• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Menganalisis Argumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Menganalisis Argumen"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGANALISIS ARGUMEN

Oleh

DESTA SAPUTRI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran dengan

pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan menganalisis argumen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2014-2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1dan X2. Metode pada penelitian ini

adalah kuasi eksperimen denganNon Equivalent Pretest-Postest Control Group Design. Efektivitas pembelajaran dengan pendekatan saintifik ditunjukkan oleh perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-ratan-Gainketerampilan menganalisis argumen pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,35 dan 0,68.

(2)

Desta Saputri

n-Gainketerampilan menganalisis argumen dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit menggunakan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan

keterampilan siswa dalam menganalisis argumen.

(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGANALISIS ARGUMEN

Oleh

DESTA SAPUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Kec. Kedaton pada tanggal 22 Desember

1992 sebagai putri pertama dari dua bersaudara buah hati Bapak Samin dan Ibu Painah.

Pendidikan formal dimulai di TK RA DAYA diselesaikan tahun 1999, SD Negeri

1 Labuan Ratu lulus tahun 2005, SMP Negeri 8 Bandar Lampung lulus tahun 2008, dan SMA Negeri 5 Bandar Lampung lulus tahun 2011.

Tahun 2011, terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurus-an PendidikJurus-an MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN undJurus-ang- undang-an. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum

Dasar-Dasar Pemisahan Analitik dan Kimia Instrumen. Pada akhir semester enam penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Ngambur dan juga Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Teritegrasi (KKN-KT) di

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, sehingga dengan Ridho-Nya skripsi ini bisa terselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan untuk:

Ibu dan Bapak tercinta..

Perjuangan kalian menjadi energi yang selalu membangkitkan

Keluargaku tersayang..

Dukungan yang tiada henti padaku

Alamamaterku Universitas Lampung

(9)

MOTO

Jika enggan mengambil resiko Anda tidak akan pernah kalah, tapi tanpa berani

menanggung resiko Anda tidak akan pernah menang

(Cho Kyuhyun)

(10)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karu-nia-Nya, sehingga terselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas

Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Menganalisis Argumen”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullullah Muhammad SAW,

keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Drs. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

serta Pembahas, terima kasih atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi. 4. Ibu Dra. Ila Rosilawatu, M.Si. selaku Pembimbing Akademik serta

Pembimbing I, terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan

motivasi, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat berbagi. 5. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembimbing II, terima kasih atas

kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi, meminjami segala fasilitas. 6. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan segenap civitas akademik

Jurusan Pendidikan MIPA, terima kasih atas ilmu yang telah Bapak/Ibu

(11)

xii 7. Bapak Drs. Hi. Ahyauddin, M.Pd selaku Kepala Sekolah, atas izin yang

diberikan untuk melaksanakan penelitian, Ibu Dra. Hj. Silmiawati sebagai Guru Mitra atas waktu yang terluangkan yang diberikan untuk melaksanakan

penelitian dan seluruh Siswa, Guru dan staf SMA Negeri 5 Bandar Lampung atas kerja-sama dan bantuannya selama penelitian.

8. Ibu dan Bapak yang dimuliakan Allah SWT, atas restu dan doa untuk

kelancaran penelitian dan keberhasilan mengenyam studi ini.

9. Sahabat seperjuangan Dita, Elis, Maryati, Musfiroh, Yeni, tim skipsi Fitry,

rekan-rekan Pendidikan kimia FKIP Unila dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa

rah-mat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Bandarlampung, Juli 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

E. Ruang Lingkup Penelitian 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pmbelajaran 9

B. Teori Belajar Konstruktivisme 10

C. Pendekatan Saintifik 12

D. Keterampilan Berpikir Kritis 16

E. Analisis Konsep 18

F. Kerangka Pemikiran 21

G. Anggapan Dasar 22

(13)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian 23

B. Data Penelitian 23

C. Metode dan Desain Penelitian 24

D. Variabel Penelitian 24

E. Instrumen Penilaian dan Validitas Instrumen 25

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 26

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data 38

B. Pembahasan 46

C. Kendala dalam Penelitian 59

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 60

B. Saran 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator 66

2. Silabus Kelas Eksperimen 72

3. RPP Kelas Eksperimen 84

4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen 105

(14)

6. Soal Pretes dan Postes 136

7. Rubrikasi Soal Pretes dan Postes 141

8. Penilaian Afektif 147

9. Rubrik Penilaian Afektif 151

10. Penilaian Psikomotor 153

11. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa 155

12. Data Pretes, Postes dann-Gain 163

13. Perhitungan 165

14. Angket Respon Siswa 184

15. Pengolahan Angket 186

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengalaman belajar pendekatan saintifik 13

2. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit 19

3. Desain penelitian 24

4. Hasil uji normalitas nilai pretes 41

5. Hasil uji normalitasn-Gain 43

6. Data respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur pelaksanaan penelitian 28

2. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan mengidentifikasi alasan yang

dinyatakan 38

3. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan melihat persamaan dan

perbedaan 39

4. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan menganalisis argumen 40

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat ilmu kimia mencakup dua bagian, yaitu kimia sebagai produk dan kimia

sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap yang dimiliki para oleh para

ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan Keterampilan-keterampilan proses, sedangkan sikap yang di-miliki oleh para ilmuwan dikenal sebagai sikap ilmiah (Tim Penyusun, 2006).

Pada pembelajaran kimia siswa tidak hanya diberikan fakta dan konsep, tetapi siswa juga dilatih dalam menemukan fakta dan konsep melalui proses dan sikap

ilmiah. Hal ini membuat pembelajaran kimia di sekolah sesuai dengan penerapan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembel-ajarannya (Tim Penyusun, 2014).

Penerapan kurikulum 2013 tersebut merupakan salah satu upaya nyata pemerintah dalam memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 didesain ber-dasarkan pada budaya dan karakter bangsa, berbasis peradaban dan berbasis pada

(18)

2

kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik

(Purnama,2014). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indo-nesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan saintifik (Tim Penyusun, 2014).

Pendekatan saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu

siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan (Abidin, 2014). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat

mendorong siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran

(Hosnan, 2014).

Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam Permendikbud No. 59/2014, yaitu; mengamati (observing), menanya

(questioning), mengumpulkan informasi (experimenting), menalar/mengasosiasi (associating), dan mengomunikasikan (communication). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik(pendekatan ilmiah) diharapkan dapat meningkatkan

(19)

3

Berpikir kritis merupakan bagian dari pola berpikir tingkat tinggi yang bersifat

konvergen. Ennis (1985) telah mengembangkan daftar lengkap keterampilan berpikir kritis yang meliputi: fokus pada pertanyaan, menganalisis argumen, dan

menilai kredibilitas sumber. Selain keterampilan spesifik ini, berpikir kritis juga melibatkan sifat umum di mana situasi didekati. Sekali lagi, Ennis telah mengem-bangkan daftar yang komprehensif yang mencakup menjadi berpikiran terbuka,

berusaha untuk diinformasikan dengan baik, dan dengan mempertimbangkan situasi keseluruhan (Ennis, 1985).

Pembelajaran kimia di sekolah sebaiknya melibatkan siswa secara aktif dalam

proses memperoleh pengetahuan yang akan dipelajarinya. Faktanya, pembelajar-an kimia di sekolah masih belum melibatkpembelajar-an siswa secara aktif. Berdasarkpembelajar-an hasil

observasi dan wawancara dengan guru mitra yang dilakukan di SMA N 5 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia yang dilakukan guru telah menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media pembelajaran akan

tetapi, LKS yang digunakan hanya berupa latihan-latihan soal tanpa adanya tahap-an-tahapan pada pendekatan saintifik dan tidak meningkatkan suatu keterampilan apapun. Untuk beberapa materi tertentu telah dilakukan praktikum yang bertujuan

untuk membuktikan teori, saat melakukan praktikum siswa tidak dituntut untuk membuat prosedur percobaan melainkan hanya menggunakan prosedur percobaan

yang telah dibuat oleh guru. Pembelajaran kimia di SMA N 5 Bandar Lampung masih berpusat pada guru dan belum sesuai dengan kurikulum 2013 karena belum mengajak siswa untuk mengamati fenomena-fenomena di sekitar, mengajukan

(20)

4

terlibat secara aktif dalam menggali pengetahuan. Pembelajaran kimia yang

seperti diterapkan guru belum mengoptimalkan keterampilan berpikir kritis siswa khususnya keterampilan menganalisis argumen. Hal ini tidak sejalan dengan

Permendikbud No 81 Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum bahwa ke-mampuan peserta didik yang diperlukan yaitu keke-mampuan berkomunikasi, kreatif, dan berpikir kritis (Tim Penyusun, 2013).

Berdasarkan kurikulum 2013, siswa harus menguasai Kompetensi Inti (KI) pada setiap jenjang pendidikannya yang dijabarkan dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD). Salah satu KD yang harus dikuasai pada kelas X semester genap adalah

KD 3.8 yaitu menganalisis sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan daya hantar listrikya, serta KD 4.8 yaitu merancang, melakukan, dan

menyimpul-kan serta menyajimenyimpul-kan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. KD 3.8 dan 4.8 merupakan KD untuk materi larutan elek-trolit dan non-elekelek-trolit (Purnama, 2014). Salah satu pembelajaran yang dapat

digunakan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis pada materi ini adalah pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah). Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar yaitu; mengamati (observing), menanya (questioning),

mengumpulkan informasi (experimenting), menalar/mengasosiasi (associating), dan mengomunikasikan (communication) (Tim Penyusun, 2014).

Penggunaan pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) pada materi ini, siswa dapat

(21)

5

misalnya mengapa gambar pergerakan ion dalam bentuk padatan, lelehan dan

larutan pada senyawa NaCl berbeda dan mengapa padatannya tidak dapat menya-lakan lampu? Lalu, siswa dilatih untuk mencari informasi dari berbagai sumber

mengenai pergerakan ion-ion pada larutan elektrolit dan non-elektrolit. Setelah mendapat informasi, keterampilan menganalisis argumen siswa dilatihkan dengan cara mengasosiasi atau menghubungkan informasi terkait dengan permasalahan

yang ada dalam rangka menemukan jawaban yang logis. Kemudian, siswa mengomunikasikan jawaban hasil penalarannya, dengan demikian pembelajaran

materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan pendekatan saintifik akan dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis yaitu keterampilan menganalisis argumen.

Salah satu keterampilan berpikir kritis yaitu menganalisis argumen. Beberapa subketerampilan menganalisis argumen yaitu mengidentifikasi alasan yang dinya-takan serta melihat persamaan dan perbedaan. Pada dasarnya siswa mempunyai

keterampilan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan serta melihat persamaan dan perbedaan dalam belajar, tetapi keterampilan itu terkadang tidak berkembang dengan baik maka diperlukan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan

keterampilan menganalisis argumen dalam pembelajaran kimia. Salah satunya yaitu dengan pendekatan saintifik.

Beberapa penelitian yang mengkaji pendekatan saintifik adalah Pratiwi (2014)

(22)

6

bahwa penggunaan pendekatan saintifik memberikan pengaruh terhadap

pening-katan keterampilan berpikir kritis siswa sebesar 28,23%. Saputra (2014) yang me-lakukan penelitian pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bangunrejo tentang

pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran materi kesetimbangan kimia menggunakan pendekatan ilmiah efektif terhadap keterampilan siswa dalam mengevaluasi. Beberapa

pene-litian sejenis tersebut dimaksudkan sebagai pendukung dilakukannya penepene-litian menggunakan pendekatan saintifik terhadap keterampilan menganalisis argumen.

Bedasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul“efektivitas pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan menganalisis argumen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

Bagaimanakah efektivitas pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan menganalisis argumen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan

(23)

7

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Dengan diterapkannya pendekatan saintifik dalam kegiatan belajar mengajar

maka akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan menganalisis argumen,

sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah khususnya pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

2. Bagi guru

Pendekatan saintifik merupakan salah satu alternatif pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

3. Bagi sekolah

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan keterampilan menganalisis argumen apabila menunjukkan adanya perbedaan rata-ratan-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol .

(24)

8

informasi (experimenting), menalar/ mengasosiasi (associating), dan

mengkomunikasikan (communication) (Tim Penyusun, 2014).

3. Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti adalah keterampilan

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang

di-peroleh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran adalah dengan menentukan model pembelajaran yang

se-suai dengan keadaan peserta didik. Menurut Nuraeni (2010), model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal

dengan pemahaman setelah pembelajaran.

Eggen dan Kauchak dalam Warsita (2008), menyatakan bahwa suatu pembelajar-an akpembelajar-an efektif bila siswa dilibatkpembelajar-an dalam pengorgpembelajar-anisasipembelajar-an dpembelajar-an penemupembelajar-an

infor-masi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak hanya meningkatkan pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir dengan demikian, dalam

pembel-ajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelpembel-ajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga akan mem-pengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk mempelajari

se-suatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik dalam mempel-ajari hal tersebut. Jika siswa belajar sesuatu dengan minatnya maka dapat

(26)

10

Menurut Sujana (1989), ciri-ciri proses belajar-mengajar yang menuntut siswa

untuk berpartisipasi secara aktif adalah sebagai berikut :

1. Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi lebih banyak mencari informasi

2. Siswa banyak mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada siswa lainnya

3. Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang disampaikan oleh guru atau pendapat yang diajukan oleh siswa lain 4. Siswa memberikan respon nyata terhadap stimulus belajar yang

diberikan oleh guru seperti membaca, mengerjakan tugas,

mendiskusikan, memecahkan masalah dengan teman sekelas, bertanya kepada siswa lain bila mendapat kesulitan, mencari informasi dari berbagai sumber belajar,dan kegiatan nyata lainnya

5. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaannya sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan yang dianggapnya masih belum sempurna

6. Siswa membuat sendiri kesimpulan pelajaran dengan bahasa dan cara masing-masing, baik secara mandiri maupun kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran dikatakan efektif jika adanya pe-ningkatan hasil belajar setelah proses pembelajaran dan siswa berperan secara aktif dalam memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran

secara konstruktivisme yang berpusat pada siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan,

dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernya-taan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses bel-ajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belbel-ajar

(27)

11

suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengala-man.

Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu siswa mengkonstruksi pengetahuan baru secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh

se-belumnya. Konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari pada kenyataan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk mengonstruksi kembali pengalaman

atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pada teori belajar konstruk-tivisme, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memotivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri agar siswa dapat terlatih belajar secara aktif.

Informasi yang telah diperoleh, selanjutnya akan dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi suatu pengalaman baru baginya (Husamah dan Yanur, 2013).

Menurut Von Glasersfeld (dalam Pannen, 2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal sangat penting agar siswa mampu menarik sifak yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. mengajar adalah membantu siswa belajar;

(28)

12

5. kurikulum menekankan partisipasi siswa; 6. guru adalah fasilitator.

Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran konstruktivisme adalah

pembel-ajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, artinya guru hanya sebagai pembimbing pada proses pembelajaran dan siswa yang ber-peran secara aktif untuk memperoleh pengetahuan baru. Hal ini sejalan dengan

penerapan kurikulum 2013 yang pembelajarannya berpusat pada siswa. Pembel-ajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelPembel-ajaran sesuai dengan

penerapan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

C. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan mengolah data untuk menghasilkan sebuah

kesimpulan. Oleh karena itu, siswa harus dibina kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih ketelitiannya dalam mengumpulkan data, dikembangkan kecermatannya dalam mengolah data

untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam membuat kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran (Abidin,

2014).

(29)

13

(associating), dan mengkomunikasikan (communication). Adapun pengalaman

belajar pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) dapat dilihat seperti tabel berikut:

Tabel 1. Pengalaman belajar pendekatan saintifik

Langkah

Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar Mengamati

(observing)

mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagai-nya) dengan atau tanpa alat

perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/ mendengar suatu penjelas-an, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesa-baran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati Menanya

(questioning)

Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang infor-masi yang belum dipaham-i, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prose-dural, dan hipotetik)

Mengumpulkan informasi (experimenting)

Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstra-sikan, meniru bentuk/ ge-rak, melakukan eksperi-men, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui ang-ket, wawancara, dan me-modifikasi/menambahi/ mengembangkan

jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, ke-lengkapan informasi, vali-ditas informasi yang dikum-pulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk me-ngumpulkan data.

Menalar/ Mengasosiasi (associating)

mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau meng-hubungkan fenomena/ in-formasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

(30)

14

Langkah

Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar fakta-fakta/ konsep/ teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesim-pulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpreta-si, struktur baru, argumenta-si dan keargumenta-simpulan dari kon-sep/ teori/ pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

Mengomunikasikan (communicating)

menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan

menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalambentuk tulisan, grafis, media elek-tronik, multi media dan lain-lain

(Tim Penyusun, 2014).

Pendekatan saintifik mempunyai kriteria pembelajaran sebagai berikut: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan reaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang seta-merta, pemikiran subjektif, atau penelaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

(31)

15

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Hosnan, 2014).

Pendekatan saintifik diartikan sebagai pembelajaran yang dikembangkan dengan

berdasarkan pada pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Keterampilan-keterampilan belajar yang membangun pendekatan ilmiah dalam belajar sebagai berikut;

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan

tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

2. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik 3. Menalar

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

4. Mencoba

Aplikasi mencoba eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5. Menganalisis data dan menyimpulkan

Kemampuan menganalisis data adalah kemampuan mengkaji data yang telah dihasilkan. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan membuat intisari atas seluruh proses kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan.

6. Mengkomunikasikan

(32)

16

D. Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan bagian dari pola pikir tingkat tinggi yang bersifat kon-vergen. Ennis (1985) telah mengembangkan daftar lengkap keterampilan berpikir kritis yang meliputi: fokus pada pertanyaan, menganalisis argumen, dan menilai

kredibilitas sumber. Selain keterampilan spesifik ini, berpikir kritis juga melibat-kan sifat umum di mana situasi didekati. Sekali lagi, Ennis telah mengembangmelibat-kan

daftar yang komprehensif yang mencakup menjadi berpikiran terbuka, berusaha untuk diinformasikan dengan baik, dan dengan mempertimbangkan situasi keselu-ruhan (Ennis, 1985).

Moore dan Parker (dalam Saputra 2012) menyatakan bahwa berpikir kritis

memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat. 2. Membedakan klaim yang rasional dan emosional. 3. Memisahkan fakta dari pendapat.

4. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.

5. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain.

6. Menunjukkan analisis data atau informasi.

7. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.

8. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan informasi.

9. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermaknaganda.

10. Membangun argumen yang meyakinkan. 11. Memilih data penunjang yang paling kuat. 12. Menghindari kesimpulan yang berlebihan.

13. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan.

14. Menyadari ketidakjelasan.

15. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan.

16. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam pengambilan keputusan.

(33)

17

19. Menyusun argumen secara logis dan kohesif.

20. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.

21. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan.

Menurut Ennis (1985) terdapat 5 keterampilan berpikir kritis yang dikelompokkan

dalam 12 sub keterampilan berpikir kritis. Kelima kelompok keterampilan ter-sebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), mem-bangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat

penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas sub keterampilan tersebut adalah:

1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan.

4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.

6. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mengkaji hasil pertimbangan.

9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi.

11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan berpikir kritis yang diteliti yaitu keterampilan menganalisis

argu-men yang fokus pada indikator argu-mengidentifikasi alasan serta argu-mencari persamaan dan perbedaan. Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan berpikir

yang tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis menghendaki agar siswa

meng-identifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada saat kesimpulan. Kata-kata operasional yang mengindikasikan

(34)

18

mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan dan memerinci (Harjasujana

dalam Jahro, 2010).

E. Analisis Konsep

Herronet al. (dalam Saputra, 2012) berpendapat bahwa belum ada definisi ten-tang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep

disa-makan dengan ide. Lebih lanjut lagi, Herronet al. (dalam Saputra, 2012) menge-mukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi

pen-capaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah,

(35)

Tabel 2. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

Larutan Suatu campuran homogen dua macam zat tunggal atau lebih dengan bermacam-macam perbandingan komposisi dan memiliki sifat-sifat yang sama diseluruh bagiannya, dan mempunyai sifat dapat

mengahntarkan arus listrik (elektrolit) dan tidak dapat menghantarkan arus listrik

(non-Campuran • Suspensi • Koloid

• Larutan gula • Larutan

(36)

28

Tabel 2. (lanjutan) Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

Larutan elektrolit

Larutan yang dapat menghantarkan listrik, yang dapat bersifat elektrolit lemah dan elektrolit kuat

larutan • latrutan

non-• Larutan HCl • Larutan listrik dengan kuat

Konsep listrik dengan lemah

Konsep

Larutan yang tidak dapat mengantarkan

• Larutan gula • Larutan urea

• Larutan HCl • Larutan

NH4OH

(37)

21

F. Kerangka Pemikiran

Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak

bergantung pada informasi searah dari guru. Pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) memiliki 5 pengalaman belajar , yaitu (1) mengamati(observing), (2) menanya(questioning), (3) pengumpulan data(experimenting), (4) meng-asosiasi/menalar(associating), (5) mengomunikasikan.

Pada tahap mengamati, guru memberikan gambar submikroskopis pergerakan ion-ion pada larutan, lelehan, padatan NaCl dan gula untuk diamati oleh siswa agar

melatih kesungguhan dan ketelitian siswa dalam mengamati. Selanjutnya yaitu menanya, pada tahap ini siswa diminta mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan

informasi tambahan tentang apa yang diamati. Tahap ini dapat mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk

mem-bentuk pikiran kritis siswa. Tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan informasi, pada tahap ini siswa mencari infomasi dari berbagai sumber mengenai pergerakan ion-ion pada larutan elektrolit dan non-elektrolit. Tahap selanjutnya yaitu

me-nalar/ mengasosiasi, pada tahap ini keterampilan menganalisis argumen dilatihkan dengan cara mengasosiasi atau menghubungkan informasi yang diperoleh dengan

(38)

22

penalarannya secara lisan dan tulisan. Tahap ini dapat mengembangkan

kemam-puan mengungkapkan pendapat siswa.

Berdasarkan uraian di atas dengan diterapkan pendekatan saintifik pada pembel-ajaran materi larutan elektrolit dan non-elektrolit akan dapat meningktkan

kete-rampilan menganalisis argumen terutama pada sub-ketekete-rampilan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan serta melihat persamaan dan perbedaan.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaann-Gainketerampilan menganalisis argumen terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkatkan

(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 350 siswa dan tersebar da-lam sepuluh kelas. Diambil 2 kelas dari populasi yang akan dijadikan sampel

penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Berdasarkan pertimbangan kemampuan kognitif siswa yang relatif sama, peneliti dengan

ban-tuan guru mitra menentukan dua sampel, yaitu kelas X1dan X2sebagai sampel

penelitian. Kelas X1sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran

pendekatan saintifik dan kelas X2sebagai kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil pretes, postes, afektif siswa, psikomotor siswa dan respon siswa. Data pretes adalah data hasil tes

(40)

24

postes adalah data hasil tes pencapaian keterampilan mengidentifikasi alasan

serta melihat persamaan dan perbedaan setelah pembelajaran dengan pendekatan saintifik diterapkan.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian ini

menggunakanNon Equivalence Pretes-Postest Control Group Design(Creswell, 1997), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Desain penelitian

Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1) .

Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

(41)

25

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004).

Instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

standar kurikulum 2013.

2. LKS Kimia dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

3. Soal pretest dan postes yang masing-masing berisi 4 soal uraian. 4. Lembar observasi afektif siswa

5. Lembar observasi psikomotor siswa 6. Angket respon siswa

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu carajudgmentatau keputusan ahli dan pengujian empirik.

(42)

26

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di

sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak dua kelas.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Tahap persiapan

Membuat perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses

pembelajaran di kelas, yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), pretes, postes dan lembar afektif

siswa, lembar psikomotor siswa, dan angket respon siswa. b. Tahap pelaksanaan penelitian

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian yaitu:

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(43)

27

3) Memberikan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

4) Mentabulasi dan analisis data.

(44)

28

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah

ini:

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

Meminta izin kepada kepala sekolah SMA N 5 Bandar Lampung

Observasi sekolah

Menentukan populasi dan sampel

O

Membuat perangkat pembelajaran

-Silabus

-Rencana Pelaksanaan Pembelajaran -Lembar Kerja Siswa

-Soal pretes

(45)

29

Keterangan:

= Langkah-Langkah Penelitian = Aktivitas

= Hasil

= Arah Aktivitas

= Batas Langkah-Langkah Penelitian

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis data

a. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan menganalisis argumen

pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dirumuskan sebagai berikut:

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh yang

jawaban skor

Jumlah siswa

Nilai 

b. Menghitungn-Gain

Analisis deskriptif juga dilakukan melalui data skor gain ternormalisasi (n-Gain) yang diperoleh siswa. Perhitungan nilain-Gaindilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hake (dalam

Sunyono, 2014), dengan rumus :

(46)

30

2. Pengujian hipotesis

a. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui kedua sampel

memiliki kemampuan awal yang sama. Langkah-langkah uji tersebut yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t.

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari kedua kelompok sam-pel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dan untuk menen-tukan uji selanjutnya memakai statistik parametrik atau non parametrik.

Untuk uji normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat. Menurut Sudjana (2005), uji normalitas sebagai berikut:

Hipotesis :

H0: kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1: kedua sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

Statistik Uji :

x = (O E )

E

dengan:

Oi= frekuensi pengamatan

Ei= frekuensi yang diharapkan

Kriteria uji:

Terima H0jika < ( )( ) atau < dengan taraf

(47)

31

2. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kedua kelas yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji

Homogenitas :

Ho: 2

2 2 1 σ

σ  = kedua kelas mempunyai variansi yang homogen.

H1: σ12 σ22 = kedua kelas mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

terkecil Varians

terbesar Varians

F 

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Terima H0hanya jika Fhitung < Ftabel, dengan taraf nyataα0,05,

dalam hal lain tolak H0

3. Uji kesamaan dua rata-rata (uji t)

Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (Ho) dan

hipotesis alternatif (H1)

Hipotesis

H0: µ1x= µ2x: rata-rata nilai pretes keterampilan siswa dalam menganalisis

argumen pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai

pretes keterampilan siswa dalam menganalisis argumen pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan

non-elektrolit.

H1: µ1x≠µ2x: rata-rata nilai pretes keterampilan siswa dalam menganalisis

(48)

32

nilai pretes keterampilan siswa dalam menganalisis

argumen pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Keterangan :

µ1 = rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit

µ2 = rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit

x = keterampilan menganalisis argumen

pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t

dengan rumus (Sudjana, 2005):

2

t = kesamaan dua rata-rata

1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen

2

X = Gain rata-rata nilai kelas kontrol Sg = simpangan baku gabungan

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

= Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian:

Terima H0jika–ttabel<thitung< ttabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2

–2 dengan taraf nyataα 5%, dalam hal lain tolak H0.

b. Uji hipotesis

(49)

keteram-33

pilan menganalisis argumen, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata

dengan langkah-langkah uji tersebut yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji-t.

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari kedua kelompok sam-pel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dan untuk

menen-tukan uji selanjutnya memakai statistik parametrik atau non parametrik. Untuk uji normalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat. Menurut Sudjana (2005), uji normalitas sebagai berikut:

Hipotesis :

H0: kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1: kedua sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

Statistik Uji :

x = (O E )

E

dengan:

Oi= frekuensi pengamatan

Ei= frekuensi yang diharapkan

Kriteria uji:

Terima H0jika < dengan taraf nyata0,05, dalam hal

lainnya H0ditolak.

2. Uji homogenitas

(50)

34

σ  = kedua kelas mempunyai variansi yang homogen

H1: σ12 σ22 = kedua kelas mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

terkecil Varians

terbesar Varians

F 

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Terima H0hanya jika Fhitung < Ftabel, dengan taraf nyataα0,05,

dalam hal lain tolak H0.

3. Uji perbedaan dua rata-rata (uji t)

Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan menganalisis argumen pada

materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih rendah

atau sama dengan rata-ratan-Gainketerampilan meng-analisis argumen dengan pembelajaran konvensional.

H1: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan menganalisis argumen pada

materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih tinggi

daripada rata-ratan-Gainketerampilan menganalisis argumen dengan pembelajaran konvensional.

Keterangan :

µ1 = rata-rata menganalisis argumen pada materi larutan elektrolit dan

non-elektrolit pada kelas eksperimen

µ2 = rata-rata keterampilan menganalisis argumen pada materi larutan

(51)

35

x = keterampilan menganalisis argumen

pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t

dengan rumus (Sudjana, 2005):

2

X = Gain rata-rata kelas eksperimen

2

X = Gain rata-rata kelas kontrol s2 = Varians

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen

2 2

s = Varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian:

Terima H0jika thitung< ttabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2

dengan taraf nyataα = 5% peluang (1-α ), dalam hal lain tolak H0.

3. Pengolahan Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data respon siswa kelas eksperimen ter-hadap pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan elektrolit. Angket dibagikan setelah pembelajaran larutan elektrolit dan

non-elektrolit berakhir. Adapun langkah-langkah pembuatan angket adalah membuat kisi-kisi angket. Lalu angket disusun dalam bentuk pernyataan positif dan kolom

(52)

36

Kolom pada angket terdiri dari 5 kolom, menggunakan skala likert dengan rentang nilai 1-5 dengan kriteria positif 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban kurang setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk

jawaban sangat tidak setuju. Skor jawaban angket untuk tiap pernyataan masih berupa data ordinal, dalam statistik biasanya harus menggunakan data berskala

interval. Oleh sebab itu harus data ordinal harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakanMethod of Successive Interval(MSI) pada Ms. Excel 2007 (Sarwono, 2012). Berikut ini merupakan tahap-tahap mengubah data

ordinal menjadi data interval:

1. Menentukan jumlah responden yang menjawab skor 1,2,3,4,5 dari setiap

butir pertanyaan pada angket.

2. Menentukan proporsi yaitu setiap frekuensi yang dibagi dengan banyaknya responden.

3. Menentukan proporsi kumulatif.

4. Menghitung nilai z tabel untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. 5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh.

6. Menentukan nilai skala (NS) dengan rumus :

7. Menentukan nilai transformasi berupa nilai interval. 8. Menentukan nilai per indikator dengan rumus:

(53)

37

Mengelompokkan nilai siswa per indikator digunakan pedoman Arikunto

(2004) sebagai berikut:

1) Jika nilai siswa antara 76-100 maka tinggi 2) Jika nilai siswa antara 56-75 maka sedang

3) Jika nilai siswa kurang dari sama dengan 55 maka rendah

9. Menentukan jumlah siswa per kategori.

10. Menentukan persentase kategori dengan rumus:

(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian efektivitas

pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan menganalisis argumen dapat disim-pulkan bahwa:

1. Rata-ratan-Gain keterampilan menganalisis argumen pada kelas eksperimen sebesar 0,68, sedanngkan pada kelas kontrol sebesar 0,35. Pembelajaran

dengan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan menganalisis argumen dilihat dari rata-ratan-Gain keterampilan menganalisis argumen pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-ratan-Gain menganalisis argumen pada kelas kontrol.

2. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dikatakan efektif karena membuat

siswa antuasme dalam mengikuti pembelajaran, siswa lebih aktif bertanya, dan siswa aktif mengemukakan pendapat/ menjawab pertanyaan meningkat

pada setiap pertemuannya.

3.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan

nnon elektrolit dikatakan efektif karena lebih menarik dibandingkan dengan

(55)

61

materi yang diajarkan sehingga siswa lebih fokus dalam mengikuti

pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa : 1. Pendekatan saintifik hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia,

terutama pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit karena terbukti

efektif dalam meningkatkan keterampilan menganalisis argumen.

2. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pendekatan ilmiah,hendaknya lebih mengoptimalkan waktu saat proses pembelajaran

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. PT Refika Aditama. Bandung.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakartan.

Creswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches Second Edition. Sage Publications. New Delhi. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta.

Ennis, R.H. 1985. Critical Thinking and Curriculum. Hlm 68 In:Developing Minds a Resource Book for Teaching Thingking. Costa, A L. (eds). Virginia ASCD. Alexandria.

Hamalik, O. 2007. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.

Husamah dan Yanur. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Jahro dan Gunawan. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Penyelesaian Soal secara Sistematis (PS3) dengan Pendekatan Cooperative Learning Tipe STAD. Jurnal Pendidikan Kimia.

Universitas Negeri Medan

Nuraeni, dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal FPMIPA. UPI. Bandung.

(57)

63

Pratiwi, F.A. 2014. Pengaruh Penggunaan ModelDiscovery Learning dengan Pendekatan Saintifik terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Kimia. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Purnama, F.F. 2014. Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Titrasi. Jurnal Pendidikan Kimia FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UPI. Bandung. Saputra, A. 2012. Model PembelajaranProblem Solvingpada Materi Pokok

Kesetimbangan Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Saputra, H.A. 2014. Pembelajaran Menggunakan pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Mengevaluasi pada Materi Kesetimbangan Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia. FKIP Unila. Bandar Lampung. Sarwono, J. 2012. Mengubah Data Ordinal ke Data Interval dengan Metode

Suksesif Interval. [Online]. http://jonathansarwono.info/teori/msi.pdf. Diakses pada 20 Februari 2015.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

Sujana, N. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensido. Bandung

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Sunyono dan Yulianti, D. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia SMA Berbasis Multipel Representasi dalam Menumbuhkan Model Mental dan Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun I. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta. ____________. 2013. Implementasi Kurikulum. Kemdikbud. Jakarta. ____________. 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

(58)

64

____________. 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemdikbud. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  (lanjutan)
Tabel 2. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit
Tabel 2. (lanjutan)
Tabel 3. Desain penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

ketentuan penelitian tindakan kelas; 2) Menyusun rancana tindakan dalam bentuk rencana pelajaran; 3) Menyiapkan media pendidikan yang diperlukan dalam pembelajaran;

1. Adanya kesamaan pandangan dan tujuan antara orang tua dan guru agama dalam lingkungan. Jika lingkungan adalah sekolah, maka semua komponen sekolah harus memiliki

Faktor non fisik yang menjadi alasan suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan terdapat pada angka ….. Perhatikan gambar tata ruang

Tepung biji karet sebagai substitusi tepung kedelai dalam pakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan tidak berpengaruh nyata terhadap survival rate (SR)..

Penelitian ini meurpakan penelitian kuantatif deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mendapatkan data mengenai variabel harga, promosi, dan lokasi

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Dari sembilan butir hak konsumen yang diberikan diatas, terlihat bahwa masalah kenyamanan, keamanan, dan

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu variabel, yaitu persepsi pemustaka pada fungsi pelayanan referensi di Badan Perpustakaan Arsip dan

Teror intensif yang dilakukan oleh Lekra itu menyebabkan banyak sastrawan, seniman, dan budayawan menggabungkan diri dengan Lelaa. Mereka berpendapat bahwa kalau tidak