• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Proyek Irigasi Pongkolen Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Proyek Irigasi Pongkolen Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROYEK IRIGASI PONGKOLEN TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN KERAJAAN

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Oleh

AUGUSMAN HARAPAN PADANG

087003003/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L

A H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

PENGARUH PROYEK IRIGASI PONGKOLEN TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN KERAJAAN

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AUGUSMAN HARAPAN PADANG

087003003/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc,. Ph.D) Ketua

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Anggota

(Kasyful Mahalli, SE., M.Si) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

Tanggal lulus: 09 Februari 2010

Judul Tesis : PENGARUH PROYEK IRIGASI PONGKOLEN

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN

PAKPAK BHARAT

Nama Mahasiswa : Augusman Harapan Padang

Nomor Pokok : 087003003

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 09 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D

Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

3. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

4. Drs. Rujiman, MA

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

“PENGARUH IRIGASI PONGKOLEN TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN PAKPAK BHARAT”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, 12 Februari 2010

yang membuat pernyataan:

Augusman Harapan Padang

(6)

ABSTRAK

Augusman Harapan Padang, 2010. Pengaruh Proyek Irigasi Pongkolen terhadap

Pengembangan Wilayah Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat, dengan

Komisi Pembimbing: Zulkifli Nasution, Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli.

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah (1) untuk mengetahui perbedaan tingkat pendapatan petani padi sawah non irigasi dengan petani padi sawah irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. (2) untuk mengetahui perbedaan fungsi faktor-faktor produksi padi sawah antara petani non irigasi dengan petani padi sawah irigasi (berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) terhadap hasil pertanian padi sawah di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, (3) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah petani irigasi berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap hasil pertanian padi sawah irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, (4) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah petani non irigasi berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap hasil pertanian padi sawah non irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat (5) untuk mengetahui kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Square (OLS) dengan pengujian regresi berganda dan regresi sederhana dengan menggunakan persamaan fungsi produksi Cobb Douglass dan melakukan uji t. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen sektor pertanian dan PDRB sebagai variabel dependen. Selain itu faktor-faktor produksi berupa luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Jumlah sampel 156 responden (irigasi dan non irigasi).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani pola irigasi dengan pendapatan petani non irigasi. Selain itu menunjukkan beberapa faktor produksi berupa luas lahan, pemakaian pestisida, penggunaan tenaga kerja dan jenis petani memberikan kontribusi yang signifikan terhadap jumlah produksi. Faktor produksi berupa luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh terhadap jumlah produksi petani irigasi. Variasi variabel hasil produksi petani irigasi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi (lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) sebesar 79,6% sedangkan sisanya sebesar 20,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Faktor produksi petani non irigasi berupa luas lahan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap jumlah produksi petani non irigasi. Variasi variabel hasil produksi petani irigasi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi (lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) sebesar 77,5% sedangkan sisanya sebesar 22,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Selain itu, hasil lain menyimpulkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Pakpak Bharat.

(7)

ABSTRACT

Augusman Harapan Padang, 2010. Influance of Pongkelan Irrigation Project to the Regional Developing of Kerajaan Sub Distric of Pakpak Bharat Regency, with counsellor commission: Zulkifli Nasution, Sirojuzilam and Kasyful Mahalli.

This research purpose is aim to know (1) difference of income level between farmer irrigation and farmer non irrigation in Kerajaan Sub Distric of Pakpak Bharat Regency. (2) aim to know difference of some production factor (land, seed, fertilizer and worker) by the farmer irrigation and farmer non irrigation to the riece field in Kerajaan sub district of Pakpak Bharat Regency. (3) aim to know influence of production factor (land, seed, fertilizer and worker) by the farmer irrigation to the total production in Kerajaan sub district of Pakpak Bharat Regency. (4) aim to know influence of production factor (land, seed, fertilizer and worker) by the farmer non irrigation to the total production in Kerajaan sub district of Pakpak Bharat Regency. and (5) aim to know an agriculture sector contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with ordinary least square (OLS) with multiple regression analysis and simple regression with Cobb Douglass estimation function and use t test model bring about classical assumption test before rushing up to best linier model. The use variable is agriculture sector contribution as independent variable and the Product Domestic Regional Bruto as dependend variable. Some production factor are land, seed, fertilizer and worker. The sample collect are 156 of farmer (irrigation and non irrigation farmer).

The result of this research finding of some significance difference of income level between, farmer irrigation and farmer non irrigation. In addition show some other factor are land size, fertilizer used, worker and kind of farmer can be contribute significance to the total production. For the irrigation farmer some production factor are land size and worker can be contribute significance to the total production, by variation the expressed in R2 equal to 79,6 % and while the rest equal to 20,4% influenced by other variable which is explained by this research model. For the non irrigation of farmer some production factor are land size only can be contribute significance to the total production by variation the expressed in R2 equal to 77,5 % and while the rest equal to 22,5% influenced by other variable which is explained by this research model. The other result conclusion that agriculture sector gave contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji yang tidak terhingga kepada Tuhan, sehingga penulisan tesis ini

dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul “Pengaruh Proyek Irigasi Pongkolen

terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak

Bharat” yang dikaji dengan beberapa pendekatan/analisis sebagai aplikasi

pengetahuan yang didapat oleh penulis selama mengikuti perkuliahan pada Program

Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera

Utara Medan.

Selain itu tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penulisan tesis ini

dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Selaku Ketua Program Studi Magister

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D, selaku Pembimbing I, yang telah

(9)

5. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Pembimbing II, yang telah

banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Pembimbing III, yang telah banyak

membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak Dosen Penguji, Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si, Bapak Drs. Rudjiman,

M.Si dan Bapak Dr. Rahmanta Tarigan, M.Si yang telah banyak memberikan

masukan dalam penyelesaian tesis ini.

8. Bapak Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah (Sekda) dan Bapak Kepala Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pakpak Bharat selaku atasan saya yang telah

banyak memberikan dukungan moril selama mengikuti pendidikan di Program

Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.

9. Istri saya tercinta dan ketiga anak saya yang telah mendorong menyelesaikan

studi pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu

Dosen serta segenap Civitas Akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara maupun rekan-rekan.

Medan, 28 Januari 2010

(10)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Augusman Harapan Padang

2. Tempat/Tanggal lahir : Salak, 17 Agustus 1972

3. Pekerjaan : PNS

4. Agama : Kristen Protestan

5. Orang tua

a. Ayah : Arc. Padang

b. Ibu : Nia Roswati Berutu

6. Istri : Nora Irawati Sihite

7. Anak : 1. Natauli Auresa Padang

2. Graha Tua Padang

3. Aura Alexa Padang

8. Alamat : Jl. Ahmad Yani No. 53 Batang Beruh Sidikalang

9. Pendidikan

a. SD Negeri : SD Negeri 030288 Sidikalang

b. SLTP Negeri : SMP Katolik St. Paulus Sidikalang

c. SMU Negeri : SMA Negeri 44 Jakarta

d. Universitas/Fakultas : Jurusan Teknik Sipil Univ. HKBP Nomensen Medan

e. Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan

(11)

DAFTAR ISI

2.1. Peranan Irigasi dan Penggunaan Input Kimia – Biologis dalam Produksi... 9

2.5. Batasan dan Pengertian Faktor-faktor Produksi... 25

2.6. Pengembangan Wilayah... 29

2.7. Hubungan Hasil Produksi Pertanian terhadap Pengembangan Wilayah ... 33

2.8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 35

2.9. Penelitian Terdahulu ... 38

2.10.Kerangka Pemikiran... 41

2.11.Hipotesis Penelitian... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 45

3.1. Waktu dan Lokasi ... 45

3.2. Populasi dan Sampel ... 45

(12)

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 50

3.5. Teknik Analisis Data………... 51

3.6. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 58

3.7. Definisi Operasional... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63

4.1. Gambaran Proyek Irigasi Pongkelan ... 63

4.2. Kabupaten Pakpak Bharat ... 64

4.3. Karakteristik Responden ... 65

4.4. Analisis Pemanfaatan Input Produksi ... 66

4.5. Intensitas Pola Tanam ... 68

4.6. Uji Asumsi Klasik ... 68

4.7. Pembahasan Perbedaan Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah Irigasi dengan Petani Padi Sawah Non Irigasi... 71

4.8. Pembahasan Perbedaan Fungsi Faktor Produksi Petani Irigasi dan Non Irigasi... 72

4.9. Pembahasan Fungsi Faktor Produksi Petani Irigasi.. ... 75

4.10. Pembahasan Fungsi Faktor Produksi Petani Non Irigasi... 78

4.11. Pembahasan Peranan Sektor Pertanian terhadap PDRB... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 87

5.1. Kesimpulan ... 87

5.2. Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA... 90

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Data Proyek Irigasi Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008/2009... 4

1.2 PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Sektor Tahun 2004 - 2008 ... 5

3.1 Jumlah Desa, Luas Lahan, Jumlah Petani di Kecamatan Kerajaan .... 46

3.2 Jumlah Desa Sampel dan Responden sebagai Petani Irigasi dan Non Irigasi... 50

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 65

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

4.3 Deskripsi Data Penelitian... 66

4.4 Deskripsi Berdasarkan Kelompok Petani... 67

4.5 Intensitas Pola Tanam dalam Setahun... 68

4.6 Pengujian Multikolinieritas... 70

4.7 Uji Sampel Berpasangan (Paired Sample Tes) ... 71

4.8 Pengujian Goodness of Fit ... 72

4.9 Uji F. ... 73

4.10 Uji t.. ... 73

4.11 Pengujian Goodness of Fit ... 76

4.12 Uji F. ... 76

4.13 Uji t.. ... 77

4.14 Pengujian Goodness of Fit ... 78

4.15 Uji F. ... 79

4.16 Uji t... ... 80

4.17 Pengujian Goodness of Fit ... 82

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Hubungan Distribusi Pendapatan Fungsional dan Personal ... 22

2.2 Unsur-Unsur Pengembangan Wilayah ... 31

2.3 Kerangka Pemikiran………... 43

4.1 Grafik Normal PP-Plot ………... 69

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 94

2. Data Pendapatan Petani Irigasi dan Non Irigasi... 96

3. Faktor Produksi Petani... ... 97

4. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB... 99

5. Fungsi Cobb Douglass Faktor Produksi... 100

6. Hasil Uji Beda atas Pendapatan... ... 103

7. Hasil Regresi Sederhana... 104

8. Fungsi Cobb Douglass Faktor Produksi Petani Irigasi... 105

9. Fungsi Cobb Douglass Faktor Produksi Petani Non Irigasi... 108

10. Foto Lokasi Penelitian... 111

(16)

ABSTRAK

Augusman Harapan Padang, 2010. Pengaruh Proyek Irigasi Pongkolen terhadap

Pengembangan Wilayah Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat, dengan

Komisi Pembimbing: Zulkifli Nasution, Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli.

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah (1) untuk mengetahui perbedaan tingkat pendapatan petani padi sawah non irigasi dengan petani padi sawah irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. (2) untuk mengetahui perbedaan fungsi faktor-faktor produksi padi sawah antara petani non irigasi dengan petani padi sawah irigasi (berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) terhadap hasil pertanian padi sawah di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, (3) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah petani irigasi berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap hasil pertanian padi sawah irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, (4) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah petani non irigasi berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap hasil pertanian padi sawah non irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat (5) untuk mengetahui kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Square (OLS) dengan pengujian regresi berganda dan regresi sederhana dengan menggunakan persamaan fungsi produksi Cobb Douglass dan melakukan uji t. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen sektor pertanian dan PDRB sebagai variabel dependen. Selain itu faktor-faktor produksi berupa luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Jumlah sampel 156 responden (irigasi dan non irigasi).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani pola irigasi dengan pendapatan petani non irigasi. Selain itu menunjukkan beberapa faktor produksi berupa luas lahan, pemakaian pestisida, penggunaan tenaga kerja dan jenis petani memberikan kontribusi yang signifikan terhadap jumlah produksi. Faktor produksi berupa luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh terhadap jumlah produksi petani irigasi. Variasi variabel hasil produksi petani irigasi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi (lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) sebesar 79,6% sedangkan sisanya sebesar 20,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Faktor produksi petani non irigasi berupa luas lahan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap jumlah produksi petani non irigasi. Variasi variabel hasil produksi petani irigasi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi (lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) sebesar 77,5% sedangkan sisanya sebesar 22,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Selain itu, hasil lain menyimpulkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Pakpak Bharat.

(17)

ABSTRACT

Augusman Harapan Padang, 2010. Influance of Pongkelan Irrigation Project to the Regional Developing of Kerajaan Sub Distric of Pakpak Bharat Regency, with counsellor commission: Zulkifli Nasution, Sirojuzilam and Kasyful Mahalli.

This research purpose is aim to know (1) difference of income level between farmer irrigation and farmer non irrigation in Kerajaan Sub Distric of Pakpak Bharat Regency. (2) aim to know difference of some production factor (land, seed, fertilizer and worker) by the farmer irrigation and farmer non irrigation to the riece field in Kerajaan sub district of Pakpak Bharat Regency. (3) aim to know influence of production factor (land, seed, fertilizer and worker) by the farmer irrigation to the total production in Kerajaan sub district of Pakpak Bharat Regency. (4) aim to know influence of production factor (land, seed, fertilizer and worker) by the farmer non irrigation to the total production in Kerajaan sub district of Pakpak Bharat Regency. and (5) aim to know an agriculture sector contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with ordinary least square (OLS) with multiple regression analysis and simple regression with Cobb Douglass estimation function and use t test model bring about classical assumption test before rushing up to best linier model. The use variable is agriculture sector contribution as independent variable and the Product Domestic Regional Bruto as dependend variable. Some production factor are land, seed, fertilizer and worker. The sample collect are 156 of farmer (irrigation and non irrigation farmer).

The result of this research finding of some significance difference of income level between, farmer irrigation and farmer non irrigation. In addition show some other factor are land size, fertilizer used, worker and kind of farmer can be contribute significance to the total production. For the irrigation farmer some production factor are land size and worker can be contribute significance to the total production, by variation the expressed in R2 equal to 79,6 % and while the rest equal to 20,4% influenced by other variable which is explained by this research model. For the non irrigation of farmer some production factor are land size only can be contribute significance to the total production by variation the expressed in R2 equal to 77,5 % and while the rest equal to 22,5% influenced by other variable which is explained by this research model. The other result conclusion that agriculture sector gave contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infrastruktur memiliki peran yang cukup signifikan dalam perkembangan

suatu wilayah. Infrastruktur dalam hal ini meliputi sektor-sektor seperti transportasi,

air bersih dan sanitasi, listrik, irigasi, serta telekomunikasi, yang merupakan bentuk

fasilitas publik yang memiliki jaringan (network) sebagai fitur fisik utamanya.

Berbagai studi telah banyak dilakukan untuk membuktikan hubungan kuat antara

pembangunan infrastruktur dengan pengembangan wilayah, tidak hanya dalam

konteks makro namun juga konteks mikro yang terkait dengan peningkatan

pendapatan perkapita masyarakat. Peran penting infrastruktur tersebut dalam

pengembangan suatu wilayah terutama terletak pada fungsinya sebagai input dalam

proses produksi. Sebagian besar mata pencaharian penduduk masyarakat pedesaan

di Indonesia adalah bertani. Hal ini disebabkan karena letak geografis Indonesia

berada di daerah Khatulistiwa yang memiliki kandungan kesuburan tanah yang tinggi.

Karena itu bentuk keberhasilan pembangunan masyarakat pedesaan berada pada

sektor pertanian.

Pertanian adalah mata pencaharian dan lapangan kerja yang pokok bagi

penduduk pedesaan. Karena itu perhatian utama pada pembangunan desa tertuju pada

pembangunan pertanian sebagai sektor kegiatan ekonomi yang paling dominan.

(19)

pertanian, perluasan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani secara

khusus dan menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada umumnya. Oleh sebab

itu sejak Pelita I hingga Pelita V, pemerintah Indonesia menitikberatkan usaha

pembangunan pada sektor pertanian. Sesuai dengan Pembangunan Jangka Panjang

Pelita V sasaran pembangunan sektor pertanian adalah menetapkan swasembada

pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian dan upaya pelestarian sumber

daya alam serta lingkungan hidup. Selanjutnya dalam kebijaksanaan pembangunan

pertanian Pelita VI adalah pembangunan pertanian pangan terus ditingkatkan untuk

memelihara kemantapan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat

dan memperbaiki gizi melalui penganekaragaman jenis bahan pangan.

Untuk keberhasilan dalam sektor pertanian, haruslah memiliki persediaan air

yang memadai karena tanpa adanya persediaan air yang memadai maka produktivitas

dari hasil pertanian sulit untuk ditingkatkan. Hal ini dikarenakan sumber daya alam

utama dalam usaha pertanian adalah tersedianya air secara terus menerus sepanjang

tahun. Secara alamiah, pada musim hujan persediaan air merupakan bentuk

keterikatan keadaan ruang dan waktu, di mana ketersediaan air dapat melimpah dan

bahkan dapat menyebabkan banjir.

Sedangkan pada musim kemarau, sebagian daerah sangat kekurangan air

sehingga para petani umumnya tidak dapat menanami tanam-tanaman mereka.

Demikian juga lokasi atau daerah yang dekat dengan sumber air, persediaan air sering

berlebihan dan pemakaiannya cenderung boros, sebaliknya daerah yang jauh dari

(20)

sama-sama mempunyai akibat yang merugikan bagi usaha tani. Kelebihan air dapat

menyebabkan terjadinya genangan dan penggaraman yang keduanya dapat merusak

atau meracuni tanaman sedang kekeringan dapat mengakibatkan kegagalan panen.

Memperhatikan kenyataan di atas dirasa perlu sistem irigasi yang mengatur distribusi

dan pemakaian air sampai tingkat usaha tani di pedesaan. Oleh karena itu, Pemerintah

membangun berbagai proyek irigasi yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan

pengairan pertanian dan juga sebagai sarana untuk menanggulangi atau mencegah

terjadinya banjir.

Dalam rehabilitasi, pengembangan tersier lebih berperan dari segi optimasi

dan efisiensi irigasi serta pemerataan dan penyediaan air yang memadai. Sasaran

utama dari pengembangan tersier ini adalah memperluas sawah dan areal tanaman.

Sebelum adanya proyek irigasi, sistem pertanian yang dilakukan masyarakat adalah

sistem tadah hujan sehingga penanaman padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam

setahun dan jika musim hujan datang sering menyebabkan banjir yang dapat

mengganggu kegiatan masyarakat maupun ekonomi wilayah itu. Selama ini investasi

pemerintah untuk sistem irigasi baru menelan biaya yang besar dengan kurang

memperhatikan pemeliharaannya serta kurang memperhatikan manfaat yang

dirasakan para petani pedesaan. Agar petani dapat menikmati manfaat yang lebih

besar dari pembangunan irigasi, pemerintah memberikan tanggung jawab yang besar

kepada petani dengan memberi subsidi langsung untuk memelihara dan

(21)

pemerintah dengan para petani dalam suatu organisasi perkumpulan petani pemakai

air (P3A).

Proyek Irigasi Pongkolen yang dilaksanakan di Kecamatan Kerajaan

Kabupaten Phakpak Bharat merupakan salah satu bentuk wadah kepedulian

Pemerintah kepada rakyat. Adapun proyek irigasi yang dilakukan oleh Dinas PU dan

Perhubungan Kabupaten Pakpak Bharat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1. Data Proyek Irigasi Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008/2009

No Kecamatan

Sumber: Dokumentasi Dinas PU dan Perhubungan Kabupaten Pakpak Bharat 2009.

Dengan adanya Proyek Irigasi Pongkolen yang ada di Kecamatan Kerajaan

maka diharapkan masyarakat dapat merasakan dampak bagi penghasilan petani dalam

rangka mewujudkan taraf hidup kesejahteraan masyarakat petani yang lebih baik.

Selain sistem irigasi, hasil produksi pertanian pedesaan tergantung dari faktor-faktor

produksi pertanian yang digunakan seperti luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan

pestisida yang digunakan. Dengan adanya Irigasi yang dibangun, maka diharapkan

dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Dengan meningkatnya hasil produksi

(22)

swasembada pangan akan terjamin. Karena itu pembangunan proyek irigasi

Pongkolen ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan khusunya di sektor

pertanian juga perekonomian pedesaan lainnya.

Perkembangan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari PDRB tahun 2005

sampai tahun 2008 (Produk Domestik Regional Bruto). Dalam hal ini Kabupaten

Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten yang di mana mata pencaharian

masyarakat pada umumnya berada pada sektor pertanian padi sawah. Sumber mata

pencaharian terbesar masyarakat adalah sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.2

sebagai berikut:

Tabel 1.2. PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Sektor Tahun 2004 – 2008

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian

2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri dan Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Bangunan

Sumber: BPS dan BAPPEDA, Kabupaten Pakpak Bharat 2009.

Hal ini dapat dikatakan bahwa di Kabupaten Pakpak Bharat sangat tergantung

kepada sektor Pertanian yang menyumbang lebih dari setengah PDRB Pakpak Bharat.

Pembangunan pedesaan mempunyai arti dan peranan yang strategis dalam rangka

(23)

landasan dari kekuatan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan

serta juga merupakan titik sentral dari pembangunan nasional. Pembangunan desa

beserta dengan berbagai permasalahan di dalamnya merupakan pembangunan yang

berkaitan secara langsung dengan sebagian masyarakat yang berada di pedesaan.

Untuk melihat dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dari Proyek Irigasi dalam

pembangunan pedesaaan, maka penulis mengadakan penelitian mengenai “Dampak

Proyek Irigasi Pongkolen terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan

Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat”.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan berpedoman terhadap patokan hasil perencanaan pembangunan irigasi

Pongkolen dan masih ada areal persawahan yang belum terjangkau oleh irigasi akan

dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan. Tolak ukur terhadap peningkatan hasil/

pendapatan masyarakat di wilayah proyek yaitu antara hasil pertanian yang

memperoleh irigasi dengan yang belum mempergunakannya. Sehubungan dengan

uraian tersebut, perumusan masalah pokok yang dapat diteliti dalam penelitian ini

antara lain:

1. Apakah ada perbedaan tingkat pendapatan petani padi sawah non irigasi dengan

petani padi sawah irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat?

2. Apakah ada perbedaan fungsi faktor-faktor produksi padi sawah antara petani

(24)

dan tenaga kerja) terhadap hasil pertanian padi sawah di Kecamatan Kerajaan,

Kabupaten Pakpak Bharat?

3. Apakah faktor-faktor produksi petani padi sawah irigasi berupa lahan, bibit,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh terhadap hasil pertanian padi

sawah irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat?

4. Apakah faktor-faktor produksi petani padi sawah non irigasi berupa lahan, bibit,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh terhadap hasil pertanian padi

sawah non irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat?

5. Apakah Sektor Pertanian memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB

Kabupaten Pakpak Bharat?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pendapatan petani padi sawah irigasi dengan

petani padi sawah non irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Untuk mengetahui perbedaan fungsi faktor-faktor produksi padi sawah antara

petani irigasi dengan petani padi sawah non irigasi (berupa lahan, bibit, pupuk,

pestisida dan tenaga kerja) terhadap hasil pertanian padi sawah di Kecamatan

Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah petani irigasi

berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap hasil pertanian

(25)

4. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah petani non irigasi

berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap hasil pertanian

padi sawah non irigasi di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

5. Untuk mengetahui kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak

Bharat.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian, diharapkan penelitian ini nantinya menjadi sumbang

saran yang dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bahan masukan dan informasi bagi Pemerintah dalam rangka mengambil

keputusan untuk menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dapat ditempuh

dalam rangka menciptakan dan mempertahankan swasembada beras.

2. Bahan pertimbangan masyarakat khususnya kaum petani yang ingin

meningkatkan hasil produksi padi sawahnya di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten

Pakpak Bharat.

3. Bahan masukan bagi Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Pedesaan di Universitas Sumatera Utara dalam melengkapi ragam penelitian yang

telah dibuat oleh para mahasiswa maupun penelitian yang lain untuk menambah

bacaan dan referensi bahan bacaan dan referensi dari suatu karya ilmiah.

4. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang lebih

lanjut, terutama yang berkaitan dengan penelitian bidang pertanian maupun

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan Irigasi dan Penggunaan Input Kimia – Biologis dalam Produksi

Peranan irigasi dalam meningkatkan dan menstabilkan produksi pertanian

tidak hanya bersandar pada produktivitas saja tetapi juga pada kemampuannya untuk

meningkatkan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang berhubungan dengan input

produksi. Irigasi mengurangi resiko kegagalan panen karena ketidakpastian hujan dan

kekeringan, membuat unsur hara yang tersedia menjadi lebih efektif, menciptakan

kondisi kelembaban tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman, serta hasil dan

kualitas tanaman yang lebih baik. Metoda penggunaan air irigasi untuk tanaman dapat

digolongkan ke dalam: (a) Irigasi permukaan (surface irrigation), (b) Irigasi

bawah-permukaan tanah (sub-surface irrigation), (c) Irigasi curah (sprinkler), dan

(d) Irigasi tetes (drip atau trickle irrigation). Irigasi curah dan tetes disebut juga

Irigasi bertekanan (pressurized irrigation). Pemilihan metoda irigasi tersebut

tergantung pada: (a) Air yang tersedia, (b) Iklim, (c) Tanah, (d) Topografi,

(e) Kebiasaan, dan (f) Jenis dan nilai ekonomi tanaman (IPB, 2008).

Pada irigasi permukaan berdasarkan perbedaan status kelembaban tanah dan

keperluan air tanaman dibedakan menjadi dua hal yakni: (a) irigasi padi sawah dan

(b) irigasi untuk tanaman bukan-padi sawah (upland crops). Irigasi secara langsung

berfungsi untuk menyediakan air pada lahan usaha pertanian. Penggunaan pupuk

(27)

akibat buruk bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu perrtumbuhan buruk tanaman bisa

diakibatkan karena menghilang dan melambungnya harga pupuk kimia seperti Urea,

TSP dan KCl dan obat-obatan kimia dipasaran selalu terjadi setiap musim tanam

seperti saat ini, sehingga membuat kita untuk berfikir ulang akan penggunaan pupuk

dan obat-obatan kimia. Menyimak perkembangan praktek pertanian masa lalu,

praktek penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang

tinggi dalam kurun waktu yang panjang ternyata menyebabkan terjadinya

kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara

lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah (IPB, 2008).

Demikian juga halnya dengan dampak negatif dari penggunaan pestisida ini

mulai meresahkan masyarakat, antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil

pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunya keanekaragaman hayati.

Penggunaan obat-obatan kimia dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada

kepunahan musuh alami hama dan penyakit, dan kehidupan biota tanah. Hal ini

menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah. Bahkan

saat ini residu pestisida akan menjadi faktor penentu daya saing produk-produk

pertanian yang akan memasuki pasar global.

Oleh karena itu perlu dicari pupuk dan obat-obatan yang ramah lingkungan,

sehingga aman dan tidak menjamin kelestarian sumber daya lahan kita. Pada awal

tahun 2000, para pakar pertanian ramai membahas mengenai konsep pertanian sehat.

Namun para petani sebagai pelakunya tidak tahu apa yang harus dikerjakan untuk

(28)

pertanian yang dapat mempertahankan keberlanjutan kesuburan dan produktivitas

tanah, menciptakan konservasi tanah dan mengurangi degradasi tanah. Kalo (1987)

berkesimpulan bahwa bibit padi unggul memiliki hubungan timbal balik terhadap

pemupukan pada kondisi irigasi yang terjamin. Di mana hasil penelitian Kalo

menunjukkan adanya pengaruh irigasi terhadap produksi padi yang dicapai

maksudnya usaha tani di lokasi yang terjamin irigasinya memberikan hasil produksi

yang lebih tinggi daripada usaha tani di lokasi yang tidak terjamin irigasinya.

Sedangkan hasil penelitian Sudaryanto (1980) dalam Wibowo (1986) menunjukkan

bahwa petani yang menggunakan irigasi, menggunakan pupuk dan obat-obatan lebih

banyak dari petani yang tidak menggunakan air irigasi. Hal ini akan menyebabkan

perubahan pada intensitas tanaman. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa

adanya irigasi telah meningkatkan intensitas tanam.

Seperti pada penelitian Saleh (1992) yang menunjukkan adanya kenaikan

intensitas tanam sebesar 88% setelah petani menggunakan irigasi. Hasil penelitian ini

bertolak belakang dengan hasil penelitian Lydia (1993) yang menunjukkan bahwa

kenaikan intensitas tanam sebesar 36% setelah petani menggunakan irigasi. Selain

meningkatkan hasil produksi pertanian, penggunaan irigasi juga diharapkan mampu

memberikan pengaruh yang positif dalam distribusi pendapatan melalui perbaikan

dalam distribusi hasil tersebut di antara para pemilik faktor yang digunakan.

Secara khusus diharapkan terjadinya perbaikan distribusi pendapatan diantara

penggarap, pemilik lahan dan buruh tani. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo

(29)

pendapatan dalam usaha tani setelah digunakan irigasi. Bagian pendapatan yang

diterima oleh buruh tani dan pemilik lahan, baik absolut maupun relatif mengalami

penurunan sedangkan bagian untuk input langsung (seperti pupuk, obat-obatan, bibit

dan iuran irigasi) dan penggarap, baik absolut maupun relatif mengalami kenaikkan.

Sedangkan hasil penelitian Kalo (1987) yang dilakukan pada Kabupaten Indramayu

menunjukkan hasil yang agak berbeda. Beliau mengatakan bagian pendapatan yang

diterima penggarap dan pemilik lahan, baik absolut maupun relatif besarnya naik

apabila irigasinya lebih baik sedangkan tenaga kerja pra panen hanya menerima

pendapatan absolut meningkat tetapi pendapatan relatifnya menurun dengan semakin

baiknya irigasi.

2.2. Konsep Pertanian yang Sehat

Menurut Atmojo (2007), Prinsip sistem pertanian sehat ini meliputi:

(1) memproduksi bahan makanan yang berkualitas tinggi (bebas dari senyawa/

polutan anorganik racun) dalam jumlah yang cukup, (2) memperbaiki dan

mendukung siklus biologis dalam usaha tani dengan memanfaatkan mikrobia, flora

dan fauna tanah serta tumbuhan dan tanaman, (3) mengelola dan meningkatkan

kelestarian kesuburan tanah, (4) meminimalkan segala bentuk kerusakan dan polusi

dalam tanah, serta (5) memanfaatkan dan menghasilkan produk pertanian organik

yang mudah dirombak dari sumber yang dapat didaur ulang.

Berbagai istilah yang sering kita dengar dalam mewujudkan pertanian sehat

(30)

yang pada prinsipnya sama, yaitu suatu sistem budidaya pertanian sehat dengan

masukan rendah yang akan menjamin keberlanjutan usaha pertanian. Sistem

pertanian ini bukan merupakan sistem usahatani tradisional yang stagnan tanpa

masukan input dari luar, melainkan dengan menggunakan input luar secara arif

mendasarkan pada produktivitas tinggi jangka panjang dengan pertimbangan

sosio-ekonomi, budaya dan pemeliharaan sumber daya alam serta lingkungan secara lestari.

Upaya-upaya strategis dalam menciptakan pertanian sehat ramah lingkungan dapat

dilakukan antara lain melalui: (1) Penerapan pola pertanian organik ramah

lingkungan dalam menjaga kesuburan tanah; dan (2) Penerapan konsep pengendalian

hama terpadu.

2.2.1. Pertanian Ramah Lingkungan

Salah satu kunci terciptanya pertanian sehat adalah tersedianya tanah yang

sehat, sehingga akan menghasilkan pangan yang sehat yang pada gilirannya akan

menghasilkan manusia yang sehat pula. Sementara tanah yang sehat adalah tanah

subur yang produktif, yaitu yang mampu menyangga bagi pertumbuhan tanaman dan

bebas dari berbagai pencemar. Untuk itu keberadaan bahan organik penting untuk

penyediaan hara dan untuk mempertahankan struktur tanah. Sistem pertanian organik

ini dapat menjamin keberlanjutan usaha pertanian mengingat sistem usaha ini mapu

menjamin kelestarian kesuburan dan lingkungannya.

Salah satu upaya dalam memelihara kesuburan tanah yaitu dengan

penggunaan pupuk organik, yang mempunyai kelebihan tidak hanya meningkatkan

(31)

tanah serta mengandung senyawa pengatur tumbuh. Atau dengan kata lain

penggunaan pupuk organik tidak sekedar mampu memperbaiki kesuburan saja,

namun akan menyehatkan tanah, sehingga akan menjamin terhadap kesehatan

tanaman dan hasilnya, serta akan menyehatkan manusia yang mengkomsumsinya.

Dalam praktek penerapan sistem pertanian organik sekarang ini, masalah

utama yang sering timbul di lapangan adalah sumber bahan organik yang dapat

digunakan. Untuk itu kita harus mencari sumber bahan organik potensial setempat,

yang tersedia dan mempunyai hara tinggi. Misalnya dari: sisa dan kotoran hewan

(pupuk kandang), sisa tanaman, pupuk hijau, sampah kota, limbah industri, dan

kompos. Dalam praktek pertanian organik secara murni, pemupukan organik secara

penuh memang sangatlah sulit, karena jumlah unsur hara yang dikandung dalam

bahan organik memang relatif rendah, sehingga memerlukan bahan yang relatif

banyak. Oleh karena itu selain pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik masih

dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan hara. Praktek penggunaan variasi pupuk

organik dengan anorganik ini, sering kita sebut sebagai semi-organik (Atmojo, 2007).

2.2.2. Pupuk Hayati

Dalam rangka mewujudkan pertanian sehat dapat dilakukan dengan

memperbaiki dan mendukung siklus biologis dalam usaha tani dengan memanfaatkan

mikrobia, flora dan fauna tanah serta tumbuhan dan tanaman. Misalnya pada tanaman

kacang-kacangan mempunyai potensi untuk berswasembada hara nitrogen, melaui

aktivitas bakteri rizobium. Nitrogen yang digunakan berasal dari udara, dan melalui

(32)

pertumbuhan tanaman. Tanaman akan mempunyai kemampuan menambat nitogen

tersebut jika bakteri rizobium tersebut sudah berada dalam tanah.

Untuk tanah tanah yang jarang digunakan untuk budidaya kacang-kacangan

umumnya keberadaan bakteri tersebut rendah. Untuk keperluan tersebut perlu adanya

pemupukan hayati yang berupa spora dari risobium, yang salah satu nama dagangnya

legin. Nitrogen ini dibutuhkan tanaman dalam jumlah paling banyak, sehingga jika

tanaman mampu mempu memenuhi kebutuhan nitrogen sendiri, akan menekan

pengeluaran untuk pupuk. Penggunaan legin ini tidak secara terus menerus, jika

tanaman telah efektif dalam memfiksasi nitrogen, maka sudah tidak perlu pemupukan

legin lagi. Hal ini dapat kita lihat dari banyak sedikitnya bintil akar yang ada. Pupuk

hayati legin ini cara penggunaanya cukup mudah, yaitu biji (misal kedelai) kita basahi

kemudian kita campur dengan legin, dan langsung kita tanam dilahan.

Karena pupuk ini merupakan bahan hidup maka baik penyimpanan maupun

penggunaan agar terhindar dari matahari langsung. Di samping bakteri rizobium,

penggunaan jamur mycoriza mampu mebantu terhadap penyerapan hara tanah dan air.

Penggunaan mycorisa ini telah banyak digunakan pada tanaman kehutanan dan

perkebunan (Atmojo, 2007).

2.2.3. Pengendalian Hama Terpadu

Praktek penggunaan pestisida takterkendali akan berdampak luas, antara lain

berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani,

menurunnya keanekaragaman hayati. Bahkan saat ini residu pestisida pada hasil akan

(33)

pasar global. Oleh karena itu, dalam upaya dengan pengendalian hama dan penyakit,

dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida biologi, varietas toleran, maupun

penggunaan agensia hayati.

Sehingga pengendalian hama terpadu adalah upaya mengendalikan tingkat

populasi atau tingkat serangan organisme terhadap tanaman dengan menggunakan

dua atau lebih teknik pengendalian dalam satu kesatuan untuk mencegah atau

mengurangi kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Konsep

pengelolaan hama terpadu ini tidak bertujuan untuk mendapatkan suatu keadaan yang

bebas hama, tetapi untuk mengendalikan populasi hama agar kerusakan yang terjadi

selalu di bawah ambang ekonomi, lebih mementingkan penekanan hama oleh

faktor-faktor alami, misalnya menggunakan musuh alami dan selalu didasari oleh

pertimbangan ekologi.

Penerapan Pengelolaan hama terpadu secara konsekwen akan mampu

menekan penggunaan pestisida kimia sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan dan

lingkungan. Selain itu pendapatan petani meningkat dan kualitas hasil meningkat

sehingga akan memperoleh harga jual yang lebih tinggi. Selain itu lebih bersifat

ramah lingkungan, dan mampu menjamin keberlanjutan usaha pertanian (Suntoro

Wongso Atmojo, 2007).

2.2.4. Pestisida Organik

Berbagai upaya dilakukan untuk mengganti pestisida sintetik (kimia), salah

satunya dengan mengembangkan pestisida organik terutama untuk mengatasi masalah

(34)

yang berada di daerah tropis sangat memungkinkan untuk mengembangkan pestisida

organik, mengingat melimpah sumber keragaman hayati di negara kita ini. Yang

termasuk pestisida organik meliputi pestisida biologi dan pestisida nabati.

Pestisida biologi ini bahan aktifnya berupa mikrobia yang digunakan untuk

pengendalian hayati. Misalnya Bacillus thuringiensis yang mampu mengendalikan

hama jenis ulat. Tricoderma koninggi untuk mengendalikan jamur akar karet dan layu

pada cabe. Pestisida nabati sekarang banyak dikembangkan, yaitu pestisida yang

dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan atau produk tumbuhannya. Banyak tanaman

yang mempunyai potensi sebagai pestisida nabati baik dari akarnya, batangnya,

daunnya, bunganya bahkan buangan (limbah) dari produk yang telah diproses,

misalnya limbah pabrik rokok dan jamu. Para peneliti telah banyak menguji tentang

efektivitasnya antara lain daun kecubung, daun mimbo, daun serai, daun secang, umbi

bawang putih, rimpang lempuyang gajah dan emprit dan sebagainya.

Menyadari praktek pola pembangunan pertanian masa lalu dengan masukan

tinggi (penggunaan pupuk kimia dan obat berlebih) ternyata berdampak negatif luas

pada kesehatan dan lingkungan, maka perlu mengembangkan pola masukan rendah

(low input sustainable agriculture, LISA) dengan penggunaan pupuk organik, pupuk

hayati dan obat-obatan organik, yang sehat dan ramah likungan (Atmojo, 2007).

2.3. Produksi dan Pendapatan Petani

Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan

(35)

dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal inilah,

petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan di mana petani adalah

produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen terbesar yang

sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup untuk membeli

pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan sekaligus

juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan

mereka sendiri. Karena itu perlu adanya pembangunan irigasi yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil produksi pertanian dan pendapatan petani sawah.

Dengan meningkatkan produksi pertanian diharapkan sekaligus juga

meningkatnya keuntungan anggota masyarakatnya. Pendapatan petani dari usaha

taninya dapat diperhitungkan dari total penerimaan yang berasal dari hasil penjualan

produksi ditambah dengan nilai yang dikonsumsi sendiri dikurangi dengan total nilai

pengeluaran yang terdiri dari:

1. Pengeluaran untuk input (bibit, pupuk dan pestida).

2. Pengeluaran upah tenaga kerja.

3. Pengeluaran untuk pajak, iuran air dan lain-lain.

Pada umumnya rumah tangga pedesaan sering beranggapan bahwa sumber

utama pendapatan masyarakat berasal dari lahan pertanian. Di mana akan dikaitkan

luas tanah yang dimiliki dengan besarnya pendapatan rumah tangga petani.

Masyarakat masih beranggapan apabila tanah yang dimiliki oleh petani luas, maka

besar pulalah pendapatan yang diterima dalam keluarganya. Pada saat sekarang ini

(36)

tergantung kepada tanah yang dimiliki sebagai indikator pendapatan utama rumah

tangga.

Usaha pertanian baik di pedesaan maupun di perkotaan saat sekarang ini

sudah tidak begitu dominan dan tidak memberikan sumbangan yang besar lagi bagi

pendapatan rumah tangga di pedesaan. Hal ini disebabkan mayoritas rumah tangga

pedesaan khususnya yang tidak atau memiliki tanah yang sempit, kegiatan sekitar

usaha tani merupakan keharusan (mungkin demikian sejak dahulu), sedangkan bagi

rumah tangga yang lain kegiatan usaha tani dapat merupakan jalan menambah tingkat

subsistensi. Selain itu pendapatan petani juga diperoleh dari berbagai sumber

diantaranya (1) dari usaha tani sendiri, (2) dari sumber usaha lain di bidang pertanian,

seperti buruh tani dan (3) dari kegiatan di luar usaha tani dan buruh tani. Kegiatan

usaha tani bertujuan untuk mencapai produksi yang lebih tinggi di bidang pertanian.

Sayogyo (1996) membagi penghasilan petani menjadi tiga tahap, yaitu: (1) tergolong

miskin sekali jika penghasilannya setara dengan 118 kg/beras/tahun/orang,

(2) tergolong miskin jika penghasilannya setara dengan 246 kg/beras/tahun/orang,

(3) tergolong cukup jika penghasilannya setara dengan 408 kg/beras/tahun/orang.

Banyak di negara yang sedang berkembang, pertanyaan tentang penguasaan

tanah yang luas berapakah yang paling kecil masih dapat diusahakan secara

ekonomis, dalam arti berapa luas tanah yang diperlukan supaya kelengkapan petani

dapat dimanfaatkan sepenuhnya adalah kurang penting bila dibandingkan dengan

pertanyaan luas minimal guna mempertahankan hidup, baik dengan langsung

(37)

dari hasil tanam-tanaman perdagangan. Standar itu diukur tidak dengan

ukuran-ukuran suatu skala operasi yang diperlukan tetapi diukur dengan konsumsi pangan

minimal. Bahkan dengan mempergunakan basis ini, luas tanah semata-mata tidak

merupakan suatu kriteria yang mencukupi, karena terdapat perbedaan-perbedaan yang

besar dalam intensitas pengusahaannya dan terdapat perbedaan-perbedaan mengenai

jumlah kali penanam. Sebagai contoh, luas tanah satu hektar di sebuah lembah sungai

di India yang dapat diairi dan dapat ditanami dua kali setahun dapat menghasilkan

enam kali lebih banyak dari pada satu hektar tanah yang tidak dapat diairi dan hanya

ditanami sekali setahunnya. Penerimaan usaha tani atau pendapatannya mendorong

petani untuk mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan, seperti untuk biaya

produksi pada periode berikutnya, tabungan dan pengeluaran untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dari

usaha taninya adalah (1) luas areal tanaman, (2) produktivitas per Ha, pola tanam,

ukuran keluarga petani dan modal yang dipakai petani untuk usaha taninya

(Hermanto, 1993).

Produksi dapat ditingkatkan pada lahan usaha pertanian antara lain dengan

intensifikasi melalui penerapan Panca Usaha yang meliputi: penggunaan benih

unggul, pemberantasan hama dan penyakit, perbaikan teknik bercocok tanam,

pemupukan dan perbaikan pengairan. Perpaduan semua unsur Panca Usahatani

tersebut dapat mengakibatkan produksi yang lebih besar dari pemakaian satu atau

beberapa unsur saja. Pendapatan petani yang bersumber dari kegiatan pertanian

(38)

faktor-faktor produksi berupa lahan garapan, modal dan ukuran keluarga petani.

Kontribusi tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang menghasilkan produksi

pertanian dan untuk memperoleh produksi itu diperlukan tenaga kerja. Modal

merupakan biaya yang harus disediakan untuk membeli benih unggul, pupuk,

pestisida dan input lainnya (Mubyarto, 2007).

Selain itu harga output dan harga input juga turut menentukan besarnya

pendapatan petani. Pendapatan di luar usaha tani ditentukan antara lain oleh

kesempatan kerja yang tersedia, tingkat upah dan banyaknya anggota keluarga yang

dewasa. Tinggi rendahnya pendapatan yang diperoleh keluarga petani akan

menentukan tingkat kesejahteraan ekonomi keluarga terseebut. Di samping itu dalam

melakukan usaha di bidang pertanian, sangat diperlukan sumber daya atau faktor

produksi untuk mengembangkannya, seperti tanah, tenaga kerja, modal (meliputi

modal tetap dan modal kerja untuk pembelian input variable) serta keterampilan

manajemen dari para petani.

2.4. Analisis Distribusi Pendapatan

Pada dasarnya, analisis distribusi pendapatan dapat dilakukan dengan dua

pendekatan, yaitu: (1) Analisis Distribusi Pendapatan Personal dan (2) Analisis

Distribusi Pendapatan Fungsional. Pendekatan pertama mengukur distribusi

pendapatan diantara individu dalam suatu masyarakat. Pendekatan kedua mengukur

(39)

1977 dalam Kalo, 1987). Hubungan antara distribusi pendapatan fungsional dan

personal diilustrasikan pada Gambar 2.1 berikut ini:

Sumber: Kalo, 1987.

Gambar 2.1. Hubungan Distribusi Pendapatan Fungsional dan Personal

Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pendapatan yang diterima petani dapat

diperoleh dari tanah, manajemen (operator’s residual) dan dari tenaga kerja dalam

keluarga. Berarti naiknya produktivitas tanah dapat menaikkan pendapatan dari

Distribusi Pendapatan

F u n g s i o n a l P e r s o n a l

KELUARGA

Diantara Pemilik Faktor Produksi (Earners)

TANAH Diantara Faktor

Produksi (Factors)

M a n a j e m e n

Tenaga Kerja

(40)

petani. Naiknya produktivitas tenaga kerja dapat menaikkan pendapatan tenaga kerja

upahan. Analisis pendapatan fungsional (distribusi pendapatan diantara faktor-faktor

produksi) dapat didekati dengan “pendekatan fungsi produksi” dan dengan apa yang

dinamakan “factor share analysis”. Prinsip dasar dari factor share analysis ialah

menghitung bagian (share) dari output (pendapatan) yang diterima oleh

masing-masing input yang digunakan, di mana semua output (pendapatan) akan dialokasikan

pada semua input tersebut. Karena prinsip ini serupa dengan prinsip “akuntansi”,

maka analisis ini sering disebut dengan “pendekatan akuntansi”. Dengan pendekatan

akuntansi nilai pengeluaran petani untuk faktor produksi (tanah, tenaga kerja,

manajemen atau operator’s residual dan currents inputs) diartikan sebagai

pendapatan faktor produksi yang bersangkutan. Dengan memperhatikan siapa pemilik

dari masing-masing input, maka factor share analysis” dapat diubah menjadi

earner share analysis”. Dengan “earner share analysis” berarti “analisis distribusi

pendapatan personal” dilakukan secara tidak langsung. Dalam penelitian ini, metode

analisis yang digunakan adalah “factor share analysis” dan “earner share analysis”,

atau lebih dikenal dengan “pendekatan akuntansi”. Dengan pendekatan akuntansi

nilai pengeluaran petani untuk faktor produksi yaitu tanah, tenaga kerja, manajemen

(operator’s residual dan currents inputs) diartikan sebagai faktor produksi yang

bersangkutan. Semua nilai pembayaran untuk masing-masing input dan pemilik input

dikonversikan ke dalam nilai riil ekuivalen kilogram gabah. Distribusi pendekatan

(41)

1. Distribusi pendapatan absolut (absolut share)

Pada aspek ini, bagian pendapatan input (factor share) atau pemilik input

(earner share) diukur dalam nilai absolutnya. Pendekatan ini dimaksudkan untuk

menelaah bagaimana perubahan pendapatan absolut didistribusikan di antara input

dan pemilik input yang mana lebih diuntungkan pada perubahan tersebut. Penerimaan

atau pendapatan absolut (absolute share) dari faktor produksi secara langsung dapat

dihitung sebagai berikut:

Sxi = Pxi. xi……….(1)

Di mana : Sxi = Pendapatan absolut yang diterima input xi

Pxi = Harga persatuan input xi

xi = Jumlah input xi yang digunakan

2. Distribusi pendapatan relatif (relative share)

Pada aspek ini, bagian pendapatan input (factor share) atau pemilik input

(earner share) diukur dalam nilai relatifnya. Pendapatan relatif (relatif share) input xi

(42)

y = output

2.5. Batasan dan Pengertian Faktor-faktor Produksi

Usaha tani merupakan kemampuan petani dalam mengorganisasikan dan

mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian petani yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luas

lahan, tenaga kerja dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih

rendah. Namun demikian usaha tani ada yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga maupun untuk memperoleh keuntungan.

Pada umumnya ciri-ciri usaha tani yang ada di Indonesia antara lain berlahan

sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan yang rendah dan kurang dinamis

sehingga mengakibatkan tingkat dan pendapatan usaha tani yang rendah (Soekartawi,

1987). Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, salah satu diantaranya adalah

subsektor tanaman pangan. Pembangunan subsektor tanaman pangan menerapkan

pola intensifikasi, diversifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi, mengacu pada

fungsi-fungsi pokok pengembangan dan pembangunan pertanian. Fungsi-fungsi-fungsi pokok

pengembangan dan pembangunan pertanian mencakup pengembangan produksi,

pembinaan faktor produksi, pengembangan sumber daya alam dan lingkungan hidup,

pengembangan dan ahli teknologi, pembinaan informasi pertanian, pembinaan pasca

panen dan pemasaran, pembinaan pasar ekspor, pemantapan kelembagaan,

pembinaan gizi masyarakat, pengembangan wilayah, pembinaan hubungan sektoral

(43)

Pembahasan aspek produksi tanaman pangan (padi sawah) adalah bagian dari

proses produksi yang tercakup dalam variabel input atau faktor produksi. Tanaman

padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput-rumputan. Tanaman

padi dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi kering yang tumbuh di dataran tinggi

dan padi sawah yang memerlukan air menggenang. Dalam suatu proses produksi ada

hubungan fisik antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksi dan tujuannya

adalah untuk menentukan kombinasi masukkan produksi mana yang baik, kemudian

sampai seberapa besar masukkan produksi tersebut berpengaruh terhadap produksi

yang diperoleh itu disebut dengan fungsi produksi yang secara sistematis dinyatakan

sebagai berikut (Budiono, 1993):

Y = Produk yang dihasilkan (dependent variable)

x1, x2, x3, x4, x5 = Faktor-faktor produksi yang dipakai (independent variable)

Proses produksi sawah menggunakan faktor-faktor produksi seperti benih,

pupuk, luas lahan, tenaga kerja, dan pestisida. Hubungan fisik antara produksi dengan

hasil produksi atau biasa disebut dengan analisis fungsi produksi. Di mana analisis ini

menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor produksi/

input (Mubyarto, 2007).

Analisis ini sebagai dasar perhitungan sejauhmana pengaruh faktor-faktor

(44)

(1993) mengemukakan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam

penggunaan fungsi produksi tersebut, yaitu:

1. Tidak ada nilai pengamatan sama dengan nol, sebab logaritma dari bilangan nol

adalah suatu bilangan yang ilegal, besarnya tidak diketahui.

2. Tidak terdapat perbedaan teknologi pada setiap pengamatan.

3. Tiap variabel regressor (x1) adalah berada pada perfect competitive market.

4. Variabel-variabel di luar model tercakup dalam faktor kesalahan.

Ada tiga macam fungsi produksi yaitu fungsi produksi linier, kuadratik, dan

eksopensial (Cobb-Douglas). Fungsi produksi Cobb-Douglas ini merupakan fungsi

produksi yang cukup baik digunakan dalam pertanian dan industri dirumuskan

sebagai berikut (Soekartawi, 1994):

Y = a x1b1

. x2 b2…………

xn bn………

..(1)

Untuk pengaplikasian ordinary Least Square maka persamaan ini dirubah

menjadi bentuk regressi linear berganda, dengan cara melogaritmakan persamaan

tersebut seperti persamaan berikut:

Log Y = log a + b1log x1 + b2 log x2 + ... + bnlog xn + ……….(2)

Di mana:

Y = variabel yang dijelaskan

x = variabel yang menjelaskan

a, b = besaran yang akan diduga

(45)

Keunggulan fungsi ini adalah pangkat dari fungsi atau koefisien i ( i =

1,2,…..,n) merupakan elastisitas produksi (Ep) yang dapat digunakan secara langsung

dan penjumlahan dari koefisien dapat menduga bentuk skala usaha (return to scale)

atau tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Dengan skala usaha (return

to scale) akan diketahui apakah suatu kegiatan usaha tani yang diteliti dapat

mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale, di mana

(Budiono, 1993):

1. Increasing return to scale, bila (b1 + b2 + ….+ b5) > 1. Ini artinya bahwa

proporsi penambahan faktor-faktor produksi akan menghasilkan tambahan hasil

produksi yang proporsinya lebih besar. Jadi misalnya masukkan produksi

ditambah 10 persen maka produksi akan bertambah sebesar 20 persen.

2. Constant return to scale, bila (b1 + b2 + ….+ b5) = 1. Dalam keadaan demikian

penambahan faktor-faktor produksi akan proporsional dengan penambahan hasil

produksi yang diperoleh. Jadi misalnya masukkan produksi ditambah 20 persen

maka produksi akan bertambah sebesar 20 persen.

3. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2 + ….+ b5) < 1. Dalam keadaan

demikian penambahan faktor-faktor produksi melebihi proporsi penambahan hasil

produksi yang diperoleh. Jadi misalnya masukkan produksi ditambah 20 persen

(46)

2.6. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah memiliki pengertian yang luas, tetapi pada dasarnya

merupakan upaya yang dilakukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup

wilayah tertentu. Tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang saling

berkaitan. Di sisi sektor ekonomis, pengembangan wilayah adalah upaya memberikan

kesejahteraan kualitas hidup masyarakat.

Menurut Zen (2001), pengembangan dalam arti development bukanlah suatu

kondisi atau keadaan yang ditentukan oleh apa yang dimiliki masyarakat penduduk

setempat. Sebaliknya, pengembangan itu adalah kemampuan yang ditentukan oleh

apa yang mereka dapat lakukan dengan apa yang mereka miliki guna meningkatkan

kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Jadi pengembangan harus

diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan, serta kemampuan untuk

merealisasikannya.

Menurut Miraza (2005), pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan

peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu

menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan rata-rata

masyarakat yang lebih baik, di samping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana,

barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan-kegiatan usaha masyarakat yang

meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Dalam pengembangan wilayah biasanya terdapat beberapa kata kunci yang

(47)

1. Program yang menyeluruh dan terpadu.

Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan suatu

wilayah harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Hal ini dapat berupa

berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat

setempat. Dalam mengembangkan wilayah terdapat dua pendekatan yang

dilakukan, yakni pendekatan sektoral atau fungsional (yang dilaksanakan melalui

departemen atau instansi sektoral), dan pendekatan regional atau territorial yang

dilakukan oleh daerah atau masyarakat setempat.

Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini

cenderung didominasi oleh program-program sektoral sehingga apa yang

dilaksanakan dan dihasilkan dari program tersebut sering kurang mencerminkan

keinginan dari masyarakat setempat sehingga banyak dijumpai hasil

pembangunan yang tidak memberikan manfaat secara optimal. Menurut

Jayadinata (dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah, 2001), pemberian otonomi

kepada daerah diharapkan dapat mengurangi dominasi dari program-program

regional.

2. Sumber daya yang tersedia dan kontribusinya terhadap wilayah.

Sumber daya yang dimiliki oleh suatu wilayah terbagi dalam sumber daya

alam dan sumber daya manusia. Dalam suatu upaya pengembangan wilayah

nasional, menyebutkan bahwa perkembangan Indonesia dalam dua tiga dasawarsa

mendatang akan sangat tergantung pada kemampuannya dalam menggerakkan

Gambar

Tabel 1.1. Data Proyek Irigasi Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008/2009
Tabel 1.2. PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Sektor Tahun 2004 – 2008
Gambar 2.1. Hubungan Distribusi Pendapatan Fungsional dan Personal
Gambar 2.2 berikut ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pendidikan pancasila saya menyadari bahwa ini sangat penting untuk menunjang kehidupan saya untuk lebih memperhatikan norma-norma yang berlaku pada

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul “Pola Pergerakan Kendaraan Terhadap Karakteristik Arus Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Slamet Riyadi, Surakarta,”

Hal ini merupakan salah satu dasar dalam penerapan algoritma Vernam dalam kriptografi, yaitu suatu string yang diterjemahkan ke dalam biner dapat dienkripsikan dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan diharapkan mampu menjadi payung hukum terkait masalah kebersihan

Perancangan Aplikasi Pencarian Jalur Terpendek untuk Daerah Kota Medan dengan Metode Steepest Ascent Hill Climbing. Universitas

Solo sebagai kota heritage tersusun oleh elemen elemen pembentuk kota antara lain kawasan hunian khususnya kampung, kawasan karya (tempat kerja, industri,

Imam al-Baghawi berpendapat satu kali kuantitas pengakuan zina sudah cukup untuk ditetapkan hukuman itu lebih kuat dari pada pendapat yang dikemukakan Imam Ibnu Qudamah, bahwa

Meningkatnya konsumsi pakan dari ayam yang dipelihara pada suhu 26 0 C dengan pemberian antioksidan 500 ppm dan 1.000 ppm sari buah mengkudu dalam air minum pada