I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai
prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk keperluan bumbu dapur ataupun
rempah-rempah penambah cita rasa makanan (masakan). Menurut data BPS produktivitas
cabai pada tahun 2009 sebesar 5.89 ton/ha, tahun 2010 sebesar 5.60 ton/ha, dan tahun
2011 sebesar 6.19 ton/ha. Peluang ekspor cabai tidak hanya dalam bentuk produk
segar, tetapi juga dalam bentuk olahan lebih lanjut berupa cabai kering dan bubuk
(tepung) sehingga memungkinkan untuk melakukan penganekaragaman
(diversifikasi) produk cabai. Walaupun harga cabai di pasaran sering naik dan turun
cukup tajam tetapi cabai termasuk tanaman bernilai ekonomi tinggi, keinginan petani
untuk membudidayakan tidak pernah surut (Rukmana, 1996). Nilai ekonomi yang
tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani
Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, banyak usaha yang
dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga hasil
adalah pemupukan. Menurut Prajnanta (1999 a), dalam Marbun (2002), cabai
keriting hibrida lebih responsif terhadap pemupukan sehingga pertumbuhannya lebih
cepat serta produksi per satuan luasnya lebih besar bila dibandingkan dengan varietas
keriting lokal.
Untuk tetap mempertahan produktivitas dari pengaruh lingkungan yang tidak
mendukung selain menggunakan varietas unggul dan pemupukan yang baik, dapat
dilakukan aplikasi penggunaan mulsa. Mulsa dibagi menjadi dua, yaitu mulsa
organik dan mulsa anorganik. Mulsa adalah bahan yang disebar di permukaan tanah
yang bertujuan untuk menegndalikan suhu dan kadar air tanah. Mulsa anorganik
yaitu mulsa yang bersifat sintetik, sedangkan mulsa organik merupakan mulsa yang
berasal dari sisa tanaman salah satunya yaitu mulsa jerami padi.
Penggunaan mulsa anorganik dapat mempercepat tanaman yang dibudidayakan
berproduksi, efisien dalam penggunaan air, serta mengurangi erosi, hama dan
penyakit (Noorhadi dan Sudadi, 2003). Menurut Kadarso (2008), penggunaan mulsa
plastik untuk mengendalikan suhu dan menjaga kelembapan tanah akan mengurangi
serangan dari hama dan penyakit. Penggunaan mulsa plastik warna hitam untuk
lapisan bawah dan warna perak untuk lapisan atas sangat diperlukan untuk
penanaman cabai pada musim hujan. Salah satu keuntungan menggunakan mulsa
lapisan atas perak adalah sinar ultraviolet ke permukaan bawah daun yang banyak
dihuni oleh hama aphid, thrips, tungau, ulat, dan cendawan.
Menurut Kadarso (2008), mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah
menahan percikan air hujan, memelihara struktur tanah dan menekan pertumbuhan
gulma. Keuntungan lainnya yaitu mulsa organik mudah terurai, lebih ekonomis, dan
mudah didapat. Contoh dari mulsa organik yaitu mulsa jerami, berbagai jenis
rumput – rumputan.
Daerah dataran rendah memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan dataran
tinggi, sehingga lebih mudah menguapkan air (Nazaruddin, 1999). Oleh karena itu,
perlu penggunaan mulsa untuk mengurangi penguapan air yang berlebihan. Menurut
Nazaruddin (1999), tanaman cabai toleran terhadap dataran tinggi maupun dataran
rendah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dibuat perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan tanpa mulsa terhadap
karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah?
2. Apakah terdapat salah satu jenis mulsa yang menghasilkan pola respons
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka
disusun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan tanpa mulsa terhadap
2. Mengetahui apakah terdapat salah satu jenis mulsa yang menghasilkan pola
respons pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah terbaik.
1.3 Landasan Teori
Untuk dapat berproduksi optimal sesuai dengan yang diharapkan, ada beberapa syarat
pertumbuhan cabai yang harus dipenuhi. Syarat pertumbuhan ini meliputi faktor
tanah, air, dan iklim (Prajnanta, 2001).
Budidaya cabai lebih menekankan masalah teknologi budidaya sehingga hampir
semua jenis tanah dapat ditanami. Tanah yang paling sesuai untuk bertanam cabai
adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu
porous, serta kaya bahan organik.
Tanah yang kekurangan unsur hara maupun bahan organik dapat dimanipulasi dengan
penambahan bahan organik dari pupuk kandang maupun kompos serta penambahan
unsur hara dari pupuk buatan (Prajnanta, 2001). Pemulsaan merupakan suatu cara
memperbaiki tata udara tanah dan juga tersedianya air bagi tanaman (dapat
diperbaiki). Selain itu pemberian mulsa dapat mempercepat pertumbuhan tanaman
yang baru ditanaman. Keuntungan penggunaan mulsa dalam pertanian khususnya
tanaman sayuran adalah dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas hasil,
memungkinkan penanaman di luar musim (off season) serta perbaikan tehnik
Pemberian mulsa pada permukaan tanah mampu meminimalkan kerugian akibat
radiasi matahari yang mengenai permukaan tanah. Menurut Zainal (2004), mulsa
sangat mempengaruhi suhu tanah, karena suhu tanah sangat tergantung pada proses
pertukaran panas antara tanah dengan lingkungannya. Proses tersebut terjadi akibat
adanya radiasi matahari dan pengalirannya ke dalam tanah melalui konduksi. Adanya
mulsa akan menyebabkan panas yang mengalir ke dalam tanah lebih sedikit
dibandingkan tanpa mulsa.
Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya yaitu mulsa organik
dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan - bahan alami yang mudah terurai
seperti sisa – sisa tanaman (jerami). Keuntungan mulsa organik adalah lebih
ekonomis (murah), mudah didapatkan dan dapat terurai sehingga menambah bahan
organik dalam tanah, sedangkan mulsa anorganik terbuat dari bahan sintesis yang
tidak dapat terurai (mulsa plastik) dan harganya mahal, namun dapat digunakan lebih
dari satu musim tanam (Kadarso, 2008). Menurut penelitian Barus (2006), perlakuan
penggunaan mulsa memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang,
serta produksi pertanaman.
Jenis mulsa organik mampu menambah bahan organik di dalam tanah. Bahan
organik mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah, berfungsi sebagai
penyedia unsur hara dan sumber energi bagi mikroorganisme tanah (Thorne dan
Thorne, 1979 dalam Rismaneswati, 2006). Bahan organik juga mempengaruhi
beberapa sifat tanah yang lain seperti kemampuan mengikat air, mempertahankan
kapasitas tukar kation dan kapasitas sangga tanah (Kononova, 1961 dalam
Rismaneswati, 2006).
Sisa tanaman yang dapat digunakan sebagai mulsa organik yaitu jerami. mulsa
jerami dapat memperbaiki kesuburan tanah, struktur, cadangan air tanah dan
menghalangi pertumbuhan gulma. Selain itu, mulsa jerami dapat menyangga (buffer)
suhu tanah agar tidak terlalu panas dan dingin. Adanya kelembaban yang tinggi di
permukaan tanah akibat pemberian mulsa jerami dapat menarik cacing tanah untuk
hidup di dalamnya. Cacing tanah ini akan membantu memperbaiki kesuburan tanah
sehingga pertumbuhan tanaman akan tetap terjaga pertumbuhannya. Menurut Mayun
(2007), pemberian mulsa jerami dapat meningkatkan hasil umbi pada bawang merah
di daerah pesisir.
Menurut Lamont (1993) dalam Noorhadi dan Sudadi (2003), penggunaan mulsa
anorganik antara lain dapat mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil
per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat
hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat
pertumbuhan gulma, mencegah pemadatan tanah dan mempunyai kesempatan untuk
menanam pada bedengan yang sama lebih dari satu kali.
Adanya teknologi penggunaan mulsa mampu memberikan lingkungan yang cocok
bagi petanaman cabai merah. Mulsa plastik hitam perak akan mempengaruhi
keseimbangan cahaya matahari. Cahaya matahari yang mengenai mulsa ini tidak
cahaya yang diterima. Cahaya ini akan dimanfaatkan oleh tanaman yang ada
diatasnya untuk proses fotosintesis. Sedangkan warna hitam di bagian bawah akan
menyerap sebagian cahaya matahari yang tidak dapat dipantulkan.
1.4 Kerangka Pemikiran
Cabai merupakan salah satu sayuran yang sangat diperlukan bahkan digemari oleh
masyarakat luas. Manfaat cabai yang begitu banyak baik untuk penyedap masakan
maupun sebagai bahan obat-obatan, membuat kebutuhan akan cabai semakin
meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan cabai maka budidaya cabai harus terus
diusahakan dan dikembangkan.
Dalam budidaya cabai yang perlu diperhatikan antara lain media tanam dengan unsur
hara yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan serta perkembangan tanaman
sehingga menghasilkan produksi yang maksimal. Media tanam yang baik untuk
tanaman cabai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan
tidak terlalu porous, serta kaya bahan organik. Tanah yang subur dapat ditambahkan
dengan pupuk yang dapat meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah.
Selain memakai varietas unggul tanaman cabai dilakukan teknik budidaya yang baik,
salah satunya yaitu penggunaan mulsa yaitu alah satu teknologi budidaya yang dapat
meningkatkan kuantitas dan kuailtas buah. Mulsa dibagi menjadi dua yaitu mulsa
anorganik dan organik. Pada daerah yang memiliki keterbatasan sumber bahan
organik biasanya menggunakan mulsa plastik. Penggunaan mulsa plastik perak
sayuran, terutama cabai. Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat lebih optimal
dan efisien, serta terciptanya suatu proses produksi tanaman produksi yang
berkelanjutan.
Jerami padi yang digunakan sebagai mulsa akan mengalami proses dekomposisi oleh
mikroorganisme yang ada di sekitarnya selama di areal pertanaman. Dengan adanya
proses dekomposisi tersebut akan menghasilkan tambahan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Tambahan unsur hara ini diharapakan mampu diserap oleh
tanaman cabai merah sehingga pertumbuhan dan produksi pun akan meningkat
dibandingkan tanpa adanya penggunaan mulsa di areal pertanaman. Pengaruh yang
diberikan baik mulsa palstik hitam perak ataupun jerami di areal pertanaman berbeda.
Namun diharapakan kedua mulsa tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan dan
produksi tanaman cabai merah yang maksimum.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut :
1. Penggunaan mulsa akan meningkatkan karakteristik pertumbuhan dan produksi
tanaman cabai merah.
2. Terdapat perbedaan pola respons pertumbuhan diantara jenis mulsa yang
digunakan dalam menghasilkan karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili
ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000 spesies yang terdiri dari tumbuhan
herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Tanaman cabai (Capsicum sp.) sendiri
diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di tempat asalnya,
yaitu Amerika dan secara ekonomis yang dapat atau sudah dimanfaatkan baru
beberapa spesies saja (Setiadi, 2000). Secara lengkap cabai merah diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Buah cabai banyak mengandung gizi, diperkirakan setiap 100 g bahan cabai merah
mengandung 90% air, energi 32 kal, protein 0,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,8 g,
serat 1,6 g, abu 0,5 g, kalsium 29,0 mg, fosfor 45 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 470 IU,
tiamin 0,05 mg, riboflavin 0,06 mg, niasin 0,9 mg, dan asam askorbat 18,0 mg
(Ashari, 1995). Cabai besar kaya vitamin C sering dimanfaatkan sebagai bahan
campuran industri masakan, obat-obatan, dan peternakan (Setiadi, 2000).
Cabai besar memiliki banyak varietas, tetapi ciri umumnya seragam. Batangnya
tegak dengan ketinggian antara 50−90 cm. Tangkai daunnya horizontal atau miring
dengan panjang sekitar 1,5−4,5 cm, panjang daunnya antara 4−10 cm dan lebar antara
1,5−4 cm. Posisi bunganya menggantung dengan warna mahkota putih. Mahkota
bunga ini memilki cuping sebanyak 5−6 helai dengan panjang 1−1,5 cm dan lebar
sekitar 0,5 cm. Panjang tangkai bunganya 1−2 cm.
Tangkai putik berwarna putih dengan panjang sekitar 0,5 cm. Warna kepala putik
kuning kehijauan sedangkan tangkai sarinya putih walaupun yang dekat dengan
kepala sari ada yang bebercak kecoklatan. Panjang tangkai sari ini sekitar 0,5 cm.
Kepala sari berwarna biru atau ungu. Buahnya berbentuk memanjang atau kebulatan
dengan biji buahnya berwarna kuning kecoklatan (Setiadi, 2000).
Tanaman cabai lebih tahan panas daripada tomat dan terung. Temperatur yang sesuai
antara 16−23o
C. Temperatur malam di bawah 16oC dan temperatur siang di atas
23oC menghambat pembungaan. Temperatur optimum untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman cabai adalah 15−20O
2.2 Mulsa
Mulsa adalah bahan penutup tanah disekitar tanaman untuk menciptakan kondisi
yang lebih menguntungkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan peningkatan
hasil produksi tanaman. Penggunaan mulsa sudah dianggap kebutuhan karena
banyak manfaatnya antara lain dapat meningkatkan produksi. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa mulsa berperan baik dalam mempertahankan suhu
optimum dan kandungan air tanah.
Pemulsaan pada musim kemarau akan menahan panas matahari langsung sehingga
permukaan tanah bagian atas relatif rendah suhunya dan lembab, hal ini disebabakan
oleh penekanan penguapan sehingga air dalam tanah lebih efisien pemanfaatannya
(Rukmana, 1996). Berdasarkan asalnya, mulsa dibagi menjadi dua jenis yaitu mulsa
organik dan anorganik.
2.2.1 Mulsa Organik
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai, misalnya sisa-sisa
tanaman (jerami). Keuntungan penggunaan mulsa organik yaitu mudah dapat dan
murah, selain itu karena sifatnya yang mudah terurai, mulsa organik akan menambah
bahan organik pada tanah. Kelemahan dari mulsa organik bahan-bahanya dapat
menjadi sarang berkembangbiaknya penyakit-penyakit tanaman (Fithriadi, 1997).
Menurut Thomas et al. (1993) dalam Mayun (2007), penggunaan mulsa jerami
hantaman air hujan, memperkecil erosi pada permukaan tanah, mencegah penguapan
air, melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Mulsa jerami juga memperbaiki
sifat fisik tanah terutama struktur tanah, sehingga memperbaiki stabilitas agregat
tanah. Sedangkan menurut Vos (1994) dalam Sumarni et al. (2006), mulsa organik
jerami menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan tanaman dan waktu
pembentukan buah lebih cepat.
2.2.2 Mulsa Anorganik
Mulsa anorganik berasal dari bahan sintetis yang tidak dapat terurai (plastik).
Penggunaan mulsa plastik, perlu biaya yang lebih besar dibandingkan dengan mulsa
organik, namun dapat digunakan lebih dari satu kali.
Manfaat penggunaan mulsa plastik yaitu menjaga kelembaban dalam tanah sehingga
terhindar dari fluktuasi suhu permukaan tanah, mencegah pencucian tanah oleh air
hujan, mencegah penguapan unsur hara terutama nitrogen, mencegah pertumbuhan
gulma yang dapat menyebabkan kompetisi terhadap unsur hara dengan tanaman,
pantulan sinar matahari pada mulsa plastik juga mampu meningkatkan proses
fotosintesis (Kadarso, 2008). Menurut Cahyono (1996) dalam Kadarso (2008),
penggunaan mulsa anorganik dapat mempercepat tanaman berproduksi,
meningkatkan hasil per satuan luas, efisiensi dalam penggunaan pupuk dan air,
2.4 Deskripsi Varietas Cabai TM-999
Tanaman cabai merah hibrida varietas Hybrid TM-999 mempunyai pertumbuhan
yang sangat kuat. Cabai keriting dari Hungnong (Korea) mirip dengan cabai keriting
lokal Indonesia karena induk cabai keriting ini berasal dari Indonesia. Tanaman
terus-menerus berbunga sehingga dapat dipanen dalam jangka waktu yang panjang.
Ukuran buah 12,5 cm x 0,8 cm dengan berat buah 6 g. Umur panen cabai ini agak
terlambat, panenan pertama pada umur 90 HST di dataran rendah dan 105 HST di
dataran tinggi. Cabai keriting hibrida ini pedas sekali dan cocok untuk digiling
maupun dikeringkan. Hasil per tanaman berkisar 0,8−1,2 kg (Prajnanta, 2001).
Varietas ini juga mempunyai produktivitas yang tinggi, tanamannya kompak, ukuran
buah relatif seragam, dan mempunyai daya simpan yang relatif lama (Redaksi
Agromedia, 2008).
2.5 Tanaman Dataran Rendah
Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan sayur dataran rendah lebih besar daripada
sayur dataran tinggi. Justru tanaman ini akan tumbuh baik pada suhu rata-rata
bulanan 210C ke atas. Rata-rata suhu untuk pertumbuhan optimum ialah 26-28,50C.
Bila suhu minimum rata-rata lebih kecil 100C maka pertumbuhan tanaman akan
terganggu (Nazaruddin, 1999).
Beberapa sifat sayur dataran tinggi merupakan kebalikan sifat sayur dataran rendah.
laju pertumbuhan tanaman. Kecambahnya membutuhkan kelembapan tanpa suhu
dingin (Nazaruddin, 1999).
Sayuran dataran rendah memiliki derah perakaran yang relatif lebih dalam.
Kedalaman perakarannya 2-3 kali lipat perakaran sayur dataran tinggi, atau bisa
mencapai 120-180 cm untuk jenis sayur tertentu (Nazaruddin, 1999). Karena dataran
rendah lebih panas dan gampang menguapkan pupuk/air dan pupuk untuk sayur
dataran rendah harus menjadi perhatian sendiri. Tanpa air dan pupuk yang cukup,
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit cabai F1 TM 999,
pupuk npk, (16:16:16), Dithane M-45, Furadan 3G dan Thiodan 35 EC yang
diberikan sesuai ajuran dan dua jenisa mulsa yang berbeda (plastik dan jerami).
Alat yang digunakan adalah polibag kecil, sprayer 2 l, meteran jahit, timbangan
elektrik, ember, cangkul, kamera, alat tulis, golok, tali ratpia, ajir (bambu) dan
3.3 Metode Penelitian
Percobaan disusun secara tunggal dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan
tiga ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah penggunaan Mulsa Plastik (m1),
Mulsa Organik (m2), dan Tanpa Mulsa (m0). Masing-masing perlakuan di ulang tiga
kali setiap ulangan terdapat empat sampel tanaman.
Sebelum data dianalisis homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett. Jika asumsi
terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka
dilakukan uji lanjut menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf 5 %.
3.4Teknik Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan lahan a. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma
(tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan
lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan
tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
b. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah yang bergumpal-gumpal
menjadi struktur tanah yang gembur, sesuai dengan perkembangan akar tanaman
dilakukan dengan pencangkulan dan setelah dicangkul di angin-anginkan (berakan)
selama satu minggu.
Gambar 1. Lahan yang telah diolah.
c. Pembuatan bedengan
Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan lahan, dengan cara membuat
Gambar 2. Lahan yang telah dibentuk bedengan dan diberi pupuk kandang serta kapur.
3.4.2 Penyemaian bibit dan penanaman
Benih cabai disemai dalam polibag-polibag kecil. Tempat pembibitan diberi naungan
agar tidak terkena matahari langsung. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman,
penyemprotan dengan pestisida curacron 2 ml/l dan pembersihan gulma.
Bibit yang telah berumur 1 bulan, atau berdaun 6-7 helai di pindah ke lahan dan
ditanam pada lubang yang berjarak 50 cm x 60 cm yang dilakukan sore hari. Setiap
Gamabar 3. Benih cabai yang disemai dalam polibag-polibag kecil.
3.4.3 Aplikasi Perlakuan
Aplikasi pada penelitian ini menggunakan mulsa plastik, mulsa jerami, dan tanpa
mulsa. Pemberian mulsa plastik dan mulsa jerami dilakukan setelah pengolahan
Gamabar 4. Pemasangan mulsa plastik hitam perak dan mulsa jerami.
3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, dan pencegahan gangguan hama
dan penyakit serta pemupukan. Penyulaman dilakukan secepat mungkin, yaitu
maksimum satu minggu setelah tanam dengan mengganti bibit yang mati atau
tumbuh abnormal dengan bibit yang baik.
Irigasi dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang dilakukan sesuai kondisi
lapang jika kering di lakukan irigasi dengan cara di alirkan (irigasi leb). Pencegahan
hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida setiap satu minggu sekali.
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK 16-16-16 dengan dosis 250 gram
secara berkala. Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur 7 hari setelah
tanam. Pemasangan ajir bertujuan untuk menjaga tanaman tidak roboh akibat hujan
dan terpaan angin dengan panjang 125 cm.
3.4.5 Pengamatan dan teknik pengukuran
Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman sampel tiap bedengan. Variabel yang diamati
adalah:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman dalam satuan cm di ukur dengan menggunakan meteran jahit, dari
leher akar sampai titik tumbuh tertinggi, pencatatan tinggi tanaman dilakukan
dua minggu sekali sampai delapan kali
2. Jumlah tingkat percabangan
Jumlah cabang yang dihitung merupakan salah satu dari cabang utama, pencatatan
tingkat percabangan dilakukan dua minggu sekali sampai delapan kali.
3. Bobot berangkasan
Pengukuran bobot kering berangkasan tanaman terdiri dari pangkal batang
tanaman dan seluruh daun setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven
‘Memmert’ dengan suhu 80°C selama 72 jam atau mencapai berat konstan. Bobot
berangkasan diukur dalam satuan gram dengan menggunakan neraca elektrik.
4. Jumlah bunga
Pengamatan jumlah bunga yang ada di pohon dengan mencatat bunga yang masih
berada di tanaman cabai, pencatatan jumlah bunga dilakukan dua minggu sekali
5. Jumlah buah
Pengamatan jumlah buah yang ada di pohon dengan mencatat buah yang masih
berada di tanaman cabai, pencatatan jumlah buah dilakukan dua minggu sekali
sampai delapan kali.
6. Jumlah buah gugur
Jumlah buah gugur di hitung pada keseluruhan buah yang gugur tiap petak
percobaan, pencatatan buah gugur dilakukan dua minggu sekali sampai delapan
kali.
7. Bobot buah
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung bobot buah yang telah di panen
saat awal panen dan sampai panen 10. Buah yang dipanen adalah buah yang baik,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemberian mulsa plastik hitam perak dan jerami menunjukkan pengaruh
terhadap karakteristik tanaman cabai yang berbeda dibandingkan tanpa mulsa,
yaitu pada variabel tinggi tanaman dan tingkat percabangan.
2. Pemberian mulsa plastik lebih baik daripada mulsa jerami untuk produksi
tanaman cabai.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH
(Capsicum annuum L) PADA DATARAN RENDAH
Oleh Syamsu Ardhona
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah
untuk dapat dikembangkan. Permintaan produk cabai cenderung terus meningkat. Untuk
memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat dan pemenuhan gizi masyarakat, banyak
usaha yang dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai merah yang tinggi. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga
hasil yang diperoleh optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui adakah pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan
tanpa mulsa terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah,
(2) mengetahui apakah terdapat salah satu jenis mulsa yang menghasilkan karakteristik
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka
Banjar, Gedong Tataan pada bulan Oktober 2011 – April 2012. Penelitian ini disusun dengan
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan (tanpa mulsa, mulsa
asumsi terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan
uji lanjut menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemberian mulsa plastik hitam perak dan jerami
menunjukkan pengaruh terhadap karakteristik tanaman cabai yang berbeda dibandingkan tanpa
mulsa, yaitu pada variabel tinggi tanaman dan tingkat percabangan., (2) Penggunaan mulsa
plastik lebih baik daripada mulsa jerami untuk produksi tanaman cabai.
PENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN
RENDAH ( Skripsi )
Oleh
SYAMSU ARDHONA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Lahan yang telah diolah. …... 17
2. Lahan yang telah dibentuk bedengan dan diberi pupuk
kandang serta kapur. …... 18
3. Benih cabai yang disemai dalam polibag-polibag kecil. …... 19
4. Pemasangan mulsa plastik hitam perak dan mulsa jerami. …... 20
5. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap tinggi tanaman cabai pada minggu ke-6, 8, 10, 12, 14,
16, 18 dan 20 mst. ... 24
6. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap tingkat percabangan cabai pada minggu ke-8, 10, 12, 14,
16, 18 dan 20 mst. ... 25
7. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa
terhadap bobot berangkasan. ... 26
8. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap jumlah bunga cabai pada minggu ke-8, 10, 12, 14, 16,
18 dan 20 mst. ... 27
9. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap jumlah buah cabai pada minggu ke-10, 12, 14, 16, 18
dan 20 mst. ... 28
10. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap buah gugur cabai pada minggu ke-10, 12, 14, 16, 18
dan 20 mst. ... 29
11. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa
terhadap bobot Buah tanaman cabai pada minggu ke-19, 20, 21,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI. ... i
DAFTAR TABEL. ... iii
DAFTAR GAMBAR. ... xvi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah. ... 1
1.2 Tujuan Penelitian. ... 3
1.3 Landasan Teori. ... 4
1.4Kerangka Pemikiran. ... 7
1.5Hipotesis. . ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Cabai. . ... 9
2.2 Mulsa. ... 11
2.2.1 Mulsa Oraganik. ... 11
2.2.2 Mulsa Anorganik. ... 12
2.4 Deskripsi Varietas Cabai TM-999. ... 13
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 490 hlm.
Asnawi,R. dan I. Dwiwarni. 2000. Pengaruh mulsa terhadap pertumbuahan dan produksi enam varietas cabai (Camsiucum annuum Linn). Jurnal Tanah Tropika Vol. V(I): 5-8.
Barus, W. A. 2006. Pertumbuhan dan Produksi Cabai (Capsicum annuum L.) Dengan Menggunakan Mulsa dan Pemupukan. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. 4(1) : 41-44
Efri. 2010. Pengaruh Ekstrak Berbagai Bagian Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabe (Capsicum annuum L.). J. HPT Tropika 10 (1) : 52-58.
Halim, A. Solo S.R, Samosir, S. G. dan Ala, A. 2004. Pengelolaan Mulsa Jerami Padi dan Pemupukan Lewat Daun dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Kedelai di Lahan Sawah. J. Sains & Teknologi. Vol. 4 (1) : 9-19.
Jumin, H. B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 250 hlm.
Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai Merah Varietas Red Charm. Agros. 10(2) :134-139.
Karyati, T. 2004. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabaik Merah. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian 2 (1) :13-16.
Mayun, I. A. 2007. Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Universitas Udayana. Denpasar Bali. Jurnal Agritrop, 26 (1) : 33 – 40.
hlm.
Redaksi AgroMedia. 2008. Panduan Lengkap: Budidaya dan Bisnis Cabai. Agromedia Pustaka. Jakarta. 254 hlm.
Rismaneswati. 2006. Pengaruh Terracottem, Kompos dan Mulsa Jerami terhadap Sifat Fisik Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Kedelai pada Tanah Alfisols. J. Agrivigor 6 (1):49-56
Rukmana, R. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. 92 hlm.
Setiadi. 2000. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 183 hlm.
Sudadi, dan Noor hadi. 2003. Kajian Pemberian Air Dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman Cabai Di Tanah Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian UNS Surakarta Vol 4 (1) (2003) pp 41-49. Sumarni, N., A. Hidayat, dan E. Sumiati. 2006. Pengaruh Tanaman Penutup
Tanah dan Mulsa Organik Terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. J. Hort. 16 (3) : 197-201.
Setyorini, D., D. Indradewa, dan Sulistyaningsih. 2009. Kualitas Buah Tomat pada Pertanaman dengan Mulsa Plastik Berbeda. Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta. Jurnal Hort. 19 (4) : 407-412.
PENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN
RENDAH Oleh
Syamsu Ardhona
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN RENDAH
Nama Mahasiswa : Syamsu Ardhona
Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013218
Jurusan : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Ir. Kus Hendarto, M.S. Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. NIP 195703251984031001 NIP 196108201986031002
2. Ketua Jurusan Agroteknologi
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Kus Hendarto, M.S. ………….
Sekretaris : Dr. Ir. Agus Karyanto, M. Sc. ………….
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Yohannes Cahya Ginting, M. P. ………….
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 November 1990 sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Hasannudin dan Wasila.
Penulis menempuh pendidikan di TK Cendrawasih, Bandar Lampung, yang
diselesaikan pada tahun 1996, dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN
03 Rawa Laut, Bandar Lampung pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMPN 05 Bandar
Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Atas Yayasan Pembina Unila yang diselesaikan pada tahun 2008.
Penulis meneruskan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung
dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi di
lingkungan Universitas Lampung. Pada tahun 2008, penulis mengikuti Kemah Bakti
Sosial Mahasiswa (KBSM) di Natar, Lampung Selatan. Pada tahun 2009 dan 2010,
penulis pernah menjadi Anggota Bidang Kaderisasi Perma AGT. Penulis juga aktif
di salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ada di Fakultas Pertanian Unila
yaitu GUMPALAN FP UNILA. Pada tahun 2009 - 2010, penulis menjadi bendahara
umum di GUMPALAN FP UNILA. Pada tahun 2010 -2011, penulis menjadi
2011, penulis mengikuti Praktek Umum (PU) di Anugrah Nursery, Way Halim,
Bandar Lampung. Pada tahun 2012 penulis pernah menjadi tim survey pemekaran
wilayah lampung tengah dan tim survey LM3. Penulis pernah mengikuti berbagai
seminar-seminar seperti Seminar “ Lingkungan Hidup” dan Seminar “Pelatihan PKM
Kupersempahkan karya tulis ini sebagai bakti, dan cinta kasihku
untuk
kedua orang tua, Ayah dan Ibu.
Kakakku Fajaria Asri Rahmawati, Adikku Qomarul Ardoni
serta seluruh keluarga besarku atas kasih sayang dan doa.
Laki
–
laki yang tidak memiliki imaginasi adalah laki
–
laki yang tidak memiliki
sayap
(Muhammad Ali)
Semua orang ingin menikmati indahnya puncak gunung tapi ingat semua
kebahagiaan itu ada pada saat anda sedang mendakinya
Teruslah berusaha untuk mencapai apa yang kita cita - citakan
Sebuah kelemahan jangan pernah dijadikan tempat kita untuk berlindung
Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Dua Jenis Mulsa Dan Tanpa Mulsa Terhadap Karakteristik
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Dataran Rendah”
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Kushendarto, M. S., selaku Ketua Tim Penguji dan Pembimbing
Pertama atas saran, pengarahan, motivasi, bantuan, kesabaran dan kemurahan hati
dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. selaku Sekretaris Tim Penguji dan
Pembimbing Kedua atas saran, bimbingan, motivasi, bantuan dan kesabaran
selama penulis menyelesaikan skripsi
3. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting , M.P, selaku Penguji bukan Pembimbing
yang telah memberikan saran, pengarahan, motivasi, dan kesabaran selama
penulis menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Ir. Herawati Hamim, M. S. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan bantuan selama penulis menjadi mahasiswa
6. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
7. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Khususnya Program Studi Agroteknologi yang
telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga selama penulis
menuntut ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Kepada Pakde Mis yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Rekan – rekan satu perjuangan penelitian Satrio Tri Handono, S.P, Arif Aditya,
S.P, Intan Nuraini S.P.
10.Sahabat-sahabat seperjuangan, Dewansyah Sabtaki, S.P, Riski Hidayat, S.P, Panji
Setyo Arizka, S.P, Minarsih, S.P, Rindang Andam Suri, S.P, Reny Mita Sari, S.P,
M. Iman Alzy, S.P, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas
persahabatan, kebersamaan, bantuan dan pengorbanan selama penulis menjadi
mahasiswa.
11.Keluarga besar GUMPALAN FP UNILA yang telah mengajari saya begitu
banyak hal.
12.Teman – teman FORMATIN CREW FP UNILA Mas Min, Mas Buser, Abang –
abang Yondri, S.P., Rachmat Tyas Pardi Aji, S.P., Agus Chandra S.P., Rudianto
S.P., Mitra Jani Pramuda S.P., Topan Dieva S.P., Bagus Prambudi S.P., Anggi
Setyawan S.P., Echa Desta Sagita S.P., Kang Syueb, Rizki Amelia, Santos,
Cerobong, Darbost, Fajar, Gita, Yoga, Emon, Mamang, Panji Kance, Reza Byun,
13.Teman-teman Agroteknologi angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012
serta kakak tingkat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas doa, bantuan,
kebersamaan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Amin.
Bandar Lampung, Oktober 2012
Penulis,