SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI DENGAN DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007-2009
Oleh
EVI OCTAVIANA HRP 060503078
PROGRAM STUDI STRATA – 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan
Antara Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah
dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas
Sumatera Utara.
Medan, Juni 2011 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan izin Allah SWT akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi
ini berjudul “Hubungan Antara Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Dengan
Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun
2007-2009”. Shalawat beriring salam juga penulis hanturkan kepada Rasulullah SAW
yang syafa’atnya diharapkan di akhirat kelak.
Adapun tujuan disusunnya skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara, dan lebih dari itu sesungguhnya penelitian
ini merupakan rangkuman dari proses pembelajaran yang telah penulis tempuh
selama masa perkuliahan.
Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
3. Bapak Drs. Hotmal Djafar, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
bimbingan, dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini,
4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding / Penguji I
dan Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding / Penguji II
yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan
skripsi ini,
5. Kedua orang tua saya, Ayahanda Drs. H. Abdullah Sani Hrp dan Ibunda
Hj. Elmawati Srg, adik – adik tersayang terima kasih atas semua kasih
sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti.
Semoga penulis dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan. Serta terima
kasih juga untuk teman – teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu atas semua dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat dijadikan
acuan dalam penulisan karya – karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Medan, Juni 2011 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah laba bersih dan arus kas operasi berhubungan dengan dividen kas baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih dan arus kas operasi serta variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividen kas.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dimana jumlah populasi yang digunakan adalah sebanyak 150 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 29 sampel dengan 87 (3x29) data penelitian. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolineritas) dan uji hipotesis (uji t, uji F dan uji determinasi).
Berdasarkan hasil uji simultan diperoleh kesimpulan bahwa laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Berdasarkan hasil uji parsial diperoleh bahwa laba bersih berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
ABSTRACT
This studyaimsto determinewhether thenet incomeandoperating cashflow effect on cash dividends, both simultaneously and partially on manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. Independent variablesusedinthis studyarenet income andoperating cashflow as well asthe dependentvariablein thisresearchiscashdividend.
The populationusedinthisstudyweremanufacturing companies listedon the Stock Exchangein2007-2009where thetotalpopulationwas usedas many as150 companies. The sampling technique used was purposive sampling technique in whichthe number ofsamplesobtainedinthis studywas 29sampleswith87(3x29)
research data. The tests used in this study is to test the classical assumption (normality, heteroscedasticity, autocorrelationand multicolinearity) andhypothesis testing(t test, F testand thetestof determination).
Based on the results of simultaneous tests can be concluded that the net income and operating cash flows have a significant effect on the cash dividend.
Based on thepartial testresultsshowed thatnet incomesignificant effect oncash dividends. Operating cash flowshave a significant effecton thecashdividend.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6
1.Laporan Keuangan ... 6
a. Defenisi Laporan Keuangan ... 6
b. Komponen Laporan Keuangan ... 7
d. Karakteristik Laporan Keuangan ... 13
2. Laba Bersih ... 13
a. Pengertian Laba Bersih ... 13
b. Kegunaan dan Kerugian Laba Bersih ... 15
3. Arus Kas Operasi ... 16
a. Pengertian Arus Kas Operasi ... 16
b. Contoh Arus Kas Operasi... 17
c. Kegunaan dan Kelemahan Arus Kas Operasi ... 20
4. Dividen Kas ... 21
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 23
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 25
1. Kerangka Konseptual ... 25
2. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Jenis dan Sumber Data ... 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
D. Metode Pengumpulan Data ... 29
E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 29
F. Metode Analisis Data ... 30
1. Pengujian Asumsi Klasik ... 30
3. Koefisien Determinasi ... 34
G. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 34
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Hasil Penelitian ... 35
1. Deskripsi Data Statistik ... 41
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 42
a. Hasil Uji Normalitas ... 43
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48
c. Hasil Uji Autokorelasi ... 50
d. Hasil Uji Multikolinearitas ... 51
3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 52
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 52
b. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 53
c. Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57
B. Keterbatasan ... 57
C. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 23
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 27
Table 4.1 Data Laba Bersih Perusahaan ... 35
Tabel 4.2 Data Arus Kas Operasi Perusahaan ... 37
Tabel 4.3 Data Dividen Kas Perusahaan ... 38
Tabel 4.4 Deskripsi Data statistik ... 40
Tabel 4.5 One–Sample Kolmogorov–Smirnov Test ... 44
Tabel 4.6 One–Sample Kolmogorov–Smirnov Test (Setelah Transformasi) ... 47
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi (Setelah Transformasi) ... 49
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas (Setelah Transformasi) ... 50
Tabel 4.9 Adjusted R2 ... 51
Tabel 4.10 Hasil Uji F ... 52
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 42
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot ... 43
Gambar 4.3 Grafik Histogram (Setelah Transformasi) ... 46
Gambar 4.4 Grafik P-P Plot (Setelah Transformasi) ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Populasi dan Sampel Penelitian ... 61
Lampiran ii Data Penelitian ... 67
Lampiran iii Deskripsi Data Statistik ... 70
Lampiran iv Uji Normalitas ... 70
Lampiran v Data Penelitian Setelah Transformasi ... 72
Lampiran vi Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 75
Lampiran vii Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 76
Lampiran viii Hasil Uji Autokorelasi... 77
Lampiran ix Hasil Uji Multikolinearitas ... 77
Lampiran x Uji Determinasi ... 77
Lampiran xi Uji Simultan... 78
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah laba bersih dan arus kas operasi berhubungan dengan dividen kas baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih dan arus kas operasi serta variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividen kas.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 dimana jumlah populasi yang digunakan adalah sebanyak 150 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 29 sampel dengan 87 (3x29) data penelitian. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolineritas) dan uji hipotesis (uji t, uji F dan uji determinasi).
Berdasarkan hasil uji simultan diperoleh kesimpulan bahwa laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Berdasarkan hasil uji parsial diperoleh bahwa laba bersih berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
ABSTRACT
This studyaimsto determinewhether thenet incomeandoperating cashflow effect on cash dividends, both simultaneously and partially on manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. Independent variablesusedinthis studyarenet income andoperating cashflow as well asthe dependentvariablein thisresearchiscashdividend.
The populationusedinthisstudyweremanufacturing companies listedon the Stock Exchangein2007-2009where thetotalpopulationwas usedas many as150 companies. The sampling technique used was purposive sampling technique in whichthe number ofsamplesobtainedinthis studywas 29sampleswith87(3x29)
research data. The tests used in this study is to test the classical assumption (normality, heteroscedasticity, autocorrelationand multicolinearity) andhypothesis testing(t test, F testand thetestof determination).
Based on the results of simultaneous tests can be concluded that the net income and operating cash flows have a significant effect on the cash dividend.
Based on thepartial testresultsshowed thatnet incomesignificant effect oncash dividends. Operating cash flowshave a significant effecton thecashdividend.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek berkewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan tahunan. Investor memerlukan informasi
mengenai hasil kinerja investor sebagai bahan evaluasi atas keputusan ekonomi
yang diambil. Laporan keuangan merupakan sumber berbagai macam informasi
bagi investor dimana informasi itu bermanfaat sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Investor
menginvestasikan dananya dengan tujuan untuk memeroleh return dalam bentuk
dividen maupun capital gain. Dari sisi investor, dividen merupakan salah satu
daya tarik untuk menanamkan dananya di pasar modal. Investor lebih menyukai
dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Investor juga dapat
mengevaluasi kinerja dan likuiditas investee dengan cara menilai besarnya dividen
yang dibagikannya.
Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada investor tergantung dari
kebijakan dividen masing-masing investee. Dari sisi investee (emiten), kebijakan
dalam hal pembagian dividen merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam
penetapan kebijakan mengenai pembagian dividen, faktor utama yang menjadi
perhatian manajemen adalah besarnya laba yang dihasilkan perusahaan.
Kebijakan dividen menentukan penempatan laba perusahaan, yaitu antara
perusahaan. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber
dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan
dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham. Definisi
kebijakan dividen menurut Van Horne (1992) dalam Hery (2009) adalah sejumlah
persentase dari laba yang dibayarkan secarn tunai kepada para pemegang saham.
Pembayaran dividen ini akan mengurangi laba ditahan dan memengaruhi
keputusan pembiayaan perusahaan secara keseluruhan.
Perusahaan hanya akan menaikkan dividen apabila manajemen berkeyakinan
bahwa laba perusahaan akan naik. Laba bersih sering dinyatakan sebagai indikator
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Perusahaan cenderung
memelihara kebijakan dividen yang teratur. Perusahaan tidak menyukai
mengurangi dividen, dan mereka hanya mau menaikkan dividen jika merasa yakin
bahwa perusahaan mampu memelihara atau menjaga kinerjanya di masa yang
akan datang. Dividen juga dapat diperlakukan secara serupa sebagai suatu sinyal
atau tanda apakah perusahaan termasuk dalam kategori baik atau buruk. Suatu
perusahaan yang menaikkan pembayaran dividen tunai akan dipandang sebagai
perusahaan yang mempunyai harapan yang baik di masa yang akan datang karena
harapan arus kas yang makin meningkat yang dapat digunakan untuk membayar
dividen. Dengan demikian, dividen dapat memberikan informasi mengenai arus
kas perusahaan di masa yang akan datang.
Dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan ataupun laba tahun
lalu yang berada dalam pos laba ditahan dalam neraca. Perusahaan yang sedang
mempunyai kebutuhan dana yang cukup besar untuk membiayai investasinya,
sehingga kemungkinan akan menjadi kurang likuid dan tidak dapat membayar
dividen kas. Di lain pihak, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan
secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen. Perusahaan dengan beban hutang yang besar untuk membiayai ekspansi
usahanya harus menyisihkan sebagian labanya untuk pelunasan hutang pada saat
jatuh tempo, maka umumnya membutuhkan penyimpanan laba dan hal ini akan
memengaruhi kebijakan dividen perusahaan.
Fenomena yang terjadi saat ini di perusahaan manufaktur adalah tidak semua
perusahaan manufaktur yang memberikan dividen kasnya secara berturut dari
2009. Dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2007-2009 hanya 29 perusahaan yang membagikan dividennya secara berturut pada
tahun tersebut. Hal tersebut yang menjadi motivasi penulis untuk meneliti
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dividen kas. Pada penelitian
ini penulis berfokus pada variabel laba bersih dan arus kas operasi sebagai
variabel yang berpengaruh terhadap dividen kas. Hal ini didasarkan pada
penelitian sejenis yang meneliti dengan variabel yang sama. Penelitian terdahulu
mengenai laba bersih dan arus kas terhadap dividen kas pernah dilakukan oleh
Hermi (2004), Zebua (2006), Hery (2009), Ariyanti (2007), Elisabeth (2000) dan
Naibaho (2000). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa baik
masing-masing laba bersih dan arus kas berpengaruh terhadap deviden kas pada
Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian terdahulu diatas. Penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang sama mengenai dividen kas. Penelitian ini
merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hermi (2004) dimana
judul penelitian yang digunakan penulis adalah “Hubungan antara Laba Bersih
dan Arus Kas Operasi dengan Deviden Kas Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009”. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melanjutkan penelitian sebelumnya melalui pengembangan objek
perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari tulisan yang pernah dibuat
oleh saudara Hermi, yang memilih perusahaan di sektor Perdagangan sebagai
penelitiannya namun untuk membedakan dengan penelitian terdahulu peneliti
memilih perusahaan disektor Manufaktur dengan objek Laba bersih dan Arus kas
operasi.
B.Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Apakah laba bersih dan arus kas operasi
berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan terhadap dividen kas
pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan
terhadap dividen kas pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. penulis, untuk menambah wawasan tentang prilaku pasar modal khususnya
mengenai kebijakan dividen,
2. investor maupun calon investor, sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk membeli, menjual atau menahan saham bedasarkan
harapan atas dividen kas yang dibagikan menggunakan informasi laba
akuntansi dan laba tunai yang dilaporkan perusahaan,
3. emiten maupun calon emiten, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dividen agar memaksimumkan nilai perusahaan,
4. bagi perusahaan, sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan dan yang akan ditahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan
a. Defenisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan informasi yang
berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Laporan keuangan
merupakan pusat dari akuntansi keuangan yang terdiri atas laporan
keuangan utama yaitu neraca, laporan laba – rugi, laporan ekuitas pemilik,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan (Stice dan Skousen:
2004, 12). Menurut PSAK No.1 paragraf 7 (IAI 2009), laporan keuangan
adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan.
Seluruh laporan keuangan harus diidentifikasi dengan nama perusahaan,
jenis laporan, dan tanggal atau periode waktu laporan tersebut. Data yang
terdapat dalam laporan laba rugi, laporan arus kas digunakan untuk periode
waktu tertentu. Sementara itu, data yang disajikan dalam neraca adalah
untuk tanggal tertentu. Laporan keuangan disusun dan disajikan
sekurang-kurangnya satu tahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar
pemakai, khususnya bagi pemilik dan kreditor, bahkan juga bagi berbagai
pemerintah terutama inspeksi pajak, departemen tenaga kerja, para pemasok
dan lain-lain.
b. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh
manajemen (Stewardship), atau sumber daya manajemen yang dipercayakan
kepadanya. Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk
menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan
untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Laporan keuangan
utama terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
1) Neraca
Neraca menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat
tertentu, laporan ini merupakan dasar sistem akuntansi.
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas.
Neraca menyediakan informasi tentang sifat dan jumlah investasi dalam
perusahaan, kewajiban kepada kreditur, dan sisa kepemilikkan dalam
kekayaan bersih perusahaan (Santoso, 2007: 121). Neraca biasanya
disajikan berdasarkan likuiditas perkiraannya.
Neraca dapat dibagi dalam tiga bentuk (Harahap, 2008: 216).
a) Bentuk Neraca Staffel atau Report Form
b) Bentuk Neraca Skontro atau T-Account Form
Pada bentuk ini, aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban serta modal ditempatkan disebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah.
c) Bentuk Posisi Keuangan atau Financial Position Form
Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh modal pemilik.
2) Laporan Laba Rugi
Laporan yang memuat informasi mengenai perolehan laba yang
ditunjukkan dengan laba bersih, dilaporkan pada laporan laba rugi.
Laporan laba rugi merupakan ringkasan pendapatan dan beban perusahaan
selama periode tertentu, diakhiri dengan laba atau kerugian bersih untuk
periode tersebut yang berpengaruh pada kenaikan atau penurunan ekuitas
pemilik modal.
Bentuk laporan laba rugi yang biasa digunakan menurut Harahap
(2004:116).
a) Bentuk Single Step, yaitu dengan menggabungkan semua pendapatan dalam satu kelompok dan beban dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung laba atau rugi hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total pendapatan terhadap total beban. b) Bentuk Multiple Step, yaitu dengan pengelompokkan yang lebih
Laporan laba rugi perusahaan penting karena informasi tersebut
digunakan dalam pembuatan keputusan pengguna internal dan eksternal
yang memperlihatkan seberapa baik kinerja manajemen dari periode ke
periode.
3) Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik (statement of shareholders’ equity) menyajikan
perubahan-perubahan pada pos-pos ekuitas. Laporan ini sangat bermanfaat
untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas
aktiva perusahaan. Laporan ini merinci perubahan ekuitas pemegang saham
yang disebabkan penerbitan, pembelian kembali saham, dan atau reinvestasi
laba.
Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan modal pemilik selama
jangka waktu tertentu. Laporan ini dipersiapkan setelah laporan laba rugi,
karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam
laporan ini. Oleh karena itu, laporan ekuitas pemilik seringkali dipandang
sebagai penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca.
4) Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas merupakan penerimaan kas dan pembayaran kas
(pengeluaran kas). Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan
pengeluaran kas yang digolongkan sesuai dengan kegiatan utama entitas:
operasi, investasi, dan pembelanjaan. Laporan tersebut melaporkan arus
masuk kas bersih atau keluar kas bersih dari setiap kegiatan dan untuk
Laporan arus kas menggambarkan arus kas yang terjadi pada
perusahaan dalam periode tertentu. Di dalam PSAK No.2 Paragraf 9 dan 12
(IAI,2009) dinyatakan bahwa:
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu
dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan
arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Manfaat Laporan Arus Kas
adalah sebagai berikut:
a) Kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di masa depan.
b) Kemampuan entitas untuk membayar dividen dan memenuhi
kewajibannya.
c) Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari
kegiatan operasi.
d) Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas dan
nonkas selama suatu periode.
Di dalam laporan arus kas menginformasikan beberapa aktivitas
(Santoso, 2007:142) yaitu:
a) aktivitas operasi (operating activities), mencakup pengaruh kas atas transaksi masih ke dalam penentuan laba bersih,
hutang maupun kepemilikan) dan property, bangunan dan peralatan,
c) aktivitas pembiayaan (Financing activities), mencakup item kewajiban dan kepemilikan dan mencakup (a) perolehan modal dari pemilik dan menyediakan mereka suatu pengembalian atas investasi dan (b) pinjaman uang dari kreditur dan pembayaran kembali jumlah yang dipinjam.
Ada dua bentuk (format) dalam menyajikan laporan arus kas (Santoso, 2007:142) yaitu:
a) metode tidak langsung (indirect method)
Metode ini dimulai dari laba bersih sebagaimana yang dilaporkan di dalam rugi - laba dan disesuaikan dengan disesuaikan dengan beberapa item yang tidak mempengaruhi arus kas.
b) metode langsung (direct Method)
metode ini tidak dimulai dari laba bersih,tetapi memerlukan analisis pembayaran dan penerimaan kas untuk setiap aktivitas utama. Karena pencatatan informasi akuntansi biasanya mencerminkan dasar akrual, konversi akun misalnya penjualan dari dasar akrual ke dasar kas biasanya dibutuhkan.
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Menurut Wild, et. Al (2005:29) “Catatan atas laporan keuangan
merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi tambahan tentang
pos-pos yang ada maupun tidak ada dalam laporan keuangan”. Catatan atas
laporan keuangan bagian yang terpadu atau integral dari penyajian laporan
keuangan formal. Catatan ini lazimnya digunakan untuk memberikan
informasi tambahan mengenai pos-pos neraca, perhitungan rugi laba uang
yang tak dapat ditunjukkan dengan jelas, dengan tanda kurung atau lainnya
secara langsung pada laporan.
Seringkali catatan laporan keuangan dibuat untuk menjelaskan metode
penilaian, eksistensi, dan jumlah dividen yang tertunggak, adanya pos-pos
kebijaksanaan akuntansi yang penting, atau kejadian atau pos-pos tidak
lazim yang kiranya lebih dapat dimengerti dengan penjelasan tambahan.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK N0. 1 Paragraf 7 (IAI, 2009) Tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu
laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi aktiva,
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian,
kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik serta arus kas.
c. Manfaat Laporan Keuangan
Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 8
dinyatakan manfaat laporan keuangan, yaitu bahwa pelaporan keuangan harus
menyajikan informasi yang:
1) dapat membantu investor, kreditor dan pengguna lain yang potensial
dalam membuat keputusan lain yang sejenis secara rasional,
2) dapat membantu investor, kreditor dan pengguna lain yang potensial
dan memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian penerimaan kas
di masa yang akan datang yang berasal dari pembagian dividen
3) berisi tentang sumber daya perusahaan. Klaim atas sumber daya
kepada perusahaan atau pemilik modal,
4) berisi tentang prestasi perusahaan selama satu periode investor dan
kreditor sering menggunakan informasi masa lalu untuk membantu
menaksir prospek perusahaan.
d. Karakteristik Laporan Keuangan
Agar informasi dalam laporan keuangan bermanfaat untuk pengambilan
keputusan oleh pemakainya maka laporan keuangan harus memiliki karakter
kualitatif. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) menyebutkan empat karakteristik kualitatif laporan keuangan
sebagai berikut:
1) Dapat dipahami,
2) Relevan,
3) Keandalan,
4) Dapat dibandingkan.
2. Laba Bersih
a. Pengertian Laba Bersih
Laba bersih (net income atau earning) dapat diartikan sebagai suatu
ukuran kinerja perusahaan selama satu periode tertentu. Laba bersih adalah
kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode
tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam bentuk
menyatakan kelebihan pendapatan atas biaya dan istilah “net loss” untuk
menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan. Untuk menentukan keputusan
investasinya, calon investor perlu menilai perusahaan dari segi kemampuan
untuk memperoleh laba bersih sehingga diharapkan perusahaan dapat
memberikan tingkat pengambalian yang tinggi. Laba bersih (net income)
dapat dijadikan ukuran kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.
Earning merupakan suatu ukuran berupa besar harta yang masuk
(pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan
kerugian).
Menurut Soemarso SR (2004 : 227) angka terakhir dalam laporan laba
rugi adalah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan
bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi,
angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss)
Sedangkan menurut Smith Skousen (2004:119) Laba Bersih merupakan
perbedaan antara jumlah pendapatan yang diperoleh suatu satuan usaha
selama periode tertentu dan jumlah biaya yang dapat diaplikasikan kepada
pendapatan.
Menurut Horngren, et al. (2002:54) “Net income is famous ‘bottom
line’ on an income statement-the reminder after all expenses have been
deducted from revenues”. Laba bersih merupakan pendapatan operasi
dikurang dengan beban-beban operasi. Laba ini disebut juga laba bersih
b. Kegunaan dan Kerugian Laba Bersih
Menurut Belkaoui (2006:230), “Laba bersih diukur berdasarkan konsep
akuntansi akrual”. Secara konseptual, akuntansi akrual mengkonversi arus
kas menjadi suatu pengukuran yang secara prinsip mendekati konsep laba
ekonomi. Akuntansi akrual berusaha untuk memperoleh pengukuran laba
yang mempertimbangkan baik arus kas kini maupun implikasi transaksi
terhadap arus kas masa depan.
Akuntansi akrual bertujuan untuk memberikan informasi kepada para
pemakai mengenai konsekuensi aktivitas usaha terhadap arus kas perusahaan
di masa depan secepat mungkin dengan aktivitas yang layak. Hal ini dapat
dicapai dengan mengakui pendapatan dan beban saat terjadi, tanpa
memperhatikan apakah terdapat arus kas pada saat bersamaan. Pemisahaan
pengakuan pendapatan dan beban dengan arus kas difasilitasi dengan
penyesuaian akrual, yang menyesuaikan arus kas masuk dan keluar untuk
memperoleh pendapatan dan beban. Menurut Wild, et al (2005:105) bahwa:
Meskipun mempengaruhi neraca dan laporan arus kas, akuntansi akrual
memiliki pengaruh khusus terhadap laporan laba rugi melalui:
1) pengakuan pendapatan.
Pendapatan diakui saat diperoleh dan saat direalisasi atau dapat
direalisasi. Meskipun pendapatan biasanya diakui saat terjadi
penjualan (saat penyerahan barang), pendapatan juga diakui saat
barang atau jasa masih dalam produksi, selesai produksi, atau saat kas
2) pengakuan beban
Beban yang berasal dari produksi suatu produk atau jasa disebut biaya
produk (product costs), dan diakui saat produk atau jasa diserahkan.
Seluruh biaya produk disajikan bersamaan pada biaya penjualan (cost
of sales) tetapi akan berada pada akun persediaan hingga dapat
dikatakan dengan pendapatan. Beban lainnya adalah, biaya periode
(period cost) biasanya dikaitkan dengan pendapatan periode tertentu.
Beberapa biaya periode terjadi sehubungan dengan pemasaran produk
atau jasa dan dikaitkan dengan pendapatan.
Meskipun demikian, penggunaan laba bersih sebagai kebijakan dalam
pembagian dividen memiliki kelemahan dalam beberapa hal dimana terdapat
ketidakmampuan untuk melakukan matching yang tepat antara expense dan
revenue, dan juga karena sifat yang arbitrer dari prosedur-prosedur alokasi. 3. Arus Kas Operasi
a. Pengertian Arus Kas
PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI 2009) menyatakan bahwa jumlah arus kas
dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah
perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividend
dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari
luar. Arus kas dari aktivitas operasi yang utama diperoleh dari aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan, karena itu arus kas biasanya
dan rugi bersih. Keterkaitannya dengan laba merupakan alasan untuk
mengklasifikasikan arus kas tersebut sebagai arus kas operasi (Dyckman,
Dukes dan Davis, 2000: 554).
Penggunaan arus kas sebagai peramal mengenai dividen dikemudian
hari bertujuan untuk menghindari kelemahan-kelemahan dari penggunaan
laba bersih sebagai indikator dalam kebijakan pembagian dividen. Salah
satu cara untuk mengatasi yang terjadi dalam proses alokasi adalah dengan
penggunaan laba bersih yang ditekanan pada pelaporan mengenai cash flow
atau arus kas, yang dilengkapi dengan informasi yang lain dan
klasifikasi-klasifikasi yang tepat, sehingga memungkinkan pembaca melakukan
prediksi mengenai masa yang akan datang.
b. Contoh Arus Kas Operasi
Contoh arus kas operasi dari aktivitas operasi menurut PSAK No. 2
(IAI 2009) adalah sebagai berikut:
1) penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa,
2) penerimaan kas dari royalty, komisi, dan pendapatan lain,
3) pembayaran kas kepada karyawan,
4) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa,
5) penerimaan kas dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, klaim anuitas dan manfaat asuransi
6) pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan, kecuali
jika dapat didentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas
pendanaan dan investasi,
7) penerimaan dan pembayaran dari kontrak yang diadakan untuk
tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
Stice dan Skousen (2004: 320) menjelaskan berbagai aktivitas yang
masuk ke dalam aktivitas operasi adalah sebagai berikut:
1) kas masuk dari:
a) penjualan barang dan jasa,
b) penjualan efek yang diperdagangkan,
c) pendapatan bunga,
d) pendapatan dividen,
2) kas keluar untuk:
a) pembelian persediaan,
b) gaji dan upah,
c) pajak,
d) beban bunga,
e) beban lainnya,
f) pembelian efek.
Dalam mempelajari laporan keuangan penekanannya adalah pada laba
bersih yang tercantum dalam laporan laba rugi. Laba Bersih perusahaan itu
penting, akan tetapi arus kas lebih penting karena dividen harus dibayarkan
untuk melanjutkan operasi. Walaupun demikian, arus kas dan laba bersih
memiliki hubungan yang cukup erat. Arus kas bersih merupakan
penjumlahan dari laba bersih perusahaan, pendapatan nonkas dan beban
nonkas. Sehingga makin besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan,
semakin besar pula arus kas perusahaan.
Laba bersih yang dimaksud pada penelitian ini adalah laba yang telah
disesuaikan dengan transaksi-transaksi nonkas, seperti beban penyusutan,
beban amortisasi, penjualan kredit, beban gaji, beban pajak, beban bunga
yang belum dibayar, serta pembelian kredit. Laba bersih ini merupakan arus
kas dari aktivitas operasi perusahaan yang dapat dilihat pada laporan arus
kas.
Menurut White, et. Al. (2003:258) “For accountants, depreciation is
allocation process, not a valuation process. It is important, therefore, for analisity to differentiate between accounting depreciation and economic depreciation”. Menurut Kieso, et al (2004:520) “depreciation is defined as
the accounting process of allocation the cost of tangible assets to benefit from the use of the asset”.
Amortisasi juga merupakan akun beban non kas. Amortisasi untuk
menyesuaikan jumlah dari aktiva tak berwujud atau dengan kata lain untuk
menyusutkan jumlah dari aktiva tak berwujud. Menurut Warren, et al
(2002:371) “Amortization is the amount of cost to transfer expenses.
Amortization result from the passage of time or a decline in the usefulness
Utang gaji adalah utang yang sudah menjadi beban tapi belum
dibayarkan kerena belum tepat tanggal pembayarannya. Hal ini dikarenakan
perusahaan tutup buku tetapi pembayaran gaji belum dilakukan. Begitu juga
dengan utang bunga dan utang pajak dimana pada saat perusahaan tutup
buku pembayaran belum dilakukan, tetapi sudah menjadi beban dan dicatat
sebagai kewajiban perusahaan.
c. Kegunaan dan Kelemahan Arus Kas Operasi
Pengukuran laba bersih yang didasarkan pada laporan arus kas (cash
flow) ke dalam dan ke luar perusahaan pada aktivitas operasi sangat penting karena hasil dari pengukuran dari aktivitas ini bersifat likuid, mudah sebagai
alat pertukaran dan menunjukkan daya beli secara umum. Arus kas operasi
juga mencakup arus kas dari kegiatan mengadakan, membeli, dan menagih
pokok pinjaman yang dicatat sebesar nilai pasar dan dimiliki hanya untuk
beberapa waktu dengan tujuan akan dijual kembali
Dalam PSAK Paragraf 12 (IAI:2009) dinyatakan bahwa jumlah arus
kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus
kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.
Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi
selama suatu periode tertentu. Tujuannya untuk membantu investor,
kreditor, dalam analisis mereka atas kas.
Kelemahan yang dihadapi dalam menggunakan arus kas yang historis
untuk memprediksi dividen ialah bermacam-macam arus kas ke dalam
perusahaan saling tergantung satu sama lain. Contoh, kas yang tersedia
dapat dipakai untuk membeli mesin baru, untuk membayar dividen atau
segera melunasi hutang.
4. Dividen Kas
Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada
para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar
saham yang dimilikinya (Baridwan, 2000:434). Semua keuntungan ataupun
kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha dalam satu periode
tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam suatu
rapat pemegang saham.
Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa tetap (tidak mengalami
perubahan) dan bisa mengalami perubahan (ada kenaikan atau penurunan)
dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Jenis dividen (Dyckman,
2001:439) adalah sebagai berikut.
a. Dividen kas, yaitu dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya dalam bentuk uang tunai (cash). Perusahaan hanya berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan tersebut akan membayar dividen.
b. Dividen likuidasi, yaitu pengembalian tambahan modal disetor dan bukan laba ditahan.
d. Dividen saham, yaitu distribusi proposional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada para pemegang saham.
e. Dividen skrip/wesel, dividen yang diberikan dalam bentuk wesel promis, kepada pemegang saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas.
Sebelum dibayarkan, dividen harus diumumkan oleh dewan direksi
perseroan. Menurut Dyckman, et al (2001:440), terdapat empat tanggal
penting dalam akuntansi untuk dividen.
a. Tanggal pengumuman
Pada tanggal ini, dewan direksi perseroan secara formal menyetujui dan mengeluarkan pengumuman dividen. Pada kasus dividen kas atau property, pengumuman dicatat pada tanggal ini sebagai debet ke laba ditahan kredit ke hutang dividen.
b. Tanggal pencatatan
Tanggal pencatatan yang dipilih oeh dewan direksi disebutkan pada pengumuman. Biasanya tanggal pencatatan dicata dua atau tga minggu setelah tanggal pengumuman.
c. Tanggal ex-dividen
Dalam teori, tanggal ex-dividen adalah tanggal setelah tanggal pencatatan, dimana pada saat itu saham diperdagangkan tanpa ada hak menerima dividen yang diumumkan. Namun, dalam praktik, pasar modal memajukan tanggal efektif ex-dividen sekitar tiga atau empat hari sebelum tanggal pencatatan untuk meberikan suatu pemindahan saham. d. Tanggal pembayaran
Tanggal ini juga ditetapkan oleh dewan direksi dan dinyatakan dalam tanggal pengumuman. Tanggal pembayaran biasanya jatuh tempo empat hingga enam minggu setelah tanggal pengumuman. Pada tanggal pembayaran dividend an akun aktiva yang bersangkutan dikredit. Distribusi dividen saham biasanya dicatat pada tanggal penerbitan.
Kebijakan pembagian dividen adalah suatu keputusan untuk
menentukan berapa besar bagian laba akan dibagikan kepada para
pemegang saham dan akan ditahan dalam perusahaan untuk selanjutnya
diinvestasikan. Kebijakan pembagian dividen tergantung pada keputusan
perusahaan dengan dua alasan yaitu, pembayaran dividen mungkin akan
mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham
perusahaan tersebut dan laba ditahan yang biasanya merupakan sumber dana
internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan.
Jadi, sebelum dividen diumumkan, manajemen harus
mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Suatu
dividen sebaiknya tidak dibayarkan kecuali bila posisi keuangan sekarang
ataupun yang akan datang dapat menjamin pembagian dividen.
Sawir (2004:34) menyatakan ada tiga jenis kebijakan deviden yang bias
dilakukan oleh perusahaan:
a. Stable amount per share
Dividen diberikan dalam nilai rupiah yang relative stabil atas sahamnya.
b. Constan payout ratio
Dividen atas dasar persentase tetap dari laba bersih perusahaan.
c. Low regular dividen plus ekstra.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pembayaran deviden telah banyak dilakukan di
Indonesia. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga berpedoman dari
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun
penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian-penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel yang
digunakan
Hasil penelitian
Hermi (2004)
Analisis hubungan laba bersih dan arus kas operasi terhadap
Laba bersih dan Arus kas operasi Bersih dan Arus Kas Operasi bersih dengan dividen kas. Laba bersih berhubungan cukup kuat dan positif dengan dividen kas. Terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi dengan dividen kas. Arus kas operasi berhubungan kuat dan laba akuntansi dan laba tunai an dividen kas.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan
teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan
merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan
hipotesis (Jurusan Akuntansi, 2004: 13). Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat diambil kerangka konseptual dan hipotesis penelitian sebagai berikut
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian 2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2007:41), “Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat
di uji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara
terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang
relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh terhadap dividen kas,
H2 : Laba bersih berpengaruh terhadap dividen kas,
H3 : Laba bersih berpengaruh terhadap dividen kas. Laba Bersih
Arus Kas Operasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2003: 30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variable lainya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata lain desain
kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau
berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
yang lain.
B.Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
data yang diukur dalam bentuk skala numerik (Kuncoro, 2003; 124) dan
merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, yang
berupa catatan maupun laporan historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan
perusahaan selama periode 2007 sampai dengan 2009. Data penelitian didapatkan
C.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 150 perusahaan. Populasi
penelitian ini dapat dilihat pada lampiran I (Pertama) halaman 59. Menurut Erlina
dan Mulyani (2007: 74), “sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk
memperkirakan karakteristik populasi”. Metode pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2004:79),”Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.”
Sampel Perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
NO KODE PERUSAHAAN
1 AQUA PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 2 ASII PT. Astra International Tbk 3 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk
4 BATA PT. Sepatu Bata Tbk 5 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk 6 BUDI PT. Budi Acid Jaya Tbk.
7 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk
8 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk. 9 GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk 10 GGRM PT. Gudang Garam Tbk.
11 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
NO KODE Nama Perusahaan
14 INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk 15 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
16 LION PT. Lion Metal Works Tbk 17 LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk 18 MAIN PT. Malindo Feedmill Tbk 19 MERK PT. Merck Tbk.
20 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 21 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk
22 SCCO PT. Sucaco Tbk
23 SMGR PT. Semen Gresik (Persero) Tbk 24 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk
25 SOBI PT. Sorini Agro Asia Corporinndo Tbk 26 TRST PT. Trias Sentosa Tbk
27 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk
28 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk 29 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk Sumber: Data Diolah
Adapun Kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2009
2. Tidak delisting pada periode pengamatan tersebut
D.Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dilakukan proses
pengumpulan data melalui dokumentasi. Untuk metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membuat salinan dengan cara mengumpulkan arsip dan catatan-catatan perusahaan yang ada. Data yang dibutuhkan terdiri dari data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari sittus http:www.idx.co.id.
E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk pengujian hipotesis terdapat variabel laba bersih, arus kas operasi dan dividen kas. Operasionalisasi dari ketiga variabel tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Laba Bersih
Laba bersih yang diperoleh dari selisih antara pendapatan yang operatif maupun tidak dan seluruh biaya operatif maupun tidak. Penggunaan laba bersih sebagai variabel independen dikarenakan laba bersih adalah laba yang
menunjukan kinerja dan pertanggungjawaban manajemen.
2. Arus Kas Operasi
Arus kas operasi adalah arus kas yang diperoleh dari selisih penerimaan dan pengeluaran kas dari aktivitas operasi.
3. Variabel Dividen Kas
Dividen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dividen kas. Besarnya dividen kas dapat dilihat pada laporan keuangan tahunan pada bagian laporan perubahan ekuitas perusahan. Hal ini dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk mencari keeratan hubungan antara laba bersih dan arus kas operasi periode ini dengan nilai dividen kas yang dibagikan perusahaan.
F. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan
ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang
mendasari model regresi. Pernyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan
autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat
histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Namun demikian dengan hanya melihat histogram
hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk sampel yang kecil jumlahnya. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probality plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plooting
data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas ini berguna untuk mengetahui apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi adalah dengan menganalisis
matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi
yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90) maka hal ini mengindikasikan adanya
multikolinieritas (Ghozali, 2005 : 57).
Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance
inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas
manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum
dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF di atas 10 (Ghozali,
2005 : 91).
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2005 : 105), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas
dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam
sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada
grafik scatter plot.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang
telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas maka tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui
dengan melakuka uji gletser. Jika variabel bebas signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2001 : 69).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi
(Ghozali, 2005: 95). Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat
dideteksi dengan uji Durbin-Waston (DW test).
2. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini
digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga
menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen. Adapun rumus dari regresi linier berganda (multiple liner regresion)
adalah sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2
Dimana :
Y = Dividen Kas
X2 = Arus Kas Operasi
Adapun pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama
variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang
digunakan adalah sebesar 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana (n)
adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah variabel.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel
indipendennya. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%, dengan derajat
kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah
variabel.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinas (R2) pada intinya mengukut seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya koefisien
determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1 Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
G. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sejak Januari 2011. Peneliti mengambil
data melalui Indonesia Capital Directory, www.idx.co.id.com dan www.bursa.co
Adapun jadwal penelitian sebagai berikut :
Tahapan
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.Analisis Hasil Penelitian
Pembahasan tentang hubungan antara laba bersih dan arus kas operasi dengan
dividen kas harus terlebih dahulu memperhatikan data para emiten. Data para
emiten perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum melakukan pembahasan hubungan
dari independen variable dan devendent variable. Jumlah sampel dan emiten yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang
ditentukan ada 29 perusahaan. Informasi data sekunder dari masing-masing
variabel yang diperoleh dari database laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 - 2009 dapat dilihat pada tabel
berikut.
1. Data Laba Bersih Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 4.1
Data Laba Bersih Perusahaan (Jutaan)
NO KODE LABA BERSIH (JUTAAN)
2007 2008 2009
1 AQUA 65913 82337 95913
2 ASII 6519273 9191000 10040000
3 AUTO 454907 566025 768265
4 BATA 34578 157563 52981
5 BRAM 39149 94776 72106
7 DLTA 47331 83754 126504
Sumber data: Capital Directory Market 2007-2009 dan www.idx.co.id
Pada tahun 2007 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memperoleh laba bersih
paling besar adalah PT. Astra International Tbk sebesar Rp. 6.519.273.000.000,
dan PT. Mustika Ratu Tbk memperoleh laba bersih paling kecil sebesar Rp.
1.113.000.000. pada tahun 2008 emiten yang memperoleh laba bersih terbesar
juga adalah PT. Astra International Tbk sebesar Rp. 9.191.000.000, dan laba
bersih terkecil diperoleh emiten PT. Malindo feedmill Tbk sebesar Rp.
bersih juga adalah PT. Astra International Tbk sebesar Rp. 10.040.000.000, dan
yang paling kecil adalah PT. Merck Tbk sebesar Rp. 1.467.000.000.
2. Data Jumlah Arus Kas Operasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 4.2
Data Arus Kas Operasi Perusahaan (Jutaan)
25 SOBI 42964 392286 213557
26 TRST 129361 315372 135166
27 TSPC 294712 292296 476589
28 UNIC 333768 232436 310043
29 UNVR 2250013 2785785 3280710 Sumber Data: Capital Directory Market 2007-2009 dan www.idx.co.id
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perusahaan memperoleh arus kas operasi
paling besar pada tahun 2007 adalah PT. Astra International sebesar Rp.
11.244.269.000.000, dan perusahaan yang paling kecil adalah PT. Lionmesh
Prima Tbk sebesar - Rp. 312.000.000. Pada tahun 2008 perusahaan yang
memperoleh arus kas operasi paling besar adalah PT. Astra International Tbk
sebesar Rp. 11.355.987.000.000, dan perusahaan paling kecil adalah PT. Mustika
Ratu Tbk sebesar Rp. 2.437.000.000. Pada tahun 2009 perusahaan yang paling
besar memperoleh arus kas operasi adalah PT. HM Sampoerna Tbk sebesar Rp.
4.305.596.000.000, dan perusahaan paling kecil adalah PT. Lionmesh Prima Tbk
sebesar Rp. 4.064.000.000.
3. Data Jumlah Dividen Kas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tabel 4.3
Data Dividen Kas Perusahaan (Jutaan)
NO KODE DIVIDEN KAS (JUTAAN)
2007 2008 2009
1 AQUA 8261 13116 16128
2 ASII 2266381 2675423 1778890
3 AUTO 88683 251205 235866
5 BRAM 18234 24875 56082 Sumber Data: Capital Directory Market 2007-2009 dan www.idx.co.id
Pada tahun 2007 perusahaan yang membagikan dividen kas yang terbesar
adalah PT. Astra International sebesar Rp. 2.266.381, dan perusahaan yang
membagikan dividen kas terkecil adalah PT. Lionmesh Prima Tbk sebesar Rp.
271.000.000. Pada tahun 2008 perusahaan yang membagikan dividen kas terbesar
juga adalah PT. HM Sampoerna Tbk sebesar Rp. 3.462.570.000, dan perusahaan
sebesar Rp. 393.000.000. Pada tahun 2009 perusahaan yang paling besar
membagikan dividen kas adalah PT. HM Sampoerna Tbk sebesar Rp.
2.454.480.000.000, dan paling kecil adalah PT. Lionmesh Prima Tbk sebesar
Rp.580.000.000.
Maka dapat disimpulkan secara umum PT. Astra International Tbk rata – rata
memiliki jumlah laba bersih, arus kas operasi dan dividen kas yang terbesar
setelah PT. HM Sampoerna Tbk. Sedangkan terkecil didominasi oleh PT.
Lionmesh Prima Tbk.
1. Deskripsi Data Statistik
Variabel Penelitian ini terdiri atas variabel laba bersih dan arus kas operasi
sebagai variabel independen serta dividen kas sebagai variabel dependen. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2007-2009 dimana jumlah populasi penelitian ini
berjumlah 150 perusahaan dimana metode pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode purposive random sampling. Jumlah sampel
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 29 perusahaan dengan 87 data
penelitian. Statistik data dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
LABA_BERSIH 87 421 10040000 902007.02 1835967.912
ARUS_KAS_OPER
ASI 87 -36673 11355987 883823.35 1950552.967
DIVIDEN_KAS 87 271 3462570 341858.03 709250.006
Valid N (listwise) 87 Sumber: Diolah dari SPSS,2011
Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak semua variabel memiliki nilai minimum
dan maksimum yang positif. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah
diolah:
a. variabel laba bersih ( ) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 87
dengan nilai minimum 421, nilai maksimum 10040000, nilai mean (rata -
rata) 902007.02 dan standart deviation (simpangan baku) 1835967.912.
b. variabel arus kas operasi ( ) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 87
dengan nilai minimum -36673, nilai maksimum 11355987, mean (rata –
rata) 883823.35, dan standart deviation (simpangan baku) 1950552.967.
c. variabel arus kas operasi (Y) memiliki jumlah sampel (N) 87 dengan nilai
minimum 271, nilai maksimum 3462570, mean (rata - rata) 341858.03
dan standart deviation (simpangan baku) 709250.006.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Analisis dilakukan dengan metode analisis regresi berganda. Sebelum
perlu dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data yang digunakan dalam
penelitian sudah normal, serta bebas dari gejala multikolinearitas,
heteroskesdastisitas serta autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik
yang harus dipenuhi adalah berdistribusi normal, non-multikolinearitas, artinya
antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau
hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna, non-Autokorelasi,
artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi,
homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan
kepengamatan yang lain adalah konstan atau sama. Pengujian ini menggunakan
analisis statistik dan analisis grafik.
a. Hasil Uji Normalitas
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Adapun uji
normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis statistik dan grafik.
1. Analisis Statistik
Pengujian uji normalitas pada analisis statistik menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (1 sample KS) dengan melihat data residualnya
apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih
besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak
normal. Pengujian normalitas dengan metode statistik ini dapat dilihat
Tabel 4.5 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 87
Normal Parametersa Mean -13590.9529709
Std. Deviation 362814.88858644
Most Extreme Differences Absolute .294
Positive .294
Negative -.264
Kolmogorov-Smirnov Z 2.747
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Diolah dari SPSS,2011
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel diatas menujukkan nilai
probabilitas = 0.00. Dengan demikian, data pada penelitian ini tidak berdistribusi
normal dan tidak dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis karena 0.000 <
0,05.
Pada pengujian normalitas dengan analisis statistik dapat ketahui bahwa data
yang digunakan oleh penulis tidak berdistribusi normal sehingga data ini tidak
dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Pada penelitian ini penulis
menggunakan metode transformasi data untuk menormalkan data penelitian.
Menurut Gozali (2005:32), “data yang tidak terdistribusi secara normal dapat
ditransformasi agar menjadi normal”. Salah satu trasformasi data yang dapat
atau LN. Hasil transformasi data dapat dilihat pada lampiran v. Table berikut ini
menunjukkan seluruh data variabel yang sudah dtransformasi:
Data Penelitian (Setelah Transformasi ke LN)
LN LABA BERSIH
LN ARUS KAS OPERASI
LN DIVIDEN TUNAI
1.109.609.096.962.440 11.661.250.638.005.800 9.019.300.924.562.500 15.690.273.424.618.400 16.235.369.134.592.800 14.633.694.844.124.000 13.027.848.281.437.000 12.499.872.217.864.400 11.392.823.492.657.300 10.450.972.920.664.700 11.062.128.206.863.900 10.575.130.158.308.500 12.117.246.896.289.500 9.811.043.262.144.840
1.074.023.711.761.070 11.289.681.908.655.600 1.041.944.996.040.720 10.764.920.750.925.500 11.995.018.225.313.200 10.036.531.326.293.800 10.818.136.938.138.100 1.144.560.975.768.530 10.134.599.273.499.500 1.065.488.005.603.620 9.530.683.226.667.510 10.088.763.075.406.400 14.182.640.161.006.800 14.186.507.057.098.400 13.083.668.286.087.600 1.510.309.391.302.000 14.395.701.783.744.500 1.407.246.405.675.860 13.795.672.070.025.100 7.824.845.691.026.850 1.248.516.543.548.210 9.199.077.179.697.470 7.502.738.210.754.850 13.799.064.052.585.300 14.154.471.124.694.000 11.611.838.238.542.800 13.466.936.994.756.300 12.801.877.082.025.800 10.154.401.900.795.600 10.138.480.620.207.400 10.259.026.851.874.500 8.544.029.845.369.790
8.689.801.056.022.550 5.602.118.820.879.700 1.024.533.815.691.550 9.492.054.672.648.170 9.463.586.267.106.830 11.401.826.292.451.500 11.142.615.122.936.400 10.709.963.418.403.000 11.343.144.939.670.500 12.333.678.391.135.200 1.134.848.704.737.440
7.014.814.351.275.540 10.323.184.242.891.000 7.221.835.825.288.440 10.900.602.225.303.200 5.422.237.089.717.140 9.547.526.639.331.050 14.389.540.813.633.000 14.781.850.470.637.500 13.381.275.536.359.900 11.293.836.183.984.000 11.780.621.643.333.400 10.883.935.482.853.500 11.453.016.212.216.300 10.668.117.834.717.900 9.473.550.432.503.470