MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV
SD NEGERI 1 BANJARREJO
TP 2012/2013
(Skripsi)
Oleh
WIWIK ARIYANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV
SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013
Oleh:
WIWIK ARIYANI
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya perolehan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Model CTL.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa melalui model CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat pada siklus I diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa 74,57% (kategori aktif) pada siklus II menjadi 85,58% (kategori sangat aktif). Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 66% pada siklus II Ketuntasan hasil belajar telah memenuhi target, sebesar ≥ 75%. dengan ketuntasan sebesar 100%.
SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013
Oleh
WIWIK ARIYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PERSEMBAHAN
Seiring dengan sujud syukur pada-Nya karya sederhana ini penulis persembahkan kepada
1. Kedua orang tuaku Bapak Pardi (Alm) dan Ibu Maryati terima kasih atas doa dan restumu,
2. Suamiku Wahid Kurniawan yang tercinta yang selalu memberi motivasi agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Kakak-kakakku yang tercinta dan tersayang yang selalu memberi motivasi agar dapat menyelesaikan skripsi ini,
4. Rekan-rekanku yang kusayangi yang selalu semangat agar dapat menyelesaikan skripsi ini
5. Kepala sekolah dan rekan-rekan guru yang selalu mendukung keberhasilanku, dan
MOTO
“
Belajar sepanjang hayat
.”
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: "Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun Pelajaran 2012/2013". Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung, yang telah memberikan kemudahan sehingga penyusunan skripsi dapat selesai.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universilas Lampung, memberikan persetujuan dalam skripsi ini.
4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung, dan selaku dosen Pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro PGSD S-1, yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Supriyadi, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah bersedia
memberikan, saran, kritik dan arahan dalam seminar skripsi ini
7. Bapak Drs. Sungalim, selaku Kepala SD Negeri 1 Banjarrejo, serta dewan
kebersamaan dalam suka maupun duka selama ini. Semoga kebersamaan itu tidak akan terkalahkan oleh waktu.
9. Almamater tercinta dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut serta memberikan bantuan, motivasi, serta dukungan kepada peneliti.
Peneliti berharap semoga Allah memuliakan dan membalas semua kebaikan tersebut. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaan bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Bandar Lampung, Juni 2015
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I. PENDAHULUAN
2.4 Model pembelajaran. ... 13
2.5 Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 14
2.51. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 14
2.5.2Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 15
2.5.3 Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 17
2.5.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 19
2.6 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). ... 20
2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). ... 21
2.8 Pengertian IPS SD. ... 22
2.9 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). ... 23
2.10 Hipotesis Tindakan. ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian. ... 25
3.2 Setting Penelitian ... 26
3.3 Prosedur Penelitian. ... 27
3.4 Alat pengumpulan Data. ... 40
3.5 Teknik Pengumpulan Data. ... 40
3.6 Teknik Analisa Data. ... 44
3.7 Indikator Keberhasilan Tindakan. ... 47
2. Pelaksananan Siklus II. ... 69 4.4 Pembahasan . ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan. ... 95 5.2 Saran ... 96
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo... 5
3.1. Format Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa. ... 41
3.2. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar ... 42
3.3. Data Hasil Post Tes ... 43
3.4. Kualifikasi Hasil Observasi ... 45
3.5. Kualifikasi Hasil Observasi. ... 46
4.1. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1–2. 59
4.2. Rekapitulasi Kinerja guru Siklus I Pertemuan 1-2. ... 63
4.3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 68
4.4. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siklus II Pertemuan 1 – 2. ... 78
4.5. Rekapitulasi Kinerja guru Siklus II Pertemuan 1 – 2. ... 82
4.6. Hasil Belajar Siswa Siklus II. ... 87
4.7. Rata-rata Aktivitas Siswa dalam Model Pembelajaran CTL pada Siklus I dan II. ... 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Wardhani, dkk... 27
4.1 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I... 61
4.2 Rata-rata Kinerja guru……….. 67
4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I... 68
4.4 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siklus I... 69
4.5 Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II……….. 80
4.6 Grafik Kinerja guru pada Siklus II... 86
4.7 Grafik Hasil Belajar Siswa... 88
4.8 Rata-rata Aktivitas Siswa ... 95
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ... 98
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 112
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 127
4. Lembar Instrumen Observasi Aktivitas Siswa. ... 134
5. Lembar Instrumen Kinerja Guru………. 146
6. Surat Izin Penelitian. ... 152
7. Surat keterangan. ... 153
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya terbesar yang dapat dilakukan untuk
mencerdaskan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
(UU No. 20 Tahun 2003, Bab. I Pasal 1).
Penjelasan di atas tampak jelas bahwa pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik sehingga dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, hal ini merupakan suatu
tantangan bagi pengelola pendidikan. Banyak faktor yang menyebabkan
peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
secara optimal, salah satu faktornya adalah rencana dan pengaturan
mengenai tujuan isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan untuk mencapai
Upaya Pemerintah Republik Indonesia untuk meningkatkan
kualitas pendidikan seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, baik dari pemerintah, guru atau pendidik, lingkungan masyarakat, orang tua, dan faktor peserta didik itu sendiri.
Djamarah (2005: 22) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia, dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang
pertama yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia
6-12 tahun (Wardani, dkk. 2009: 2.27). Tujuan Pendidikan dasar adalah
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan
anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidikan menengah (Mikarsa, dkk. 2009: 1.12). Oleh karena itu,
penanaman konsep harus tepat agar tujuan pendidikan tersebut dapat
tercapai.
Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan
pendidikan. Jhonson dan Smith (dalam Lie, 2010: 5) menyatakan bahwa
kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa
sebagai mata pelajaran ditingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan
integrasi utuh dari disiplin ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan
untuk tujuan pendidikan.
Pembelajaran IPS bertujuan membawa siswa mensosialisasikan diri
agar dapat hidup bermasyarakat (Sapriya, dkk. 2006: 26). Untuk menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran IPS tersebut harus didukung oleh iklim
pembelajaran yang kondusif. Iklim yang dikembangkan guru mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam kegairahan belajar
siswa (Wahab dalam Darsono, 2007: 1). Keberhasilan siswa dalam
pembelajaran IPS juga harus didukung dengan penggunaan model
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu menemukan fakta,
konsep dan generalisasi yang lebih bermakna.
Pemilihan model pembelajaran IPS yang sesuai merupakan
keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat
memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara utuh,
penuh dan nyata. Hal ini sesuai dengan peran pembelajaran IPS yaitu
memfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat
teoritik ke dalam dunia nyata (Sapriya, dkk. 2006: 3). Sejalan dengan hal
tersebut pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten meteri
pembelajaran dengan situasi nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Blanchard dalam
Learning (CTL) merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat
digunakan guru untuk membimbing siswa merealisasikan ilmu yang telah
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Rusdarti (dalam
http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com, diakses tanggal 4 Januari 2013 pukul
14.00 WIB) menyatakan bahwa:
Pembelajaran model Contextual Teaching and Learning
(CTL) menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Dengan kata lain siswa diharapkan tidak hanya menerima pelajaran akan tetapi ada proses mencari dan menemukan sendiri materi tersebut. Hal ini dapat menjadikan proses belajar siswa lebih aktif, kreatif, efektif dan bermakna.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas IV
SD Negeri 1 Banjarrejo, guru belum menggunakan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered),
sehingga siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain dan
mengobrol yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak kondusif. Siswa
juga kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, aktivitas siswa
dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat sangat rendah. Dalam proses
pembelajaran guru kurang mengaitkan materi dengan keadaan nyata peserta
didik sehingga membuat pemahaman siswa kurang bermakna. Dampaknya
terlihat dari nilai siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, 60%
siswa belum tuntas dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
Data hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV
SD Negeri 1 Banjarrejo berdasarkan penelusuran hasil belajar diketahui
sebagaimana tertera pada tabel berikut:
Tabel 1 : Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo.
No Nilai Frekuensi ∑ Persentase Kategori
1 95 1 95 5 Tuntas
Sumber : Data Leger Nilai SD Negeri 1 Banjarrejo
Berdasarkan data hasil belajar siswa di atas dapat diketahui bahwa
hasil belajar dari 20 orang siswa, 8 orang siswa (40%) tuntas atau
memperoleh nilai mencapai KKM, sedangkan 12 orang siswa (60%) belum
tuntas atau belum mencapai KKM.
Permasalahan tersebut perlu ditanggulangi dengan menerapkan model
pembelajaran yang cocok, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Selain itu juga dapat memberikan pemahaman yang
bermakna kepada siswa yang nanti akan bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
Berkenaan dengan berbagai masalah yang muncul di atas, maka
peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini akan
mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah serta mendorong siswa
untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih
mudah memahami materi pelajaran IPS. Siswa akan terlibat langsung dalam
proses pembelajaran, siswa lebih mampu memahami dan dapat saling
bekerjasama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak
dari hasil bertukar pikiran tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas, dalam Penelitian Tindakan Kelas
ini peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan judul:
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun pelajaran 2012/2013.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SD Negeri 1
Banjarrejo belum menggunakan model Contextual Teaching and
Learning (CTL).
2) Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga
siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain dan mengobrol
yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak kondusif.
4) Rendahnya aktivitas bertanya dan mengungkapkan pendapat siswa kelas
IV SD Negeri 1 Banjarrejo pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
5) Ketuntasan hasil belajar siswa rendah (40%).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah
penelitian yaitu:
1) Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas IV
SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun Pelajaran 2012/2013?.
2) Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas IV
SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun Pelajaran 2012/2013?.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk :
1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model Contextual
Teaching and Learning (CTL).
2) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model Contextual
1.5 Manfaat Penelitian
a) Bagi Guru
Dapat menambah wawasan guru dalam penggunaan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di SD Negeri 1 Banjarrejo. Serta dapat dijadikan alternatif
mengajar sehingga dapat meningkatkan keprofesionalan guru.
b) Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
sumbangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri 1
Banjarrejo.
c) Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
Belajar merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, dengan
belajar manusia dapat memperoleh pengetahuan yang diinginkannya.
Belajar tidak hanya dilaksanakan di lingkungan persekolahan, namun belajar
juga dapat diperoleh melalui sumber belajar lain seperti pengalaman sendiri
dan pengamatan sendiri.
Syah (2006: 63) menyatakan belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan prilaku
seperti pengetahuan, kebiasaan, keterampilan sikap, persepsi dan tingkah
laku efektif lainnya sebagai hasil dan pengalaman (Rakhmat, dkk. 2006: 50).
Selain itu menurut Gagne (dalam Komalasari 2010: 2) belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan
manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni
peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance
(kinerja).
Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha memperoleh dan
Hermawan, dkk. 2007: 2). Sedangkan menurut Bruner (dalam Supriatna
2006: 38) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang aktif
serta proses sosial dimana para siswa mengkonstruksi gagasan-gagasan atau
konsep baru yang didasarkan atas pengetahuan yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
sejumlah ilmu pengetahuan yang nantinya akan menghasilkan perubahan
perilaku meliputi perubahan sikap, minat dan kinerja.
2.2 Aktivitas Belajar
Sardiman A.M. (2003: 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu
proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin
berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori Aktivitas merupakan kegiatan
yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan,
kegiatan. Menuurut Kunandar, (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas
merupakan keterlibatan siswa dalam bersikap, pikiran, perbuatan dan
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses
pembelajaran dan memperoleh manfaat. Pendapat ini diperkuat oleh
Hamalik (2041: 28) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif
adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri.
Menurut Rosseau (dalam Sardiman 2011: 100) aktivitas adalah
sendiri, bekerja sendiri, dan fasilitas yang diciptakan sendiri yang
melibatkan kerja pikiran. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut yaitu pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila didukung
dengan aktivitas belajar yang aktif. Aktivitas belajar yang aktif dapat
terwujud dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
belajar mengajar. Meyer (2002: 90) menyatakan aktivitas belajar adalah
kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah prilakunya melalui
pengalaman yang diperoleh secara langsung dalam proses belajar dan
pembelajaran. Shalahuddin, dkk. (dalam http://id.shvoong.com) aktivitas
belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan
perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau
kecakapan.
Natawijaya (dalam http://id.shvoong.com/social-sciences diakses
tanggal 22 Januari 2013 pukul 19.00 WIB) aktivitas belajar merupakan
segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa)
dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini
penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam
Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab
dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi
belajar aktif. Sumber data aktivitas belajar siswa adalah untuk menilai
keaktipan siswa dalam proses belajar, yang meliputi: aktivitas siswa dalam
kelompok, partisipasi siswa, motivasi dan semangat, interaksi antar sesama
siswa, interaksi siswa dengan guru.
2.3 Hasil Belajar
Kegiatan belajar mengajar memiliki suatu tujuan yaitu keberhasilan
proses pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran salah satunya
dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Anitah (2009: 2.19) menyatakan hasil
belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam
belajar. Sedangkan Nasution (dalam Kunandar, 2010: 276) berpendapat
bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak
hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Menurut Arifin
(dalam http://id.shvoong.com) hasil belajar merupakan indikator dari
perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar
mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat
penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi.
Menurut Sudjana (dalam http://techonlyl3.wordpress.com)
1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat peneliti simpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan pada siswa setelah melakukan proses
pembelajaran yang tidak hanya pengetahuan melainkan kecakapan dalam
bekerja yang dapat diuji dengan alat evaluasi. Hasil belajar juga dipengaruhi
oleh faktor dari diri siswa sendiri dan dari lingkungan belajarnya
2.4 Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang disusun secara
sistematis dan terencana untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Penyusunan dan pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menunjung
proses pembelajaran. Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelasnya. Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam
rangka menyiasati perubahan prilaku peserta didik secara adaktif maupun
Menurut Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa
model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengacu pada
pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan
kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Untuk itu dalam
penerapan dan penyusunan model pembelajaran perlu diperhatikan agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana yang disusun guna
pelaksanaan proses pembelajaran yang secara menyeluruh memuat tujuan,
tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
2.5 Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
2.5.1 Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Model pembelajaran CTL merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang
proses pembelajaran. Penerapan model, CTL dapat membantu guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna dan membantu siswa
mengaitkan materi yang dipelajari dengan keadaan nyata siswa.
Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
Suprijono (2009: 79) menyatakan bahwa CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Suyanto (2009: 56) pendekatan pembelajaran kontekstual
adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negoisasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa untuk membantu memudahkan siswa memahami
materi pembelajaran.
Rusdarti (dalam http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com diakses tanggal 25 Januari 2013 pukul 21.30 WIB) menyatakan model CTL adalah sebuah model pembelajaran yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Komalasari (2010: 7) menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata
siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, maupun warga negara, dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa
model Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah
model pembelajaran yang membantu menciptakan pembelajaran
yang bermakna dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata siswa, sehingga dapat membantu siswa
2.5.2 Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran menggunakan model CTL memiliki beberapa
karakteristik yang harus diperhatikan. Karakteristik ini membantu
guru untuk mengarahkan pembelajaran agar dapat berjalan dengan
baik.
Menurut Muslich (2011: 42) karakteristik pembelajaran dengan model CTL sebagai berikut :
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask to inquri, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan karakteristik
pembelajaran (CTL) adalah pembelajaran dilaksanakan dalam
konteks autentik dengan menggali pengetahuan siswa, memberikan
tugas-tugas yang bermakna, membentuk kelompok untuk
yang menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang
bermakna.
2.5.3 Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Trianto (2009: 107) pembelajaran CTL melibatkan tujuh
komponen utama, yaitu 1) konstruksivisme (constructivism), 2)
bertanya (questioning), 3) inkuiri (inquiry), 4) masyarakat belajar
(learning community), 5) permodelan (modeling), 6) refleksi
(reflection), dan 7) penilaian autentik (authentic assessment).
Muslich (2011: 44) menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1) Konstruksivisme (constructivism)
Konstruksivisme merupakan landasan filosofis CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit melalui sebuah proses. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan suatu masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan menemukan ide-ide yang ada pada dirinya. Prinsip dasar konstruksivisme yang harus diterapkan guru sebagai berikut:
a) Menciptakan proses pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi siswa.
b) Membuat pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri.
c) Membimbing siswa menerapkan strategi sendiri dalam belajar.
2) Inkuiri (inquiry)
Komponen menemukan (inquiry) merupakan kegiatan inti pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Prinsip dasar guru ketika menerapkan komponen inkuiri dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: .
b) Membantu siswa menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan berdasarkan bukti-bukti atau data sehingga lebih bermakna.
3) Bertanya (questioning)
Pengetahuan bermula dari bertanya (questioning), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya penting untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Prinsip dasar bertanya yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran adalah membimbing dan mendorong siswa menggali informasi secara lebih efektif melalui kegiatan tanya jawab untuk menilai kemampuan berfikir siswa.
4) Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kejasama dengan orang lain. Pembelajaran CTL menekankan arti penting pembelajaran sebagai proses sosial. Dalam praktiknya "masyarakat belajar" terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja sama dengan masyarakat Prinsip dasar yang harus diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen
learning community adalah sebagai berikut :
a) Membimbing siswa untuk bekerjasama dengan orang lain untuk menerima dan memberi informasi (komunikasi dua arah).
b) Mengarahkan siswa untuk sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki bermanfaat bagi orang lain.
5) Permodelan (modeling)
Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Permodelan memusatkan pada arti penting pengetahuan prosedural. Melalui permodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan. Prinsip komponen permodelan yang harus diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah menciptakan pengetahuan dan keterampilan dengan memberikan model secara nyata.
6) Refleksi (reflection)
penerapan komponen refleksi adalah melakukan perenungan atas pembelajaran yang telah berlangsung.
7) Penilaian Autentik (authentic assessment)
Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran CTL yaitu
konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic
assessment).
2.5.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Penerapan Model Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model CTL
dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan
langkah-langkah yang tepat. Trianto (2009: 107) secara garis besar,
mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai
berikut :
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekeja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok).
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
Langkah-langkah pembelajaran CTL adalah dengan
menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
mengkonstruksi sendiri, menemukan sendiri, dengan tanya jawab
dan kerja kelompok serta didukung penggunaan model pembelajaran
untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Selanjutnya
dilaksanakan refleksi dan penilaian autentik dengan berbagai cara.
2.6 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaan dengan manusia
yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Baik kebutuhan
untuk memenuhi materi, budaya, memanfaatkan sumber daya alam di
permukaan bumi, dan mengatur kesejahteraan dalam rangka menjalankan
kehidupan bermasyarakat.
Menurut Fajrina (2011), mengemukakan hakikat Ilmu Pengetahuan
Sosial adalah tela'ah tentang manusia dan dunianya. Misalnya manusia
sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bersama orang lain dengan saling
berkomunikasi sebagai suatu interaksi sosial.
2.6.1 Pengertian IPS SD
Pendidikan IPS yang dikembangkan pada tingkat persekolahan
berbeda dengan pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat perguruan
tinggi. Pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat persekolahan
memiliki tujuan untuk membina peserta didik menjadi warga negara yang
Permendiknas No.22 tahun 2006 tantang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.
Sejalan dengan itu, hakekat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar merupakan suatu integrasi
utuh dari disiplin ilmu IPS dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan di tingkat persekolahan.
King (dalam http://techonlyl3's.wordpress.com, 2kl, diakses tanggal
26 Januari 2013 pukul 16.30 WIB) mengemukakan bahwa pengorganisasian
pengajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) sumbernya dari berbagai ilmu sosial
yang diitegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian
pengajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan bagian integrasi dari bidang
studi. Winataputra, dkk. (2008: 1.51) tentang kurikulum 1975 menampilkan
empat profil yang diantaranya adalah Pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah
Dasar (SD).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS SD adalah suatu
mata pelajaran yang diajarkan secara terintegrasi utuh dari disiplin
ilmu-ilmu IPS dan ilmu-ilmu-ilmu-ilmu lain yang bertujuan membentuk peserta didik
2.6.2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan atas
dasar pemikiran bahwa Ilmu Pendidikan Sosial merupakan suatu disiplin
ilmu. Oleh karena itu, pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial harus mengacu
pada tujuan pendidikan nasional.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis , rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal nasional dari global
Herms (dalam Winatraputra, dkk. 2008: 8.9) menyatakan bahwa
tujuan pengembangan IPS di persekolahan adalah sebagai berikut : 1) IPS
untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu, 2) IPS untuk memecahkan
berbagai persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini, 3) IPS
membantu dalam memilih karir, 4) IPS mempersiapkan studi lanjutan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguasai disiplin
ilmu-ilmu sosial yang nantinya akan bermanfaat bagi siswa dalam
2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bidang studi memiliki cakupan
materi yang dipelajari cukup luas. Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat.
Materi dipelajari Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaan dengan gejala dari
masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya,
melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan
Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) menyatakan Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan
sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya
kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dipraktik untuk
dijadikan program pembelajaran pada tingkat persekolahan.
Ischak SU, dkk. (1997: 1.30) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah bidang studi yang mempelajari masalah-masalah sosial masyarakat
dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau suatu perpaduan.
Sapriya, dkk. (2007: 5) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
bidang studi yang mempelajari, menelaah; dan menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara
terpadu. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial (Kurikulum 2006 dalam Supriatna, 2006: 22)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
ilmu-ilmu sosial yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan yang
bermanfaat bagi siswa kehidupan individu, bermasyarakat dan dunia kerja.
2.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas yaitu: "Apabila dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial menggunakan model Contextual Teaching and Learning
(CTL) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang
lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani dkk, 2007: 13).
Menurut Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan
kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas,
bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil
belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam
kelas..
Kunandar (2010: 46) menyatakan PTK dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelas sendiri dengan cara
merancang, melaksanakan, merefleksikan, tindakan melalui beberapa siklus
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.
Suhardjono (dalam Komalasari, 2010: 271), menyatakan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah yang dilakukan oleh guru, bekerjasama
sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik
pembelajaran. Jadi PTK adalah kegiatan penelitian yang dilaksanakan
dengan tujuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ada empat tahapan penting yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan
refleksi (reflecting). Adapun prosedur setiap siklusnya sebagai berikut :
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Wardhani, dkk.
(2007: 2.4).
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran
2012/2013 dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April
3.1.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Banjarrejo Kecamatan
Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
3.1.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
1 Banjarrejo Kecamatan Batanghari Lampung Timur yang berjumlah
29 siswa terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa
perempuan dengan latar belakang sosial – ekonomi yang bervariasi.
3.3 Prosedur Penelitian
Siklus I
1) Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan teman sejawat
mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam kelas, kemudian
menentukan langkah-langkah yang dilaksanakan pada siklus I.
Langkah-langkah ini antara lain :
a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and
Learning (CTL).
b. Membuat media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
c. Membuat bahan ajar siklus I.
d. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan
e. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
f. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal tes formatif
yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.
2) Tindakan (acting)
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan inti, proses
pembelajaran dengan menggunakan model CTL. Pelaksanaan tindakan
ini sesuai Permendiknas Nomor 41 (2007: 6) bahwa Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, penyajian inti dan kegiatan
penutup. Adapun langkah-langkah dalam kerja kelompok adalah sebagai
berikut :
Pertemuan I
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Pengkondisian kelas (menata tempat duduk untuk pembelajaran,
menertibkan siswa, berdo’a dan absensi siswa)
2. Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang
akan dipelajari dengan menggunakan model CTL. Untuk
memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran yang baru.
b. Kegiatan Inti
1. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan
oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan
siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan
2. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, sesuai
dengan langkah langkah model CTL..
3. Siswa melakukan observasi (Inquiry) mengenai materi pelajaran
IPS Siswa mencatat hasil temuan dalam pembelajaran yang
dilakukan. Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka.
4. Siswa melaporkan hasil diskusi. Siswa menjawab pertanyaan
seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain.
c. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas
kembali pembelajaran yang telah berlangsung.
2. Siswa diberikan tugas untuk mengidentifikasi contoh-contoh
teknologi produksi yang ada di lingkungan sekitar untuk
dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya
Pertemuan 2
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Pengondisian kelas
2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya
jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya.
3. Guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan
disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.
4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan
b. Kegiatan Inti
1. Siswa kembali ke kelompok yang telah ditentukan pada
pertemuan sebelumnya.
2. Bersama dengan kelompoknya siswa diminta untuk menemukan
hasil-hasil produksi dari bahan baku yang telah ditentukan dalam
lembar kerja siswa (LKS)
3. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa menyusun
alur suatu proses produksi.
4. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab membahas
hasil diskusi kelompok yang telah berlangsung.
5. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi
pembelajaran.
6. Siswa mengerjakan soal
7. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar
lembar jawaban antar siswa.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali
pembelajaran yang telah berlangsung.
2. Penutup
3) Observasi (observing)
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam
pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.
4) Tahap Refleksi (reflecting)
Hasil yang didapat pada tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah
dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah
dilakukan, digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil
analisis data yang dilakukan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan
untuk merancang siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan guru pamong
menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus II
yang merujuk pada hasil refleksi siklus I. Langkah-langkah ini antara
lain:
a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembela;?ran
(RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and
Learning (CTL).
b. Membuat bahan ajar dan media pembelajaran yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran.
c. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan
d. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
e. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal tes formatif
yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.
2. Tindakan (acting)
Pada tahap tindakan siklus II, materi pembelajarannya adalah
Perkembangan Teknologi Komunikasi. Pada tahap tindakan,
pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu
pertemuan 1 dan pertemuan 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci
antara lain:
Pertemuan 1
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengkondisikan kelas
2. Guru melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa
tentang komunikasi. Guru bertanya kepada siswa : Apa yang
anak-anak ketahui tentang teknologi komunikasi?
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang
perkembangan teknologi komunikasi dan memotivasi siswa
dengan memberikan permasalahan dan contoh-contoh yang
berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan
disampaikan.
b. Kegiatan Inti
1. Guru membangun pengetahuan awal siswa tentang pengertian
2. Guru membimbing siswa menemukan contoh-contoh teknologi
komunikasi melalui media gambar. Misalnya kentongan
termasuk dalam teknologi komunikasi masa lalu, sedangkan
telepon termasuk teknologi komunikasi masa kini.
3. Guru bersama siswa melalui kegiatan tanya jawab
mengkategorikan jenis-jenis teknologi komunikasi yang telah
disebutkan sesuai dengan penggolongannya. Misalnya HP alat
komunikasi lisan, koran alat komunikasi tertulis, dan beduk
sebagai alat komunikasi isyarat.
4. Guru menggunakan media nyata agar siswa lebih memahami
materi yang disampaikan.
5. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5
orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya
c. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas
kembali pembelajaran yang telah berlangsung.
2. Salam penutup.
Pertemuan 2
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Pengondisian kelas
2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya
3. Guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan
disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.
4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa
membedakan teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini.
2. Guru membimbing siswa melalui media gambar untuk
menemukan kegunaan alat komunikasi masa lalu dan masa kini.
3. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5
orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya
4. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab untuk
membahas hasil diskusi kelompok yang telah berlangsung.
5. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi
pembelajaran.
6. Siswa mengerjakan soal
7. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar
lembar jawaban antar siswa.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali
pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Observasi (observing)
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi
yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam
pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.
4. Refleksi (reflecting)
Hasil yang di dapat pada tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah
dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah
dilakukan, digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil
analisis data yang dilakukan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan
untuk merancang siklus berikutnya.
Siklus III
1. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan guru pamong
menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus III
yang merujuk pada hasil refleksi siklus II. Langkah-langkah ini antara
lain:
a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and
b. Membuat bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
c. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan
kelompok dan teks materi.
d. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
e. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal tes formatif
yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.
2. Tindakan (acting)
Pada tahap tindakan siklus III, materi pembelajarannya adalah
Perkembangan Teknologi Transportasi. Pada tahap tindakan,
pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu
pertemuan 1 dan pertemuan 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci
antara lain pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua
pertemuan, yaitu :
Pertemuan I
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengkondisikan kelas.
2. Guru melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa
tentang teknologi. Guru bertanya kepada siswa : Apa yang
anak-anak ketahui tentang transportasi??
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang
perkembangan teknologi Transportasi dan memotivasi siswa
berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan
disampaikan.
b. Kegiatan Inti
1. Guru membangun pengetahuan awal siswa dengan menjelaskan
pengertian transportasi.
2. Guru membimbing siswa menemukan contoh-contoh teknologi
transportasi masa lalu dan masa kini melalui media gambar.
Misalnya gerobak termasuk dalam teknologi transportasi masa
lalu, sedangkan mobil termasuk teknologi transportasi masa kini.
3. Guru melalui contoh-contoh teknologi transportasi melakukan
kegiatan tanya jawab untuk mengkategorikan sesuai dengan
pengelompokannya. Misalnya bus dan kereta api termasuk
transportasi darat, kapal ferry alat transportasi air, dan pesawat
alat transportasi udara.
4. Guru menggunakan model pembelajaran untuk membantu siswa
memantapkan pengetahuan siswa tentang teknologi transportasi
5. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5
orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya.
c. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas
kembali pembelajaran yang telah berlangsung.
Pertemuan 2
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Pengondisian kelas
2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya
jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya.
3. Guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan
disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.
4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1. Guru membangun pengetahuan siswa melalui media gambar
teknologi transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa
kini.
2. Guru membimbing siswa menemukan kelebihan dan kekurangan
teknologi transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa
kini
3. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa diminta
untuk menentukan kegunaan contoh-contoh teknologi
transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa kini.
4. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5
orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya
5. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab untuk
6. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi
pembelajaran.
7. Siswa mengerjakan soal
8. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar
lembar jawaban antar siswa
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali
pembelajaran yang telah berlangsung.
2. Guru memberikan motivasi agar siswa lebih semangat mengikuti
pembelajaran selanjutnya
3. Penutup
3. Observasi (observing)
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi
yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam
pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.
4. Refleksi (reflecting)
Hal-hal yang/dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah
membahas kegiatan di siklus III yang dilakukan oleh peneliti baik itu
kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika
yang dicapai telah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan (indikator keberhasilan), maka penelitian dianggap cukup.
Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada
siklus selanjutnya.
3.4 Alat Pengumpul Data
1. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat
kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas. Lembar ini digunakan
untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar
siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model Contextual Teaching
and Learning (CTL).
2. Tes, instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil
belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan,
menggunakan pendekatan model Contextual Teaching and Learning
(CTL).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang
menggunakan catatan atau pengamatan langsung terhadap objek dalam
penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai
kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas dan juga digunakan
mengamati aktivitas siswa didalam kelas pada saat mengikuti
pembelajaran.
Tabel 3.1. Format Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 3.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar
No Aktivitas Guru Nilai
1 2 3
1. Keterampilan membuka pelajaran 2. Kemampuan melakukan apersepsi
3. Kemampuan mengkondisikan
siswa untuk siap belajar
4. Kemampuan mengembangkan
pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara lebih bermakna atau mengelola kelas 5. Keterampilan menjelaskan materi 6. Kemampuan memberikan contoh
dan penguasaan bahan pelajaran
7. Kemampuan menggunakan
alat/media
8. Kemampuan memberikan
pertanyaan dan mengaktifkan siswa untuk belajar
9. Kemampuan memotivasi siswa untuk bertanya dan menjawab 10. Kemampuan mengembangkan
pemikiran siswa untuk
mengeluarkan pendapat
11. Kemampuan membagi kelompok diskusi
12. Kemampuan mengelola diskusi atau kelas
13. Kemampuan mengaktifkan siswa untuk belajar
14. Kemampuan mengevaluasi
15. Kemampuan membiasakan anak
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes yang digunakan
untuk memperoleh data mengenai hasil belajar IPS siswa yang
dilakukan setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode kerja pada akhir siklus. Sehingga akan didapat data mengenai
hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model CTL.
Tes hasil belajar adalah data yang digunakan untuk menilai asil
belajar siswa pada setiap siklus sesuai dengan materi yang dibahas.
Nilai hasil belajar siswa direkap dalam tabel sebagai berikut:
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap kegiatan observasi dari
pelaksanaan siklus dianalisis untuk melihat kecendrungan yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran:
1. Análisis kualitatif, digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas:
a. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap
aktivitas siswa selama proses pembelajaran, data tersebut dicatat
dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Data kualitatif
pada lembar observasi kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik
persentase:
NP = X 100 %
Keterangan :
NP = Nilai Persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap
(Sumber Purwanto, 2008: 102)
Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian
dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada