• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN MEDIA TIK SIMULASI UNTUK REMEDIAL PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN MEDIA TIK SIMULASI UNTUK REMEDIAL PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MEDIA TIK SIMULASI UNTUK REMEDIAL PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP

Oleh Yunita Prastiwi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PEMANFAATAAN MEDIA TIK SIMULASI UNTUK REMEDIAL PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP

(Skripsi)

Oleh

YUNITA PRASTIWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Media Pembelajaran TIK Simulasi ... 7

2. Pembelajaran Remedial ... 13

3. Hasil Belajar... 17

4. Keterampilan Proses Sains ... 19

5. Karakter Siswa ... 21

6. Aktivitas Siswa ... 22

7. Sikap Siswa ... 24

B. Kerangka Pemikiran ... 27

C. Hipotesis ... 31

III.METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 32

(7)

xi

C. Variabel Penelitian ... 32

D. Desain Penelitian ... 32

E. Prosedur Penelitian ... 33

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Analisis Instrumen ... 35

1. Uji Validitas ... 35

2. Uji Reliabilitas ... 35

H. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 39

1. Analisis Data ... 39

2. Uji Normalitas data ... 43

3. Pengujian Hipotesis ... 43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Pemanfaatan Media TIK Simulasi untuk Remedial ... 45

2. Tahap Pelaksanaan... 49

3. Uji Instrumen Penelitian ... 51

a. Uji Validitas Soal ... 51

b. Uji Reliabilitas Soal ... 52

4. Data Hasil Penelitian ... 53

5. Pengujian Hipotesis ... 56

B. Pembahasan ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 81

(8)

xii

3. RPP ... 88

4. Soal Pretest dan kunci ... 97

5. Soal Posttest dan kunci ... 107

6. Rubrik penilaian Keterampilan Proses Sains ... 117

7. Lembar observasi KPS ... 118

8. Rubrik Penilaian Karakter ... 119

9. Lembar Observasi Karakter... 120

10. Rubrik Penilaian Aktivitas ... 121

11. Lembar Observasi Aktivitas ... 122

12. Angket Sikap ... 123

13. Data Nilai Pretest dan Posttest ... 126

14. Perolehan Skor Gain ... 127

15. Data Nilai LKS ... 128

16. Data KPS Siswa ... 129

17. Data Karakter Siswa ... 130

18. Data Aktivitas Siswa ... 131

19. Data Sikap Siswa ... 142

20. Uji Normalitas ... 143

21. Uji Paired Sampel T-Test ... 144

22. Uji Validitas Konstruk Soal Pretest ... 145

23. Uji Validitas Konstruk Soal Posttest ... 162

24. Uji Reliabelitas Soal Pretest dan Posttest ... 179

25. Rubrik Penilaian LKS ... 181

(9)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyampaian materi fisika dengan metode yang kurang tepat, akan menciptakan suasana pembelajaran yang kurang menarik dan tidak kondusif. Hal tersebut menyebabkan kurangnya motivasi dan perhatian pada diri siswa untuk menerima transfer ilmu dari guru. Sikap siswa tersebut akan berdampak pada kurangnya pemahaman konsep fisika sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal pada ulangan harian, UTS maupun UAS sehingga hasil belajar yang diperoleh cenderung rendah dan tidak tercapainya nilai KKM yang telah ditetapkan.

Bagi siswa yang tidak mencapai nilai KKM, maka guru harus memberikan pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial merupakan suatu program yang didasarkan pada latar belakang perbedaan setiap peserta didik yaitu terdapat beberapa peserta didik yang memerlukan waktu lebih dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan Permendikbud No.65 tentang Standar Proses, No.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, setiap pendidik hendaknya memperhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal, kecerdasan,

(10)

2 Bertitik tolak dari Permendikbud tersebut, maka pembelajaran remedial menjadi sangat penting peranannya dalam pendidikan untuk membantu siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar.

Pembelajaran remedial atau sering disebut dengan perbaikan bertujuan untuk membantu siswa yang memiliki hambatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Prosedur pembelajaran remedial sendiri seharusnya dapat

dikembangkan oleh masing-masing guru fisika disetiap sekolah karena para guru lebih mengetahui kondisi siswanya. Tidak semua guru di sekolah mengadakan program remedial. Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru enggan

melaksanakan program remedial, misalnya keterbatasan waktu, kesibukan guru, terbatasnya ruangan dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat

memunculkan masalah baru dikemudian hari yaitu siswa yang memiliki hambatan belajar akan lebih sulit menerima materi dengan tingkatan yang lebih tinggi.

Salah satu contoh kegiatan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru adalah pemberian tugas rumah seperti merangkum dan mengerjakan ulang soal ujian. Pelaksanaan pembelajaran remedial seperti itu tidak dapat membentuk

keterampilan proses sains, aktivitas, karakter dan sikap positif siswa.

Keterampilan proses sangat penting dimiliki oleh siswa saat mempelajari sains karena sains atau IPA khususnya fisika merupakan suatu ilmu yang berisi konsep-konsep yang bersifat empirik atau harus dibuktikan secara nyata. Contoh

(11)

3 sebaiknya diiringi dengan pembentukan karakter pada diri siswa seperti jujur, logis, mandiri, kreatif dan lain-lain sehingga aktivitas siswa pun meningkat.

Terdapat satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran remedial yaitu dengan memanfaatkan media TIK. Media TIK adalah alat bantu atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada audience atau peserta didik dengan berbasiskan komputer. Salah satu media TIK yang dapat digunakan seperti media TIK simulasi. Media TIK simulasi berisi tiruan dari benda-benda atau fenomena yang didesain sedemikian rupa hingga menyerupai aslinya. Media TIK ini dapat mempermudah guru dalam melakukan pembelajaran remedial karena guru hanya mengoperasikan media TIK tersebut. Penggunaan media TIK simulasi ini diharapkan dapat memunculkan sikap positif siswa di akhir pembelajaran. Output berupa sikap positif

mencerminkan ketertarikan siswa pada kegiatan pembelajaran, dan jika siswa memiliki ketertarikan, maka guru akan lebih mudah dalam menyampaikan suatu materi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di SMP Miftahul Ulum Sekincau, diketahui bahwa sistem pembelajaran remedial yang sering diterapkan adalah dengan pemberian tugas rumah. Tugas yang diberikan seperti merangkum dan mengerjakan soal-soal terkait dengan materi yang belum tuntas.

(12)

4

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar remedial siswa pada pembelajaran alat ukur menggunakan media TIK simulasi?

2. Bagaimanakah Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada pembelajaran remedial alat ukur menggunakan media TIK simulasi?

3. Bagaimanakah karakter siswa yang terbentuk dalam pembelajaran remedial alat ukur menggunakan media TIK simulasi?

4. Bagaimanakah aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran remedial alat-alat ukur menggunakan media TIK simulasi?

5. Bagaimanakah sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran remedial alat ukur menggunakan media TIK simulasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar remedial siswa pada pembelajaran alat ukur menggunakan media TIK simulasi.

2. Mendeskripsikan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada pembelajaran remedial alat ukur menggunakan media TIK simulasi.

3. Mendeskripsikan karakter siswa yang terbentuk pada pembelajaran remedial alat ukur menggunakan media TIK simulasi.

4. Mendeskripsikan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran remedial alat ukur menggunakan media TIK simulasi.

(13)

5

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat praktis

a) Media TIK simulasi mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran khususnya pada pembelajaran remedial.

b) Penggunaan media TIK simulasi dapat memperkecil kesalahan-kesalahan ataupun kerugian saat melakukan suatu percobaan atau eksperimen pada pembelajaran remedial.

c) Pengulangan materi pembelajaran akan lebih mudah dilakukan.

2. Manfaat teoritis

Sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan bahwa terdapat suatu alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran remedial yaitu dengan memanfaatkan media TIK khususnya simulasi. Selain itu, memberikan informasi bagi guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Media TIK simulasi yang digunakan berupa media berbasis visual yang berisi tiruan dari alat-alat ukur fisika seperti meteran jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca ohaus, timbangan kue, timbangan berat badan, neraca pegas, stopwatch, termometer, gelas ukur, voltmeter, amperemeter. Media ini hanya bisa dilihat atau diamati sehingga masih diperlukan peran guru untuk

(14)

6 2. Pembelajaran remedial yang dilakukan berupa pembelajaran ulang untuk

memperbaiki hasil belajar siswa dan membantu siswa yang memiliki hambatan dalam belajar hingga mencapai tujuan pembelajaran dan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan.

3. Hasil belajar ranah kognitif merupakan pengetahuan siswa yang dinilai melalui pretest pada pembelajaran biasa dan posttest setelah pembelajaran remedial dilaksanakan.

4. Keterampilan proses sains (KPS) yang dimaksud adalah keterampilan siswa yaitu melakukan pengukuran, membandingkan, membuat data, infering data, dan mengkomunikasikan data hasil pengukuran.

5. Karakter siswa yang diamati adalah tekun dalam bekerja, teliti dalam membaca hasil ukur, tanggung jawab dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data, percaya diri ketika menyajikan/melaporkan hasil pengukuran, menghargai pendapat ketika berdiskusi, dan kerjasama dalam melaksanakan tugas.

6. Aktivitas siswa yang diamati adalah bertanya, menjawab dan menanggapi pertanyaan, memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS, membuat catatan, berdiskusi dan presentasi.

7. Sikap siswa yang diharapkan setelah pembelajaran remedial alat-alat ukur menggunakan media TIK simulasi adalah sikap atau tanggapan positif siswa. 8. Materi pokok fisika pada penelitian ini adalah materi pengukuran dan alat-alat

(15)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Media Pembelajaran TIK Simulasi

Pembelajaran dalam dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan istilah media. Media merupakan sarana pendukung akan terciptanya pembelajaran yang

kondusif dan suksesnya transfer informasi dari guru kepada siswa. Arsyad (2011:3) mengatakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab,

media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Sedangkan menurut Sadiman, dkk (2006: 6) menjelaskan bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar.

(16)

8 Trianto (2010:113) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah sebagai

penyampai pesan (the carriers of massage) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver o the massage). Menurut Susilana dan Riyana (2007: 6) mengemukakan bahwa media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur

penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software). Dengan begitu, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.

Memahami pendapat tokoh di atas tentang media pembelajaran, dapat dipahami bahwa media pembelajaran selalu terdiri dari dua unsur penting yaitu perangkat keras dan isi pesan yang akan disampaikan. Materi alat ukur sebagai isi pesan yang akan disampaikan dalam penelitian ini memerlukan perangkat keras seperti laptop dan LCD sebagai pendukung terlaksananya transfer informasi dari guru kepada siswa. Materi alat ukur seperti prinsip kerja alat ukur, cara membaca alat ukur dan cara penulisan hasil pengukuran yang akan disampaikan oleh guru menjadi sesuatu yang penting dan harus diperhatikan kesesuaian isinya dengan konsep yang sebenarnya.

Miarso (2004:458) menyatakan bahwa:

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyebarkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali .

(17)

9 menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; 3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; 4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,

mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Mencermati pendapat di atas dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa akan lebih meningkat saat guru menggunakan media pembelajaran. Penyajian materi alat ukur menggunakan media dalam penelitian ini bertujuan agar terciptanya interaksi antara guru dan siswa misalnya guru bersama siswa melakukan pengukuran bersama, tanya jawab, diskusi dan lain-lain sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat mengurangi tingkat kebosanan karena aktivitas siswa bertambah tidak hanya sekadar mendengarkan penjelasan guru.

AECT (Assosiation for Education Comunication and Technology) dalam Sadiman, dkk (2006:19) berpendapat bahwa:

(18)

10 Pembelajaran berbasis komputer adalah pembelajaran yang menggunakan

komputer sebagai alat bantu (Wena, 2011:203) sedangkan menurut Warsita (2008:137) dalam Ibnu (2012) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis

komputer adalah salah satu media pembelajaran yang sangat menarik dan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Program pembelajaran berbantuan komputer bisa dikelompokkan dalam format penyampaian pesannya (Hardjito, 2004) dalam Phyong(2010) sebagai berikut:

a) Tutorial

Program ini merupakan program yang dalam penyampaian materinya

dilakukan secara tutorial. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan teks, gambar baik diam atau bergerak, dan grafik. Pada saat pengguna dianggap telah membaca, menginterpretasi, dan menyerap konsep itu diajukan

serangkaian pertanyaan atau tugas. Jika jawaban atau respon pengguna benar, dilanjutkan dengan materi berikutnya. Jika jawaban atau respon pengguna salah, maka pengguna harus mengulang memahami konsep tersebut secara keseluruhan ataupun pada bagian-bagian tertentu saja (remedial). Pada bagian akhir biasanya akan diberikan serangkaian pertanyaan yang merupakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.

b) Drill and practice

Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara acak sehingga setiap kali digunakan, soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau dalam kombinasi yang berbeda. Program ini dilengkapi dengan jawaban yang benar lengkap dengan penjelasannya sehingga

diharapkan pengguna akan bisa pula memahami suatu konsep tertentu. Pada bagian akhir, pengguna bisa melihat skor akhir yang dia capai, sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang diajukan.

c) Simulasi

(19)

11 d) Percobaan atau eksperimen

Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk. Selanjutnya, mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut.

e) Permainan

Program multimedia berformat permainan ini diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang mempelajari suatu konsep. Perkembangan tersebut juga telah menghasilkan produk-produk TIK yang lebih canggih. Jika dimanfaatkan seoptimal mungkin, ia dapat membawa nuansa dan perspektif baru dalam dunia pendidikan yang dapat mengakselerasi peningkatan mutu pendidikan. Selain dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan administratif, produk TIK telah banyak digunakan untuk membantu proses pembelajaran, khususnya di negara-negara maju dan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Mencermati pendapat beberapa tokoh di atas, diperoleh informasi bahwa media pembelajaran terbagi ke dalam 2 jenis yaitu media berbasis cetakan dan

elektronik. Untuk media berbasis elektronik sendiri memiliki berbagai jenis format penyampaian yang salah satunya yaitu simulasi. Media TIK simulasi berisi tiruan dari fenomena-fenomena nyata yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, namun dengan kelebihan dapat meminimalisir resiko kesalahan dan kerusakan. Media pembelajaran berbasis komputer diciptakan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat diserap dengan baik.

Fungsi komputer terhadap kegiatan pembelajaran dalam Rahman (2010) adalah sebagai berikut:

1) Tujuan Kognitif : komputer dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan sederhana dengan

(20)

12 kegiatan pembelajaran mandiri; 2) Tujuan Afektif : bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media computer; 3) Tujuan Psikomotor: dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain: simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya.

Setelah menganalisis pendapat dari tokoh di atas, fungsi media pembelajaran berbasis komputer dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu guru agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga hasil belajar siswa dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat terpenuhi. Jenis media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media dengan format penyampaiannya berupa simulasi atau jenis media visual yang hanya dapat dilihat atau diamati saja. Melalui media simulasi, pembelajaran alat ukur akan lebih mudah, karena guru dapat menghadirkan bentuk dari alat ukur seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca ohaus dan lain-lain tanpa harus menghadirkan alat sebenarnya. Sesuai dengan temuan Prihatiningtyas (2013) yakni penggunaan simulasi PhET dan KIT mempunyai pengaruh besar pada keterampilan psikomotor siswa, siswa cenderung lebih termotivasi jika mereka belajar dengan mengaplikasikan

langsung ilmu yang mereka peroleh dengan memanfaatkan simulasi PhET dan KIT sederhana.

Salah satu kelebihan dari media simulasi ini adalah dapat mengurangi kerusakan pada alat saat melakukan pengukuran. Selain itu akan tercipta pengamatan

(21)

13 dilihat (abstrak), seperti bagaimana bekerjanya proses ekonomi, atau bagaimana hubungan antara supply & demand terhadap harga dan seterusnya ( Melianasari (2012)). Jadi, media TIK simulasi adalah media berbasis komputer yang di dalamnya berisi tiruan dari benda-benda atau fenomena yang menyerupai bentuk nyata atau aslinya.

2. Pembelajaran Remedial

Perbedaan kemampuan antara siswa satu dan yang lainnya dalam memahami materi pelajaran, mengakibatkan beberapa siswa tidak mampu mencapai tujuan pembelajaran dan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan. Bagi siswa yang tidak tuntas harus diberikan pembelajaran perbaikan atau

remedial. Permendikbud No.65 tentang Standar Proses, No.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, setiap pendidik hendaknya memperhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal, kecerdasan, kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar), maka program pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak anak.

Menurut Good (1973) dalam Sukardi (2008:228) menyebutkan bahwa,

kelas remedial merupakan pengelompokan siswa khusus yang dipilih yang memerlukan pengajaran lebih pada mata pelajaran tertentu daripada siswa dalam kelas biasa.

Mariana (2003) dalam Sutikno (2013:163) menyatakan,

untuk memberikan kesempatan agar siswa yang terlambat mencapai ketuntasan menguasai materi pelajaran tersebut, diadakan pembelajaran remedial.

(22)

14 tuntas. Program remedial dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dilakukan di luar pembelajaran regular atau biasa yang tujukan bagi siswa yang belum tuntas dalam mencapai KKM. Remedial diadakan atas dasar perbedaan individual setiap siswa, dimana masing-masing siswa memiliki kemampuan dan waktu yang berbeda dalam memahami suatu materi pelajaran. Bentuk dari program remedial dapat berupa pemberian tugas rumah maupun pembelajaran ulang untuk materi yang dianggap sulit oleh siswa. Pembelajaran remedial pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan pembelajaran ulang materi-materi yang dianggap sulit oleh siswa. Dilakukan pula penilaian terhadap hasil belajar ranah kognitif, keterampilan proses sains, karakter, aktivitas dan sikap siswa.

Pembelajaran remedial dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan seperti yang diungkapkan oleh Sutikno (2013:164) bahwa proses perbaikan dapat dilakukan jika terdapat bukti-buki otentik adanya kegagalan dalam belajar seperti:

(a) Jika 85% dari jumlah siswa mencapai taraf keberhasilan optimal atau bahkan maksimal (mencapai 75% penguasaan berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru sehingga tidak begitu penting untuk

menyelengggarakan program perbaikan; (b) Jika 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran mencapai taraf keberhasilan kurang ( di bawah taraf minimal), maka proses pembelajaran berikutnya hendaknya bersifat perbaikan.

Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara pembelajaran biasa dan pembelajaran remedial seperti pendapat Ahmadi dan Supriono (1991) dalam Sutikno (2013:167) menjelaskan tujuh perbedaan pembelajaran biasa dengan pembelajaran remedial, antara lain:

(23)

15 berlaku dan sama untuk semua siswa, sedangkan pembelajaran perbaikan tujuannya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa, walaupun tujuan akhirnya sama; 3) Metode yang digunakan dalam pembelajaran biasa sama siswa. Sedangkan metode dalam pembelajaran remedial disesuaikan dengan latar belakang kesulitan; 4) Pembelajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pembelajaran perbaikan oleh tim (kerja sama); 5) Alat pembelajaran remedial lebih bervariasi; 6) Pembelajaran perbaikan lebih diferensial dengan

pendekatan individu; 7) Evaluasi pembelajaran perbaikan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

Kegagalan pencapaian hasil belajar mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang timbul secara individual atau melalui secara berinteraksi. Sukardi (2008:231-234) mengemukakan beberapa faktor penyebab kegagalan hasil belajar sebagai berikut:

1) Faktor Penyebab Internal (a) Kesehatan

Kondisi fisik siswa secara umum dapat memengaruhi kemampuan mencapai sesuatu tujuan. Pencapaian hasil belajar, pada dasarnya merupakan usaha yang hanya dapat dicapai melalui kerja keras, tekun, dan dilakukan dengan

komitmen tinggi. Kurang energi yang disebabkan kondisi fisik yang kurang sehat, dapat menutup kemungkinan siswa memiliki kemampuan disebutkan di atas.Kesehatan yang buruk dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketidakhadiran dalam

mengikuti pelajaran , dapat menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar. (b) Problem penyesuaian diri

Sebagai contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada awalnya menghambur-hamburkan energi mereka sebelum akhirnya dapat

menggunakannnya untuk kegiatan belajar. Antara gangguan emosional dengan kesulitan belajar, terkadang sulit untuk menentukan mana variabel penyebab dan mana yang merupakan akibat, atau bahkan mungkin karena telah terjadi interaksi sehingga hubungan sebab-akibat yang bersifat timbal balik telah terjadi di antara kedua hal tersebut.

2) Faktor penyebab eksternal (a) Lingkungan

(24)

16 (b) Cara mengajar guru yang tidak baik

Guru kelas dapat dikategorikan faktor eksternal karena guru yang tidak baik dalam mengajar dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa.

(c) Orang tua siswa

Orang tua yang tidak mau atau mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anak-anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anak-anaknya agar belajar dirumah merupakan beberapa sumber eketernal yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.

(d) Masyarakat sekitar

Siswa akan merasa berhasil atau bermanfaat, jika ia dapat merasakan manfaat yang nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keadaan di masyarakat, tempat mereka berada. Sebaliknya, siswa tidak akan merasakan hasil belajarnya, jika yang ia pelajari tidak bermanfaat atau memberi pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan siswa.

Hamalik ( 2001:180 ) menyebutkan bahwa,

ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan individual, yakni faktor warisan keturunan dan faktor pengaruh lingkungan. Antara kedua faktor itu terjadi konvergensi. Mungkin pada satu individu faktor pengaruh keturunan lebih dominan, sedangkan pada individu lainnya pengaruh faktor lingkungan yang lebih dominan.

Beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain, (1) pemberian tugas/pembelajaran individu; (2) diskusi/tanya jawab; (3) kerja kelompok; (4) tutor sebaya; dan (5) menggunakan sumber lain (Ditjen Dikti (1984: 83) dalam Bhakti (2012:6)).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Purwanto, dkk (2013) tentang

Efektifitas Remediasi Menggunakan Multimedia Interaktif Listrik Dinamis dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Sebawi diperoleh hasil penelitian bahwa pengaruh pemberian remediasi dengan multimedia interaktif listrik dinamis efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA

(25)

17 Mencermati pendapat beberapa tokoh di atas untuk penelitian ini, dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa ketentuan perlu atau tidaknya pemberian remedial kepada siswa. Remedial perlu dilaksanakan jika 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran mencapai taraf keberhasilan kurang.

Kegagalan siswa untuk mencapai KKM dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari luar maupun dari dalam diri siswa itu sendiri. Guru harus peka terhadap maslah-masalah yang terjadi pada setiap siswa agar pelaksanaan

pembelajaran berjalan efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran remedial sedikit berbeda dengan pembelajaran biasa walaupun tujuan yang akan dicapai sama. Pembelajaran remedial sifatnya perbaikan, dimana guru memilih strategi baru untuk menyampaikan materi sesuai dengan latar belakang kesulitan siswa. Pemilihan media juga perlu dilakukan, agar siswa lebih termotivasi dan interaktif dalam mengikuti pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial pada penelitian ini menggunakan media TIK simulasi agar hasil belajar remedial ranah kognitif siswa meningkat, terbentuknya keterampilan proses sains (KPS) dan karakter siswa serta munculnya aktivitas dan sikap postif siswa.

3. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Hasil belajar menyatakan derajat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) dalam Laili (2011:24) berpendapat bahwa:

(26)

18 Bloom dalam Sukardi (2008: 75) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam 3 ranah yaitu:

1) Ranah kognitif: ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu:

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi; 2) Ranah Afektif: ranah afektif terdiri dari lima prilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; 3) Ranah psikomotor: ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian gerakan dan kreativitas.

Menurut Hamalik (2004 : 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk

perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Arikunto ( 2007 : 32) dalam Hartati (2011:31) menyatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka. Untuk mengetahui kriteria hasil belajar siswa terhadap pedoman seperti pada Tabel berikut

Tabel 2.1 Kriteria hasil belajar siswa

Nilai Siswa Kualifikasi Nilai

80-100 Sangat Baik

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Gagal

(27)

19 Bertitik tolak dari beberapa pendapat tokoh diatas, hasil belajar di golongkan ke dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam berpikir, ranah afektif berkaitan dengan

perasaan siswa yakni seperti moral, nilai, budaya dan keagamaan sedangkan ranah psikonotor berkaitan dengan perbuatan atau keterampilan siswa. Setiap ranah memiliki teknik penilaian tersendiri. Ranah kognitif biasanya dinilai dengan menggunakan tes formatif, sedangkan ranah afektif dan psikomotor dapat diukur menggunakan lembar observasi, lembar kerja kelompok maupun individu dan lain sebaginya. Hasil belajar yang akan dilihat peningkatannya pada penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif. Penilaian dilakukan melalui lembar soal formatif pada saat pretest pada pembelajaran biasa sebelum menggunakan media TIK simulasi dan posttest di akhir pembelajaran remedial.

4. Keterampilan Proses Sains

Pada saat mempelajari sains, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami konsep, tetapi juga memiliki keterampilan untuk melakukan penemuan terhadap konsep-konsep sanis yang ada. Keterampilan itu disebut ketrampilan proses sains. (Indrawati dalam Trianto, 2008:72 dalam Safnowandi (2012) mengemukakan bahwa,

Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi).

Keterampilan proses dasar diuraikan oleh Rezba (1999) dan Wetzel (2008) dalam Mahmuddin (2010: 3) sebagai berikut

keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

(28)

20 tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain; 2) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek 3) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan; 4) jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran. 5) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagai temuan; 6)Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan; 7) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

Mengacu pada beberapa pendapat tokoh di atas untuk penelitian ini, keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan yang mengarah kepada

kemampuan baik secara kognitif maupun psikomotor dengan menerapkan metode ilmiah agar siswa tidak hanya sebagai penerima informasi pengetahuan namun ikut terlibat dan melakukan proses penemuan maupun verifikasi terhadap suatu konsep atau ilmu pengetahuan. Secara keseluruhan, para ilmuan mengelompokkan enam komponen dasar agar siswa memiliki keterampilan proses proses sains seperti yang telah di ungkapkan oleh Rezba dan Wetzel di atas yaitu observasi, klasifikasi, mengukur, komunikasi, menyimpulkan dan memprediksi yang saling berkesinambungan.

Keterampilan proses sains yang akan dinilai pada penelitian ini adalah kegiatan mengamati alat-alat ukur, melakukan praktik mengukur, menbaca, menuliskan dan mengkomunikasikan hasil praktik mengukur. Keterampilan proses dapat dibentuk melalui model pembelajaran yang digunakan oleh guru ataupun dari media pembelajaran khususnya seperti media TIK simulasi.

(29)

21 berikut (1) Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai; (2) Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains; (3)

Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan); (4) Membuat kisi-kisi instrumen; (5) Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes); (6) Melakukan validasi instrumen; (7) Melakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris; (8) Perbaikan butir-butir yang belum valid; (9) Terapkan sebagai instrumen penilaian

keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.

Penilaian terhadap keterampilan proses sains dapat dilakukan secara tertulis dan non tertulis. Penilaian keterampilan proses sains dalam penelitian ini

menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran remedial berlangsung.

5. Karakter siswa

(30)

22 Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak,

bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010 dalam Orbyt (2012). Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , religius, jujur, oleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab (Orbyt, 2012).

Mencermati pendapat beberapa tokoh di atas untuk penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa karakter merupakan watak, sifat, tabiat atau ciri khusus yang dimiliki oleh setiap siswa yang timbul secara alamiah. Walaupun karakter berada di dalam diri siswa, tetapi karakter dapat terlihat dan terdeteksi karena

ditampakkan dalam perilaku sehari-hari atau pembelajaran. Karakter yang akan dibangun pada penelitian ini adalah jujur, kreatif, mandiri, komunikatif, gemar membaca dan bertanggung jawab. Sekarang ini, dalam dunia pendidikan mulai banyak sekolah yang menyelenggarakan pendidikan karakter yang bertujuan untuk membentuk dan mempengaruhi karaker siswa.

6. Aktivitas Belajar

(31)

23 Sardiman (2004:99 dalam Sumarno (2013) berpendapat bahwa,

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, itu tidak akan mungkin berlangsung dengan baik.

Holt (dalam Marhamah, 2004 : 7) menyatakan bahwa aktivitas atau kegiatan yang bersifat tindakan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar, semakin baik proses pembelajaran yang terjadi.

Menurut Hakim (2005 : 1) dalam Hartati (2011:25) menyatakan bahwa: Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain

kemampuan.

Paul D. Dierich dalam Hamalik (2004:172-173) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu:

(1) Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

(2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

(3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

(4) Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

(5) Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. (6) Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permaianan, menari, dan berkebun.

(7) Kegiatan-kegiatan mental

(32)

24 (8) Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Menurut Memes (2001:40) dalam Hartati (2011:28) menyatakan bahwa:

Bila rata-rata nilai ≥ 75,6 maka dikategorikan aktif. Bila 59,4 ≤ rata-rata nilai < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila rata-rata nilai < 59,4 maka

dikategorikan kurang aktif.

Mengacu pada pendapat beberapa tokoh di atas mengenai aktivitas belajar dapat dikatakan bahwa aktivitas dalam pembelajaran mutlak diperlukan karena jika tidak ada aktivitas maka tidak akan tercipta pembelajaran yang baik.

Pembelajaran yang baik dapat dilihat pada seberapa banyak aktivitas yang dilakukan siswa. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa maka semakin baik proses pembelajarannya.

Dapat dipahami bahwa terdapat beberapa jenis aktivitas atau kegiatan belajar siswa seperti yang telah di utarakan oleh Paul D. Dierich, sehingga dapat

disimpulkan aktivitas berpengaruh terhadap apa yang akan diperoleh siswa dalam kegiatan belajar. Jika siswa melakukan banyak aktivitas positif dalam kegiatan pembelajaran maka memungkinkan siswa untuk mendapat informasi pengetahuan yang lebih. Aktivitas yang diamati pada penelitian ini adalah mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal penting tentang alat-alat ukur, membaca LKS, mengerjakan LKS, bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompok, menyampaikan pendapat dan menanggapi pertanyaan.

7. Sikap siswa

(33)

25 nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Elmubarok (2008:47)

menyatakan bahwa, sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan

kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konaktif yang saling bereaksi di dalam

memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.Sedangkan menurut Robert R.Gabe dalam Siskandar ( 2008:440) dalam Acenale (2012) sikap

merupakan kesiapan yang terorganisir yang mengarahkan atau mempengaruhi tanggapan individu terhadap obyek. Menurut Suke Silverius dalam Riyono (2005:11) dalam Acenale (2012) sikap meliputi lima tingkat kemampuan yaitu:

a) Menerima (Receiving)

Tingkat ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam suatu fenomena atau stimulus khusus. Misalnya dalam kegiatan

pembelajaran di kelas. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menanyakan, menyebutkan, mengikuti, dan menyeleksi.

b) Menanggapi / Menjawab (Responding)

Pada tingkatan ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadapnya. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menjawab, berbuat, melakukan, dan menyenangi. c) Menilai (Valuing)

Tingkat ini berkenaan dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap sesuatu obyek atau fenomena tertentu. Tingkai ini berjenjang mulai dari hanya sekedar penerimaan sampai pada tingkat komitmen yang lebih tinggi. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah

membedakan, mempelajari, dan membaca. d) Organisasi (Organization)

Hasil belajar pada tingkat ini berkenaan dengan organisasi suatu nilai (merencanakan suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhannya). Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menyiapkan, mempertahankan, mengatur, menyelesaikan, dan menyusun. e) Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai

(34)

26 Djamarah (2000) dalam Tarrmizi (2009) berpendapat bahwa sesuatu yang belum diketahui dapat mendorong siswa untuk belajar untuk mencari tahu. Siswa pun mengambil sikap seiring dengan minatnya terhadap suatu objek. Siswa

mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukannya. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan belajar. Jadi, sikap siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi sehingga ia dapat menentukan sikap

belajar.

Menganalisis pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan respon terhadap suatu objek atau fenomena tertentu yang selanjutnya akan mendorong siswa untuk belajar dan mencari tahu. Jika objek tersebut dirasa positif dan menarik maka siswa akan merasa termotivasi untuk mengambil sikap dan sebaliknya.

Sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Wahyudin (2010) yakni setelah tindakan pembelajaran berbantuan multimedia menggunakan metode inkuiri terbimbing, nilai rata-rata tanggapan siswa meningkat menjadi 76,81%. Secara keseluruhan nilai yang diperoleh untuk setiap indikator dalam angket mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata tanggapan siswa ini terjadi karena selama pengajaran siswa terlibat aktif dan merasa senang ketika diajak berdiskusi dan tanya jawab.

Banyaknya siswa yang memberikan tanggapan positif terhadap pengajaran menunjukan bahwa anak tertarik dan berminat terhadap pengajaran yang dilaksanakan.

(35)

27 belajar. Sikap yang akan dinilai pada penelitian ini adalah berkenaan dengan rasa ingin tahu siswa, semangat dan motivasi setelah mengikuti pembelajaran

remedial menggunakan media TIK simulasi.

B. Kerangka Pemikiran

Perbedaan yang terdapat dalam diri siswa perlu mendapatkan perhatian serius dari guru. Salah satu contoh perbedaan tersebut adalah perbedaan waktu dan

kemampuan dalam memahami setiap materi pelajaran khususnya fisika, sehingga banyak siswa yang belum tuntas ketika mengerjakan ujian blok, UTS dan UAS. Analisis terhadap kesulitan-kesulitan maupun hambatan siswa sebaiknya

dilakukan oleh guru pada saat perencanaan pembelajaran. Jika kesulitan itu terdeteksi setelah pembelajaran suatu materi dilakukan dan siswa tidak tuntas dalam mencapai tujuan pembelajaran serta kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, maka salah satu program yang dapat dilakukan oleh guru yaitu memberikan pelayanan khusus yang sering disebut dengan remedial. Bentuk dari remedial dapat berupa pemberian tugas rumah untuk kelas kecil dan

pembelajaran ulang untuk kelas besar. Pemilihan metode dan media pembelajaran untuk remedial harus disesuaikan dengan kesulitan yang dialami oleh siswa.

(36)

28 siswa pada pembelajaran remedial alat-alat ukur di SMP Miftahul Ulum Sekincau menggunakan media TIK simulasi. Media TIK Simulasi yang digunakan peneliti, mencoba untuk menyamai bentuk dan prinsip kerja dari alat-alat ukur fisika seperti meteran, jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca ohaus, timbangan kue, timbangan berat badan, neraca pegas, stopwatch, termometer, gelas ukur,

amperemeter dan voltmeter.

Peneliti melihat terlebih dahulu hasil belajar siswa setelah mengerjakan uji kompetensi atau uji blok yang dilakukan oleh guru di sekolah. Setelah itu peneliti mengelompokkan siswa yang belum tuntas mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) yang telah ditetapkan dan membagi siswa ke dalam 6 kelompok untuk selanjutnya dilakukan pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial ini memiliki 3 kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru

mengkondisikan siswa, memberikan motivasi, menggali informasi penyebab remedial, memberikan penekanan pentingnya mempelajari alat-alat ukur dan menyampaikan tujuan pembelajaran remedial. Sedangkan pada kegiatan inti terdapat 3 fase pembelajaran yaitu fase eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan pada fase eksplorasi yaitu guru menggali pengetahuan siswa menggunakan media TIK simulasi untuk sekaligus mereview ingatan siswa mengenai materi alat-alat ukur yang telah mereka pelajari sebelumya.

(37)

29 Melalui kegiatan kelompok dan LKS yang didukung dengan media TIK simulasi, aktivitas siswa seperti memperhatikan penjelasan guru, bekerjasama dalam kelompok, diskusi, bertanya, menyampaikan pendapat, membaca dan

mengerjakan LKS, menanggapi pertanyaan serta mempresentasikan hasil kerja kelompok akan nampak. Pada fase konfirmasi, guru dan siswa mencocokkan bersama hasil praktik mengukur menggunakan media TIK simulasi. Kegiatan akhir yaitu penutup, guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan merefleksi keseluruhan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pembelajaran remedial pada alat ukur menggunakan media TIK simulasi ini memungkinkan terbangunnya keterampilan proses sains seperti keterampilan mengamati, mengukur, membaca dan menuliskan hasil praktik mengukur serta mengkomunikasikan data hasil pengukuran, sehingga karakter seperti jujur, kreatif, mandiri, komunikatif, gemar membaca dan bertanggung jawab pun diharapkan akan terbentuk.

Selain itu, media TIK simulasi akan menstimulus otak siswa sehingga sikap rasa ingin tahu dan termotivasi untuk lebih aktif dalam menemukan jawaban

permasalahan yang diberikan akan muncul. Keterampilan proses sains (KPS), aktivitas dan karakter siswa dinilai menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran remedial alat ukur berlangsung dengan bantuan 2 orang observer agar setiap perilaku siswa dapat teramati dengan baik.

(38)

30 belajar ranah kognitif siswa. Hasil penilaian pada variabel-variabel yang akan diteliti baik menggunakan pretest posttest, lembar observasi dan kuisioner selanjutnya akan dideskripsikan oleh peneliti.

Alur kerangka pikir peneliti dapat digambarkan seperti berikut:

Pembelajaran materi alat ukur

Uji Blok

Mengelompokkan siswa yang belum tuntas dalam beberapa

kelompok

 Menggali informasi penyebab remedial

 Memberikan motivasi

 Memberikan penekanan pentingnya mempelajari alat-alat ukur

 Menyampaikan tujuan pembelajaran

 Mereview kembali macam-macam alat ukur beserta kegunaannya

 Menunjukkan dan menjelaskan penggunaan LKS

 Membacakan susunan kelompok yang telah ditentukan

 Membagikan LKS dan nomor pada tiap siswa

 Meminta siswa untuk memperhatikan tampilan simulasi dan penjelasan guru yang digunakan untuk mengerjakan LKS

 Mengkomunikasikan data hasil pengukuran dalam bentuk tabel/ presentasi

Siswa diuji kembali menggunakan soalyang hampir

serupa dengan soal uji blok dilain pertemuan

(39)

31

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah

H0 : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran remedial alat- alat ukur menggunakan media TIK simulasi.

1

H : Ada peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran remedial alat-alat ukur menggunakan media TIK simulasi.

(40)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Miftahul Ulum Sekincau Kabupaten Lampung Barat pada semester Ganjil tahun pelajaran

2013/2014.

B. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah sampel total yaitu seluruh siswa yang tidak tuntas di kelas VII dalam pembelajaran materi pengukuran dan alat-alat ukur. Kelas VII di SMP Miftahul Ulum berjumlah dua kelas yaitu kelas VIIA terdiri dari 16 siswa dan kelas VIIB terdiri dari 17 siswa.

C. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif, Keterampilan Proses Sains, karakter, aktivitas dan sikap siswa.

D. Desain Penelitian

(41)

33 siswa kelas VII SMP Miftahul ‘Ulum yang tidak tuntas sebagai kelas yang

diberikan treatment.

Gambar 3.1. Desain penelitian one-shot case study

Ket :

X = Pemanfaatan media TIK simulasi untuk remedial

O1 = Hasil belajar ranah kognitif, Keterampilan proses sains, Karakter siswa, Aktivitas siswa, Sikap siswa

(Sugiono 2010:110)

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan treatment atau perlakuan setelah mengetahui jumlah siswa yang belum tuntas dalam uji blok di kelas VII yaitu dengan menggunakan media TIK simulasi untuk remedial pada pembelajaran alat ukur.

Tahapan prosedur penelitian ini adalah

a. Melihat hasil belajar ranah kognitif pretest atau uji blok pada pembelajaran alat ukur sebelum menggunakan media TIK simulasi.

b. Menentukan sampel dengan mengelompokkan siswa yang tidak tuntas dalam uji blok.

c. Menentukan waktu dan tempat untuk melaksanakan pembelajaran remedial serta pembagian kelompok.

(42)

34 d. Melaksanakan pembelajaran remedial menggunakan media TIK simulasi

dengan cara siswa membentuk 6 kelompok untuk berdiskusi dan mengisi LKS yang disertai dengan penjelasan guru.

e. Melakukan penilaian dengan menggunakan lembar observasi untuk

keterampilan proses sains, karakter dan aktivitas siswa ketika pembelajaran remedial sedang berlangsung.

f. Setelah pembelajarn remedial berakhir, dilakukan penilaian untuk melihat sikap positif siswa menggunakan kuisioner.

g. Menguji ulang siswa di lain pertemuan. h. Mendeskripsikan hasil penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Lembar soal tes formatif

Lembar soal ini berisi 25 soal pilihan jamak yang digunakan saat pretest (uji blok) dan posttest (ujian ulang) untuk melihat hasil belajar ranah kognitif setelah

diberikan pembelajaran remedial menggunakan media TIK.

2. Lembar observasi

(43)

35 3. Kuisioner

Kuisioner digunakan untuk melihat bagaimana respon/sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran remedial menggunakan media TIK.

4. LKS alat-alat ukur dan pengukuran

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

6. Media TIK simulasi alat-alat ukur dan pengukuran

G. Analisis Instrumen

1) Uji Validitas

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas konstruk. Validitas konstruk didapat dengan membuat kesesuaian antara tujuan pembelajaran yang ada pada RPP dengan indikator tes, prediktor dan butir tes. Penentuan kesesuaian antar varibel tersebut dapat dilakukan melalui penilaian ahli.

2) Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

(44)

36 Dimana:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

(Arikunto, 2008:109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk

mendapatkan data sesuai dengan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach`s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach`s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dan Saputri (2010:30), kuesioner dinyatakan reliabel jika

mempunyai nilai koefesien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.1 kriteria nilai Alpha Cronbach`s

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan kepada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

(45)

37

H.Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diproleh dari penelitian ini adalah berupa data:

a. Hasil hasil belajar ranah kognitif

Data tersebut diperoleh dari tes formatif berupa pretest atau uji blok pada pembelajaran biasa dan posttest setelah dilakukannya pembelajaran ulang menggunakan media TIK.

b. Keterampilan Proses Sains

Sub keterampilan yang diamati yaitu melakukan pengukuran, membandingkan, membuat data, infering data, mengkomunikasikan data hasil pengukuran yang diperoleh melalui lembar observasi. Penilaian dilakukan oleh dua orang teman sejawat sebagai observer. Untuk mempermudah penilaian, guru memberikan nomor pada masing-masing siswa yang berkelompok sesuai urutan nomor absen. Teknik penilaian yang digunakan yaitu menuliskan skor pada lembar observasi ketika siswa menunjukkan keterampilan proses yang dimunculkan oleh guru pada saat pembelajaran remedial berlangsung khususnya pada kegiatan inti

(46)

38

c. Karakter siswa

Data ini diambil menggunakan lembar observasi saat pembelajaran remedial belangsung. Terdapat 7 karakter yang dinilai yaitu tekun dalam bekerja, teliti dalam membaca hasil ukur, tanggung jawab dalam melaksanakan dan

menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data, percaya diri ketika

menyajikan/melaporkan hasil pengukuran, menghargai pendapat ketika berdiskusi (terbuka), kerjasama dalam melaksanakan tugas. Teknik penilaian yang digunakan sama dengan teknik penilaian keterampilan proses sains yaitu dibantu oleh 2 orang observer dengan cara menuliskan skor pada lembar observasi yang dilengkapi rubrik ketika siswa menunjukkan karakter yang dinilai pada saat pembelajaran remedial berlangsung khususnya pada kegiatan inti pembelajaran.

d. Aktivitas siswa

Diperoleh menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran remedial berlangsung. Terdapat 8 aktivitas yang dinilai yaitu bertanya, menjawab,

menanggapi, memperhatikan, mengerjakan LKS, membuat catatan, berdiskusi dan persentasi. Teknik penilaian aktivitas sama dengan teknik penilaian keterampilan proses sains dan karakter, namun penilaian aktivitas dimulai dari awal hingga akhir kegiatan pembelajaran remedial dengan cara kedua observer memperhatikan setiap 10 menit sekali aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan memberikan tanda cheklist (√) pada lembar observasi yang telah dilengkapi rubrik penilaian.

e. Sikap atau respon siswa

(47)

39

diminta untuk memberikan tanda silang pada pilihan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju) yang terdapat pada angket. Angket dikumpulkan kembali kepada guru setelah siswa selesai mengisi kuisioner tersebut.

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1) Analisis Data

a. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Untuk menganalisis hasil belajar ranah kognitif siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor pretest dengan postest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Menurut Meltzer (2002) dikutip oleh Marlangen (2010:34) rumus N-Gain dapat dituliskan sebagai berikut.

(48)

40 atau penurunan hasil belajar siswa pada pembelajaran remedial materi alat ukur menggunakan media TIK simulasi.

b. Data Keterampilan Proses Sains

Data keterampilan Proses Sains diperoleh dengan menuliskan skor pada lembar observasi pada setiap siswa. Keterampilan yang dinilai adalah keterampilan mengukur, membandingkan, membuat data, infering data dan mengkomunikasikan. Ketentuan penilaian yang digunakan adalah pada masing-masing item keterampilan proses sains diberi rentang nilai antara 1 sampai 3 dan menuliskan nilai tersebut pada tabel di lembar observasi yang dapat dilihat pada Lampiran 7.

Prediktor:

K1: Keterampilan mengukur

1. Menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur

2. Prosedur mengukur sesuai 3. Hasil ukur sesuai

K2 : Keterampilan membandingkan

1. Memilih alat ukur yang sesuai dari dua alat ukur sejenis yang disediakan

2. Menentukan ketelitian yang lebih tinggi dari dua hasil pengukuran

3. Menuliskan ketelitian hasil pengukuran K3 : Keterampilan membuat data

1. Membuat tabel data hasil pengukuran namun sebagian besar tidak lengkap

2. Membuat tabel data hasil pengukuran namun sebagian kecil tidak lengkap

3. Membuat tabel data hasil pengukuran yang lengkap K4 : Keterampilan infering data

1. Membuat pernyataan mengenai hasil pengukuran namun tidak tepat

2. Membuat pernyataan mengenai hasil pengukuran namun kurang tepat

(49)

41 K5 : Kemampuan mengomunikasikan

1. Menggambarkan data dengan grafik atau tabel 2. Menulis hasil diskusi dan pembahasan

3. Menjelaskan data secara lisan

Skoring untuk K1, K2, K5 sebagai berikut:

3 = Jika 3 atau semua indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

2 = Jika 2 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan 1 = Jika 1 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan 0 = Jika tidak satupun indikator setiap sub keterampilan

dilaksanakan

Skoring untuk K3 dan K4 sesuai dengan keterampilan yang ditunjukkan.

Setelah menuliskan skor pada tabel lembar observasi untuk masing-masing siswa, selanjutnya dilakukan penghitungan skor rata-rata untuk setiap siswa dan skor rata-rata untuk setiap keterampilan. Skor rata-rata yang didapat untuk setiap keterampilan proses selanjutnya dideskripsikan untuk mengtahui bagaimana keterampilan proses yang terbentuk pada pembelajaran remedial menggunakan media TIK simulasi.

c. Karakter Siswa

Terdapat 7 sub karakter yang dinilai yaitu tekun dalam bekerja, teliti dalam membaca hasil ukur tanggung Jawab dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data, percaya diri ketika menyajikan atau melaporkan hasil pengukuran menghargai pendapat ketika berdiskusi (terbuka) dan kerjasama dalam melaksanakan tugas. Ketentuan pemberian skor adalah sebagai berikut:

Skor dan deskriptor:

(50)

42 Skor 2: Cukup /kadang-kadang menunjukan karakter tersebut di atas

Skor 3: Baik dalam/sering menunjukan karakter tersebut di atas Skor 4: Sangat baik dalam/selalu menunjukan karakter tersebut di atas

Skor dituliskan pada tabel yang tersedia di lembar observasi dan dapat dilihat pada Lampiran 9. Data karakter siswa dianalisis sama seperti keterampilan proses sains yaitu dengan menghitung skor rata-rata yang diperoleh setiap siswa dan skor rata-rata per sub karakter. Rata-rata sub karakter inilah yang selanjutnya dideskripsikan untuk mengetahui karakter yang terbentuk saat pembelajaran remedial menggunakan media TIK.

d. Aktivitas Siswa

Data diambil menggunakan lembar observasi yang dapat dilihat pada

Lampiran 11, dan ketika terlihat siswa menunjukkan suatu aktivitas, observer memberikan tanda cheklist ( √ ) pada tabel yang tersedia. Kemudian teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan menghitung frekuensi munculnya aktivitas, yang digunakan untuk menghitung rata-rata aktivitas yang

dilakukan siswa selama proses pembelajaran untuk selanjutnya dideskripsikan.

e. Sikap Siswa

Sikap siswa dianalisis dengan cara menghitung jumlah dan membuat

(51)

43

2) Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal Pedoman pengambilan keputusan:

 Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

distribusinya adalah tidak normal.

 Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka

distribusinya adalah normal.

3) Pengujian Hipotesis

Paired Sampel T-Test

Uji Paired Sampel T-Test merupakan uji dua sampel berpasangan yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya disini adalah

sebuah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda. Uji Paired Sample T Test atau lebih dikenal dengan pre-post design dilakukan untuk menganalisis data pretest dan posttest hasil belajar ranah kognitif siswa akibat adanya penggunaan media TIK simulasi untuk pembelajaran remedial.

(52)

44 thitung lebih kecil dari ttabel, maka H0 diterima, dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Secara

signifikan bila Sig (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan sebaliknya. Untuk memudahkan dalam menguji hal tersebut maka dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 yaitu uji Paired Samples T Test.

Adapun hipotesis yang akan diuji :

H0 : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran remedial alat-alat ukur menggunakan media TIK simulasi.

1

(53)

76

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas VII SMP

Miftahul Ulum Sekincau pada pembelajaran remedial menggunakan media TIK simulasi yaitu dengan rata-rata skor N-Gain sebesar 0,3 atau dalam kategori sedang.

2. Keterampilan proses sains terbentuk cukup baik pada pembelajaran remedial menggunakan media TIK simulasi yang didukung dengan LKS berbasis keterampilan proses sains.

3. Karakter siswa terbentuk dengan baik pada pembelajaran remedial menggunakan media TIK simulasi.

4. Aktivitas siswa terbentuk dengan baik dan siswa terlihat aktif saat pembelajaran remedial menggunakan TIK simulasi berlangsung. 5. Siswa menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan pembelajaran

(54)

77

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran remedial berlangsung dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran remedial menggunakan media TIK simulasi dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk menuntaskan hasil belajar fisika pada beberapa siswa yang memerlukan pelayanan khusus.

2. Guru perlu memahami dengan baik permasalahan belajar yang sedang dihadapi oleh siswa, agar pembelajaran remedial yang dilaksanakan dapat tercipta dengan baik

(55)

78

DAFTAR PUSTAKA

Acenale.2012.Sikap Siswa dalam Belajar. http://acenale.wordpress.com /2012/03/14/sikap-siswa-dalam-belajar/. Diakses pada tanggal 26 April 2013 pukul 19:30 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aryad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Bhakti,Yoga Budi. Pengertian Pembelajaran Remedial dan Ciri-Cirinya.

http://yogabudibhakti.wordpress.com/2012/06/06/pembelajaran -remedial/. Diakses pada tanggal 30 April 2013.

Elmubarok, Zaim.2008.Membumikan Pendidikan Nilai.Bandung:Alfabeta. Fatah, Anwar. 2012. Thesis Chapter II. [Online] tersedia di lib.uin

malang.ac.id/thesis/chapter_ii/08710025-anwar-fatah.ps.diakses pada tanggal 8 juni 2013 jam 11:02 WIB.

Fuadi, Anwar.2011.Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Fisika Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis ICT untuk Siswa Kelas XI SMA Batik 1 Surabaya.Skripsi.Surakarta:Universitas Sebelas Maret. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hartati, Risa.2011.Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi (Tik) Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Minat, Aktivitas, dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Ibnu, Sakilalove.2012.Model Pembelajaran Berbasis Komputer.

http://sakilaloveibnu.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-berbasis-komputer.html. Diakses pada tanggal 24 Mei 2013.

(56)

79 Laili, Mukhimatul.2011.Analisis Hasil Belajar Fisika Siswa melalui

Pembelajaran Inquiry Role Approach dilihat dari Gaya Belajar Siswa (Visual, Auditorial, Kinestetik). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains. [On line] tersedia: http://mahmuddin.wordpress.com. 03/11/2010. 21:27 WIB

Marhamah, Binti. 2004. Pembelajaran penemuan Terbimbing untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada pokok Bahasan Kalor dan Getaran di SMP negeri 22 Bandar Lampung TP 2004/2005. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Melianasari.2012.Media Pembelajaran. [Online] tersedia di

http://herlinimelianasari.blogspot.com/2012/12/ media-pembelajaran.html. di akses pada tanggal 24 Mei 2013 pukul 21:57 WIB

Miarso, Yusuf Hadi.2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Orbit, Yusrin. 2012. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli.

[On line] tersedia di: http://yusrin-orbyt.blogspot.com/2012/12/pengertian- pendidikan-karakter-menurut.html. Diakses pada tanggal 8 juni 2013. Phyong, Fiya.2010.Peranan Komputer sebagai Media Pembelajaran dan

Penerapannya di Sekolah. [On line] tersedia di: http://fiyaphyong. blogspot. com/2010/10/peranan-komputer-sebagai-media.html. Diakses tanggal 8 Juni 2013.

Prihatiningtyas,dkk.2013.Imlementasi Simulasi PhET dan KIT Sederhana untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa pada Pokok Bahasan Alat Optik.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII).Vol 2 (1): 18-22

Purwanto, dkk. 2013. Efektifitas Remediasi Menggunakan Multimedia Interaktif Listrik Dinamis dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Sebawi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JIPP).

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1638. Diakses pada tanggal 14 November 2013.

(57)

80 Sadiman, A.S. Raharjo,R., Haryono, Anung & Rahardjito. 2006. Media

Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya. Jakarta: Pustekom dan Raja Grafindo Persada.

Safnowandi.2012.Pembelajaran Keterampilan Proses. [On line]

tersedia di: http://safnowandi.wordpress.com/2012/11/15/pembelajaran- keterampilan-proses/. Diakses pada tanggal 12 juni 2013.

Sudrajat,Akhmad.2008.Pembelajaran Remedial. [On line] tersedia di:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/13/pembelajaran-remedial- dalam-ktsp/. Diakses pada tanggal 10 Juni 2013.

Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta. Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Sumarno.2013.Penerapan Model Mind Mapping dalam Meningkatkan Motivasai dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A Pada Mata Peajaran Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Adiluwih Tahun 2012/2013.Skripsi. [On line] tersedia di: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/13/ pembelajaran-remedial-dalam-ktsp/. Diakses pada tanggal 10 Juni 2013. Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV

Wacana Prima.

Sutikno, M.Sobri.2013.Belajar dan Pembelajaran.Lombok:Holistica. Tarmizi.2009.Komponen Pembentukan Sikap Belajar Siswa.

http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/komponen-pembentukan-sikap-belajar-siswa/. Diakses pada tanggal 26 April 2013.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:Bumi Aksara.

Wahyudin, Sutikno.2010.Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia

(JPFI).Volume 6, 58–62.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria hasil belajar siswa
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 kriteria nilai Alpha Cronbach`s
Gambar 2. Pengurangan berat tersebut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 Januari 2016 kepada 10 Ibu yang mempunyai Balita diketahui bahwa 6 orang dari 10 Ibu Balita (60%) tidak

probability event regresi logistik ganda di atas dapat diartikan bahwa pada saat peristiwa KLB campak terjadi bila anak usia sekolah dasar tidak mempunyai riwayat

1) Pengaturan Prinsip Non Discrimination System , yaitu Prinsip National Treatment (NT) diatur secara tegas berdasarkan Article 3 TRIPs Agreement yang substansinya

Di Desa Kuripansari ini saya dan teman-teman KKN yang ada di desa kuripansari ini kami memiliki beberapa program kerja yang pertama kita memberikan penyuluhan dan

“Pengaruh Arus Kas, Leverage , dan Modal Kerja Terhadap Keputusan Investasi AKtiva Tetap Pada Perusahaan Financial Constrains ”... Aneka

Penelitian ini menggambarkan bahwa materi perkuliahan mencakup materi yang terdir dari definisi akuntansi forensik, profesi akuntan forensic dan keterkaitanya dengan tindakan fraud,

Kemudian pada saat kursus calon pengantin, mereka diberi penyuluhan oleh petugas gizi dan bidan puskesmas, Kelas wanita prakonsepsi, Calon ibu hamil bertemu sebulan sekali, lalu di

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “: