• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Figuratif dalam Puisi dengan Pendekatan Stilistika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Figuratif dalam Puisi dengan Pendekatan Stilistika"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

A. JUDUL

BAHASA FIGURATIF PADA KUMPULAN PUISI DIKSI PARA PENDENDAM KARYA BADRUDDIN EMCE DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA DI SMK

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang akan mampu merangkai kata yang mengandung gagasan-gagasan untuk disampaikan kepada pembaca. Adapun bahasa dalam sastra memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan bahasa sehari-hari sehingga mampu menarik minat dan ketertarikan orang lain untuk menikmati sastra. Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa, dalam hal ini bahasa tersebut dinamakan bahasa sastra. Al-Ma’ruf (2009:3) mengemukakan bahasa sastra sebagai media ekspresi sastrawan dipergunakan untuk memperoleh nilai seni karya sastra, dalam hal ini berhubungan dengan style ‘gaya bahasa’ sebagai sarana sastra.

Salah satu jenis karya sastra yang banyak dinikmati oleh masyarakat yaitu puisi. Puisi merupakan bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna (Kosasih, 2012:97). Pengertian tersebut mewakili penjelasan sebelumnya bahwa bahasa merupakan media penyampaian gagasan atau makna dalam sebuah karya sastra. Sebagai sebuah karya sastra yang banyak diminati, puisi mampu menyimpan makna yang kompleks pada bentuk fisiknya yang sederhana dan penuh dengan pemadatan kata. Unsur bentuk paling utama dalam puisi adalah bahasa karena bahasa adalah hal yang menentukan nilai keindahan. Penggunaan bahasa yang khas sastra mampu memberikan efek khusus menarik perhatian.

(2)

(1) ilmu tentang gaya bahasa; (2) ilmu interdisipliner antara linguistik dengan sastra; (3) ilmu tentang penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa; (4) ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya; dan (5) ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahan sekaligus latar belakang sosialnya.

Dari beberapa pengertian tersebut, terlihat bahwa pengertian pada poin (1) sampai dengan poin (4) mengungkapkan bahwa gaya bahasa semata-mata hanya terletak di dalam karya sastra itu sendiri. Namun, pada poin (5) terlihat bahwa hakikat stilistika diartikan dengan lebih luas, yaitu sebagai sebuah karya sekaligus dalam kaitannya dengan masyarakat. Definisi yang lebih menunjukkan hakikat stilistika terlihat pada definisi poin (5), bahwa stilistika atau gaya tidak hanya dikaitkan dengan aspek keindahan, tetapi juga berkaitan dengan peran latar belakang sosial yang melatarbelakangi terciptanya karya sastra itu sendiri.

(3)

Waluyo mengungkapkan bahwa bahasa figuratif digunakan oleh sastrawan untuk mengatakan sesuatu dengan cara tidak langsung untuk mengungkapkan makna (Al-Ma’ruf, 2009:59). Al-Ma’ruf (2009:60) mengungkapkan bahwa bahasa figuratif dalam penelitian stilistika karya sastra dapat mencakup majas, idiom, dan peribahasa. Pemilihan tiga bentuk bahas figuratif tersebut didasarkan karena ketiganya merupakan sarana sastrayang dipandang representatif dalammendukung gagasan pengarang. Selain itu, ketiga bentuk bahasa figuratif itu banyak dimanfaatkan oleh para sastrawan dalam karyanya. Penggunaan bahasa kias pada dasarnya digunakan oleh sastrawan untuk memperoleh dan menciptakan citraan. Tuturan figuratif dalam lingkup karya sastra yang berupa puisi, dapat berwujud gaya bahasa. Meskipun setiap pengarang memiliki gaya sendiri dalam mengungkapkan pikiran, ada beberapa bentuk yang biasa dipergunakannya, bentuk-bentuk itu dalam stilistika sering disebut sarana retorika. Bahasa kias atau bahasa figuratif pada dasarnya digunakan oleh sastrawan untuk memperoleh dan menciptakan citraan. Adanya tuturan figuratif dalam karya sastra dapat menarik perhatian pembaca untuk membacanya. Tuturan figuratif mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi lebih jelas, lebih menarik, dan lebih hidup.

(4)

Salah satu karakteristik bahasa sastra adalah tujuan untuk mencapai efek keindahan. Namun, bahasa seperti apa yang memenuhi keindahan itu tidak jarang masih menimbulkan perbedaan. Lingkup ini membicarakan tentang kesepakatan tidak harus terpenuhi karena yang lebih diutamakan adalah kesuntukan, intensitas, kesungguhan untuk memperlakukan sebuah karya sastra. Bagaimana fungsi puitis termanifestasikan dalam suatu puisi? Jakobson (Nurgiyantoro, 2014:110) mengemukakan karakteristik bahasa literer banyak diwujudkan dalam penggunaan bentuk paralelisme dan repetisi dan juga menegaskan penggunaan kaidah pararelisme untuk mengekspresikan pengalaman estetik.

Penelitian mengenai bahasa figuratif dalam sebuah karya sastra perlu dilakukan dengan tujuan menjelaskan secara rinci jenis gaya bahasa yang digunakan penulis dalam karya sastra. Secara tidak langsung akan ikut menjelaskan maksud dari karya sastra itu.

Baddruddin Emce adalah seorang alumnus Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman Purwokerto yang merintis karir di dunia sastra lewat beberapa event sastra seperti Forum Puisi Indonesia 87 (PKJ-TIM Jakarta), Forum Sastra Indonesia Hari Ini: Jawa tengah (Salihara, 2010), dan lain sebagainya. Kumpulan puisi Diksi Para Pendendam merupakan kumpulan puisi yang diciptakan Badruddin Emce dimulai tahun 1982 hingga 2010, selain merangkum keberagaman tema, Ia juga memperlihatkan perkembangan dan konsistensinya sebagai penyair. Puisi-puisinya merekam lalu-lintas kegelisahan batin, pikiran, pengaruh, kejengkelan, harapan, doa-doa yang bisa ditumpahkan.

(5)

memiliki ruang-ruang kemungkinan untuk menafsir setiap kata yang ditulis dalam Kumpulan puisi Diksi Para Pendendam karya Badruddin Emce.

Kumpulan puisi Diksi Para Pendendam karya Badruddin Emce mempertemukan antara dunia sang penyair, dunia teks puisi-puisi, dan dunia kita sebagai pembaca. Dunia pembaca dalam hal ini adalah pengalaman, pengetahuan ,daya khayal, pergaulan sosial, latar belakang budaya, bacaan, dan asumsi-asumsi yang membentuk sejarah diri pribadi. Dunia penulis dalam hal ini adalah dunia pribadi penyair Badruddin Emce, yaitu dunia ketika melahirkan atau menciptakan puisi-puisi tersebut. Setiap kata dalam kumpulan puisi Diksi Para Pendendam karya Badruddin Emce sangat menarik untuk diteliti.

Penelitian ini terdapat empat fungsi yang ingin dicapai, yaitu (1) memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu linguistik terapan dan kajian studi kesusastraan sekaligus dalam analisis karya sastra sebagai penerapan pengkajian fiksi, (2) mampu meletakkan dasar-dasar bagi penelitian stilistika dalam objek karya sastra yang lain, (3) memberikan pemahaman kepada penikmat karya sastra dalam mengapresiasi karya sastra yang ditinjau dari ilmu stilistika, (4) mampu memberikan alternatif bahan ajar bagi pengajar bahasa dan sastra dalam pembelajaran stilistika

(6)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk, fungsi, dan makna bahasa figuratif dalam kumpulan puisi Diksi Para Pendendam Karya Badruddin Emce? b. Bagaimana implementasi bahasa figuratif pada kumpulan puisi

Diksi Para Pendendam Karya Badruddin Emce dalam pembelajaran bahasa di SMA?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendiskripsikan bentuk, fungsi, dan makna bahasa figuratif dalam kumpulan puisi Diksi Para Pendendam Karya Badruddin Emce.

b. Menjelaskan implementasi bahasa figuratif pada kumpulan puisi Diksi Para Pendendam Karya Badruddin Emce dalam pembelajaran bahasa di SMA.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai tujuan secara optimal dan efektif. Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoretis

Kajian Stilistika ini memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu linguistik terapan dan kajian studi kesusastraan sekaligus dalam analisis karya sastra sebagai penerapan pengkajian fiksi, dan mampu meletakkan dasar-dasar bagi penelitian stilistika dalam objek karya sastra yang lain. b. Manfaat Praktis

(7)

C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori

a. Stilistika

Ratna (Al-Ma’ruf, 2009:10) menyatakan, stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakai bahasa dalam karya satra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. Menurut Junus (Al-Ma’ruf, 2009:11), hakikat stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika dipakai sebagai ilmu gabungan, yakni linguistik dan ilmu sastra. Stilistika sebagai ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dalam karya sastra yang berorientasi linguistik atau menggunakan parameter linguistik. Abrams (Al-Ma’ruf, 2009:19) mengemukakan stilistika kesusastraan merupakan metode analisis karya sastra. Stilistika dimaksudkan untuk menggantikan kritik sastra yang subjektif dan impresif dan ilmiah.

Istilah style berasal dari akar kata stylus (bahasa latin) yang artinya alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Benda runcing untuk menulis tersebut dapat diartikan sebagai menggores, melukai, menembus, dan menusuk di atas bidang datar sebagai alas tulisan. Istilah tersebut mempunyai konotasi makna menggores dan menusuk perasaan pembaca sehingga menimbulkan efek tertentu. Inilah letak makna stylus yang kemudian menjadi style yang menunjuk pada penggunaan bahasa yang khas (Ratna, 2009:8).

Leech & Short (Nurgiyantoro, 2014:40) beranggapan bahwa stile sebagai suatu hal yang pada umumnya tidak lagi mengandung sifat kontroversial, maka rumusannya juga tidak menimbulkan kontroversi. Stile merujuk pada pengertian cara penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu, dan sebagainya. Dengan demikian, stile dapat bermacam-macam jenis tergantung berbagai faktor yang secara umum disebut sebagai faktor penentu. Hampir semua penuturan dalam konteks berbahasa menghadirkan stile yang berbeda.

(8)

dalam studi stile dalam sastra barat yang terkait dengan retorika, bahkan sejak zaman kesastraan Yunani klasik. Retorika sendiri berasal dari bahasa Yunani klasik techne rhetorike, menunjuk pada pengertian seni berbicara ‘the art of speech’, khususnya berbicara atau berpidato di depan publik dengan maksud untuk meyakinkan (Nurgiyantoro, 2014:75).

Stile dipandang sebagai penyimpangan dari norma kebahasaan. Kesan umum mungkin melihat bahasa sastra adalah bahasa yang aneh dan suka menyimpang dari penggunaan bahasa yang wajar dan baku. Kesan itu tidak salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Bahwa bahasa sastra sering menyimpang, itu benar. Tetapi, penyimpangan itu bukan karena ingin sok aneh, sok beda. Sebagai sebuah karya seni sastra harus menunjukkan adanya unsur kreativitas yang tinggi terutama kreativitas dalam hal pengucapan, kreativitas pemilihan bahasa (Nurgiyantoro, 2014:49).

Analisis stilistika biasanya dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu yang pada umumnya dalam lingkup kesastraan untuk menerangkan hubungan bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya. Dengan kata lain, kajian stilistika dimaksudkan untuk menjelaskan fungsi keindahaan penggunaan bentuk kebahasaan tertentu mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif, sarana retorika, sampai grafologi. Hal ini dapat dipandang sebagai bagian terpenting dalam analisis bahasa sebuah teks dengan pendekatan stilistika.

(9)

(1) Bahasa Figuratif / Majas

Abrams mengatakan Bahasa Figuratif adalah suatu bentuk penggunaan bahasa yang maknanya menyimpang dari pemakaian bahasa yang biasa, bahasa yang baku, atau urutan kata dalam bahasa dengan tujuan untuk mendapat efek tertentu, yaitu efek keindahaan (Nurgiyantoro, 2014:211). Penyimpangan tersebut berupa penyimpangan makna. Artinya makna penggunaan bahsa itu tergolong tidak biasa karena bukan merupakan makna asli atau denotatif, melainkan condong kepada makna konotasi. Namun, bahasa figuratif tidak selamanya berada di lingkup kesastraan saja, melainkan dapat ditemukan dalam berbagai ragam bahasa yang lainnya.

Penggunaan stile yang berwujud permajasan, apalagi dalam puisi, secara umum tampak mempengaruhi gaya dan keindahan bait-bait yang dimaksud. Namun, penggunaan kiasan tersebut haruslah pas disetiap maksud dan tujuan penyampaiannya. Artinya, harus dapat membawa pembaca ke arah interpretasi yang penuh dengan asosiasi-asosiasi, di samping juga dapat mendukung terciptanya suasana dan nada tertentu. Selain itu, penggunaan bentuk-bentuk ungkapan itu haruslah baru dan segar tidak hanya sekedar mengulang bentuk-bentuk tertentu yang telah banyak dipergunakan. Penggunaan ungkapan baru akan memberikan kesan keaslian, kesegaran, juga mengejutkan. Hal itu terjadi tidak hanya di dalam puisi, namun dalam karya fiksi lainnya juga.

Majas memiliki bermacam jenis yang relatif banyak. Beberapa macam-macam majas disampaikan berikut ini,

(a) Majas Perbandingan

- Asosiasi atau Perumpamaan

- Metafora

(10)

- Alegori

- Simbolik

- Metonimia

- Sinekdok

- Simile

(b) Majas Pertentangan

- Antitesis

- Paradoks

- Hiperbola

- Litotes (c) Majas Sindiran

- Ironi

- Sinisme

- Sarkasme (d) Majas Penegasan

- Pleonasme

- Repetisi

- Paralelisme

- Tautologi

(11)

- Antiklimaks

- Retorik

b. Puisi

Waluyo (2005:1) menjelaskan bahwa puisi adalah karya sastra yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun dipersingkat atau padat, namun memiliki kekuatan, sedangkan untuk kata yang digunakan memiliki rima dan memiliki makna konotatif atau bergaya figuratif. Penekanan pada segi estetik pada suatu bahasa serta penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima merupakan hal yang membedakan pada puisi dari prosa.

Pandangan kaum awam dalam membedakan puisi dan prosa yaitu dari jumlah huruf serta kalimat dalam karya tersebut. Puisi umumnya lebih singkat dan padat, sedangkan pada prosa lebih mengalir seperti pada mengutarakan cerita. Beberapa dari para ahli modern memiliki pendekatan untuk mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai sebuah perwujudan dari imajinasi manusia, yang hal ini menjadi sumber dari segala kreativitas. Selain itu pada puisi juga terdapat curahan dari isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hati yang sedang dialaminya.

Menurut Waluyo (2005:5), puisi memiliki struktur yang membangun, yaitu struktur fisik dan struktur batin.

Struktur fisik dalam puisi terdiri dari :

(12)

(2) Diksiialah pemilihat kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-katanya dapat mengungkapkan banyak, hal maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(3) Imaji yaitu kata atau susunan kata yang mengungkapkan pengalaman indrawi, misalnya penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji terbagi atas tiga yakni imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasseakan-akan apa yang dialami penyair.

(4) Kata Konkret adalah kata yang memungkinkan memunculkan imaji karena dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Seperti kata konkret "salju" dimana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dll.

(5) Gaya Bahasa adalah penggunaan bahasa dengan menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu dengan bahasa figuratif yang menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna. Gaya bahasa disebut dengan majas. Macam-macam majas yaitu metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks

(13)

pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya; Pengulangan kata/ungkapan ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Struktur batin dalam puisi terdiri dari :

(1) Tema/Makna (Sense) media pusi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka pusi harus memiliki makna ditipa kata, baris, bait, dan makna keseluruhan.

(2) Rasa (Feeling) yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(14)

(4) Amanat/tujuan maksud (Intention) adalah pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca yang terdapat dalam puisi tersebut.

Menurut Sumardjo dan Saini KM (1991:25), puisi memiliki tiga jenis, yaitu puisi epik, puisi lirik dan puisi dramatik,

(1) Puisi Epik

Puisi Epik adalah puisi yang menuturkan sebuah cerita dalam bentuk puisi. Dalam puisi epik terdapat golongan sebagai berikut,

(a) Epos

Epos merupakan puisi yang berisi cerita-cerita panjang, bahkan didalamnya terdapat banyak anak cerita yang dirangkai dalam cerita pokoknya.

(b) Fabel

Fabel adalah kategori puisi yang berisi cerita kehidupan binatang untuk menyindir atau memberi tamasil kepada manusia. Tujuan fabel ialah memberikan ajaran moral dengan menunjukkan sifat-sifat jelek manusia melalui simbol binatang.

(c) Balada

Balada merupakan puisi cerita yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1) Bahasa sederhana dan langsung; 2) mengandung unsur ketegangan, ancaman, kejutan; 3) dalam materi, cerita mengandung kontras-kontras yang dramatik didalamnya; 4) terdapat pengulangan-pengulangan untuk penegasan yang mengandung kadar emosi kuat; 5) terdapat dialog didalamnya.

(15)

Puisi Lirik adalah puisi yang menyuarakan pikiran dan perasaan pribadi penyair dalam lirik. Dilihat dari segi maksud, terdapat jenis puisi lirik sebagai berikut,

(a) Puisi Kognitif

Merupakan puisi lirik yang menekan isi gagasan penyairnya.

(b) Puisi Ekspresif

Merupakan puisi lirik yang menonjolkan ekspresi pribadi penyairnya.

(c) Puisi Efektif

Merupakan puisi lirik yang mementingkan pengaruh terhadap perasaan pembacanya.

Dilihat dari segi isinya, puisi lirik dibagi menjadi, (a) Elegi

Elegi adalah puisi yang mengungkapkan duka. (b) Serenada

Serenada adalah puisi yang berisi kisah percintaan yang dapat dilagukan. Kata “Serenada” berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja.

(c) Ode

Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, suatu hal, atau suatu keadaan.

(3) Puisi Dramatik

Puisi dramatik pada dasarnya berisi analisis watak seseorang baik bersifak historis, mitos, maupun fiktif citraan penyairnya. Puisi ini menggunakan suatu suasana tertentu atau peristiwa tertentu melalui mata batin tokoh yang dipilih penyairnya. Tokoh yang dipilih penyair mewakili situasi manusia atau masyarakat umumnya.

(16)

Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dipaparkan berikut ini,

Penelitian Musayyedah (2010) yang berjudul “Kajian Stilistika Bahasa Figuratif Terhadap Kumpulan Puisi Bulan Luka Parah Karya Husni Djamaluddin”. Hasil dari penelitian ini, penulis menemukan enam jenis gaya bahasa yang digunakan oleh HD dalam kumpuilan puisi “Bulan Luka Parah”. Yaitu: 1) gaya bahasa repetisi berupa Tautotes, Anafora, Epistrofa, Simploke, Mesodiaplosis, dan Anadiaplosis ; 2) gaya bahasa metafora yang terdiri dari klausa metafora; 3) gaya bahasa personifikasi, yang terdiri dari kalimat aktif, kalimat pasif, dan adjektifa; 4) gaya bahasa hiperbola, yang terdiri dari kata bilangan dan klausa; 5) gaya bahasa persamaan, dengan piranti kata bagai, seperti, dan adalah; dan 6) gaya bahasa paralelisme, HD dalam gaya bahasa ini menggunakan frasa sejajar. Dari keenam gaya bahasa tersebut, gaya bahasa repetisi (pengulangan) merupakan gaya bahasa yang sering digunakan oleh HD yang terlihat dari cara penyusunan kata-katanya.

Penelitian Saiful Munir, Nas Haryanti, dan Mulyono (2013) yang berjudul “Diksi Dan Majas Dalam Kumpulan Puisi Nyayian Dalam Kelam Karya Sutikno W.S: Kajian Stilistika”. Hasil yang didapat oleh para peneliti ialah dalam kumpulan puisi Nyayian Dalam kelam karya Sutikno W.S mengandung majas diantaranya perbandingan; metafora; perumpamaan; personifikasi; metonimia; sinekdoke; dan alegori. Namun yang paling dominan adalah perumpamaan sesuai dengan ciri dari penulis Sutikno W.S.

(17)

Penelitian Fransori (2012) yang berjudul “Analisis Stilistika Pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar”. Hasil dari penelitian ini bahasa figuratif muncul pada baris ke-4 dan 21. Merupakan jenis majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan dari baris ke-4 dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu muncul juga majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia.

Penelitian Anhar (2013) yang berjudul “Kajian Stilistika Kumpulan Puisi Kata Karya Subagio Sastrowardoyo”. Hasil dari penelitian ini puisi “Kata” banyak menggunakan kata konotaitf untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. Penyair banyak menggunakan pengulangan kata juga penggunaan kata dengan objek realitas alam.

Penelitian Noviorita (2014) yang berjudul “Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Geguritan Bojonegoro Ing Gurit Himpunan Sanggar Sastra Pamarsudi BasaJawi: Kajian Stilistika”. Hasil dari penelitian ini dalam Kumpulan Geguritan yang diteliti oleh peneliti mengandung gaya bahasa beragam, antara lain simile; metafora; personifikasi; depersonifikasi; tautologi; hiperbola; klimaks; metonimia; sinekdoke; eponim; epitet; polisindeton; anafora; anadiplosis. Dari hasil tersebut, gaya bahasa personifikasi lebih dominan, karena digunakan pada 53 geguritan.

Penelitian Akmaliatus (2011) yang berjudul “Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Lima Gambar Di Langit-Langit Kamar Karya Nersalya Renata”. Hasil dari penelitian adalah 1) digunakan delapan belas jenis gaya bahasa retoris, 2) digunakan tiga belas jenis gaya bahasa kiasan, dan 3) dari gaya bahasa yang digunakan terdapat empat fungsi gaya bahasa yang mewakili pribadi penulis.

(18)

gambaran menjadi lebih ekspresif dan memberikan tekanan khusus pada frasa disetiap bait puisi.

Penelitian Nur Rois (2014) yang berjudul “Analisis Stilistika Kumpulan Puisi Jaturan Karya Tjahjono Widijanto”. Hasil dari penelitian ini stilistika yang terkandung dalam kumpulan puisi Jaturan sangatlah unik dan mempunyai bahasa yang khas dalam kepengarangannya, yang sangat sulit ditemui dalam karya sastra oleh pengarang yang lainnya dan tema-tema yang ditampilkan juga sangat dekat dengan kehidupan dan religius.

Penelitian Adi (2014) yang berjudul “Bahasa Figuratif dalam Kumpulan Puisi Kepada Cium Karya Joko Pinurbo: Tinjauan Stilistika dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar”. Hasil dari penelitian ini adalah pemanfaatan bahasa figuratif dalam kumpulan puisi Kepada Cium a) Repetisi; b) Aliterasi; c) Tautologi; d) metafora; e) Sinestesia; f) Simile; g) Hiperbola; h) Antonomasia; i) Antithesis, dan j) Personifikasi. Dari sekian ragam yang ditemukan didalam kumpulan puisi Kepada Cium Karya Joko Pinurbo, gaya bahasa yang dominan dipakai penulis ialah personifikasi dan metafora, hal itu sesuai dengan jiwa dari penulis itu sendiri.

D. METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Stategi Penelitian

(19)

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terpancang. Sutopo (2002:112) menjelaskan bahwa penelitian terpancang digunakan peneliti di dalam penelitiannya sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan studinya. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang menyelidiki sebuah fenomena aktual yang terjadi dalam konteks kehidupan, sehingga diperlukan banyak sumber-sumber fakta (Sutopo, 2002:140). Pada penelitian kumpulan puisi Diksi Para Pendendam karya Badruddin Emce ini menggunakan strategi terpancang karena telah menetapkan beberapa masalah yaitu bagaimana bentuk dan fungsi bahasa figuratif dalam kumpulan puisi dan bagaimana implementasi kumpulan puisi Diksi Para Pendendam karya Badruddin Emce pada pembelajaran sastra di SMK.

2. Data dan Sumber Data

Data merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap bentuk penelitian. Dalam mengumpulkan data biasanya dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber. Siswantoro (2010:70) mengemukakan bahwa data terdiri dari data primer dan data sekunder. Berdasarkan gambaran tersebut, maka data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni:

a. Data Primer

(20)

lewat perantara. Data primer dalam penelitian ini adalah bahasa figuratif pada kumpulan puisi Diksi Para

Pendendam karya Badruddin Emce. b. Data Sekunder

Menurut Siswantoro (2010:71) data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung atau lewat perantara, tetapi masih berdasarkan pada kategori atau parameter yang menjadi rujukan. Penelitian ini data sekundernya yakni skripsi yang berjudul “Analisis Kumpulan Puisi Diksi Pendendam Karya Badruddin Emce” yang ditulis oleh Febrian Adinata Hasibuan berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini yang termasuk didalamnya puisi-puisi karya Badruddin Emce yang lainnya.

Sumber data pada penelitian sastra berupa data kepustakaan, jadi pada penelitian ini sumber data adalah kumpulan puisi Diksi Para Pendendam karya Badruddin Emce.

3. Teknik Pengumpulan Data

(21)

Dalam penelitian ini untuk memperoleh keabsahan data, temuan empiris harus diuji lagi agas semakin terpercaya. Adapun teknik yang digunakan dalam proses validasi dikenal dengan nama triangulasi, yakni tindakan menguji atau mengecek data temuan dengan temuan lain selagi tidak ada kekontrasan atau asal adanya kesesuaian antara satu dengan yang lainnya. Triangulasi memiliki empat jenis, yaitu (1) triangulasi data, (2) triangulasi metode, (3) triangulasi teori, (4) triangulasi penelitian yang meliputi teknik diskusi dan teknik seminar (Siswantoro, 2010:79).

a. Triangulasi data

Triangulasi data mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda yang tersedia.

b. Triangulasi metode

Triangulasi metode adalah penggunaan sejumlah metode pengumpulan data dalam suatu penelitian. Tiangulasi metode diperlukan karena setiap metode pengumpulan data memiliki kelemahan dan keunggulan sendiri.

c. Triangulasi teori

Triangulasi teori adalah penggunaan sejumlah perspektif atau teori dalam menafsir seperangkat data. Triangulasi teori ini sebenarnya jarang sekali tercapai dalam penelitian sosial. Karena berbagai teori memiliki asumsi-asumsi dasar yang berbeda, akan menerangkan seperangkat data yang sama secara berbeda pula.

d. Triangulasi peneliti

(22)

menerapkan triangulasi peneliti, maka harus dipastikan bahwa peneliti yang paling ahli terlibat langsung dalam proses pengumpulan dan analisis data.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini menggunakan metode triangulasi data. Triangulasi data mengarahkan agar penelitian ini didalam mengumpulkan data dapat menggunakan sumber data yang beragam.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2013:335).

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik pembacaan semiotik, yakni pembacaan heuristik dan hermeneutik. Menurut Riffaterre (Sangidu, 2004:19) pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik.

Menurut Riffaterre (Sangidu, 2004:21) pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Sedangkan pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang dengan memberikan interpretasi yang disebut sebagai sistem pembacaan semiotik tingkat kedua yakni berdasarkan konvensi sastra. Penafsiran hermeneutik dapat dilakukan dengan empat langkah, yaitu menentukan arti langsung yang primer, menjelaskan arti-arti implisit, menentukan tema, dan menjelaskan arti-arti simbolik dalam teks. Penafsiran harus ada indikator yang jelas tanpa adanya unsur yang ditinggalkan.

(23)

strukturnya dengan menggunakan metode pembacaan heuristik. Peneliti menginterpretasikan setiap bait dalam kumpulan puisi Diksi Para Pendendam melalui tanda-tanda linguistik dan menemukan arti secara linguistik. Caranya dengan membaca cermat tiap kata disetiap bait dalam kumpulan puisi, kemudian dilakukan pembacaan hermeneutik, yakni dengan cara menafsirkan makna yang terdapat dalam kumpulan puisi Diksi Para Pendendam karya Badruddin Emce sehingga dapat menemukan bahasa figuratif dalam tiap baitnya.

APABILA INGIN PAPER INI YANG LENGKAP

DENGAN HASIL PENELITIANNYA SILAKAN

HUBUNGI WHATSAPP ( 0856-4334-3651 ) (Dhanu Widi

Wijaya)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi PengkajianEstetika Bahasa. Surakarta: Cakra Books.

Aminudin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.

(24)

Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Marhaban, Anhar. 2013. Kajian Stilistika Kumpulan Puisi Kata Karya Subagio

Sastrowardoyo. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Masda, Nur Rois. 2014. Analisis Stilistika Kumpulan Puisi Janturan Karya Tjahjono Widijanto. Skripsi. STKIP PGRI Ngawi.

Moleong J. Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remita Rosdakarya.

Munir, Saiful. Haryati, S. Nas. Mulyono. 2013. “Diksi dan Majas dalam Kumpulan Puisi Nyanyian dalam Kelam Karya Sutikno W.S: Kajian Stilistika”. Jurnal Sastra Indonesia, JSI (1) (2013).

Musayyedah. 2010. Kajian Stilistika Terhadap Kumpulan Puisi Bulan Luka Parah Karya Husni Djamaluddin. Thesis. Universitas Hasanudin Makassar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rchmat Djoko. 2007. “Pengkajian Puisi”. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.

Prahutami, Noviorita. 2014. Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Geguritan Bojonegoro Ing Gurit Himpunan Sanggar Sastra Pamarsudi Basa Jawi: Kajian Stilistika. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Purnomo, Adi. 2014. Bahasa Figuratif dalam Kumpulan Puisi Kepada Cium Karya Joko Pinurbo: Tinjauan Stilistika dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Ratna, Nyoman Kuta. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saida, Akmaliatus. 2011. Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Lima Gambar Di Langit-Langit Kamar Karya Nersalya Renata. Skripsi. Universitas Negeri Malang.

Sangidu, 2004. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman pada lokasi I memiliki kandungan klorofil dan rasio bobot kering tajuk/akar yang lebih rendah dibandingkan pada lokasi II dan peningkatan asam askorbat (ASA)

Demikian pentingnya kualitas pelayanan bagi perusahaan travel dalam upaya memberikan kepuasan pada pengguna jasanya, maka penelitian ini diberi judul “ANALISIS PENGARUH KUALITAS JASA

Penelitian ini bertujuan untuk membuat prototipe sensor cahaya dengan menggunakan bahan ferroelektrik berupa lapisan tipis Ba1-xSrxTiO3 (BST).. Bahan

oligosporus yang digunakan dalam ransum diharapkan tidak berpengaruh negatif terhadap kualitas telur puyuh (bobot telur, bobot dan persentase kerabang, bobot dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tes diagnostik two-tier berbasis piktorial yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit

Desain jadi tata letak ilustrasi yang masuk ke dalam naskah

[r]

Menurut pemilik, jumlah pemasok non petani yang dimiliki Ilmi Fish Farm dikategorikan sebagai peluang karena jumlah pemasok non petani tersebut mengimbangi jumlah pemasok