• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Ijarah Di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pekerja Pos Indonesiaanalisis Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Ijarah Di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pekerja Pos Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Ijarah Di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pekerja Pos Indonesiaanalisis Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Ijarah Di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pekerja Pos Indonesia"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

SYARIAH PEKERJA POS INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh

Ahmad Pahrudin NIM : 208046100017

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SYARIAH PEKERJA POS INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh

Ahmad Pahrudin NIM : 208046100017

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Januari 2014

(5)

v

JASA KEUANGAN SYARIAH PEKERJA POS INDONESIA. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M. vi + 65 halaman + lampiran.

Koperasi Syariah Pegawai dan pensiunan Pos Indonesia, satu-satunya lembaga keuangan yang merealisasikan produk funding dan lending di lingkungan Pos dengan prinsip syariah. Sekian produk pembiayaan yang disalurkan, produk pembiayaan dengan sistem sewa (Ijarah) merupakan produk yang diminati oleh nasabah, karena dengan produk ini nasabah dapat mengajukan pembiayaan yang bersifat sewa barang atau jasa dengan upah sewa yang telah menjadi kesepakatan antara Bank dengan nasabah.

Transaksi sewa ini diaplikasikan dalam pembiayaan untuk biaya pendidikan, rumah sakit, pernikahan, biaya pendidikan dan lain sebagainya. Produk ini disebut dengan pembiayaan ijarah. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin mengetahui pembiayaan ijarah yaitu tentang bagaimana mekanisme pembiayaan dan prinsip penilaian pembiayaan ijarah. sehubungan dengan pembiayaan yang diajukan.

Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode deskriptif kualitatif. Mekanisme pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara kepada manager dan karyawan KOSPPI, observasi secara langsung terhadap objek tertentu yang menjadi fokus penelitian dan mengetahui suasana kerja, serta mencatat segala sesuatu yang berhubngan dengan mekanisme pembiayaan ijarah di KOSPPI, dan dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian ini.

Pembiayaan ijarah KOSPPI menggunakan metode marjin flat yang dikelola dengan sistem komputer. Pada pembiayaan ijarah ini, pihak KOSPPI menyerahkan keputusan pencairan pembiayaan sesuai dengan kesepakatan antar penyewa dan pembeli. Bank mendapatkan keuntungan dari ujrah yang disepakati antara Bank dengan nasabah. Sedangkan nasabah mendapatkan dana untuk membayar kebutuhannya.

Kata kunci : pengertian Ijarah dan pembiayaan ijarah, mekanisme pembiayaan

Ijarah pada Koperasi Syariah

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji hanya bermuara kepada Allah

SWT, Sang Khaliq penggenggam setiap jiwa, yang menjadikan diri ini tetap tegar dalam setiap ikhtiar untuk melanjutkan penulisan skripsi ini hingga selesai. Dengan segenap keridhoan-Nya, penulis senantiasa diberikan kemudahan, baik dari segi teknis, materi, tenaga, waktu, maupun pikiran.

Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang merentas jalan cahaya diballik kelamnya masa kejahiliyahan, yang senantiasa gigih berjuang dan tidak pernah letih menegakkan syi’ar agama Islam, kepada keluarganya yang suci, para sahabat yang turut

menggoreskan tinta emas sejarah kejayaan Islam terutama para Khulafa al-Rasyidin, dan kepada umat beliau hingga akhir zaman.

Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam mensukseskan harapan penulis.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

(7)

vii

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, telah amat sangat baik memberikan saran dan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Mu’min Rouf, MA., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidaya-tullah Jakarta.

4. Bapak H. AH. Azharudin Lathif, M.Ag., MH. Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan saran dan kritik untuk penulis.

5. Ka Mufidah, SH.i, dan staf sekretariat Non Reguler yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk penulis guna menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum, serta pengurus dan pegawai Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

7. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mentransfer berbagai ilmu dan pengeta-huannya kepada penulis, dan segenap civitas akademik serta karyawan yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi penulis selama ini. 8. Keluarga terutama kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Amin

(8)

viii

kesabaran, keikhlasan, perhatian, cinta dan kasih sayang yang tidak terbatas serta doa-doa munajatnya kepada Allah SWT agar Penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Serta saudara-saudariku: Kurniawaty, Ahmad Zuhdi, Shofwanul Fhiqri, Nayla Nur-Naqiya.

9. Keluarga besar Alm. KH. Dahlan, H. Abdul Manaf, dan keluarga besar terkasih.

10.Keluarga besar Ikatan Alumni Ponpes Cipasung, PAGON (Persatuan Alumni Gontor), dan ALDAY (Alumni Alhidayah) JABODETABEK, . 11.Semua kawan seperjuangan: Akhmad Kholil, Khoyrul Faiq, Padlurrahman

(kupang), anak kos kelas atas yang tidak pernah dibawah dan teman-teman yang tidak kami sebutkan namanya tanpa mengurangi rasa solidaritas saya. Terima kasih untuk kebersamaan kalian selama ini.

12.Seluruh sahabat karib , KKN Insan Cendikia 2011 dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semua Angkatan. Allah ikatkan ukhuwah kita sampai kapanpun. Amin.

Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan penulis dapat diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan dan kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah kita. Amin...

Jakarta, 30 Januari 2014 M 28 Rabiul Awal 1435 H

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Batasan dan rumusan masalah ... 6

C. Manfaat dan tujuan penelitian ... 7

D. Sistematik penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Review Kepustakaan ... 9

B. Pembiayaan ijarah dalam ekonomi Islam ... 11

C. Pendapat ulama tentang ijarah ... 21

D. Konsep ijarah pada peraturan ekonomi Islam di Indonesia ... 23

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 30

B. Metode Pengumpelan Data ... 30

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Profil KOSPPI (Koperasi Syariah Pegawai Pos Indonesia) ... 33

B. Produk dan Layanan KJKS KOSPPI ... 37

(10)

x

D. Mekanisme Pencairan Pembiayaan Ijarah KJKS KOSPPI ... 46 E. Analisis Kesesuaian Pembiayaan Ijarah di KOSPPI ... 53 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 65

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dunia jasa keuangan syariah di Indonesia semakin hari semakin menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan, Koperasi syariah merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia hingga ribuan koperasi dan nilai asetnya sampai trilyunan, yang bergerak di kalangan masyarakat berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi kegiatan ekonomi bagi pengusaha kecil berdasarkan prinsip syariah. Koperasi yang menganut ekonomi islam, semua transaksi dilakukan harus berprinsip syariah, yakni setiap transaksi dinilai sah apabila transaksi tersebut telah terpenuhi syarat rukunnya, bila tidak terpenuhinya maka transaksi tersebut batal. Kedudukan akad sangat penting dalam penerapan prinsip-prinsip syariah, Begitu pula dalam koperasi syariah karna itu adalah fondasi dalam penerapan ekonomi Islam. Namun apakah koperasi syariah konsisten dalam implementasi prinsip-prinsip syariah tersebut ?

(12)

keuntungan lebih dari 2%, hingga timbul pertanyaan yang mana yang lebih memberatkan/ merugikan nasabah sistem Riba atau sistem syariah?

Dalam pengelola lembaga koperasi deviasi antara teori dan praktek dalam operasional koperasi sangat mungkin terjadi, terutama yang berhubungan dengan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam akad penyaluran dana pembiayaan kepada masyarakat.

Prinsip-prinsip syariah yang menjadi dasar rujukan dalam operasional koperasi belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh sebagian besar pengelola koperasi sendiri, padahal praktisi berada lansung pada garda terdepan dalam mengimplementasikan prinsip syariah agar terlaksana baik, Agar tidak melahirkan banyak penyimpangan dalam praktek pengelolaan lembaga keuangan syariah yang sering mengundang kritik1

Prinsip syariah yang menempatkan uang sebagai alat tukar telah banyak dipahami secara tidak benar, yang menempatkan uang sebagai komoditas perdagangan yang siap dijual belikan, dengan indikasi penentuan keuntungan secara pasti tanpa melihat jenis akad yang diterapkan.2

Meneliti lebih jauh adanya indikasi pengelola koperasi yang orientasi kerjanya lebih diarahkan untuk mendapatkan keuntungan dengan mengabaikan misi sosial, sehingga mendorong mereka berani mengesampingkan aspek akhlaqul karimah dan konsep syariah yang menjadi bagian nilai-nilai ekonomi syariah.

1

Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Cet. 1 (Yogyakarta : UII Pres, 2002), h. 49.

2

(13)

Seiring dengan itu, beberapa pengelola koperasi cenderung mempunyai iktikad yang belum baik di dalam memperjuangkan implementasi prinsip-prinsip syariah dalam wadah koperasi dengan menganggap prinsip-prinsip-prinsip-prinsip syariah masih relatif sulit diterapkan secara konsekuen dalam operasional koperasi.

Kedudukan koperasi di tengah tata hukum lembaga keuangan syariah nasional yang masih bias, dan bisa dibilang terealisir sangat lemah. Berkaca pada Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan dalam pasal-pasalnya belum mengatur hal-hal yang berhubungan dengan usaha lembaga keuangan syariah secara merinci tentang tindakan hukum bila tidak melaksanakan prinsip syariah secara khusus.3 Demikian juga ketentuan-ketentuan Bank Indonesia yang mengatur operasional dan tata kerja perbankan nasional di bilang masih terdapat kelonggaran, Tidak satupun butir yang eksplisit mengatur operasional dan tata kerja lembaga keuangan syariah secara tegas dan merinci.

Meskipun ada beberapa buku atau modul yang spesifik mengatur masalah itu, seperti yang telah dikeluarkan oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK ) dan Peraturan Menteri KUKM tentang KJKS-UJKS 2008.4 keberadaannya sangat lemah untuk menjadi acuan keseluruhan oprasional koperasi syariah, karena tidak mengikat untuk dipedomani dan untuk dijadikan rujukan karna pengawasan implementasi untuk prosedur penerapanya belum optimal. Keadaan ini merupakan kemudahan bagi umat

3

Kementrian Agama, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan syariah.

4

(14)

Islam untuk mendirikan banyak koperasi berprinsip syariah, namun keadaan ini juga dapat berpeluang menjadi ancaman bagi keberadaan koperasi itu sendiri.5

Dalam masyarakat kenyataannya dapat ditemui banyak koperasi didirikan tidak disertai dengan sumber daya manusia yang memadai dan kesesuaian dalam operasionalnya, dapat mengarah pada pengalfaan mengikuti ketentuan mengenai prinsip-prinsip kesehatan bank, seperti prinsip mengenai permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas serta prinsip-prinsip lain yang berhubungan dengan usaha bank, bahkan mengabaikan keabsahan penerapan prinsip-prinsip dalam akad-akad syariah, baik yang berhubungan dengan akad pengumpulan dana maupun dalam penyaluran dananya kepada masyarakat khususnya.

Adanya kerentanan aturan hukum di bidang perekonomian islam untuk melindungi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan usaha Lembaga Keuangan Syariah, seperti halnya aturan hukum yang berlaku pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan Koperasi Syariah, adalah salah satu faktor dominan penyebab timbulnya banyak penyimpagan manajemen dalam usaha koperasi, termasuk dalam kaitannya dengan penerapan prinsip-prinsip syariah.

Hal ini yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi secara negatif perkembangan lembaga keuangan syariah di masa yang akan datang. Permasalahan-permasalahan tersebut di atas merupakan indikasi

5

(15)

penyimpangan mendasar dalam implementasi kesyariahan, khususnya dalam hal akad pembiayaan yang disalurkan KOSPPI, produk pembiayaan dengan prinsip sewa ( ijarah ) merupakan salah satu produk yang di akadkan oleh nasabah, karena dengan produk ini nasabah dapat mengajukan pembiayaan yang bersifat sewa barang atau jasa dari KOSPPI dengan upah sewa yang telah menjadi kesepakatan antara bank dengan nasabah.

Transaksi sewa ini dalam KOSPPI diaplikasikan dalam pembiayaan untuk biaya pendidikan, biaya rumah sakit, biaya Haji, Umrah dan lain sebagainya.6 Produk ini dalam KOSPPI disebut dengan pembiayaan ijarah.

Ijarah didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan

membayar imbalan tertentu.7 Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah

adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.8

Dalam kodifikasi Bank Indonesia disebutkan bahwa transaksi ijarah

multijasa dengan menggunak akad ijarah / kafalah, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan, yang mewajibkan nasabah untuk melunasi hutang atau kewajibannya sesuai dengan akad.9

Pada lembaga keuangan syariah khususnya koperasi jasa keuangan syariah yang saya angkat saat penelitian ini. Sangat besar celah melakukan

6

Wawancara dengan manager koperasi Jasa Keuangan Syariah Pekerja PosIndonesia Jakarta. 14 Desember 2013

7

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta:PT. Raja Grafindo. 2013), h. 138.

8

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah 9

(16)

penyimpangan prinsip-prinsip syariah, terutama dalam hal implementasi akad pembiayaan ijarah yang telah berlangsung pada saat penelitian.

Berkaca dari masalah tersebut di atas yang mendorong penyusun mengadakan penelitian di koperasi di (KOSPPI) koperasi jasa keuangan pos Indonesia dengan mengambil judul: “ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PEMBIAYAAN IJARAH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH PEKERJA POS INDONESIA”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan batasan dan rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Pembatasan Masalah

Penulis dalam penelitian ini membatasi masalah pada beberapa hal,

yaitu sebagai berikut:

a. Pembiayaan yang dibahas adalah pembiayaan ijarah, yaitu

pembiayaan atas dasar prinsip jasa, disalurkan untuk berbagai jenis

kebutuhan halal, seperti pembayaran biaya pendidikan,

pengobatan, sewa tempat, dan lain-lain.10

b. Penelitian dilakukan di KOSPPI Area Jabodetabek dan Banten

beralamat Jl. Kesenian No.1 Gedung Pos Ibu kota. Lt 2 Jakpus.

10

(17)

c. Penelitian berdasarkan fikih muamalat, fatwa DSN mengenai

pembiayaan multijasa No.44/DSN-MUI/VII/2004, pembiayaan

ijarah No.09/DSN-MUI/IV/2000.11 Dan SOP KJKS-UJKS.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana mekanisme pembiayaan ijarah pada KOSPPI ?

b. Bagaimana Kesesuaian pembiayaan ijarah pada KOSPPI dengan hukum ekonomi Islam (Fiqih muamalat, Fatwa DSN, dan SOP KJKS-UJKS)?

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahuai akad pembiayaan ijarah yang di terapkan oleh KOSPPI. 2. Mendeskripsikan kesesuaian akad dalam peraktik, di KOSPPI dengan

hukum ekonomi islam; Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, agar KOSPPI tetap eksis dalam pengembangannya dan konsep produk-produknya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

2. Secara praktis, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penyusun sendiri dan bagi KOSPPI, agar dalam akadnya tidak menimbulkan potensi konflik

11

(18)

D. Sisitematik Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang: Latar Belakang, Batasan Dan Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat, Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi tentang: Study Pustaka Terdahulu, Ijarah dalam Ekonomi Islam, Pendapat Ulama Tentang Ijarah, Mekanisme Ijarah

Dalam Lingkup Ekonomi Islam Di Indonesia. BAB II : METODELOGI PENELITIAN

Berisi tentang: metode penelitian , dalam metode penelitian yang dimaksudkan untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai

situasi-situasiatau kejadian-kejadian.

BAB IV : PERAKTIK IJARAH PADA PEMBIAYAAN DI KOSPPI

Berisi tentang: Profil Perusahaan,Sejarah Pendirian, Produk Dan Layanan, Mekanisme Oprasional, Pelaksanan Pembiayaan, Kesesuaian Pembiayaan Dengan Peraturan Ekonomi Islam dan Peraturan di Indonesia.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Review Kepustakaan

Konsep review kepustakaan merupakan analisis konsep kesamaan dan perbedaan pada skripsi terdahulu ,untuk menunjang keaslian. Sejauh ini pembahasan sekitar akad pembiayaan ijarah dalam bisnis lembaga keuangan syariah telah banyak dibahas sebagai karya ilmiah. Demi mendukung persoalan yang lebih mendalam terhadap masalah di atas, penyusun berusaha melakukan penelitian terhadap literatur yang relevan atas tingkat implementasi penerapan akad pembiayaan pada suatu lembaga keuangan, terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian sehingga dapat diketahui posisi penyusun dalam melakukan penelitian. Penelitian yang pernah penyusun jumpai yang berkaitan dengan pembiayaan ijarah.

Aspek Perbandingan Study Terdahulu Skripsi Ini 1) a.Judul

b.Tujuan

c. Metode Penelitian

Tinjauan hukum Islam terhadap praktek ijarah

multi jasa pada BMT usaha Mulya Pondok Indah dan BMT Masjid al-azhar Pasar Minggu Jakarta Selatan Mengetahui struktur ijarah

multijasa atas kesesuaian kontrak pembiayaan dengan fatwa DSN,dan PBI.

Metode penelitian yang di gunakan dalam skripsi ini adalah deskriftif analisis dan preskriptif analis

Analisis penerapan akad ijarah pada Pembiayaan Ijarah di Koperasi jasa keuangan Syariah Pegawai Pos Indo.

Mengetahui penerapan akad ijarah, atas kesesuaian dengan fiqih, fatwa DSN, SOP KJKS-UJKS.

(20)

d. waktu dan Tempat Penelitian dilakukan penulis pada tahun 2011 pada BMT usaha Mulya Pondok Indah dan BMT Masjid al-azhar Pasar Minggu Jakarta Selatan

Penelitian dilakukan pada tahun 2012 bulan november di Koperasi Syariah Pekerja Pos Indonesia.

2) a.Judul

b.Tujuan

c. Metode Penelitian

d. waktu dan Tempat

Analisis ijarah pada pembiayaan talangan biaya perjalanan haji (BPIH) pada bank BNI Syariah

Fatmawati

Mengetahui penerapan mekanisme akad ijarah, atas kesesuaian fiqih muamaat.

Metode penelitian yang di gunakan dalam skripsi ini adalah deskriftif analisis.

Penelitian dilakukan pada tahun 2010 di BMT usaha Mulya Pondok Indah dan BMT Masjid al-azhar Pasar Minggu Jakarta Selatan

Penerapan Akad Pembiayaan Ijarah

pada Koperasi Syariah Pegawai Pos Indonesia.

Mengetahui penerapan akad pembiayaan

ijarah di KOSPPI, atas

kesesuaian dengan fiqih, fatwa DSN, SOP KJKS-UJKS.

Metode penelitian deskriftif analisis. Penelitian dilakukan pada tahun 2012 bulan november di Koperasi Syariah Pekerja Pos Indonesia.

3) a.Judul

b.Tujuan

c. Metode Penelitian

d. waktu dan Tempat

Penerapan akad Ijarah

muntahiya bit tamlik pada

pembiayaan rumah di Permata Bank Syariah. mengetahui praktek penerapan pembiayaan rumah di Permata Bank Syariah dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi.

Metode penelitian yang di gunakan dalam skripsi ini presfektif analisis

penelitian empiris yang Penelitian dilakukan penulis pada tahun 2011 pada BMT

Penerapan Akad Pembiayaan Ijarah

pada Koperasi Syariah pegawai Pos Indonesia. Mengetahui penerapan akad pembiayaan

ijarah di KOSPPI, atas

kesesuaian dengan fiqih, fatwa DSN, SOP KJKS-UJKS.

Metode penelitian deskriftif analisis.

(21)

usaha Mulya Pondok Indah dan BMT Masjid al-azhar Pasar Minggu Jakarta Selatan

Syariah Pekerja Pos Indonesia .

Penelitian ini terdapat kesamaan dan Perbedaan pada skripsi-skripsi yang pernah di sajikan sebelumnya dalam segi akad dalam pembiayaan

ijarah. Penulis mencoba menganalisis akad pembiayaan ijarah di KOPPI

pada saat penelian tahun 2012-2013. Peneliti membahas dan menganalisa kesesuaian penerapan pembiayaan ijarah yang di terapkan pada transaksi pembiayaan ijarah di KOSPPI dengan hukum fiqih, fatwa DSN dan SOP KJKS-UJKS.

B. Pembiayaan Ijarah dalam Ekonomi Islam

1. Pengertian Ijarah

Dalam transaksi pembiayaan pada KOSPPI, salah satu akad yang di gunakan adalah akad pembiayaan ijarah. Ijarah berasal dari bahasa arab, yang bisa berarti (ganti). Oleh sebab itu ats-tsawab (pahala) dinamai al-ajru

(upah).1 Ijarah adalah suatu transaksi sewa menyewa antara pihak penyewa dengan yang mempersewakan sesuatu barang atau jasa untuk mengambil manfaatnya dengan harga tertentu dan dalam waktu tertentu.2 Pembiayaan

ijarah adalah akad pemindahan manfaat barang maupun jasa tanpa

perpindahan hak milik atas manfaat atau jasa yang di persewakan3

1

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) (Yogyakarta : UII Press, 2004), h. 108.

2

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.150. 3M, Syafi’ Antoni

(22)

Sedangkan menurut istilah terminologi, beberapa ulama mendefinisikan

ijarah, sebagai berikut:

Sayyid Sabiq, dalam fiqhussunnah mendifinisikan ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.4

Imam Taqiyyuddin mendefinisikan ijarah sebagai berikut:5

Ijarah adalah suatu perjanjian untuk mengambil suatu barang dengan

tujuan yang diketahui dengan penggantian, dan dibolehkan sebab ada penggantian yang jelas”.

Syech al-Imam Abi Yahya Zakaria al-Anshori dalam kitab Fath Al-Wahab. Memberikan definisikan ijarah adalah:6

Ijarah adalah memiliki atau mengambil manfaat suatu barang dengan

pengambil atau imbalan dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan.” Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para Ulama tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ijarah adalah suatu jenis perikatan atas perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat suatu benda maupun jasa yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan.7

Dengan demikian ijarah itu adalah suatu bentuk muamalah yang melibatkan dua belah pihak, yaitu penyewa sebagai orang yang memberikan

4

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islamdi Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.15. 5

Imam Taqiyuddin, Kifayah al-Akhyar Fi hal Goyatul ikhthisor (Semarang: Maktabah wa

Mathoba’ah, Toha Putrat) , h, 309. 6

Abi Yahya Zakariya, Fath al-Wahab, Juz I (Semarang: Maktabah, Toha Putra), h. 246. 7

(23)

barang yang dapat dimanfaatkan kepada si penyewa untuk diambil manfaatnya dengan penggantian atau tukaran yang telah ditentukan oleh

syara’ tanpa diakhiri dengan kepemilikan.

Dalam istilah hukum Islam, orang yang menyewakan disebut Mu’ajjir, sedang orang yang menyewa disebut Musta’jir dan sesuatu yang diakadkan untuk diambil manfaatnya disebut Ma’jur, sedangkan jasa yang diberikan sebagai imbalan manfaat disebut Ajran atau Ujrah (upah).8

Pada garis besarnya ijarah itu terdiri atas:9 Ijarah ‘Ayyan, yaitu pemberian imbalan karena mengambil manfaat dari suatu benda. Seperti; rumah, pakaian, dan lain-lain. Ijarah ‘Amal, yaitu pemberian imbalan atas suatu pekerjaan atau keahlian yang dilakukan seseorang. Seperti; seorang pelayan, pekerja, notaris.

Apabila dilihat dari segi pekerjaan yang harus dilakukan maka ajiir dapat dibagi menjadi:

Ajiir Khas, yaitu pihak yang harus melaksanakan pekerjaan dan sifat

pekerjaan ditentukan dalam hal yang khusus dan dalam waktu yang tertentu pada ajiir khas tidak diperbolehkan bekerja pada pihak lain dalam waktu tertentu selama terikat dalam pekerjaannya.

Ajiir Musytarak, yaitu pihak yang harus melakukan pekerjaan yang sifat

pekerjaannya umum dan tidak terbatas pada hal-hal (pekerjaan) tertentu yang bersifat khusus.10

8

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3 (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1987), h. 7. 9

Drs. Sudarsono, S.H., Pokok-Pokok Hukum Islam (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), Cet.I, h. 426.

10

(24)

2. Pengertian Pembiayaan Ijarah

Pembiayaan dalam Lembaga Keuangan Syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang,

qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan

modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia.11 Menurut UU No. 10 tahun 1998 dalam pasal 1 ayat 12 dijelaskan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan, yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan (fee) atau bagi hasil

Pengertian Pembiayaan ijarah Seperti yang sudah dijelaskan diawal bahwa pembiayaan merupakan fasilitator pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah, dalam hal ini koperasi kepada pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit). Dalam hal masyarakat yang membutuhkan dana diperoleh dari masyarakat pula, yaitu masyarakat yang menitipkan uangnya atau dana di lembaga keuangan syariah.

Pembiayaan ijarah adalah pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah, baik perbankan atau non perbankan kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. Dalam pembiayaan ijarah juga

11

(25)

menfasilitasi pembiayaan konsumtif yang tidak bertentangan dengan syariah seperti biaya pendidikan, kesehatan, naik haji dan umrah

3. Landasan Hukum Ijarah

Sewa-menyewa dalam hukum Islam diperbolehkan, setiap manusia berhak melakukannya dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang telah diatur dalam syariat Islam. Al-Qur’an yang dijadikan dalil hukum sewa-menyewa diantaranya:

a. Al-Qur’an

Surat al-Baqarah: 233:

Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah

bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.12

Surat Al-Kahfi ayat 77

Artinya: Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampa kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah

12

(26)

yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.

surat Az-Zukruf 32

Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagaian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih

baik dari apa yang mereka kumpulkan.13

b. Hadits

Hadits Imam Al-Bukhori meriwayatkan dalam hadits dari Aisyah ra.

Artinya: Rasulullah SAW dan Abu Bakar menyewa seseorang penunjuk jalan yang ahli dari bani Dail seorang kafir Quraisy, kedua beliau membayarnya dengan kendaraannya kepada orang tersebut, dan menjanjikannya di gua Tsur sesudah tiga malam dengan kendaraan keduanya. 14

Hadits riwayat Imam Al-Bukhori:

Artinya: Tiga golongan yang aku memusuhinya dihari kiamat, yaitu orang yang memberikan kepadaku kemudian menarik kembali, orang yang menjual orang yang merdeka kemudian makan harganya, dan orang yang memperkerjakan orang lain dan telah selesai pekerjaannya tetapi tidak memberikan upahnya. (HR.Bukhori).15

13

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Semarang: PT. Karya Toha Putra,1996). H. 392.

14

Teungku. Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Koleksi Hadis Hadis Hukum (Semarang: Pustaka Rizki Putra), h. 199.

15

(27)

Hadits riwayat Ibnu Majah

Artinya: Dari Ibnu Umar Bahwa Rasulullah bersabda, “Berilah upah pekerja sebelum keringatnya kering (HR. Ibnu Majah).16

c. Landasan Ijma

Mengenai disyariatkannya ijarah, semua Ulama sepakat, tidak ada seorang ulama pun yang membantah kesepakatan ijma’ ini, sekalipun ada beberapa di antara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak dianggap.17

Pakar-pakar keilmuan dan cendekiawan sepanjang sejarah di seluruh negeri telah sepakat akan legitimasi ijarah.18 Dari beberapa nash yang ada, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah itu disyariatkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, manusia antara satu dengan yang lain selalu terikat dan saling membutuhkan. Ijarah (sewa menyewa) merupakan salah satu aplikasi keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Bila dilihat uraian diatas, rasanya mustahil manusia bisa berkecukupan hidup tanpa berijarah dengan manusia.

Boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah salah satu bentuk aktivitas antara dua pihak agar saling meringankan, serta termasuk salah satu bentuk tolong menolong yang diajarkan agama. Ijarah merupakan

16Muhammad Syafi’I Antonio,

Bank Syariah, dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.108.

17

Sayyid Sabiq, Op.cit., h. 12. 18Muhamad Syafi’I Antonio,

(28)

salah satu jalan untuk memenuhi hajat manusia. Para ulama menilai bahwa

ijarah itu merupkan suatu hal yang diperbolehkan.

4. Syarat dan Rukun Ijarah

Ijarah atau sewa menyewa dalam Islam dianggap sah apabila

memenuhi rukun dan syaratnya. Menurut ulama Mazhab Hanafiyah, bahwa rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab dan qabul saja (ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa menyewa).19

a. Syarat

Adapun syarat sahnya ijarah adalah sebagai berikut: Kerelaan dua pihak yang melakukan akad saling merelakan antara pihak yang berakad ini berdasarkanfirman Allah:

surat an-Nisa:29:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu.20

Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan, sehingga mencegah terjadinya perselisihan. Manfaat, Jenis dan sifat barang yang diakadkan harus jelas (kejelasan obyek akad).

19

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 227.

20

(29)

Syarat tersebut dimaksudkan agar menolak terjadinya perselisihan dan pertengkaran. Seperti halnya tidak boleh menyewa barang dengan manfaat yang tidak jelas dengan penilaian secara kira kira, sebab dikhawatirkan barang tersebut tidak mempunyai faedah.21

Hendaklah barang yang menjadi objek transaksi dapat dimanfaatkan

kegunaannya menurut kriteria, realita dan syara’. Maksud dari syarat ini

adalah, kegunaan barang yang disewakan itu harus jelas dan dapat dimanfaatkan oleh pihak penyewa sesuai dengan kegunaannya menurut

realita, kriteria dan syara’. Apabila barang itu tidak dapat dipergunakan

sebagaimana yang diperjanjikan, maka perjanjian sewa menyewa itu dapat dibatalkan.22

Jumhur Ulama fiqh berpendapat bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Melarang menyewakan pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diperah susunya, sumur untuk diambil airnya dll, karena semua itu bukan manfaatnya, melainkan barangnya.23

Dapat diserahkannya sesuatu yang disewakan berikut kegunaannya (manfaatnya). Maksudnya adalah, tidak sah menyewakan kendaraan yang masih belum dibeli, atau menyewakan hewan yang terlepas dari pemiliknya, lahan tandus untuk pertanian dan lain sebagainya yang tidak sesuai dengan persetujuan (akad) antara kedua belah pihak. Barang yang akan disewakan

21

Syeikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, Tarjamah Falsafah dan Hikmah Hukum Islam (Semarang:

Asy Syifa’,1992).h.397. 22

Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 146. 23

(30)

harus jelas dan dapat langsung diserahkan kepada pihak penyewa sekaligus dapat diambil kegunaannya. Bahwa manfaat, adalah hal yang mubah, bukan yang diharamkan24

Kemanfaatan yang dimaksud mubah dan tidak diharamka adalah kemanfaatan yang tidak ada larangan dalam syara’, kemanfaatan itu tidak sah apabila menyewakan tenaga (orang) dalam hal kemaksiatan, karena maksiat wajib ditinggalkan.

Sedangkan Rukun ijarah terdiri dari Sighatijarah, yakni ijab dan qabul

berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain. Sewa-menyewa itu terjadi dan sah apabila ada ijab dan qabul, baik dalam bentuk perkataan atau dalam bentuk pernyataan lainnya yang menunjukkan adanya persetujuan antara kedua belah pihak dalam melakukan sewa-menyewa.25

Shighat ijab dan qabul adalah suatu ungkapan antara dua orang yang

menyewakan suatu barang atau benda. Ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar dari seseorang yang berakad yang menggambarkan kemauannya dalam mengadakan akad, siapa saja yang memulai. Sedangkan qabul adalah jawaban (pihak) yang lain sesudah adanya ijab, dan untuk menerangkan persetujuan-nya.26

Aqid, yaitu pihak yang melakukan akad yakni pihak yang menyewa maupun pengguna jasa (musta’jir) dan pihak yang menyewakan atau pemberi

24

Sayid Sabiq, Op.Cit., hal.13 25

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Cet. 4. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 99.

26

(31)

jasa (mu’-ajjir). Ma’qud alaih obyek akad ijarah, yakni: Manfaat barang dan sewa, atau manfaat jasa dan upah.27

C. Pendapat Ulama Tentang Ijarah

Hukum ijarah telah disepakati oleh para ulama seluruhnya dengan

landasan “Mempersewakan barang, dibenarkan syara”, terkecuali ibnu

„Ulayyah. Beliau tidak membolehkan ijarah dengan alasan: “Akad ijarah

(sewa menyewa harus dikerjakan oleh kedua belah pihak). Tak boleh salah seorangnya sesudah akad yang shahih itu membatalkan, walaupun karena uzur melainkan kalau terdapat sesuatu yang memfasakan akad, seperti cacat

pada benda yang disewa itu”.

Demikian juga pendapat Imam Malik dan Ahmad yang tidak membolehkan ijarah dengan alasan bahwa sewa-menyewa tersebut tidak bisa batal, kecuali dengan hal-hal yang membatalkan akad-akad yang tetap, seperti akadnya cacat atau hilangnya tempat mengambil manfaat itu. Para ulama yang lain yang tidak menyepakati ijarah adalah Abu Bakar alAsham, Ismail Ibn Aliah, Hasan Al Bashri, Al Qasyani, Nahrawi, dan Ibn Kaisan yang beralasan bahwa ijarah adalah jual beli kemanfaatan, yang tidak dapat dipegang (tidak ada). Sesuatu yang tidak dapat dikategorikan jual beli.28

Abu Hanifah beserta ashabnya berpendapat bahwa “ Boleh dibatalkan penyewaan karena sesuatu peristiwa yang terjadi walaupun dari pihak yang menyewa, umpamanya ia menyewa suatu kedai untuk berniaga, kemudian

27

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Cet. 4. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 101.

28

(32)

kedai itu terbakar, atau dicuri, atau dirampas, atau jatuh bangkrut, maka bolehlah ia membatalkan penyewaan.29

Ijarah menjadi fasakh (batal) dengan hal, sebagai berikut: Terjadi aib

pada barang sewaan yang kejadiannya di tangan penyewa atau terlihat aib lama padanya. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah dan binatang

yang menjadi „ain.

Rusaknya barang yang diupahkan (Ma’jur‘alaih), seperti baju yang diupahkan untuk dijahitkan, karena akad tidak mungkin terpenuhi sesudah rusaknya (barang), Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, selesainya pekerjaan, atau berakhirnya masa, kecuali jika terdapat uzur yang mencegah

fasakh. Seperti jika masa ijarah tanah pertanian telah berakhir sebelum

tanaman dipanen, maka ia tetap berada di tangan penyewa sampai masa selesai diketam, sekalipun terjadi pemaksaan, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bahaya (kerugian) pada pihak penyewa, yaitu dengan mencabut tanaman sebelum waktunya.

Penganut-penganut mazhab Hanafi berkata, boleh memfasakh ijarah, kecuali adanya uzur sekalipun dari salah satu pihak. Seperti seseorang yang menyewa toko untuk berdagang, kemudian hartanya terbakar, dicuri, dirampas, bangkrut maka ia berhak memfasakh ijarah.30 jika masa atau waktu yang telah habis sebagaimana yang diperjanjikan sebelumnya, maka jika telah habis tempo, akad sewa menyewa itu menjadi berakhir, kecuali jika terdapat udzur yang mencegah fasakh itu.

29

TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), h. 428.

30

(33)

Seperti contoh ijarah pertanian jika panen sudah tiba, namun telah berakhir maka tetap berada di tangan penyewa sampai masa panen selesai, sekalipun terjadi pemaksaan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bahaya (kerusakan) pada pihak penyewa yaitu orang mencabut tanaman sebelum waktunya.31

Penganut mazhab Hambali berkata:

“manakala ijarah telah berakhir, penyewa harus mengangkat tangannya

dan tidak ada kepastian mengembalikan untuk menyerah-terimakannya, seperti barang titipan, karena ini merupakan akad yang tidak menuntut jaminan sehingga tidak mesti mengembalikan atau menyerah-terimakannya. Mereka berkata: “setelah berakhirnya masa maka ia adalah amanat yang apabila terjadi kerusakan tanpa diniat atau sengaja, tidak kewajiban untuk

menanggungnya”.

D. Konsep pembiayaan Ijarah Pada Peraturan Ekonomi Islam Indonesia

Ijarah berarti upah, sewa, jasa, imbalan.32 Menurut Fatwa Dewan Syariah

Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian, dalam akad ijarah tidak ada pemindahan kempemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.33

31

Ibid., h. 34. 32

AH. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.120. 33

(34)

Mayoritas produk pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah saat ini masih terfokus pada produk-produk murabahah (prinsip jual beli). Pembiayaan

murabahah, sebenarnya memiliki kesamaan dengan pembiayaan ijarah. Yang

membedakan keduanya hanyalah obyek transaksi yang diperjual-belikan tersebut. Pembiayaan murabahah yang menjadi obyek transaksi adalah barang. Sedangkan dalam pembiayaan ijarah obyek transaksinya adalah jasa maupun manfaat.34

Konteks perbankan Islam, ijarah bisa di persamakan suatu lease contract

dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan

(equipment), sebuah bangunan atau barang-barang seperti mesin-mesin,

pesawat terbang, dan lainnya kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed

charge).35

Ijarah serupa namun tak sama dengan kegiatan leasing dalam sistem

keuangan tradisional. Perbedaan pada obyeknya, leasing hanya sewa barang saja, dan adanya lease-purchase dua akad sekaligus dalam transaksi, ini yang di haramkan karna menimbulkan gharar. Pada mode transaksi pembiayan

ijarah, Lembaga Keuangan Syariah menyewakan suatu aset yang telah dibeli

atau disewa untuk nasabahnya dalam jangka waktu tertentu dan jumlah sewa dengan penambahan ujrah yang telah disepakati bersama, pada awal transaksi akad ijarah tersebut. Pada akhir perjanjian ijarah tersebut,barang yang disewa

34

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta:PT. Raja Grafindo. 2013), h. 137.

35

(35)

itu di kembalikan kepada LKS, setelah barang yang disewakan itu kembali, bank dapat menyewakan kembali kepada orang lain.

Namun selain barang ijarah yang telah selesai masanya dikembalikan kepada bank, ada salah satu perjanjian ijarah dalam rangkaian dua akad, yakni

(Ijarah wa iqtina), suatu perjanjian pembiayan yang diselesaikan dengan cara

pengalihan kepemilikan aset pada akhir akad kepada nasabah. Ijarah ini merupakan konsep hire purchase, yang oleh lembaga keuangan Syariah disebut

lease purchase financing, (Ijarah wa iqtina)IMBT adalah suatu gabungan dari

kegiatan pembiayaan ijarah atas barang-barang bergerak (movable) dan barang-barang tidak bergerak (immovable) dengan memberikan kepada penyewa suatu pilihan atau opsi pada akhirnya membeli barang yang disewa.36

Ijarah wa iqtina kurang mendapat dukungan dari para ahli hukum

muslim, alasannya karena adanya resiko yang tidak diinginkan, penentuan keuntungan di muka dan adanya agunan yang menempatkan bank tidak menanggung resiko dianggap bertentangan dengan semangat Islam, karena Islam menentukan bahwa antara pemodal dan pengusaha yang memperoleh fasilitas pembiayaan harus berbagi resiko. Selain itu, penetapan di muka besarnya premium. Berdasarkan pengalaman sebelumnya sebagai kompensasi pembayaran tertunda bertentangan dengan asas-asas keuangan Islam.37

Dengan semakin berkembangnya perekonomian syariah suatu negara,

semakin meningkat permintaan atau kebutuhan masyarakat. Dalam memenuhi

36

Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit.h.71. 37

(36)

hal tersebut maka pemerintah, hukum dan lembaga terkait keuangan syariah

mempunyai peranan penting dan strategis dalam mengatur operasional dan tata kerja lembaga keungan syariah nasional, agar tidak terjadi penyimpagan manajemen dalam usaha, termasuk dalam kaitannya dengan penerapan prinsip-prinsip syariah.

Berikut beberapa peraturan pembiayaan syariah akad ijarah : Kementerian KUKM, Standar Oprational Prosedur KJKS-UJKS Kementerian Agama “FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAl”

Berikut ini adalah ketentuan objek ijarah dan kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan Ijarah di dalam fatwa Dewan Syari'ah Nasional

 NO. 44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan multijasa38  NO: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijrah.39

a. Ketentuan Objek Ijarah

1) Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.

2) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

3) Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan).

38

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Semarang: PT. Karya Toha Putra,1996).

39

(37)

4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan Syariah.

5) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.

6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

7) Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga (tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam ijarah. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.

b. Kewajiban LKS dan Nasabah

1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang

diberikan

b) Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan. 2) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa: a) Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk

(38)

b) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materiil).

c) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

E. Syarat Ijarah

1. Baik Mu'jar atau musta'jir harus balig dan berakal.

2. Musta'jir harus benar-benar memiliki barang yang disewakan itu atau

mendapatkan wilayah untuk menyewakan barang itu. 3. Kedua pihak harus sama-sama ridho menjalankan akad.

4. Manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya maupun lama penyewaannya sehingga tidak menimbulkan persengketaan

5. Manfaat atau imbalan sewa harus dapat dipenuhi secara nyata dan secara syariah. Misalnya tidak diperbolehkan menyewakan mobil yang dicuri orang atau perempuan haid untuk menyapu masjid.

6. Manfaat yang dapat dinikmati dari sewa harus halal atau mubah karena

ada kaidah “menyewakan sesuatu untuk kemaksiatan adalah haram

hukumnya”.

(39)

8. Upah harus berupah harta yang secara syariah bernilai. Barang yang disewakan tidak cacat yang dapat merugikan pihak penyewa.

F. Berakhirnya Akad Ijarah

1. Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika barang yang disewakan itu berupa hewan maka kematiannya mengakhiri akad

Ijarah (Jumhur).

(40)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kualifikasi lainnya. Bogdan dan Taylor, sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1

Atau penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).2

B. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Metode ini merupakan pengumpulan - pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek tertentu di lapangan yang menjadi fokus penelitian dan mengetahui suasana kerja di KOSPPI serta

1

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT REMAJA ROSDA KARYA, 2009), h. 4.

2

(41)

mencatat beberapa yang berhubungan dengan penerapan akad ijarah

untuk jasa pembiayaan KOSPPI. b. Dokumentasi

Yaitu dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya.3 Dengan metode ini penulis mendapatkan data mengenai penerapan akad ijarah jasa pembiayaan KOSPPI.

c. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan tertulis (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.4

d. Sumber data 1) Data primer

Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner.5 Dengan data ini penulis mendapatkan gambaran umum tentang KOSPPI, serta data mengenai penerapan akad Pembiayaan ijarah

2) Data sekunder

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Melton Putra, 1991), h. 188.

4

Op. Cit.

5

(42)

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.6 Dengan metode ini penulis mendapatkan data lampiran from pembiayaan, kontrak akad, modul gambaran umum tentang KOSPPI, brosur – brosurnya, dan lain lain.

e. Analisis Data

Dari data-data yang terkumpul, penulis berusaha menganalisis data tersebut. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik deskriftip analisis. Yaitu data yang di peroleh kemudian dituangkan dalam bentuk kata - kata maupun gambar, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan kenyataan yang realistis.

sebagaimana dikutip oleh Husein Umar, metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat berlangsungnya proses penelitian maupun riset.7

6

Ibid, h.40. 7

(43)

33

A. Profil Koperasi Syariah Pegawai Pos Indonesia1

1. Sejarah Berdirinya KOSPPI

Kosppi (Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pekerja Pos Indonesia) satu-satunya lembaga keuangan berbasis syariah yang hadir di Lingkungan Pos Indonesia, Koperasi ini diresmikan pada 03-Agustus-2011 Jl.Pasar Modern Batununggal, Blok RF no: 6-7, Bandung, Jabar, berikutnya menjadi kantor pusat KOSPPI yang pendirianya di prakarsia oleh beberapa pejabat dan karyawan PT. Pos Indonesia tergabung dalam organisasi SPPI (Serikat Pekerja Pos Indonesia)

2. Visi dan Misi

a. Visi : Menjadi Koperasi yang mandiri, produktif, berkualitas dan dikelola secara profesional sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan baik dan memberikan kontribusi yang positif terhadap stakeholder

b. Misi : Mendukung terwujudnya kesejahteraan pegawai, pensiunan beserta keluarganya dari PT. Pos Indonesia termasuk masyarakat pengguna jasa PT. Pos Indonesia. Memberikan kontribusi yang positif kepada PT. Pos Indonesia serta masyarakat pengguna jasa PT. Pos Indonesia.

1

(44)

Memberikan layanan dan produk yang bermanfaat, unggul dan kompetitif bagi seluruh anggota serta masyarakat pengguna jasa PT. Pos Indonesia.

3. Managemen Perusahaan

Kegiatan KOSPPI meliputi :

a. Menghimpun dana dari anggota koperasi atau mitra intansi keuangan.

b. Menyalurkan dana lewat pembiayaan.

(45)

Struktur organisasi serta pengelolaan pada Koperasi Syariah Pegawai Dan Pensiunan Pos Indonesia telah menunjukkan garis wewenang dan garis tanggung jawab secara sederhana, fleksibel dan tegas sehingga mencerminkan pemisahan fungsi dengan jelas.

Susunan struktur organisasi dapat dilihat pada skema dibawah ini. Struktur Organisasi KOSPPI

Struktur Organisasi Pengelola

Adapun hal yang selalu junjung tinggi oleh koperasi KOSPPI adalah pelaksanaan dari Budaya kerja yang baik. Budaya kerja yang dilaksanakan oleh

(46)

individu yang islami, Kecerdasan dunia dan akhirat, Kemandirian dan berakhlaqul kharimah (kepedulian ).

Pilar Utama KOSPPI

Adapun keutamaan yang harus dijunjung tinggi oleh para karyawan KOSPPI guna membentuk pribadi mulia adalah sebagai berikut:

Transparency

Fairness (Adil)

Responsibility

Integrity

(47)

Komitmen yang dijunjung tinggi dalam melayani nasabah yakni menjadikan nasabah adalah:

Seseorang yang paling penting di sisi kita. Kitalah yang bergantung padanya.

Untuknyalah kita bekerja.

Ia bukan orang asing pada bisnis kita Ia adalah bagian dari kita.

Kita tidak melayani karena kemurahan kita. Tapi dialah yang memberi kemurahan pada kita.

Dengan memberi kesempatan kepada kita untuk melayani.

Selain di kota Bandung sebagai kantor pusat, Jaringan Kantor kosspi telah membuka jaringan di Kantor pos Jakarta pusat, dengan terus memperbesar cakupannya dari segi aset, sdm yang propesional dalam segi keuangan syariah, pada akhirnya agar terealisir langkah besar dengan adanya KOSPPI di setiap kantor pos.

B. Produk dan Layanan KJKS KOSPPI

1. Produk Tabungan Anggota Koperasi

a. Simpanan Simpanan Pokok

Simpanan Pokok adalah simpanan yang wajib dibayar 1 kali pada waktu pendaftaran sebesar Rp. 7.500 (tujuh ribu lima ratus rupiah b. Simpanan Wajib

(48)

c. Simpanan Sukarela

Simpanan Sukarela adalah simpanan yang boleh dibayar atau disimpan oleh anggota setiap bulannya, besar simpanannya tergantung anggota.

d. Simpanan Berjangka (Proses Perencanan)

Simpanan Berjangka adalah simpanan yang mempunyai bagi hasil lebih tinggi dari pada simpanan lainnya dengan jangka waktu panjang dengan limit asuransi.

2. Produk Pembiayaan

a. Produk pembiayaan Pembiayaan Pensiunan (Pensiunan Utama KOSPPI) Pembiayaan Pensiunan adalah pembiayaan yang diberikan kepada para pensiunan PNS maupun ABRI yang kantor bayar pensiunnya adalah PT. Pos Indonesia. Secara otomatis pensiunan yang mengajukan pembiayaan ke KOSPPI juga akan terdaftar sebagai anggota KOSPPI dengan hak dan kewajiban tertentu. Akad utama yang digunakan adalah

ijarah dan Murabahah dengan akad pelengkap Wakalah dimana

penggunaan akadnya disesuaikan dengan tujuan penggunaan pembiayaan pensiunan. Ketentuan Pembiayaan :

Usia Lunas maksimum 75 tahun Maksimal Pembiayaan Rp. 125.000.00.

(49)

b. Pegawai Sejahtera KOSPPI (Perose Perencanaan)

Pembiayaan yang diberikan kepada karyawan aktif PT. Pos Indonesia. Akad utama yang digunakan adalah ijarah dan Murabahah dengan akad pelengkap Wakalah dimana penggunaan akadnya disesuaikan dengan tujuan penggunaan pembiayaan pegawai PT.Pos Indonesia. Ketentuan Pembiayaan :

Usia Lunas maksimum 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan.

Maksimal Pembiayaan Rp. 150.000.00,- Jangka waktu maksimum 5 tahun

Akad pembiayaan sesuai prinsip syariah. c. Griya Pegawai KOSPPI (Peroses Perencanaan)

Pembiayaan yang diberikan kepada karyawan aktif PT. Pos Indonesia untuk pembelian rumah baru maupun rumah lama. Akad yang digunakan adalah akad Murabahah.Ketentuan Pembiayaan :

Usia Lunas maksimum 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan.

Maksimal Pembiayaan Rp. 150.000.00,- Jangka waktu maksimum 10 tahun Akad Pembiayaan sesuai prinsip syariah

(50)

C. Mekanisme Pengajuan Pembiayaan Ijarah2

Pada dasarnya semua pembiayaan prosedurnya sama, yang membedakan adalah akadnya. Pada pembiayaan ini menggunakan akad ijarah dikarenakan produk ini berbasis jasa pemanfaatan. Pembiayaan dengan akad ijarah yang diterapkan oleh Koperasi Syariah Pegawai dan Pensiunan Pos Indonesia adalah salah satu contoh dari berbagai konsep ekonomi Islam. Banyak yang beranggapan bahwa pembiayaan ijarah adalah yang terbaik dari system pembiayaan lain.

Pada jasa pembiayaan, kebanyakan para nasabah yang menggunakan jasa pembiayaan ijarah di Koperasi Syariah Pegawai dan Pensiunan Pos Indonesia belum begitu mengetahui tentang akad Ijarah, sehingga pihak KOSPPI menjelaskan kepada para nasabah secara detail sebelum pengajuan akad ijarah dilaksanakan.

Hal ini bertujuan agar pembiayaan dengan akad ijarah yang digunakan itu, bukan digunakan untuk membeli barang, akan tetapi digunakan untuk membayar jasa. Pembiayaan multi jasa yang diserahkan kepada nasabah itu diharapkan benar benar digunakan dalam pelunasan jasa, bukan untuk hal hal lainnya.

1. Prosedur Pengajuan

a. Syarat-syarat Pengajuan Pembiayaan

2

(51)

1) mengisi formulir yang disediakan

2) melampirkan fotocopy KTP Suami istri 3) melampirkan fotocopy Kartu Keluarga (KK) 4) melampirkan fotocopy SK Pengangkatan

5) persetujuan potong gaji dari bendahara, bila angsuran dengan cara potong gaji

6) persyaratan lain bila dianggap perlu

7) bersedia disurvei dan KOSPPI berhak menolak permohonan permohonan pembiayaan

b. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

1) Nasabah melengkapi Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) yang di dapat dari costumer servis, melampirkan identitas diri dan Surat Pernyataan dokumen lainnya yang disetujui oleh KOSPPI.

2) Petugas Administrasi Pembiayaan mencatat dan memberi nomor register pada SPP yang masuk. Setelah itu, SPP diajukan pada pejabat berwenang untuk mendapatkan disposisi.

3) Kemudian bagian pembiayaan menyurvei ke lokasi rumah atau usaha nasabah, melakukan wawancara dengan nasabah, mencocokkan data pada Surat.

(52)

selanjutnya direkam dalam Laporan Hasil Pemeriksaan SPP untuk di analisis dan diteruskan kepada Direksi.

4) Pihak Direksi selanjutnya mempertimbangkan hasil analisis pembiayaan dan memutuskan apakah pembiayaan disetujui untuk direalisasikan atau tidak.

5) Pembiayaan yang disetujui, bagian pembiayaan kemudian mempersiapkan Akad Pembiayaan (AP) ijarah dan berbagai dokumen yang dibutuhkan yaitu :

Slip Setoran (SSt),

Surat Pernyataan Menerima Pembiayaan (SPMP), Kuitansi Realisasi Pembiayaan (KRP),

Kartu Pembayaran Angsuran (KPA) dan Kartu Pembiayaan (KP). SPA diteruskan kepada notaris untuk diperiksa keabsahan dan kebenarannya.

6) Setelah semua dokumen yang diperlukan siap, pihak KOSPPI Menandatangani akad bersama nasabah pada hal ini pihak KOSPPI tanpa mengundang notaries Selanjutnya AP, SSt, SPMP, KRP, dan KPA diarsipkan oleh bagian pembiayaan.

7) Dokumen yang lain yaitu SPMP, SSt, dan KRP diteruskan ke bagian kas untuk pencairan dana pembiayaan.

(53)

9) SPMP, SSt, KRP kemudian diteruskan ke bagian akuntansi untuk dicatat dan diarsipkan.

Apabila hasil survei menunjukkan bahwa pembiayaan tidak layak sehingga tidak dapat di realisasi, maka bagian pembiayaan akan melakukan survei ulang kepada nasabah. Dalam hal ini, nasabah dapat mengganti agunan apabila agunan nasabah tidak disetujui atau melengkapi kekurangan lain.

2. Perinsip Penilaian Pembiayaan Ijarah3

Ketika nasabah mengajukan pembiayaan, maka pihak KOSPPI akan menilai terdahulu kepada pihak calon nasabah. Penilaian ini yang nantinya akan menjadi dasar bagi KOSPPI untuk memutuskan apakah pembiayaan yang diajukan layak direalisasikan atau tidak.

Pada dasarnya jaminan yang diberikan kepada KOSPPI berupa SK pengangkatan hanya dijadikan untuk berjaga-jaga apabila pembiayaan yang diberikan macet karna kelalayan pemohon pembiayaan atau mangkir dari tanggung jawab melunasi pembiayaan.

Adapun prinsip-prinsip penilaia adalah sebagai berikut : a. Syarat 5 C tersebut, yaitu:

Character Adalah sifat atau watak calon nasabah untuk memberi

keyakinan bahwa calon nasabah benar-benar dapat dipercaya.

Character mengukur “Kemauan” calon nasabah mengembalikan

pembiayaan.

3

(54)

Capasity Menilai kemampuan mengelola bisnis dan kemampuan mencari laba Sehingga akan mencerminkan kemampuan calon nasabah mengembalikan pembiayaan.

Capital Bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan

yang dimiliki calon nasabah terhadap yang akan dibiayai

Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah sebagai

pelindung KOSPPI dari risiko kerugian atau ketika nasabah tidak mau mengembalikan pinjaman.

Condition KOSPPI juga perlu menilai kondisi ekonomi saat ini

dan prediksi masa akan datang bila dalam pembiayaan untuk modal produktif.

b. Syarat 7 P tersebut yaitu

Personality Adalah menilai karakter, kepribadian atau tingkah laku

calon nasabah.

Party Yaitu mengklasifikasikan calon nasabah berdasarkan modal,

loyalitas serta karakter. Sehingga calon nasabah pada suatu klasifikasi akan mendapatkan fasilitas pembiayaan yang berbeda dengan calon nasabah klasifikasi lain.

Purpose Untuk mengetahui tujuan calon nasabah mengambil

pembiayaan.

Prospect Untuk menilai usaha calon nasabah di masa mendatang

(55)

Payment adalah bagaimana cara atau dari sumber mana saja calo nasabah akan mengambil pembiayaan.

Profitability, untuk menganalisis kemampuan nasabah mencari laba

atau keuntungan.

Protection untuk menjaga pembiayaan melalui suatu perlindungan

seperti jaminan barang atau asuransi c. Syarat 3 R tersebut yaitu

Return yaitu hasil yang diperoleh oleh debitur, artinya Perolehan

tersebut mencukupi untuk membayar pembiayaan beserta bagi hasil atau margin keuntungan.

Repayment yaitu kemampuan pihak debitur untuk membayar

kembali.

Risk Bearing Ability yaitu kemampuan menanggung risiko.

Misalnya jika terjadi hal- hal yang di luar antisipasi kedua belah pihak (pembiayaan macet), untuk itu harus diperhitungkan apakah jaminan sudah cukup aman untuk mencukupi risiko tersebut.

D. Mekanisme Pencairan Pembiayaan Ijrah KJKS KOSPPI

(56)

dari obek sewa kemanfaatan, nominal dan jangka waktu yang akan digunakan.

Adapun kelebihan (fee atau ujrah) pada pembiayaan, besaran dalam pelunasannya tidak mutlak, hanya dipersamakan 20% pertahun dari pokok pembiayaan, jadi besaran fee atau ujrah tergantung kesepakatan dengan nasabah, analisis KOSPPI kepada nasabah. Selain itu juga, system pembiayaan yang diterapkan menggunakan akad ijarah dalam pencairan dana berupa uang bukan kemanfatan barang atau jasa.

Ijarah adalah bentuk produk akad pembiayaan yang ada di KOSPPI.

Akad ijarah ini membiayai berbagai jasa layanan pembiayaan. Diantaranya adalah:

untuk biaya kesehatan, Layanan kesehatan digunakan untuk biaya seperti; biaya rawat inap rumah sakit dan biaya dokter.

Sedangkan untuk layanan pendidikan, digunakan untuk biaya sekolah seperti; Biaya Masuk, biaya SPP, uang gedung, biaya seragam dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk keperlua pendidikan.

Pembiayan haji dan umrah, untuk biaya travel dalam hal akomodasi, transportasi, penginapan, dan biaya lainnya yang dibutuhkan.

Serta pembiayaan lainya dalam hal sewa manfaat yang di butuhkan nasabah.

(57)

mengajukan kepada KOSPPI untuk melakukan pembiayaan haji dengan mengisi form dan memenuhi persyaratan-persyaratan pembiayaan, pengajuan pinjaman Rp 25.000.000,00.- pemasukan perbulan Rp 7.000.000,00.- jangka waktu pembiayaan dua tahun.

Pada saat Pra pemberian akad, KOSPPI melakukan analisis terdahulu terhadap calon nasabah dengan melihat ; berapa kebutuhan dana yang sangat diperlukan oleh nasabah untuk membiayai haji, bagaimana dan berapa kemampuan nasabah untuk mengangsur terhadap jumlah dana yang diberikan untuk membiayai haji, dengan tetap melihat pada prinsip penilaian calon nasabah. Ketika semua analisis tersebut terpenuhi maka KOSPPI bisa menyetujui pembiayaan yang diajukan nasabah sesuai kebutuhan dengan memberikan akad ijarah karena untuk membiayai haji pembiayaan ijarah

yang lebih sesuai. Peraktiknya KOSPPI bermitra dengan pemberi jasa lalu membayarkan uang sewa tunai kepada mitra Kafilah Tratravel, kemudian menyewakan kembali kepada nasabah di bebankan membayar Angsuran pokok (AP), fee serta biaya lain-lain.

Berdasarkan contoh di atas, angsuran yang harus dikembalikan oleh nasabah untuk akad ijarah adalah pokok pembiayaan ditambah dengan ujrahnya.

(58)

Ujrah=20% Thn X plafon (20% X 20.000.000 = 4.000.000/thn) Angsuran perbulan = plafon + ujrah = ujrah & flapon : 24 BLN Pada saat pencairan pembiayaan , nasabah dikenakan biaya administrasi (3,75%) Rp 337.500, ditambah iuran bulanan (0,25%) Rp22.500, ditambah iuran hibah/sukarela Rp 10.0000 untuk dana social

Dengan kata lain, maka obyek sewa setiap bulannya akan berkurang sesua

Referensi

Dokumen terkait

barang/jasa yang dipesan oleh nasabah, BMT harus memberi tahu secara jujur pokok ijarah kepada nasabah, Maka peneliti berpendapat bahwa praktek pembiayaan akad ijarah

Jadi dalam produk dana talangan haji di BSM menggunakan perpaduan akad qardh dengan ijarah, yaitu pinjaman atau talangan dana dari pihak Bank untuk bisa mendaftar

Periklanan yang bersifat khusus dilakukan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Manfaat Surabaya dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan produk simpanan dan

Dalam aplikasinya seperti yang telah dijelaskan KJKS BTM Kedungwuni Jika dilihat dari standarisasi akadnya, tentang penggunaaan akad ijarah pada pembiayaan ijarah

Akad yang digunakan untuk pemungutan pemeliharaan biaya atau penyimpanan di Pegadaian Syariah adalah akad Ijarah (sewa) karena penyimpanan marhun (barang yang

Sesuai wawancara yang dilakukan penulis kepada Dewan Pengawas Syariah, “objek ijarah merupakan jasa yang diberikan oleh KSPPS Kopena Pekalongan dalam

Sesuai wawancara yang dilakukan penulis kepada Dewan Pengawas Syariah, “objek ijarah merupakan jasa yang diberikan oleh KSPPS Kopena Pekalongan dalam

Di dalam ketentuan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 278 dijelaskan bahwa “Rukun dan syarat dalam ijarah dapat diterapkan dalam pelaksanaan Ijarah Muntahiyah