• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)dan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)dan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

EFEK KOMBINASI EKSTRAK AKTIF BUAH

ANDALIMAN (

Zanthoxylum acanthopodium

DC.) DAN

DOXORUBICIN TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA

Oleh:

CUT MASYITHAH THAIB

NIM 117014003

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EFEK KOMBINASI EKSTRAK AKTIF BUAH

ANDALIMAN (

Zanthoxylum acanthopodium

DC.) DAN

DOXORUBICIN TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Magister dalam Ilmu Farmasi Pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

CUT MASYITHAH THAIB

NIM 117014003

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

EFEK KOMBINASI EKSTRAK AKTIF BUAH

ANDALIMAN (

Zanthoxylum acanthopodium

DC.) DAN

DOXORUBICIN TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA

Oleh:

CUT MASYITHAH THAIB

NIM 117014003

Medan, 23 Agustus 2013 Menyetujui:

Komisi Pembimbing, Komisi Penguji,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195311281983031002 NIP 195103261978022001

Prof. Dr. Syafrudin Ilyas, M.Biomed. DR. MPS. Pandapotan Nasution, Apt NIP 196602091992031003 NIP 194908111976031001

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002

Prof. Dr. Syafrudin Ilyas, M.Biomed NIP 196602091992031003

Mengetahui: Disahkan Oleh:

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

PENGESAHAN TESIS

Nama Mahasiswa : Cut Masyithah Nomor Induk Mahasiswa : 117014003

Program Studi : Magister Farmasi

Judul Tesis : Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

DC.) dan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada hari

Jumat tanggal dua puluh tiga bulan Agustus tahun dua ribu tiga belas.

Mengesahkan:

Tim Penguji Tesis

Ketua Tim Penguji Tesis : Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

Anggota Tim Penguji Tesis : Prof. Dr. Syafrudin Ilyas, M.Biomed.

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.

DR. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Cut Masyithah Thaib

NIM : 117014003

Program Studi : Magister Farmasi

Judul Tesis : Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli

karya saya sendiri, bukan plagiat, dan apabila dikemudian hari diketahui tesis saya

tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi

apapun oleh Program Studi Magister Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya

tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan

dalam keadaan sehat.

Medan, 23 Agustus 2013 Yang membuat Pernyataan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan

rahmat, kasih dan karunianNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi simplisia dan skrining

fitokimia serta uji aktivitas sitotoksik, apoptosis, uji kombinasi ekstrak aktif buah

andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dengan doxorubicin dan uji selektivitas ekstrak buah andaliman. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar magister farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus

dan ikhlas kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan

Fakultas Farmasi USU Medan dan pembimbing penulis yang telah memberikan

fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan, serta Bapak Prof. Dr.

Syafrudin Ilyas, M.Biomed., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu,

bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan tesis ini.

Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt., dan Ibu Prof. Dr. Rosidah, MSi.,

Apt., selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritik, saran dan arahan

kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Bapak dan Ibu staf pengajar

Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan. Ibu

kepala Laboratorium Farmakognosi, Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., dan Bapak

kepala Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Supargiono

serta staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan

(7)

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

tiada terhingga kepada Ayahanda (Alm) Tgk. H.M. Thaib dan Ibunda (Almh) Hj.

Asiah tercinta, yang tiada hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan

penulis, juga kepada abang, dan kakak yang selalu setia memberi doa, dorongan,

dan motivasi selama penulis melakukan penelitian. Serta ucapan terimakasih

kepada Dedy Armiadi, M. Kom dan Denny Satria, S.Farm., Apt., dan Puji

Lestari, S.Farm., Apt., atas bantuan dan motivasinya selama penulis melakukan

penelitian.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum

sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

untuk penyempurnaannya. Harapan saya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan kefarmasian.

Medan, 23 Agustus 2013 Penulis

(8)

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) dan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara

ABSTRAK

Buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) merupakan salah satu jenis rempah-rempah dari tumbuhan liar yang dikenal oleh masyarakat Batak, Sumatera Utara dan sering digunakan sebagai bumbu masak dalam berbagai masakan. Buah andaliman banyak dipakai sebagai rempah pada masakan daging, dan ikan sehingga masakan menjadi tahan beberapa hari tanpa menimbulkan bau. Akhir-akhir ini buah andaliman juga disebut-sebut memiliki khasiat sebagai antikanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek sitotoksik dari ektrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), efek kombinasinya dengan doxorubicin, apoptosis dan selectivity index.

Karakterisasi dan skrining fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, glikosida dan tanin, selanjutnya serbuk simplisia diekstraksi secara maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksan, etilasetat dan etanol 96%. Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan bantuan rotary evaporator dan dikeringkan menggunakan

freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak kental. Terhadap masing-masing ekstrak diuji aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7 dan T47D dengan menggunakan metode MTT.

Hasil pengujian sitotoksik ekstrak buah andaliman terhadap sel MCF-7 memberikan nilai IC50 pada ekstrak n-heksan buah andaliman (ENHBA), ekstrak

etilasetat buah andaliman (EEABA), dan ekstrak etanol buah andaliman (EEBA) bertutut-turut sebesar 159,747 µg/ml, 136,490 µg/ml, 957,449 µg/ml dan doksorubicin sebagai pembanding dengan konsentrasi 200 nm. Sedangkan nilai IC50 terhadap sel T47D pada ENHBA 57,013 µg/ml, EEABA 52,031 µg/ml,

EEBA 463,231 µg/ml dan doxorubicin 200 nm sebagai pembanding.

Selanjutnya EEABA dilakukan pemeriksaan KLT dengan hasil menunjukkan mengandung alkaloid, flavonoid dan saponin. EEBA dikombinasikan dengan doxorubicin terhadap sel MCF-7 memberikan hasil yang sinergis yaitu menunjukkan nilai CI < 1. Kombinasi EEABA dan doxorubicin dilakukan uji apoptosis dengan metode flowcytometri, hasilnya tidak menunjukkan mekanisme apoptosis. Pengujian terhadap sel vero menunjukkan EEABA tidak selektif (0,7) terhadap sel MCF-7 dan SI 1,8 terhadap sel T47D.

(9)

Combination effects of Fruit Extract Active Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) And Doxorubicin Against Breast Cancer Cells (MCF-7)

ABSTRACT

Andaliman fruit (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Is one of the wild plant spices whose known by Batak people in North Sumatra, and is often used as a food seasoning. Andaliman fruit is widely used as a spice in cooking of meat and fish dishes to be resistant for several days without causing odor. Lately, andaliman fruit is also said having anticancer properties. The purpose of this study was to determine the cytotoxic effects of the extracts from the fruit andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), and the combination effect of it with Doxorubicin, apoptosis and selectivity index.

Characterization and phytochemical screening carried out on powdered crude drugs, botanicals powders subsequently extracted by maceration using solvents n-hexane, ethyl acetate and ethanol 96%. Each extract was concentrated with the rotary evaporator and dried using freeze dryer to obtain a viscous extract. Each extract were tested cytotoxic activity against MCF-7 and T47D by using MTT method.

Cytotoxic test results of test solution against MCF-7 cells gave IC

50 ENHBA, EEABA, and EENBA continously contributed 159.747 ug/ml,

136.490 ug/ml, and 957.449 mg/ml. Whereas the IC50 value in the treatment of T47D cells, respectively for 57.013 ug/ml, 52.031 ug/ml and 463.231 mg/ml.

Furthermore EEABA combined with Doxorubicin against MCF-7 cells provide synergistic results that demonstrate the value of CI <1. EEABA and doxorubicin combination do not indicate the mechanism of apoptosis are showed using flowcytometri apoptosis method. Tests on vero cells showed no selective EEABA (0.7) against MCF-7 and SI 1.8 for T47D cells.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN TESIS ……….… ... iii

KATA PENGANTAR ……….… ... vi

ABSTRAK ……….… ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR SINGKATAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang …...1

1.2 Perumusan Masalah .. ... 6

1.3 Hipotesis ... .. …… 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Uraian Tumbuhan ... 10

2.1.1 Daerah tumbuhan (habitat) ... 10

2.1.2 Morfologi tumbuhan ... 10

(11)

2.1.4 Nama asing ... 11

2.1.5 Kandungan kimia ... 12

2.1.6 Kegunaan . ... 12

2.2 Ekstraksi ... 12

2.3 Kanker ……… 14

2.3.1 Siklus Sel ... 17

2.3.2 Karsinogen ... 20

2.3.3 Kanker Payudara ... 22

2.3.4 Sel MCF-7 ... 25

2.3.5 Sel T47D ... 25

2.3.6 P-glycoprotein ... 26

2.3.7 Doxorubicin dan resistensinya pada kanker payudara ... 28

2.3.8 Terapi Kombinasi ... 30

2.4. Uji sitotoksik menggunakan metode MTT ... 32

2.5 Apoptosis ... 33

2.6 Sel Vero ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Alat-alat dan Bahan ... 37

3.1.1 Alat-alat ... 37

3.1.2 Pengumpulan Tumbuhan ... 38

3.2 Identifikasi tumbuhan ... 38

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan ... 39

3.3.1 Pengumpulan bahan Tumbuhan ... 39

3.3.2 Pengolahan bahan tumbuhan ... 39

(12)

3.4.1 Besi (III) Klorida 1 % b/v ... 39

3.4.2 Larutan Asam Klorida 2N ... 39

3.4.3 Timbal (II) Asetat 0,4 M ... 40

3.4.4 Pereaksi Mayer ... 40

3.4.5 Pereaksi Molish ... 40

3.4.6 Pereaksi Dragendorff ... 40

3.4.7 Larutan kloralhidrat ... 40

3.4.8 Larutan Pereaksi Asam Sulfat 2 N ... 40

3.4.9 Pereaksi Bouchardat ... 41

3.4.10 Pereaksi Liebermann-Burchard ... 41

3.5 Pemeriksaan Karateristik Simplisia ... 41

3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 41

3.5.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 41

3.5.3 Penetapan kadar air ... 41

3.5.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air ... 42

3.5.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol ... 42

3.5.6 Penetapan kadar abu total ... 43

3.5.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam . ... 43

3.5.8 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam . ... 43

3.6 Skrining Fitokimia ... 44

3.6.1 Pemeriksaan Alkaloid ... 44

3.6.2 Pemeriksaan Flavonoid ... 44

3.6.3 Pemeriksaan Glikosida ... 45

3.6.3.1 Pemeriksaan Antrakinon ... 45

(13)

3.6.5 Pemeririksaan Tanin ... 46

3.6.6 Pemeriksaan Steroid /Triterpenoida ... 46

3.7 Pembuatan Ekstrak Buah Andaliman ... 46

3.8 Sterilisasi Alat dan Bahan ... 47

3.9 Pembuatan Media ... 47

3.9.1 Pembuatan Media DMEM ... 47

3.9.2 Pembuatan Media Kultur Lengkap (MK-DMEM) ... 48

3.9.3 Pembuatan Media M199 ... 48

3.9.4 Pembuatan Media Kultur Lengkap (MK-M199) ... 49

3.10 Penumbuhan Sel ... 49

3.10.1 Penumbuhan Sel MCF-7 ... 49

3.10.2 Pertumbuhan Sel T4D7 ... 50

3.10.3 Penumbuhan Sel Vero ... 50

3.10.4 Subkultur Sel ... 51

3.10.5 Panen Sel ... 51

3.10.6 Penghitungan Sel MCF-7, Sel T47D dan Sel Vero ... 51

3.11 Pembuatan Larutan Uji ... 52

3.12 Pengujian Sitotoksik ... 53

3.13 Analisis Hasil ... 53

3.14 Uji Kombinasi ... 54

3.15 Uji Apoptosis ... 56

3.16 Pengujian Sel Vero ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Hasil identifikasi tumbuhan ... 58

(14)

4.2.1 Pemeriksaan makroskopik ... 58

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 59

4.2.3 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia ... 59

4.2.4 Pemeriksaan Aprofil KLL ... 61

4.3 Hasil Skrining fitokimia simplisia dan ekstrak ... 62

4.4 Ektraksi ... 64

4.5 Uji sitotoksik ektrak n-heksan, etilasetan dan etanol terhadap sel MCF-7 danT47D ... 64

4.6 Uji kombinasi EEABA-Doxorubicin terhadap MCF-7 ... 66

4.7 Uji Apoptosis ... 68

4.8 Selectivity Index ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan……….. ... 75

5.2 Saran .. ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Interpretasi nilai CI (Combination Index) ... 54

Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia dan ekstrak buah andaliman ... 59

Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak buah andaliman.. 63

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian ... 9

Gambar 2.1 Mekanisme Pemompaan oleh Pgp ... 27

Gambar 2.2 Reduksi MTT menjadi Formazan ... 32

Gambar 4.1 Kromatogram ekstrak EEABA dengan fase gerak

Etilasetat : n-heksan (8:2……… 62 Gambar 4.2 Grafik hubungan antara nilai IC50 sel MCF-7 dan T47D

dengan ekstrak ... 66

Gambar 4.3 Gambaran persentase kondisi sel MCF-7 kontrol ... 69

Gambar 4.4 Gambaran persentase kondisi sel MCF-7 yang diberi

Doxorubicin ... 70

Gambar 4.5 Gambaran persentase kondisi sel MCF-7 yang diberi

EEABA.. ... ….. 70

Gambar 4.6 Gambar persentase kondisi sel MCF-7 yang diberi

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat hasil idetifikasi tumbuhan andaliman ... 85

Lampiran 2 Gambar tumbuhan andaliman ... 86

Lampiran 3 Gambar buah andaliman ... 87

Lampiran 4 Gambar serbuk simplisia buah andaliman ... 88

Lampiran 5 Gambar mikroskopik serbuk simplisia buah andaiman ... 89

Lampiran 6 Bagan pembuatan serbuk simplisia dan skrining fitokimia, karakterisasi simplisia buah andaliman ... 90

Lampiran 7 Bagan pembuatan ekstrak serbuk simplisia buah andaliman... 91

Lampiran 8 Perhitungan kadar air serbuk simplisia ... 92

Lampiran 9 Perhitungan kadar sari larut air serbuk simplisia ... 93

Lampiran 10 Perhitungan kadar larut larut etanol simplisia ... 94

Lampiran 11 Perhitungan kadar abu total simplisia ... 95

Lampiran 12 Perhitungan kadar abu tidak larut asam simplisia ... 96

Lampiran 13 Perhitungan kadar air ekstrak n-heksan ... 97

Lampiran 14 Perhitungan kadar sari larut air ekstrak n-heksan ... 98

Lampiran 15 Perhitungan kadar larut larut etanol ekstrak n-heksan ... 99

Lampiran 16 Perhitungan kadar abu total ekstrak n-heksan ... 100

Lampiran 17 Perhitungan kadar abu tidak larut asam ekstrak n-heksan 101

Lampiran 18 Perhitungan kadar air ekstrak etilasetat ... 102

Lampiran 19 Perhitungan kadar sari larut air ekstrak etilasetat ... 103

Lampiran 20 Perhitungan kadar larut larut etanol ekstrak etilasetat ... 104

(18)

Lampiran 22 Perhitungan kadar abu tidak larut asam ektrak etilasetat . 106

Lampiran 23 Perhitungan kadar air ekstrak etanol ... 107

Lampiran 24 Perhitungan kadar sari larut air ekstrak etanol ... 108

Lampiran 25 Perhitungan kadar larut larut ekstrak etanol ... 109

Lampiran 26 Perhitungan kadar abu ekstrak etanol ... 110

Lampiran 27 Perhitungan kadar abu tidak larut asam ekstrak etilasetat.. 111

Lampiran 28 Perhitungan persen sel hidup pada sel MCF-7 ... 112

Lampiran 29 Hasil penetuan IC50 sel MCF-7 dengan analisis SPSS 17 .. 114

Lampiran 30 Perhitungan persen sel hidup pada sel T47D... 118

Lampiran 31 Hasil penetuan IC50 sel T47D dengan analisis SPSS 17 .... 120

Lampiran 32 Pembuatan Media DMEM ... 123

Lampiran 33 Bagan pembuatan media kultur lengkap (MK-DMEM) ... 124

Lampiran 34 Bagan pembuatan media MI99 ... 125

Lampiran 35 Bagan pembuatan media kultur lengkap (MK-M199) ... 126

Lampiran 36 Bagan penumbuhan sel MCF-7 ... 127

Lampiran 37 Bagan panen sel MCF-7 ... 128

Lampiran 38 Bagan penumbuhan sel Vero ... 129

Lampiran 39 Bagan panen sel Vero ... 130

Lampiran 40 Bagan penghitungan sel ... 131

Lampiran 41 Bagan pembuatan larutan uji ... 132

Lampiran 42 Bagan Pengujian Sitotoksik ... 133

Lampiran 43 Sel MCF-7 dan sel T47D di bawah mikroskop ... 134

Lampiran 44 Microplate-96 sumuran dan kristal formazan ... 135

Lampiran 45 Bagan Pengujian Combinasi Index ... 136

(19)

Lampiran 47 Bagan Pengujian apoptosis ... 138

Lampiran 48 Bagan Pengujian Sel Vero ... 139

Lampiran 49 Sel Vero di bawah mikroskop ... 140

Lampiran 50 Perhitungan persen sel hidup sel Vero ... 141

Lampiran 51 Hasil penentuan IC50 sel Vero dengan analisa probit SPSS 17 ... ... 142

(20)

DAFTAR SINGKATAN

ABC : ATP Binding Cassette protein

ACS : American Cancer Society

ATP : Adenosine Tri Phosphate

Bad : Bcl-2-associated death promoter

Bak : Bcl-2 homologous antagonist/killer

Bax : Bcl-2-associated X

Bcl-2 : B cell lymphoma 2

Bcl-XL : B cell lymphoma-extra large

BCRP : Breast Cancer Resistance Protein

BRCA : Breast cancer

caspase : Cysteine aspartyl specific protease

CCRC : Cancer Chemoprevention Research Center

cdc : Cell division control protein

CDK : Cyclin Dependent Kinase

COX-2 : Cyclooxygenase 2

DAB : 3,3’-diaminobenzidin

dATP : Deoxy Adenosine Tri Phosphate

DME : Dulbecco’s Modified Eagle Media

DMO : Dimetil sulfoksida

DA : Deoxyribosenucleic Acid

EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetic Acid

EGFR : Epidermal Growth Factor Receptor

ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent Assay

ER : Estrogen Receptor

FADD : Fas Associating Protein with Death Domain

FasL : Fas Ligan

FBS : Fetal Bovine Serum

HER-2 : Human Epidermal growth factor Receptor-2

IC50 : Inhibitory Concentration 50%

I-κB : Inhibitor κB

(21)

LAF : Laminar Air Flow

MDR1 : Multi Drug Resistance 1

MRP : Multidrug Resistance-Associated Protein

MTT : 3-(4,5-dimetil thiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida

NF-κB : Nuclear Factor κB

PARP : Poly(ADP-ribose) Polymerase

PBS : Posphate Buffer Saline

PDB : Protein Data Bank

Pgp, : P-glycoprotein

PI : Propidium Iodida

PUMA : p53 Upregulated Modulator of Apoptosis

RNA : Ribosenucleic Acid

ROS : Reactive Oxygen Species

rpm : Rotation perminute

Smac/DIABLO : Second mitochondria activator of caspases/ Direct Inhibitor of Apoptosis Binding protein with Low PI

TNF : Tumor Necrosis Factor

TNFR-1 : Tumor Necrosis Factor Receptor-1

TRADD : TNF–R1 Associating protein with Death Domain

TRAIL : Tumor necrosis factor-Related Apoptosis Inducing Ligand

Thr : Treonin

(22)

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) dan Doxorubicin Terhadap Sel Kanker Payudara

ABSTRAK

Buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) merupakan salah satu jenis rempah-rempah dari tumbuhan liar yang dikenal oleh masyarakat Batak, Sumatera Utara dan sering digunakan sebagai bumbu masak dalam berbagai masakan. Buah andaliman banyak dipakai sebagai rempah pada masakan daging, dan ikan sehingga masakan menjadi tahan beberapa hari tanpa menimbulkan bau. Akhir-akhir ini buah andaliman juga disebut-sebut memiliki khasiat sebagai antikanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek sitotoksik dari ektrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), efek kombinasinya dengan doxorubicin, apoptosis dan selectivity index.

Karakterisasi dan skrining fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, glikosida dan tanin, selanjutnya serbuk simplisia diekstraksi secara maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksan, etilasetat dan etanol 96%. Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan bantuan rotary evaporator dan dikeringkan menggunakan

freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak kental. Terhadap masing-masing ekstrak diuji aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7 dan T47D dengan menggunakan metode MTT.

Hasil pengujian sitotoksik ekstrak buah andaliman terhadap sel MCF-7 memberikan nilai IC50 pada ekstrak n-heksan buah andaliman (ENHBA), ekstrak

etilasetat buah andaliman (EEABA), dan ekstrak etanol buah andaliman (EEBA) bertutut-turut sebesar 159,747 µg/ml, 136,490 µg/ml, 957,449 µg/ml dan doksorubicin sebagai pembanding dengan konsentrasi 200 nm. Sedangkan nilai IC50 terhadap sel T47D pada ENHBA 57,013 µg/ml, EEABA 52,031 µg/ml,

EEBA 463,231 µg/ml dan doxorubicin 200 nm sebagai pembanding.

Selanjutnya EEABA dilakukan pemeriksaan KLT dengan hasil menunjukkan mengandung alkaloid, flavonoid dan saponin. EEBA dikombinasikan dengan doxorubicin terhadap sel MCF-7 memberikan hasil yang sinergis yaitu menunjukkan nilai CI < 1. Kombinasi EEABA dan doxorubicin dilakukan uji apoptosis dengan metode flowcytometri, hasilnya tidak menunjukkan mekanisme apoptosis. Pengujian terhadap sel vero menunjukkan EEABA tidak selektif (0,7) terhadap sel MCF-7 dan SI 1,8 terhadap sel T47D.

(23)

Combination effects of Fruit Extract Active Andaliman (Zanthoxylum acanthopodiumDC.) And Doxorubicin Against Breast Cancer Cells (MCF-7)

ABSTRACT

Andaliman fruit (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Is one of the wild plant spices whose known by Batak people in North Sumatra, and is often used as a food seasoning. Andaliman fruit is widely used as a spice in cooking of meat and fish dishes to be resistant for several days without causing odor. Lately, andaliman fruit is also said having anticancer properties. The purpose of this study was to determine the cytotoxic effects of the extracts from the fruit andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), and the combination effect of it with Doxorubicin, apoptosis and selectivity index.

Characterization and phytochemical screening carried out on powdered crude drugs, botanicals powders subsequently extracted by maceration using solvents n-hexane, ethyl acetate and ethanol 96%. Each extract was concentrated with the rotary evaporator and dried using freeze dryer to obtain a viscous extract. Each extract were tested cytotoxic activity against MCF-7 and T47D by using MTT method.

Cytotoxic test results of test solution against MCF-7 cells gave IC

50 ENHBA, EEABA, and EENBA continously contributed 159.747 ug/ml,

136.490 ug/ml, and 957.449 mg/ml. Whereas the IC50 value in the treatment of T47D cells, respectively for 57.013 ug/ml, 52.031 ug/ml and 463.231 mg/ml.

Furthermore EEABA combined with Doxorubicin against MCF-7 cells provide synergistic results that demonstrate the value of CI <1. EEABA and doxorubicin combination do not indicate the mechanism of apoptosis are showed using flowcytometri apoptosis method. Tests on vero cells showed no selective EEABA (0.7) against MCF-7 and SI 1.8 for T47D cells.

(24)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit yang telah lama menjadi perhatian serius pada

bidang kesehatan. Hal ini disebabkan jumlah korban terus meningkat dari tahun

ke tahun dan belum ditemukan cara yang efektif untuk pengobatannya (Sajuthi,

2001). Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang sering ditemui pada

wanita setelah kanker leher rahim. National Cancer Institute (NCI) memperkirakan pada tahun 2013 di Amerika Serikatakan ada kasus baru kanker

payudara sebanyak 232.340 (wanita) dan 22.240 (laki-laki) dengan jumlah

kematian sebanyak 39.620 (wanita) dan 410 (laki-laki) (NCI, 2013). Hal ini tidak

hanya terjadi di suatu tempat saja, namun hampir di seluruh dunia termasuk di

Indonesia. Penderita kanker payudara di Indonesia sebanyak 12,10%, terbanyak

kedua setelah kanker leher rahim (19,18%) (Tjindarbumi,dan Mangunkusumo,

2002). Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita di

berbagai belahan dunia yang disebabkan metastasis kanker tersebut (Walker, et

al., 1997; DeMore, et al., 2001).

Pengobatan kanker umumnya didasarkan pada upaya pengangkatan jaringan

atau dengan mematikan sel kanker tersebut serta meminimalkan efeksamping

yang tidak diinginkan terhadap sel normal. Operasi atau pembedahan merupakan

salah satu cara untuk mengangkat jaringan kanker. Pengobatan ini harus

diimbangi dengan kemoterapi atau penyinaran dengan sinar X untuk mengatasi

kemungkinan sel telah mengalami metastasis dan untuk menghambat poliferasi sel

(25)

Berbagai pengobatan tersebut banyak memiliki kelemahan seperti harganya

yang mahal dan efek samping yang ditimbulkannya.Teknik pengobatan

kemoterapi disamping membunuh sel-sel kanker juga dapat mengakibatkan

rusaknya sel-sel normal yang menyerap obat tersebut(NCI, 2012), juga dapat

menyebabkan menurunkan kesububuran organ reproduksi (infertility) (Ruth,

2011).

Berbagai kendala dan efek samping yang ditimbulkan oleh berbagai

pengobatan kanker memicu perlunya suatu terobosan pengobatan kanker dengan

efektifitas tinggi dan efek samping yang minimal.Salah satu upaya mengatasi

penyakit kanker ini adalah mengembangkan pembuatan obat dari

tumbuh-tumbuhan yang mengandung senyawa berpotensi sebagai

antikanker.Pengembangan obat kankerdari tanaman ini dipandang memiliki

beberapa keuntungan, seperti biayanyayang lebih murah, mudah didapatkan, dan

efek samping yang ditimbulkan relatif sedikit (BBPPTO-OT, 2008).

Salah satu tanaman yang diduga memiliki potensi sebagai antikanker

adalah buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Buah andaliman merupakan spesies dari Zanthoxylum (suku jeruk-jerukan, Rutacea) yang dikenal dengan nama lokal andaliman (Toba) atau sinyar-sinyar (Angkola).Secara

tradisonal buah andaliman digunakan sebagai bumbu masak di SumateraUtara

khususnya Tapanuli Utara dan untuk pengobatan diare serta sakit perut (Suryanto,

et al., 2004).

Berdasarkan hasil studi fitokimia dilakukan terhadap tumbuhan bergenus

Zanthoxylum, umumnya mengandung metabolit sekunder beberapa jenis alkaloid, lignans, amidakumarin, metabolitlainnya telahterisolasiantara lain seperti

(26)

yang sangat penting bagi tumbuhan bergenus Zanthoxylum, mereka terdapat di sebagian besar spesies dan telah ditemukan di semua organ tanaman. Alkaloid

utama yang telah terisolasi dari tumbuhan bergenus Zanthoxylum adalah jenis

isoquinolines (benzophenanthridine, benzylisoquinoline, aporphine,

protoberberine dan berberin) dan quinolines

Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap tumbuhan bergenus

Zanthoxylum diantaranya adalah Da Silva, et al., (2007) melakukan penelitian terhadap spesies Zanthoxylum rhoifolium membuktikan bahwa minyak essensial dari daun Zanthoxylum rhoifolium menunjukkan efek sitotoksik (LD 50) terhadap sel kanker paru-paru (82,3mg/ml), sel kanker serviks (90,7 mg/ml) dan sel kanker

kolon (113,6 mg/ml) sedangkan terhadap sel normal (sel vero) tidak menunjukkan

efek sitotoksik. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hirokawa, et al., (2006)

menunjukan bahwa lada sichuan (buah) dari Zanthoxylum piperitum mampu memblokir PAK1 kinase pada kanker payudara secara selektif.

.

Wijaya, (1999) melakukan penelitian tentang aroma sitrus (jeruk) pada

buah andaliman, aroma jeruk tersebut berasal dari senyawa terpenoid yang

dikandung buah andaliman, diantanya Citronella dan Limonene memberi dampak terbesar pada aroma segar andaliman, β-myrcene, 2-β-myrcene, linalool, β -citronelal, geraniol, geranial, geranyl acetate, dan senyawa sesquiterpenes juga memberi kontribusi terhadap aroma segar buah andaliman.

Senyawa-senyawa beraroma jeruk tersebut tersebut telah dilaporkan

bersifat sebagai antioksidan, hal ini telah dibuktikan peneliti Wijaya, (1999, belum

dipublikasi) dengan menggunakan metoda tiosianat menunjukkan bahwa buah

andaliman pada konsentrasi 200 ppm mempunyai aktivitas antioksidan lebih

(27)

toluen) berturut-turut adalah 4,34, 3,99 dan 4,73. Hasil penelitian lainnya Soedarmadji, et al., (2004), pada konsentrasi 100 ppm waktu pengujian selama 8

jam diatas suhu 100o

Beberapa kasus, kanker payudara mengekspresikan Pgp (P-glycoprotein) secara berlebih (Imai, 2005). Ekspresi berlebih dari Pgp tersebut akan

menurunkan konsentrasi agen kemoterapi seperti doxorubicin, paclitaxel, dan

vincristine di dalam sel melalui mekanisme pengeluaran obat dari dalam sel,

sehingga potensi sitotoksik doxorubicin pada sel kanker akan berkurang(Wong, et

al., 2006). Menurut Yanti, et al., (2011), berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap buah andaliman menunjukkan hasil bahwa ekstrak buah

andaliman mampu menghambat TNF (mediator tumor) sehingga akan

menurunkan aktifitas NF-kB yang merupakan regulasi ekspresi PgP. Oleh karena

itu, perlu dilakukan terapi kombinasi dengan menggunakan agen ko-kemoterapi

untuk meningkatkan sensitivitas sel kanker payudara MCF-7 terhadap agen

kemoterapi doxorubicin. Akan tetapi, masih langkanya pembuktian penggunaan

bahan alami secara ilmiah menimbulkan kekhawatiran apakah alternatif

pengobatan tersebut mempunyai dampak positif ataukah justru mempunyai

dampak negatif. Bahan alami yang ideal digunakan sebagai ko-kemoterapi adalah

bahan alami yang berefek sinergis dengan agen kemoterapi, sehingga dosis agen C penggunaan antioksidan ekstrak biji andaliman lebih

efektif dibanding dengan antioksidan pembanding. dan senyawa antioksidan

yang sama pada jahe telah diketahui dapat melindungi sel imun manusia dari

tekanan oksidatif, selanjutnya senyawa antioksidan tersebut telah diteliti

mempunyai potensi melindungi sel imun dari kematian (Prangdimurti, 1999) dan

dapat memacu sistem imun khususnya aktivitas anti kanker seperti yang diamati

(28)

kemoterapi yang dipakai dapat diturunkan sebagai upaya menghindari efek

samping serta membantu percepatan penyembuhan kanker (Untung, et al., 2008).

Doxorubicin merupakan agen kemoterapi golongan antrasiklin yang

memiliki aktivitas antitumor spektrum luas dan telah digunakan pada berbagai

jenis kanker seperti kanker payudara dan leukemia (Wattanapitayakul, et al., 2005). Timbulnya resistensi sel terhadap beberapa obat terapi kanker termasuk

doxorubicin menjadi kendala utama dalam kemoterapi, karena dapat menurunkan

sensitivitas sel kanker terhadap agen kemoterapi. Oleh karena itu, berbagai

penelitian guna mengurangi resistensi sel terhadap obat terus dilakukan, sehingga

dapat memperbaiki aplikasi klinik agen kemoterapi kanker payudara (Adina,

2009).

Sel MCF-7 (Michigan Cancer Foundation-7) dan T47D (Human ductal breast epithelial tumor cell line) adalah suatu model sel kanker yang sering digunakan. Pada sel MCF-7, Pgp diekspresikan tinggi, sehingga sensitivitas sel

terhadap agen kemoterapi seperti doxorubicin rendah (Wong, et al., 2006).

Penurunan konsentrasi ini dapat mengurangi efektivitas senyawa kemoterapi pada

sel MCF-7 dan untuk meningkatkan sensitivitas MCF-7 adalah dengan

menghambat ekspresi dan aktivasi Pgp (Zhou, et al., 2006). Oleh karena itu, perlu

dilakukan terapi kombinasi menggunakan agen kemopreventif untuk

meningkatkan sensitivitas sel kanker payudara MCF-7 terhadap agen kemoterapi

doxorubicin. Sel T47D adalah model sel kanker payudara yang belum resisten

terhadap agen kemoterapi doxorubicin akan tetapi diketahui memiliki p53 yang

telah termutasi (Junedi, et al., 2010).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

(29)

mengetahuiapakah ekstrak aktif buah andaliman memiliki efek sebagai anti

kanker terhadap sel MCF-7 dan sel T47D, apakah kombinasi dari ekstrak aktif

buah andaliman dan doxorubicin dapat meningkatkan sensitifitas dari sel MCF-7

terhadap doxorubicin, apakah mekanisme ekstrak aktif buah andaliman dan

kombinasinya dengan doxorubicin melalui mekanisme apoptosis dan mengetahui

selektivitas ekstrak aktif buah andaliman.

Penelitian ini meliputi identifikasi bahan, pengumpulan dan pengolahan

bahan, pembuatan pereaksi, karakterisasi simplisia dan ekstrak, skrining fitokimia

simplisia dan ekstrak buah andaliman, pembuatan ekstrakn-heksan, ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol, pengujian efek sitotoksik dengan metode MTT

terhadap ekstrak ekstrakn-heksan, ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol dari buah andaliman serta efek sitotoksik doxorubicin, pengujian CI dengan metode MTT

terhadap ekstrak aktif buah andaliman dan doxorubicin, pengujian efek

selektivitas ekstrak aktif buah andaliman, dan pengujian apoptosis dengan metode

flowcytometry terhadap ekstrak aktif buah andaliman dan doxorubicin.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. apakah ekstrakn-heksan, ekstrak etilasetat dan ekstrak etanol dari buah andaliman memiliki efek sitotoksik terhadap sel MCF-7 dan sel T47D?

b. apakah ekstrakaktif buah andaliman memiliki potensi sebagai agen

ko-kemoterapi secara in vitro dalam peningkatan sensitivitas sel MCF-7 terhadap doxorubicin?

c. apakah dapat diketahui dosis kombinasi optimum yang dapat

(30)

d. apakah kombinasi ekstrak aktif buah andaliman dan doxorubicin melalui

mekanisme apoptosis?

e. apakah ekstrak aktif buah andaliman selektif terhadap sel MCF-7 dan sel

T47D?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas maka hipotesis penelitian

ini adalah:

a. ekstrak buah andaliman memiliki efek sitotoksik terhadap sel MCF-7 dan

sel T47D.

b. ekstrak aktif dari buah andaliman memiliki potensi sebagai agen

ko-kemoterapi secara in vitro dalam peningkatan sensitivitas sel MCF-7 terhadap doxorubicin.

c. dapat diketahui dosis kombinasi optimum yang dapat meningkatkan

sensitivitas sel MCF-7.

d. kombinasi ekstrak aktif buah andaliman dan doxorubicin melalui

mekanisme apoptosis.

e. Ekstrak aktif buah andaliman selektif terhadap sel MCF-7 dan sel T47D

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. mengetahui efek sitotoksik ekstrakbuah andaliman terhadap sel MCF-7

(31)

b. mengetahui ektrak aktif buah andaliman memiliki potensi sebagai agen

ko-kemoterapi secara in vitro dalam peningkatan sensitivitas sel MCF-7 terhadap doxorubicin.

c. mengetahui dosis kombinasi optimum yang dapat meningkatkan

sensitivitas sel MCF-7.

d. mengetahui kombinasi ekstrak aktifbuah andaliman dan doxorubicin pada

jalur apoptosis.

e. mengetahui selektifitasekstrak aktif buah andaliman terhadap sel MCF-7

dan T47D.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bahwa

ekstrakbuah andaliman dapat digunakan sebagai ko-kemoterapi.

b. Menambah informasi tentang buah andaliman dan menjadi inventaris

(32)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

[image:32.595.87.519.105.706.2]

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian

Simplisia Buah andaliman

Esktrak Etilasetat Buah Andaliman

Karakteristik Simplisia

1. Makroskopik 2. Mikroskopik 3. Kadar Air 4. Kadar abu total 5. Kadar abu tidak larut

dalam asam

6. Kadar sari larut dalam air

7. Kadar sari larut dalam etanol.

Skrining Fitokimia

1. Alkaloid 2. Flavoniod 3. Tanin 4. Saponin

5. Triterpenoid/Steroid 6. Glikosida

7. Glikosida Antrakinon

Selektivitas Efek Efek Sitotoksik

Ekstrak

Apoptosis

Persentase Sel hidup Sel Terfragmentasi Sel MCF-7

Karakteristik

Ekstrak 1. Kadar Air 2. Kadar abu total 3. Kadar abu tidak larut

dalam asam

4. Kadar sarilarut dalam air

5. Kadar sari larut dalam etanol.

Esktrak Etanol Buah Andaliman Esktrakn-Heksan Buah Andaliman

Esktrak n-Heksan Buah Andaliman

Esktrak Etilasetat Buah Andaliman

EsktrakEtanol Buah Andaliman

Doxorubicin

CI ekstrak dengan doxorubicin

Persentas Sel Hidup

Doxorubicin

Sel MCF-7

Combination Index (CI)

Ektrak Aktif

Sel T47D

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh (habitat), morfologi tumbuhan,

sistematika tumbuhan, nama asing, kandungan kimia dan kegunaan tumbuhan.

2.1.1 Daerah tumbuh (habitat)

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) merupakan salah satu jenis rempah-rempah dari tumbuhan liar yang dikenal oleh masyarakat batak, Sumatera

Utara. Andaliman termasuk tanaman rempah yang tumbuh di pegunungan

kawasan Danau Toba dan sekitarnnya. Diduga penyebaran tanaman secara umum

melalui burung yang memakan buah andaliman, kemudian melalui kotoran

burung tersebut biji andaliman tersebar kemana-mana dan tumbuh secara liar.

DiSumatera Utara tanaman ini tumbuh liar pada berbagai tempat, yaitu di daerah

Angkola, Mandailing, Humbang, Silindung, Dairi dan Toba Holbung (Parhusip,

2006).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Andaliman merupakan tumbuhan perdu, tegak dengan tinggi 3-8 meter,

batang dan cabang berwarna kemerahan, beralur, berbulu halus danberduri.Buah

andaliman berbentuk bulat kecil, perikarpnya berwarna hijau tua sampai

kemerahan dan warna bijinya hitam, bila digigit mengeluarkan aroma wangi dan

ada rasa getir yang tajam dan khas, serta dapat merangsang produksi air

liur.Buahnya termasuk buah sejati berdiameter 3-4 mm yang berasal dari satu

bunga dengan banyak bakal buah yang masing-masing bebas dan kemudian

(34)

daun majemuk dengan panjang 2-25 cm, anak daun 1-6 pasang dengan tangkai

yang pendek, tepi daun bergerigi, ujung daun runcing, warna daun hijau dan

permukaan atas daun lebih tua dibanding permukaan bawah daun. Panjang

bunganya 3 mm. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji. Sistem akar

tunggang dimana akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang

bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil dan sedikit berbulu halus di

seluruh permukaannya (Parhusip, 2006).

2.1.3 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan andaliman menurut Sharma (1993),sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Geraniales

Suku : Rutaceae

Marga : Zanthoxylum

Jenis : Zanthoxylum acanthopodium DC. 2.1.4 Nama asing

Nama asing andaliman adalah yan-jiao (Cina), mouh laaht faa jiu (Cina

Kanton), mao la hua jiao (Cina Mandarin), indonesian lemon pepper (Inggris),

indonesischer zitronenpfeffer (Jerman), tambhul (India), sansho (Jepang) dan

(35)

2.1.5 Kandungan kimia

Buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) mengandung senyawa alkaloida, fenol hidrokuinon, flavonoida, steroida/triterpenoida, tannin,

glikosida dan minyak atsiri (Parhusip, 2006).

2.1.6 Kegunaan

Buah andaliman banyak digunakan sebagai bahan aromatik, tonik,

perangsang nafsu makan dan obat sakit perut (Sirait, 1991). Selain itu buah

andaliman memiliki aktivitas fisiologi sebagai antioksidan dan antimikroba

(Wijaya, 1999).

2.2 Ekstraksi

Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling sederhana, dengan

cara perendaman menggunakan pelarut yang cocok dengan beberapa kali

pengadukan pada temperatur ruangan atau (kamar) (Depkes, 2000). Maserasi pada

umumnya dilakukan dengan cara merendam 10 bagian serbuk simplisia dalam 75

bagian cairan penyari (pelarut) kemudian sampai 100 bagian penyari (Depkes,

1986).

b. Perkolasi

Percolare berasal dari kata “colare”, artinya menyerkai dan “per” sama dengan through, artinya menembus (Syamsuni, 2006). Dengan demikian, perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut perkolator di mana simplisia terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan

(36)

dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman antara,tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan perkolat) sampaidiperoleh ekstrak (Depkes,

2000).

Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan zat berkhasiat

dari tumbuhan lebih sempurna (Agoes, 2007).

c. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik (Depkes, 2000).

d. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan secara terus-menerus)

pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50°C (Depkes, 2000).

e. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut

yang selalu baru, yang umumnya dilakukan dengan alat khusus (menggunakan

alat Sokhlet) sehingga terjadi ekstraksi berkesinambungan dengan jumlah pelarut

relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes, 2000).

f. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanasan air

(bejana infus diatas penangas air mendidih), temperatur terukur (90-98°C) selama

waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes, 2000).

g. Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstraksi dengan metode infus yang dilakukan selama 30

(37)

2.3 Kanker

Kanker adalah segolonga

tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyera

bersebelahan(invasi)atau dengan migrasi sel ke tempat yang lebih ja

Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusaka

menyebabkan

kehilangan fungsi kontrolnya terhadapregulasi daur sel maupun fungsi

homeostasis sel pada organisme multiseluler.Dengan kegagalan tersebut, sel tidak

dapat berproliferasi secara normal. Akibatnyasel akan berproliferasi

terus-menerus sehingga menimbulkan pertumbuhan jaringanyang abnormal

(Dianda,2009).Penyakit kanker merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah

jantung yangmenyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia pada urutan ke-6.

Kanker terjadiakibat adanya gangguan fungsi homeostasis atau kegagalan

mekanisme pengatur multiplikasi pada organisme multiseluler (Kompas, 2003).

Sel kanker timbul dari selnormal tubuh yang mengalami transformasi atau

perubahan menjadi ganas olehkarsinogen atau karena mutasi spontan.

Transformasi sejumlah gen yangmenyebabkan gen tersebut termutasi disebut

neoplasma atau tumor. Neoplasmamerupakan jaringan abnormal yang terbentuk

akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia). Pada tahap awal,

neoplasma berkembang menjadi karsinoma in situ di mana sel-sel pada jaringan

tersebut masih terlokalisasi dan mungkinmemiliki kesamaaan fungsional dengan

sel normal.Sel neoplasmamengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus

pertumbuhan, yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi

(38)

bersifat jinak dantidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna

disinonimkan sebagaitumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan

menyerang jaringan lain.Maligna sering dikatakan sebagai kanker (Dianda, 2009).

Sel kanker memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan sel normal

dalamtubuh. Ciri-ciri khusus sel kanker yang membedakannya dengan sel normal

antaralain:

a. Sel kanker tidak mengenal program kematian sel yang dikenal dengan nama

apoptosis. Protein p53 mampu mencegah replikasi dari DNA yang rusak pada

sel normal dan mendorong penghancuran sendiri dari sel yang mengandung

DNA yang tidak normal. Peristiwa ini disebut apoptosis. Apoptosis sangat

dibutuhkan untuk mengatur berapa jumlah sel yang dibutuhkan dalam tubuh,

yang mana semuanya fungsional dan menempati tempat yang tepat dengan

umur tertentu. Bila telah melewati masa hidupnya, sel-sel normal (nonkanker)

akan mati dengan sendirinya tanpa ada efek peradangan (inflamasi). Sel

kanker berbeda dengan karakteristik tersebut. Sel kankerakan terus hidup

meski seharusnya mati (immortal). Mutasi dari gen p53 menyebabkan

proliferasi dan transformasi sel menjadi kehilangan kendali (Sofyan, 2000).

b. Sel kanker tidak mengenal komunikasi ekstraseluler atau asosial. Komunikasi

ekstraseluler diperlukan untuk menjalin koordinasi antar sel sehingga mereka

dapat saling menunjang fungsi masing-masing. Dengan sifatnya yang asosial,

sel kanker bertindak semaunya sendiri tanpa peduli apa yang dibutuhkan oleh

lingkungannya. Sel kanker dapat memproduksi growth factorsendiri sehingga tidak bergantung pada rangsangan sinyal pertumbuhan dari luar untuk

melakukan proliferasi. Dengan demikian sel kanker dapat tumbuh menjadi

(39)

menghentikan pertumbuhan dan pembelahan sel. Sel kanker mampu

menghindar dari sinyal anti pertumbuhan yang berhubungan dengan daur sel,

salahsatu mekanismenya adalah dengan rusaknya gen Rb (Kumar, et al.,

2005).

c. Sel kanker mampu menyerang jaringan lain (invasif), merusak jaringan

tersebut dan tumbuh subur di atas jaringan lain membentuk anak sebar

(metastasis). Semakin besar jangkauan metastasis tumor, kanker semakin sulit

disembuhkan.Kanker pada stadium metastasis inilah yang

merupakan penyebab 90% kematian penderita kanker (Pecorino, 2005).

d. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dirinya sendiri, sel kanker mampu

membentuk pembuluh darah baru (neoangiogenesis) meski itu tentunya dapat

mengganggu kestabilan jaringan tempat ia tumbuh. Sinyal inisiasi pada

proses angiogenesis di antaranya adalah Vascular Endothelial Growth

Factor (VEGF) dan Fibroblast Growth Factor (FGF). Selain itu regulator

yang lain adalah angiopoietin-1, angiotropin, angiogenin, epidermal growth

factor, granulocytecolony-stimulating factor, interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-8,

PDGF. TNF-α ,kolagen, cathepsin (Kumar, et al., 2005).

e. Sel kanker memiliki kemampuan yang tidak terbatas dalam memperbanyak

dirinya sendiri (proliferasi) meski seharusnya ia sudah tidak dibutuhkan dan

jumlahnya sudah melebihi kebutuhan yang seharusnya. Dengan kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan sinyal pertumbuhan dan kemampuan menghindar

dari mekanisme apoptosis, sel kanker memiliki kemampuan tak terbatas

untuk bereplikasi (Kumar, et al., 2005).

Agen penyebab kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal untuk

(40)

laporan berbagai penelitian, dapat diketahui bahwa karsinogen digolongkan ke

dalam 4golongan yaitu:

a. Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk

gugus elektrofilik yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara, yang

kemudian dapat berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA

dan DNA.

b. Virus, contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti Human papilomavirus yang menyebabkan kanker penis atau vulva; Epstein Barr virus yang menyebabkan karsinoma nasofaring dan limfoma Burkitt, cytomegalovirus yang menyebaban sarkoma kaposi pada penderita AIDS, virus hepatitis B

yang menyebabkan kanker hati. Golongan virus RNA yang menyebabkan

kanker atau sarkoma jaringan lunak.

c. Radiasi, terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290 - 370

nm berkaitan dengan terjadinya kanker kulit.

d. Agen biologik, antara lain hormon estrogen yang membantu pembentukan

kanker payudara dan kanker rahim (Anonim, 2007).

2.3.1 Siklus Sel

Siklus sel merupakan proses perkembangbiakan sel yang memperantarai

pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Setiap sel baik normal maupun

kanker mengalami siklus sel. Siklus sel memiliki dua fase utama, yakni fase S

(sintesis) dan fase M (mitosis). Fase S merupakan fase terjadinya replikasi DNA

kromosom dalam sel, sedangkan pada fase M terjadi pemisahan 2 set DNA

kromosom tersebut menjadi 2 sel (Nurse, 2000).

Selain itu, terdapat fase yang membatasi kedua fase utama tersebut yang

(41)

dinamakan G-2 (Gap-2). Pada fase G1, sel melakukan persiapan untuk sintesis DNA. Fase ini merupakan fase awal cell cycle progression yang diatur oleh faktor ekstraselular seperti mitogen dan molekul adhesi. Penanda fase ini adalah adanya

ekspresi dan sintesis protein sebagai persiapan memasuki fase S. Pada fase G2, sel

melakukan sintesis lebih lanjut yang memadai untuk proses pembelahan, sehingga

sel siap melakukan pembelahan pada fase M (Ruddon, 2007).

Siklus sel dikontrol oleh beberapa protein yang bertindak sebagai regulator

positif dan negatif. Kelompok cyclin khususnya cyclin D, E, A dan B merupakan protein yang levelnya fluktuatif selama proses siklus sel. Cyclin bersama dengan

kelompok cyclin dependent kinase (CDK), khususnya CDK 4, 6 dan 2, bertindak sebagai regulator positif yang memacu terjadinya siklus sel. Pada mamalia

ekspresi kinase (CDK4, CDK2 dan CDC2/CDK1) terjadi bersamaan dengan

ekspresi cyclin (D, E, A, dan B) secara berurutan seiring dengan jalannya siklus sel (G1-S-G2-M) (Nurse, 2000). Aktivasi CDK dihambat oleh regulator negatif

siklus sel, yakni CDK inhibitor (CKI), yang terdiri dari Cip/Kip protein (meliputi

p21, p27, p57) dan keluarga INK4 (meliputi p16, p18, p19). Selain itu, tumor suppressor protein yaitu p53 dan pRb juga bertindak sebagai protein regulator negatif (Foster, et al., 2001).

Aktivasi CDK memerlukan ekspresi cyclin (Cyc). Kompleks Cyclin-CDK

dengan protein CKI dan adanya fosforilasi oleh Wee1 (tyrosin15)/ Myt1

(threonin14) dapat menyebabkan inaktivasi CDK. Aktivasi kompleks Cyc-CDK

diawali dengan proteolisis CKI oleh ubiquitin, kemudian fosforilasi CDK oleh

CDK-activating kinase (CAK) pada threonin161 dan penghilangan fosfat (defosforilasi) oleh Cdc25 fosfatase pada target fosforilasi Wee1 (tyrosin15)/Myt1

(42)

transcription gen yang diperlukan untuk fase S (di akhir G1 untuk menginisiasi fase S) dan juga di akhir G2 untuk menginisiasi mitosis (M) (Nurse, 2000).

Checkpoint pada G2 terjadi ketika ada kerusakan DNA yang akan mengaktivasi beberapa kinase termasuk ataxia telangiectasia mutated (ATM) kinase. Hal tersebut menginisiasi dua kaskade untuk menginaktivasi Cdc2-CycB

baik dengan jalan memutuskan kompleks Cdc2-CycB maupun mengeluarkan

kompleks Cdc-CycB dari nukleus atau aktivasi p21. Checkpoint pada fase G1 akan dapat dilalui jika (1) ukuran sel memadai; (2) ketersediaan nutrien

mencukupi; dan (3) adanya faktor pertumbuhan (sinyal dari sel yang lain).

Checkpoint pada fase G2 dapat dilewati jika ukuran sel memadai, dan replikasi kromosom terselesaikan dengan sempurna, sedangkan checkpoint pada metaphase (M) terpenuhi bila semua kromosom dapat menempel pada gelendong (spindle) mitotik (Ruddon, 2007).

Checkpoint ini akan menghambat progresi siklus sel ke fase mitotik, sedangkan checkpoint pada fase M (mitosis) terjadi jika benang spindle tidak terbentuk atau jika semua kromosom tidak dalam posisi yang benar dan tidak

menempel dengan sempurna pada spindle. Checkpoint tersebut bekerja dengan memonitor apakah kinetokor dan mikrotubul terhubung secara benar. Jika tidak,

kohesi kromatid akan tetap berlangsung dan mikrotubul gagal untuk memendek

sehingga kromatid tidak bergerak menjauh ke kutub yang berlawanan (Ruddon,

2007).

Kontrol checkpoint sangat penting untuk menjaga stabilitas genomik. Kesalahan pada checkpoint akan meloloskan sel untuk berkembang biak meskipun terdapat kerusakan DNA atau replikasi yang tidak lengkap atau kromosom tidak

(43)

bagi timbulnya kanker. Oleh karena itu, proses regulasi siklus sel mampu berperan

dalam pencegahan kanker (Ruddon, 2007).

2.3.2 Karsinogenesis

Kanker bukanlah penyakit yang datang dengan begitu saja, melainkan

akibatakumulasi atau penumpukan kerusakan-kerusakan tertentu di dalam

tubuh.Serangkaian proses berkembangnya kanker disebut karsinogenesis.

Karsinogenesisadalah suatu proses terjadinya kanker melalui mekanisme

multitahap yangmenunjukkan perubahan genetik dan menyebabkan transformasi

progresif sel normalmenjadi sel malignan (ganas) (Tsao, et al., 2004). Perubahan

ini diawali dari mutasi somatik satu sel tunggal yang mengakibatkan perubahan

dari normal menjadi hiperplastik, displastik, dan pada akhirnya menjadi suatu

keganasan atau malignansi (memiliki kemampuan metastasis atau menginvasi

jaringan di sekelilingnya). Perubahan genetik ini termasuk perubahan seluler

mendasar pada sel kanker yang dipengaruhi oleh beberapa gen seperti: tumor

suppresor genes (pRb, p53,PTEN,E-cadherin) dan proto-oncogenes (ras, c-myc,

Bcl-2). Karsinogenesis dapat dibagi menjadi empat tahap utama, yaitu tahap

inisiasi, promosi, progresi, dan metastasis (Tsao, et al., 2004).

Tahap inisiasi adalah tahap pertama pada karsinogenesis dan merupakan

hasil perubahan genetik yang menuntun pada proliferasi tidak terkontrol

(abnormal) sebuah sel. Tahap inisiasi dapat terjadi melalui jalur germinal dan

somatik. Namun, pada kebanyakan kasus diperoleh secara somatik akibat

terjadinya kesalahan acak saat pembelahan sel atau karena paparan dari

karsinogen spesifik seperti tobako dan radiasi (Tsao, et al., 2004). Pada tahap ini,

senyawa yang berpotensi sebagai senyawa karsinogen diaktivasi terlebih dahulu di

(44)

ini ada yang bersifat reaktif, mutagenik, dan mampu berikatan dengan

makromolekul di dalam tubuh seperti DNA dengan ikatan irreversible. Sel yang

mengalami inisiasi atau prakanker dapat kembali ke tingkat normal secara

spontan, tetapi pada tingkat lebih lanjut dapat menjadi ganas (malignan) (Tsao, et

al., 2004)).

Tahap karsinogenesis selanjutnya adalah promosi. Tahap ini merupakan

tingkat lanjutan dari tahap inisiasi. Pada tahap ini, sel mulai mengalami

hiperplastik pada inti sel (Tsao, et al., 2004). Berbeda dengan tahap inisiasi yang

dapat melewati jalur germinal dan somatik, tahap promosi hanya diketahui terjadi

melalui jalur somatik. Pada tahap promosi, sel-sel akan memperoleh beberapa

keuntungan selektif untuk tumbuh sehingga pertumbuhannya menjadi cepat dan

berubah menjadi tumor jinak. Tahap promosi tidak melibatkan perubahan

struktural dari genom secara langsung, tetapi biasanya terjadi perubahan ekspresi

gen yang terinisiasi (Tsao, et al., 2004)

Pada tahap progresi, kemampuan pembelahan yang tinggi menuntun

terbentuknya koloni sel yang lebih besar melalui perubahan genetik lebih lanjut

dan munculnya keistimewaan-keistimewaan lain seperti peningkatan mobilitas

dan angiogenesis (Kumar, et al, 2005). Pada tahap ini, sel-sel tumor dikatakan

sebagai sel malignan. Pada fase ini juga akan terjadi karsinoma dan metastasis

melalui aktivasi onkogen dan malfungsi dari enzim topoisomerase (Pecorino,

2005).

Tahap metastasis merupakan tahap akhir dalam karsinogenesis. Pada tahap

ini, sel kanker melakukan invasi ke jaringan-jaringan lain di dalam tubuh melalui

(45)

saluran limpoid. Sel tersebut akan berinteraksi dengan sel limpoid yang

digunakan sebagai inangnya. Selanjutnya, sel kanker akan masuk ke jaringan

lainnya membentuk tumor sekunder dengan didukung kemampuan

neoangiogenesis yang dimilikinya (Kumar, et al., 2005).

Tahap metastasis dapat berlangsung karena melemahnya ikatan antarsel

yang disebabkan oleh terdegradasinya CAMs (Cell-cell Adhesion Molocules) dan

E-cadherin sebagai molekul yang menjaga pertautan antarsel. Molekul-molekul

tersebut diketahui sudah sangat sedikit bahkan tidak ditemukan lagi pada sel

kanker, sehingga proses metastasis dapat terus terjadi (Kumar, et al., 2005). 2.3.3 Kanker payudara

Kanker payudara merupakan kanker yang menyerang jaringan epitelial

payudara, yaitu membran mukosa dan kelenjar, sehingga kanker payudara

tergolong pada karsinoma. Kanker payudara merupakan kanker yang paling

umum diderita oleh wanita, di samping kanker serviks. Penyebab kanker payudara

sangat beragam, antara lain(Torosian, 2002):

a. Kerusakan pada DNA yang menyebabkan mutasi genetik. Kerusakan ini

dapat disebabkan oleh radiasi yang berlebihan.

b. Kegagalan immune surveillance dalam pencegahan proses malignan pada fase awal.

c. Faktor pertumbuhan yang abnormal.

d. Malfungsi DNA repairs seperti : BRCA1, BRCA2 dan p53.

Kanker payudara terjadi ketika sel-sel pada payudara tumbuh tidak

terkendali dan dapat menginvasi jaringan tubuh yang lain baik yang dekat dengan

(46)

Semua tipe jaringan pada payudara dapat berkembang menjadi kanker, namun

pada umumnya kanker muncul baik dari saluran (ducts) maupun kelenjar (glands). Perkembangannya memerlukan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun

sampai tumor tersebut cukup besar untuk dirasakan pada payudara. Deteksi dapat

dilakukan dengan mammogramsyang kadang-kadang dapat mendeteksi tumor sejak dini (Dolinsky, 2002).

Faktor resiko kanker payudara dapat dibedakan menjadi faktor yang dapat

diubah (reversible) dan yang tidak dapat diubah (irreversible). Faktor-faktor yang tidak dapat diubah termasuk jenis kelamin, bertambahnya umur, ada-tidaknya

riwayat keluarga menderita kanker, pernah-tidaknya menderita kanker payudara,

pernah-tidaknya mendapat terapi radiasi pada bagian dada, suku bangsa

Kaukasian, orang yang mengalami menstruasi pertama pada usia sangat muda

(sebelum 12 tahun), yang mengalami menopause terlambat (setelah 50 tahun),

yang tidak pernah melahirkan atau melahirkan di usia lebih dari 30 tahun, dan

yang mengalami mutasi genetik. Dari berbagai macam faktor tersebut, 3%-10%

penyebab kanker payudara diduga berkaitan dengan perubahan baik gen BRCA1

maupun gen BRCA2 (Dolinsky, 2002).

Beberapa faktor yang menaikkan resiko menderita kanker payudara yang

dapat diubah, yakni mendapatkan terapi pengganti hormon (penggunaan estrogen

dan progesteron dalam jangka waktu lama untuk mengatasi gejala menopause),

menggunakan pil antikontrasepsi (pil KB), tidak menyusui, mengonsumsi

minuman beralkohol 2-5 gelas per hari, menjadi gemuk terutama setelah

menopause, dan tidak berolahraga (Dolinsky, 2002). Perlu diingat bahwa

faktor-faktor resiko tersebut hanyalah berdasarkan pada kemungkinan. Seseorang tetap

(47)

resiko tersebut. Menghindari faktor resiko tersebut dan deteksi awal adalah cara

terbaik untuk mengurangi kematian berkaitan dengan kanker ini.

Peningkatan insidensi kanker payudara disebabkan oleh kegagalan terapi

terhadap kanker itu sendiri. Kegagalan ini diakibatkan oleh adanya

multidrugresistance (MDR) dan terjadi hingga 71% dibandingkan dengan faktor penyebab lainnya (Mechetner, et al., 1998). Multidrug resistance atau resistensi obat ini diakibatkan oleh adanya breast cancer resistance protein (BCRP) yang salah satunya adalah P-glycoprotein (Pgp) (Imai, et al., 2005). Aktivasi Pgp dan peningkatan ekspresinya dapat menurunkan efikasi dari beberapa agen kemoterapi

seperti Taxol dan Doxorubicin (Mechetner, et al., 1998). Penekanan aktivitas Pgp dan ekspresinya mampu meningkatkan efektivitas agen kemoterapi (Zhou, et al., 2006).

Selain itu, paparan estrogen endogen yang berlebihan juga dapat

berkontribusi sebagai penyebab kanker payudara. Sekitar 50% kasus kanker

payudara merupakan kanker yang bergantung pada estrogen dan sekitar 30%

kasus merupakan kanker yang positif mengekspresi HER-2 berlebihan (Gibbs,

2000). Kedua protein tersebut selain berperan dalan metastasis, juga berperan

dalam perkembangan kanker payudara (early cancer development).

Proses metastase kanker payudara diinisiasi oleh adanya aktivasi/ekspresi

berlebih beberapa protein, misalnya Estrogen Reseptor (ER) dan ErbB-2 (HER- 2)

yang merupakan protein predisposisi kanker payudara. Aktivasi reseptor estrogen

melalui ikatan kompleks dengan estrogen akan memacu transkripsi gen yang

mengatur proliferasi sel. Estrogen dapat memacu ekspresi protein yang berperan

(48)

onkoprotein yang berperan utama dalam sinyal pertumbuhan, misalnya Ras, Myc,

dan cycD1 (Foster, et al., 2001). Aktivasi protein ini mengakibatkan adanya pertumbuhan yang berlebihan melalui aktivasi onkoprotein yang lain seperti

P13K, AKT, Raf, ERK, dan MAP kinase (Hahn, et al., 2002). Di lain pihak, kompleks estrogen dengan reseptornya juga akan memacu transkripsi beberapa

gen tumor suppressor, seperti BRCA1, BRCA2, dan p53. Namun, pada penderita kanker payudara (yang umumnya telah lewat masa menopause) gen-gen tersebut

telah mengalami perubahan (transformed) akibat dari hiperproliferasi sel-sel payudara selama perkembangannya sehingga tidak berperan sebagaimana

mestinya (Adelmann, et al., 2000, Clarke, 2001; Ingvarsson, et al., 2001). 2.3.4 Sel MCF-7

Salah satu model sel kanker payudara yang sering digunakan dalam

penelitian adalah sel MCF-7. Sel ini merupakan sel kanker payudara yang

mengekspresikan reseptor estrogen (ER+) dan berasal dari pleural effusionbreast adenocarcinoma seorang pasien wanita Kaukasian berumur 69 tahun, golongan darah O(Anonim, 2008). Sel ini mengekspresikan reseptor estrogen alfa (ER-α),

memiliki sifat resisten terhadap doxorubicin (Zampieri, et al., 2002) dan tidak

mengekspresikan caspase-3. Pada sel MCF-7, Pgp diekspresikan tinggi, sehingga

sensitivitas terhadap agen kemoterapi seperti doxorubicin rendah (Wong, et al.,

2006). Penurunan konsentrasi ini dapat mengurangi efektivitas senyawa

kemoterapi pada sel MCF-7. Salah satu cara untuk meningkatkan sensitivitas

MCF-7 adalah dengan menghambat ekspresi dan aktivasi Pgp (Zhou, et al., 2006).

2.3.5 Sel T47D

Sel T47D (Human ductal breast epithelial tumor cell line) adalah sel yang

(49)

kehilangan estrogen reseptor (ER) apabila kekurangan estrogen pada jangka

waktu lama selama percobaan in vitro. Sel ini berasal dari ductal carcinoma dan mengekspresikan caspase 3 (Mooney, et al., 2002). Oleh karena itu sel ini

digunakan pada model untuk penelitian resistensi obat pada pasiendengan tumor

payudara p53 mutan (Anonimb

2.3.6 P-glycoprotein

, 2012).

P-glycoprotein (Pgp) merupakan protein ABC-transporter pada manusia yang termasuk dalam subfamili MDR/TAP (Allen, et al., 2002) Pgp dikenal dalam

beberapa sebutan yakni ABCB1, ATP-binding cassette sub-famili B member 1, MDR1, dan PGY1 (Choi, 2005). ABCD1 atau Pgp termasuk dalam

ATP-dependentefflux pumpyang memiliki substrat spesifik antara lain: obat (colchicine

dan tacrolimus), agen kemoterapi (etoposide, adrimycin dan vinblastine), lipid, steroid, xenobiotik, peptide, bilirubin, cardiac glycoside (digoxin), glucocorticoids

(dexamethasone) dan agen terapi HIV tipe 1 (inhibitorprotease dan nonnucleoside

reverse transcriptase) (Kitagawa, 2006). Di dalam tubuh, Pgp ini dapat ditemukan

pada sel usus, hati, tubula ginjal dan capillary endothelial (Deng, et al.,

2001).Dalam sistem organ, Pgp berpengaruh terhadap absorbsi, distribusi dan

eliminasi obat (Matheny, et al., 2001).

P-glycoprotein adalah sebuah glikoprotein transmembran yang memiliki

10 - 15 kDa N-terminal glycosylationdengan bobot 170-kDa dikode oleh gen MDR1 (Kitagawa, 2006). Gen ini dicirikan dengan pompa efflux obat dan

anggota dari keluarga ATP-binding transport (Choi, 2005). Kemampuan Pgp

sebagai pompa efflux berguna dalam detoksifikasi senyawa-senyawa yang masuk

ke dalam sel. Senyawa yang termasuk substrat dari Pgp akan diikat dan

(50)

oleh ATP melalui pembentukkan kompleks Pgp-ATP (Conseil, et al., 1998).

Hidrolisis ATP oleh ATPase memberikan energi aktivasi pada Pgp (Choi, et al.,

2005). Aktivasi Pgp akan menurunkan intakeagen kemoterapi sehingga menurunkan efikasi agen tersebut terhadap sel kanker. Pada kondisi expresi yang

berlebihan, Pgp dapat menyebabkan resistensi obatterutama agen kemoterapi pada

kanker payudara seperti doxorubicin (Mechetner, et al., 1998). Pgp akan mengikat

doxorubicin sebagai salah satu substratnya untuk dikeluarkan dari dalam sel

(Wong, et al., 2006). Pgp atau ABCD1 pertama kali diujikan sebagai multidrug

resistance dan terbukti sebagai penyebab resistensi obat kemoterapi (Juliano,

1976).

Penghambatan aktivasi dan ekspresi Pgp memegang peranan penting

dalam keberhasilan terapi kanker (Zhou, et al., 2006). Penghambatan aktivitas Pgp

dapat melalui dua mekanisme yakni (1) penghambatan substrat Pgp secara

langsung dengan berikatan pada Pgp-binding domain dan (2) penghambatan

hidrolisis ATP oleh ATase melalui ikatan substrat dengan ATP (Kitagawa, 2006)

Penghambatan ini dapat dilakukan menggunakan senyawa flavonoid dan

polifenol melalui dua sisi ikatan pada ATP-binding sites dan steroid interacting

[image:50.595.157.449.581.735.2]

region dimana ATPase berikatan dengan Pgp cytosolic domain (Kitagawa, 2006).

(51)

Pgp memompa senyawa-senyawa (2a, 2b, 2c) yang termasuk substratnya

untuk dikeluarkan dari dalam sel. Ekspresi berlebih dari Pgp ini dapat

menyebabkan resistensi obat pada terapi kanker payudara (Matheny, et al., 2001).

Penekanan ekspresi Pgp dapat dilakukan melalui berbagai mekanisme

antara lain aktivasi jalur sinyal transduksi c-Jun NH2-terminal kinase (JNK) dan

inaktivasi NF-κB transcriptional factor, c-Jun NH2-terminal kinase (JNK) merupakan protein kinase yang berikatan dengan NH2-terminal yang merupakan

sisi aktif pada c-Jun transcriptional factordan protein ini mampu memfosforilasi c-Jun. Fosforilasi c-Jun akan menstimulasi pembentukan ikatan dengan AP-1,

suatu elemen pada gen MDR1. Pembentukan ikatan ini akan mencegah ekspresi

mRNA MDR1 dan pada akhirnya akan menghambat ekspresi Pgp. Fosforilasi

c-Jun tersebut dapat dilakukan oleh salvicine (quinine diterpenoid sintetik) (Zhou, et

al., 2006).

Gambar

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian
Gambar 2.1Mekanisme pemompaan oleh Pgp (Matheny, et al., 2001).
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia dan ekstrak buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC)
Gambar  4.1   Kromatogram Sampel EEABA (ekstrak etil asetat buah andaliman) dengan fase gerak etilasetat:n-heksan (8:2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rasio hutang berpengaruh signifikan dan searah dengan struktur modal serta pengaruh langsung rasio hutang terhadap struktur modal sebesar 58,7% yang berarti semakin tinggi

prestasi belajar matematika yaitu dengan melihat hasil dari nilai R=0,874 artinya ada pengaruh antara kemandirian dan kebiasaan belajar secara bersama- sama dengan

Penambahan Tepung Paci-Paci (Leucas Lavandulaefolia) Pada Pakan Terhadap Moralitas dan Gambaran Darah Benih Ikan Nilem ( Osteochilus Hasselti) Yang Diuji Tantang

musim semi kota sapporo memiliki taman yang sejuk dan indah salah satu tempat di.. kota Sapporo yang paling terkenal adalah taman Odori dengan 4.700 pohon

Mean concentrations for plasma tHcy, serum folate and vitamin B12 were similar in patients and control subjects, whereas serum creatinine was higher in the patient group..

KOMPETENSI MAYOR : Menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu, teknologi, manajemen, dan ekonomi serta lingkungan dalam penyediaan bahan baku dan proses industri pengolahan

Jika Indonesia unggul dengan demografi, geografi, SDA, maka Singapura unggul dengan ekonomi, politik, serta pertahanan dan keamanan. Membandingkan pertahanan dan keamanan

Cisarua Bogor, 15 - 17 Desember 201 0.. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PERGURUAN TINGGI UMUM YANG MENGACU PADA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SESUAI DENGAN PERATURAN PEMERLNTAH..