• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Pengetahuan, Dukungan Keluarga dan Kepercayaan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada Bayi di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Pengetahuan, Dukungan Keluarga dan Kepercayaan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada Bayi di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7

HARI) PADA BAYI DI DESA SELOTONG KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2011

Oleh:

SRI ENDA GUADEBA SITEPU NIM. 061000077

(2)

ABSTRAK

Imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) adalah penyuntikan vaksin Hepatitis B pada bayi yang bertujuan untuk membentuk kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B. Cakupan imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di wilayah kerja Puskesmas Secanggang Kabupaten Langkat pada Tahun 2010 masih sangat jauh dari yang diharapkan, seperti dari Standar Pelayanan Minimal kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.741/PER/VII/2008 sebesar 100%.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi Bulan Januari-Desember di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011 sejumlah 136 orang. Sampel sebanyak 58 orang. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) adalah pengetahuan (p=0,045), dukungan keluarga (p=0,017) dan kepercayaan (p=0,018).

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Secanggang agar meningkatkan kualitas pelayanan petugas imunisasi khususnya dalam pelayanan Imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) dan pengenalan penyakit dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada petugas imunisasi sehingga penyuluhan imunisasi dapat dilakukan dengan baik. Penyuluhan imunisasi khususnya Hepatitis B tidak hanya diberikan kepada para ibu bayi tetapi juga melibatkan keluarga, sehingga dapat meningkatkan dukungan keluarga serta kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari)

(3)

ABSTRACT

Hepatitis B immunization is given to babies (0 to 7 days old) by injecting them with Hepatitis B vaccine in order to form active immunity against Hepatitis B disease. The coverage of giving Hepatitis B immunization to babies (0 to 7 days old) at the working area of Secanggang Health Center, Langkat District, in 2010 was far from being expected as it was stipulated in the Decree of Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 741/PER/VII/2008 on the Standard of Minimum Service of the District/Towns which had to be 100%.

The research was a survey with explanatory research type which was aimed to explain the influences of knowledge, family support, and confidence on the giving of Hepatitis B immunization to babies (0 to 7 days old) at Selotong village, Secanggang Subdistrict, Langkat District, in 2011. The population in this research were 136 mothers who had babies from January to December 2011 at Selotong village, Secanggang Subdistrict, Langkat District; 58 of them were used as the samples. The primary data were collected by using interviews with questionnaires and analyzed by using logistic regression test.

The results of the research showed that the variable which influenced on the giving of Hepatitis B Immunization to babies (0 to 7 days old) were knowledge (p=0.045), family support (p=0.017), and confidence (p=0.018).

it is recommended that Secanggang Health Center should increase the immunization workers quality service, especially in servicing Hepatitis B immunization to babies (0 to 7 days old) and give information about the disease to the people by conducting training to the immunization officers so that immunization could be done smoothly. It is also recommended that the immunization counseling, especially Hepatitis B immunization counseling not given to mothers who had babies but also to the family members so that family support and confidence in giving Hepatitis B immunization to babies (0 to 7 days old) could be increased.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Enda Guadeba Sitepu

Tempat/Tanggal Lahir : Sei Semayang/17 September 1987

Agama : Khatolik

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak Ke : 5 dari 8 bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Medan-Binjai km.13.5 Pasar Kecil no.79 Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1993-1999 : SD Negeri No.101735 2. Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 2 Sunggal

3. Tahun 2002-2005 : SMU Swasta Ahmad Yani Binjai 4. Tahun 2006-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas cinta, berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh faktor pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada bayi di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua terkasih (R.I. Sitepu dan A. Sembiring) yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga tak henti-hentinya memberikan dukungan doa dan perhatian. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sekaligus sebagai Penguji II.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji.

4. Prof. dr. Aman Nasution, MPH, selaku Dosen pembimbing II sekaligus sebagai Penguji I.

5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III.

6. Drh.Hiswani, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

(6)

8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Secara Khusus kepada Namson Sihaloho,Mkes selaku Kepala Puskesmas Secanggang Kecamatan Secanggang.

10. Teman-teman (yanni, annie, ully, Mey, Melda, Tini, Lafandi, Nina, Hesi, Cici, Jhonson, Vina, Dedi, Ayu, Sairama, Wisana, Rina, Yenita, Yeni, Adli, K’Samira, Agus, Deni, k,rani dan lain-lain). Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada kita semua.

Bila ada kekurangan atau kesilapan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian selanjutnya. Terimakasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukannya.

Medan, November 2011 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Penghantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Hepatitis B ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Etiologi ... 8

2.1.3 Sumber Penularan ... 8

2.1.4 Cara Penularan ... 9

2.1.5 Masa Inkubasi ... 10

2.1.6 Gejala dan Tanda-tanda ... 10

2.1.7 Kelompok yang rentan ... 10

2.1.8 Prognosa ... 11

2.1.9 Diagnosa ... 11

2.1.10 Pencegahan Hepatitis B ... 11

2.2 Imunisasi Hepatitis B ... 12

2.3 Program imunisasi Hepatitis B ... 13

2.3.1 Tujuan program imunisasi Hepatitis B ... 14

2.3.2 Jadwal imunisasi Hepatitis B ... 14

2.3.3 Kontraindikasi dan efek samping ... 16

2.4 Perilaku ... 16

2.4.1 Perilaku kesehatan ... 17

2.4.2 Domain perilaku ... 19

2.5 Determinan perilaku ... 19

2.5.1 Pengetahuan ... 21

2.5.2 Dukungan keluarga ... 23

2.5.3 Kepercayaan ... 25

(8)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Data Primer ... 31

3.4.2 Data Sekunder ... 31

3.5 Definisi Operasional ... 31

3.6 Aspek Pengukuran ... 33

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 33

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 33

3.7 Teknik Analisa Data ... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1 Letak Geografis ... 35

4.1.2 Demografis ... 35

4.1.3 Sumber Daya Kesehatan ... 38

4.2 Analisis Univariat ... 38

4.2 1 Deskripsi Umur responden ... 39

4.2.2 Deskripsi Pendidikan responden... 39

4.2.3 Deskripsi Pekerjaan responden ... 40

4.2.4 Deskripsi Pengetahuan responden ... 40

4.2.5 Deskripsi Dukungan Keluarga responden ... 44

4.2.6 Deskripsi Kepercayaan responden ... 47

4.2.7 Gambaran Pemberian Imunisasi Hepatitis B .... 48

4.3 Analisis Bivariat ... 49

4.4 Analisis Multivariat ... 50

4.5 Hasil Wawancara ... 51

BAB V. PEMBAHASAN ... 53

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B ... 53

5.2 Pengaruh Dukungan keluarga terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B ... 54

5.3 Pengaruh Kepercayaan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B ... 55

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1 Kesimpulan……… 57

(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

1. Kuesioner Penelitian 2. Hasil Pengolahan Statistik

3. Output Uji Univariat, Bivariat, Multivariat 4. Surat Permohonan izin Penelitian

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada bayi di

wilayah kerja puskesmas secanggang kecamatan secanggang

Tahun 2010 ... 4

Tabel 2.1. Jadwal imunisasi Hepatitis B ... 15

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 33

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 34

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang Berdasarkan Agama ... 36

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang Berdasarkan Pendidikan ... 36

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang Berdasarkan Pekerjaan ... 37

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang Berdasarkan Suku ... 38

Tabel 4.6. Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan di Desa Selotong ... 38

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 39

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 40

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 40

Tabel 4.10. Distribusi responden Berdasarkan Uraian Jawaban tentang Imunisasi Hepatitis B ... 42

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 44

(11)

Tabel 4.13. Distribusi Dukungan Keluarga responden tentang pemberian

imunisasi Hepatits B (0-7 hari) pada bayi ... 46 Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan tentang

Imunisasi Hepatitis B ... 47 Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepercayaan ... 48 Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi

Hepatitis B ... 48 Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan tidak memberikan

imunisasi Hepatitis B ... 49 Tabel 4.18. Hasil Uji Kai Kuadrat ... 49 Tabel 4.19. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Pengetahuan,

Responden dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

ABSTRAK

Imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) adalah penyuntikan vaksin Hepatitis B pada bayi yang bertujuan untuk membentuk kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B. Cakupan imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di wilayah kerja Puskesmas Secanggang Kabupaten Langkat pada Tahun 2010 masih sangat jauh dari yang diharapkan, seperti dari Standar Pelayanan Minimal kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.741/PER/VII/2008 sebesar 100%.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi Bulan Januari-Desember di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011 sejumlah 136 orang. Sampel sebanyak 58 orang. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) adalah pengetahuan (p=0,045), dukungan keluarga (p=0,017) dan kepercayaan (p=0,018).

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Secanggang agar meningkatkan kualitas pelayanan petugas imunisasi khususnya dalam pelayanan Imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) dan pengenalan penyakit dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada petugas imunisasi sehingga penyuluhan imunisasi dapat dilakukan dengan baik. Penyuluhan imunisasi khususnya Hepatitis B tidak hanya diberikan kepada para ibu bayi tetapi juga melibatkan keluarga, sehingga dapat meningkatkan dukungan keluarga serta kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari)

(14)

ABSTRACT

Hepatitis B immunization is given to babies (0 to 7 days old) by injecting them with Hepatitis B vaccine in order to form active immunity against Hepatitis B disease. The coverage of giving Hepatitis B immunization to babies (0 to 7 days old) at the working area of Secanggang Health Center, Langkat District, in 2010 was far from being expected as it was stipulated in the Decree of Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 741/PER/VII/2008 on the Standard of Minimum Service of the District/Towns which had to be 100%.

The research was a survey with explanatory research type which was aimed to explain the influences of knowledge, family support, and confidence on the giving of Hepatitis B immunization to babies (0 to 7 days old) at Selotong village, Secanggang Subdistrict, Langkat District, in 2011. The population in this research were 136 mothers who had babies from January to December 2011 at Selotong village, Secanggang Subdistrict, Langkat District; 58 of them were used as the samples. The primary data were collected by using interviews with questionnaires and analyzed by using logistic regression test.

The results of the research showed that the variable which influenced on the giving of Hepatitis B Immunization to babies (0 to 7 days old) were knowledge (p=0.045), family support (p=0.017), and confidence (p=0.018).

it is recommended that Secanggang Health Center should increase the immunization workers quality service, especially in servicing Hepatitis B immunization to babies (0 to 7 days old) and give information about the disease to the people by conducting training to the immunization officers so that immunization could be done smoothly. It is also recommended that the immunization counseling, especially Hepatitis B immunization counseling not given to mothers who had babies but also to the family members so that family support and confidence in giving Hepatitis B immunization to babies (0 to 7 days old) could be increased.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit Hepatitis B juga merupakan penyakit infeksi virus yang dapat menyerang hati dan selanjutnya akan berkembang menjadi pengerasan hati maupun kanker hati hingga menyebabkan kematian.

Penyakit Hepatitis B ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun (penyakit hati kronis). Keadaan ini sangat berbahaya karena penderita merasa tidak sakit tetapi terus-menerus menularkan VHB kepada orang lain sehingga dapat terjadi wabah Hepatitis B dan juga mengalami komplikasi penyakit yaitu pengerasan hati yang disebut liver cirrhosis dan juga dapat berkembang menjadi kanker hati yang disebut dengan carcinoma hepatocelluler (Gunawan, 2009).

(16)

penyakit hepatitis B sehingga termasuk negara yang diimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan imunisasi (Achmadi, 2006).

Berdasarkan data WHO (2008), penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh nomor 10 di dunia dan endemis di Cina dan bagian lain di Asia termasuk Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B terbanyak di dunia setelah Cina dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang. Penderita penyakit Hepatitis B diperkirakan 1 dari 20 penduduk di Jakarta. Sebagian besar penduduk kawasan ini terinfeksi virus Hepatitis B sejak usia anak-anak. Sejumlah negara di Asia 8-10% populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2010).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) di Indonesia sebesar 59,19%, pada Tahun 2009 cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) di Indonesia sebesar 48,30%. angka ini belum maksimal dalam mendekati Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Universal Child Immunization (UCI) sebesar 100 % (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) mengalami penurunan. di Propinsi Sumatera Utara jumlah kasus Hepatitis B pada Tahun 2007 terdapat sebanyak 48 kasus dan pada Tahun 2008 terdapat 64 kasus Hepatitis B. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus Hepatitis B (Depkes RI, 2010).

(17)

pembawa kuman (carier) yang kronis, tetapi diyakini 95 % efektif mencegah berkembangnya penyakit menjadi carier (Fazidah, 2007).

Menurut Anwar (2001), imunisasi merupakan suatu usaha pencegahan yang paling efektif untuk mencegah penularan penyakit Hepatitis B. Program imunisasi Hepatitis B di Indonesia dimulai pada Tahun 1987 dan telah masuk ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sejak Tahun 1997. Pada Tahun 1991 Indonesia dinyatakan telah mencapai Universal Child Immunization (UCI) secara nasional, akan tetapi tetap saja masih ada ditemukan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti kasus Hepatitis. Kasus penyakit Hepatitis B masih ada ditemukan di beberapa desa terutama desa dengan cakupan imunisasi Hepatitis B rendah khususnya imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari).

Menurut Sampana (2000) pada ibu hamil di Indonesia tidak dilakukan uji saring Hepatitis B berdasarkan pemikiran bahwa pemberian imunisasi Hepatitis B (HB) yang pertama dilakukan pada usia 0-7 hari. Kebijakan tersebut didukung oleh beberapa studi yang menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir dari ibu HbsAg positif dan tidak diimunisasi Hepatitis B, 90% akan mengidap Hepatitis B kronis. Apabila bayi diberi imunisasi Hepatitis B dosis pertama pada umur 0-7 hari maka yang menjadi pengidap kronis tinggal 23% dan bila bayi diberi imunisasi dosis pertama pada bulan pertama kehidupannya, maka yang menjadi pengidap kronis sebesar 40%.

(18)

Secanggang memiliki bayi sejumlah 409 orang dengan proses persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 93,32%. Puskesmas Secanggang merupakan puskesmas yang memiliki cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) kedua tertinggi di Kabupaten Langkat yaitu 98,3% setelah Puskemas Sambirejo yaitu 106,7%, (Dinas Kesehatan Langkat, 2010).

Menurut survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapat hasil cakupan imunisasi Hepatitis B (0-7 Hari) di wilayah kerja Puskesmas Secanggang Tahun 2010, jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B (0-7 Hari) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Cakupan Imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang Kecamatan Secanggang Tahun 2010

No Desa Sasaran

Bayi

Bayi yang mendapatkan

imunisasi Hepatitis B (0-7 Hari) %

1 Secanggang 139 18 13

2 Selotong 136 13 9,6

3 Jaring Halus 134 13 9,7

Jumlah 409 44 32,3

Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2011

(19)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 50 ibu bayi di Desa Selotong hal ini terkait dengan masih sangat rendahnya pengetahuan ibu-ibu tentang imunisasi Hepatitis B yang mengatakan takut anaknya akan demam bila diimunisasi dan masih banyaknya larangan dari keluarga terutama larangan dari suami karena anaknya masih terlalu kecil untuk diimunisasi dan juga di dukung oleh karena kepercayaan mereka yang masih sangat kuat untuk melarang ibu-ibu yang baru melahirkan untuk membawa bayi nya keluar dari rumah selama kurang lebih 1,5 bulan. Beberapa bidan desa dan petugas imunisasi juga mengatakan cakupan imunisasi HB1 Tahun 2010 di Desa Selotong sudah sangat baik yaitu 103,4% dan ini dapat menjadi perbandingan bahwa pengetahuan, kepercayaan serta larangan dari keluarga ibu bayi yang mengakibatkan dorongan dari petugas kesehatan agar bayinya diimunisasi selalu diabaikan.

Desa Selotong pada Tahun 2010, memiliki jumlah penduduk 4.310 jiwa dengan mata pencaharian kepala keluarga mayoritas nelayan dan buruh tani sedangkan rata-rata ibu tidak bekerja. Hampir seluruh masyarakat di Desa Selotong adalah Suku Melayu. Desa Selotong mempunyai 4 posyandu dan kegiatan posyandu di dukung oleh peran serta kader posyandu sebanyak 7 orang.

(20)

Gunawan (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan ibu bersalin dan penolong persalinan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7 hari). Variabel karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak) dan tempat persalinan tidak ada pengaruhnya dengan pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari).

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), perilaku seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku, misalnya seorang ibu yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan karena ibu tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya.

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh faktor pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di Desa Selotong kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

(21)

Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di Desa Selotong kecamatan secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di Puskesmas Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat mengenai sejauh mana pengaruh pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari), sehingga dapat mengambil suatu kebijakan dengan membuat program yang sesuai untuk meningkatkan cakupan imunisasi.

2. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang administrasi dan kebijakan kesehatan terutama yang berkaitan dengan pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari).

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hepatitis B 2.1.1. Pengertian

Hepatitis B didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati (Liver). Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit kuning, padahal penguningan (kuku, mata, kulit) hanya salah satu gejala dari penyakit Hepatitis itu (Misnadiarly, 2007).

2.1.2. Etiologi

Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan terus berkembang biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Akibat fungsi serangan ini sistem kekebalan tubuh kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil maka virus dapat terbasmi habis, tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan menyebabkan Hepatitis B kronis (si pasien sendiri menjadi carrier atau pembawa virus seumur hidupnya). Dalam seluruh proses ini liver mengalami peradangan (Misnadiarly, 2007).

2.1.3. Sumber Penularan

(23)

ditemukan pada Air Susu Ibu (ASI), air liur, air seni, keringat, tinja, cairan amnion dan cairan lambung (Dalimartha, 2004).

2.1.4. Cara Penularan

Ada dua macam cara penularan Hepatitis B, yaitu transmisi vertikal dan transmisi horisontal.

a. Transmisi vertikal

Penularan terjadi pada masa persalinan (Perinatal). VHB ditularkan dari ibu kepada bayinya yang disebut juga penularan Maternal Neonatal. Penularan cara ini terjadi akibat ibu yang sedang hamil terserang penyakit Hepatitis B akut atau ibu memang pengidap kronis Hepatitis B (Dalimartha, 2004).

b. Transmisi horisontal

Adalah penularan atau penyebaran VHB dalam masyarakat. Penularan terjadi akibat kontak erat dengan pengidap Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut. Misalnya pada orang yang tinggal serumah atau melakukan hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B (Dalimartha, 2004).

(24)

2.1.5. Masa Inkubasi

Masa inkubasi (saat terinfeksi sampai timbul gejala) sekitar 24-96 minggu (Misnadiarly, 2007). Menurut Sudoyo (2006), masa inkubasi VHB berkisar dari 15-180 hari (rata-rata 60-90 hari).

2.1.6. Gejala dan Tanda

Munculnya gejala ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia pasien saat terinfeksi, kondisi kekebalan tubuh dan pada tingkatan mana penyakit diketahui. Gejala dan tanda antara lain :

a. Mual-mual (Nausea)

b. Muntah-muntah (Vomiting) disebabkan oleh tekanan hebat pada liver sehingga membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga

c. Diare

d. Anorexia yaitu hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual

e. Sakit kepala yang berhubungan dengan demam, peningkatan suhu tubuh

f. Penyakit kuning (Jaundice) yaitu terjadi perubahan warna kuku, mata dan kulit (Misnadiarly, 2007).

2.1.7. Kelompok yang Rentan

Adapun kelompok yang rentan terkena Hepatitis B adalah : a. Anak yang baru lahir dari ibu yang terkena Hepatitis B

(25)

c. Mereka yang tinggal atau sering berpergian ke daerah endemis Hepatitis B (Misnadiarly, 2007).

2.1.8. Prognosa

Bila seseorang terinfeksi VHB maka proses perjalanan penyakitnya tergantung pada aktifitas sistem pertahanan tubuhnya. Jika sistem pertahanan tubuhnya baik maka infeksi VHB akan diakhiri dengan proses penyembuhan. Namun, bila sistem pertahanan tubuhnya terganggu maka penyakitnya akan menjadi kronik. Penderita Hepatitis B Kronik dapat berakhir menjadi sirosis hati atau kanker hati (Karsinoma Hepatoceluler). Sirosis dan kanker hati sering menimbulkan komplikasi berat berupa pendarahan saluran cerna hingga Koma Hepatik (Dalimartha, 2004).

2.1.9. Diagnosa

Diagnosa yang dapat dilakukan yaitu serologi (test darah) dan biopsi liver (pengambilan sampel jaringan liver). Bila HbsAg positif maka orang tersebut telah terinfeksi oleh VHB (Misnadiarly, 2007)

2.1.10. Pencegahan Hepatitis B

(26)

1. Imunisasi Wajib

Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG (Bacille Calmette Guerin). Polio, Hepatitis B, DTP (Difteria, Tetanus, Pertusis) dan Campak.

2. Imunisasi yang Dianjurkan

Imunisasi yang dianjurkan diberikan kepada bayi/anak mengingat beban penyakit (Burden of disease) namun belum masuk ke dalam program imunisasi nasional sesuai prioritas. Imunisasi dianjurkan adalah HIb (Haemophillus Influenza tipe b), Pneumokokus, Influenza, MMR (Measles, Mumps, Rubella), Tifoid, Hepatitis A, Varisela, Rotavirus, dan HPV (Human Papilloma Virus) (Hadinegoro, 2008).

2.2. Imunisasi Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat Vaksinasi Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Ada dua tipe vaksin Hepatitis B yang mengandung HbsAg, yaitu (1) vaksin yang berasal dari plasma, dan (2) vaksin rekombinan. Kedua ini aman dan imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibodi anti HbsAg tidak mengganggu respons terhadap vaksin (Wahab, 2002).

(27)

beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita Hepatitis B perlu beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita Hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-sama dengan vaksinasi Hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap VHB diberikan secara intra muskular dengan dosis 0,5 ml, selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan (Dalimartha, 2004)

Vaksin Hepatitis B (hepB) diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah persalinan. Untuk mendapatkan efektifitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (Dalimartha, 2004).

2.3. Program Imunisasi Hepatitis B

Pedoman nasional di Indonesia merekomendasikan agar seluruh bayi diberikan imunisasi Hepatitis B dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada bulan berikutnya. Program Imunisasi Hepatitis B (0-7 Hari) dimulai sejak Tahun 2005 dengan memberikan vaksin heptB-O monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, pada Tahun 2006 dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/heptB pada umur 2-3-4 bulan (Hadinegoro, 2008).

(28)

2.3.1. Tujuan Program Imunisasi Hepatitis B

Tujuan program imunisasi Hepatitis B di Indonesia dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B.

2. Tujuan khusus

a. Pemberian dosis pertama dari vaksin hepB kepada bayi sedini mungkin sebelum berumur 7 hari

b. Memberikan imunisasi Hepatitis B sampai 3 dosis pada bayi (Dalimartha, 2004).

2.3.2. Jadwal Imunisasi Hepatitis B

Pada dasarnya jadwal imunisasi Hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia berbagai pilihan untuk menyatukannya ke dalam program imunisasi terpadu. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diingat :

1. Minimal diberikan sebanyak 3 kali

2. Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir

(29)

Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu :

1. Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir 2. Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepB-1

yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal, interval imunisasi hepB-2 dengan hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan (Hadinegoro, 2008). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi Hepatitis B

Umur Bayi Imunisasi Kemasan

Saat Lahir HepB-0 Uniject (hepB-monovalen) 2 Bulan DTwP dan hepB-1 Kombinasi DTwP hepB-1 3 Bulan DTwP dan hepB-2 Kombinasi DTwP hepB-1 4 Bulan DTwP dan hepB-3 Kombinasi DTwP hepB-1 Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008

Pemberian imunisasi Hepatitis B Berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan adalah :

1. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya mendapatkan 5 mcg (0,5 ml) vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 ml) vaksin asal plasma dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap HbsAg positif maka segera berikan 0,5 ml HBIg (sebelum anak berusia satu minggu) 2. Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapatkan 0,5 ml HBIg dalam waktu

(30)

disuntikkan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan

3. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg (0,25 ml) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan dosis 10 mcg (0,5 ml) intramuskular pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga pada umur 6-18 bulan

4. Ulangan imunisasi Hepatitis B diberikan pada umur 10-12 Tahun (Wahab, 2002).

2.3.3. Kontraindikasi dan Efek Samping

Vaksin hepB diberikan kepada semua orang termasuk wanita hamil, bayi baru lahir, pasien dengan immunocompromised, yaitu pasien dengan kelainan sistem imunitas seperti penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Dalimartha, 2004)

Efek samping yang mungkin timbul dapat berupa reaksi lokal ringan seperti rasa sakit pada bekas suntikan dan reaksi peradangan. Reaksi sistemik kadang timbul berupa panas ringan, lesu, dan rasa tidak enak pada saluran cerna. Gejala di atas akan hilang spontan dalam beberapa hari (Dalimartha, 2004).

2.4. Perilaku

(31)

dua faktor utama yakni : stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respons merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik , maupun non fisik dalam bentuk sosial budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2005), bentuk respons terhadap stimulus dalam perilaku dapat dibedakan menjadi 2 (Dua) bentuk, yaitu :

1. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk Unobservable Behavior atau atau Covert Behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau Observable Behavior.

2.4.1. Perilaku Kesehatan

(32)

1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat adalah perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif) (Notoatmodjo, 2010).

2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau terlepasnya dari masalah kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2010)

Becker dalam Notoatmodjo (2010) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan yaitu :

1. Perilaku sehat (Healthy Behavior)

Adalah Perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan

2. Perilaku sakit (Ilness Behavior)

Adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan untuk mencari penyembuhan atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.

3. Perilaku peran orang sakit

(33)

(terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (The sick role).

2.4.2. Domain Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007), meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.

Faktor determinan perilaku itu ditentukan atau dipengaruhi oleh perilaku (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) itu sendiri. Untuk membedakan determinan perilaku, Notoatmodjo (2007) membaginya menjadi 2 (Dua) bagian, yaitu:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.5. Determinan Perilaku

(34)

(lingkungan). Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green dan WHO (World Health Organization).

1. Teori Lawrence Green

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 (tiga) faktor, yakni :

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing Faktors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (Enabling Faktors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (Reinforcing Factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

(35)

seseorang itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seseorang yang tidak mau mengimunisasi anaknya di posyandu dapat disebabakan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya (Predisposing factors). Selain itu, rumah masyarakat yang jauh dengan posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (Enabling Factors). Petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (Reinforcing Factors) (Notoatmodjo, 2003)

2. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok yaitu, pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat. Pemikiran dan perasaan, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (kesehatan) (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang memengaruhi pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada bayi:

2.5.1. Pengetahuan

(36)

Pengetahuan dalam domain perilaku, secara garis besarnya dibagi dalam 6 (enam) tingkatan, yakni :

a. Tahu (Know)

Diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelummya setelah mengamati sesuatu. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain.

b. Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai bukan sekedar tahu, menyebutkan dan memahami objek tersebut, tetapi seseorang tersebut harus dapat mengintrepretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui pada situasi yang lain dengan objek yang telah dipahami sebelumnya.

d. Analisis (Analysis)

(37)

e. Sintesis (Synthesis)

Menunjuk pada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2010)

2.5.2. Dukungan Keluarga

Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santono (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu. Bailon dan Maglaya dalam Setiadi (2008) menyatakan, bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

(38)

Sudiharto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal, misalnya ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Struktur keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dan kemampuan menyelesaikan masalah.

Menurut Bugges dalam Friedman (1998) keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga suami isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Menurut friedman (1998), tipe-tipe keluarga antara lain (1) Keluarga inti atau Konjugal yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua ayah pemberi nafkah, keluarga inti terdiri dari suami, isteri dan anak mereka, baik anak kandung maupun anak adopsi, (2) Keluarga orientasi atau keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan darah seperti kakek/nenek, bibi, paman dan sepupu.

Friedman (2003) dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri

(39)

2.5.3. Kepercayaan

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan sering dapat bersifat rasional dan irasional. Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu tersebut masuk akal. Orang percaya bahwa dokter pasti dapat menyembuhkan penyakitnya. Hal ini adalah rasional karena memang dokter tersebut telah bertahun-tahun belajar ilmu kedokteran atau penyembuhan penyakit. Sebaliknya seseorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia mempercayakan air putih yang diberi mantera oleh seorang dukun bisa menyembuhkan penyakitnya (Notoatmodjo, 2010).

Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. Hal ini bahwa orang percaya kepada sesuatu dapat disebabkan karena ia mempunyai pengetahuan tentang itu. Kepercayaan yang tidak didasarkan kepada pengetahuan yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan bertindak (Notoatmodjo, 2010).

2.6. Perubahan Perilaku

(40)

a. Perubahan alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga mengalami perubahan.

b. Perubahan Terancam (Planned Change)

Perubahan ini terjadi karena direncanakan sendiri oleh subjek. Misalnya pak Anwar adalah perokok berat. Akibatnya pada suatu saat ia terserang batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi rokok sedikit demi sedikit, dan akhirnya ia berhenti merokok sama sekali.

c. Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change)

(41)

2.7. Kerangka konsep

Berdasarkan landasan teori yang mendukung penelitian ini, maka dapat digambarkan secara skematis kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Pengetahuan

Faktor Dukungan Keluarga

[image:41.612.112.529.206.326.2]

Faktor Kepercayaan

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, dapat dirumuskan defenisi konsep variabel penelitian sebagai berikut :

1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang terhadap objek melalui panca indra yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga, dan sebagainya

2. Dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan keluarga kepada seseorang, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan

3. Kepercayaan adalah keyakinan dari masyarakat terhadap penyakit Hepatitis B sehubungan dengan penyebab pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari)

(42)

4. Pemberian imunisasi adalah pelaksanaan atau mempraktikkan apa yang diketahui ataupun yang disikapinya.

2.8. Hipotesis Penelitian

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penilaian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011 (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Secanggang dengan pertimbangan bahwa cakupan imunisasi Hepatitis B di Desa Selotong masih rendah yaitu 9,6%. Selain itu belum pernah dilakukan penelitian mengenai pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di desa tersebut. Penelitian ini direncanakan pada Bulan Juli 2011.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(44)

Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011, jumlah ibu bayi di desa tersebut adalah sebanyak 136 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

rumus penentuan sampel penelitian survei (Notoatmodjo, 2003) yaitu:

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan (sebesar 0,1)

(45)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada ibu dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder :

Data sekunder diperoleh dari Laporan Puskesmas Secanggang Kabupaten Langkat.

3.5. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau dijawab oleh responden tentang penyakit Hepatitis B, meliputi : pengertian Hepatitis B, penyebab penyakit Hepatitis B, cara pencegahan, cara penularan, efek samping dari imunisasi Hepatitis B pada bayi(0-7 hari), akibat jika bayi tidak diimunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) serta manfaat imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari). Pengatahuan terdiri dari 10 pertanyaan dan diukur dengan menggunakan metode skoring melalui kuesioner yang telah diberikan bobot 2 dan 1. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 20. Berdasarkan jumlah diperoleh responden dapat dikategorikan menjadi (Pratomo Hadi, 1986) :

a. Tingkat pengetahuan buruk, apabila responden kurang mengetahui segala sesuatu tentang Hepatitis B

(46)

c. Tingkat pengetahuan baik, apabila responden mengetahui segala sesuatu tentang Hepatitis B

2. Dukungan keluarga adalah dukungan atau dorongan yang diberikan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) dalam pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari). Dukungan keluarga dibagi dalam 2 kategori : a. Tidak mendukung, apabila responden tidak mendapatkan dukungan atau dorongan

dari keluarga baik berupa anjuran serta pesan-pesan yang diberikan keluarga dalam

memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari)

b. Mendukung, apabila responden mendapatkan dukungan atau dorongan dari keluarga

baik berupa anjuran serta pesan-pesan yang diberikan keluarga dalam memberikan

imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari)

3. Kepercayaan adalah keyakinan dari masyarakat terhadap penyakit Hepatitis B sehubungan dengan penyebab pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari).

a. Buruk, apabila responden memiliki anggapan atau keyakinan yang dipercayai

mengenai pemberian imunisasi Hepatitis B merupakan sesuatu yang salah

b. Baik, apabila responden memiliki anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang

dipercayai mengenai pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) benar dan

nyata

(47)

1. Tidak memberikan, apabila responden tidak memberikan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada bayi lebih dari 7 hari setelah kelahirannya.

2. Memberikan, apabila responden memberikan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada saat usia bayi 0-7 hari kelahirannya.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

[image:47.612.106.533.378.643.2]

Variabel bebas terdiri dari pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan meliputi skala pengukuran interval. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut :

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

N

o Variabel

Jumlah Indikator Kategori Jawaban Nilai Bobot Kategori Variabel Sko r Skala Ukur

1 Pengetahuan 10 1.Tidak Tahu 2.Tahu

2 1

1. Buruk 2. Sedang 3. Baik

10-13 14-17 18-20 Interval

2 Dukungan Keluarga

5 1.Tidak

2.Ya

2 1

1. Tidak Mendukung 2. Mendukung -7 8-10 Ordinal

3 Kepercayaan 3 1.Tidak Percaya 2.Percaya

1. Baik

2. Buruk

-4 5-6

(48)
[image:48.612.114.527.160.255.2]

Variabel terikat adalah pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut :

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

3.7. Teknik Analisa Data

Teknik Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda (uji untuk mengetahui hubungan beberapa variabel independen dan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus) yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2011 dengan α=0,05 (Yasril, 2009).

Rumus regresi logistik ganda:

Keterangan :

Y = Variabel dependen β = Koefisien regresi

X = Variabel independen Variabel Jumlah

Indikator

Kategori Jawaban

Bobo t

Kategori

Variabel Skor

Skala Ukur Pemberian

imunisasi Hepatitis B (0-7 hari)

1 1. Tidak 2. Ya

1. Tidak diberikan 2. Diberikan

0

1 Nominal

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Desa Selotong merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Secanggang yang memiliki luas wilayah 6166 Ha. Secara goegrafis, Desa Selotong berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Jaring Halus b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karang Gading c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Secanggang d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pantai Gading

4.1.2. Demografis

[image:49.612.111.535.578.648.2]

Jumlah penduduk Desa Selotong pada Tahun 2010 tercatat mencapai 4.310 jiwa (1.144 Kepala Keluarga). Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 2.169 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 2.141 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 2.169 50,32

2 Perempuan 2.141 49,68

Jumlah 4310 100

(50)

Berdasarkan agama yang dianut penduduk, penduduk yang beragama Islam yaitu 4269 jiwa, Kristen Protestan yaitu 10 jiwa dan yang beragama Buddha yaitu 31 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 4269 99,05

2 Kristen Protestan 10 0,23

3 Buddha 31 0,72

Jumlah 4310 100

Sumber : Profil Desa Selotong Tahun 2010

[image:50.612.112.533.421.563.2]

Berdasarkan pendidikan, penduduk yang Tidak Tamat/Tidak Sekolah yaitu 2158 jiwa, tamat TK (Taman Kanak-kanak) yaitu 45 jiwa, tamat SD (Sekolah Dasar) yaitu 1000 jiwa, tamat SMP (Sekolah Menengah Pertama) yaitu 551 jiwa, tamat SMA (Sekolah Menengah Pertama) yaitu 465 jiwa, tamat Akademi (D1-D3) yaitu 41 jiwa, dan Sarjana (S1-S2) yaitu 50 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Tamat/Tidak Sekolah 2158 50,07

2 Tamat TK 45 1,04

3 Tamat SD 1000 23,20

4 Tamat SMP 551 12,79

5 Tamat SMA 465 10,79

6 Tamat Akademi (D1-D3) 41 0,95

7 Tamat Sarjana (S1-S2) 50 1,16

Jumlah 4310 100

Sumber : Profil Desa Selotong Tahun 2010

(51)
[image:51.612.115.532.228.512.2]

pembantu rumah tangga yaitu 53 jiwa, TNI yaitu 4 jiwa, Pensiunan PNS/TNI/POLRI yaitu 6 jiwa, Pengusaha kecil dan menengah yaitu 160 jiwa, Dukun kampung yaitu 5 jiwa, Jasa pengobatan alternatif yaitu 15 jiwa, Karyawan perusahaan swasta yaitu 30 jiwa dan Karyawan perusahaan pemerintah yaitu 50 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 1205 27,96

2 Buruh Tani 785 18,20

3 Buruh migrant 130 3,02

4 PNS 30 0,69

5 Pedagang keliling 180 4,18

6 Peternak 200 4,64

7 Nelayan 1.450 33,64

8 Perawat Swasta 5 0,12

9 Bidan Swasta 2 0,05

10 Pembantu rumah tangga 53 1,23

11 TNI 4 0,09

12 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 6 0,14

13 Pengusaha kecil dan menengah 160 3,71

14 Dukun kampong 5 0,12

15 Jasa pengobatan alternative 15 0,35

16 Karyawan perusahaan swasta 30 0,69

17 Karyawan perusahaan pemerintah 50 1,17

Jumlah 4310 100

Sumber :Profil Desa Selotong Tahun 2010

(52)
[image:52.612.121.533.92.259.2]

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Aceh 70 1,62

2 Melayu 1069 24,80

3 Minang 180 4,18

4 Sunda 1000 23,20

5 Jawa 910 21,11

6 Bali 365 8,47

7 Banjar 685 15,90

8 Nias 10 0,23

9 Batak 21 0,49

Jumlah 4310 100

Sumber : Profil Desa Selotong Tahun 2010 4.1.3. Sumber Daya Kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang terdapat di Desa Selotong terdiri atas 1 puskesmas pembantu, 4 posyandu dan 2 BPS (Bidan Praktik Swasta).

Tenaga kesehatan yang terdapat di Desa Selotong terdiri atas 4 bidan desa, 2 bidan swasta, 5 perawat. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan di Desa Selotong

No Tenaga Kesehatan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Bidan Desa 4 36,37

2 Bidan Swasta 2 18,18

3 Perawat 5 45,45

Jumlah 11 100

Sumber : Profil Desa Selotong Tahun 2010

4.2. Analisis Univariat

[image:52.612.115.533.426.507.2]
(53)

4.2.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur

Respoden dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berusia di bawah 12 bulan. Dalam pengkategorian umur penulis membagi umur berdasarkan jumlah tahun kehidupan yang telah dijalani responden. Umur dibagi berdasarkan usia reproduksi yang baik. Umur < 20 tahun merupakan umur yang kurang baik untuk bereproduksi, karena secara fisik dan emosional belum menunjukkan kematangan. Umur 20-35 tahun yaitu umur reproduksi yang baik, sedangkan umur >35 tahun akan lebih sering menghadapi komplikasi selama kehamilan dan pada saat melahirkan serta akan memengaruhi kelangsungan hidupnya (UNICEF dalam Rokhana, 2005).

[image:53.612.113.534.427.503.2]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden terbanyak adalah 20-35 tahun yaitu 44 responden (75,9%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur F (%)

1 2 3

< 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun

9 44

5

15,5 75,9 8,6

Jumlah 58 100

4.2.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

(54)
[image:54.612.113.535.88.185.2]

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan F (%)

1 2 3 4

Tamat SD/tidak tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Tamat Akademi/Sarjana 29 16 12 1 50 27,6 20,7 1,7

Jumlah 58 100

4.2.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pekerjaan responden terbanyak yaitu tidak bekerja/ibu rumah tangga sebesar 55 responden (94,8%), kemudian diikuti dengan wiraswasta sebesar 1 responden (1,7%), dan lainnya sebesar 2 responden (3,4%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9. berikut :

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Tingkat Pekerjaan F %

1 2 3 4 5

Tidak bekerja/Ibu rumah tangga Wiraswasta

Pegawai Swasta

Pegawai Negri Sipil (PNS) Lainnya 55 1 0 0 2 94,8 1,7 0 0 3,4

Jumlah 58 100

4.2.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai variabel pengetahuan responden, diketahui bahwa pengetahuan responden untuk mengetahui penyakit Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 50 responden(86,2%) sedangkan sebesar 8 responden(13,8%) menjawab tahu.

(55)

seseorang, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu yaitu sebesar 56 responden (96,6%), sedangkan sebesar 2 responden (3,4%) menjawab tahu.

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai sumber penularan Hepatitis B adalah melalui darah, cairan semen, lendir kemaluan dan air seni, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 52 responden (89,7%), sedangkan sebesar 6 responden (10,3%) menjawab tahu.

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai cara penularan Hepatitis B adalah penularan dari ibu kepada bayinya saat proses persalinan dan kontak erat dengan penderita Hepatitis B, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 53 responden (91,4%), sedangkan sebesar 5 responden (8,6%) menjawab tahu.

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai gejala dan tanda penyakit Hepatitis B adalah sakit kepala disertai demam, mual, muntah, anorexia serta timbul perubahan warna kuning pada mata, kuku dan kulit, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 49 responden (84,5%), sedangkan sebesar 9 responden (15,5%) menjawab tahu.

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai dampak jika tidak diberikan imunisasi Hepatitis B akan mudah terjangkit virus Hepatitis B, yaitu terbanyak responden menjawab tidak tahu sebesar 49 responden (84,5%), sedangkan sebesar 9 responden (15,5%) menjawab tahu.

(56)

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai untuk mengetahui penyakit Hepatitis B harus dilakukan tes darah, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 43 responden (74,1%), sedangkan sebesar 15 responden (25,9%) menjawab tahu.

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai pencegahan dini agar terhindar dari penyakit Hepatitis B dengan memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi berumur 0-7 hari, yaitu responden terbanyak menjawab tidak tahu sebesar 41 responden (70,7%), sedangkan sebanyak 17 responden(29,3%) menjawab tahu.

[image:56.612.115.526.473.656.2]

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada bayi dapat diperoleh di tempat pelayanan kesehatan, seperti : posyandu, puskesmas, klinik bersalin dan praktik dokter, yaitu responden terbanyak menjawab tahu sebanyak 43 responden (74,1%), sedangkan sebanyak 15 responden (25,9%) menjawab tidak tahu. Uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi dapat dilihat pada Tabel 4.10. berikut :

Tabel 4.10. Distribusi responden Berdasarkan Uraian Jawaban tentang Imunisasi Hepatitis B

No Pernyataan f %

1 Hepatitis B (Penyakit kuning) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB)

a. Tidak tahu b. Tahu

50 8

86,2 13,8

Jumlah 58 100

2 Penyebab penyakit Hepatitis B adalah karena adanya virus Hepatitis B di dalam tubuh seseorang

a. Tidak Tahu b. Tahu

56 2

96,6 3,4

(57)
[image:57.612.114.527.86.639.2]

Tabel 4.10. (Lanjutan)

3 Sumber penularan Hepatitis B adalah melalui darah, cairan semen, lendir kemaluan dan air seni

a. Tidak Tahu b. Tahu

52 6

89,7 10,3

Jumlah 58 100

4 Cara penularan Hepatitis B adalah penularan dari ibu kepada bayinya saat proses persalinan dan kontak erat dengan penderita Hepatitis B

a. Tidak Tahu b. Tahu

53 5

91,4 8,6

Jumlah 58 100

5 Gejala dan tanda penyakit Hepatitis B adalah sakit kepala disertai demam, mual, muntah,anorexia serta timbul perubahan warna kuning pada mata, kuku dan kulit

a. Tidak Tahu b. Tahu

49 9

84,5 15,5

Jumlah 58 100

6 Dampak jika tidak diberikan imunisasi Hepatitis B akan mudah terjangkit Virus Hepatitis B (VHB)

a. Tidak Tahu b. Tahu

49 9

84,5 15,5

Jumlah 58 100

7 Imunisasi Hepatitis B berguna untuk meningkatkan kekebalan bayi pada penularan penyakit Hepatitis B

a. Tidak Tahu b. Tahu

30 28

51,7 48,3 Jumlah 58 100

8 Untuk mengetahui penyakit Hepatitis B harus dilakukan tes darah

a. Tidak Tahu b. Tahu

43 15

74,1 25,9

Jumlah 58 100

9 Pencegahan dini agar terhindar dari penyakit Hepatitis B dengan memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi berumur 0-7 hari

a. Tidak Tahu b. Tahu

41 17

70,7 29,3

(58)
[image:58.612.119.526.95.184.2]

Tabel 4.10. (Lanjutan)

10 Imunisasi Hepatitis B pada bayi (0-7 hari) dapat diperoleh di tempat pelayanan kesehatan, seperti : posyandu, puskesmas, klinik bersalin dan praktik dokter.

a. Tidak Tahu b. Tahu

15 43

25,9 74,1

Jumlah 58 100

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel pengetahuan responden dilakukan pengolahan data dan diketahui bahwa pengetahuan responden tentang imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) terbanyak berada pada kategori buruk, yaitu sebesar 45 responden (77,6%), kemudian diikuti dengan kategori sedang sebesar 13 responden (22,4%), Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11. berikut :

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

No Kategori Pengetahuan F (%)

1 2

Buruk Sedang

45 13

77,6 22,4

Jumlah 58 100

4.2.5. Deskripsi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian mengenai adanya dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) kepada ibu dalam bentuk mendapatkan informasi dari keluarga tentang penyakit Hepatitis B, yaitu responden terbanyak menjawab tidak sebesar 50 responden (86,2%), sedangkan sebesar 8 responden (13,8%) menjawab ya.

(59)

sebesar 41 responden(70,7%), sedangkan sebesar 17 responden (29,3%) menjawab ya.

Hasil distribusi mengenai adanya dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) kepada ibu dalam bentuk mendapatkan informasi dari keluarga bahwa imunisasi Hepatitis B dapat mencegah penularan Penyakit Hepatitis B, yaitu responden terbanyak menjawab ya sebesar 33 responden (56,9%), sedangkan sebesar 25 responden (43,1%) menjawab tidak.

Hasil distribusi mengenai adanya dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) kepada ibu dalam bentuk anjuran untuk membawa bayi ke pelayanan kesehatan agar diberikan imunisasi Hepatitis B, yaitu responden terbanyak menjawab tidak sebesar 52 responden (89,7%), sedangkan sebesar 6 responden (10,3%) menjawab ya.

[image:59.612.113.530.581.696.2]

Hasil distribusi mengenai adanya dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) dalam bentuk memberikan pujian kepada ibu karena menyarankan bayi untuk diimunisasi Hepatitis B, yaitu responden terbanyak menjawab tidak sebesar 42 responden (72,4%), sedangkan sebesar 16 responden (27,6%) menjawab ya. Uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

No Pertanyaan f (%)

1 Ibu mendapatkan informasi dari keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) tentang penyakit Hepatitis B

a. Tidak b. Ya

50 8

(60)
[image:60.612.115.529.90.396.2]

Tabel 4.12. (Lanjutan)

2 Ibu mendapatkan informasi dari keluarga tentang imunisasi Hepatitis B

a. Tidak b. Ya 41 17 70,7 29,3

Jumlah 58 100

3 Ibu mendapatkan informasi dari keluarga bahwa imunisasi Hepatitis B dapat mencegah penularan Hepatitis B a. Tidak b. Ya 25 33 43,1 56,9

Jumlah 58 100

4 Keluarga menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke pelayanan kesehatan agar diberikan imunisasi Hepatitis B

a. Tidak b. Ya 51 7 87,9 12,1

Jumlah 58 100

5 Keluarga memberikan pujian kepada ibu karena menyarankan bayi untuk diimunisasi Hepatitis B

a. Tidak b. Ya 42 16 72,4 27,6

Jumlah 58 100

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel dukungan keluarga responden di atas, dilakukan pengolahan data dan diketahui bahwa dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) responden tentang pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7) hari pada bayi terbanyak berada pada kategori tidak mendukung sebesar 44 responden (75,9%) dan diikuti dengan kategori mendukung sebesar 14 responden (24,1%).Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Dukungan Keluarga responden tentang pemberian imunisasi Hepatits B (0-7 hari) pada bayi

No Kategori Pengetahuan f (%)

1 2 Tidak Mendukung Mendukung 44 14 75,9 24,1

(61)

4.2.6. Deskripsi Responden Berdasarkan Kepercayaan

Hasil distribusi responden mengenai kepercayaan setiap bayi baru lahir tidak boleh keluar rumah untuk diimunisasi, yaitu responden terbanyak menjawab percaya sebesar 44 responden (75,9%), sedangkan sebesar 14 responden (24,1%) menjawab tidak percaya.

Hasil distribusi responden mengenai imunisasi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan anak sakit (demam), yaitu responden terbanyak menjawab percaya sebesar 44 respo

Gambar

Tabel 1.1 Cakupan Imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada bayi di Wilayah Kerja
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

5.000.000,--(lima juta rupiah), tetapi Pemohon bertekad tetap akan menikah dengan calon suaminya tersebut, maka Pemohon memohon agar Pengadilan Agama menyatakan wali Pemohon

Anak yang memasuki proses peradilan pidana untuk menyelesaikan tindak pidana yang mereka lakukan harus diberikan perlindungan, salah satunya dalam pemberian bantuan hukum

SELEKSI NASIONAL CPNS 2017. Bima

PERL INDUSGAN HUKOM I’BHEADAP PIHAK IANG BEBITIKAD B A IK ..... Apa yang pada

(10)Untuk drainase suatu lahan pertanian dengan menggunakan drainase bawah- permukaan, akan digunakan pipa drainase yang terbuat dari tanah liat. Pipa tersebut

Hasil penelitian ini adalah: (1) dari empat indikator dan 48 variabel komponen konseptual e-content yang diajukan kepada panel pakar, validitas keluarannya

Suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji pengaruh gejala sosial terhadap hukum dan sebaliknya secara.. teoritis, analitis,

• For the pollen grains to reach the ovules and fertilize them, a pollinating midge must carry the pollen from the father flower to the mother flower.