat Bebas (dB)

dBa = m – 1

dBT = n – 1

dBd = dBT - dBa

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel hasil analisa sidik ragam yang terlampir

pada tabel 3 dan 5

3.5.2. Analisis Regresi

Analisis Regresi untuk nilai Tegangan Permukaan berdasarkan pengaruh konsentrasi NaCl

Hasil pengukuran nilai tegangan permukaan diplotkan terhadap konsentrasi NaCl.

Persamaan garis regresi diturunkan dengan metode Least Square, dapat di lihat pada

(45)

di mana : X = konsentrasi NaCl

Y = nilai tegangan permukaan

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat di hitung dari persamaan berikut ;

Y = aX + b

di mana harga a (slope) dan b (intersep) dapat di hitung dari persamaan :

a =

 

  2 2 i i i i i i X X n Y X Y X n

Harga intersep (b) diperoleh dengan mensubtitusikan harga slope (a) ke dalam

persamaan :

b =

 

  

  2 2 2 i i i i i i i X X n Y X X X Y

maka diperoleh harga intersep (b). Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 7.

Dengan cara dan rumus yang sama dilakukan perhitungan untuk nilai tegangan permukaan

berdasarkan pengaruh suhu. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 9

3.5.3. Uji Hipotesa

1) Hipotesa Nol 0 A : H10 i  

yang berarti bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi NaCl terhadap nilai tegangan

permukaan larutan pencuci tangan

(46)

yang berarti bahwa tidak ada pengaruh suhu terhadap nilai tegangan permukaan

larutan pencuci tangan

2) Hipotesa Alternatif

0 A : H11 i

yang berarti bahwa ada pengaruh konsentrasi NaCl terhadap nilai tegangan

permukaan larutan pencuci tangan

0 A : H11 i

yang berarti bahwa ada pengaruh suhu terhadap nilai tegangan permukaan larutan

pencuci tangan

Kriteria Pengujian

Pada batas ketangguhan = 5 % pada daerah kritis pengujian berlaku :

H1 0 ; H

2

0 di terima bila FHitung ≤ F0,05 dan di tolak bila FHitung ≥ F0,05

(47)

3.6. Skema Pengambilan Data

3.6.1. Skema Pembuatan Larutan Pencuci Tangan

ditambahkan ditambahkan ditambahkan

aquades 1000 g aquades 1000 g aquades 300 g

diaduk hingga homogen diaduk hingga diaduk hingga

homogen homogen

dimasukkan 150 mL larutan sodium

lauril eter sulfonat ke dalam beaker

gelas 1000 mL

ditambahkan 20 mL larutan sodium

lauril sulfonat sambil diaduk

ditambahkan 50 mL larutan NaCl

dengan variasi konsentrasi 10%, 20%,

30%, sambil diaduk hingga homogen

ditambahkan 2 mL parfum Lemon dan

2 g zat pewarna kuning sintetik sambil

diaduk

Ditambahkan EDTA sebanyak 2 g dan

diaduk hingga homogen dengan

kecepatan pengadukan 2000rpm sambil

ditambahkan aquadest hingga volume Sodium Lauril Eter

Sulfonat 500 g

Natriun Klorida 33,3 g Sodium Lauril Sulfonat

500 g

Larutan Sodium Lauril Eter Sulfonat

Larutan Sodium Lauril Sulfonat

(48)

larutan 500 mL

didiamkan larutan selama 24 jam

3.6.2. Skema Penentuan Densitas Larutan Pencuci Tangan

Ditimbang sebagai M(piknometer kosong), dan

dicatat massanya

Dipipet 5 mL Larutan Pencuci Tangan

hingga penuh dan ditutup

Ditimbang sebagai M(piknometer berisi), dan

dicatat massanya.

Perlakuan diulangi sebanyak 3 kali

Dihitung nilai densitas larutan pencuci tangan Larutan Pencuci

Tangan

Piknometer Kosong (5 mL)

Data Massa

(49)

3.6.3. Skema Penentuan Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan a. Pengaruh Suhu

dipanaskan larutan pencuci tangan di dalam

thermostat sampai suhu 300C

diukur 10 mL, dimasukkan kedalam

tensiometer kapiler

dihisap larutan pencuci tangan perlahan-lahan dan

dibiarkan turun sampai setimbang

dicatat tinggi larutan pencuci tangan dalam kapiler

kaca

perlakuan diulangi sebanyak 3 kali

dihitung nilai tegangan permukaan larutan pencuci

tangan

Dilakukan percobaan yang sama untuk suhu 400 C dan 500 C Larutan Pencuci

Tangan

Data Tinggi Larutan

(50)

b. Pengaruh Konsentrasi NaCl

diukur 10 mL, dimasukkan kedalam

tensiometer kapiler

dihisap larutan pencuci tangan perlahan-lahan dan

dibiarkan turun sampai setimbang

dicatat tinggi larutan pencuci tangan dalam kapiler

kaca

perlakuan diulangi sebanyak 3 kali

Dilakukan perlakuan yang sama terhadap larutan pencuci tangan dengan

konsentrasi NaCl 20% dan 30% Larutan Pencuci Tangan

dengan Konsentrasi NaCl 10%

(51)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pengaruh

konsentrasi NaCl sebagai zat pengental dan pengaruh suhu larutan pencuci tangan

memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap perubahan tegangan permukaan

larutan pencuci tangan.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh data bahwa nilai tegangan

permukaan larutan pencuci tangan semakin menurun dengan bertambah besarnya

konsentrasi NaCl yang terkandung dalam larutan pencuci tangan, hal ini dapat dilihat

[image:51.595.102.530.616.743.2]

tabel 4.1:

Tabel 4.1. Data Hasil Perhitungan Nilai Tegangan Permukaan Berdasarkan Variasi Konsentrasi NaCl

Konsentrasi

NaCl (%)

Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan

(γ)

γ

(dyne/cm)

I II III

10 6,516 7,025 6,523 6,688

20 6,074 6,079 6,586 6,246

(52)

Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh data bahwa nilai tegangan

permukaan larutan pencuci tangan semakin menurun dengan meningkatnya suhu

[image:52.595.107.531.313.421.2]

larutan pencuci tangan, hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.2:

Tabel 4.2. Data Hasil Perhitungan Nilai Tegangan Permukaan Berdasarkan Variasi Suhu

Suhu

(oC)

Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan (γ) γ

(dyne/cm) I II III

30 5,578 6,079 6,085 5,914

40 5,052 5,517 5,047 5,205

50 4,018 4,022 4,515 4,185

Contoh perhitungan nilai tegangan permukaan:

Nilai tegangan permukaan untuk pengaruh konsentrasi NaCl 10%, perlakuan I:

Diketahui: d = 1,023 g/cm3 h = 1,3 cm

g = 9,8 m/s2 r = 0,01 cm

Nilai tegangan permukaan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:

γ

=

=

(53)

4.2. Pembahasan 4.2.1. Hipotesa Satu

Diperoleh harga FHitung lebih besar dari pada harga FTabel, maka H11 diterima

dan H10 ditolak, yang berarti ada pengaruh konsentrasi NaCl terhadap nilai tegangan

permukaan larutan pencuci tangan. Bertambah besarnya konsentrasi NaCl sebagai zat

pengental, memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tegangan permukaan

[image:53.595.110.473.319.537.2]

larutan pencuci tangan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1:

Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Konsentrasi NaCl Terhadap Nilai Tegangan

Permukaan Larutan Pencuci Tangan

Dari grafik dapat dijelaskan bahwa nilai tegangan permukaan larutan pencuci tangan

semakin menurun dengan bertambah besarnya konsentrasi NaCl yang terkandung

dalam larutan pencuci tangan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin besar

konsentrasi NaCl dalam larutan pencuci tangan, maka jumlah molekul yang larut

semakin banyak sehingga nilai tegangan permukaan dari larutan pencuci tangan

(54)

4.2.2. Hipotesa Dua

Diperoleh harga FHitung lebih besar dari pada harga FTabel, maka H12 diterima

dan H20 ditolak, yang berarti adanya pengaruh suhu larutan pencuci tangan terhadap

nilai tegangan permukaan larutan pencuci tangan. Semakin meningkatnya suhu

larutan pencuci tangan tersebut, memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

[image:54.595.108.490.319.568.2]

tegangan permukaan larutan pencuci tangan, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2:

Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Suhu Terhadap Nilai Tegangan Permukaan Larutan

Pencuci Tangan

Dari grafik dapat dijelaskan bahwa nilai tegangan permukaan larutan pencuci

tangan semakin menurun dengan bertambah besarnya suhu larutan pencuci tangan.

Hal ini dapat dijelaskan dimana perubahan pada temperatur menyebabkan suatu

perubahan dalam tegangan permukaan suatu cairan. Partikel-partikel suatu zat

(55)

atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk sistem koloid dengan

medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan

tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung

dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang

terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang

menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak

Brown.

Gerak Brown dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka

semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya.

Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat.

Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown

semakin lambat. Sehingga ketika temperatur larutan pencuci tangan dinaikkan, ada

peningkatan energi kinetik dari molekul cairan dimana molekul-molekul cairan

bergerak lebih cepat (KE∞T), dan adanya penurunan gaya intermolekular atau pengaruh interaksi antara molekul berkurang sehingga tegangan permukaannya

menurun. Ini menghasilkan penurunan pada fungsi tekanan kedalam pada permukaan

dari cairan. Dengan kata lain tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya

(56)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Semakin besar konsentrasi NaCl yang terkandung dalam larutan pencuci

tangan maka nilai tegangan permukaan larutan pencuci tangan tersebut

semakin menurun, dan semakin kecil konsentrasi NaCl yang terkandung dalam

larutan pencuci tangan maka nilai tegangan permukaan larutan pencuci tangan

semakin besar.

2. Semakin meningkatnya suhu larutan pencuci tangan maka nilai tegangan

permukaan larutan pencuci tangan tersebut semakin menurun, dan semakin

kecil suhu larutan pencuci tangan maka nilai tegangan permukaan larutan

pencuci tangan semakin besar.

5.2. Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian terhadap

larutan pencuci tangan yang mengandung surfaktan anionik maupun kationik . Serta

melakukan penelitian tentang pengaruh volume dan tekanan terhadap tegangan

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W., 1996. Kimia Fisik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Bahl, B.S., 1994. Essentials of Physical Chemistry. S.Chand & Company LTD. New Delhi

Bailey, S.P., 1985. Organic Chemistry. Third edition. Polytechnic State University. California

Bird, T., 1985. Kimia Fisik Untuk Universitas. P.T. Gramedia. Jakarta.

Borrow, G.M., 1961. Physical Chemistry. Mc Graw Hill Book Company,Inc. New York.

Danill, F., 1956. Experimental Physical Chemistry. Sixth Edition. McGraw Hill Book Company,Inc. New York

Dogra, S. K., 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Cetakan Pertama. UI-Press. Jakarta.

Hart, H., 1991. Organic Chemistry A Short Course. Eight edition. Houghton Mifflin Company. Boston

http:// wordpress.com/2010/08/28/surfaktant-deterjen-sabun-revisi/ Diakses tanggal

6 Desember 2010

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/definisi-detergen/. Diakses tanggal 15 Februari 2011

Martin,A., (1993), Farmasi Fisik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

Matta, M.S., 1986. General, Organic & Biological Chemistry. Cuming Publishing

Company, Inc.California

Myers, D., 2006. Surfactant Science and Technology. New Jersey : Jhon Wiley and Son, Inc.New York.

Rangkuti, S.E., 2010. Pengaruh Penambahan NaCl terhadap Perubahan Viskositas Bahan Pencuci Tangan Cair. Skripsi FMIPA USU. Medan

(58)

San Luis Obispo.

Schwartz, A.M., 1958. Surface Aktive Agents and Detergents. Interscience Publisher, Inc. New York

(59)
[image:59.595.103.531.230.682.2]

Lampiran 1

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Densitas Larutan Pencuci Tangan dengan Variasi Konsentrasi NaCl dan Suhu Larutan Pencuci Tangan

Variabel

Massa Piknometer (g)

d (g/cm3)

Tinggi Larutan

(cm)

Mo Mi

K O N S E N T R A S I NaCl (%)

10 11,751 16,870 1,023 1,3

11,750 16,870 1,024 1,4

11,753 16,875 1,024 1,3

20 11,746 16,913 1,033 1,2

11,748 16,916 1,034 1,2

11,746 16,915 1,034 1,3

30 11,755 16,957 1,040 0,9

11,758 16,961 1,041 1,0

11,756 16,958 1,040 0,9

S

U

H

U

(0C)

30 11,735 16,909 1,035 1,1

11,739 16,912 1,034 1,2

11,733 16,908 1,035 1,2

40 11,725 16,880 1,031 1,0

11,730 16,878 1,030 1,1

11,733 16,882 1,030 1,0

50 11,731 16,854 1,025 0,8

11,735 16,863 1,026 0,8

(60)
[image:60.595.101.533.223.377.2]

Lampiran 2

Tabel 2. Data Statistik Nilai Tegangan Permukaan Berdasarkan Variasi Konsentrasi NaCl

No 10% 20% 30% Total

1 6,516 6,074 6,523

2 7,025 6,079 6,586

3 6,523 4,586 5,096

ΣXT 20,064 18,739 14,273 53,076

ΣXT2 134,358 117,222 68,077 319,657

Nk 3 3 3 9 (NT)

Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Efek Konsentrasi NaCl Terhadap Nilai Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Rata-rata

Kuadrat FHitung

FTabel

(5 %)

Antar kelompok Dalam kelompok

2 6

6,138

0,513 3,069 0,0855

35,895

- 5,14

-

[image:60.595.106.544.452.622.2]
(61)
[image:61.595.99.533.223.377.2]

Lampiran 3

Tabel 4. Data Statistik Nilai Tegangan Permukaan Berdasarkan Variasi Suhu

No 300 400 500 Total

1 5,578 5,052 4,018

2 6,079 5,517 4,022

3 6,085 5,047 4,515

ΣXT 17,742 15,516 12,555 45,913

ΣXT2 105,132 81,432 52,075 239,269

Nk 3 3 3 9 (NT)

Tabel 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Efek Suhu Terhadap Nilai Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Rata-rata

Kuadrat FHitung

FTabel

(5 %)

Antar kelompok Dalam kelompok

2 6

4,531

0,515 2,2655 0,0858

26,404

- 5,14

-

[image:61.595.108.541.423.605.2]
(62)
[image:62.595.105.538.235.362.2]

Lampiran 4

Tabel 6. Data Ananlisis Regresi Efek Konsentrasi NaCl Terhadap Nilai Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan

No Xi Yi Xi2 Yi2 Xi.Yi

1 10 6,688 100 44,7293 66,88

2 20 6,246 400 39,0125 124,92

3 30 4,758 900 22,6385 142,74

60 17,692 1400 106,3803 334,54

Tabel 7. Hasil perhitungan analisa regresi untuk nilai Tegangan Permukaan larutan pencuci tangan berdasarkan efek konsentrasi NaCl

Analisa Larutan Pencuci Tangan

Slope (a) -0,0965

(63)
[image:63.595.109.518.226.478.2]

Lampiran 5

Gambar 1. Grafik analisa regresi untuk nilai Tegangan Permukaan larutan pencuci tangan berdasarkan efek konsentrasi NaCl

Tabel 8. Data Ananlisis Regresi Efek Suhu Larutan Pencuci Tangan Terhadap Nilai Tegangan Permukaan Larutan Pencuci Tangan

No Xi Yi Xi2 Yi2 Xi.Yi

1 30 5,914 900 34,9753 177,42

2 40 5,205 1600 27,0920 208,2

3 50 4,185 2500 17,5124 209,25

[image:63.595.110.535.569.689.2]
(64)

Lampiran 6

Tabel 9. Hasil perhitungan analisis regresi untuk nilai Tegangan Permukaan larutan pencuci tangan berdasarkan efek Suhu larutan Pencuci Tangan

Analisa Larutan Pencuci Tangan

Slope (a) -0,08545

[image:64.595.110.513.360.643.2]

Intersep (b) 8,5176

Gambar

Gambar 2.2. Struktur Linier Alkilbenzen Sulfonat
Gambar2.3. Proses Kenaikan Cairan pada Pipa Kapiler
Gambar 2.4. Tensiometer Du Nuoydialdalamdyne
Tabel 4.1. Data Hasil Perhitungan Nilai Tegangan Permukaan Berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 11) dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi larutan garam dengan suhu fermentasi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P &gt;

Konsentrasi Larutan NaCl 2% Dan 3,5% Terhadap Laju Korosi Pada Baja Karbon Rendah ”, untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

3.2 Pengaruh Suhu, Konsentrasi NaCl Na l dan Waktu Perebusan terhadap Kandungan Kalsium Oksalat Hasil analisa umbi talas sente yang telah direbus dalam larutan NaCl 0-6% 6% dengan

Peningkatan konsentrasi larutan NaCl 0,1% sudah dapat memberikan perbedaan nyata terhadap WHC pada bubur daging II karena semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata uji perbandingan jamak warna pati ubi talas pada konsentrasi larutan natrium klorida (NaCl) 7,5% tidak berbeda dengan konsentrasi

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi larutan gula terhadap kadar air akhir, penurunan bobot (WR), jumlah padatan yang masuk (SG), jumlah air

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu tempering pada sambungan las SMAW baja SS400 setelah di quenching dengan Larutan NaCl terhadap ketahanan bending

Peningkatan konsentrasi larutan NaCl 0,1% sudah dapat memberikan perbedaan nyata terhadap WHC pada bubur daging II karena semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl