SKRIPSI
STUDI KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK ASING DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA
OLEH
Nadia Masniari Lubis 110523008
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
STUDI KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK
ASING DAN SWASTA NASIONAL DI INDONESIA
Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel
CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Income
Margin), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), LDR (Loan
to Deposit Ratio), dan ROA (Return On Asset) pada bank umum swasta nasional dan
bank asing yang berada di Indonesia selama periode 2011-2012. Di samping itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pengaruh
variabel CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, dan ROA pada bank umum swasta nasional
dan bank asing.
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Jumlah sampel yang terpilih yaitu 15 bank umum swasta nasional dan 6 bank asing.
Penelitian ini juga menggunakan uji t test untuk menguji perbedaan pengaruh variabel
CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, dan ROA (Return On Asset) pada bank umum
swasta nasional dan bank asing selama tahun 2011-2012.
Kata kunci : CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Income Margin), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
ABSTRACT
COMPARATIVE STUDY BETWEEN THE FINANCIAL PERFORMANCE OF FOREIGN BANKS AND DOMESTIC PRIVATE BANKS IN INDONESIA
This study is conducted to examine and analyze effect of CAR (Capital
Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Income Margin),
BOPO(Operational Cost toward Return), LDR (Loan to Deposit Ratio),and
ROA(Return On Asset) on national private banking and foreign banking located
inIndonesia in period of 2011-2012. Besides, it is also aimed to examine whether
existed a different toward variable of CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, and ROA
toward both banking industry.
To determine sampling collection in this study, it was conducted by using
purposive sampling method based on determined criteria. The sample selected was
15 national private banking and 6 foreign banking. This study also used uji t testing
to examine difference on effect of CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, and ROA (Return
on Asset) on the sample of national private banking and foreign banking in period of
2011-2012.
Keywords : CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NIM (Net
Income Margin), BOPO (Operational Cost toward Return), LDR (Loan to Deposit
KATA PENGANTAR
Bismillahhirohmanhirohim
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Studi
Komparasi Kinerja Keuangan Antara Bank Asing dan Swasta Nasional Di Indonesia” ini
dapat diselesaikan. Dan juga shalawat berangkaikan salam kepada junjungan umat Nabi
Besar Muhammad SAW yang sama-sama kita harapkan syafaatnya di hari akhir kelak.
Penulisan skripsi ini merupakan karya tulis yang sederhana dan merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar akan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis miliki sehingga mungkin pembaca akan menemui banyak kekurangan
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan.
Dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Penulis yang tercinta, Ayahanda Asyari Ardi Lubis S.E. dan Ibunda
Elfiani Ritonga yang selalu memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis dan
tidak henti-hentinya memberikan motivasi serta memanjatkan doa untuk keselamatan dan
keberhasilan penulis. Serta aliran do’a restu yang diberikan takkan pernah terhenti
kepada penulis sepanjang hayat.
2. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi
Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Dan Bapak Paidi Hidayat,
SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak Syarief Fauzie SE, AK, M.Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang penuh
keikhlasan, kesabaran menyisihkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing
penulis menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Dosen pembaca Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec,
7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan kemudahan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga
selesai skripsi ini.
8. Buat teman-teman seperjuangan
Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun pihak-pihak yang berpekepentingan, walaupun penulis menyadari bahwa Tugas
Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun.
Medan, Februari 2014
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Bank ... 10
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 38
3.1.1 Jenis Data ... 38
3.1.2 Sumber Data ... 38
3.3 Populasi dan Sampel ... 39
3.3.1 Populasi ... 39
3.3.2 Sampel ... 39
3.4 Variabel Independen dan Defenisi Operasional Variabel ... 41
3.4.1 Variabel Independen ... 41
3.4.2 Defenisi Operasional Variabel ... 41
3.4.3 Kinerja Bank Secara Keseluruhan ... 44
3.5 Metode Analisis Data ... 48
3.5.1 Uji Normalitas ... 48
3.5.2 Pengujian Hipotesis Menggunakan Uji t Statistik ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 51
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 52
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 52
4.2.2 Uji Normalitas Data ... 55
4.2.3 Uji Hipotesis ... 57
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………... 62
5.2 Saran ……….. 65
DAFTAR PUSTAKA ……… 66
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ………... 33
3.1 Daftar Sampel Penelitian ………... 40
3.2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel… 43 3.3 Kriteria Penilaian CAR ………. 44
3.4 Kriteria Penilaian NPL ……….. 45
3.5 Kriteria Penilaian NIM ……….. 46
3.6 Kriteria Penilaian BOPO ………... 46
3.7 Kriteria Penilaian LDR ……….. 47
3.8 Kriteria Penilaian ROA ………. 47
4.1 Data Penelitian ………... 51
4.2 Statistik Deskriptif ………... 52
4.3 Hasil Perhitungan Kolmogorov Smirmov …………... 56
4.4 Hasil Perhitungan Independent Samples Test ……... 57
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Penelitian ……… 68
2 Statistik Deskriptif ………. 69
3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ………. 70
ABSTRAK
STUDI KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK
ASING DAN SWASTA NASIONAL DI INDONESIA
Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel
CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Income
Margin), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), LDR (Loan
to Deposit Ratio), dan ROA (Return On Asset) pada bank umum swasta nasional dan
bank asing yang berada di Indonesia selama periode 2011-2012. Di samping itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pengaruh
variabel CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, dan ROA pada bank umum swasta nasional
dan bank asing.
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Jumlah sampel yang terpilih yaitu 15 bank umum swasta nasional dan 6 bank asing.
Penelitian ini juga menggunakan uji t test untuk menguji perbedaan pengaruh variabel
CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, dan ROA (Return On Asset) pada bank umum
swasta nasional dan bank asing selama tahun 2011-2012.
Kata kunci : CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Income Margin), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
ABSTRACT
COMPARATIVE STUDY BETWEEN THE FINANCIAL PERFORMANCE OF FOREIGN BANKS AND DOMESTIC PRIVATE BANKS IN INDONESIA
This study is conducted to examine and analyze effect of CAR (Capital
Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Income Margin),
BOPO(Operational Cost toward Return), LDR (Loan to Deposit Ratio),and
ROA(Return On Asset) on national private banking and foreign banking located
inIndonesia in period of 2011-2012. Besides, it is also aimed to examine whether
existed a different toward variable of CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, and ROA
toward both banking industry.
To determine sampling collection in this study, it was conducted by using
purposive sampling method based on determined criteria. The sample selected was
15 national private banking and 6 foreign banking. This study also used uji t testing
to examine difference on effect of CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR, and ROA (Return
on Asset) on the sample of national private banking and foreign banking in period of
2011-2012.
Keywords : CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NIM (Net
Income Margin), BOPO (Operational Cost toward Return), LDR (Loan to Deposit
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sejarah
menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan
perkembangan lembaga perbankan. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi
sebagai intermediasi atau perantara bagi masyarakat yang mempunyai dana berlebih
dengan masyarakat yang membutuhkan dana. Pasar modal dan pasar uang juga
mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Pengertian pasar modal
menurut Kasmir (2008) yaitu, suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Instrumen dalam pasar
modal yaitu saham dan obligasi yang bersifat jangka panjang. Perbedaan dengan
pasar uang terletak pada instrumen yang diperjualbelikan dan berjangka waktu
pendek kurang dari setahun. Instrumen pasar uang yang diperjualbelikan diantaranya
Interbank Call Money, Setifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Deposito, Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU), Banker’s Acceptance, Comercial Paper, Treasury
Bills, Repuchase Agreement,dan Foreign Exchange Market.
Bank sebagai lembaga keuangan atau perusahaan yang aktivitasnya
menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan, dan simpanan lainnya dari pihak
membutuhkan dana melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (Taswan, 2006).
Bank memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi yaitu sebagai financial intermediary atau perantara keuangan antara
pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak-pihak-pihak yang memerlukan dana
(defisit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas
pembayaran. Untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi,
maka bank membutuhkan kepercayaan dari masyarakat.
Kepercayaan masyarakat dapat dijaga dan dipelihara jika kinerja suatu bank
baik. Salah satu pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja dari suatu bank
adalah investor. Sebelum menanamkan modalnya, investor melakukan penilaian
terhadap kinerja bank. Dengan demikian, investor akan mengetahui kinerja suatu
bank semakin membaik atau memburuk. Semakin membaiknya kinerja bank maka
jaminan keamanan atas modal yang ditanamkan investor juga meningkat.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan
intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang
khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan
Bank Indonesia pada setiap tahun membuat daftar peringkat bank yang masuk
daftar 10 besar bank berdasarkan jumlah aktiva, jumlah kredit, dan besarnya
penghimpunan dana pihak ketiga. Bank-bank yang masuk dalam peringkat tersebut
mengindikasikan kekuatan modal ataupun tingkat kepercayaan masyarakat yang
tinggi.
Penilaian terhadap kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Laporan keuangan bank berupa
neraca memberikan informasi kepada pihak diluar bank, misalnya bank sentral,
masyarakat umum dan investor. Informasi yang diberikan mengenai gambaran posisi
keuangannya, yang lebih jauh dapat digunakan pihak eksternal untuk menilai
besarnya resiko yang ada pada suatu bank. Laporan laba rugi memberikan gambaran
mengenai perkembangan usaha bank yang bersangkutan maupun industri perbankan
secara keseluruhan.
Pengelolaan suatu bank mempunyai dua tujuan yaitu tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang suatu bank adalah mencari
keuntungan atau laba, sedangkan tujuan jangka pendek suatu bank adalah memenuhi
cadangan minimum, pelayanan yang baik kepada langganan dan strategi dalam
melakukan investasi (Nopirin, 1992).
Bank asing cenderung menerapkan tujuan jangka pendek karena bank asing
memiliki kelebihan dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya, di mana bank
asing cenderung lebih canggih dalam pembiayaan impor dan ekspor serta menangani
membantu pembiayaan dan memberikan jaminan untuk perdagangan internasional
(Mudrajad dan Suhardjono, 2002). Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan
pengaturan bank umum di Indonesia berlaku juga bagi bank asing yaitu net open
position, Giro Wajib Minimum, legal lending limit, kewajiban penyediaan modal
minimum (Capital Adequacy Ratio), Loan to Deposit Ratio, dan termasuk ketentuan
kesehatan bank (Dahlan Siamat, 2005).
Bank yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta
Nasional dan Bank Asing. Alasan pemilihan kedua bank tersebut adalah ditinjau dari
segi kepemilikannya yang berbeda. Sesuai dengan UU No.10 tahun 1998 tentang
perbankan menunjukkan bahwa Bank Umum Swasta Nasional yang mayoritas
kepemilikannya dimiliki oleh swasta nasional (Warga Negara Indonesia) sedangkan
Bank Asing adalah bank yang dimiliki oleh investor asing (bukan Warga Negara
Indonesia) (Kasmir, 2004).
Beberapa penelitian terkait kinerja Bank Asing dan Bank Swasta Nasional di
Indonesia pernah dilakukan metode dengan pengukuran berbeda dan tahun
pengamatan yang berbeda, memberikan kesimpulan yang berbeda.
Penelitian-penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbandingan kinerja
kelompok bank asing dan kelompok bank swasta yang masuk peringkat 10 besar
sepanjang tahun 2011-2012 dalam hal jumlah penghimpunan dana pihak ketiga.
Perbandingan kinerja didasarkan pada aspek permodalan (CAR), aset (NPL),
laba (ROA dan BOPO), dan likuiditas yang merupakan komponen yang masuk dalam
ini diharapkan berguna bagi masyarakat untuk keputusan investasi/ penyimpanan
dananya, pihak manajemen bank, dan pihak otoritas terkait.
Aspek permodalan (capital) dalam penelitian ini akan diproksikan dengan
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR merupakan rasio kecukupan
modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat berpengaruh
terhadap besarnya modal bank (Mudrajad dan Suhardjono, 2002). CAR mempunyai
hubungan positif dengan ROA karena semakin tinggi angka rasio ini, akan semakin
baik juga kinerja bank dalam mengelola modalnya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Dody (2007), Edward (2009), dan Mabruroh
(2004) di mana hasil yang menunjukkan bahwa rasio CAR berpengaruh positif
terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi (2005),
Ponttie Prasnanugraha (2007), dan Harianto dan Prayudo (2008) menunjukkan hasil
yang berbeda di mana rasio CAR tidak mempunyai pengaruh terhadap laba (ROA).
Aspek kualitas aktiva (assets quality) menunjukkan kualitas aset sehubungan
dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana
bank pada portofolio berbeda (Mudrajad dan Suhardjono, 2002). Kualitas aktiva
dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan rasio Non Performing Loan
(NPL). Rasio NPL adalah rasio antara kredit bermasalah dengan total kredit.
Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit
menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri dan Dody (2007) dan Wisnu
(2005) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio NPL berpengaruh negatif
terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mabruroh (2004) dan Ponttie
Prasnanugraha (2007) menunjukkan bahwa rasio NPL berpengaruh positif terhadap
ROA.
Aspek manajemen menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko-resiko yang timbul
melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target (Mudrajad
dan suhardjono, 2002). Aspek manajemen ini diproksikan menggunakan rasio Net
Profit Margin (NPM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya (Kasmir, 2004). Sehingga
semakin besar angka NPM, maka semakin bagus kinerja bank. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Harianto dan Prayudo (2008) yang hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa rasio NPM berpengaruh positif terhadap laba. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Fitri dan Dody (2007) menunjukkan bahwa rasio NPM
berpengaruh negatif terhadap ROA.
Aspek rentabilitas (earning) dimaksudkan untuk mengukur produktivitas aset
yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang
dimilikinya, dan juga mengukur efisiensi penggunaan modal (Dendawijaya, 2003).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil
rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil, maka dapat meningkatkan kinerja suatu bank. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wisnu (2005), Edward (2009), dan Ponttie Prasnanugraha
(2007) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio BOPO berpengaruh
negatif terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mabruroh (2004)
dan Harianto dan Prayudo (2008) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu rasio BOPO
berpengaruh positif terhadap laba (ROA).
Aspek likuiditas (liquidity) menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana
bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama
dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban yang harus segera
dibayar (Mudrajad dan Suhardjono, 2002). Dalam penelitian ini, aspek likuiditas
diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio LDR yaitu rasio antara total
kredit dibagi dengan total dana pihak ketiga (Dendawijaya, 2003). Semakin tinggi
rasio ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal
ini disebabkan karena dana yang digunakan untuk keperluan kredit menjadi besar
sehingga kinerja bank akan turun dalam kegiatan likuiditasnya. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Harianto dan Prayudo (2008) berbeda, yaitu LDR
berpengaruh negatif terhadap laba. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sehubungan dengan penelitian tersebut maka akan menimbulkan motivasi
penulis untuk melakukan analisis lebih lanjut tentang tingkat kinerja keuangan Bank
Asing yang nantinya akan dibandingkan dengan kinerja keuangan Bank Swasta
Nasional di Indonesia, maka penulis mengangkat judul penelitian yaitu :
“STUDI KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK ASING
DENGAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA”
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan Bank Asing jika dibandingkan dengan Bank
Swasta Nasional di Indonesia untuk masing-masing rasio keuangan.
2. Adakah perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan Bank Asing jika
dibandingkan dengan Bank Swasta Nasional di Indonesia secara keseluruhan.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa kinerja keuangan Bank Asing jika
dibandingkan dengan Bank Swasta Nasional di Indonesia untuk
masing-masing rasio keuangan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa kinerja Bank Asing jika dibandingkan
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai studi
komparasi kinerja keuangan bank asing dengan bank swasta nasional di Indonesia
antara lain :
1. Bagi penulis, penelitian ini menjadikan wawasan dan pengetahuan penulis
bertambah, khususnya mengenai kinerja keuangan perbankan, serta
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh diperkuliahan dengan teori yang
ada.
2. Bagi perbankan, penelitian ini dapat menjadi masukkan dalam mengevaluasi
kinerja keuangan perbankan yang dicapai, baik dari aspek kualitas aktiva,
aspek rentabilitas, aspek permodalan, serta aspek sensitivitas terhadap resiko
pasar.
3. Bagi pembaca, memberikan informasi tambahan atau sebagai dasar pembaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Fungsi Bank 2.1.1 Pengertian Bank
Bank bisa dikatakan sebagai urat nadi perekonomian suatu negara,
terlebih-lebih di era modern seperti sekarang ini peranan perbankan dalam memajukan
perekonomian suatu Negara sangatlah penting. Boleh dikatakan hampir semua sector
yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa
bank. Oleh karena itu, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan tolak
ukur kemajuan negara bersangkutan.
Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi pokoknya memberikan kredit
dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu bank
mempunyai ruang lingkup usaha yang luas. Pengertian bank menurut Undang-undang
Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang perbankan :
1. Pasal 1, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, yang
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
2. Pasal 2, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang
3. Pasal 3, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.1.2 Fungsi Bank
Bank sebagai lembaga keuangan sangat mendukung kemajuan lalu lintas
pembayaran, perdagangan dan pembangunan ekonomi. Bank berperan
mengumpulkan dana (tabungan) dan menjadi sumber pembayaran modal (kredit)
pada perusahaan. Bank sebagai pelaksana lalu lintas pembayaran mendorong
kemajuan perdagangan, barter ke perdagangan uang yang pada akhirnya ke
perdagangan kredit, sehingga pembangunan ekonomi semakin maju.
Menurut Reksoprayitno (1997) adapun fungsi bank adalah :
1. Fungsi Pengumpulan Dana adalah salah satu fungsi dana masyarakat yang disimpan di bank terutama dalam bentuk giro, deposito dan tabungan. Ketiga sumber dana inilah yang merupakan sumber-sumber dana utama bank, selain sumber yang berasal dari modal sendiri bank, yang terdiri dari modal penyertaan dan laba yang tidak dibagikan.
2. Fungsi Pemberian Kredit merupakan salah satu usaha bank untuk mengumpulkan dana yang dikumpulkan dari masyarakat. Usaha ini penting karena dana tersebut dipakai pada umumnya bagi bank yang paling menguntungkan dan tidak banyak mengganggu likuiditas bank adalah pemberian kredit jangka pendek kepada pihak ketiga yang membutuhkan.
3. Fungsi Penanaman Dana atau Investasi adalah penanaman dana dalam bentuk surat berharga, baik surat tanda kepemilikan (saham) atau syarat tanda utang (surat obligasi, surat wesel). Salah satu cirri khas dari penanaman modal ialah bahwa dari penanaman modal tersebut si penanam modal memperoleh imbalan berupa pendapatan modal yang bias berupa bunga (termasuk di dalamnya diskonto), laba atau deviden.
Dalam fungsi pembayaran ini pelaksanaannya dilakukan melalui cek, bilyet giro, surat wesel, kupon, transfer uang, baik melalui surat ataupun telegram.
5. Fungsi Pemindahan Uang biasanya disebut pentransferan uang. Untuk melaksanakan transfer uang melalui ATM. Dalam kegiatan pemberitahuan kepada penerima biasa melalui telegram, surat ataupun dengan menyerahkan wesel atas nama atau wesel atas unjuk di antara sesama kantor cabangnya. Penarikan atas saldo kredit yang ada pada bank korespondennya bias juga dilakukan secara telegram, wesel unjuk atau dengan cek.
2.1.3 Pengertian Bank Asing dan Bank Swasta Nasional.
Bank asing adalah bank umum yang didirikan dan dimiliki oleh pengusaha
asing. Bank asing hanya dapat mendirikan dan menjalankan usahanya sebagai bank
setelah mendapat ijin usaha dari menteri keuangan. Bank ini didirikan dalam bentuk
cabang dari bank yang sudah ada di luar negeri atau suatu bank asing dan bank
nasional di Indonesia yang berbadan hukum Indonesia dan berbentuk PT (Sunggono,
1995).
Bank Swasta Nasional adalah bank yang berbadan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Akte
pendiriannya pun didirikan oleh swasta. Dilihat dari lingkup usahanya, Bank Swasta
Nasional dapat dibedakan kedalam Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa
adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta
asing, setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, antara lain menerima
simpanan dan memberikan kredit dalam valuta asing termasuk jasa-jasa keuangan
yang terkait dengan valuta asing. Misalnya, letter of credit, travel check. Sementara
Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan kegiatan usaha yang
memusatkan perhatian pada sektor permodalan, keberadaannya sangat dibutuhkan
oleh dunia perbankan.
2.2 Kegiatan Usaha Bank
Menurut Arbi (2003) Bank Umum bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998,
kegiatan usaha yang dilakukan Bank Umum adalah:
a. Menghimpun dana dari masyarakat b. Memberikan kredit
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang
d. Membeli, menjual atau menjamin surat-surat atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. Surat-surat berharga itu antara lain: surat-surat wesel termasuk wesel yang diaskep oleh bank, surat pengakuan utang, kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah,SBI, obligasi, surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun, dan instrument surat berharga lainnya.
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
f. Menempatkan dana pada peminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan mempergunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel untuk cek atau sarana lainnya.
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
h. Menyediakan tempat menyimpan barang dan surat berharga.
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kredit dan kegiatan wali amanat.
l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
n. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
o. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
Selain usaha-usaha di atas ada beberapa usaha yang tidak diperkenankan
dijalankan oleh bank umum, yaitu sebagai berikut ini:
a. Melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana telah disebutkan diatas.
b. Melakukan usaha perasuransian.
2.2.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu hasil dari berbagai macam keputusan yang
diambil oleh pihak manajemen secara terus menerus dalam menjalankan suatu
perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi alat ukur yang sangat efektif untuk
menilai tanggung jawab manajemen dalam menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan
karena kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan oleh
seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan suatu perusahaan.
Penelitian kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai analisis
tergantung pada tujuan pemakai atau penganalisisnya. Para pemakai atau penganalisis
tersebut berkepentingan dengan hasil analisis ini dan masing-masing pihak
menitikberatkan analisisnya untuk kepentingan masing-masing. Kinerja perusahaan
dapat dinilai melalui berbagai macam indikator, salah satunya adalah laporan
keuangan. Menurut Damayanti dalam Purwanto (2003), pengukuran kinerja
a. Sudut pandang finansial, berupa pengukuran kinerja perusahaan dari aspek-aspek
financial perusahaan seperti likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan lain-lain.
b. Sudut pandang nonfinansial, berupa pengukuran dari aspek-aspek nonfinansial
seperti kepuasan pelanggan dan pengembangan perusahaan.
2.2.2 Rasio CAMEL
Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan analisis rasio dapat diperoleh
gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank. Manfaat Rasio
keuangan untuk memperediksi kebangkrutan, Machfoedz (1994) menguji manfaat
Rasio keuangan dalam memprediksi laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Rasio CAMEL terdiri atas lima criteria yaitu modal, aktiva, manajemen,
pendapatan, dan likuiditas. Peringkat CAMEL dibawah 81 memperlihatkan kondisi
keuangan yang lemah ditunjukkan oleh neraca bank, seperti rasio kredit tidak lancar
terhadap total aktiva yg meningkat, apabila hal tersebut tidak diatasi akan
mengganggu kelangsungan usaha bank. Bank yang terdaftar dalam pengawasan
dianggap sebagai bank bermasalah dan diperiksa lebih sering oleh pengawas bank
jika dibandingkan dengan bank yang tidak bermasalah. Bank dengan peringkat
CAMEL diatas 81 adalah bank dengan pendapatan yang kuat dan aktiva tak lancer
sedikit. Peringkat CAMEL tidak pernah diinformasikan secara luas.
Analisis Rasio Finasial (Financial Statements Analysis) adalah alat-alat analisis
yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Analisa
rasio memperhatikan kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan
finansial pada masa yang lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil yang akan datang.
Menurut Alwi (1993), Rasio dapat dihitung berdasarkan financial statement yang
telah tersedia yang terdiri dari:
a. Balance sheet atau neraca, yang menunjukan posisi perusahaan pada suatu saat.
b. Income statement atau rugi laba yang merupakan laporan operasi perusahaan
selama periode tertentu.
Rasio keuangan sangat besar peranannya dalam melakukan analisis terhadap
laporan keuangan, dimana rasio keuangan dapat menyederhanakan informasi
keuangan agar lebih mudah menilai kinerja keuangannya. Untuk mengetahui sejauh
mana kondisi keuangan perusahaan saat ini, diperlukan suatu cara evaluasi. Dalam
hal ini ada tipe evaluasi finansial yang dapat memberikan gambaran tentang sejauh
mana kondisi perusahaan saat ini, yaitu:
1) Analisis perkembangan rasio finansial perusahaan dalam beberapa yaitu
perkembangan antara suatu rasio saat sekarang dengan rasio yang sama pada
waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut analisis historis (historical
analysis).
2) Rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis yang dapat
dijadikan pembanding bagi perusahaan yang bersangkutan. Rasio ini disebut
2.2.4 Tujuan dan Kegunaan Analisis Rasio
Tujuan analisis rasio adalah membantu manajer finansial memahami apa yang
perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya
terbatas yang berasal dari financial statement. Adapun kegunaan dari rasio ini
tergantung pada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:
1) Bagi pemegang saham dan calon pemegang saham, analisa rasio memberikan
keuntungan baik sekarang maupun pada masa yang akan datang sehingga secara
langsung akan berpengaruh terhadap harga saham yang mereka miliki. Disamping
itu tingkat likuiditas, aktivitas serta leverage sebagai faktor lain dalam penilaian
kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribution income di masa
yang akan datang.
2) Bagi kreditur, analisa rasio memberikan keuntungan bagi yang berkepentingan
terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban finansial
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3) Bagi manajemen perusahaan, analisa rasio memberikan keuntungan bagi yang
berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan karena menyadari
hal-hal tersebut yang akan dinilai oleh para pemilik perusahaan maupun kreditur,
sehingga dapat membuat keputusan-keputusan penting bagi kepentingan
perusahaan di masa yang akan datang.
Untuk menilai kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai alat
analisa tergantung daripada tujuan si penganalisa. Kinerja perusahaan, bukan saja
Faktor-faktor ekstern tersebut merupakan faktor yang tidak controllable sehingga
kemampun manajemen dalam menyesuaikan diri dan menentukan strategi yang tepat
agar perusahaan dapat tetap survive di setiap keadaan akan merupakan prestasi yang
paling menentukan kinerja perusahaan. Sedangkan faktor-faktor internal, salah
satunya meliputi manajemen keuangan yang mempunyai fungsi utama untuk
merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk
memaksimumkan efisiensi dari operasi perusahaan. Penganalisis finansial dalam
mengadakan analisis rasio pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam
perbandingan, yaitu : (Riyanto, 1992)
1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan tersebut. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun.
2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan lain yang sejenis atau seindustri untuk waktu yang sama.
Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat
diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial tertentu
berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak di bawah rata-rata.
2.2.5 Permodalan (capital)
Penilaian terhadap rasio permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap
aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR), sebagaimana diatur dalam Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No.26/20/KEP/DIR tentang Kewajiban
No.26/2/BPPP tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. Penilaian terhadap
pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) ditetapkan sebagai
berikut:
1) Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat sehat dengan nilai kredit 81 dan
untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai kredit
ditambah 1 hingga maksimum 100.
2) Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat kedit
kurang sehat dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari
pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan minimum 0.
3) Pemenuhan KPMM sebesar 8% bagi bank devisa pada waktunya akan
ditingkatkan sesuai dengan ketentuan yang datur dalam Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia No. 28/64/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No.
28/4/UPPB masing-masing tanggal 7 September 1995 tentang persyaratan Bank
Umum Bukan Bank Devisa menjadi Bank Umum Devisa.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku bank-bank diwajibkan untuk memelihara
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sekurang-kurangnya 8%. Oleh
karena itu, cara penilaian terhadap rasio modal yang kurang dari 8% dalam ketentuan
yang baru diberikan predikat kurang sehat maksimum dengan nilai kredit 65. Perlu
dikemukakan bahwa sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP
tanggal 29 Mei 1993 perihal Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif, mulai akhir Desember 1996 perhitungan besarnya
dikurangi dengan kekurangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib
Dibentuk (PPAPWD) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
yang telah dibentuk.
Dalam penelitian ini, sisi permodalan diproksikan dengan rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio), di mana bank yang memiliki kinerja yang baik harus memiliki
kriteria CAR yang lebih dari yang dipersyaratkan atau di atas 8%. Capital Adequacy
Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)
ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain
(Dendawijaya.2003). Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut (sesuai SE
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
CAR =
����� ����CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung kemungkinan resiko kerugian yang
diakibatkan kegiatan operasional bank. Penilaian aspek ini lebih dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk
menunjang kebutuhannya.
Apabila CAR perusahaan perbankan cukup tinggi, hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan perbankan tersebut memiliki kecukupan modal, sehingga
telah go public, peningkatan kepercayaan itu tercermin melalui kenaikan harga
sahamnya. Peningkatan harga saham akan meningkatkan nilai perusahaan dan return
saham. Berdasarkan hal ini tampak hubungan yang signifikan antara CAR dengan
resiko investasi pada saham perbankan.
Perhitungan Capital Adequacy Ratio didasarkan atas prinsip bahwa setiap
penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar
presentase tertentu terhadap jumlah penanamannya (Mudrajat dan Suhardjono, 2002).
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh CAR (Capital Adequacy
Ratio) terhadap kinerja suatu bank yang diukur dari rasio ROA (Return on Asset)
adalah positif, dimana ketika Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami kenaikan
akan diikuti oleh kenaikan Return on Asset (ROA).
2.2.6 Kualitas Aset (assets quality)
Kualitas aktiva produktif menunjukkan kualitas aset sehubungan dengan resiko
kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada
portofolio yang berbeda (Mudrajat dan Suhardjono, 2002). Berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/148/KEP/DIR
tanggal 12 November 1998, setiap bank umum wajib membentuk cadangan khusus
yang ditujukan guna menampung kemungkinan kerugian yang terjadi akibat
penurunan kualitas aktiva produktif. Misalnya, bank memiliki sejumlah kredit
bermasalah (kredit macet, dan sebagainya) yang nilainya besar, maka dalam hal
yang memadai untuk melakukan antisipasinya. Cadangan ini dibentuk dengan
menyisihkan sebagian laba dan merupakan persetujuan pemegang saham bank yang
dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS bank) (Dendawijaya, 2003).
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, Kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga. Pada dasarnya suatu bisnis tidak dapat terlepas dari
resiko, seperti halnya bank yang tidak dapat terlepas dari resiko kredit berupa tidak
lancarnya pembayaran kembali atau dengan kata lain kredit bermasalah atau Non
Performing Loan.
Menurut H.As. Mahmoedin dalam Febriyanti dan Wahidin (2003), bahwa Non
Performing Loan adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi
tunggakan. Keberadaan NPL dalam jumlah yang tinggi akan menimbulkan kesulitan
sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Peningkatan NPL
mengakibatkan bank harus menyediakan cadangan penghapusan piutang yang cukup
besar sehingga kemampuan memberikan kredit menjadi sangat terbatas. Kredit yang
termasuk dalam kategori NPL adalah kredit kurang lancar (sub standard), kredit
diragukan (doubtfull), dan kredit macet (loss). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
NPL =�������������������������������,���������,����� �����������
Rasio NPL ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi
rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan
kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah
adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
2.2.7 Manajemen (Management)
Manajemen merupakan kemampuan dari manajemen perusahaan perbankan
dalam mengendalikan operasinya ke dalam maupun ke luar. Pengendalian operasi ke
dalam ditunjukkan dari adanya strategi dan sasaran yang jelas, yang tercermin dari
adanya corporate plan perusahaan, adanya pengorganisasian operasi yang baik,
memiliki sistem dan prosedur yang jelas yang didukung dengan adanya teknologi
informasi, adanya sumber daya manusia yang handal serta kepemimpinan manajemen
yang profesional.
Pengendalian operasi keluar ditunjukkan dari adanya kemampuan manajemen
dalam mengendalikan resiko yang ada seperti resiko likuiditas, resiko pasar, resiko
perusahaan. Semakin solid menajemen perusahaan perbankan akan menumbuhkan
kepercayaan pada investor dan kepercayaan ini akan berdampak positf bagi
peningkatan harga sahamnya. Penilaian faktor manajemen yang dalam ketentuan
lama didasarkan pada penilaian terhadap 250 aspek yang terkait dengan manajemen
permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas diubah menjadi penilaian yang
didasarkan pada 100 aspek dengan memberikan penekanan pada manajemen umum
dan manajemen resiko yang melekat pada berbagai kegiatan usaha bank yang
tertuang dalam SK Dir Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR. Khusus untuk Bank
Umum bukan Devisa penilaian manajemen didasarkan atas 85 aspek, mengingat 15
aspek lainnya berkaitan erat dengan kegiatan usaha Bank Umum Devisa.
Kemampuan manajemen dalam mengelola bank menjadi kebutuhan yang
menonjol mengingat keadaan dan kemajuan suatu bank akan sangat dipengaruhi oleh
kualitas pengelolanya. Bank-bank diwajibkan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh Bank Indonesia. Untuk itu bank diberikan daftar
pertanyaan yang wajib diisi mengenai aspek manajemen yaitu manajemen umum dan
manajemen resiko. Untuk bank devisa jumlah pertanyaan ditetapkan sebanyak 100,
sementara jumlah pertanyaan untuk bank bukan devisa sebanyak 85. Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian akan dinilai oleh Bank Indonesia.
Pertanyaan yang menyangkut manajemen umum meliputi aspek strategi /
sasaran, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan dan budaya kerja
(liquidityrisk), resiko pasar (market risk), resiko kredit (credit risk), resiko
operasional (operational risk) dan resiko hukum (legal risk).
Penilaian faktor manajemen yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
tersebut sulit untuk dilakukan karena selain bersifat kualitatif, aspek manajemen bank
juga sulit untuk dilihat dari luar.
Aspek manajemen ini diproksikan menggunakan rasio Net Income Margin
(NIM) yang menilai bagaimana kemampuan suatu bank dalam menghasilkan net
income (pendapatan bersih) dari kegiatan operasi pokoknya. NIM sangat penting
untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola risiko terhadap suku bunga.
Net Income Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga
dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif
yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga,
penyertaan dan kredit yang diberikan.
Net Income Margin (NIM) untuk mencapai keuntungan yang maksimal selalu
ada resiko yang sepadan, semakin tinggi keuntungannya maka semakin besar resiko
yang akan dihadapi, dimana dalam perbankan sangat dipengaruhi oleh besarnya suku
bunga. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar
adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antara suku bunga pendanaan (funding)
dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute
(Siamat, 2002). Dengan demikian besarnya Net Income Margin (NIM) akan
mempengaruhi laba rugi bank dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank
tersebut.
NIM =�����������������
������������ ���� %
2.2.8 Rentabilitas (Earning)
Earning merupakan kemampuan perusahaan perbankan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Apabila rasio rentabilitas ini tinggi, maka hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan perbankan tersebut mampu meningkatkan usahanya
melalui pencapaian laba operasi dalam periode tersebut. Perhitungan rentabilitas
sangat penting karena mengingat hanya bank yang memperoleh laba yang cukup yang
dapat mengembangkan dirinya. Rentabilitas digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen menghasilkan laba melalui penanaman pada seluruh aktiva yang ada serta
mengukur kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya.
Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio yaitu :
1) Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume
usaha dalam periode yang sama
2) Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional
dalam periode yang sama.
Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume
untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap
pendapatan operasional dalam periode yang sama sebesar 100% atau lebih diberi nilai
kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100. Suatu bank dapat dimasukkan dalam klasifikasi sehat apabila rasio
laba terhadap volume usaha mencapai sekurang-kurangnya 1,2% dan rasio biaya
operasional terhadap pendapatan nasional tidak melebihi 93,5%. Penilaian terhadap
rasio rentabilitas didasarkan pada dua rasio, salah satunya adalah BOPO (Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional).
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (sesuai SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004):
BOPO = ��������������������� ��������������������������
Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) yang sering
disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin
kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.
Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Kewajiban tersebut
berupa call money yang harus dipenuhi pada saat adanya kliring, di mana
pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin besar
aktiva lancar perusahaan perbankan maka semakin besar kemampuannya untuk
memenuhi kewajibannya. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi
semua penarikan dana oleh nasabah deposan dan kewajiban yang sudah jatuh tempo
tanpa ada penundaan.
Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas didasarkan pada dua rasio yaitu :
1) Perbandingan jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar yaitu
kas, giro pada BI, Sertifikat BI dan Surat Berharga Pasar Uang dalam Rupiah
yang telah diprediksi oleh bank lain.
2) Perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk
pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan.
Dana yang diterima meliputi :
1) Kredit likuiditas Bank Indonesia
2) Giro, deposito dan tabungan masyarakat
3) Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan dan tidak
termasuk pinjaman subordinasi
4) Deposito dan pinjaman dari bank yang berjangka waktu lebih tiga bulan
5) Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga
6) Modal inti
7) Modal pinjaman.
Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar sebesar 100% atau
lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari kredit ditambah 1
dengan maksimum 100. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank sebesar
115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115%
nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum 100. Pengukuran rasio kredit terhadap
dana yang diterima sebagai salah satu komponen dalam faktor likuiditas yang semula
dinilai tidak sehat dengan nilai kredit 0 untuk rasio 110% atau lebih dan sehat dengan
nilai kredit 100 untuk rasio kurang dari 110%, dalam penilaian yang baru
pengukurannya dilakukan secara berjenjang sejalan dengan penilaian terhadap
komponen lainnya.
Likuiditas bank dapat diklasifikasikan sehat apabila rasio net call money
terhadap aktiva lancar kurang dari 19% dan rasio pinjaman terhadap dana pihak
ketiga kurang dari 89,85%. Menurut Riyadi (2004), menyatakan LDR (Loan to
Deposit Ratio) adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total
dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank. LDR tersebut menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. LDR ini
merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar pinjaman yang diberikan atau
Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi Indonesia, bank
dianggap sehat apabila besarnya LDR antara 85% sampai dengan 110%. Jika LDR di
atas 110% maka bank akan mengalami kesulitan likuiditas dan berdampak pada
penurunan profitabilitas.
LDR = ������������������� ���������������
2.2.10 Hasil Penilaian Proksi Rasio Keuangan
Faktor-faktor proksi rasio keuangan sesuai dengan bobotnya masing masing
dan dikuantitatifkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian dapat
dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan -ketentuan yang sanksinya
dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan bank. Berbagai ketentuan tersebut
meliputi pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK), pelaksanaan pemberian
kredit ekspor, pelanggaran terhadap ketentuan
Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) dan pelanggaran terhadap Posisi
Devisa Netto (PDN). Berdasarkan penilaian-penilaian tersebut akhirnya ditetapkan
apakah bank tersebut termasuk dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat
ataupun tidak sehat. Predikat tingkat kesehatan bank yang sehat atau cukup sehat atau
kurang sehat akan diturunkan menjadi tidak sehat apabila terdapat :
1) Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank
2) Campur tangan pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusan (manajemen) bank,
termasuk di dalamnya kerjasama yang tidak wajar yang mengakibatkan salah
satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri.
3) Window dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank secara materiil dapat
berpengaruh terhadap keuangan bank sehingga mengakibatkan penilaian yang
keliru terhadap bank, praktek bank dalam bank atau melakukan usaha bank di
luar pembukuan bank.
4) Kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau
pengunduran diri dari keikutsertaan dalam kliring.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan. Banyak sekali
peneliti-peneliti terdahulu yang melakukan penelitian dengan berbagai metode
penelitian misalnya dengan menggunakan metode CAMELS. Adapun ringkasan
penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:
Fitri dan Doddy (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio
keuangan CAMEL, tingkat inflasi, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 6 rasio
keuangan yaitu CAR, NPM, NPL, ROE, CMR, GWM, dan tingkat inflasi serta
ukuran perusahaan. Hasil dari penelitian ini yang berpengaruh positif dan signifikan
adalah rasio CAR, ROE, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
keuangan perbankan adalah rasio NPL, NPM, GWM, CMR, dan faktor eksternal
perusahaan yaitu tingkat inflasi.
Selain Fitri dan Dody, Mawardi (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan Bank Umum di Indonesia dengan menggunakan
bank umum yang total assetnya kurang dari 1 Triliun. Faktor-faktor yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi efisiensi operasi (BOPO), resiko kredit (NPL), resiko
pasar (NIM), dan modal (CAR), serta kinerjanya diproksikan dengan ROA. Hasil dari
penelitian ini adalah CAR tidak berpengaruh terhadap ROA, sedangkan NPL dan
BOPO berpengaruh terhadap ROA, dan yang paling tinggi berpengaruh terhadap
ROA adalah NIM.
Sementara Gagah (2009) meneliti tentang pengaruh Capital Adequecy Ratio
(CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Size, dan BOPO terhadap profitabilitas dengan
studi perbandingan pada bank domestik dan bank asing periode Januari
2003-Desember 2007. Penelitian ini menggunakan rasio keuangan CAR, LDR, BOPO, dan
size. Sedangkan profitabilitas diproksikan dengan rasio ROA. Hasil dari uji regresi
linear berganda pada penelitian ini menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan
signifikan pada ROA bank domestik serta berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ROA bank asing. LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
bank domestik serta berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank asing.
Size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank domestik serta
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank asing. BOPO berpengaruh
dari uji Chow Test menunjukkan ada perbedaan signifikan antara bank domestik dan
bank asing dalam hal pengaruh CAR, LDR, size, dan BOPO terhadap ROA.
Mabruroh (2004) meneliti tentang manfaat dan pengaruh rasio keuangan
dalam analisis kinerja keuangan perbankan. Penelitian ini menggunakan rasio
keuangan CAMEL. Hasil dari penelitian ini yaitu secara parsial kinerja keuangan
perusahaan yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL,
ROA, ROE, LDR, GWM, BOPO, NIM setelah dilakukan pengujian semua variabel
positif dan signifikan mempunyai pengaruh terhadap kinerja secara parsial. Terjadi
perbedaan dengan peneliti lainnya karena penelitian ini menggunakan data cross
sectional.
Athanasoglou (2005) melakukan penelitian berjudul Bank-specific, industry
specific and Macroeconomics Determinants of Bank Profitability. Penelitian ini
menggunakan beberapa variable yaitu EA (Equity of Asset), PL (Performing Loan),
size, Pertumbuhan Produktivitas, ownership, concentration, GDP, dan inflasi yang
mempengaruhi profitabilitas yang diproksikan dengan ROA. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa EA Pertumbuhan Produktivitas, inflasi dan GDP berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan size, BOPO, NPL, concentration,
ownership berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Untuk penelitian selanjutnya Harianto dan Prayudo (2008) melakukan
penelitian tentang tinjauan variabel CAMEL terhadap laba usaha pada bank umum
swasta nasional selama Desember 2000 sampai dengan Juni 2002. Penelitian ini
NIM, ROA, ROE, BOPO, LDR, CBSTD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yang berpengaruh terhadap laba adalah ETA, ROE, ROA, NPM, BOPO, NIM, LDR,
sedangkan yang lain tidak mempengaruhi laba. ETA, ROE, NPM, BOPO, NIM
berpengaruh positif terhadap laba, sedangkan ROA dan LDR berpengaruh negatif
terhadap laba.
1 Fitri Nugraheni dan Dody
Kinerja ROA dan berpengaruh (-) dan signifikan BOPO terhadap ROA serta tidak berpengaruhnya CAR
hasil penelitian ini yaitu CAR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
profitabilitas bank domestik dan CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA bank asing. LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA bank domestik dan LDR
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank asing. Size berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank domestik dan Size berpengaruh positif signifikan terhadap ROA bank. BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank domestik dan berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank
pengaruh terhadap kinerja.
size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap adalah ETA, ROE, ROA, NPM, BOPO, NIM, LDR, sedangkan yang lain tidak mempengaruhi laba
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan tinjauan dari telaah pustaka di atas maka dapat dibuat suatu
kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti yang disajikan dalam gambar
dibawah ini:
Uji Beda
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Laporan Keuangan
Bank
Analisis Rasio Keuangan Proksi CAMEL : 1. CAR
2. NPL 3. NIM 4. BOPO 5. LDR
2.5 Hipotesis
Sebagaimana penjelasan di atas, penelitian ini menyajikan tentang analisis
perbandingan kinerja keuangan bank-bank asing dan swasta nasional (Periode tahun
2011-2012). Untuk menguji apakah masing-masing proksi rasio keuangan berbeda
signifikan untuk periode 2011-2012 dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Berdasarkan Capital (CAR), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta
nasional berbeda secara signifikan.
H2 : Berdasarkan Asset Quality (NPL), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta
nasional berbeda secara signifikan.
H3 : Berdasarkan Management (NIM), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta
nasional berbeda secara signifikan.
H4 : Berdasarkan Earning (ROA), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta
nasional berbeda secara signifikan.
H5 : Berdasarkan Liquidity (LDR), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data
Dalam melaksanakan penelitian, data yang dipergunakan adalah data sekunder
berupa jurnal penelitian yang diperlukan dan laporan keuangan bank yang telah
dipublikasikan oleh Direktori Perbankan Indonesia dan situs www.bi.go.id. Periode
laporan tersebut per 31 Desember 2011 sampai dengan 31 Desember 2012 dan data
ini diperlukan untuk membentuk proksi rasio keuangan CAMEL.
3.1.2 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan
yang diperoleh dari Direktori Perbankan Indonesia dan www.bi.go.id. Laporan
keuangan tahun 2011-2012 yang digunakan untuk menghitung rasio keuangan
CAMEL. Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan
data yang melibatkan urutan waktu (time series).
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu pengumpulan
keuangan perbankan dari Direktori Perbankan Indonesia untuk menghitung
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Media cetak dan internet juga digunakan
untuk memperoleh data dan informasi perkembangan bank diantaranya adalah
www.bi.go.id dan Direktori Perbankan Indonesia.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank yaitu Bank Umum Swasta
Nasional dan Bank Asing yang tercatat Bursa Efek Indonesia dan dipublikasikan
dalam Direktori Perbankan Indonesia selama kurun waktu tahun 2011-2012. Adapun
jumlah bank yang tercatat dan dipublikasikan dalam Direktori Perbankan Indonesia
selama kurun waktu tahun 2011-2012 yaitu sebanyak 75 bank, yang terdiri dari 65
Bank Umum Swasta Nasional dan 10 Bank Asing.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah anggota yang memberikan keterangan atau data yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Jalil, 1997). Pada keadaan ini agar kesimpulan
dari data yang diperoleh dapat memberikan gambaran tentang keadaan yang
sesungguhnya maka dibutuhkan sebagian dari populasi yang mewakili
keseluruhannya.
Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh rasio
dan Bank Asing yang beroperasi di Indonesia, maka pengambilan sampel bank dipilih
dengan cara purposive sampling, di mana ciri-ciri kriteria bank yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan perbankan yang tergolong dalam bank umum swasta nasional dan bank
asing yang masih berdiri dan terdaftar di Direktori Perbankan Indonesia selama
periode penelitian.
2. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2011-2012.
3. Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank Asing yang mempublikasikan
laporan keuangan secara lengkap selama periode penelitian dan dipublikasikan
dalam Direktori Perbankan Indonesia.
4. Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang menggunakan sistem bunga.
Berdasarkan kriteria diatas maka sampel yang dapat memenuhi kriteria tersebut
Tabel 3.1 Bank Bumi Arta, Tbk
Bank Central Asia, Tbk (BCA) Bank CIMB Niaga, Tbk
Bank Danamon indonesia, Tbk Bank ICB Bumiputera, Tbk Bank Internasional Indonesia, Tbk Bank Mega, Tbk
Bank Of India Indonesia, Tbk Bank Permata, Tbk
Bank SBI Indonesia, Tbk Bank Sinarmas, Tbk Bank UOB Indonesia Pan Indonesia Bnk, Tbk QNB Bank Kesawan, Tbk
1.
The Royal Bank Of Scotland N .V Bangkok Bank Pcl
The Hongkong & Shanghai B.C, LTD Deutsche Bank Ag
The bank Of Tokyo-Mitshubisi UJFLTD Standard Chartered Bank
Sumber: Direktori Perbankan Indonesia
3.4 Variabel Independen dan Defenisi Operasional Variabel 3.4.1Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang menjadi sebab
terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen (variabel terikat). Dalam penelitian
ini, variabel independen yang akan digunakan yaitu rasio-rasio keuangan bank yang
dibuat oleh bank serta dilaporkan secara berkala ke Bank Indonesia dan
dipublikasikan. Adapun rasio-rasio keuangan yang menjadi variabel independen
dalam penelitian ini adalah rasio keuangan CAMEL.
Variabel dalam penelitian ini bersifat independen yang artinya bebas atau
tidak terikat oleh variabel lainnya. Variabel-variabel independen yang merupakan
proksi dari unsur-unsur yang ada pada proksi rasio keuangan dapat dijelaskan sebagai
berikut (Payamta dan Machfoedz, 1999) :
a. Return on Assets (ROA) diukur berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak
terhadap total aset. Skala yang digunakan adalah rasio ROA yang dapat
dirumuskan sebagai berikut (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
ROA = ����������������������ℎ�����
����−�������������
b. Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko yang harus disediakan jumlah modal sebesar presentase
tertentu. Skala yang digunakan adalah rasio CAR yang dapat dirumuskan sebagai
berikut (SE \No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
CAR = �����
����
c. Non Performing Loan (NPL) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Skala yang digunakan
adalah rasio NPLyang dapat dirumuskan sebagai berikut (SE No.6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004):
NPL = �������������������������,���������,�����
�����������