• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kausalitas Pengeluaran Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kausalitas Pengeluaran Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS KAUSALITAS PENGELUARAN PENDIDIKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA

SKRIPSI Diajukan Oleh:

DONI DAMANIK 050501013

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

selalu membimbing dan memberi kekuatan kepada penulis dalam menjalani masa

perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Kausalitas Pengeluaran Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera

Utara“.

Selama menempuh perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini, penulis

sudah sangat banyak memperoleh motivasi, bantuan serta bimbingan dari berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan apresiasi dan terima

kasih sebesar-besarnya. Dengan diiringi rasa hormat yang mendalam, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec. selaku Ketua Departemen

Ekonomi Pembangunan.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, Msoc, Phd. Selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan

4. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam SE, selaku dosen pembimbing

yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam

(3)

ii

5. Bapak Paidi Hidayat SE, M.Si selaku dosen penguji I dan Bapak Haroni

Doli SE, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan

saran dan masukan dalam penyusuna skripsi ini.

6. Bapak Paidi Hidayat SE, M.Si selaku dosen wali selama perkuliahan yang

telah memberikan dukungan, waktu, tenaga, dan pikiran selama mengikuti

perkuliahan.

7. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara yang telah mendukung dengan baik selama perkuliahan.

8. Keluarga terkasih, kedua orangtua saya yaitu Jan Warisman Damanik dan

Ibunda Sarifah Saragih dan adik saya Ruth Maharani Damanik, Johandri

Damanik, Yuanita Fatresia Damanik yang selalu memberikan cinta,

motivasi, saran, dan dukungan dalam bentuk moril dan materi yang tidak

hentinya mendoakan penulis selama kuliah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yang

menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2011

Penulis

(4)

iii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola atau arah hubungan kausalitas antara Pertumbuhan ekonomi dengan Pengeluaran Pendidikan Sumatera Utara serta mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan realisasi pengeluaran pendidikan di Sumatera Utara.

\ Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu

(time series) selama kurun waktu 1983-2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

sepertiBPS, jurnal dll. Metode analisis dalam penelitian ini adalah kointegration test dan granger causality test

Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa realisasi pengeluaran pemerintah sektor pendidikan maupun pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka panjang dan juga menunjukkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi (kausalitas dua arah). Oleh karena itu pemerintah Sumatera Utara lebih meningkatkan dan membenahi komponen-komponen pendukung sektor pendidikan.

(5)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Hipotesis... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi...7

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi...9

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PBDR)...11

2.1.3 Metode Penghitungan PDRB...11

(6)

v

2.2 Pengeluaran Pemerintah...18

2.2.1 Pengeluaran Rutin...19

2.2.2 Pengeluaran Pembangunan...20

2.2.3 Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah...21

2.2.4 Teori Pengeluaran Pemerintah...22

2.3 Pendidikan... 29

2.3.1 Jenjang Pendidikan... 30

2.3.2 Jenis Pendidikan...31

2.4 Penelitian Terdahulu... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian...35

3.2 Jenis dan Sumber Data...32

3.3 Metode Analisis...33

3.3.1 Uji akar unit (Unit root test)...36

3.3.2 Uji Kointegrasi (Cointegration test)...37

3.3.3 Uji Granger Causality...38

(7)

vi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian...40

4.1.1 Gambaran Wilayah Sumatera Utara... 40

4.1.2 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara...44

4.2 Analisa Data... 50

4.2.1 Uji Akar Unit dan Uji Derajat Integrasi... 50

4.2.2 Uji Granger Causality... 54

4.2.3 Uji Kointegrasi... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 58

5.2 Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA... 61

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kabupaten/Kota (Tahun 2006) ... 42

Tabel 2 Inflasi Sumatera Utara Tahun 1986-2006 ... 46

Tabel 3 PDRB Sumatera Utara Tahun 1983-2009 ... 48

Tabel 4 Realisasi Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan ... 49

Tabel 5 Hasil Estimasi Unit Root Test dan Derajat Integrasi dengan ADF-Test ... 51

Tabel 6 Hasil Estimasi Unit Root Test dan Derajat Integrasi dengan Phillip-PerronTest ... 53

Tabel 7 Hasil Estimasi Uji Granger Causality ... 55

Tabel 8 Hasil Estimasi Uji Kointegrasi ... 56

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kondisi Geografis Sumatera Utara ... 63

(10)

iii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola atau arah hubungan kausalitas antara Pertumbuhan ekonomi dengan Pengeluaran Pendidikan Sumatera Utara serta mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan realisasi pengeluaran pendidikan di Sumatera Utara.

\ Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu

(time series) selama kurun waktu 1983-2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

sepertiBPS, jurnal dll. Metode analisis dalam penelitian ini adalah kointegration test dan granger causality test

Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa realisasi pengeluaran pemerintah sektor pendidikan maupun pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka panjang dan juga menunjukkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi (kausalitas dua arah). Oleh karena itu pemerintah Sumatera Utara lebih meningkatkan dan membenahi komponen-komponen pendukung sektor pendidikan.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yang menjadi cita-cita dari suatu suatu negara adalah untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu tolak ukur dari ukuran

pertumbuhan ekonomi adalah pendapatan nasional. Pendapatan nasional suatu

negara dapat menunjukkan seberapa besar aktivitas perekonomian berlangsung

secara keseluruhan. Konsep pendapatan nasional adalah ukuran yang paling sering

dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi namun bukan satu satunya

indikator pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses,

bukan merupakan suatu gambaran ekonomi pada suatu periode tertentu, ada

perkembangan atau perubahan dan penggunaan waktu (Boediono,1992).

Pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan sejauh mana kinerja atau

aktifitas dari beberapa sektor ekonomi akan menghasilkan nilai tambah atau

pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui fluktuasi

pendidikan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun digunakan PDRB atas

dasar harga konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan

adanya peningkatan perekonomian dan sebaliknya apabila pertumbuhan negatif

menunjukkan penurunan dalam pembangunan. Kuznets dalam Jhingan (2008)

mendefenisikan pertumbuhan ekonomi, sebagai kenaikan jangka panjang dalam

kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

(12)

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada. Pembangunan ekonomi

yang dilakukan oleh pemerintah daerah merupakan serangkaian usaha dan

kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,

memperluas lapangan kerja, meningkatkan pemerataan pembangian pendapatan

dan mengupayakan peningkatan ekonomi.

Menurut Samuelson dan Nordhaus, ada empat faktor sebagai sumber

pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber daya manusia,

sumber daya alam, pembentukan modal, dan teknologi. Pengeluaran pemerintah

berperan dalam pembentukan modal melalui pengeluaran pemerintah di berbagai

bidang seperti sarana dan prasarana. Pembentukan modal di bidang sarana dan

prasaran ini umumnya menjadi social overhead capital (SOC) yang sangat

penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap

pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

keduanya merupakan input bagi total produksi (Todaro,2003). Pendidikan juga

berfungsi meningkatkan produktivitas. Selain dari itu kemampuan untuk

menyerap teknologi dan mengembangkan kapasitas memerlukan peningkatan

sumber daya manusia agar tercipta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan

mendapatkan pekerjaan atau pendapatan yang semakin tinggi dimasa yang akan

datang dan juga menyatakan bahwa bila untuk membuat keputusan untuk

(13)

Todaro (2003) menjelaskan bahwa ada dua alasan ekonomi mendasar yang

memaksa kita percaya bahwa sistem pendidikan di banyak Negara berkembang

pada dasarnya tidak memperhatikan aspek pemerataan (equality), dalam arti anak

anak dari keluarga miskin tidak dibantu sedikitpun untuk meningkatkan

kesempatannya yang sangat terbatas itu dalam memperoleh dan menyelesaikan

program pendidikan pada segala tingkatan, terutama jika kesempatan mereka

dibandingkan dengan dari kesempatan dari anak keluarga kaya. Pertama tingginya

biaya oportunitas tenaga kerja yang harus ditanggung keluarga miskin jika

anaknya bersekolah. Program wajib belajar oleh pemerintah pada prinsipnya

diberikan kemasyarakat tanpa ada biaya moneter atau pungutan uang, akan tetapi

bagi keluarga miskin pendidikan tidak pernah cuma-cuma.

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2010

pasal 28 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara anggaran pendidikan

direncanakan sebesar Rp248.978.493.061.200,00 (dua ratus empat puluh delapan

triliun sembilan ratus tujuh puluh delapan miliar empat ratus sembilan puluh tiga

juta enam puluh satu ribu dua ratus rupiah) dengan persentase anggaran sebesar

20,2 persen yang merupakan perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap

total anggaran belanja Negara sebesar Rp1.229.558.465.306.000,00 (satu

kuadriliun dua ratus dua puluh sembilan triliun lima ratus lima puluh delapan

miliar empat ratus enam puluh lima juta tiga ratus enam puluh ribu rupiah).

(14)

Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tercatat terdapat

pertumbuhan yang positif sebesar 6,36% (yoy), pada triwulan IV-2010. Secara

keseluruhan nilai PDRB Sumatera Utara tahun 2010 sebesar Rp. 118,64 triliun.

Pengeluaran pemerintah atas pendidikan, pada dasarnya merupakan

suatu investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Efek pembangunan pada

pengeluaran pendidikan tersebut tidak dapat berdampak langsung melainkan

membutuhkan beberapa period untuk dapat merasakan dampaknya. Terdapat time

lag ketika pemerintah mengeluarkan anggaran pembangunan atau belanja

negara untuk sektor tersebut dengan dampak kebijakan tersebut, maka

dibutuhkan suatu penelitian yang menggunakan runtut waktu (time series)

cukup panjang. Penelitian dengan menggunakan runtun waktu akan

membantu melihat hubungan kausalitas pengeluaran pemerintah terhadap

pertumbuhan ekonomi. Investasi pemerintah dalam pendidikan akan

menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia, hal ini juga akan memacu

investasi ekonomi. Investasi ekonomi selanjutnya akan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi karena banyaknya modal yang tersedia untuk

pembangunan.

Pengeluaran pemerintah merupakan suatu jenis kebijakan yang dapat

dilakukan pemerintah sebagai salah satu langkah untuk mensejahterakan

masyarakatnya dan menuju pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah

terhadap sektor pendidikan, merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah yang

memacu kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya mempengaruhi

(15)

menuangkannya dalam penulisan skripsi yang berjudul: “Analisis Kausalitas

Pengeluaran Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi SumateraUtara”.

1.2 Perumusan Masalah

Pengeluaran pemerintah memiliki hubungan yang kuat dengan

pertumbuhan ekonomi, terutama jenis pengeluaran pemerintah yang menyangkut

pencapaian kesejahteraan masyarakat. Pengeluaran tersebut adalah pengeluaran

atas pendidikan. Pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan, terhadap

pertumbuhan ekonomi tidak dapat langsung dirasakan dalam jangka pendek

melainkan baru akan terasa dalam jangka panjang. Berdasarkan uraian diatas,

maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola atau arah hubungan kausalitas antara pertumbuhan

ekonomi dan realisasi pengeluaran pendidikan di Sumatera Utara?

2. Apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara

pertumbuhan ekonomi dan realisasi pengeluaran pendidikan di Sumatera

Utara?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian

yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah

diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pola atau hubungan yang timbal balik (feedback) antara realisasi

pengeluaran pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

2. Terdapat hubungan jangka panjang antara realisasi pengeluaran

(16)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi dan realisasi

pengeluaran pendidikan di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pola atau arah hubungan kausalitas antara pertumbuhan

ekonomi dan realisasi pengeluaran pendidikan di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara

pertumbuhan ekonomi dan realisasi pengeluaran pendidikan di Sumatera

Utara.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi -

instansi yang terkait.

2. Sebagai alat penambah wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan

hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran

pemerintah di Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang akan

meneliti mengenai kebijakan mengenai pengeluaran pemerintah sektor

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan output agregat

atau pendapatan riil. Kedua peningkatan tersebut biasanya dapat dihitung

perkapita atau selama jangka waktu yang cukup panjang sebagai akibat

peningkatan penggunaan input. Berbeda pengertiannya dengan pembangunan

ekonomi yang memiliki pengertian pertumbuhan ekonomi yang lebih luas baik

deri segi struktur output, input, perubahan dalam teknik produksi, sikap dan

perilaku sosial serta kerangka kelembagaan menuju kepada keadaan dan taraf

hidup yang secara menyeluruh lebih baik. Dengan demikian jelas terlihat bahwa

pertumbuhan ekonomi hanya merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan

ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur prestasi ekonomi suatu negara. Dalam kegiatan ekonomi sebenarnya,

pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisik. Beberapa

perkembangan ekonomi fisik yang terjadi disuatu Negara adalah pertambahan

produksi barang dan jasa dan perkembangan infrastruktur. Semua hal tersebut

biasanya diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu

negara dalan periode tertentu. (Sumber: www.wikipedia.org)

Model yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave (Todaro,2006)

(18)

tahap-dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi

pemerintah terhadap total investasi besar. Pada tahap menengah pembangunan

ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta

sudah semakin membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah,

oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan

kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang

dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang baik.

Pada tingkat ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa

pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana

ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial.

Ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara :

1. Akumulasi modal yang mengikuti setiap bentuk atau jenis investasi baru

yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya

manusia. Investasi produktif yang bersifat langsung harus dilengkapi

dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastruktur”

ekonomi dan sosial. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia

dapat meningkatkan kualitas modal manusia, sehingga pada akhirnya akan

membawa dampak positif yang sama terhadap angka produksi, bahkan

akan lebih besar lagi mengingat terus bertambahnya jumlah manusia.

Pendidikan formal, program pendidikan dan pelatihan kerja perlu lebih

diefektifkan untuk mencetak tenaga-tenaga terdidik dan sumber daya

(19)

daya manusia dan penciptaan modal manusia (human capital) dapat

dianalogikan dengan peningkatan kualitas dan produktifitas sumber daya

tanah melalui investasi strategis.

2. Pertumbuhan penduduk, yang pada akirnya memperbanyak jumlah

angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja

secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu

pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan

menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan

penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar

domestiknya.

3. Kemajuan teknologi, terdapat tiga klasifikasi yaitu :

a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral

b. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja

c. Kemajuan teknologi yang hemat modal

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Pertumbuhan Klasik

Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Richardo, Malthus dam John

Stuart Mill. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat

faktor yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan

alam serta teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatian pada

(20)

2. Teori Petumbuhan Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro

Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama

yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut investasi

jangka panjang. Harrod-Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif

waktu yang lebih panjang.

3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Robert Solow (1970) dan Trevor Swan (1956) mengembangkan model

pertumbuhan ekonomi yang sekarang disebut model pertumbuhan Neo Klasik.

Model Solow-Swan memusatkan perhatian pada bagaimana pertumbuhan

ekonomi, akumulasi modal, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi

dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perbedaan utama dengan Harold-Domar

adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu,

Solow, dan Swan menggunakan fungsi produksi yang memungkinkan adanya

substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian syarat-syarat

adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow Swan kurang

restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal

ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga

kerja.

4. Teori Pertumbuhan Schumpeter

Schumpeter (2008) berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan

ekonomi adalah suatu proses yang ia beri nama inovasi dan pelakunya adalah para

(21)

bersumber dari perkembangan ekonomi. Penanaman modal atau investasi dapat

dibedakan menjadi dua, yakni penanaman modal otonomi (autonomous

investment) yakni penanaman modal untuk melakukan inovasi. Jenis penanaman

modal yang kedua yaitu jenis penanaman modal terpengaruh (induced investment)

yakni penanaman modal yang timbul sebagai akibat kegiatan ekonomi setelah

munculnya inovasi tersebut

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai

produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi

pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Atau apabila ditinjau dari segi

pendapatan merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor

produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam

proses produksi dalam jangka waktu tertentu. (sumber: www.wordpress.com)

2.1.3 Metode Penghitungan PDRB

Ada dua metode yang dipakai untuk menghitung PDRB:

1. Metode Langsung

Dalam metode ini, penghitungan berdasarkan pada daerah, hasil

penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh daerah tersebut. Pemakaian penduduk ini dapat dilakukan melalui tiga

pendekatan:

a. Pendekatan Produksi

b. Pendekatan Pendapatan

(22)

2. Metode Tidak Langsung/Alokasi

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan

mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok

kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator

yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan

ekonomi tersebut.

Pemakaian masing - masing metode pendekatan pada data yang tersedia

pada kenyataannya pemakaian kedua metode tersebut saling menunjang satu sama

lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah.

1. Penghitungan atas dasar harga berlaku

Hasil penghitungan atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh

NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi

dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga tahun

yang bersangkutan.

NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NTB /

output dengan biaya antara masing - masing nilai atas dasar harga berlaku. NTB

menggambarkan perubahan volume / kuantum produksi yang dihasilkan dan

tingkat perubahan dari masing - masing kegiatan sub sektor dan sektor. Mengingat

sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap faktor, maka penilaian NTB /

output dilakukan sebagai berikut:

a. Untuk sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari

alam seperti; pertanian, pertambangan, penggalian pertama kali dicari

(23)

b. Untuk sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik,

gas, dan air minum, dan sektor bangunan, penghitungannya sama dengan

sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang

dihasilkan serta harga produsen masing – masing kegiatan, sub sektor dan

sektor yang bersangkutan.

c. Untuk sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor

perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan

lembaga keuangan lainnya, sewa rumah dan jasa pemerintah dan jasa -

jasa untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari

indikator produksi yang sesuai dengan masing - masing sub sektor dan

sektor.

2. Penghitungan Berdasarkan Harga Konstan

Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas

dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar

tertentu. NTB berdasarkan atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan

volume / kuantum produksi saja.

Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah ADH konstan,

antara lain:

1. Revaluasi

Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing – masing

tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya

atas dasar harga konstan selanjutnya ditambah ADH konstan diperoleh dari

(24)

2. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing - masing tahun atas dasar konstan diperoleh dengan cara

mengalihkan nilai tambah pada tahun dasar indeks produksi. Indeks produksi

sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing - masing produksi

yang dihasilkan atau indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga

kerja, jumlah perusahaan, dan sebagainya tergantung mana yang lebih cocok

dengan jenis kegiatan sub sektor dan sektor dihitung.

3. Deflasi

Nilai tambah ADH konstan diperoleh dengan membagi nilai tambah atas

dasar harga berlaku masing - masing tahun dengan indeks harga. Indeks

harganya digunakan sebagai deflator biasanya menggunakan indeks harga

konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya tergantung mana

yang lebih cocok. Indeks harga ini dapat juga dipakai sebagai indikator dalam

keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga konstan justru diperoleh

dengan mengalihkan nilai tambah ADH konstan dengan indeks harga

tertentu.

4. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya,

sedangkan nilai tambah diperoleh selisih antara output dan biaya antara hasil

deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk

perhitungan output atas dasar harga konstan adalah IHK atau IHPB sesuai

(25)

Ada beberapa cara yang lazim digunakan dalam perhitungan pendapatan

suatu daerah yakni:

a. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar

Diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah nilai bruto yang timbul dari

seluruh perekonomian suatu daerah. Nilai tambah bruto disini mencakup

komponen - komponen faktor pendapatan, penyusutan serta pajak tidak

langsung.

b. Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar

Perbedaan antar konsep “bruto” dan konsep “netto” adalah karena pada

konsep bruto, faktor penyusutan masih termasuk di dalamnya, sedangkan

pada konsep netto faktor penyusutan telah dikeluarkan. Penyusutan yang

dimaksud adalah nilai susut barang - barang modal yang terjadi selama

ikut serta dalam proses produksi. Jika nilai susut barang – barang modal

dari seluruh faktor ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan

“penyusutan” yang dimaksud diatas.

2.1.4 Faktor – faktor Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun

pada hakikatnya faktor - faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. (Sumber: Bannock, Graham, R. E.

Baxter dan Evan Davis. 2004. A Dictionary of Economics. Inggris: Penguin

Books Ltd)

1. Faktor Ekonomi

(26)

Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti

kesuburan tanah, keadaan iklim / cuaca, hasil hutan, tambang dan hasil

laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan indsutri suatu negara, terutama

dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan

kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam,

menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai

proses produksi).

b. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan

nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang

besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil - hasil produksi,

sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas

yang ada.

c. Sumber daya modal

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah

tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan

mengolah kekayaan. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk

menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang –

barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran

pembangunan ekonomi karena barang – barang modal juga dapat

meningkatkan produktivitas.

(27)

Organisasi produksi merupakan bagian penting dalam proses pertumbuhan

ekonomi. Organisasi ini berkaitan dengan penggunaan faktor produksi

dengan berbagai kegiatan perekonomian. Organisasi produksi ini

dilaksanakan dan diatur oleh tenaga manajerial dalam berbagai

kegiatannya sehari - hari. Dan dalam perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi, para wiraswasta tampil sebagai tenaga organisator dalam

menggerakkan berbagai sumber produksi dalam proses produksi dengan

memperkenalkan penemuan baru yang dikenal sebagai inovasi.

e. Teknologi

Dalam pengertian yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi

karena ditemukannya cara baru atau perbaikan cara penyelesaian tugas. Kemajuan

teknologi merupakan faktor yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Dan perubahan atau kemajuan teknologi tersebut dapat meningkatkan

produktivitas tenaga kerja, modal dan faktor produksi lainnya. Kemajuan

teknologi hemat modal akan menghasilkan metode produksi padat karya yang

lebih efisien.

2. Faktor non Ekonomi

a. Faktor Politik dan Administrasi Pemerintahan

Struktur dan situasi politik dan administrasi pemerintahan yang lemah

merupakan faktor penghambat yang besar bagi pertumbuhan ekonomi.

Politik yang tidak stabil serta pemerintahan yang lemah sangat

menghambat kelancaran kemajuan ekonomi.

(28)

Aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat meliputi antara lain

sikap, tingkah laku, pandangan masyarakat, motivasi kerja, kelembagaan

masyarakat dan hal – hal lainnya yang berkaitan dengan itu.

c. Susunan dan Tertib Hukum

Susunan dan tertib hukum serta pelaksanaan hukum dan peraturan

perundang - undangan yang keliru seringkali menghambat kemajuan

ekonomi. Sehubungan dengan itu maka hukum harus dilaksanakan secara

tertib dan konsekuen, yang ditujukan untuk menunjang pertumbuhan

ekonomi.

2.2 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan suatu jenis kebijakan yang dapat

dilakukan pemerintah sebagai salah satu langkah untuk mensejahterakan

masyarakatnya dan menuju pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah

terhadap sektor pendidikan, merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah yang

memacu kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi.

Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu

anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggran defisit. Dalam pengertian

umum, anggaran seimbang adalah suatu kondisi dimana penerimaan sama dengan

pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari

penerimaan (G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana

(29)

Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah

inflasi sedangkan defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah

pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah

merencanakan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka

pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya. Pengeluaran

pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Sampai

dengan tahun 2004, rincian belanja pemerintah pusat dan daerah masih terdiri

dari: (1) pengeluaran rutin dan (2) pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun

2005 mulai diterapkan penyatuan anggaran (unifiet budget) antara pengeluaran

rutin dan pengeluaran pembangunan, serta pengklasifikasian anggaran belanja

pemerintah pusat menurut jenis belanja, organisasi, dan fungsi (Nota Keuangan

dan RAPBD 2005).

2.2.1 Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan

dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang,

pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui

pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga

kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, kegiatan operasional dan

pemeliharaan aset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga,

perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga

stabilitas perekonomian (Djunasien dan Hidayat, 1989).

Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan

(30)

stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah,

penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat

sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai

yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan.

2.2.2 Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang digunakan untuk

membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum baik

pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan

lebih ditekankan pada upaya penciptaan kondisi yang lebih stabil dan kondusif

bagi berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan

stimulus bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam kaitan dengan pengelolaan

APBD secara keseluruhan dengan keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia,

maka pencapaian sasaran - sasaran pembangunan harus dilakukan seoptimal

mungkin (Nota Keuangan dan APBD, 2004). Sehubungan dengan hal tersebut,

formulasi distribusi alokasi dan penentuan besarnya pengeluaran pembangunan

memegang peranan penting dalam pencapaian target kebijakan fiskal.

Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap

ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran

pendapatan dan belanja daerah yang sehat, melalui upaya mengurangi secara

bertahap peran pembiayaan yang bersumber dari luar negeri tanpa mengurangi

upaya menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembiayaan

pembangunan rupiah dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan

(31)

departemen dan lembaga pemerintah non departemen di tingkat pemerintah

daerah, yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola oleh

instansi pusat, dan dana pembangunan yang dikelola daerah (Djamin, 1993).

2.2.3 Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah

Menurut Suparmoko (2000), pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari

berbagai segi sehingga dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

1. Pengeluaran itu merupakan investasi yang menambah kekuatan dan

ketahanan ekonomi dimasa yang akan datang.

2. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan

bagi masyarakat.

3. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

4. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga

beli yang lebih luas.

Macam-macam pengeluaran pemerintah seperti :

1. Pengeluaran yang self liquiditing sebagian atau sepenuhnya, artinya

pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari

masyarakat yang menerima jasa - jasa / barang - barang yang

bersangkutan. Misalnya, pengeluran untuk jasa - jasa perusahaan

pemerintah atau untuk proyek proyek produktif

2. Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan

keuntungan-keuntungan ekonomi bagi masyarakat yang dengan naiknya tingkat

penghasilan dan sasaran pajak yang lain akhirnya akan menaikkan

(32)

pendidikan, dan pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta

memicu peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat.

3. Pengeluran yang tidak termasuk self liquiditing dan tidak reproduktif,

yaitu pengeluaran yang langsung menambahkan kegembiraan dan

kesejahteraan masyarakat. Misalnya untuk bidang rekreasi, pendirian

monumen dan sebagainya.

4. Pengeluaran yang merupakan penghematan dimasa akan datang, misalnya

pengeluaran untuk anak- anak yatim piatu, pengeluaran untuk kesehatan

dan pendidikan masyarakat.

2.2.4 Teori Pengeluaran Pemerintah

Kebijakan fiskal penstabil otomatik atau disebut juga stabilisator

terpasang menurut Lipsey (1990) adalah berbagai kebijakan yang dapat

menurunkan kecenderungan membelanjakan marjinal dari pendapatan

nasional, sehingga mengurangi angka multiplier. Penstabil otomatik

mengurangi besarnya fluktuasi pendapatan nasional yang disebabkan oleh

perubahan-perubahan outonomous pada pengeluaran-pengeluaran seperti

investasi. Selain itu, perangkat ini akan bekerja tanpa pemerintah harus

bereaksi dengan sengaja, terhadap setiap perubahan pendapatan nasional pada

waktu perubahan ini terjadi. Tiga bentuk penstabil otomatik yang utama

adalah sebagai berikut:

1. Pajak

Pajak akan mengurangi besarnya fluktuasi pendapatan disposebel yang

(33)

demikian, pada kecenderungan mengkonsumsi marginal tertentu dari

pendapatan disposebel, pajak langsung mengurangi tingkat

kecenderungan membelanjakan marjinal dari pendapatan nasional.

2. Pengeluaran pemerintah

Pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah cenderung

relatif stabil dalam menghadapi variasi pendapatan nasional yang bersifat

siklis. Banyak pengeluaran sudah disetujui oleh peraturan sebelumnya,

sehingga hanya sebagian kecil saja yang dapat dirubah oleh pemerintah.

Perubahan kecil tersebut dilakukan dengan sangat lambat. Sebaliknya,

konsumsi dan pengeluaran swasta untuk investasi cenderung bervariasi

sejalan dengan pendapatan nasional. Semakin besar peran pengeluaran

pemerintah dalam suatu perekonomian, makin kecil kadar

ketidak-stabilan siklus pada seluruh pengeluaran. Meningkatnya peran pemerintah

dalam perekonomian dapat saja merugikan atau menguntungkan.

Meskipun demikian, pengeluaran pemerintah merupakan penstabil

otomatik yang ampuh dalam perekonomian.

3. Transfer pemerintah

Transfer pemerintah contohnya berupa jaminan sosial, jaminan

kesejahteraan dan kebijakan bantuan pertanian. Pembayaran transfer yang

berperan sebagai stabilisator terpasang cenderung menstabilkan

pengeluaran untuk konsumsi, dalam upaya untuk menghadapi fluktuasi

pendapatan nasional. Kebijakan fiskal yang kedua adalah kebijakan

(34)

pengeluaran yang dirancang untuk mengimbangi senjang yang timbul.

Agar dapat melakukannya secara efektif, pemerintah secara periodik

harus mengambil keputusan untuk merubah kebijakan fiskal. Dalam

proses mempertimbangkan kebijakan fiskal diskresioner, perlu

dipertimbangkan dua hal, yaitu kemudahan kebijakan fiskal untuk dirubah

dan pandangan rumah tangga dan perusahaan atas kebijakan fiskal

pemerintah yang bersifat sementara dan jangka panjang.

a. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes

Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I + G merupakan

pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam

perekonomian tertutup. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional.

Variabel Y (pendapatan nasional), C (pengeluaran konsumsi), dan G (pengeluaran

pemerintah). Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamati dari

waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah

dalam pembentukan pendapatan nasional (Dumairy, 1997). Apabila ruas kiri dan

ruas kanan dibagi dengan Y, maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y

Menurut Keynes untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam

perekonomian, pemerintah berusaha untuk meningkatkan jumlah pengeluaran

pemerintah (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional,

(35)

Consume) dalam perekonomian. Pendapatan setelah diperhitungkannya transfer

pemerintah disebut sebagai disposable income suatu masyarakat sama dengan

besarnya transfer pemerintah (Tr) dikurangi besarnya pajak (Tax) yang dipungut

oleh pemerintah. Persamaannya adalah sebagai berikut (Reksoprayitno, 1985) :

Yd = Y – Tx + Tr

Dari persamaan tersebut, dapat diturunkan kedalam persamaan berikut ini :

Y = Yd + Tr – Tx

Maka :

C + I +G = Y = Yd + Tr – Tx

Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam pengertian

fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara keseluruhan.

Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda dari

peningkatan pajak dan potongan pajak merupakan kebijakan dimana pemerintah

melaksanakan anggaran surplus dalam menekan pengeluaran pemerintah. Jika

tujuannya adalah untuk meningkatkan pengeluaran, maka pemerintah

mengoperasikan anggaran defisit dengan mengurangi pajak dan meningkatkan

pengeluaran pemerintah. Suatu penurunan dalam pengeluaran pemerintah dan

peningkatan dalam pajak dari aliran sirkulasi pendapatan nasional akan

mengurangi permintaan agregat dan melalui proses pengganda (multiplier) akan

memberikan penurunan tekanan inflasi ketika perekonomian mengalami

peningkatan kegiatan yang berlebihan (over-heating). Sebaliknya adanya

peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan penurunan dalam pajak, maka

(36)

menaikkan permintaan aggregate dan melalui efek pengganda menciptakan

tambahan lapangan pekerjaan (Kamaluddin, 1999).

b. Hukum Wagner

Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang

semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian

apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah

pun akan meningkat. Terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur

hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, kebudayaan dan

sebagainya (Mangkoesoebroto, 2001). Hukum tersebut dapat diformulasikan

sebagai berikut :

PkPP = Pengeluaran Pemerintah per kapita

PPk = Pendapatan Nasional per kapita

1,2…n = Indeks Waktu (tahun)

Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic

theory of state yaitu teori yang menganggap pemerintah sebagai individu yang

bebas bertindak, terlepas dengan masyarakat yang lain. Sebagaimana ditunjukkan

dalam gambar secara relatif peranan pemerintah semakin meningkat. Menurut

Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu

meningkat yaitu : tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan,

(37)

pertumbuhan ekonomi, perkembangan demografi dan ketidakefisienan birokrasi

yang mengiringi perkembangan pemerintah (Dumairy, 1997).

Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara

industri-industri dan hubungan industri-industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan

kompleks sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif menjadi

semakin besar. Namun hukum Wagner terdapat kelemahan yaitu tidak didasar

pada suatu teori pemilihan barang-barang publik. Hukum Wagner ini ditunjukkan

dalam gambar 1, dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk

eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1:

Kurva 2

Waktu 0

Kurva 1

(38)

c. Teori Rostow tentang Pembangunan dan Perkembangan Pengeluaran

Pemerintah

Analisis Rostow didasarkan kepada keyakinan bahwa pertumbuhan

ekonomi akan tercipta akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental bukan

saja dalam corak kegiatan ekonomi tetapi juga dalam kehidupan politik dan

hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara. Teori ini dikembangkan oleh

Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran

pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara

tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut (Mangkoesoebroto, 2001):

Tahap awal : pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase

investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pemerintah harus

menyediakan prasarana seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana

transportasi dan sebagainya.

Tahap menengah: investasi pemerintah tetap diperlukan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas namun peranan

investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan swasta yang semakin

membesar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar dan pemerintah harus

menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas

yang lebih baik. Perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar

sektor yang semakin rumit. Investasi swasta dalam persentase terhadap GNP

(39)

Tahap lanjut: pembangunan ekonomi dan aktivitas pemerintah beralih dari

penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti

program kesejahteraan hari tua dan program pelayanan kesehatan masyarakat.

Rostow dan Musgrave seperti halnya Wagner melandasi pendapatnya juga

berdasarkan pengamatan dan pengalaman pembangunan ekonomi di banyak

negara sehingga teori yang dikembangkan masih terdapat kelemahan. Kelemahan

teori Rostow dan Musgrave ini tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu dan tidak

jelas apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap ataukah

beberapa tahap secara simultan.

2.3 Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga

sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian

pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan

adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Pengalokasian anggaran pemerintah untuk bidang pendidikan merupakan

bagian yang terpenting dalam kebijakan anggaran (Rosen dalam Brata: 2005).

Kebijakan ini dikaitkan peran pemerintah sebagai penyedia barang publik.

Dampak eksternalitas (eksternalitas positif) daari kebijakan pengalokasian

(40)

peningkatan tingkat pendidikan bila anggaran yang digunakan sesuai dengan

harapan.

Proporsi pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan, baik terhadap

total pengeluaran pembangunan maupun produk domestik bruto, secara tidak

langsung menunjukkan reaksi pemerintah atas semakin tingginya permintaan atas

sarana dan prasarana pendidikan. Secara tidak langsung hal itu menunjukkan

seberapa jauh masyarakat menyadari pentingnya peranan pendidikan (Susanti

1995).

2.3.1 Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan.

a) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)

tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan

menengah.

c) Pendidikan Menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan

(41)

d) Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah menengah yang

mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan

spesialis yang diselengggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada

pendidikan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya

tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.

2.3.2 Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan

tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

a) Pendidikan Umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang

mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya:

Sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah

Menengah Atas (SMA).

b) Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan

peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tetentu. Bentuk satuan

pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jenis ini termasuk

kedalam pendidikan formal.

c) Pendidikan Akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan

pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu

pengetahuan tetentu.

d) Pendidikan Profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang

mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi

(42)

e) Pendidikan Vokasimerupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta

didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal

dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

f) Pendidikan Keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi

yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang

menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama

dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

g) Pendidikan Khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta

didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa

yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau

berupa satuan pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar

Biasa/SLB).

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di

Indonesia, yaitu:

1. Faktor Internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen

Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Daerah, dan juga sekolah yang

berada di garis depan. Dalam hal ini, interfensi dari pihak-pihak yang

terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga

dengan baik.

2. Faktor Eksternal, adalah masyarakat pada umumnya dimana masyarakat

merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan

(43)

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Analisis Kausalitas Pengeluaran Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia periode 1971-2004

Analisis Kausalitas Pengeluaran Pendidikan dan Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia periode 1971-2004 menghasilkan dimana terdapat

hubungan searah dari pengeluaran pendidikan terhadap pertumbuhan

ekonomi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penekanan pada uji kausalitas. Dalam hal ini akan dilakukan penerapan

kausalitas model Engle-Granger. Uji ini sangat penting terutama bila

diketahui adanya hubungan antara dua variabel ekonomi yang satu sama

lain saling mempengaruhi. Konsep kausalitas Granger dikenal sebagai

konsep kausalitas sejati atau konsep prediktabilitas, dimana masa lalu

dapat mempengaruhi masa kini atau masa datang, akan tetapi masa datang

tidak mempengaruhi masa lalu. Untuk melihat pengaruh positif dari

pengeluaran pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut

dibutuhkan waktu 3 tahun.

Setelah dilakukan uji estimasi antara pengeluaran pendidikan dan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1971-2004, menunjukkan bahwa

terlihat adanya hubungan kausalitas satu arah dari pengeluaran pendidikan

(YEt) ke pertumbuhan ekonomi (GRt), jika α=5% tapi jika α=15%

terdapat hubungan dua arah. Hasil regresi ditemukan bahwa koefisien bj

yang signifikan tidak sama dengan nol yaitu b2 dan b3, sedangkan

(44)

2. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Atas Pendidikan, Kesehatan

dan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Atas Pendidikan,

Kesehatan dan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,

yang menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah atas perumahan dan

pengeluaran pemerintah atas transportasi signifikan dalam jangka panjang.

Perlu adanya investasi swasta sehingga dapat membantu pemerintah.

Sedangkan dalam jangka pendek pengeluaran pemerintah atas transportasi

berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model error

correction mode (ECM) dan Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil

pengolahan data diperoleh dengan menggunakan error correction mode

(ECM) untuk mengetahui perilaku jangka pendek maupun jangka panjang

dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Variabel dependen yang digunakan adalah pengeluaran pendidikan,

kesehatan, perumahan dan transportasi. Dari keempat variabel independen

yang digunakan dalam penelitian ini, hanya variabel pengeluaran

pemerintah atas transportasi yang signifikan dalam jangka pendek.

Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan

dan perumahan tidak signifikan, hal ini terlihat dari probabilitas

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan

dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan

dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan

didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji Analisis Kausalitas Pengeluaran Pendidikan dan

Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara dengan Metode Granger Causality selama

kurun waktu 1983 – 2009.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu

(time series) selama kurun waktu 1983 – 2009 yang diperoleh dari berbagai

sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber - sumber lainnya, yaitu

seperti jurnal, hasil-hasil penelitian dan situs yang berkaitan dengan penelitian.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Realisasi Pengeluaran

Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara yang diproksi terhadap

PDRB berdasarkan harga konstan selama kurun waktu 1983–2009

3.3 Metode Analisis

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration test dan

Granger Causality test. Analisis Cointegration test (Johansen test) bertujuan

(46)

Ekonomi Sumatera Utara yang diproksi terhadap PDRB dalam jangka panjang.

Sedangkan analisis Granger Causality test adalah untuk melihat hubungan timbal

balik (causal) antara Realisasi Pengeluaran Pendidikan dan Pertumbuhan

Ekonomi Sumatera Utara yang diproksi terhadap PDRB di Sumatera Utara.

Dalam kaitannya dengan metode tersebut maka pengujian terhadap

perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai

uji prasyarat bagi digunakannya metode Cointegration test dan Granger Causality

test. Sebelum dilakukan estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka terlebih

dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

3.3.1 Uji akar unit (Unit root test)

Uji akar unit dari Dickey Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk

melihat stasionaritas data time series yang diteliti dengan program Eviews versi

5.1. Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan

sebagai berikut :

p

DYt = a0 + γYt-1 + ΣβiDYt-1+1 + εt ……… (1)

i = 1

Sedangkan untuk uji Phillip-Perron (PP) adalah :

DYt = a0 + λYt-1 + εt ………...… (2)

dimana D adalah perbedaan atau differensi.

Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null γ = 0 untuk ADF dan λ = 1

untuk PP. Stasioner tidaknya data didasarkan pada perbandingan nilai statistik

(47)

statistik dari Mackinnon. Jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih besar dari

nilai kritis Mackinnon maka data stasioner dan jika sebaliknya maka data tidak

stasioner.

3.3.2 Uji Kointegrasi (Cointegration test)

Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan

dalam jangka panjang antara realisasi pengeluaran pemerintah sektor pendidikan

dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dengan menggunakan Johansen test.

Untuk menentukan jumlah dari arah kointegrasi tersebut maka Johansen

menyarankan untuk melakukan dua uji statistik.

Uji statistik pertama adalah uji trace (Trace test, λtrace) yaitu menguji

hipotesis nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah

kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan

sebagai berikut :

p

λtrace (r) = - GE ∑ in (1 – λi ) ... (3)

i=r+i

dimana λr+1, …. λn adalah nilai eigenvectors terkecil (p - r). Null hypothesis yang

disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan

kata lain, jumlah vector kointegrasi lebih kecil atau sama dengan ( ≤ ) r, dimana r

= 0,1,2 dan seterusnya.

Untuk uji statistik yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue (λmax) yang

dilakukan dengan formula sebagai berikut :

(48)

Uji ini berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vector

kointegrasi yang berlawanan (r+1) dengan vector kointegrasi. Untuk melihat

hubungan kointegrasi tersebut maka dapat dilihat dari besarnya nilai Trace

statistik dan Max-Eigen statistik dibandingkan dengan nilai critical value pada

tingkat kepercayaan 5 persen.

3.3.3 Uji Granger Causality

Pengujian ini untuk melihat hubungan kausalitas antara realisasi

penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah sehingga dapat diketahui kedua

variabel tersebut secara statistik saling mempengaruhi (hubungan dua arah),

memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling

mempengaruhi). Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini :

m n

GEt = ∑ ai GEt-i + ∑ bj Yt-j + µt ……...…………... … (5)

i=1 j=1

r s

Yt = ∑ ci Yt-i + ∑ dj GEt-j + vt ..…….………... (6)

i=1 j=1

Dimana µt dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung

korelasi serial dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk

model regresi linear di atas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai

(49)

(1) Jika

dj ≠ 0, maka terdapat kausalitas dua arah antara

GE dan Y.

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti yang

disebutkan di atas maka dilakukan F - test untuk masing-masing model regresi.

3.4. DEFENISI OPERASIONAL

1. Petumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan perekonomian provinsi

Sumatera Utara yang diproksi terhadap PDRB dalam satuan rupiah.

2. Realisasi Pengeluaran pendidikan adalah pengeluaran yang dikeluarkan

pemerintah daerah Sumatera Utara untuk membiayai pengeluaran

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Wilayah Penelitian

4.1.1 Gambaran Wilayah Sumatera Utara

a. Kondisi Geografis

Secara geografis Provinsi Sumatera Utara terdapat dibagian barat

Indonesia yang terletak pada garis 10 - 40 LU dan 980 - 1000 BT dengan luas

71.680 km2.

Batas-batas provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

- Sebelah Selatan : Riau dan Sumatera Barat

- Sebelah Timur : Selat Malaka atau Malaysia

- Sebelah Barat : Samudera Hindia

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Provinsi Sumatera Utara terbagi dalam

tiga kelompok wilayah, yaitu:

1. Pantai Barat yang terdiri dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga,

dan Nias

2. Pantai Timur, terdiri dari Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan,

Tanjung Balai dan Labuhan Batu

3. Dataran tinggi (Tapanuli Utara, Pematangsiantar, Simalungun, Karo, dan

(51)

Jumlah pulau di Provinsi Sumatera Utara sekitar 162 pulau yang terdiri dari 156

pulau berada ditepi Pantai Barat dan 6 pulau berada di Pantai Timur.

b. Kondisi Iklim dan Topografi

Karena letaknya yang dekat dengan garis khtulistiwa mengakibatkan

daerah provinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis basah

yang dipengaruhi angin pasat dan angin muson dengan curah hujan yang berkisar

antara 1800-4000 mm per tahun, dan suhu udara beragam antara 12,20 - 330 C.

Ketinggian permukaan darat sangat bervariasi, yaitu daerah datar bisa

mencapai 350C, daerah berbukit dengan ketinggian yang landai dan sebagian lagi

daerah pada ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 140C.

Provinsi Sumatera Utara mengalami 2 musim yakni musim hujan yang

terjadi pada bulan November sampai Maret. Diantara kedua musim ini diselingi

dengan musim pancaroba. Curah hujan yang mencapai 1965 mm per tahun,

dimana yang tertinggi per tahun ± 82,9%, temperatur rata rata per tahun 26,070C.

c. Kondisi Demografis

Provinsi Sumatera Utara didiami oleh berbagai penduduk dari berbagai

suku seperti Suku Batak (Karo, Pakpak, Toba, Mandailing, Simalungun) sebesar

44,75% dan sebesar 35,40% lainnya merupakan suku yang berasal dari etnis lain.

Dilihat dari jumlah penduduknya, Sumatera Utara termasuk provinsi yang

mempunyai jumlah penduduk terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat,

(52)

Tabel 1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota (Tahun 2006)

Kab/Kota A. Kabupaten

Luas Wilayah (km2)

Penduduk (000) Kepadatan

Penduduk (per km2)

Nias 3495,39 442.019 126

Mandailing Natal 6618,30 413.750 63

Tapanuli Selatan 12138,20 629.212 52

Tapanuli Tengah 2188,00 297.843 136

Tapanuli Utara 3726,52 256.444 69

Toba Samosir 2474,40 169.116 68

Labuhan Batu 9223,18 987.157 107

Asahan 4588,75 1.038.554 227

Simalungun 4386,60 841.198 192

Dairi 1972,80 267.629 139

Karo 2127,29 342.555 161

Deli Serdang 2407,96 1.634.115 679

Langkat 6263,30 1.013.849 162

Nias Selatan 1825,20 271.026 148

Humbang Hasundutan

2335,33 152.757 65

Phakpak Bharat 1218,30 34.822 29

Samosir 2069,05 130.662 63

Serdang Bedagai 1989,98 605.630 304

Batu Bara X X X

B. Kota

Sibolga 10,70 91.941 8.537

Tanjung Balai 60,52 156.475 2.586

Pematang Siantar 79,99 235.372 2.943

Tebing Tinggi 37,99 137.959 3.631

Medan 265,10 2.067.288 7.798

Binjai 90,33 244.256 2.704

Padangsidempuan 146,00 181.865 1.299

Sumatera Utara 71680,68 12.643.494 176

Keterangan; X: masih bergabung dengan kabupaten inti

Sumatera Utara dalam Angka 2007

d. Potensi Wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang sangat luas dan potensial

(53)

besar dari wilayah ini merupakan areal pertanian, oleh karena itu kegiatan

terpenting perekonomian masih mengandalkan sektor pertanian. Disamping itu

laut danau dan sungai merupakan potensi yang tidak kalah pentingnya. Ini

digunakan sebagai potensi perikanan dan perhubungan. Sedangkan keindahan

alamnya merupakan potensi energik untuk perkembangan industri, perdagangan

dan lain-lain.

Wilayah Sumatera Utara juga menyimpan banyak bahan galian seperti kapur,

belerang, pasir kuarsa, gasolin, emas, batubara, minyak dan gas bumi dan yang

lainnya.

Posisi strategis yang terletak dijalur perdagangan internasional membawa

keuntungan bagi Sumatera Utara terutama dalam menunjang perekonomian

daerah. Hal ini juga didukung dengan adanya berbagai sarana pelabuhan baik

pelabuhan udara seperti polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang maupun

pelabuhan laut seperti Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk

Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan Bilik.

Disamping fasilitas pelabuhan ini, perekonomian Sumatera Utara tidak

terlepas dari peranan sektor perbankan dengan ketersediaan berbagai fasilitas jasa

perbankan, jasa perdagangan, komunikasi dan transportasi. Hal ini mendorong

perekonomian rakyat semakin berkembang, sehingga dapat menunjang

tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang merupakan

pusat dari seluruh aktivitas masyarakat. Selain sebagai pusat pemerintahan, kota

(54)

dan sebagainya. Sebagai pusat pengembangan wilayah di Sumatera Utara, Kota

Medan memiliki berbagai fasilitas yang dapat menunjang perekonomian sebagai

komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya, bahkan juga dapat

diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

4.1.2 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara

Setiap tahun gambaran perekonomian Sumatera Utara diwarnai dengan

berbagai perkembangan berdasarkan berbagai indikator ekonomi. Perkembangan

ini dapat terlihat pada masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi yang melanda

Indonesia.

Sebelum terjadi krisis ekonomi tahun 1997 atau 1998 perekonomian

Sumatera Utara tidak terlalu buruk. Misalnya pertumbuhan ekonomi tahun 1989

sebesar 9,91%. Pada saat ini kontribusi dari sektor ekonomi cukup berkembang,

selanjutnya mengalami sedikit penurunan walaupun tidak signifikan, hingga pada

tahun 1996 kembali pada posisi 9,0% jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar

8,5%. Hal ini diakibatkan peranan dari beberapa sektor ekonomi seperti pertanian,

industri, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi.

Namun sejak krisis ekonomi melanda perekonomian Indonesia, terjadi

perubahan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya. Perekonomian

mengalami perlambatan. Dampak krisis moneter yang berlangsung sejak semester

II tahun 1997 sampai dengan semester I tahun 1998 tersebut berpengaruh terhadap

perekonomian misalnya terlihat dari terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dollar,

inflasi yang melonjak hingga posisi 40,79% pada semester I tahun 1998,

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner
Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Tabel 2 Inflasi Sumatera Utara Tahun 1986-2006
Tabel 3 PDRB Sumatera Utara Tahun 1983-2009
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Kamis tanggal Enam belas bulan Maret tahun Dua ribu tujuh belas, Unit Layanan Pengadaan (ULP) SPN Singaraja Tahun 2017 telah melaksanakan

Karena jangkauannya yang luas, Internet sangat ideal bila digunakan sebagai sarana suatu informasi dari suatu situs animania yaitu komunitas untuk penggemar kartun Jepang

Dari waktu yang disediakan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa selama 2 jam ( 09.00 s/d 11.00 Wita ), tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen kualifikasi paket

Namun sekarang ini alat komunikasi yang sering digunakan dan dibicarakan adalah internet, karena internet bermanfaat bagi semua orang, terutama karena fungsinya sebagai pusat

[r]

Penulisan ilmiah ini membahas mengenai aplikasi ringan untuk pemakai komputer dengan sistim operasi Microsoft Windows untuk membuat kata sandi secara acak. Pembuatan kata

[r]

Dan untuk membuat program ini digunakan J2ME bahasa pemrograman yang memang dikhususkan untuk kapasitas memori kecil seperti pada telephone selular dan Personal Data