• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN TIMUR (Studi Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN TIMUR (Studi Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang di kenal oleh negara-negara besar dunia. Hal ini dikarenakan bahwa bangsa Indonesia merupakan Negara yang kaya akan hasil sumber daya alam, bahkan Indonesia disebut-sebut sebagai Negara yang agraris. Namun ironisnya, sebagai negara agraris yang tanahnya subur dan gemah ripah loh jinawi saat ini Indonesia bukan saja tidak mampu berswasembada pangan, tetapi sebaliknya justru mengalami krisis pangan.

Mengacu pada UU no 32 Tahun 2004:1 bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam kaitan dengan ketahanan pangan, sebenarnya batas-batas yurisdiksinya sudah jelas. Kewajiban menyediakan pangan yang harganya terjangkau, tersedia setiap saat dalam jumlah cukup dan bisa diakses yang merupakan esensi konsepsi ketahanan pangan telah didesentralisasikan ke daerah. Pemerintah tampaknya belum menentukan respons strategis atas situasi krisis pangan. Kalangan internasional menyebutkan krisis ini sebagai silence tsunami yang mengancam ketahanan pangan, konflik, dan kelaparan, di dalam negeri walaupun harga beras masih bisa ditekan, gelombang krisis menyebabkan kelangkaan pangan dan dapat mempengaruhi ketahanan pangan nasional. Apalagi,

1

(2)

jika produksi beras nasional tidak bisa dipertahankan pada level aman akibat perubahan iklim global yang memicu bencana alam.2

Dalam makna yang lebih hakiki, negara wajib memenuhi kebutuhan masyarakat dalam standar kehidupan yang layak baik kebutuhan sandang, pangan untuk mewujudkan segenap visi dan misi tujuan Negara RI. Ketahanan pangan merupakan salah satu program utama di Indonesia. Ketahanan pangan nasional membaik dengan ditunjukkan oleh peningkatan produksi pangan, ketergantungan pangan terhadap impor sangat kecil dan peningkatan konsumsi energi, protein dan kualitas konsumsi pangan. Namun hal itu tidak bisa menjamin hubungan yang sinergis dengan kondisi ketahanan pangan di daerah. Di daerah, masih seringnya kita dengar masalah busung lapar menunjukkan bahwa permasalahan ketahanan pangan di daerah belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan penguatan ketahanan pangan daerah dengan melakukan advokasi kembali yang lebih intensif kepada pemerintah daerah sesuai dengan tugas, wewenang dan kesepakatan yang telah dibuat.

Selain itu pemerintah daerah harus terus berupaya untuk mensosialisasi kelembagaan ketahanan pangan daerah yang telah terbentuk dan mendorong keikutsertaan swasta dan masyarakat agar memiliki kesempatan berperan seluas-luasnya untuk mewujudkan ketahanan pangan daerah dengan memperhatikan aspek ketahanan pangan. Menurut hemat penyusun, kebijakan ketahanan pangan seharusnya merupakan prioritas kebijakan nasional, seperti yang diamanatkan dalam Pasal 45 UU No. 7/1996 tentang Pangan, bahwa pemerintah bersama

2

(3)

masyarakat bertanggung jawab mewujudkan ketahanan pangan. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, pada ayat (1), Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Berbicara masalah kemiskinan tidak terlepas dari membahas masalah ketahanan pangan bahkan juga ketahanan gizi, karena kedua hal tersebut saling terkait. Disisi lain mengabaikan ketahanan pangan berarti membiarkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Bagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, dimana masalah pangan selalu merupakan masalah yang sensitif. Sering terjadi gejolak politik karena dipicu oleh kelangkaan dan naiknya harga pangan. Pembangunan pertanian dimasa yang akan datang merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kelanjutan tahun-tahun sebelumnya dengan tekanan perhatian kepada permasalahan yang berkembang. Pemenuhan kebutuhan pangan akan tetap menjadi prioritas utama pembagian pertanian, hal ini karena permintaan pangan akan terus meningkat dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk dan pola konsumsi yang masih tergantung pada beras. Dengan tidak mengesampingkan komoditas yang lainnya, ketahanan pangan telah menjadi komitmen nasional berdasarkan pada pemahaman atas peran strategis dalam pembangunan nasional. Tiga aspek peran strategis tersebut antara lain adalah:3 1) Akses terhadap pangan dan gizi yang cukup merupakan hak yang paling

azasi bagi manusia.

3

(4)

2) Peranan penting pangan bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas dan ketahanan pangan.

3) Komitmen Indonesia untuk mewujudkan ketahanan pangan tertuang pada Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 68 tentang Ketahanan Pangan. Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Berkaitan dengan ketahanan pangan juga terdapat dalam Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang salah satunya bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan baik pada tingkat rumah tangga, daerah maupun nasional. Pada tanggal 11 Juni 2005, pemerintah mencanangkan strategi kebijakan yang disebut Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan petani-hutan; meningkatkan daya saing produk pertanian, perikanan dan kehutanan; serta menjaga kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan (Kantor Menko Perekonomian 2005). RPPK diawali dengan penegasan dan pengakuan atas posisi strategis dan peran multi fungsi pertanian, perikanan dan kehutanan yang salah satunya dikaitkan dengan ketahanan pangan.

Secara definisi, konsep ketahanan pangan telah jelas seperti telah disebutkan terdahulu. Namun dalam penjabarannya terdapat variasi dikarenakan konsep ketahanan pangan memang luas dan kompleks menyangkut berbagai hal. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan Bab 1, pasal 1, menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.4 Berkaitan dengan pemerintah daerah Kabupaten Bulungan dalam mewujudkan ketahanan pangan, dimana pemerintah pusat memberikan wewenang serta tanggung jawab penuh kepada pemerintah daerah untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

4

(5)

Ketersediaan dan kemandirian pangan, Tingkat dan Kualitas konsumsi pangan. Dengan menganalisis aspek konsumsi pangan rumah tangga secara implisit sudah tercermin aspek keterjangkauan rumah tangga terhadap pangan, atau sudah masuk aspek harga pangan dan pendapatan rumah tangga karena faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah daya beli rumah tangga yang merupakan gabungan dari aspek pendapatan rumah tangga dan harga pangan.

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Beras Kabupaten BulunganTahun 2009

No Kecamatan Jumlah

Sumber; Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan 2009

(6)

Kabupaten Bulungan sebagai salah satu daerah di wilayah utara Kalimantan Timur merupakan Kabupaten yang memiliki sumber daya alam khususnya sektor agraris sebagai leading sektor pembangunan daerah. Arah kebijakan Revitalisasi Pembangunan Pertanian Dalam Arti Luas di Kabupaten Bulungan adalah untuk mendorong pengamanan ketahanan pangan, peningkatan daya saing, diversifikasi, peningkatan produktivitas dan nilai tambah produksi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan untuk kesejahteraan masyarakat.

Jumlah penduduk Bulungan pada tahun 2006 tercatat sebanyak 109.219 jiwa dengan luas wilayah 18.010,5 Km. Sektor pertanian memiliki peluang yang cukup besar dalam mendorong perekonomian di Kabupaten Bulungan. Oleh karena itu kebijakan dan program penguatan baik pada tahap off farm dan on farm utamanya kegiatan teknologi budidaya tanaman serta pengolahan dan pemasaran khususnya tanaman pangan menjadi prioritas.5 Seperti yang tercantum dalam Keputusan Bupati Bulungan, bahwa untuk meningkatkan produksi pertanian, swasembada pangan lestari dan berkelanjutan dalam mewujudkan ketahanan pangan diperlukan tersedianya sarana yang cukup.6

Di sisi lain upaya peningkatan produksi beras menghadapi berbagai tantangan seperti konversi lahan sawah, rusaknya saluran irigasi dan stagnasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi. Permasalahan utamanya adalah kurangnya intensifikasi pada padi lahan kering atau lahan basah dan kurang irigasi bagi padi lahan basah, dan belum efektifnya pengembangan padi pasang surut, demikian juga pada tanaman palawija yang masih dibudidayakan

5

Laporan Tahunan Tahunan Dinas Pertanian Kab. Bulugan Tahun 2008

6

(7)

dalam skala kecil. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (domestik). Bila terjadi kelebihan (surplus), pangan tersebut dapat diperdagangkan antar wilayah terutama bagi wilayah yang mengalami defisit pangan dan ekspor. Sebaliknya bila terjadi defisit, sebagian pangan untuk konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi dari pasar luar negeri atau impor.

Fragmentasi itu jelas terlihat pada lembaga yang dominan mempengaruhi keputusan petani, ternyata kurang serasi kaitannya dengan lembaga yang mempengaruhi keputusan pelaku pasar, impor pangan dan lembaga kredit untuk petani kecil. Lembaga yang mempengaruhi keputusan konsumen tidak lagi terkait dengan lembaga lain dalam kerangka memperkokoh ketahanan pangan nasional, karena sebagian besar telah diserahkan kepada mekanisme pasar internasional.

Dari uraian diatas maka penyusun tertarik untuk meneliti Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Kalimantan Timur (Studi Penelitian Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan)” Dari hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran tentang bagaimana mewujudkan ketahanan pangan yang lebih baik khususnya di Kabupaten Bulungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas yang mendasari pemikiran dalam Penelitian ini, maka rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah:

(8)

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Pemerintah Kabupaten Bulungan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan peningkatan produksi serta kesejahteraan masyarakat ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap Penelitian pada dasarnya mempunyai tujuan penelitian yang ingin dicapai, yang dimaksudkan untuk memberikan arah kepada setiap penyusun dalam menjalankan tugasnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bulungan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan peningkatan produksi serta kesejahteraan masyarakat.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Pemerintah Kabupaten Bulungan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan peningkatan produksi serta kesejahteraan masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari suatu panelitian pada umumnya sangat diharapkan dapat mempunyai kegunaan dan manfaat yang besar baik bagi penulis maupun orang lain yang membacanya. Dengan demikian, maka manfaat yang diharapkan dari hasil Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Akademis

(9)

jawaban dari masalah yang ada dalam proses mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Bulungan.

2. Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan kontribusi yang positif disektor Pertanian pada khususnya masalah ketahanan pangan, dan sebagai bahan perbandingan dan dasar bagi penyusun berikutnya yang berkaitan dengan masalah ini. Memberikan gambaran tentang pertahanan pangan kepada masyarakat khususnya di Kabupaten Bulungan.

E. Defenisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan definisi yang dipakai dalam unsur dari suatu penjelasan umum serta peristiwa-peristiwa tertentu, sedangkan yang dimaksud konsep merupakan suatu yang sudah menjadi ketentuan dari apa yang kita amati. Dalam Penelitian telah diterangkan bagian yang penting, karena definisi konseptual digunakan agar penelitian yang akan dilakukan lebih fokus, lebih mudah serta terarah. Dengan mengacu pada judul “Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan”, maka rencana yang akan penyusun terangkan secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Implementasi kebijakan sebagai adalah suatu tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau kelompok, baik swasta maupun pemerintah yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.7

7

(10)

2. Ketahanan Pangan, menurut Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah ataupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dipenuhi dari beragam bahan pangan.dengan semakin lengkapnya makanan yang dikonsumsi, maka pangan tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan dan daya tahan tubuh.8

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan salah satu petunjuk yang sangat penting dalam suatu Penelitian, karena sangat membantu komunikasi penyusun. Sesuai dengan judul Penelitian yaitu Kebijakan Ketahanan Pangan Kalimantan Timur, maka terdapat beberapa indikator:

1. Ketersediaan pangan: a. Sistem produksi. b. Efisiensi. c. Teknologi

2. Faktor pendukung kebijakan ketahanan pangan: a. Monitoring.

b. Perencanaan c. Pengendalian

3. Faktor-faktor penghambat potensi daerah dalam Kebijakan Ketahanan:

8

(11)

a. Kesiapan SDM petani b. Kesiapan SDM masyarakat c. Kesiapan SDM matri pertanian

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan Penelitian perlu adanya metode, karena dapat memberikan petunjuk kepada penyusun dalam urutan-urutan kerja, alat-alat yang digunakan, serta bagaimana Penelitian itu dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa metode merupakan prosedur, alat, serta desain untuk mencapai hasil Penelitian yang diinginkan. Di dalam Penelitian metode yang digunakan sangatlah dominan, karena untuk memperoleh data yang tepat tentunya tergantung pada ketepatan metodenya.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini di kategorikan dalam Penelitian deskriptif, yaitu Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran dan penjelasan sehubungan dengan proses lahirnya kebijakan Pemerintah Kabupaten Bulungan yang menyangkut ketahanan pangan daerah data yang dikumpulkan berupa kutipan-kutipan laporan dan bukan angka-angka yang akan memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.9

Berdasarkan hal tersebut maka penyusun hanya melukiskan keadaan atau peristiwa tertentu dalam hal ini kebijakan ketahanan pangan yang terjadi selama penyusun melakukan penelitian ini.

9

(12)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian merupakan tempat dimana Penelitian dilakukan, untuk mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan oleh penyusun untuk menunjang Penelitian ini. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bulungan, dengan pertimbangan kemudahan akses informasi data dan subyek utama Penelitian dilakukan.

3. Subyek Penelitian

Untuk mempermudah penyusun dalam melakukan Penelitian ini, maka sudah seharusnya memiliki subyek Penelitian. Yang dimaksud subyek Penelitian adalah sumber data dalam suatu Penelitian, yaitu orang-orang yang bisa memberikan informasi tentang hal-hal yang diteliti. Adapun yang menjadi subyek Penelitian adalah:

a. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan (Ir. H. Achmad Ideham) b. Kepala Bidang Tanaman Pangan (Ir. Suhartanto, MM)

c. Kepala Seksi Bappeda (Ir. Iping Zainal Arifin) d. Pemerhati Pertanian (Arifayani Rahman, STP) e. Petani

4. Sumber Data a) Data Primer

(13)

seperti orang (pejabat) yang terlibat langsung didalamnya yang dapat dipertanggung jawabkan kapabilitasnya sebagai nara sumber untuk mendapat data yang akurat.

b) Data Skunder

Data Sukunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer. Data skunder tersebut dapat berupa buku-buku ilmiah dokumen-dokumen resmi, koran-koran maupun dari internet atau televisi, perundang-undangan yang berhubungan dan berkaitan dengan Penelitian ini serta masyarakat umum yang juga menjadi bagian penting dalam Penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengumpulkan atau memperoleh data yang ada dilapangan secara akurat dan sesuai dengan fakta yang ada dilapangan, agar dapat memecahkan permasalan yang ada dalam Penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Wawancara (interview)

(14)

diperoleh orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh penyusun sebagai pengecek anggota. Dengan adanya wawancara ini diharapkan tidak terjadi perbedaan pengertian antara penyusun dengan responden, serta teknik ini digunakan untuk memperoleh data primer dari subyek penyusun secara langsung.10

Dalam penelitian ini wawancara hanya diajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas dan leluasa tanpa terkait dengan susunan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Tetapi tetap terpusat pada satu pokok masalah yaitu kebijakan Pemerintah Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur dalam mewujudkan ketahanan pangan. Keadaan demikian ini memungkinkan wawancara berlangsung secara luwes, arahnya bisa berlangsung secara lebih terbuka, sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap dan pembicara tidak terlalu terpaku dan pada akhirnya menjemukan kedua belah pihak.

2) Observasi

Observasi adalah suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang standart. Artinya data dapat diperoleh secara langsung dalam keadaan sadar dari objek Penelitian dengan melakukan pengamatan yang sistematis dengan cara merekam kejadian dan mencatatnya. 3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode ini merupakan metode

10

(15)

pengumpulan data yang berasal dari sumber non-manusia. Selain itu, dikatakan juga bahwa dokumentasi juga dapat dikategorikan penyusun sebagai sumber data sekunder atau pendukung.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data yang dipergunakan dalam Penelitian kali ini adalah deskriptif kualitatif. Dari Penelitian ini maka data akan dianalisa dengan pelukisan keadaan obyek berdasarkan data obyektif, sehingga data-data yang ada dapat disimpulkan setelah dianalisis. Adapun tahapan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

1.Pengumpulan Data, yang terdiri dari :

a)Mengedit data, yaitu memeriksa data yang terkumpul berkenaan dengan kelengkapan dan kebenaran sehingga siap untuk diproses lebih lanjut. b)Mengkode data, yaitu data yang terkumpul diberi kode tertentu dan

dikelompokkan.

c)Klasifikasi data, yaitu mengadakan seleksi data yang terkumpul sesuai dengan sumber data masing-masing.

(16)

3.Pengembangan dan pengambilan alternatif yaitu setelah data diolah maka diambil beberapa alternatif yang terbaik atau dijadikan bahan penyampaian informasi dan pengambilan keputusan.11

Disamping itu teknik analisa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisa SWOT. SWOT adalah singkatan yg diambil dari huruf depan kata Strength, Weakness, Opportunity dan Threat, yg dalam bahasa Indonesia mudahnya diartikan sebagai Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Metoda analisa SWOT bisa dianggap sebagai metoda analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yang berbeda.

Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisa SWOT akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini.

11

(17)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun oleh: Ranu Panji Satriya

NIM: 04230019

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(18)

Nama : Ranu Panji Satriya NIM : 04230019

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Kalimantan Timur (Studi Penelitian Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Dra. Tri Sulistyaningsih. M.Si) (Drs. H.Achmadur.Rifa’I, M.Si)

Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(19)

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan. “Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Kalimantan Timur (Studi Penelitian Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan)”, Pembimbing I: Dr. Tri Sulistyaningsih. M.Si; Pembimbing II: Drs. H.Achmadur.Rifa’I,M.Si.

Selama ini upaya peningkatan produksi beras menghadapi berbagai tantangan seperti konversi lahan sawah, rusaknya saluran irigasi dan stagnasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi. Permasalahan utamanya adalah kurangnya intensifikasi pada padi lahan kering atau lahan basah dan kurang irigasi bagi padi lahan basah, dan belum efektifnya pengembangan padi pasang surut, demikian juga pada tanaman palawija yang masih dibudidayakan dalam skala kecil. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (domestik). Bila terjadi kelebihan (surplus), pangan tersebut dapat diperdagangkan antar wilayah terutama bagi wilayah yang mengalami defisit pangan dan ekspor. Sebaliknya bila terjadi defisit, sebagian pangan untuk konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi dari pasar luar negeri atau impor.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: Observasi dan wawancara serta dokumentasi. Setelah dilakukan pemeriksaan keabsahanya, data dianalisis dengan cara penyajian data sekaligus dianalisis dan penarikan kesimpulan.

(20)

melaksanakan Kegiatan Mandiri Pangan, Kegiatan Peningkatan Produksi Padi Palawija, Kegiatan Perluasan Areal (cetak sawah), Kegiatan Pengelolaan Air (irigasi), Kegiatan Optimasi Lahan, Kegiatan Intensifikasi Lahan Pertanian, Kegiatan Perbibitan Sapi Potong, Kegiatan Bansos LUEP (Koperasi simpan pinjam kelompok tani) dan sebagainya. Sedangkan efisiensi dalam ketahanan pangan selama ini terfokus pada upaya mensejahterakan para petani dalam segala hal, mulai dari peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar. Teknologi yang digunakan masyarakat Kabupaten Bulungan selama ini masih tradisional. Oleh karenanya pengembangan teknologi di Kabupaten Bulungan guna meningkatkan efisiensi akan mencakup spektrum teknologi yang sangat luas dari teknologi yang terkait dengan teknologi pengembangan sarana produksi (benih, pupuk dan insektisida), teknologi pengolahan lahan (traktor), teknologi pengelolaan air (irigasi gravitasi, irigasi pompa, efisiensi dan konservasi air), teknologi budidaya (cara tanam, jarak tanam, pemupukan berimbang, pola tanam, pergiliran varietas), teknologi pengendalian hama terpadu (PHT). (3) Faktor penghambat Pemerintah Kabupaten Bulungan dalam mewujudkan ketahanan pangan dan peningkatan produksi serta kesejahteraan masyarakat adalah kurangnya kesiapan petani untuk beradaptasi dengan teknologi modern dalam mengelolah hasil pangan. Selain itu kesiapan SDM masyarakat di Kabupaten Bulungan, seperti terbatasnya kemampuan kelembagaan produksi petani karena terbatasnya dukungan teknologi tepat guna, akses kepada sarana produksi, serta kemampuan pemasarannya. Sedangkan SDM matri pertanian juga menjadi kendala tersendiri mengingat penyuluh Pertanian yang semakin berkurang jumlahnya, Penyuluh Pertanian maupun Non Penyuluh secara kualitas relatif terbatas, walaupun pendidikan dan pelatihanteknis (Diklat) sudah dilakukan.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(21)

of Social and Political Sciences, Department of Government. "Implementation of Food Security Policy in East Kalimantan (Research Study on Food Security Office in the Regency Bulungan)", Advisor I: Dr. Tri Sulistyaningsih. M. Si; Advisors II: Drs. H.Achmadur.Rifa'i, M.Si.

So far, efforts to increase rice production facing various challenges such as the conversion of paddy fields, damaged irrigation canals and the stagnation of technology that can increase rice productivity. The main problems are the lack of rice intensification on dry land or wetlands and less irrigation for wet rice land, and yet effective development of tidal rice, as well as the crops are still cultivated on a small scale. Therefore, various efforts have been made by the government to meet domestic food needs (domestic). If there is excess (surplus), the food can be traded between regions, especially for areas experiencing food deficits and export. Conversely if there is a deficit, some food for domestic consumption can be met from the foreign market or imported.

This research was conducted using a qualitative approach with descriptive methods. Technique of data collecting is done through: Observations and interviews and documentation. After validity examination, data were analyzed by way of presenting the data at once analyzed and conclusion.

(22)

increasing access to technology, capital and markets. The technology used during this Bulungan society is still traditional. Therefore, technology development in order to improve efficiency Bulungan will cover a very broad spectrum of technology-related technology development technology inputs (seed, fertilizer and insecticide), land management technologies (tractors), water management technologies (gravity irrigation, irrigation pump, efficiency and water conservation), technology, culture (way of planting, spacing, balanced fertilization, cropping, rotation varieties), technology, integrated pest management (IPM). (3) inhibiting factor Bulungan County Government in realizing food security and increased production and welfare of society is the lack of readiness of farmers to adapt to modern technology in managing the outcome of food. In addition, the readiness of human resources in Bulungan society, such as limited institutional capacity of farmers due to limited support for the production of appropriate technologies, access to means of production, and marketing capabilities. While HR agricultural Matri also be given the constraint of diminishing agricultural extension number, Extension Agriculture and Non Agricultural Extension in quality is relatively limited, although education and technical training (Training) was conducted.

Approve,

Advisor I Advisor II

(23)

Nama : Ranu Panji Satriya NIM : 04230019

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Kalimantan Timur (Studi Penelitian Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan).

Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP)

Pada tanggal: 01-November- 2010 Dihadapan Dewan Penguji

1. Drs. Asep Nurjaman, M.Si (...)

2. Drs. Jainuri, M.Si (...)

3. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si (...)

4. Drs. H.Achmadur.Rifa’I, M.Si (...)

(24)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, ni’mat dan taufiknya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian penelitian ini memerlukan pencurahan tenaga dan pikiran, oleh sebab itu diharapkan hasilnya akan banyak memberikan konstribusi, manfaat dan informasi baru tentang implementasi kebijakan ketahanan pangan dalam rangka membangun wawasan berfikir dibidang sosial dan upaya meningkatkan kebijakan ketahanan pangan yang lebih baik.

Penelitian yang kami lakukan ini berjudul “Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Kalimantan Timur (Studi Penelitian Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan)”. Secara sadar kami mengakui, bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan terutama karena penelitian sifatnya kasuistik, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasi secara umum. Untuk itu, penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan fokus penelitian ini sangat diperlukan.

Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tidak terhingga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung terhadap penelitian ini. Mudah-mudahan amal baiknya diterima disisi Allah SWT sebagai amal shaleh, Amiin. Secara khusus kami sampaikan kepada :

(25)

3. Bapak Drs. H.Achmadur.Rifa’I, M.Si, kepada beliau juga kami sampaikan banyak terimakasi atas pengorbanan dan waktu yang diberikan dalam proses bimbingan skripsi

4. Bapak Drs. Asep Nurjaman, M.Si, selaku penguji terimakasi atas masukan yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini

5. Bapak Drs. Jainuri, M.Si. selaku penguji terimakasi atas masukan dan kritikan dalam perbaikan skripsi ini

6. Teman-teman seperjuangan di Universitas Muhammadiyah Malang, tempat dimana kami dapat saling berbagi, berdiskusi bersama.

Akhirnya kami tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya selama perkuliahan ini terutama terhadap kekurangan yang ada dalam penelitian ini. Kami tetap berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat, Amiin.

Malang, 01 November 2010 Penyusun

(26)

NIM : 04230019

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Kalimantan Timur (Studi Penelitian Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan).

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 01 November 2010

(27)

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Kalimantan Timur (Studi Penelitian Pada Dinas Ketahanan Pangan di Pemkab Bulungan).

Pembimbing :1. Dr. Tri Sulistyaningsih. M.Si 2. Drs. H.Achmadur.Rifa’I, M.Si

Tanggal Bimbingan Paraf Pembimbing Keterangan

I II

Tanggal 05 -09- 2009 Revisi Bab I /Proposal

Tanggal 22 -09- 2009 ACC Bab I

Tanggal 01-10- 2009 Seminar Proposal

Tanggal 15 -10- 2009 Revisi Bab II/III

Tanggal 18 -10- 2009 ACC Bab II/III

Tanggal 29 -03- 2010 Bimbingan Bab IV/V

Tanggal 02 -05- 2010 Revisi Bab IV/V

Tanggal 19 -10- 2010 ACC Bab IV dan V

Malang, Oktober 2010 Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dra. Tri Sulistyaningsih. M.Si) (Drs. H.Achmadur.Rifa’I, M.Si.)

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(28)

Lembar Pernyataan ... iii

Lembar Persembahan ... iv

Kata pengantar ... v

Abstraksi ... vi

Daftar Isi ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Definisi Operasional ... 10

G. Metode Penelitian ... 11

1. Tipe Penelitian... 11

2. Lokasi Penelitian ... 12

3. Subyek Penelitian ... 12

4. Sumber Data ... 12

5. Teknik Pengumpulan Data ... 13

6. Teknik Analisa Data ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebijakan dan Implementasi Kebijakan.. ... 17

B. Model-model Implementasi Kebijaksanaan.. ... 20

C. Dampak Kebijakan.. ... 22

D. Pemerintah Daerah.. ... 24

E. Ketahanan Pangan.. ... 33

(29)

1. Demografi ... 45

2. Kesehatan ... 46

3. Pendidikan ... 47

4. Kesejahteraan Sosial ... 49

5. Agama, Pemuda dan Olahraga serta Kebudayaan... 50

D. Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Sosial Budaya.. ... 54

E. Program Ketahanan Pangan Kabupaten Bulungan.. ... 56

BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Ketersediaan pangan di Kabupaten Bulungan ... 63

1. Sistem produksi ... 63

2. Efisiensi ... 70

3. Teknologi ... 75

B. Faktor pendukung kebijakan ketahanan pangan ... 83

1. Monitoring ... 83

2. Perencanaan ... 86

3. Pengendalian ... 96

C. Faktor-faktor penghambat potensi daerah dalam Kebijakan Ketahanan... 101

1. Kesiapan SDM petani ... 101

2. Kesiapan SDM masyarakat ... 106

3. Kesiapan SDM matri pertanian ... 108

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA

(30)

Anonimous. 2003. Analisis Ketahanan Pangan dalam Era Globalisasi dan Otonomi Daerah. Kerjasama Badan Bimas Ketahanan Pangan, Deptan dengan Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Deptan

Arsyad, Lincolin. 1996. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. Penerbit STIE-YKPN

Basri, Faisal. 1995. Perekonomin Indonesia menjelang abad XXI. Distorsi peluang dan kendala. Jakarta. Erlangga.

Ginandjar, Kartasasmita. 1996. Pembangunan untuk rakyat, pertumbuhan dan pemerataan. Jakarta. Pustaka Cedesindo.

Hanif Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Irfan, Islamy M. 2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Edisi 2, Cetakan 13. Jakarta. Bumi Aksara.

M. Safar Nasir, 2003. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Mahendra Putra Kurnia, dkk. 2007. Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif. Jakarta. Erlangga

Moloeng, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mubyarto. 1996. Politik Kebijakan Ketahanan Pangan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat. Vol 8 No 2 Oktober 1996.

Nugroho, D Riant. 2003. Kebijakan Publik. Jakarta. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Pribadi, N. 2005. Program Ketahanan Pangan : Konsep dan Implementasinya. Makalah disampaikan pada Penyusunan Indikator Kinerja Program Ketahanan Pangan di Bappenas, tanggal 15 Agustus 2005

(31)

Soetomo, A.1998. Persoalan Ketahanan Pangan di Indonesia. Analisis Sosial. Vol 8 No 2 Oktober 1998.

Usman, S. 2004. Politik Pangan. Yogyakarta. Centre for Indonesia Research and Development (CIRED).

Wibawa, S. Purbokusumo. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Sumber lain:

Dewan Ketahanan Pangan dan FAO. 2005. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan pada Perumusan Program Ketahanan Pangan Nasional, di Hotel Kemang, tanggal 12 September 2005

Makalah H. Restyarto Efiawan. Regional Management Sebagai Pendekatan Alternatif Pengelolaan Pembangunan Antar Daerah dalam Era Desentralisasi Republika : Selasa, 6 Mei 2008. Mencermati Kebijakan Ketahanan Pangan Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1996 tentang Pangan

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Beras Kabupaten BulunganTahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji persoalan mengenai “Perkawinan Madureso” yang terjadi di Desa Trimulyo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

Kos sewaan lori termasuk pemandu tidak termasuk bayaran tol pergi dan balik serta tiada perkhidmatan mengangkat barang... Sewaan lori bergantung kepada

merupakan suatu keharusan bagaimana cara untuk meformulasi hukum berorientai pada tipolog hukum responsif, dan otonom sehingga keberpihakan hukum determenan pada

• Makromolekul sistem biologis yg bekerja sbg komponen reseptor mempunyai gugus protein atau asam amino yg dapat membentuk komplek melalui transfer muatan, yaitu : • a. sebagai

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara pada

Kajian ini dilakukan untuk melihat bagaimana proses sistem konstruksi rumoh Aceh yang dapat dipindahkan dan bagaimana nilai-nilai budaya dan sejarah tetap

Bahagian B pula mengandungi item-item yang berkaitan dengan tahap hubungan etnik di kalangan pelajar kursus SPH yang dilihat dari segi 3 aspek iaitu kehidupan seharian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan bahan tambahan berupa matos pada tanah lunak yang