• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA STATED PREFERENCE KEBUTUHAN ANGKUTAN PARIWISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA STATED PREFERENCE KEBUTUHAN ANGKUTAN PARIWISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Stated Prefernce

Menurut definisinya Stated Preference berarti pernyataan preferensi tentang suatu alternatif dibanding alternatif-alternatif yang lain. Stated

Preference berbeda dengan Revealed Preference yang datanya diperoleh

dari pengamatan terhadap perilaku aktual atau laporan-laporan perilaku pada masa lampau. Revealed Preference mencatat keputusan pilihan perjalanan yang aktual termasuk indikator-indikator dari semua komponen yang mendasari keputusan yang diambil. Teknik Stated Preference berasal dari ilmu psikologi matematika dan mulai diperkenalkan pada akhir tahun 70-an.

Metode ini telah secara luas dipergunakan dalam bidang transportasi karena metode ini dapat mengukur/memperkirakan bagaimana masyarakat memilih moda perjalanan yang belum ada atau melihat bagaimana reaksi mereka bereaksi terhadap suatu peraturan baru. Teknik ini menggunakan pernyataan preferensi dari para responden untuk menentukan alternatif rancangan yang terbaik dari beberapa macam pilihan rancangan. Teknik

Stated Preference mendasarkan estimasi permintaan pada sebuah analisis

(2)

Teknik Stated Preference dicirikan oleh adanya penggunaan desain eksperimen untuk membangun alternatif hipotesa terhadap situasi (hypothetica situationl), yang kemudian disajikan kepada responden. Selanjutnya responden ditanya mengenai pilihan apa yang mereka inginkan untuk melakukan sesuatu atau bagaimana mereka membuat rangking/rating atau pilihan tertentu didalam satu atau beberapa situasi dugaan.

Sifat utama dari Stated Preference survai adalah sebagai berikut:

1. Stated Preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden

tentang bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternaternatif hipotesa.

2. Setiap pilihan direpresentasikan sebagai ‘paket’ dari atribut yang berbeda seperti waktu, ongkos, headway, reliability dan lain-lain. 3. Peneliti membuat alternaternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga

pengaruh individu pada setiap atribut dapat diestimasi, ini diperoleh dengan teknik desain eksperimen (experimental design).

4. Alat interview (questionare) harus memberikan alternatif hipotesa yang dapat dimengerti oleh responden, tersusun rapi dan dapat masuk akal. 5. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan (option)

dengan melakukan rangking, rating dan choice pendapat terbaiknya dari sepasang atau sekelompok pernyataan.

(3)

Kemampuan penggunaan Stated Preference terletak pada kebebasan membuat desain eksperimen dalam upaya menemukan variasi yang luas bagi keperluan penelitian. Kemampuan ini harus diimbangi oleh keperluan untuk memastikan bahwa respon yang diberikan cukup realistis.

Untuk membangun keseimbangan dalam penggunaan stated preference, dibuat tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi atribut kunci dari setiap alternatif dan buat ‘paket’ yang mengandung pilihan, seluruh atribut penting harus direpresentasikan dan pilihan harus dapat diterima dan realistis.

2. Cara didalam memilih akan disampaikan pada responden dan responden diperkenankan untuk mengekspresikan apa yang lebih disukainya. Bentuk penyampaian alternatif harus mudah dimengerti, dalam konteks pengalaman responden dan dibatasi.

3. Strategi sampel harus dilakukan untuk menjamin perolehan data yang representatif.

Data Stated Preference (SP) memiliki beberapa perbedaan karakteristik tertentu dibandingkan dengan Revealed Preference (RP) dalam mengembangkan model. Perbedaan tersebut antara lain:

1. Data Revealed Preference memiliki pengertian yang sesuai dengan perilaku nyata, tetapi data Stated Preference (SP) mungkin berbeda dengan perilaku nyatanya;

(4)

3. Pertukaran (trade off) di antara atribut lebih jelas dan dapat diobservasi dari data Stated Preference dan nilai koefisien spesifik individu dapat diperkirakan dari data Stated Preference.

4. Format pilihan respon dapat bervariasi misalnya memilih salah satu

ranking, rating atau pun choice, sedangkan format pilihan untuk

Revealed Preference hanya choice.

Beberapa alasan mengenai penggunaan metode preferensi, yaitu :

1. Dapat mengukur preferensi masyarakat terhadap alternatif baru yang akan dioperasikan berdasarkan kondisi hipotetik.

2. Variabel yang digunakan bisa bersifat kuantitatif dan juga kualitatif, serta tidak menduga-duga variabel yang akan digunakan untuk membangun model, karena variabel yang akan digunakan untuk membangun model telah ditentukan terlebih dahulu yaitu pada saat menyusun hypothetical

condition.

2.2 Pengertian Angkutan

(5)

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum. Angkutan Pariwisata adalah dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan pariwisata atau keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya.

2.3 Fungsi dan Peranan Angkutan

Angkutan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan dan penghidupan, baik dibidang ekonomi, sosial budaya, politik maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem perangkutan harus ditata dan terus menerus disempurnakan untuk menjamin mobilitas orang maupun barang dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat. Di samping itu, dalam upaya menunjang pengembangan wilayah dan memeratakan hasil-hasil pembangunan, perangkutan dapat berperan sebagai penunjang (pelayanan), pemacu (pendorong) sekaligus pemicu (penggerak) perkembangan.

(6)

2.4 Jenis – Jenis Angkutan

Pada dasarnya ada tiga jenis angkutan yaitu angkutan darat, angkutan laut, angkutan udara. Angkutan darat misalnya dilakukan dengan kendaraan bermotor, kereta api, dan kendaraan tidak bermotor. Angkutan air misalnya dilakukan dengan kapal, perahu, dan lain-lain. Angkutan udara hanya dilakukan dengan pesawat terbang. Angkutan darat terdiri atas berbagai angkutan, seperti :

1. Angkutan Pribadi (Non Umum) adalah angkutan yang dilakukan oleh pemilik sarana angkutan itu sendiri berdasarkan atas pemenuhan kebutuhan dan tidak memiliki pola lintasan yang tetap dalam artian bebas menentukan lintasan sendiri sejauh tidak melanggar ketentuan peraturan lalu lintas.

2. Angkutan Umum penumpang adalah angkutan yang disediakan bagi masyarakat pengguna jasa angkutan dan dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Angkutan ini merupakan pelayanan dengan lintasan tetap yang dapat dipolakan secara tegas. Contoh : Bus, Minibus, Mikrobus dan sebagainya.

2.5 Pentingnya Angkutan Umum

(7)

Namun dibalik kebaikannya, kepemilikan kendaraan pribadi terlalu banyak juga menimbulkan banyak masalah.

Banyaknya kendaraan pribadi berarti kemacetan yang semakin banyak di jalan. Hal ini dikarenakan jumlah peningkatan kendaraan pribadi tidak sebanding dengan peningkatan kapasitas jalan. Semakin banyak masyarakat yang menggunakan kendaraan umum, semakin efektif pula penggunaan jalan raya. Dengan kata lain, kendaraan umum merupakan salah satu pemecahan masalah yang dihadapi hampir semua kota besar di dunia kemacetan.

Sebuah kendaraan memerlukan bahan bakar. Sebagai gantinya, kendaraan mengeluarkan daya dan juga zat-zat polusi. Jika setiap orang menggunakan kendaraan pribadi, maka jumlah zat polusi di udara akan sebanding dengan jumlah manusia. Lain halnya jika banyak orang menggunakan kendaraan umum.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum. angkutan umum penumpang dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Angkutan Lintas Batas Negara, yaitu angkutan dari satu kota kekota lain yang melewati batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

(8)

melalui lebih dari satu daerah Propinsi dengan mempergunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

3. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), yaitu angkutan dari satu kota ke kota lainnya yang melalui antar daerah Kabupaten/Kota dalam satu daerah Propinsi dengan mempergunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.

4. Angkutan Kota, yaitu angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam wilayah kota atau wilayah ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.

5. Angkutan Pedesaan, yaitu angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah Kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibukota Kabupatendengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.

6. Angkutan Khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan /atau tujuan tetap, yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan, antar permukiman, dan simpul yang berbeda.

7. Angkutan Sewa, adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dengan atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasional yang tidak terbatas. 8. Angkutan Perbatasan, yaitu angkutan kota atau angkutan pedesaan yang

(9)

kabupaten atau kota lainnya yang melalui satu Propinsi maupun lebih dari satu Propinsi.

9. Angkutan Taksi, yaitu angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas.

10. Angkutan Pariwisata, yaitu angkutan dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus, untuk keperluan pariwisata atau keperluan lain di luar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya.

11. Angkutan Lingkungan, yaitu angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada kawasan tertentu.

2.6 Trayek Angkutan Umum

(10)

trayek adalah kumpulan dari trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang.

Dalam penyusunan jaringan trayek, yang terdapat dalam PP Republik Indonesia No.74 tahun 2014 tentang angkutan jalan yaitu Jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun berdasarkan:

a. Rencana tata ruang

b. Tingkat permintaan jasa angkutan c. Kemampuan penyediaan jasa angkutan

d. Ketersediaan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan e. Kesesuaian dengan kelas jalan

f. Keterpaduan intramoda angkutan g. Keterpaduan antarmoda angkutan

2.7 Pengertian Pariwisata

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,dan Pemerintah Daerah

2.8 Pengretian Wisatawan dan Obyek Wisata

(11)

untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Menurut Norval dari Inggris, wisata adalah kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk asing di dalam atau luar suatu negara atau wilayah ( M. Kesrul, 2003:3)

Pengertian Wisatawan dalam Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Pengertian Wisatawan yang tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969, Tentang Pedoman Pembinaan Pengembangan Kepariwisataan Nasional.

Memberikan definisi wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu.

Menurut Chafid Fandeli, Wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara diluar tempat tinggalnya untuk jangka waktu lebih dari 24 jam dengan maksud untuk tidak mencari nafkah.

Dalam dunia pariwisata segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi serta dilihat sebagai atraksi sering dinamakan sebagai Obyek Wisata (Nyoman S.Pendit, 1986).

(12)

Sedangkan pengertian obyek wisata adalah Budaya yang terdapat di dalam brosur pariwisata budaya dan sejarah (Fandeli,Chafid.1995 : 58 )

2.9 Sistem Guna Lahan Sistem Transportasi

Pergerakan manusia dan barang di suatu kota, merupakan konsekwensi gabungan dari aktivitas lahan dan kemampuan sistem transportasi dalam mengatasi masalah arus lalu lintas. Biasanya terdapat interaksi langsung antara jenis dan intensitas tata guna lahan dengan penawaran fasilitas-fasilitas transportasi yang tersedia. Tujuan utama dalam perencanaan kedua sistem tersebut adalah menjamin efisiensi antara aktivitas tata guna lahan dengan kemampuan transportasi (Blunden dan Black dalam Khisty dan Lall, 1998: 74). Untuk tata guna lahan kota, memiliki sifat yang dinamis, yang memungkinkan guna lahan bisa berubah-ubah. Sedangkan menurut Martin, B (dalam Warpani 1990: 103) faktor yang mempengaruhi perkembangan guna lahan, yaitu: topografi, jumlah penduduk, biaya bangunan dan derajat pelayanan jaringan perangkutan.

2.10 Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi

(13)

Sedangkan untuk setiap perubahan guna lahan membutuhkan peningkatan sistem transportasi dari kawasan yang bersangkutan (Black, 1981:99). Menurut Meyer (1984: 62) tingkat aksesibilitas oleh sistem transportasi dalam menunjang mobilitas dari suatu area menuju area lain, sangat terkait dengan adanya perubahan guna lahan.

2.11 Pengertian Jalan

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 13/PRT/M/2011 Bab I Pasal 1. Tentang Tata Cara Pemeliharaan Dan Penilikan Jalan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalulintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanan, di bawah permukaan tanah dan / atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalulintas umum.

2.12 Jaringan Jalan

Menurut Undang-Undang No.38 tahun 2004 tentang jalan. Bab III Peran, Pengelompokan, dan bagian-bagian jalan pasal 7 yaitu:

1. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.

(14)

wilayah ditingkat nasionoal, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.

3. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat didalam kawasan perkotaan.

Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalulintas umum, menurut fungsinya dikelompokan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, yaitu :

1. Jalan Arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan cirri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dengan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan cirri perjalanan jarak sedang kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan Lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkunan dengan cirri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

(15)

6. Jalan Nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota propinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

7. Jalan Propinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten/kota, atau antar ibu kotakabupaten/kota, dan jalan strategis propinsi

8. Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan antar pusat dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan permukiman yang berada dalam kota. 9. Jalan Desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

dan/atau antar permukiman dalam desa, serta jalan lingkungan.

2.13 Kondisi Geografis

Aerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah selatan Pulau Jawa,secara geografis terle-tak pada 7033’-8012’ Lintang Selatan dan 110000’-110050’ Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km2. Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438 kelurahan/desa, yaitu:

Tabel 2.1 Daftar Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten/Kota Luas Area

(KM2) Kecamatan Kelurahan/Desa

Kota Yogyakarta 32.5 14 42 Kelurahan

(16)

Kabupaten/Kota Luas Area

(KM2) Kecamatan Kelurahan/Desa

Kab. Kulon Progo 586.27 12 88 Desa

Kab. Gunungkidul 1.485,36 18 144 Desa

Kab. Sleman 574.82 17 86 Desa

D.I.Y 3.185,80 78 438 Kelurahan/desa

Sumber: Badan Pusat Statika Daerah Istimewa Yogyakarta 2013

Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian Selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi:

a. Kabupaten Klaten di sebelah Timur Laut; b. Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara; c. Kabupaten Purworejo di sebelah Barat; d. Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut

Tabel 2.2 Panjang Jalan menurut Keadaan Jalan dan Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (km) 2013

Keadaan Jalan

Condition of Roads

Kabupaten/Kota

Regency/City DIY

Kulonprog Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Jenis Permukaan/Type of 763.68 872.13 686.00 699.50 278.09

1. Diaspal/Asphalted 542.62 652.78 634.40 691.80 248.09 2. Kerikil/Gravel 179.14 67.55 51.60 6.00 -

3. Tanah/Earth 41.92 151.80 - 1.70 -

4. Tidak Terinci/No cover - - - - -

Kondisi Jalan/Quality of Road 763.68 872.13 686.00 699.50 248.09

(17)

Keadaan Jalan Kabupaten/Kota

DIY

Condition of Roads Regency/City

Kulonprog Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakar ta

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kelas Jalan/Class of Road 763.68 872.13 686.00 248.09

1. Kelas I - - - 16.80

2. Kelas II - - - 1.77

3. Kelas III - 466.53 - 26.22

4. Kelas III A - - 6.10 0.17

5. Kelas III B - 142.30 51.20 14.68

6. Kelas III C - 163.30 468.30 14.39

7. Kelas Tidak Dirinci 763.68 - 160.40 174.06

Sumber: DIY Dalam Angka 2014

Tabel 2.3. Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar menurut Jenisnya di Daerah Istimewa Yogyakarta 2013

Jenis Kendaraan

Type of Motorized

Vehicles Bukan Umum Perorangan/ Non Common Private Transportatio n Umum Perusahaan / Common Private Pemerintah/ Government Jumlah Total

(1) (2) (3) (4) (5)

Mobil Penumpang/

Passenger Car

163 522 3 355 3 085 169 962

1. Sedan/Sedan 37 534 1 176 394 39 104

2. Station Wagon/Station 30 224 941 1 226 32 391 3. Mini bus/Mini bus 82 882 1 227 1 220 85 329

4. Jeep/Jeep 12 882 11 245 13 138

5. Lain-lain/Others - - - -

Mobil Bus/Bus 7 431 3 260 477 11 168

1. Bus Biasa/Bus 257 2 082 274 2 613

2. Mikro bus/ Microbus 7 174 1 178 203 8 555

3. Bus Tingkat/Three Step - - - -

4. Lain-lain/Others - - - -

Mobil Barang/Load 47 692 3 609 1 210 52 511

(18)

Jenis Kendaraan

Type of Motorized

Vehicles Bukan Umum Perorangan/ Non Common Private Transportatio Umum Perusahaan / Common Private Pemerintah/ Government Jumlah Total

2. Van/Deliver Van 149 - 1 150

3. Truk Barang/Load Truck 12 787 2 421 648 15 856 4. Truk Tank BBM/Air/

Tank of Water/Fuls 173 2 1 176

5. Double Cabin 71 6 13 90

6. Lain-lain/others 18 1 - 19

Sumber: DIY Dalam Angka 2014

Tabel 2.4. Jumlah Obyek Wisata dan Pengunjung menurut Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta 2012 – 2013

Kabupaten/Kota

Regency/City

2012 2013

Banyak Obyek Wisata/ Number of Public Recreation Areas Wisman/ Foreig n Wisnus/ Domestic Banyak Obyek Wisata/ Number of Public Recreation Areas Wisman/ Foreign Wisnus/ Domestic

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kulonprogo 18 705 595.824 18 - 631.759

Bantul 8 - 2.378.209 8 - 2.037.674

Gunungkidul 18 2.053 1.277.012 18 - 1.337.438

Sleman 63 455.998 2.713.452 63 218.907 3.140.170

Yogyakarta 23 234.539 3.849.764 25 293.093 4.007.191 DIY 130 693.295 10.814.261 132 512.000 11.154.232

Sumber: DIY Dalam Angka 2014

Tabel 2.5 Jumlah Wisatawan Mancanegara menurut Negara Asal dan Golongan Hotel di Provinsi D.I. Yogyakarta, Tahun 2013

No. Negar

a

Hotel Hotel No

Total %

Jumlah % Jumla

h

%

1 Amerika Serikat 8.917 4,97 2221 3,93 11.138 4,72

2 Canada 1.748 0,97 1170 2,07 2.918 1,24

3 Amerika Latin 1.011 0,56 348 0,62 1.359 0,58

(19)

No. Negara Berbintang Hotel Hotel No Bintang Total %

5 Belanda 22.814 12,72 3839 6,80 26.653 11,30 6 Jerman 7.853 4,38 3988 7,06 11.841 5,02 7 Italia 3.622 2,02 1854 3,28 5.476 2,32 8 Inggris 3.314 1,85 1939 3,43 5.253 2,23 9 Perancis 11.572 6,45 3354 5,94 14.926 6,33 10 Spanyol/Portugal 3.363 1,87 1392 2,46 4.755 2,02 11 Belgia 4.218 2,35 1395 2,47 5.613 2,38 12 Swedia/Skandinawia 784 0,44 708 1,25 1.492 0,63

13 Swiss 1.895 1,06 923 1,63 2.818 1,19

14 Finlandia 187 0,10 155 0,27 342 0,15

15 Denmark 537 0,30 489 0,87 1.026 0,44

16 Norwegia 380 0,21 354 0,63 734 0,31

17 Rusia 1.190 0,66 663 1,17 1.853 0,79

18 Eropa Lainnya 4.824 2,69 1359 2,41 6.183 2,62 19 Brunei Darussalam 464 0,26 1565 2,77 2.029 0,86 20 Malaysia 18.989 10,59 3237 5,73 22.226 9,42 21 Philipina 1.456 0,81 365 0,65 1.821 0,77 22 Singapura 11.370 6,34 1206 2,13 12.576 5,33 23 Siam/Muangthai 5.748 3,20 623 1,10 6.371 2,70 24 Hongkong 622 0,35 668 1,18 1.290 0,55 25 Jepang 23.044 12,85 2257 4,00 25.301 10,73 26 Taiwan 1.121 0,62 624 1,10 1.745 0,74 27 Korea Selatan 3.920 2,19 927 1,64 4.847 2,06 28 RR Cina 4.691 2,62 959 1,70 5.650 2,40

29 India 2.598 1,45 846 1,50 3.444 1,46

30 Timur Tengah 1.715 0,96 578 1,02 2.293 0,97 31 Asia Lainnya 8.007 4,46 6675 11,82 14.682 6,23 32 Australia 7.059 3,94 2523 4,47 9.582 4,06 33 Selandia Baru 556 0,31 401 0,71 957 0,41 34 Asia Pasifik Lainnya 305 0,17 527 0,93 832 0,35 35 Negara Afrika 428 0,24 385 0,68 813 0,34 36 ASEAN Lainnya 8.174 4,56 5386 9,53 13.560 5,75

Jumlah 179.364 100 56.489 100 235.853 100

(20)

2.14 Sarana Penunjang Wisata

Dalam mendukung peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung diperlukan suatu usaha peningkatan sarana pendukungnya sarana tersebut antara lain:

1. Jumlah biro perjalanan wisata, cabang biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata

2. Jumlah restaurant talam gangsa dan talam selaka di daerah istimewa yogyakarta

3. Jumlah rumah makan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tipe A, B, dan C.

Berdasarkan data yang diperoleh, semua wilayah yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah mempunyai sarana pendukung wisata, sperti yang tertera dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.6. Jumlah Biro Perjalanan, Pramuwisata, Restoran, dan Rumah Makan di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2014

Uraian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Biro Perjalanan Umum/Wisata

225 254 304 305 381 397 471

1. Biro Perjalanan/Wisata 201 230 279 280 350 366 443 2. Cabang Biro

Perjalanan/Wisata

19 19 19 19 25 19 19

3. Agen Perjalanan/Perjalanan Wisata

5 5 6 6 6 12 9

Pramuwisata 415 514 737 685 455 584 635

Restoran 77 4 76 4

9

56 59 6

0

1. Talam Kencana - - - 1

2. Talam Gangsa 67 - 65 4

3

50 53 5

3

(21)

Uraian Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Rumah Makan 407 503 524 783 585 650 745

1. Tipe A 47 49 61 44 46 46 6

1

2. Tipe B 72 72 78 76 80 91 1

2

3. Tipe C 288 382 385 663 459 513 562

Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2014

Tabel 2.7. Jumlah Usaha dan Sarana Pariwisata di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2014

Usaha/Sarana Kulon

Progo

Bantul Gunun gkidul

Sleman Yogyakart a

DIY

1. Usaha Perjalanan Wisata 4 31 6 183 247 471

- Biro Perjalanan Wisata 4 28 6 158 247 443 - Cabang Biro Perjalanan

Wisata

- - - 19 - 19

- Agen Perjalanan Wisata - - - 6 - 6

2. Restoran dan Rumah Makan

18 134 78 277 298 805

3. Sarana Pendukung 94 232 307 505 207 1408

- Pramuwisata 62 152 196 225 635

- Gedung Pertemuan 10 7 14 5 3 39

- Industri Kerajinan 20 56 40 5 - 121

- Atraksi Budaya/Kesenian 54 62 84 262 24 486

- Desa/Kampung Wisata 10 45 17 37 18 127

Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2014

2.15 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(22)

Visi pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah terwujudnya Yogyakarta sebagai destinasi pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara, berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan Daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

Misi pembangunan kepariwisataan daerah sebagai berikut:

a. Mewujudkan kepariwisataan berbasis budaya yang kreatif dan inovatif, b. Mengembangkan daya tarik wisata berbasis budaya,

c. Meningkatkan daya saing pariwisata pada tingkat nasional maupun global sehingga mampu meningkatkan jumlah kunjungan,

d. Mengembangkan tujuan wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

e. Mengembangkan pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara,

f. Mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, mampu menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab atas kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam dan sosial budaya,

g. Mengembangkan organisasi kelembagaan Pemerintah Daerah, h. Pemerintah Kabupaten/Kota, swasta, dan masyarakat,

(23)

j. Mewujudkan masyarakat sadar wisata untuk mendukung tercapainya sapta pesona.

2.16 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata

Daerah

Pembangunan Destinasi Pariwisata Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi:

Perwilayahan Destinasi Pariwisata Daerah, Pembangunan Daya Tarik Wisata,

Pembangunan Fasilitas Umum dan Pariwisata, Pembangunan Aksesibilitas dan/atau Transportasi, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan, Pembangunan Investasi di Bidang Pariwisata.

1. Perwilayahan Destinasi Pariwisata Daerah, yaitu meliputi: a. Kawasan Pariwisata Daerah, yang ditetapkan dengan kriteria;

- Merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah Kabupaten/Kota dan/atau lintas Kabupaten/Kota yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata daerah;

- Memiliki daya tarik wisata yang berkualitas dan dikenal secara luas secara regional dan/atau nasional dan/atau internasional, serta membentuk jejaring daya tarik wisata dalam bentuk pola pemaketan daya tarik dan pola kunjungan Wisatawan;

(24)

mendukung penguatan daya saing;

- Memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung pergerakan wisatawan dan kegiatan kepariwisataan; dan

- Memiliki keterpaduan dengan rencana sektor terkait.

b. Kawasan strategis pariwisata daerah, ditetapkan dengan kriteria:

- Memiliki fungsi utama Pariwisata atau potensi pengembangan Pariwisata;

- Memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi daya tarik wisata unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;

- Memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya internasional;

- Memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;

- Memiliki lokasi strategi yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan wilayah;

- Memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

- Memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;

(25)

- Berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar wisatawan potensial daerah, nasional maupun international; dan

- Memiliki potensi tren daya tarik wisata masa depan.

c. Pengembangan perwilayahan kawasan pariwisata daerah dan kawasan strategis pariwisata daerah dilaksanakan secara bertahap dengan kriteria sebagai berikut:

- Memiliki komponen daya tarik wisata yang siap untuk dikembangkan,

- Memiliki posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;

- Memiliki posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik pembangunan Kepariwisataan di wilayah sekitar baik dalam konteks Daerah maupun nasional;

- Memiliki potensi tren daya tarik wisata masa depan;

- Memiliki kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang positif dalam menarik kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan nusantara dalam waktu yang relatif cepat;

- Memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;

(26)

- Memiliki keunggulan daya saing nasional dan internasional.

2. Pembangunan Daya Tarik Wisata

Pembangunan Daya Tarik Wisata yang terdapat dalam Peraturan Daerah (PERDA) tersebut meliputi pengembangan dan pembangunan:

- Daya Tarik Wisata Alam;

- Daya Tarik Wisata Budaya; dan

- Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia.

Guna meningkatkan daya tarik wisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat beberapa arah kebijakan pembangunan wisata yang dilaksanakan berdasarkan prinsip keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen destinasi untuk menciptakan daya tarik wisata berkualitas dan berdaya saing, dan pengembangan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya Pariwisata. Arah kebijakan tersebut antara lain:

- Kawasan lereng Merapi bagian selatan dan sekitarnya sebagai kawasan Wisata alam Gunung Merapi dan Desa Wisata;

- Kawasan Prambanan-Ratu Boko dan sekitarnya sebagai kawasan Wisata purbakala dan budaya;

(27)

Wisata pedesaan;

- Kawasan Kraton – Malioboro dan sekitarnya sebagai kawasan Wisata berbasis budaya dan kehidupan perkotaan;

- Kawasan Kasongan - Tembi - Wukirsari dan sekitarnya sebagai sentra kerajinan dan Desa Wisata;

- Kawasan pantai Parangtritis - Depok - Kuwaru dan sekitarnya sebagai Wisata alam, kuliner, dan dirgantara;

- Kawasan pantai Baron - Sundak dan sekitarnya sebagai kawasan Wisata pantai berbasis pendidikan, dan keluarga;

- Kawasan Siung - Wediombo - Bengawan Solo Purba dan sekitarnya sebagai kawasan Wisata berbasis keanekaragaman karst;

- Kawasan Patuk dan sekitarnya sebagai kawasan desa Wisata kerajinan dan agro-ekowisata;

- Kawasan Karst Pegunungan Sewu dan sekitarnya sebagai kawasan Wisata berbasis karst;

- Kawasan Congot - Glagah – Trisik dan sekitarnya sebagai kawasan Wisata kuliner, tradisional pantai; dan

- Kawasan pegunungan Menoreh dan sekitarnya sebagai kawasan Wisata berbasis tirta, religi, alam dan desa Wisata

3. Pembangunan Fasilitas Umum dan Pariwisata

(28)

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Meningkatkan pemberian insentif untuk pembangunan fasilitas Pariwisata dalam mendukung perintisan Kawasan Pariwisata;

- Meningkatkan fasilitasi pemerintah untuk pengembangan fasilitas pendukung Pariwisata atas inisiatif swasta;

- Merintis dan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas umum fisik dasar untuk mendukung kesiapan Kawasan Pariwisata dan meningkatkan daya saing Kawasan Pariwisata; dan

- Merintis dan mengembangkan fasilitas umum dan fasilitas umum fisik dasar untuk memperkuat upaya pengembangan Daya Tarik Wisata permuseuman berbasis budaya dan sejarah. Sedangkan strategi peningkatan kualitas fasilitas kepariwisataan yang mendorong pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing kawasan pariwisata dilakukan dengan cara mengembangkan:

- Berbagai skema kemitraan antara Pemerintah Daerah dan swasta,

- Berbagai skema kemandirian pengelolaan,

- Fasilitas kepariwisataan yang memenuhi kebutuhan wisatawan berkrbutuhan khusus.

(29)

Arah kebijakan pembangunan aksesibilitas dan/atau transportasi Pariwisata, secara umum meliputi beberapa pengembangan antara lain:

a) Moda transportasi Dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata Strategi

Untuk pengembangan moda transportasi dalam mendukung pengembangan pariwisata dilakukan dengan cara mengembangkan beberapa moda tranportasi, antara lain:

- Moda darat dan penyebarangan yang nyaman dan aman disepanjang koridor pariwisata utama;

- Moda perkeretaapian yang nyaman dan aman sebagai pendukung pembangunan kepariwisataan;

- Moda udara yang nyaman, aman, dan memenuhi kebutuhan penerbangan internasional sebagai gerbang utama pariwisata untuk pendukung pembangunan kepariwisataan;

- Moda penunjang pengembangan bandar udara yang nyaman dan aman;

- Moda penghubung antara daya tarik wisata dan bandar udara yang nyaman dan aman;

- Fasilitas sarana pedestrian ; dan

(30)

b) Prasarana Transportasi Dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata

Strategi yang dicanangkan untuk pengembangan prasarana transportasi dalam mendukung pengembangan pariwisata daerah adalah dengan cara mengembangkan beberapa prasarana tranportasi antara lain:

- Prasarana transportasi darat yang nyaman dan aman di sepanjang koridor pariwisata utama;

- Prasarana transportasi perkeretaapian yang nyaman dan aman sebagai pendukung pembangunan kepariwisataan;

- Prasarana transportasi udara yang nyaman, aman, dan memenuhi kebutuhan penerbangan internasional sebagai gerbang utama pariwisata untuk pendukung pembangunan kepariwisataan;

- Prasarana transportasi penunjang pengembangan bandar udara internasional sebagai gerbang utama pariwisata; dan

- Prasarana transportasi penghubung antara daya tarik wisata dan bandar udara yang nyaman dan aman.

c) Sistem Transportasi Dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata.

(31)

- Sistem tranportasi darat yang nyaman dan aman di sepanjang koridor pariwisata utama;

- Sistem tranportasi perkeretaapian yang nyaman dan aman sebagai pendukung pembangunan kepariwisataan;

- Sistem tranportasi udara internasional sebagai gerbang utama pariwisata untuk pendukung pembangunan kepariwisataan;

- Sistem tranportasi penunjang pengembangan bandar udara internasional sebagai gerbang utama pariwisata;dan

- Sistem tranportasi terpadu penghubung antara daya tarik wisata dan bandar udara

5. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan

Arah kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan, meliputi beberapa cara antara lain:

a) Peningkatan Kapasitas Dan Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Bidang Kepariwisataan

Strategi yang digunakan untuk peningkatan kapasitas dan peran masyarakat dalam pembangunan bidang Kepariwisataan adalah sebagai berikut:

- Mengembangkan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan; dan

(32)

b) Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat di Bidang Kepariwisataan

Strategi yang digunakan untuk peningkatan usaha ekonomi masyarakat di bidang kepariwisataan meliputi:

- Meningkatkan kapasitas/skill serta produk layanan usaha ekonomi masyarakat di bidang Pariwisata; dan

- Mengembangkan regulasi yang berorientasi untuk mendorong perkembangan usaha ekonomi yang dikembangkan oleh masyarakat lokal.

c) Penguatan Kesadaran Wisata Masyarakat

Strategi yang digunakan untuk penguatan kesadaran Wisata masyarakat meliputi:

- Meningkatkan pemahaman, dukungan, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan sapta pesona bagi terciptanya iklim kondusif kepariwisataan setempat;

- Meningkatkan motivasi, kesempatan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan mencintai alam dan budaya daerah.

6. Pembangunan Investasi di Bidang Pariwisata.

Secara umum arah kebijakan pembangunan investasi di bidang pariwisata meliputi:

(33)

Strategi yang dipergunakan untuk peningkatan insentif investasi di bidang pariwisata adalah dengan cara meningkatkan:

- Pemberian keringanan pajak secara gradual untuk investasi penanaman modal asing dan modal dalam negeri di sektor Pariwisata;

- Perbaikan jasa pelayanan pajak untuk investasi penanaman modal asing dan modal dalam negeri disektor Pariwisata;

- Respon positif masyarakat untuk menciptakan iklim investasi yang sehat.

b) Peningkatan Kemudahan Investasi di Bidang Pariwisata Strategi yang dipergunakan untuk peningkatan kemudahan investasi di bidang pariwisata adalah dengan cara

mengembangkan:

-Debirokratisasi investasi di bidang pariwisata, -Deregulasi peraturan yang menghambat perizinan. c) Peningkatan Promosi Investasi di Bidang Pariwisata

Strategi yang dipergunakan untuk peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata adalah dengan cara:

- Menyediakan informasi peluang investasi di Kawasan Pariwisata;

(34)

dalam negeri dan luar negeri; dan

- Meningkatkan sinergi promosi penanaman modal bidang Pariwisata dengan sektor terkait.

2.17 Kunjungan Obyek Wisata Daerah Istimewa Yogyakatra

Berdasarkan Buku Statistik Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014, didapatkan jumlah wisatawan berkunjung ke masing-masing obyek wisata yang tersebar di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun tidak semua obyek wisata masuk dalam daftar tersebut, namun beberapa obyek utama yang selama ini menjadi andalan dapat dilihat pada tabel 2.8.

Berikut daftar kunjungan wisatawan ke masing-masing obyek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta :

(35)

1 Kraton Yogya- karta 470.194 517.416 538.144 686.857 714.386

2 Taman Sari 124.918 172.397 175.885 231.483 351.411

3 Gembira Loka 944.810 889.219 1.018.690 1.445.148 1.547.517

4 Purawisata 123.502 194.227 35.930 36.960 191.077

5 Kebun Plasma Nutfah 7.574 8.031 7.333 10.265 16.313

6 PagelaranKraton 318.543 262.489 247.869 272.659 298.156

7 Taman Pintar 1.085.538 1.127.864 887.152 932.705 1.067.131

8 Museum So- nobudoyo I 142.217 19.639 24.937 82.733 21.978

9 Museum Sasmitaloka Pangsar Soedirman

10.198 11.877 11.476 10.364 11.290

10 Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya

4.449 23.750 8.156 11.010 11.875

11 Museum Sasana Winatama P. Diponegoro

2.078 2.078 1.997 2.589 2.118

12 Museum Pusat Dharma Wiratama

232 3.444 4.902 5.641 6.316

13 Museum Perjuangan 2.839 4.834 6.038 13.958 3.033

14 Museum Kereta Keraton 25.237 27.840 27.881 30.670 33.197

15 Museum So- nobudoyo II - - - 384 14.615

16 Museum Mata dr. Yap - - - 658 901

17 Wayang Kulit Sasonohinggil 4.892 - - 0 0

18 Museum Benteng Vredeburg 103.762 200.210 139.280 240.794 258.322

19 Museum Biologi UGM 19.994 20.286 21.013 18.728 20.250

20 Museum Puro Pakualaman - 724 542 320 1.037

21 Museum Batik Sulaman - 1.091 1.117 2.109 2.107

22 Istana Gedung Agung - 17.337 12.127 13.339 16.312

23 Makam Raja Mataram - 19.147 20.925 26.931 26.883

24 Museum Bahari - 5.602 5.918 7.300 6.666

25 Kampung Wisata Dipowinatan - - 618 0 836

26 Museum Sandi - - - - 17.278

3.390.977 3.529.502 3.197.930 4.083.605 4.641.005

Jumlah

No Obyek dan Daya tarik Wisata

(ODTW) Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013

[image:35.612.98.525.197.634.2]

wisatawan di kota Yogyakarta. Hal ini berbanding lurus dengan kunjungan Gembira loka dikarenakan rombongan anak sekolah setelah atau sebelum dari Gembira Loka juga akan berkunjung ke Taman Pintar. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Perkembangan Jumlah Pengunjung Daya Tarik Wisata Kota Yogyakarta Tahun 2009-2013

Sumber : Statistik Kepariwisataan 2013

(36)

1 Candi Prambanan 1.475.797 1.140.506 1.136.845 1.265.897 1.415.729

2 Candi Kalasan 1.894 2.183 4.828 7.519 6.492

3 Candi sari 1.448 1.295 1.835 1.225 4.098

4 Candi Gebang 1.856 1.502 1.115 2.659 3.094

5 Candi Ijo 3.178 7.954 7.119 11.942 23.712

6 Candi Banyu Nibo 2.937 2.741 3.103 3.352

-7 Candi Mo- rangan 79 970 450 400 1.475

8 Candi Barong 5.224 3.545 3.413 2.758 5.304

9 Kraton Ratu Boko 83.828 90.785 123.196 113.503 173.002

10 Candi Sambisari 5.059 3.709 4.330 6.954 9.618

11 Situs Watu Gudig 174 707 502 633 519

12 Candi Gupolo - - 1.185 1.695 812

13 Candi Kedulan - - 592 1.059 1.880

14 Candi/situs lainnya - - - 3.138 7.459

15 Museum TNI AU Dirgantara 78.250 94.871 96.999 164.259 183.824

16 Museum Affandi 13.010 9.739 5.635 10.069 13.338

17 Museum / Mon. Jogja Kembali 360.197 278.810 259.468 281.849 329.800

18 Museum Geotek nologi UPN 8.313 7.431 5.207 5.011 5.617

19 Museum/Sanggar Ullen Sentalu 27.649 38.354 20.390 54.884 79.097

No Obyek dan Daya Tarik Wisata

(ODTW) Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013 Kotagede. Potensi utama di kawasan ini adalah kerajinan perak dan makam Kotagede yang merupakan makam keluarga kerajaan Mataram pada masa awal berdirinya. Sudah lama komplek makam ini tertutup untuk makam baru. Jumlah pengunjung makam diperkirakan mencapai 3.000 orang per bulan.

1. Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Sleman

[image:36.612.100.525.176.712.2]

Perkembangan jumlah pengunjung Obyek Dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Obyek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Candi Prambanan yang terlihat jumlah kunjungan tiap tahun mengalami peningkatan. Namun hal ini berbeda dengan Candi Banyu Nibo, Taman Rekreasi Anak Kaliurang dan Taman Nasional Gunung Merapi yang tidak mengalami peningkatan dengan kata lain tetap, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.9.

(37)

1 Pantai Parang Tritis 1.323.857 1.174.872 2.072.085 1.773.179 1.574.730

2 Pantai Samas 43.782 35.180 38.316 51.900 55.698

3 Gua Selarong 32.190 28.930 27.801 27.974 28.274

4 Gua Cerme 17.135 16.189 22.456 20.032 16.924

5 Makam Imogiri 8.106 8.917 23.296 31.230 31.230

Th. 2013 No Obyek dan Daya Tarik Wisata

(ODTW) Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012

1 Candi Prambanan 1.475.797 1.140.506 1.136.845 1.265.897 1.415.729

No Obyek dan Daya Tarik Wisata

(ODTW) Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012 Th. 2013

18 Museum Geotek nologi UPN 8.313 7.431 5.207 5.011 5.617

19 Museum/Sanggar Ullen Sentalu 27.649 38.354 20.390 54.884 79.097

20 Museum Pendidi- kan Indonesia - - 6.003 4.759 5.397

21 Museum Gn. Merapi - - 64.700 92.226 128.625

22 Desa Wisata seKab. Sleman - 44.414 102.420 137.281 157.770

23 Kaliurang 852.047 606.518 397.831 587.591 575.525

24 Kaliadem (Lava tour) 211.555 - 151.935 161.198 286.041

25 Ramayana Prambanan/ Trimurti 164.481 58.712 - 93.978 169.658

26 Merapi Golf 77.919 41.482 8.051 26.393 29.403

27 TR Anak Kaliurang 35.440 - 13.880 -

-28 Taman Nasional Gn. Merapi 103.801 63.591 72.743 -

-3.514.136 2.499.819 2.493.775 3.042.232 3.617.289 Jumlah

Sumber : Statistik Kepariwisataan 2013

2. Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Bantul

[image:37.612.99.531.108.571.2]

Pada Tabel 2.10 terlihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kabupaten Bantul cenderung meningkat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, sementara itu pada tahun 2010 Pantai Kuwaru yang merupakan obyek wisata baru di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan kunjungan wisatawan dari tahun 2011 akan tetapi mengalami penurunan pada tahun 2013, sedangkan pantai yang paling banyak atau sering dikunjungi wisatawan adalah Pantai Parangtritis, akan tetapi pada tahun 2012 sampai tahun 2013 jumlah wisatawan mengalami penurunan seiring dengan munculnya lokasi wisata pantai-pantai baru yang ada di Kabupaten Bantul.

(38)

1 Waduk Sermo 16.331 17.825 16.806 20.822 30.643

2 Pantai Glagah 198.505 256.966 262.312 278.519 293.981

3 Pantai Trisik 32.535 29.297 27.175 23.076 22.972

4 Pantai Congot 29.009 28.791 26.453 37.544 37.821

5 Gua Kiskendo 5.456 6.746 3.440 8.956 7.060

6 Clereng 24.285 18.154 17.060 21.387 22.559

7 Suroloyo 10.571 9.538 9.683 10.954 24.521

8 Sendang Sono 21.880 21.870 107.500 106.500 108.000

9 Jogja Orang Utan Center (YKAY) 17.849 6.859 13.975 13.088 8.912

10 Makam Girigondo 3.702 4.301 1.147 3.025 4.839

11 Tawisman Wisata Ancol 4.900 0 - 0 9.821

12 Wahana Pelangi 43.601 32.642 32.642 29.386 31.711

13 Makam Nyi Ageng Serang 1.507 669 841 2.166 1.038

14 Desa Wisata se Kulonprogo 11.820 12.612 26.709 40.401 91.972

421.951 446.270 545.743 595.824 695.850 Th. 2013

Jumlah

No Obyek dan Daya Tarik Wisata

(ODTW) Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012

6 Pantai Pandansimo 22.476 35.954 52.832 129.848 119.693

7 Pantai Kuwaru - - 272.850 259.913 135.951

8 Pantai Goa Cemara - - - 11.667 75.374

1.447.546 1.300.042 2.509.636 2.305.743 2.037.874

Jumlah

1 Pantai Parang Tritis 1.323.857 1.174.872 2.072.085 1.773.179 1.574.730 Th. 2013 No Obyek dan Daya Tarik Wisata

(ODTW) Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012

Sumber : Statistik Kepariwisataan 2013

3. Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Kulonprogo

[image:38.612.98.526.99.680.2]

Lokasi wisata yang berada di Kabupaten Kulonprogo cenderung mengalami peningkatan jumlah pengunjung. Hal ini terlihat perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Obyek dan Daya Tarik Wisata dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Pantai Glagah adalah lokasi wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan kemudian dilanjutkan Sendang Sono yang merupakan tempat ziarah Goa Maria yang terletak di Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo, lebih detail terurai pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Perkembangan Jumlah Pengunjung Daya Tarik Wisata Kabupaten Kulonprogo Tahun 2009-2013

(39)

1 Pantai Baron 430.422 909.382 501.197 442.912 518.899

2 Pantai Siung 8.658 16.166 33.412 34.183 52.487

3 Pantai Wedi Ombo 18.795 14.912 34.786 35.150 44.715

4 Pantai Sadeng 12.327 14.068 21.358 24.342 23.116

5 Pule Gundes 20.119 16.461 35.396 109.030 149.127

6 Tepus 18.902 18.528 33.615 179.377 230.125

7 Pantai Ngerenehan 20.096 17.807 25.273 34.986 41.268

8 Goa Cerme 9.671 - 2.668 1.800 3.000

9 Gunung Gambar - - 700 1.400 372

10 Desa wisata - - - 415.885 759.142

538.990 1.007.324 688.405 1.279.065 1.822.251 Th. 2013

Jumlah

No Obyek dan Daya Tarik Wisata

(ODTW) Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012

4. Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Gunungkidul

[image:39.612.98.528.186.646.2]

Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan laut selatan, Kabupaten Gunungkidul mempunyai obyek wisata pantai handal yang melimpah. Keindahan laut dan daratan menjadi potensi pariwisata Kabupaten Gunungkidul yang akan menjadi penyumbang bagi Pendapata Asli Daerah (PAD) Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbatasan dengan Solo/Surakarta ini. Data yang diperoleh dari Statistik Kepariwisataan Tahun 2013 bahwa semua lokasi wisata pantai yang ada di Kabupaten Gunungkidul mengalami peningkatan jumlah pengunjung, akan tetapi jumlah pengunjung mengalami penurunan di Goa Cerme dan Gunung Gambar sesuai dengan yang tertera pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12 Perkembangan Jumlah Pengunjung Daya Tarik Wisata Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2013

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tabel 2.2 Panjang Jalan menurut Keadaan Jalan dan Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (km) 2013
Tabel 2.3.   Jumlah  Kendaraan  Bermotor   yang   Terdaftar   menurut   Jenisnya  di   Daerah Istimewa Yogyakarta 2013
Tabel 2.5 Jumlah Wisatawan Mancanegara menurut Negara Asal dan Golongan Hotel di Provinsi D.I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan eksperimen semu (quasy-experiment) yaitu penelitian yang digunakan untuk mengungkap hubungan sebab akibat dengan

 Bahwa berdasarkan alasan hukum tersebut diatas, maka tidak bertentangan antara amar Putusan BANI point (3) dengan (4) perihal kewajiban Terbanding membongkar

Pada tugas akhir ini dibuat aplikasi Robot Soccer dengan Pengendalian Melalui Gelombang Radio Frekuensi berbasis mikrokontroler yang merupakan salah satu bentuk aplikasi

bahwa untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu perlu mengatur Perhitungan Tahunan dan Penggunaan Laba Bersih Tahunan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan status gizi pasien TB yang dirawat di instalasi rawat inap anak dengan pasien TB yang dirawat di poliklinik

Agar sistem operasional dan prosedurnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam penyerahan barang di PT Pegadaian (Persero) Cabang Padang bulan Medan yaitu

produk dalam negeri, tekstur produk meliputi aroma dan warna, kualitas, efek yang dijanjikan, pengalaman penggunaan sebelumnya, kesesuaian dengan tipe kulit,

Nilai guna langsung dan tidak langsung didapatkan dari perkalian antara jumlah limbah yang dihasilkan dengan harga limbah dan dikurangkan dengan total biaya