• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV

SD NEGERI 1 BANJARREJO

TP 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

WIWIK ARIYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV

SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013

Oleh:

WIWIK ARIYANI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya perolehan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Model CTL.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penilaian menunjukkan bahwa melalui model CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat pada siklus I diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa 74,57% (kategori aktif) pada siklus II menjadi 85,58% (kategori sangat aktif). Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 66% pada siklus II Ketuntasan hasil belajar telah memenuhi target, sebesar ≥ 75%. dengan ketuntasan sebesar 100%.

(3)

SD NEGERI 1 BANJARREJO TP 2012/2013

Oleh

WIWIK ARIYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan sujud syukur pada-Nya karya sederhana ini penulis persembahkan kepada

1. Kedua orang tuaku Bapak Pardi (Alm) dan Ibu Maryati terima kasih atas doa dan restumu,

2. Suamiku Wahid Kurniawan yang tercinta yang selalu memberi motivasi agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Kakak-kakakku yang tercinta dan tersayang yang selalu memberi motivasi agar dapat menyelesaikan skripsi ini,

4. Rekan-rekanku yang kusayangi yang selalu semangat agar dapat menyelesaikan skripsi ini

5. Kepala sekolah dan rekan-rekan guru yang selalu mendukung keberhasilanku, dan

(8)

MOTO

Belajar sepanjang hayat

.”

(9)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: "Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun Pelajaran 2012/2013". Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung, yang telah memberikan kemudahan sehingga penyusunan skripsi dapat selesai.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universilas Lampung, memberikan persetujuan dalam skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung, dan selaku dosen Pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro PGSD S-1, yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Supriyadi, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah bersedia

memberikan, saran, kritik dan arahan dalam seminar skripsi ini

7. Bapak Drs. Sungalim, selaku Kepala SD Negeri 1 Banjarrejo, serta dewan

(10)

kebersamaan dalam suka maupun duka selama ini. Semoga kebersamaan itu tidak akan terkalahkan oleh waktu.

9. Almamater tercinta dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut serta memberikan bantuan, motivasi, serta dukungan kepada peneliti.

Peneliti berharap semoga Allah memuliakan dan membalas semua kebaikan tersebut. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaan bagi semua pihak terutama bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Bandar Lampung, Juni 2015

(11)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN

2.4 Model pembelajaran. ... 13

2.5 Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 14

2.51. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 14

2.5.2Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 15

2.5.3 Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 17

2.5.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL). ... 19

2.6 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). ... 20

2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). ... 21

2.8 Pengertian IPS SD. ... 22

2.9 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). ... 23

2.10 Hipotesis Tindakan. ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian. ... 25

3.2 Setting Penelitian ... 26

3.3 Prosedur Penelitian. ... 27

3.4 Alat pengumpulan Data. ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data. ... 40

3.6 Teknik Analisa Data. ... 44

3.7 Indikator Keberhasilan Tindakan. ... 47

(12)

2. Pelaksananan Siklus II. ... 69 4.4 Pembahasan . ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan. ... 95 5.2 Saran ... 96

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo... 5

3.1. Format Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa. ... 41

3.2. Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar ... 42

3.3. Data Hasil Post Tes ... 43

3.4. Kualifikasi Hasil Observasi ... 45

3.5. Kualifikasi Hasil Observasi. ... 46

4.1. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1–2. 59

4.2. Rekapitulasi Kinerja guru Siklus I Pertemuan 1-2. ... 63

4.3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 68

4.4. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siklus II Pertemuan 1 – 2. ... 78

4.5. Rekapitulasi Kinerja guru Siklus II Pertemuan 1 – 2. ... 82

4.6. Hasil Belajar Siswa Siklus II. ... 87

4.7. Rata-rata Aktivitas Siswa dalam Model Pembelajaran CTL pada Siklus I dan II. ... 90

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Wardhani, dkk... 27

4.1 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I... 61

4.2 Rata-rata Kinerja guru……….. 67

4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I... 68

4.4 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siklus I... 69

4.5 Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II……….. 80

4.6 Grafik Kinerja guru pada Siklus II... 86

4.7 Grafik Hasil Belajar Siswa... 88

4.8 Rata-rata Aktivitas Siswa ... 95

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 98

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 112

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 127

4. Lembar Instrumen Observasi Aktivitas Siswa. ... 134

5. Lembar Instrumen Kinerja Guru………. 146

6. Surat Izin Penelitian. ... 152

7. Surat keterangan. ... 153

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya terbesar yang dapat dilakukan untuk

mencerdaskan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

(UU No. 20 Tahun 2003, Bab. I Pasal 1).

Penjelasan di atas tampak jelas bahwa pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik sehingga dapat

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, hal ini merupakan suatu

tantangan bagi pengelola pendidikan. Banyak faktor yang menyebabkan

peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya

secara optimal, salah satu faktornya adalah rencana dan pengaturan

mengenai tujuan isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan untuk mencapai

(17)

Upaya Pemerintah Republik Indonesia untuk meningkatkan

kualitas pendidikan seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, baik dari pemerintah, guru atau pendidik, lingkungan masyarakat, orang tua, dan faktor peserta didik itu sendiri.

Djamarah (2005: 22) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia, dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang

pertama yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia

6-12 tahun (Wardani, dkk. 2009: 2.27). Tujuan Pendidikan dasar adalah

memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan

kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan

anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti

pendidikan menengah (Mikarsa, dkk. 2009: 1.12). Oleh karena itu,

penanaman konsep harus tepat agar tujuan pendidikan tersebut dapat

tercapai.

Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan

pendidikan. Jhonson dan Smith (dalam Lie, 2010: 5) menyatakan bahwa

kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa

(18)

sebagai mata pelajaran ditingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan

integrasi utuh dari disiplin ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan

untuk tujuan pendidikan.

Pembelajaran IPS bertujuan membawa siswa mensosialisasikan diri

agar dapat hidup bermasyarakat (Sapriya, dkk. 2006: 26). Untuk menunjang

tercapainya tujuan pembelajaran IPS tersebut harus didukung oleh iklim

pembelajaran yang kondusif. Iklim yang dikembangkan guru mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam kegairahan belajar

siswa (Wahab dalam Darsono, 2007: 1). Keberhasilan siswa dalam

pembelajaran IPS juga harus didukung dengan penggunaan model

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu menemukan fakta,

konsep dan generalisasi yang lebih bermakna.

Pemilihan model pembelajaran IPS yang sesuai merupakan

keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat

memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara utuh,

penuh dan nyata. Hal ini sesuai dengan peran pembelajaran IPS yaitu

memfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat

teoritik ke dalam dunia nyata (Sapriya, dkk. 2006: 3). Sejalan dengan hal

tersebut pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten meteri

pembelajaran dengan situasi nyata dan memotivasi siswa membuat

hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Blanchard dalam

(19)

Learning (CTL) merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat

digunakan guru untuk membimbing siswa merealisasikan ilmu yang telah

dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Rusdarti (dalam

http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com, diakses tanggal 4 Januari 2013 pukul

14.00 WIB) menyatakan bahwa:

Pembelajaran model Contextual Teaching and Learning

(CTL) menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Dengan kata lain siswa diharapkan tidak hanya menerima pelajaran akan tetapi ada proses mencari dan menemukan sendiri materi tersebut. Hal ini dapat menjadikan proses belajar siswa lebih aktif, kreatif, efektif dan bermakna.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas IV

SD Negeri 1 Banjarrejo, guru belum menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial. Pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered),

sehingga siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain dan

mengobrol yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak kondusif. Siswa

juga kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, aktivitas siswa

dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat sangat rendah. Dalam proses

pembelajaran guru kurang mengaitkan materi dengan keadaan nyata peserta

didik sehingga membuat pemahaman siswa kurang bermakna. Dampaknya

terlihat dari nilai siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, 60%

siswa belum tuntas dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

(20)

Data hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV

SD Negeri 1 Banjarrejo berdasarkan penelusuran hasil belajar diketahui

sebagaimana tertera pada tabel berikut:

Tabel 1 : Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo.

No Nilai Frekuensi Persentase Kategori

1 95 1 95 5 Tuntas

Sumber : Data Leger Nilai SD Negeri 1 Banjarrejo

Berdasarkan data hasil belajar siswa di atas dapat diketahui bahwa

hasil belajar dari 20 orang siswa, 8 orang siswa (40%) tuntas atau

memperoleh nilai mencapai KKM, sedangkan 12 orang siswa (60%) belum

tuntas atau belum mencapai KKM.

Permasalahan tersebut perlu ditanggulangi dengan menerapkan model

pembelajaran yang cocok, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial. Selain itu juga dapat memberikan pemahaman yang

bermakna kepada siswa yang nanti akan bermanfaat dalam kehidupan

sehari-hari.

Berkenaan dengan berbagai masalah yang muncul di atas, maka

peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

(21)

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini akan

mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah serta mendorong siswa

untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih

mudah memahami materi pelajaran IPS. Siswa akan terlibat langsung dalam

proses pembelajaran, siswa lebih mampu memahami dan dapat saling

bekerjasama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak

dari hasil bertukar pikiran tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas, dalam Penelitian Tindakan Kelas

ini peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan judul:

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial Kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun pelajaran 2012/2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SD Negeri 1

Banjarrejo belum menggunakan model Contextual Teaching and

Learning (CTL).

2) Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga

siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain dan mengobrol

yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak kondusif.

(22)

4) Rendahnya aktivitas bertanya dan mengungkapkan pendapat siswa kelas

IV SD Negeri 1 Banjarrejo pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

5) Ketuntasan hasil belajar siswa rendah (40%).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah

penelitian yaitu:

1) Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas IV

SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun Pelajaran 2012/2013?.

2) Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas IV

SD Negeri 1 Banjarrejo Tahun Pelajaran 2012/2013?.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk :

1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model Contextual

Teaching and Learning (CTL).

2) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo

dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model Contextual

(23)

1.5 Manfaat Penelitian

a) Bagi Guru

Dapat menambah wawasan guru dalam penggunaan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial di SD Negeri 1 Banjarrejo. Serta dapat dijadikan alternatif

mengajar sehingga dapat meningkatkan keprofesionalan guru.

b) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau

sumbangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri 1

Banjarrejo.

c) Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Belajar merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, dengan

belajar manusia dapat memperoleh pengetahuan yang diinginkannya.

Belajar tidak hanya dilaksanakan di lingkungan persekolahan, namun belajar

juga dapat diperoleh melalui sumber belajar lain seperti pengalaman sendiri

dan pengamatan sendiri.

Syah (2006: 63) menyatakan belajar adalah kegiatan yang berproses

dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan

setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan prilaku

seperti pengetahuan, kebiasaan, keterampilan sikap, persepsi dan tingkah

laku efektif lainnya sebagai hasil dan pengalaman (Rakhmat, dkk. 2006: 50).

Selain itu menurut Gagne (dalam Komalasari 2010: 2) belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan

manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni

peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance

(kinerja).

Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha memperoleh dan

(25)

Hermawan, dkk. 2007: 2). Sedangkan menurut Bruner (dalam Supriatna

2006: 38) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang aktif

serta proses sosial dimana para siswa mengkonstruksi gagasan-gagasan atau

konsep baru yang didasarkan atas pengetahuan yang telah dipelajarinya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

sejumlah ilmu pengetahuan yang nantinya akan menghasilkan perubahan

perilaku meliputi perubahan sikap, minat dan kinerja.

2.2 Aktivitas Belajar

Sardiman A.M. (2003: 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu

proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin

berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori Aktivitas merupakan kegiatan

yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari”. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan,

kegiatan. Menuurut Kunandar, (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas

merupakan keterlibatan siswa dalam bersikap, pikiran, perbuatan dan

aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses

pembelajaran dan memperoleh manfaat. Pendapat ini diperkuat oleh

Hamalik (2041: 28) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif

adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas sendiri.

Menurut Rosseau (dalam Sardiman 2011: 100) aktivitas adalah

(26)

sendiri, bekerja sendiri, dan fasilitas yang diciptakan sendiri yang

melibatkan kerja pikiran. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas

adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut yaitu pengetahuan,

pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,

jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila didukung

dengan aktivitas belajar yang aktif. Aktivitas belajar yang aktif dapat

terwujud dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa dalam proses

belajar mengajar. Meyer (2002: 90) menyatakan aktivitas belajar adalah

kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah prilakunya melalui

pengalaman yang diperoleh secara langsung dalam proses belajar dan

pembelajaran. Shalahuddin, dkk. (dalam http://id.shvoong.com) aktivitas

belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan

perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau

kecakapan.

Natawijaya (dalam http://id.shvoong.com/social-sciences diakses

tanggal 22 Januari 2013 pukul 19.00 WIB) aktivitas belajar merupakan

segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa)

dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini

penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam

(27)

Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab

dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi

belajar aktif. Sumber data aktivitas belajar siswa adalah untuk menilai

keaktipan siswa dalam proses belajar, yang meliputi: aktivitas siswa dalam

kelompok, partisipasi siswa, motivasi dan semangat, interaksi antar sesama

siswa, interaksi siswa dengan guru.

2.3 Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar memiliki suatu tujuan yaitu keberhasilan

proses pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran salah satunya

dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Anitah (2009: 2.19) menyatakan hasil

belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam

belajar. Sedangkan Nasution (dalam Kunandar, 2010: 276) berpendapat

bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak

hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan

penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Menurut Arifin

(dalam http://id.shvoong.com) hasil belajar merupakan indikator dari

perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar

mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat

penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi.

Menurut Sudjana (dalam http://techonlyl3.wordpress.com)

(28)

1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat peneliti simpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan pada siswa setelah melakukan proses

pembelajaran yang tidak hanya pengetahuan melainkan kecakapan dalam

bekerja yang dapat diuji dengan alat evaluasi. Hasil belajar juga dipengaruhi

oleh faktor dari diri siswa sendiri dan dari lingkungan belajarnya

2.4 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan sebuah proses yang disusun secara

sistematis dan terencana untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Penyusunan dan pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menunjung

proses pembelajaran. Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2007: 50) menyatakan

bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah

direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,

mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di

kelasnya. Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam

rangka menyiasati perubahan prilaku peserta didik secara adaktif maupun

(29)

Menurut Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa

model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk

menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengacu pada

pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan

kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Untuk itu dalam

penerapan dan penyusunan model pembelajaran perlu diperhatikan agar

proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana yang disusun guna

pelaksanaan proses pembelajaran yang secara menyeluruh memuat tujuan,

tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

2.5 Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

2.5.1 Pengertian Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Model pembelajaran CTL merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang

proses pembelajaran. Penerapan model, CTL dapat membantu guru

menciptakan pembelajaran yang bermakna dan membantu siswa

mengaitkan materi yang dipelajari dengan keadaan nyata siswa.

Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan

situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam

(30)

Suprijono (2009: 79) menyatakan bahwa CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Suyanto (2009: 56) pendekatan pembelajaran kontekstual

adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab

lisan (ramah, terbuka, negoisasi) yang terkait dengan dunia nyata

kehidupan siswa untuk membantu memudahkan siswa memahami

materi pembelajaran.

Rusdarti (dalam http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com diakses tanggal 25 Januari 2013 pukul 21.30 WIB) menyatakan model CTL adalah sebuah model pembelajaran yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Komalasari (2010: 7) menyatakan bahwa pendekatan

pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang

mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata

siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat, maupun warga negara, dengan tujuan untuk

menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa

model Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah

model pembelajaran yang membantu menciptakan pembelajaran

yang bermakna dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan

situasi dunia nyata siswa, sehingga dapat membantu siswa

(31)

2.5.2 Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran menggunakan model CTL memiliki beberapa

karakteristik yang harus diperhatikan. Karakteristik ini membantu

guru untuk mengarahkan pembelajaran agar dapat berjalan dengan

baik.

Menurut Muslich (2011: 42) karakteristik pembelajaran dengan model CTL sebagai berikut :

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask to inquri, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan karakteristik

pembelajaran (CTL) adalah pembelajaran dilaksanakan dalam

konteks autentik dengan menggali pengetahuan siswa, memberikan

tugas-tugas yang bermakna, membentuk kelompok untuk

(32)

yang menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang

bermakna.

2.5.3 Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Trianto (2009: 107) pembelajaran CTL melibatkan tujuh

komponen utama, yaitu 1) konstruksivisme (constructivism), 2)

bertanya (questioning), 3) inkuiri (inquiry), 4) masyarakat belajar

(learning community), 5) permodelan (modeling), 6) refleksi

(reflection), dan 7) penilaian autentik (authentic assessment).

Muslich (2011: 44) menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1) Konstruksivisme (constructivism)

Konstruksivisme merupakan landasan filosofis CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit melalui sebuah proses. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan suatu masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan menemukan ide-ide yang ada pada dirinya. Prinsip dasar konstruksivisme yang harus diterapkan guru sebagai berikut:

a) Menciptakan proses pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi siswa.

b) Membuat pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri.

c) Membimbing siswa menerapkan strategi sendiri dalam belajar.

2) Inkuiri (inquiry)

Komponen menemukan (inquiry) merupakan kegiatan inti pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Prinsip dasar guru ketika menerapkan komponen inkuiri dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: .

(33)

b) Membantu siswa menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan berdasarkan bukti-bukti atau data sehingga lebih bermakna.

3) Bertanya (questioning)

Pengetahuan bermula dari bertanya (questioning), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya penting untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Prinsip dasar bertanya yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran adalah membimbing dan mendorong siswa menggali informasi secara lebih efektif melalui kegiatan tanya jawab untuk menilai kemampuan berfikir siswa.

4) Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kejasama dengan orang lain. Pembelajaran CTL menekankan arti penting pembelajaran sebagai proses sosial. Dalam praktiknya "masyarakat belajar" terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja sama dengan masyarakat Prinsip dasar yang harus diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen

learning community adalah sebagai berikut :

a) Membimbing siswa untuk bekerjasama dengan orang lain untuk menerima dan memberi informasi (komunikasi dua arah).

b) Mengarahkan siswa untuk sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki bermanfaat bagi orang lain.

5) Permodelan (modeling)

Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Permodelan memusatkan pada arti penting pengetahuan prosedural. Melalui permodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan. Prinsip komponen permodelan yang harus diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah menciptakan pengetahuan dan keterampilan dengan memberikan model secara nyata.

6) Refleksi (reflection)

(34)

penerapan komponen refleksi adalah melakukan perenungan atas pembelajaran yang telah berlangsung.

7) Penilaian Autentik (authentic assessment)

Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran CTL yaitu

konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri

(inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan

(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic

assessment).

2.5.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Penerapan Model Contextual

Teaching and Learning (CTL)

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model CTL

dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan

langkah-langkah yang tepat. Trianto (2009: 107) secara garis besar,

mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai

berikut :

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekeja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam

kelompok-kelompok).

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

(35)

Langkah-langkah pembelajaran CTL adalah dengan

menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

mengkonstruksi sendiri, menemukan sendiri, dengan tanya jawab

dan kerja kelompok serta didukung penggunaan model pembelajaran

untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Selanjutnya

dilaksanakan refleksi dan penilaian autentik dengan berbagai cara.

2.6 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaan dengan manusia

yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Baik kebutuhan

untuk memenuhi materi, budaya, memanfaatkan sumber daya alam di

permukaan bumi, dan mengatur kesejahteraan dalam rangka menjalankan

kehidupan bermasyarakat.

Menurut Fajrina (2011), mengemukakan hakikat Ilmu Pengetahuan

Sosial adalah tela'ah tentang manusia dan dunianya. Misalnya manusia

sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bersama orang lain dengan saling

berkomunikasi sebagai suatu interaksi sosial.

2.6.1 Pengertian IPS SD

Pendidikan IPS yang dikembangkan pada tingkat persekolahan

berbeda dengan pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat perguruan

tinggi. Pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat persekolahan

memiliki tujuan untuk membina peserta didik menjadi warga negara yang

(36)

Permendiknas No.22 tahun 2006 tantang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.

Sejalan dengan itu, hakekat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar merupakan suatu integrasi

utuh dari disiplin ilmu IPS dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk

merealisasikan tujuan pendidikan di tingkat persekolahan.

King (dalam http://techonlyl3's.wordpress.com, 2kl, diakses tanggal

26 Januari 2013 pukul 16.30 WIB) mengemukakan bahwa pengorganisasian

pengajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) sumbernya dari berbagai ilmu sosial

yang diitegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian

pengajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan bagian integrasi dari bidang

studi. Winataputra, dkk. (2008: 1.51) tentang kurikulum 1975 menampilkan

empat profil yang diantaranya adalah Pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah

Dasar (SD).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS SD adalah suatu

mata pelajaran yang diajarkan secara terintegrasi utuh dari disiplin

ilmu-ilmu IPS dan ilmu-ilmu-ilmu-ilmu lain yang bertujuan membentuk peserta didik

(37)

2.6.2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan atas

dasar pemikiran bahwa Ilmu Pendidikan Sosial merupakan suatu disiplin

ilmu. Oleh karena itu, pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial harus mengacu

pada tujuan pendidikan nasional.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis , rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal nasional dari global

Herms (dalam Winatraputra, dkk. 2008: 8.9) menyatakan bahwa

tujuan pengembangan IPS di persekolahan adalah sebagai berikut : 1) IPS

untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu, 2) IPS untuk memecahkan

berbagai persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini, 3) IPS

membantu dalam memilih karir, 4) IPS mempersiapkan studi lanjutan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguasai disiplin

ilmu-ilmu sosial yang nantinya akan bermanfaat bagi siswa dalam

(38)

2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bidang studi memiliki cakupan

materi yang dipelajari cukup luas. Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial

meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat.

Materi dipelajari Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaan dengan gejala dari

masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya,

melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan

Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) menyatakan Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan

sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya

kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dipraktik untuk

dijadikan program pembelajaran pada tingkat persekolahan.

Ischak SU, dkk. (1997: 1.30) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial

adalah bidang studi yang mempelajari masalah-masalah sosial masyarakat

dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau suatu perpaduan.

Sapriya, dkk. (2007: 5) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah

bidang studi yang mempelajari, menelaah; dan menganalisis gejala dan

masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara

terpadu. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial (Kurikulum 2006 dalam Supriatna, 2006: 22)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu

(39)

ilmu-ilmu sosial yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan yang

bermanfaat bagi siswa kehidupan individu, bermasyarakat dan dunia kerja.

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas yaitu: "Apabila dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang

lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani dkk, 2007: 13).

Menurut Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan

kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK

berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas,

bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil

belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam

kelas..

Kunandar (2010: 46) menyatakan PTK dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelas sendiri dengan cara

merancang, melaksanakan, merefleksikan, tindakan melalui beberapa siklus

secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

Suhardjono (dalam Komalasari, 2010: 271), menyatakan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah yang dilakukan oleh guru, bekerjasama

(41)

sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan

penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik

pembelajaran. Jadi PTK adalah kegiatan penelitian yang dilaksanakan

dengan tujuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas ada empat tahapan penting yaitu

perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan

refleksi (reflecting). Adapun prosedur setiap siklusnya sebagai berikut :

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Wardhani, dkk.

(2007: 2.4).

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran

2012/2013 dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April

(42)

3.1.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Banjarrejo Kecamatan

Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

3.1.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri

1 Banjarrejo Kecamatan Batanghari Lampung Timur yang berjumlah

29 siswa terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa

perempuan dengan latar belakang sosial – ekonomi yang bervariasi.

3.3 Prosedur Penelitian

Siklus I

1) Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan teman sejawat

mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam kelas, kemudian

menentukan langkah-langkah yang dilaksanakan pada siklus I.

Langkah-langkah ini antara lain :

a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and

Learning (CTL).

b. Membuat media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran.

c. Membuat bahan ajar siklus I.

d. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan

(43)

e. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses

pembelajaran.

f. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal tes formatif

yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.

2) Tindakan (acting)

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan inti, proses

pembelajaran dengan menggunakan model CTL. Pelaksanaan tindakan

ini sesuai Permendiknas Nomor 41 (2007: 6) bahwa Pelaksanaan

pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan

pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, penyajian inti dan kegiatan

penutup. Adapun langkah-langkah dalam kerja kelompok adalah sebagai

berikut :

Pertemuan I

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Pengkondisian kelas (menata tempat duduk untuk pembelajaran,

menertibkan siswa, berdo’a dan absensi siswa)

2. Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang

akan dipelajari dengan menggunakan model CTL. Untuk

memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran yang baru.

b. Kegiatan Inti

1. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan

oleh setiap siswa. Di sini guru mendorong sikap keingintahuan

siswa melalui kegiatan bertanya tentang topic atau permasalahan

(44)

2. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, sesuai

dengan langkah langkah model CTL..

3. Siswa melakukan observasi (Inquiry) mengenai materi pelajaran

IPS Siswa mencatat hasil temuan dalam pembelajaran yang

dilakukan. Siswa mendiskusikan hasil dari jawaban mereka.

4. Siswa melaporkan hasil diskusi. Siswa menjawab pertanyaan

seputar jawabannya tersebut yang diajukan oleh kelompok lain.

c. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas

kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Siswa diberikan tugas untuk mengidentifikasi contoh-contoh

teknologi produksi yang ada di lingkungan sekitar untuk

dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya

Pertemuan 2

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Pengondisian kelas

2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya

jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya.

3. Guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan

disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.

4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan

(45)

b. Kegiatan Inti

1. Siswa kembali ke kelompok yang telah ditentukan pada

pertemuan sebelumnya.

2. Bersama dengan kelompoknya siswa diminta untuk menemukan

hasil-hasil produksi dari bahan baku yang telah ditentukan dalam

lembar kerja siswa (LKS)

3. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa menyusun

alur suatu proses produksi.

4. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab membahas

hasil diskusi kelompok yang telah berlangsung.

5. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi

pembelajaran.

6. Siswa mengerjakan soal

7. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar

lembar jawaban antar siswa.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali

pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Penutup

3) Observasi (observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan

(46)

yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam

pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

4) Tahap Refleksi (reflecting)

Hasil yang didapat pada tahap observasi dikumpulkan serta

dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah

dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah

dilakukan, digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil

analisis data yang dilakukan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan

untuk merancang siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan guru pamong

menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus II

yang merujuk pada hasil refleksi siklus I. Langkah-langkah ini antara

lain:

a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembela;?ran

(RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and

Learning (CTL).

b. Membuat bahan ajar dan media pembelajaran yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran.

c. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan

(47)

d. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses

pembelajaran.

e. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal tes formatif

yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.

2. Tindakan (acting)

Pada tahap tindakan siklus II, materi pembelajarannya adalah

Perkembangan Teknologi Komunikasi. Pada tahap tindakan,

pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu

pertemuan 1 dan pertemuan 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci

antara lain:

Pertemuan 1

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengkondisikan kelas

2. Guru melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa

tentang komunikasi. Guru bertanya kepada siswa : Apa yang

anak-anak ketahui tentang teknologi komunikasi?

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang

perkembangan teknologi komunikasi dan memotivasi siswa

dengan memberikan permasalahan dan contoh-contoh yang

berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan

disampaikan.

b. Kegiatan Inti

1. Guru membangun pengetahuan awal siswa tentang pengertian

(48)

2. Guru membimbing siswa menemukan contoh-contoh teknologi

komunikasi melalui media gambar. Misalnya kentongan

termasuk dalam teknologi komunikasi masa lalu, sedangkan

telepon termasuk teknologi komunikasi masa kini.

3. Guru bersama siswa melalui kegiatan tanya jawab

mengkategorikan jenis-jenis teknologi komunikasi yang telah

disebutkan sesuai dengan penggolongannya. Misalnya HP alat

komunikasi lisan, koran alat komunikasi tertulis, dan beduk

sebagai alat komunikasi isyarat.

4. Guru menggunakan media nyata agar siswa lebih memahami

materi yang disampaikan.

5. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5

orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya

c. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas

kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Salam penutup.

Pertemuan 2

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Pengondisian kelas

2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya

(49)

3. Guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan

disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.

4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa

membedakan teknologi komunikasi masa lalu dan masa kini.

2. Guru membimbing siswa melalui media gambar untuk

menemukan kegunaan alat komunikasi masa lalu dan masa kini.

3. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5

orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya

4. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab untuk

membahas hasil diskusi kelompok yang telah berlangsung.

5. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi

pembelajaran.

6. Siswa mengerjakan soal

7. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar

lembar jawaban antar siswa.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali

pembelajaran yang telah berlangsung.

(50)

3. Observasi (observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi

yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam

pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

4. Refleksi (reflecting)

Hasil yang di dapat pada tahap observasi dikumpulkan serta

dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah

dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah

dilakukan, digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil

analisis data yang dilakukan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan

untuk merancang siklus berikutnya.

Siklus III

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan guru pamong

menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus III

yang merujuk pada hasil refleksi siklus II. Langkah-langkah ini antara

lain:

a. Menyusun pemetaan, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dengan menggunakan model Contextual Teaching and

(51)

b. Membuat bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan dalam

proses pembelajaran.

c. Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa lembar kegiatan

kelompok dan teks materi.

d. Membuat lembar observasi guru dan siswa selama proses

pembelajaran.

e. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal tes formatif

yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.

2. Tindakan (acting)

Pada tahap tindakan siklus III, materi pembelajarannya adalah

Perkembangan Teknologi Transportasi. Pada tahap tindakan,

pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu

pertemuan 1 dan pertemuan 2. Kegiatan pembelajaran secara lebih rinci

antara lain pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam dua

pertemuan, yaitu :

Pertemuan I

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru mengkondisikan kelas.

2. Guru melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa

tentang teknologi. Guru bertanya kepada siswa : Apa yang

anak-anak ketahui tentang transportasi??

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang

perkembangan teknologi Transportasi dan memotivasi siswa

(52)

berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan

disampaikan.

b. Kegiatan Inti

1. Guru membangun pengetahuan awal siswa dengan menjelaskan

pengertian transportasi.

2. Guru membimbing siswa menemukan contoh-contoh teknologi

transportasi masa lalu dan masa kini melalui media gambar.

Misalnya gerobak termasuk dalam teknologi transportasi masa

lalu, sedangkan mobil termasuk teknologi transportasi masa kini.

3. Guru melalui contoh-contoh teknologi transportasi melakukan

kegiatan tanya jawab untuk mengkategorikan sesuai dengan

pengelompokannya. Misalnya bus dan kereta api termasuk

transportasi darat, kapal ferry alat transportasi air, dan pesawat

alat transportasi udara.

4. Guru menggunakan model pembelajaran untuk membantu siswa

memantapkan pengetahuan siswa tentang teknologi transportasi

5. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5

orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya.

c. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dan mengulas

kembali pembelajaran yang telah berlangsung.

(53)

Pertemuan 2

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Pengondisian kelas

2. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan kegiatan tanya

jawab tentang materi pada pertemuan sebelumnya.

3. Guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan

disampaikan dengan mengaitkan materi sebelumnya.

4. Siswa dimotivasi untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti

1. Guru membangun pengetahuan siswa melalui media gambar

teknologi transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa

kini.

2. Guru membimbing siswa menemukan kelebihan dan kekurangan

teknologi transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa

kini

3. Menggunakan media dan model pembelajaran siswa diminta

untuk menentukan kegunaan contoh-contoh teknologi

transportasi masa lalu dan teknologi transportasi masa kini.

4. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4-5

orang. Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan teks materi untuk didiskusikan dengan kelompoknya

5. Guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab untuk

(54)

6. Guru membagikan soal untuk dikerjakan sebagai alat evaluasi

pembelajaran.

7. Siswa mengerjakan soal

8. Lembar jawaban diperiksa oleh siswa dengan cara bertukar

lembar jawaban antar siswa

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengulas kembali

pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Guru memberikan motivasi agar siswa lebih semangat mengikuti

pembelajaran selanjutnya

3. Penutup

3. Observasi (observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati adalah kinerja guru dan

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi

yang disiapkan meliputi lembar observasi aktivitas guru dalam

pelaksanaan tindakan dan aktivitas siswa untuk melihat peningkatan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

4. Refleksi (reflecting)

Hal-hal yang/dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah

membahas kegiatan di siklus III yang dilakukan oleh peneliti baik itu

kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika

(55)

yang dicapai telah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah

ditetapkan (indikator keberhasilan), maka penelitian dianggap cukup.

Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada

siklus selanjutnya.

3.4 Alat Pengumpul Data

1. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat

kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas. Lembar ini digunakan

untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar

siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model Contextual Teaching

and Learning (CTL).

2. Tes, instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil

belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan,

menggunakan pendekatan model Contextual Teaching and Learning

(CTL).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang

menggunakan catatan atau pengamatan langsung terhadap objek dalam

penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai

kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas dan juga digunakan

(56)

mengamati aktivitas siswa didalam kelas pada saat mengikuti

pembelajaran.

Tabel 3.1. Format Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa

(57)

Tabel 3.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar

No Aktivitas Guru Nilai

1 2 3

1. Keterampilan membuka pelajaran 2. Kemampuan melakukan apersepsi

3. Kemampuan mengkondisikan

siswa untuk siap belajar

4. Kemampuan mengembangkan

pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara lebih bermakna atau mengelola kelas 5. Keterampilan menjelaskan materi 6. Kemampuan memberikan contoh

dan penguasaan bahan pelajaran

7. Kemampuan menggunakan

alat/media

8. Kemampuan memberikan

pertanyaan dan mengaktifkan siswa untuk belajar

9. Kemampuan memotivasi siswa untuk bertanya dan menjawab 10. Kemampuan mengembangkan

pemikiran siswa untuk

mengeluarkan pendapat

11. Kemampuan membagi kelompok diskusi

12. Kemampuan mengelola diskusi atau kelas

13. Kemampuan mengaktifkan siswa untuk belajar

14. Kemampuan mengevaluasi

15. Kemampuan membiasakan anak

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes yang digunakan

untuk memperoleh data mengenai hasil belajar IPS siswa yang

(58)

dilakukan setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan

metode kerja pada akhir siklus. Sehingga akan didapat data mengenai

hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model CTL.

Tes hasil belajar adalah data yang digunakan untuk menilai asil

belajar siswa pada setiap siklus sesuai dengan materi yang dibahas.

Nilai hasil belajar siswa direkap dalam tabel sebagai berikut:

(59)

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap kegiatan observasi dari

pelaksanaan siklus dianalisis untuk melihat kecendrungan yang terjadi

dalam kegiatan pembelajaran:

1. Análisis kualitatif, digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas:

a. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap

aktivitas siswa selama proses pembelajaran, data tersebut dicatat

dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Data kualitatif

pada lembar observasi kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik

persentase:

NP = X 100 %

Keterangan :

NP = Nilai Persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati

100 = Bilangan tetap

(Sumber Purwanto, 2008: 102)

Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian

dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada

Gambar

Tabel 1 : Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD Negeri 1 Banjarrejo
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Wardhani, dkk.
Tabel 3.1. Format Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 3.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Mengajar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memastikan PPI ini berjaya dilaksanakan di setiap sekolah, semua pihak di sekolah tidak kira pihak pentadbir, guru dan sebagainya perlu memberi kerjasama yang baik dan

Aluminium foil merupakan Aluminium foil merupakan kemasan simpan kedap uap air dan gas yang tahan terhadap pengaruh kemasan simpan kedap uap air dan gas yang

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, semakin besar daya yang dibangkitkan maka semakin besar pula laju aliran massa bahan bakar. Konsumsi spesifik bahan bakar

Ide solusi untuk tindak lanjut: franchisee diminta untuk memesan bahan – bahan jauh hari, jadi ada jeda atau sela waktu yang longgar untuk pengiriman bahan .baku,

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan suatu informasi dan pengetahuan kepada para masyarakat, terlebih yang berprofesi sebagai Guru Sekolah Menengah

Karena togel merupakan penyakit masyarakat dalam penegakan hukum, maka menjadi atensi Polri, sehingga setiap Polres dan Polsek diperintahkan melakukan penanggulangan

Simpulan yang didapat setelah dilakukan evaluasi sistem adalah: (1) EMC merupakan sebuah sistem software yang dapat mengontrol aktuator untuk mengatur pergerakan posisi, kecepatan

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci